Poin-poin yang dibahas :
1. Pengertian Penjualan cicilan
2. Pengakuan & Metode Penetapan Laba Kotor
3. Penjualan Cicilan Barang dagang
4. Contoh Soal dan Pelaporan Transaksi
5. Perputaran Piutang
6. Pembatalan dan kepemilikan kembali
terima kasih,
Hasan Romadon
D3 Akuntansi STIE Kusuma Negara
4. Menurut Allan R. Drebin Penjualan Cicilan adalah : “Penjualan barang
yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu
yang telah ditentukan”
I. PENGERTIAN
PENJUALAN CICILAN
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan
dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah
penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam
hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
5. Di dalam penjualan cicilan mempunyai
Ketentuan sebagai berikut :
Pembayaran Uang Muka
Yaitu pembayaran uang muka yang dilaksanakan secara tunai yang
jumlahnya sebesar persentase tertentu dari harga jual barang atau sebesar
jumlah rupiah yang telah ditentukan
Pembayaran Angsuran
Yaitu pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran angsuran yang
besarnya telah ditentukan sebelumnya atau ditentukan besar kecilnya yang
tergantung pada lamanya jangka waktu angsuran.
6. II. PENGAKUAN LABA KOTOR
Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat
kompleks, karena beban sehubungan dengan penjualan angsuran
tersebut tidak hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut
dilakukan, melainkan akan terjadi sepanjang penjualan angsuran
tersebut belum dilunasi.
Sesuai dengan konsep akuntansi yaitu membandingkan antara beban
dengan pendapatan (matching costs against revenue), maka pada saat
penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari penjualan, harga pokok
dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena penagihan
penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah
bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya misalkan
beban penagihan, administrasi, perbaikan dan kepemilikan kembali.
7. Metode Penetapan Laba Kotor pada Penjualan Cicilan
Ada dua pendekatan umum yang dapat diambil pada penetapan laba kotor atas
penjualan cicilan :
1. Pengakuan Laba Kotor Pada Saat Terjadinya Penjualan Angsuran
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran, atau
dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya
piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai
konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat
diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-biaya yang
diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak
penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun
kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu
biasanya dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang. Jika barang tidak bergerak dijual
secara angsuran, perusahaan akan mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit
perkiraan aktiva yang bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva tak gerak xxxxxxx
Laba atas penjualan aktiva tak gerak
xxxxxxx
8. 2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi
penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah:
Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga
pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan,
sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-
penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan
Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan
yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh
keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan
selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian
harga pokok (Cost).
Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat
baik sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi
keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga
pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan
angsuran ditandatangani.
9. III. PENJUALAN CICILAN
BARANG DAGANGAN
Penjualan angsuran barang dagangan proses akuntansinya hampir sama dengan penjualan
angsuran aktiva tetap. Perbedaannya terletak pada beberapa hal yaitu pada penjualan angsuran
barang dagangan tidak memperhitungkan tingkat bunga angsuran, dan metode yang digunakan
untuk pencatatan pengakuan laba hanya dengan metode laba yang diakui proposional dengan
penerimaan kas.
Adapun ketentuan akuntansi untuk penjualan angsuran barang dagangan adalah sebagai berikut :
1. Laba diakui sebesar prosentase laba kotor dikalikan kas yang direalisasi dari penjualan angsuran
( proporsional dengan penerimaan kas ).
2. Piutang, penjualan dan LKBD untuk penjualan angsuran diberi tanda tahun terjadinya agar dapat
diidentifikasi dengan jelas hubungannya dengan laba kotor yang realisasi pada tahun yang
bersangkutan dengan piutang tersebut.
3. Pencatatan persediaan barang dagangan dapat menggunakan metode pisik atau metode perpetual.
10. Untuk memberikan gambaran
tentang proses akuntansi
penjualan angsuran barang
dagangan maka diberikan contoh
seperti berikut
KAS Rp. 500.000.000 Hutang Usaha
Persediaan Rp. 400.000.000 LK yang belum direalisasi Th 92
Piutang Usaha ( Biasa) Rp. 300.000.000 LK yang belum direalisasi Th 91
Piutang Usaha Cicilan Th 92 Rp. 200.000.000 Modal Saham
Piutang Usaha Cicilan Th 91 Rp. 100.000.000 Laba yang ditahan
Rp. 1.500.000.000
Rp. 60.000.000
Rp. 50.000.000
Rp. 40.000.000
Rp. 500.000.000
Rp. 850.000.000
Rp. 1.500.000.000
PT. A
NERACA
Per 31 Desember 1992
Penjualan cicilan th 92 dengan tingkat laba kotor 25% dan penjulan cicilan th 91 dengan tingkat
laba kotor 40%.
Maka Transaksi dan ayat jurnal untuk PT. A yang berhubungan dengan penjulan biasa dan penjualan
angsuran th. 1993 adalah sbb:
11. th. 1993 adalah sbb:
1 Januari 1993 sampai dengan 31 Desember 1993
a. Pembelian barang dagang secara kredit Rp. 300.000.000 :
◦ Pembelian Rp. 300.000.000
Hutang Usaha Rp. 300.000.000
b. Penjualan terdiri dari : Tunai Rp. 400.000.000
Kredit Rp. 300.000.000
Cicilan Rp. 200.000.000
Rp. 900.000.000
◦ Kas Rp. 400.000.000
Piutang Usaha Rp. 300.000.000
Penjualan Rp. 700.000.000
◦Piutang Usaha Cicilan th 93 Rp. 200.000.000
Penjualan Cicilan Rp. 200.000.000
12. C. Menerima pembayaran dari debitur atas :
Piutang Usaha Rp. 280.000.000
Piutang Usaha Cicilan th. 93 Rp. 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan th. 92 Rp. 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan th. 91 Rp. 70.000.000
Rp. 550.000.000
◦ Kas Rp. 550.000.000
Piutang Usaha Rp. 280.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 93 Rp. 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 92 Rp. 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 91 Rp. 70.000.000
D. Pembayaran untuk :
Hutang Usaha Rp. 350.000.000
-/- Potongan (Rp. 3.000.000)
Rp. 347.000.000
Biaya operasi Rp. 53.500.000
Jumlah kas yg dikeluarkan Rp. 400.500.000
◦ Hutang Usaha Rp. 350.000.000
B. Operasi Rp. 53.500.000
Potongan pembelian Rp. 3.000.000
Kas Rp. 400.500.000
13. E. Jurnal penyesuaian.
Bila pada th. 93 tingkat laba kotor dari penjualan adalah 50% maka Harga Pokok barang yang berkaitan
dengan penjulan adalah Rp. 100 juta.
◦HPP Cicilan Rp. 100.000.000
Pengiriman atas penjualan Cicilan Rp. 100.000.000
F. Untuk menutup perkiraan penjualan cicilan dengan HPP cicilan serta mencatat LK yang belum direalisasi.
◦ Penjualan Cicilan Rp. 200.000.000
HPP Cicilan Rp. 100.000.000
LK yang belum direalisasi th. 93 Rp. 100.000.000
G. Jurnal penyesuaian untuk mencatat LK yang direalisasi untuk :
Th. 93 = 50% x 100 juta = Rp. 50.000.000
Th. 92 = 25% x 100 juta = Rp. 25.000.000
Th. 91 = 40% x 70 juta = Rp. 28.000.000
Rp. 103.000.000
◦ LK yang belum direalisasi th. 93 Rp. 50.000.000
LK yang belum direalisasi th. 92 Rp. 25.000.000
LK yang belum direalisasi th. 91 Rp. 28.000.000
LK yang direalisasi Rp. 103.000.000
14. H. Untuk menutup perkiraan persediaan awal, pembelian, potongan, pembelian , dan penyisihan atas
penjualan cicilan.
Ikhtisar R/L Rp. 597.000.000
Pengiriman atas penjulan cicilan Rp. 100.000.000
Potongan pembelian Rp. 3.000.000
Persediaan BD (awal) Rp. 400.000.000
Pembelian Rp. 300.000.000
I. Untuk mencatat persediaan akhir.
Persediaan BD (akhir) Rp. 150.000.000
Ikhtisar R/L Rp. 150.000.000
J. Jurnal penutup akhir untuk perkiraan-perkiraan yang belum ditutup.
Penjualan (biasa) Rp. 700.000.000
LK yang direalisasi Rp. 103.000.000
Biaya operasi Rp. 53.500.000
Ikt. R/L Rp. 749.500.000
15. L . Jurnal untuk menutup pajak penghasilan ke Ikt. R/L.
Ikt. R/L Rp. 82.000.000
Pajak penghasilan Rp. 82.000.000
M. Jurnal untuk memindahkan laba bersih ke laba yang ditahan.
Ikt. R/L Rp. 220.500.000
Laba yang ditahan Rp. 220.500.000
K. Jurnal untuk mencatat pajak yang terhutang :
10% x Rp. 25.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 25.000.000 = Rp. 3.750.000
30% x Rp. 252.500.000 = Rp. 75.750.000
Rp. 82.000.000
◦Pajak penghasilan Rp. 82.000.000
Hutang pajak penghasilan Rp. 82.000.000
16. IV. PELAPORAN TRANSAKSI
Penyusunan Laporan Keuangan Pada Penjualan Angsuran :
1. NERACA
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan nagsuran sama
dengan penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar dan harus
dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan catatan kaki yang
mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini dengan asumsi bahwa definisi
dari aktiva lancar adalah sumber-sumber yang diharapkan dapat direalisir menjadi
kas atau dijual. Maka jangka waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.
b. Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:
1. Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi.
2. Pengurang piutang usaha angsuran.
3. Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan .
Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat sebagai
kelompok kewajiban.
17. 2. LAPORAN LABA RUGI
Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus dipisahkan
antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan angsuran periode tersebut
dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum direalisasi pada akhir periode, yang
menghasilkan laba kotor periode tersebut yang telah direalisasi.
3. PERHITUNGAN BUNGA (Interest)
Dalam setiap penjualan angsuran ada bunga yang ditanggung oleh pembeli. Dengan demikian setiap
angsuran yang dibayarkan pembeli terdiri dari angsuran pokok pinjaman dan bunga yang diperhitungkan.
Macam-macam perhitungan bunga yang dapat dipakai dalam penjualan angsuran yaitu:
1. Bunga dihitung dari pokok pinjaman
2. Bunga dihitung dari sisa pinjaman
3. Sistem anuitas (bunga semakin menurun dan angsuran pokok pinjaman meningkat)
18. PERPUTARAN PIUTANG
Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Drs. Munawir (2004:75)
mengatakan bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat
dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu,
dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang ratarata”. Menurut
Warren Reeve (2005:407) perputaran piutang adalah “Usaha (account receivable
turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas
dalam setahun”.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu
ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata
piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan
piutang akhir periode dibagi dua. Adakala nya angka penjualan kredit untuk suatu
periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan
kredit adalah angka total penjualan.
Perputaran.
V.
19. Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rata-rata piutang = Piutang awal + piutang akhir
Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih
Perputaran Piutang = penjualan krerdit / piutang rata-rata
“Semakin tinggi perputaran piutang maka piutang
yang dapat ditagih oleh perusahaan semakin
banyak. Sehingga akan memperkecil adanya piutang
tak tertagih dan memperlancar arus kas”
20. VI. PEMBATALAN DAN KEPEMILIKAN KEMBALI
Apabila pihak pembeli tidak dapat menyelesaikan kewajiban atas saldo piutang
cicilannya (sesuai dengan kontrak), pihak penjual berhak untuk menarik kembali barang
dagang yang telah dijual dari si pembeli. Jika terjadi hal demikian maka pihak penjual
melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Menilai barang-barang yang ditarik kembali dengan nilai wajar.
2. Mencatat pemilikan kembali.
3. Menghapus saldo perkiraan piutang usaha angsuran.
4. Menghapus saldo perkiraan laba kotor yang ditangguhkan.
5. Mencatat rugi dari pemilikan kembali.
21. mencatat barang dagang yang telah ditarik kembali :
1. Jika perusahaan menggunakan system fisik (physical inventory system) di dalam mencatat
persediaan barang dagang, maka perkiraan “Persediaan barang dagang – Pemilikan
kembali” merupakan perkiraan nominal dan akan dicantumkan pada perhitungan rugi laba
sebagai penambahan dan pembelian barang dagang.
2. jika perusahaan menggunakan system balance permanen (perpetual system) perkiraan
tersebut akan menambah persediaan barang dagang pada kartu stock.
THE END . . .