3. pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam
rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi
yang berlebihan dari permukaan
pleura (Suzanne Smeltzer: 2001).
4. Etiologi dan Patofisiologi
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif
sedikit yakni 0,1 – 0,2 mL/kgbb pada tiap sisinya.
Fungsinya adalah untuk memfasilitasi pergerakan kembang
kempis paru selama proses pernafasan. Cairan pleura
diproduksi dan dieliminasi dalam jumlah yang seimbang.
5. Jumlah cairan pleura yang diproduksi normalnya
adalah 17 mL/hari dengan kapasitas absorbsi
maksimal drainase sistem limfatik sebesar 0,2-0,3
mL/kgbb/jam.
Cairan ini memiliki konsentrasi protein lebih rendah
dibanding pembuluh limfe paru dan perifer
6. Berikut ini merupakan mekanisme-mekanisme
terjadinya efusi pleura :
1. Adanya perubahan permeabilitas membran pleura
(misalnya : inflamasi, keganasan, emboli paru)
2. Berkurangnya tekanan onkotik intravaskular
(misalnya : hipoalbuminemia, sirosis)
3. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah atau
kerusakan pembuluh darah (misalnya : trauma,
keganasan, inflamasi, infeksi, infark pulmoner,
hipersensitivitas obat, uremia, pankreatitis)
7. 4. Meningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah pada
sirkulasi sistemik dan atau sirkulasi sirkulasi paru (misalnya :
gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior)
Universitas Sumatera Utara
5. Berkurangnya tekanan pada rongga pleura sehingga
menyebabkan terhambatnya ekspansi paru (misalnya :
atelektasis ekstensif, mesotelioma)
6. Berkurangnya sebagaian kemampuan drainase limfatik
atau bahkan dapat terjadi blokade total, dalam hal ini
termasuk pula obstruksi ataupun ruptur duktus torasikus
(misalnya : keganasan, trauma)
8. 7. Meningkatnya cairan peritoneal, yang disertai oleh migrasi
sepanjang diafragma melalui jalur limfatik ataupun defek
struktural. (misalnya : sirosis, dialisa peritoneal)
8. Berpindahnya cairan dari edema paru melalui pleura viseral
9. Meningkatnya tekanan onkotik dalam cairan pleura secara
persisten dari efusi pleura yang telah ada sebelumnya sehingga
menyebabkan akumulasi cairan lebih banyak lagi.
9. Faktor Resiko
faktor resiko terjadinya efusi pleura karena
lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang
kurang, lingkungan yang pandat penduduk,
kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta
sarana dan prasarana kesehatan yang kurang
dan kurangnya pengetahuaan masyarakat
tentang kesehatan.
10. Klasifikasi Efusi Pleura
• Efusi pleura secara umum diklasifikasikan
sebagai transudat dan eksudat, bergantung dari
mekanisme terbentuknya serta profil kimia
cairan efusi tersebut.
• Cairan transudat dihasilkan dari
ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik
dan onkotik, sementara
• Cairan eksudat dihasilkan oleh proses inflamasi
pleura ataupun akibat berkurangnya
kemampuan drainase limfatik.
11. Efusi pleura transudatif
• terjadi jika terdapat perubahan dalam tekanan
hidrostatik dan onkotik pada membran pleura,
misalnya jumlah cairan yang dihasilkan melebihi
jumlah cairan yang dapat diabsorbsi. Pada keadaan
ini, endotel pembuluh darah paru dalam kondisi
yang normal, dimana fungsi filtrasi masih normal
pula sehingga kandungan sel dan dan protein pada
cairan efusi transudat lebih rendah
12. • Penyebab-penyebab efusi pleura transudat relatif lebih
sedikit yakni :
• • Gagal jantung kongestif
• • Sirosis (hepatik hidrotoraks)
• • Atelektasis – yang bisa disebabkan oleh keganasan atau
emboli paru
• • Hipoalbuminemia
• • Sindroma nefrotik
• • Dialisis peritonea
• • Miksedema
• • Perikarditis konstriktif
• • Urinotoraks – biasanya akibat obstuktif uropathy
• • Kebocoran cairan serebrospinal ke rongga pleura
• • Migrasi kateter vena sentral ke ekstravaskular
• • Glisinotoraks – sebuah komplikasi yang jarang akibat
irigasi kandung kemih dengan larutan glisin 1,5% yang
dilakukan setelah pembedahan urologi
13. Efusi pleura eksudat
dihasilkan oleh berbagai proses/kondisi inflamasi dan biasanya
diperlukan evaluasi dan penanganan yang lebih luas dari efusi
transudat. Cairan eksudat dapat terbentuk sebagai akibat dari
proses inflamasi paru ataupun pleura, gangguan drainase
limfatik pada rongga pleura, pergerakan cairan eksudat dari
rongga peritoneal melalui diafragma, perubahan permeabilitas
membran pleura, serta peningkatan permeabilitas dinding
kapiler atau kerusakan pembuluh darah
14. penyebab-penyebab terbentuknya cairan :
• Parapneumonia
• • Keganasan (paling sering, kanker paru atau kanker payudara,
limfoma, leukemia, sedangkan yang lebih jarang, kanker ovarium,
kanker lambung, sarkoma serta melanoma)
• • Emboli paru
• • Penyakit-penyakit jaringan ikat-pembuluh darah (artritis
reumatoid, sistemic lupus erythematosus)
• • Tuberkulosis
• • Pankreatitis
• • Trauma
• • Sindroma injuri paska-kardiak
• • Perforasi esofageal
• • Pleuritis akibat radiasi
• • Sarkoidosis
• • Infeksi jamur
15. • • Pseudokista pankreas
• • Abses intraabdominal
• • Paska pembedahan pintas jatung
• • Penyakit perikardial
• • Sindrom Meig (neoplasma jinak pelvis disertai asites dan
efusi pleura)
• • Sindrom hiperstimulasi ovarian
• • Penyakit pleura yang diinduksi oleh obat
• • Sindrom yellow nail (kuku kuning, limfedema, efusi
pleura)
• • Uremia
• • Chylothorax (suatu kondisi akut dengan peningkatan
kadar trigilerida pada cairan pleura)
• • Pseudochylotoraks (suatu kondisi kronis dengan
peningkatan kadar kolesterol cairan pleura)
• • Fistulasi (ventrikulopleural, billiopleural, gastropleural).
16. Tanda dan Gejala
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit
karena pergesekan,setelah cairan cukup banyak rasa sakit
hilang. Bila cairan banyak, penderitaakan sesak napas
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,
menggigil, dan nyeridada pleuritis (pneumonia), panas
tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea (trachea terdorong) menjauhi tempat yang
sakit dapat terjadi, jika terjadi penumpukan cairan pleural yang
signifikan.
17. Lanjutan…
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung(garis Ellis Damoiseu)
5. Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup,
timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu.
segitiga Grocco- Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
18. Penatalaksanaan medis
1. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan,
mengumpulkan spesimen untuk analisis, dan menghilangkan
dispnea.
2. Selang dada dan drainase water-seal mungkin diperlukan
untuk pneumotoraks ( kadang merupakan akibat torasentesis
berulang )
3. Obat dimasukkan kedalam ruang pleural untuk
mengobliterasi ruang pleura dan mencegah penumpukan
cairan lebih lanjut.
4. Modalitas pengobatan lainnya : radiasi dinding dada, operasi
pleuraktomi, dan terapi diuretik.
19. 1. torasentesis
Apabila jumlah cairannnya banyak, sehingga
menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka
perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan
yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis,
dimana sebuah jarum (atau selang) dimasukkan ke
dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya
dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada
prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5
liter.
20. 2. Selang dada / WSD (water seal drainage)
WSD merupakan:
memasukkan kateter ke dalam rongga
pleura, dengan maksud untuk
mengeluarkan cairan di dalam rongga
pleura, misalnya pus pada empiema atau
untuk mengeluarkan udara yang terdapat
di dalam rongga pleura misalnya
pneumatoraks. Bedanya dengan tindakan
pungsi atau torakosentesis adala kateter
dipasang pada dinding toraks dalam waktu
yang lama dan dihubungkan dengan suatu
botol penampung.
23. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya
menunjukkan adanya cairan.
Cairan yang hanya sedikit sulit untuk dideteksi. Tidak mungkin
untuk membedakan jenis efusi pleura hanya dengan melihat
foto thorax. Sering amat sulit untuk membedakan antara
cairan pleura dengan penebalan pleura atau jaringan parut.
Dan amatlah sulit untuk memperkirakan jumlah cairan dengan
melihat foto thorax
24.
25.
26.
27. CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan
bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
2) CT scan dada
USG bisa membantu menentukan lokasi
dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
3) USG dada
28.
29.
30. B. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap
contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
31.
32. C. Analisa cairan pleura
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus
diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, yaitu
melalui thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi
dilakukan pemeriksaan seperti:
•Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH),
albumin, amylase, pH, dan glucose
•Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk
mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri
•Pemeriksaan hitung sel
•Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
34. 1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak
ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada
jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.
Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membrane-membran
pleura tersebut.
35. Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna
yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura
2. Atalektasis
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan
mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
3. Kolaps Paru
36. 4. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul
akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian
jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
37. 5. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan
membran yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema
disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan
menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura.
Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas atau
lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak
napas dan rasa sakit.