SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 76
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PEDAGOGIK
DISUSUN DALAM RANGKA PERKULIAHAN
STRATA SATU
PGSD
Oleh
H.A. Shofyanis, Drs., M.Ed,. Ph.D
082128737736
Bandung
2018
KONSEP DASAR PEDAGOGIK
• Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan,
yaitu ilmu pendidikan anak.
• Pedagogik mencoba menjelaskan seluk beluk pendidikan
anak
• Pedagogik merupakan teori pendidikan anak
• Pedagogik sebagai suatu ilmu sangat dibutuhkan oleh
setiap pendidik, terutama pendidik di Paud, dan di sekolah
dasar, karena mereka akan berhadapan langsung dengan
peserta didik yang belum dewasa.
• Sedangkan ilmu yang membahas tentang pendidikan orang
dewasa disebut ANDRAGOGI
PENGERTIAN PEDAGOGIK
• Pedagogik sebagai mata kuliah merupakan kajian
pendidikan. Secara Etimologi Pedagogik Berasal dari
Bahasa Yunani “paedos” yang berarti “anak laki-laki”, dan
agogos artinya “mengantar, membimbing”. Jadi secara
harfiah pedagogik adalah pembantu anak laki-laki yang
pekerjaannya mengantar anak majikannya ke sekolah.
• Secara teori Pedagogik adalah seoarang ahli yang
membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu.
• Hoogveld (Belanda) Pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari cara membimbing anak ke arah tujuan
tertentu agar kelak mampu secara mandiri menyelesaikan
tugas hidupnya.
• Lengveld (1980) membedakan istilah “pedagogik”
dengan “pedagogi”.
• Pedagogik diartikan sebagai ilmu pendidikan yang
menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan
tentang membimbing dan mendidik anak. Sedangkan
pedagogi adalah pendidikan yang menekankan
kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik,
mengajar, melatih, dan kegiatan membimbing anak.
• Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti,
kritis dan objektif mengembangkan konsep mengenai
hakekat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan
pendidikan, serta hakekat proses pendidikan.
Pengertian PENDIDIKAN
• Pendidikan dalam Bahasa Inggris “education”, biasanya disebut
pendidikan di sekolah, karena sekolah merupakan tempat peserta
didik dididik, diajar, dilatih, dan dibimbing .
• Kata “education” berhubungan dengan kata Latin “educere”yang
berarti “mengeluarkan suatu kemampuan” (e=keluar, ducere=
memimpin), jadi berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu
kemampuan yang tersimpan dalam diri anak.
• Kata “educere” ditemukan pada kata konduktor, yaitu seseorang yang
memimpin sekelompok pemain musik; juga seorang yang memimpin
kereta api dalam perjalanan(kondektur). Dalam ilmu listrik, konduktor
ialah bahan (biasanya logam) yang dapat “membawa” aliran listrik
• Dalam Bahasa Jerman untuk mendidik dipakai kata “orziehen” (or=ke
atas, ziehen=menarik) jadi “orziehen” menggambarkan secara kiasan,
bahwa mendidik itu meningkatkan (menarik ke atas) kecakapan dan
derajat seseorang.
Makna Pendidikan
• Pendidikan dalam arti khusus.
• Langeveld: pendidikan adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.
• Hoogveld: mendidik adalah membantu anak supaya kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
• Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia yang
belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai
tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani.
• Ki Hajar Dewantoro: mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.Jadi secara khusus, pendidkan dilakukan di lingkungan
keluarga,
• Drijarkara:Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal
ayah-ibu-anak di mana terjadi pemanusiaan anak, pembudayaan anak, dan
pelaksanaan nilai-nilai. Dia berproses untuk dapat melaksanakan sendiri
sebagai manusia purnawan
PENDIDIKAN DALAM ARTI LUAS
• Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat.
• Henderson: pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sejak manusia lahir sampai akhir hayat (long
life education).
• Dalam GBHN 1973: Pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan
di dalam dan di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
• UU No. 2 Tahun 1989: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi
peranannya di masa datang.
• UU No. 20 Tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara
PRINSIP DASAR
1. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (minal mahdi ilal lahdi);
2. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
orang tua, masyarakat, dan pemerintah;
3. Bagi manusia, pendidikan merupakan keharusan, karena dengan
pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang, yang disebut manusia seutuhnya;
4. Bagi orang dewasa, ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut
:andragogi” yang berasal dari bahasa Yunani “andr:” dan “agogos”. “Andr”
berarti orang dewasa, dan “agogos” berarti membimbing atau
memimpin.
Knowles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam
membantu warga belajar (orang dewasa) untuk belajar. Berbeda dengan
pedagogi yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar
anak-anak.
Dewasa secara biologis, apabila sudah mampu melakukan reproduksi.
Dewasa secara psikologis bila sudah bertanggung jawab terhadap
kehidupan dan keputusan yang diambilnya.
Dewasa secara sosial, bila telah mekukan peran-peran sosial yang
biasanya dibebankan kepada orang dewasa.
MENDIDIK MENGAJAR DAN MELATIH
• Darji Darmodiharjo: Mendidik menunjukan usaha yang lebih
ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani,
semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, keimanan dan ketaqwaan
(Afektif). Dengan mendidik, tujuannya adalah untuk mencapai
kedewasaan.
• Mengajar berarti memberikan pelajaran tentang berbagai ilmu
yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berfikirnya.
Disebut juga pendidikan intelektual, yaitu kemampuan anak
berfikir dalam berbagai bidang kehidupan. Tujuan mengajar adalah
agar anak mampu berfikir secara logis, abstrak, objektif, kritis,
sistematis, analitis, integratif dan inovatif (Kognitif)
• Melatih ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan
mengajarkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi suatu
mekanisme atau pembiasaan (Psikomotor). Tujuannya adalah
untuk memperoleh keterampilan sesuatu, seperti terampil
berhitung, membaca, menulis, berkarya, terampil olah raga, dsb.
PENTINGNYA PENDIDIKAN
• INSTING suatu kemampuan psiko-fisis (jasmani dan rohani) yang diturunkan
atau merupakan pembawaan, tanpa harus belajar dulu. Insting sejak dilahirkan
sudah tersedia
• MANUSIA MEMERLUKAN BANTUAN. Pendidikan merupakan suatu
keharusan bagi manusia, karena pada hakekatnya manusia dilahirkan dalam
keadaan tidak berdaya. Manusia pada seluruh hidupnya tidak cukup hanya
mengandalkan instingnya, banyak segi-segi kehidupannya yang perlu
diperjuangkan dan dikuasai melalui belajar dan usaha(pendidikan).
• Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebaga
individu maupun sebagai anggota kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. M
Mengobati penyakit, mesin-mesin pabrik, alat transportasi, alat telekomunikasi,
mengendalikan pemerintahan, dsb.
• Lebih-lebih individu bercita-cita bukan hanya untuk sejahtera di dunia tetapi juga
ingin berbahagia di kehidupan ukhrowi.
• PENDIDIKAN DALAM PRAKTEK berbentuk pergaulan antara pendidik dan peserta
didik yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami
nilai, norma-norma susila, bermartabat, serta berperilaku sesuai dengan tujuan
pendidikan tersebut, mengembangkan potensi, perubahan peradaban, Termasuk
di dalam praktek pendidikan adalah mengembangkan keterampilam motorik
• Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang memiliki kebebasan dan
hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan
kerja sama dengan sesama manusia yang disebut masyarakat. Manusia
harus pula peduli terhadap lingkungan dan terhadap makhluk lainnya.
• Ada gejala pada anak (sering secara tidak sadar) yang ingin
menyamakan dengan ayah atau ibunya, ingin pandai seperti ayah.
Dalam psikologi gejala itu disebut identifikasi. Proses identifikasi adalah
keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya, dan sering
berlangsung secara tidak sadar.
• Menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang
merupakan sumber dari dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan
kebijaksanaan. Sikap ketidaksabaran atau lekas marah tidak akan
menggairahkan kejiwaan anak.
• Dalam Praktek pendidikan kita tidak boleh mengabaikan respon anak
terhadap upaya pendidikan yang kita gunakan. Respon anak merupakan
balikan (feed-back) bagi tindakan pendidikan selanjutnya.
ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI TEORI
• Pentingnya Teori Pendidikan.
• Pendidikan yang memiliki lapangan yang luas, merupakan suatu kegiatan yang
hanya dapat dilakukan oleh manusia. Ruang lingkup lapangan pendidikan
mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
• Sebagai kegiatan manusia, pendidikan dapat diamati sebagai suatu praktek dalam
kehidupannya. Di samping itu, kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik.
Yang pertama disebut praktek, yang kedua disebut teori pendidikan.
• J.H. Gunning “Teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang istimewa, sebaliknya
praktek tanpa teori bagaikan orang yang kurang waras. Namun, bagi seorang
pendidik perlu paduan mesra antara keduanya”.
• Ilmu pendidikan harus dipelajari karena yang dihadapi adalah manusia dengan
masa depannya. Perbuatan pendidikan bukan kegiatan sembrono, melainkan
kegiatan membimbing peserta didik kepada tujuan yang diharapkan.
PENDIDIKAN SEBAGAI TEORI
lanjutan
• Manfaat ilmu pendidikan sebagai teori:
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana
yang akan dicapai
2. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan
dalam praktek pendidikan. Dengan teori kita dapat mengetahui mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh dilakukan, walaupun teori itu bukan satu-satunya
resep.
3. Teori dapat dijadikan sebagai tolok ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas perkembangan dalam pendidikan.
4. Tanpa mempelajari teori, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat
kesalahan yang fatal.
5. Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan, karena menyangkut
kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya, yaitu manusia
sebagai mahluk yang bermartabat dengan segala hak asasinya.
PENDIDIKAN DALAM RUANG LINGKUP MIKRO
DAN MAKRO
• Pendidikan mikro artinya dalam sekala kecil yang menyangkut orang
sebagai individu dan sebagai anggota kelompok. Mikro juga terjadi di
lingkungan sekolah dan terbatas sampai mencapai kedewasaan.
• Pendidikan makro adalah yang berskala besar dan luas yang menyangkut
pendidikan sepanjang hayat dan berlangsung di dalam dan di luar sekolah
• Dalam pendidikan individu tidak hanya dikembangkan potensi-potensi
yang ada pada diri anak, tetapi diberikan kesiapan untuk kehidupan
bermasyarakat. Dalam pendidikan kelompok seperti dalam kelas atau
kepramukaan, di samping memperhatikan kesatuan yang harmonis dan
bekerja sama, juga diperhatikan perbedaan-perbedaan individu, karena
tiap individu memiliki kemampuan, minat, bakat dan kebutuhan yang
berbeda.
PENDIDIKAN INDIVIDUAL
• Di lingkungan keluarga, sejak dalam kandungan sampai ia belajar di sekolah
(formal).
• Sejak di kandungan, menjaga kestabilan fisik dan jiwa janin. Menghindari
pertengkaran, tidak membuat suasana tegang, menghindari peristwia-peristiwa
traumatis (reaksi jiwa karena kejutan kuat, mengamuk di luar kesadaran, ancaman,
dsb).
• Waktu sudah lahir. Ibu-bapak menjaga kesehatan, memperhatikan gizi,
memperhatikan protein untuk pertumbuhan otaknya, air susu Ibu, dimandikan,
diganti popok (pampers), waktu tidur dijaga. Agar kejiwaan berkembang dengan
baik, ibu menjaga suasana hangat, bahagia, tentram, gembira. Setelah dapat
berjalan, dituntun, dilatih, dibimbing, diberi berbagai permainan agar terampil.
• Setelah mengenl lingkungan, bergaul dengan saudara-saudaranya, menggunakan
panca indranya, perkembangan bahasa, membedakan yang baik dan yang tidak
baik, mengembangkan imajinasinya, kreativitas, intelegensi, kemandirian, bergaul
dengan teman sebaya, dsb.
PENDIDIKAN KELOMPOK
(KENAPA PERLU SEKOLAH?)
• Pendidikan dalam keluarga terbatas, Maka sekolah dapat memberikan
pendidikan lanjutan, karena di sekolah banyak pendidik yang profesional,
berkepribadian, berkompetensi sosial dan berkompetensi dalam pendidikan
anak (pedagogik).
• Dengan menyelenggarakan pendidikan dalam kelas, anak-anak dapat saling
berinteraksi sesama teman sebaya, menghilangkan ketergantungan kepada
orang tua, belajar hidup bermasyarakat, saling membantu, mengerjakan tugas
bersama, belajar mematuhi perintah pendidik, belajar melaksanakan tugas,
belajar berorganisasi, dsb.
• Belajar mematuhi peraturan, Mis. Datang tepat waktu, melaksanakan
pekerjaan rumah, berpakaian rapih dan tertib, belajar disiplin, belajar
menghargai, menghormati, menerima, dsb.
• Selain belajar kepribadian, juga diberikan pengembangan potensi
intelektualnya.
• Di samping pendidikan yang melaksanakan prosesnya melalui intra kurikuler,
juga ada co kurikuler, seperti praktikum, dan ekstra kurikuler seperti pramuka,
PMR, UKS, Dokter kecil, dsb.
PNDIDIKAN MIKRO DAN MAKRO DITINJAU DARI
TANGGUNG JAWAB
• A. Tnggung jawab keluarga. Pendidikan dalam arti khusus menjelaskan bahwa
pendidikan merupakan usaha mendidikan anak untuk menjadi dewasa. Setelah
anak mencapai kedewasaan dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap
selesai. Pendidikan semacam ini berpusat dalam keluarga dalam arti tanggung
jawab keluarga.
• Pendidikan mikro sebagai upaya mendewasakan anak, termasuk masuk play-group,
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA/MAK, semuanya merupakan tanggung
jawab keluarga.
• B. Tanggung jawab bersama.
• Pendidikan dalam arti luas dalam mendewasakan anak merupakan tanggung jawab
bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah, sesuai dengan UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 7 sampai dengan Pasal 11.
• C. Kalau seseorang yang sudah selesai S1, misalnya, ingin melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi merupakan tanggung jawab sendiri, karena tanggung jawab ibu
dan ayahnya sudah selesai.
•
PEDAGOGIK SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH
(ILMU)
• Suatu disiplin dapat dipandang sebagai suatu ilmu, apabila disiplin tersebut
memiliki status keilmuan yang jelas, karena akan memperkokoh keberadaan
atau eksistensi ilmu tersebut manakala mendapat pengujian secara ilmiah.
• Empat kejelasan minimal yang harus dimiliki suatu disiplin ilmu.
1. Memiliki kejelasan objek studinya. Obyek materialnya manusia (anak),
obyek formalnya adalah situasi pendidikan dan situasi pergaulan anak dan
orang dewasa (pendidik)
2. Memiliki metodologi penyelidikannya, baik kuantitatif maupun kualitatif
atau gabungan keduanya;
3. Memiliki isi atau substansi dari ilmu tersebut.
4. Memiliki fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salah satu aspek
masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
Untuk memahami apakah Pedagogik termasuk kepada suatu disiplin
ilmu? akan dibahas dalam tiga kegiatan: Pemaparan tentang pengetahuan
dan pengetahuan ilmiah (ilmu); Pemaparan tentang karakteristik dan
klasifikasi pengetahuan ilmiah; Karakteristik pedagogik sebagai disiplin
ilmu yang otonom, dan hubungan pedagogik dengan ilmu-ilmu lainnya
KONSEP PENGETAHUAN
• Sidi Gazalba dalam Sadulloh (1983) Pengetahuan adalah apa-apa yang
diketahui sebagai hasil pekerjaan panca indra (sehingga menjadi tahu).
Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insyaf,mengerti dan
pandai. Semua pengetahuan tersebut adalah milik atau isi pikiran. Misal:
kita tahu arah jalan; tukang jamu tahu obat tradisional; menulis di white
board pakai alat tulis warna hitam; Tahu peristiwa perang Badar dari
membaca atau mendengar dari Da’I; dst.
• Contoh tersebut belum dapat dikatakan pengetahuan ilmiah atau ilmu
(science) tetapi baru tergolong pada informasi yang sering disebut
pengetahuan.
• Pengetahuan sering disebut juga sebagai seperangkat informasi yang
tersusun mengenai fenomena dalam pengalaman
• Kaum Pragmatis, terutama Dewey, tidak membedakan antara
pengetahuan dan kebenaran, oleh karena itu pengetahuan harus benar,
kalau tidak benar menjadi kontradiktif
PENGETAHUAN:
TEORI KEBENARAN
• Apakah pengetahuan itu benar atau salah? John Dewey: Ada tiga teori untuk
acuannya.
1. Teori Korespondensi (Correspondence Theory). Kebenaran adalah kesesuaian
antara fakta dan situasi nyata; persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dan
situasi lingkungannya. Teori ini paling luas diakui oleh para realistis. Contoh,
Pulau jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia
2. Teori Koherensi (Coherence Theory). Menurut teori koherensi, kebenaran bukan
persesuaian antara pikiran dan kenyataan, melainkan kesesuaian secara
harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita yang telah
dimiliki. Teori ini pada umumnya diakui oleh para idealis. Pengertian kesesuaian
dalam teori ini adalah terdapat konsistensi, sehingga sering juga disebut teori
konsistensi. Sejumlah kritik, Pertama, teori ini tidak dapat membedakan
kebenaran yang konsisten dengan kekeliruan yang konsisten. Kedua, teori ini
bersifat rasionalistis dan intelektualistis yang hanya mementingkan hubungan-
hubungan antara dalil-dalil, tidak cocok untuk diterapkan pada kehidupan sehari-
hari. Teori ini cocok untuk matematika murni.
3. Teori Pragmatisme(Pragmatism Theory), Kebenaran tidak bisa bersesuaian
dengan kenyataan. Tidak ada kebenaran yang abadi dan mutlak. Kebenaran itu
dibuat dalam proses penyesuaian manusia dalam kehidupannya yang selalu
berkembang dan berubah. Schiller (pengikut pragmatisme Inggeris), kebenaran
adalah suatu bentuk nilai, artinya kalau kita menyatakan benar terhadap
sesuatu, berarti memberikan peniaian terhadapnya. Istilah “benar” adalah
pernyataan yang berguna, sedangkan istilah “salah” merupakan pernyataan yang
tidak berguana. Benar dan salah tidak bersifat individual. Kebenaran adalah hasi;
hubungan sosial. Kebenaran individual dikontrol atau dikoreksi oleh pengaruh
sosial, sampai akhirnya kebenaran itu diterima secara umum.
Berdasarkan objek, metode, dan nilai kegunaannya, pengetahuan diklasifikasikan
dengan sistem kategorisasi, Titus (1959) membagi empat a). Pengetahuan biasa
(common sense knowledge) b). Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge); c).
Pengetahuan filsafat (philosofical knowledge); d). Pengetahuan agama
(knowledge of religy).
PENGETAHUAN ILMIAH
SCIENTIFIC KNOWLEDGE (ILMU)
• Dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan Ilmiah disebut ilmu. Ilmu
sering disebut sebagai segala sesuatu yang kita ketahui dengan sistematis
dan sistemik. Hal ini tidak salah, sebab secara Etimologis merupakan
terjemahan dari ilmu sebagai science (Bahasa Inggris) yang bersal dari kata
scio, scire (bahasa Latin) yang berarti tahu. Dari kejadiannya berasal dari
‘alima (bahasa Arab) yang berarti tahu. Namun secra Terminologis dalam
konteks akademis, science adalah sekumpulan pengetahuan yang
mempunyai karakteristik dan syarat-syarat tertentu sehingga disebut
pengetahuan ilmiah (ilmu).
• Sscientific knowledge terjadi dari berbagai upaya untuk memenuhi rasa
ingin tahu, sehingga memiliki berbagai pengetahuan. Berbagai
pengetahuan tersebut dikumpulkan melalui metode tertentu, kemudian
disusun dengan menggunakan sistematika tertentu, diolah dengan
menggunakan metodologi tertentu, maka lahirlah pengetahuan ilmiah
atau ilmu (scientific knowledge)
KARAKTERISTIK PENGETAHUAN ILMIAH
• Suatu disiplin ilmu atau pengetahuan ilmiah hendaknya memiliki karakteristik
untuk siap mendapat pengujian secara empiris. Randal dan Buchler (1942)
dalam Sadulloh (1994) mengemukakan karakteristik pengetahuan ilmiah
sebagai berikut.
1. Hasil pengetahuan ilmiah bersifat akumulatif dan merupakan milik
bersama. Artinya hasil ilmu yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan
dan penemuan hal-hal baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang
menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan hasil penemuan
orang lain.
2. Hasil pengetahuan ilmiah kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi
kekeliruan, karena yang menyelidikinya adalah manusia. Tetapi
kekeliruannya bukan karena metodenya, melainkan terletak pada manusia
yang menggunakan metode.
3. Pengetahuan ilmiah bersifa objektif, artinya prosedur kerjanya tidak
tergantung pada subjek yang menggunakannya, dan tidak tergantung
kepada pemahaman pribadi.
KARAKTERISTIK lanjutan
• Ralp Ross dan Ernest van den Haag (Harsojo, 1977):
1. Bersifat rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses
berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar
pengalaman oleh pancaindera.
3. Bersifat umum, artinya bahwa hasil ilmu dapat digunakan
oleh setiap manusia tanpa kecuali.
4. Bersifat akumulatif, artinya bahwa hasil ilmu dapat
digunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya.
KRITERIA PENGETAHUAN ILMIAH
• Menurut Paradigma Pasca Thomas Khun, dalam Waini (1996).
1. Ada objek formal dalam arti bidang kenyataan yang merupakan
permasalahan ilmu secara khusus
2. Ada metode kerja yang diakui sesama ilmuwan, baik secara kuantitatif
atau kualitatif untuk memvalidasi pengetahuan dalam arti
mengungkapkan temuan hubungan antar variabel (kausalitas atau
korelasional).
3. Ada sosok jaringan substantif pengetahuan yang dihasilkan secara
sistematis mendeskripsikan fenomena alam dan kehidupan secra
berdasar dan koheren.
4. Terdapat teknik yang mapan dan perlengkapan yang diakui dalam
menerapkan pengetahuan khusus ke dalam praktek kerja yang terkait
dengan objek formal.
KRITERIA MENURUT MADJID NOOR
(1999)
• Kriteria pengetahuan ilmiah adalah: Landasan, Objek, Metode, Isi, dan Fungsi.
1. Landasan Ilmu berkenaan dengan titik tolak atau tempat berpijak para ilmuwan
dalam kegiatan ilmiahnya yang berguna dalam memahami fenomena alam atau
fenomena sosial. Landasan ilmu biasanya bersumber dari aliran filsafat tertentu
kerana filsafat adalah induknya pengetahuan ilmiah. Landasan ilmu kealaman pada
mulanya bersumber dari filsafat materialisme dan naturalisme. Namun dalam
perkembangannya landasan ilmu alam cenderung bersumber dari aliran filsafat
positivisme dan neo-positivisme. Sedangkan landasan ilmu-ilmu sosial (social science)
bersumber dari filsafat humanisme, pragmatisme, eksistensialisme dan
fenomenologi.
2. Obyek Ilmu. Obyek suatu ilmu adalah kenyataan (realitas) bahan yang menjadi kajian
atau penyelidikannya. Ada Obyek material dan obyek formal
• Objek material yang dapat mengelompokkan berbagai ilmu. kalau obyek materialnya
alam maka akan melahirkan ilmu-ilmu kealaman (natural science) seperti fisika,
biologi, kimia;
• Kalau obyek meterial manusia maka akan melahirkan ilmu-ilmu sosial (social science)
seperti sosiologi, ilmu pendidikan, psikologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dsb.
• Obyek Formal Ilmu ialah suatu bentuk yang menjadikan ilmu tersebut berdiri sendiri
(otonom) yang khas dan membedakan ilmu tersebut dari ilmu yang lain. Misal, yang
menjadi obyek sosiologi adalah masyarakat, ekonomi mempelajari kesejahteraan
manusia, psikologi mempeljari gejala jiwa (tingkah laku) manusia. Fisika dan kimia
tergolong kepada ilmu kealaman, tetapi keduanya memiliki obyek formal yang berbeda.
Fisika mempelajari fenomena alam fisik, sedangkan kimia mempelajari fenomena zat
dan prosesnya. Begitu juga biologi, walaupun termasuk ke dalam ilmu kealaman, beda
dengan fisika dan kimia, biologi obyek formalnya adalah gejala kehidupan organisme
biologis.
3. Metode ilmu (metode ilmiah) merupakan prosedur kerja sistematis, yakni terencana
dan cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu.
Tujuannya untuk memperoleh suatu produk ilmu yang valid (sah, benar, dan tepat),
artinya pemikiran manusia sesuai dengan fakta empiris, dan reliable (produknya dapat
dipercaya, jika diulang akan menghasilkan produk yang sama).
• Metode kuantitatif karakter utamanya jumlah dlam menguji teori, memproses data
dalam bentuk angka, sebagai hasil pengukuran yang sifatnya eksak dan menggunakan
perhitungan statistik, dengan teknik penelitian survey dan observasi terstruktur.
• Metode kualitatif, untuk mengembangkan suatui teori baru dengan memproses data
deskriptif sebagai hasil evaluasi tanpa menggunakan statistik, denga teknik
penelitiannya biasanya studi kasus, dan instrumen utama adalah peneliti itu sendiri.
4.ISI ILMU yaitu struktur pengetahuan yang tersusun secara sistemik dan
sistimatik sebagai hasil penelitian ilmiah dalam bidang atau obyek studi
yasng menjadi garapannya. Isi ilmu biasanya berupa:
a.Aksioma, pandangan/ide/konsep yang kebenarannya tidak perlu
dibuktikan. Misal dalam matematik, pengertian koma, titik, garis, segitiga,
dsb.
b. Postulat, Pandangan/konsep yang sangat mendasar yang telah dianggap
benar tanpa perlu pembuaktian. Mis. Dalam filsafat: manusia adalah
hewan berkawan (Men is a social animal).
c. Paradigma, Menurut Thomas S Khun adalah suatu atau srangkaian
pandangan yang telah dianggap benar oleh suatu masyarakat akademis
atau komunitas ilmuwan (academic society) dan berfungsi memberi dasar
yang terdalam bagi pengembangan konsep, teori atau hukum.
d.Asumsi, yaitu pendapat yang kebenarannya diterima menurut suatu
kerangka berpikir tertentu, namun masih perlu dibuktikan secara empiris.
e.Konsep. Theory, Generalisasi, Hukum, Prinsip, Azas, Model.
FUNGSI ILMU
1. FUNGSI MENJELASKAN. Ilmu berfungsi menjelaskan fenomena kehidupan, baik
fenomena alam maupun fenomena sosial. Mis. Mengapa suatu fenomena terjadi,
apa penyebab sebenarnya, bukan hanya gejalanya saja. Ada empat pola ilmiah
tentang fungsi pengetahuan ilmiah
• Penjelasan deduktif yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum.
• Penjelasan probabilistik/induktif yaitu menarik kesimpulan dari sejumlah kasus.
• Penjelasan Teleologis yaitu penjelasan yang didasarkan pada tujuan tertentu.
• Penjelasan genetik yaitu penjelasan yang didsarkan pada seperangkat faktor yang
timbul sebelumnya (preriquisit).
2. MEMPREDIKSI yaitu kemampuan suatu ilmu untuk menunjukkan sesuatu yang
akan terjadi apabila sejumlah fenomena, indikasi atau data tertentu tampak atau
tidak tampak.
3. MENGONTROL yaitu fungsi memeriksa atau menguji apakah suatu kegiatan dalam
prakteknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditemukan oleh
pengetahuan ilmiah tertentu
TUJUAN PENDIDIKAN
• Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup
manusia, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
• Tujuan pendidikan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks
kebudayaan baik kepercayaan/religi, filsafat, ideologi, maupun berupa mitos.
• Dalam menentukan tujuan pendidikan, menurut Hummel (1977) minimal harus
memperhatikan tiga nilai:
1. Autonomy, yaitu memberi kesadaran,pengetahuan, dan kemampuan secara
maksismum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri, dan
hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
2. Keadilan (Equity) Yaitu memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat
untuk dapat berpartisipasi dalah kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi
dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
3. Survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan
kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga kebudayaan itu
tetap hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
JENIS-JENIS TUJUAN PENDIDIKAN
LENGEVELD (1980)
1. Tujuan Umum merupakan sesuatu yang akhirnya akan dicapai oleh pendidikan.
Tahun 2006 Pada KTSP Tujuan Umum disebut juga Standar Kompetensi. Pada
Kurikulum 2013, Standar Kompetensi diganti dengan Kompetensi Inti (KI). KI ini terdiri
atas KI 1 yang menyangkut Spiritual; KI 2 menyangkut Sosial, KI 3 menyangkut
Pengetahuan; KI 4 menyangkut Keterampilan.
2. Tujuan Khusus Artinya tujuan pengkhususan dari tujuan umum. Dalam KTSP disebut
juga Kompetensi Dasar. Dalam Kurtilas sama dengan KTSP yaitu Kompetensi Dasar
3. Tujuan Insidental yaitu tujuan yang menyangkut suatu peristiwa dan sifatnya hanya
sewaktu-waktu.
4. Tujuan sementara yaitu tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai
tujuan umum. Misal: Tujuan umumnya sadar akan hidup sehat; tujuan sementaranya,
kuku bersih,. Gigi bersih, dan berbagai jenis serta tingkatan kebersihan.
5. Tujuan tidak lengkap, yaitu tujuan dari satu aspek saja.
6. Tujuan Perantara yaitu tujuan untuk mencapai tujuan yang lain. Misal: belajar
membaca agar kelak dapat belajar ilmu lainnya dengan membaca sendiri sumber
ilmu.
TUJUAN PENDIDIKAN LAINNYA
1. Tujuan pendidikan ditinjau dari segi waktu: a) tujuan pendidikan di
lingkungan keluarga, b). di pendidikan anak usia dini, c). di Taman Kanak-
kanak, d). di sekolah dasar, e). di sekolah menengah pertama, f). di sekolah
menengah atas.
2. Tujuan pendidikan dilihat dari Perkembangan anak sebagai Pribadi, dari
masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra remaja, masa
remaja, masa pemuda/i, masa dewasa, sampai masa tua.
3. Kedewasaan sebagaii Tujuan Pendidikan. Pendidikan dalam arti mikro yaitu
pendidikan bertujuan menjadikan anak dewasa, dalam arti dewasa secara
biologis dan psikologis, dewasa secara emosi, dewasa secara sosial, dewasa
secara afektif, dewasa secara intelektual, dewasa secara kemauan
(vilisional) dan dewasa secara spiritual. Tujuan pendidikan mikro ini berbeda
dengan tujuan pendidikan secara makaro (luas), yaitu tujuan pendidikan
sepanjang hayat.
4. LIHAT PULA KEDEWASAAN SESEORANG MENURUT MUKTI ALI (1973),
Menteri Agama RI Era Orde Baru.
BATAS-BATAS PENDIDIKAN
• Pendidikan sebagai perbuatan manusia, tidak begitu saja dapat dilaksanakan tanpa
memperhatikan batas-batas yang mempengaruhinya. Batas-batas tersebut adalah:
1. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk membimbing anak
mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru (UU No 20 Tahun 2003). Orang tua (Bapak dan Ibu)
merupakan pendidik kodrati yang pada hakekatnya tidak bisa digantikan oleh
orang lain. Pendidik di sekolah yang bertindak mewakili orang tua, tidak berarti
bahwa pendidik dapat menggantikan semua tugas, fungsi dan peran orang tua
dalam mendidik peserta didik. Pendidik dan orang tua (sebagai pendidik)
memiliki keterbatasan, oleh karenanya maka dibuatlah jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.
2. Pribadi Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (UU No 20 Th.2003). Peserta didik
harus dipandang secara filosofis, atau menerima kehadiran keakuannya,
keindividuannya, sebagaimana dia seharusnya berada.
BATAS lanjutan
3. Alat Pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus
dengan maksud mempengaruhi peserta didik secara pedagogis (educatif). Alat
pendidikan menurut Langeveld (1980) dipilih atas empat aspek yaitu
berhubungan dengan tujuan pendidikan; pendidikan yang akan menggunakan
alat tersebut; bahan perantara tempat pemakaian alat; dan berhubungan
dengan pertanyaan “apakah akibat dari penggunaan alat tersebut”.
• Lima Jenis alat pendidikan, yaitu:
a. Perlindungan merupakan syarat dasar bagi semua pergaulan termasuk
pergaulan pendidikan.
b. Kesepahaman timbul karena orang dewasa akan menjadi teladan bagi peserta
didik. Begitu juga peserta didik akn mencoba meniru perilaku pendidik.
c. Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan berupa pembauran dari
pendidik dan penyesuaian diri dari peserta didik (sesuai perbuatan dengan
kata hati)
d. Perasaan bersatu, interaksi atau pergaulan pendidik dan peserta didik yang
bersifat kekeluargaan, timbul saling pengertian, serta saling melengkapi.
e. Pendidikan karena kepentingan diri sendiri, si peserta didik telah menyadari
akan pentingnya pendidikan bagi dirinya serta ikut bertanggung jawab untuk
membentuk dirinya sendiri.
4. Waktu Pelaksanaan. Waktu masa bayi sampai usia 3 tahun baru disebut bentuk
pembiasaan (conditioning) belum disebut hubungan pendidikan. Pada usia 4-6
tahun merupakan hubungan pengembangan dan pengenalan. Hubungan
pendidikan baru dimulai pada usia 7 tahun.
5. Aspek Tujuan. Dalam skala mikro, tujuan pendidikan adalah mencapai
kedewasaan. Apabila kedewasaan sudah tercapai maka pendidikan telah
mencapai batasnya. Lain lagi dengan skala makro. Pendidikan orang dewasa atau
pendidikan sepanjang hayat, dapat digunakan istilah pembinaan, dalam arti
peningkatan diri.
6. Aspek lingkungan. Dalam arti umum berarti situasi di sekitar kita. Dalam
pendidikan, merupakan segala sesuatu yang berada di luar diri peserta didik yang
dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek, yaitu:
• Lingkungan alam fisik di sekitar anak, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,iklim,
jenis makanan, berbagi benda, dsb.
• Lngkungan budaya dapat berupa teknologi, adat istiadat. Pengetahuan, dsb.
• Lingkungan sosial termasuk perilaku manusia, hubungan antar manusia,
• Lingkungan spiritual berupa agama, keyakinan yang dianut keluarga, di
masyarakat, dan sebagainya.
KEHARUSAN PENDIDIKAN
1. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, perlu mendapat uluran
dari orang lain (ibu dan ayah) belum bisa berbuat apa-apa, maka
pendidikan merupakan suatu keharusan (berbeda dengan binatang
yang sudah dilengkapi dengan kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat
sesuatu untuk mempertahankan hidupnya). Sedangkan bayi/anak
manusia masih memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan
dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap
demi setahap.
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk mencapai kedewasaan yang
merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan waktu
lama. Mungkin untuk manusia primitif beda dengan manusia modern
yang tuntutannya lebih kompleks.
3. Manusia sebagai mahluk sosial. Manusia adalah mahluk sosial, tidak mungkin hidup
normal tanpa hidup bersama dengan manusia lainnya. Memiliki perjanjian yang saling
menguntungkan, memiliki peraturan, saling membutuhkan, saling melengkapi, saling
mengisi. Semuanya memerlukan pendidikan.
4. Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri. Pengertian sosial bukan berarti
tidak menghargai kehidupan manusia sebagai individu,Pergaulan hidup adalah hidup
antara pribadi-pribadi. Karena ada pribadi-pribadi yang berbeda dalam kehidupan
bersama, maka pendidikan diperlukan.
5. Manusia sebagai makhluk bertanggung jawab. Setiap manusia harus mampu
bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan akan membawa akibat,
dan seringkali akibat itu menimpa orang lain. Disinilah pendidikan sangat diperlukan
manusia.
6. Sifat manusia dan kemungkinan terjadinya pendidikan. Pada hewan suka terjadi
kegiatan yang seperti “pendidikan” yang disbut “dressur” (pembiasaan/ conditioning)
tetapi sangat jauh dari pengertian pendidikan yang sebenarnya. Anak senang meniru
untuk berbuat, ini juga disebut dressur. Namun orang tua mesti bijak, kalau anak
mengambil pisau tajam, ibu menggantikan dengan benda yang mirip pisau. Di sini
terjadi pendidikan
KEMUNGKINAN PENDIDIKAN
• Ada yang berpendapat bahwa kedewasaan adalah proses alami, yang berlangsung
selaras dengan hukum alam. Kalau demikian pendidikan merupakan kegiatan yang sia-
sia.
• Tidak dapat dipungkiri, memang ada hal-hal tertentu yang diperolehnya secara alami ,
misalnya jenis kelamin dan bakat, hal ini di luar kemampuan manusia.
• Sejak dulu para pakar psikologi mengakui bahwa bakat yang dibawa bukan merupakan
kenyataan tetapi merupakan potensi. Apakah potensi itu harus dibiarkan atau dipupuk,
dibimbing dan dikembangkan? Seberapa jauh potensi itu dikembangkan dalam rangka
mengisi kedewasaan?
• Jenis kelamin manusia tidak perlu dipertanggung jawabkan. Tetapi kalau sudah dewasa,
seberapa jauhkah manusia telah menjadikan kepribadian kelaki-lakian atau
kewanitaannya dalam mengisi dan mencapai kedewasaannya. Dengan kata lain,
seberapa jauhkan pendidikan telah dan harus berperan ?
• Namun memang, tidak semua manusia harus diberi pendidikan yang sama, mengingat
manusia bersifat unik. Ada yang di SD ada yang di MI, SMP, MTs SMA, SMK, MA, SLB,
Paket A, B, atau C
TUTWURI HANDAYANI
• Aliran Naturalisme dipelopfrori J.J Roussou, yang berpendapat bahwa setiap anak
yang dilahirkan berpembawaan baik dan akan rusak karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa aryu7 kan merusak
pembawaan anak yang baik. Aliran ini disebut juga negativisme.
• Aliran Empirisme dari John Locke, keadaan manusia tatkala dilahirkan sebagai
Tabularasa yaitu meja lilin yang bersih bagaikan kertas, lingkungan membentuknya
• Aliran konvergensi berasal dari Bangsa Jerman William Stern, pembawaan dan
lingkungan saling melengkapi dan saling mengisi dalam perkembangan anak.
• Tutwuri Handayani merupakan konsep pendidikan dari Ki hajar Dewantara. Tut wuri
berarti mengikuti dari belakang; Handayani berarti mendorong, memotivasi, atau
membangkitkan semangat. Mirip dengan Konvergensinya W. Stern
• Ing ngarso nsung tulodo, artinya kalau di depan pendidik harus memberi contoh; in
madyo mangun karso, artinya kalau ada di tengah-tengah harus membangun
kemauan, kreativitas dan hasrat untuk berinisiatif. Jadi pendidikan merupakan hasil
interaksi atara pembawaan dan lingkungan
PENDIDIK/GURU
• Pengertian: Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak, agar
dapat menuju kedewasaan.
• Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasarannya adalah anak.
• Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003).
• Ada pendidik karena kodratnya harus mendidik, dan ada pendidik karena
tugasnya untuk membimbing anak mencapai kedewasaan.
• Pendidik harus sudah dewasa, karena mendidik bukan hanya nasihat, anjuran,
perintah, dan larangan saja, tetapi gambaran kedewasaan pendidik yang
menjadi tauladan dalam berperilaku, berpengetahuan, berilmu dan dalam
pergaulan antar pendidik dan peserta didik, yang menurut Langeveld disebut
situasi pendidikan.
JENIS PENDIDIK
• Pendidik Pertama, yang disebabkan kewajaran, alamiah dan kodrati, tanggung
jawab membimbing anak mencapai kedewasaan, yaitu orang tua (ibu dan ayah).
Hal ini disebabkan anak yang baru lahir tidak berdaya mengurus dirinya sendiri, dan
tidak bisa mengembangkan dirinya sendiri. Mereka perlu bantuan. Orang tua jadi
pendidik pertama. Kalau ternyata orang tua tidak bisa mendidik, misal: karena
meninggal atau bercerai atau sebab lain, kemudian diserahkan kepada orang lain
(paman, bibi, nenek, panti), mereka bukan pendidik kedua tetapi tetap sebagai
pendidik pertama.
• Pengaruh orang tua sangat besar terhadap perkembangan anak dengan berbagai
tahapannya dan masa depan anak. Sabda Rosul: Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fithrah kecuali ibu bapaknya yang menyebabkan dia jadi penganut Yahudi,
Nasrani atau penganut majusi.
PENDIDIK KEDUA/GURU
• Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik. Mereka tidak
bisa disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka sebagai
pendidik. Mereka jadi pendidik karena profesinya sebagai pendidik.
• Dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, mebimbing,
mengarahkan, mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
• Hal-hal yang harus dimiliki seorang guru: memiliki kedewasaan; menjadi teladan;
mampu menghayati kehidupan anak; mengikuti keadaan kejiwaan dan
perkembangan anak; mengenal anak sebagai pribadi; dan menjadi seorang pribadi
CIRI-CIRI PENDIDIK
• Adanya kewibawaan (kekuasaan batin) yang terpancar dari dirinya, dan
menghindari penggunaan kekuasaan lahir. Kewibawaan merupakan
pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain untuk mengakui,
menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas pengaruh tersebut.
• Mengenal peserta didik baik secara umum maupun secara khusus, Hal ini
dapat dipelajari melalui perkembangan peserta didik
• Membantu peserta didik yang sesuai dengan yang diharapkannya. Setiap
anak ingin menjadi dirinya, bertanggung jawab, ingin menentukan sendiri,
maka pendidik adalah membantunya.
SYARAT-SYARAT PENDIDIK
• Mengetahui tujuan pendidikan; mengenal peserta didiknya; mengetahui prinsip
dan menggunakan alat pendidikan; bersedia membantu anak; dan menyatu dengan
anak.
• Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbabagi potensi yang dimilikinya.
• Kompetensi kepribadian adalah memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
• Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan berbagai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
• Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar
PESERTA DIDIK/ANAK DIDIK
• Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. UU No. 20 Tahun 2003. Pengertian ini lebih
cocok bagi pendidikan makro, karena peserta didik bisa berlaku dari bayi
sampai kakek-kakek yang mengikuti proses pendidikan
• Dalam pendidikan mikro dan pedagogik lebih cocok menggunakan istilah
anak didik. Tirtaraharja (2004) mengemukakan empat karakteristik anak
didik:
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan mahluk yang unik.
2. Individu yang sedang berkembang
3. Individu byang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi
4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
CIRI-CIRI ANAK DIDIK
Edi Suardi (1984) mengemukakan lima ciri anak didik:
1. Kelemahan dan ketidak berdayaan baik fisik maupun psikis. Misal lemah dan tidak
berdaya akan cuaca, dingin, panas,; Begitu juga kelemahan akan keadaan yang
berbahaya, dan menyenangkan. Lama-lama kelemahan dan ketidak berdayaan
menghilang berkat bantuan.
2. Anak didik adalah mahluk yang ingin berkembang. Anak selalu bergerak, selalu
meraba, mencoba,merasakan, ingin tahu merupakan vitalitas (semangat hidup)
untuk berkembang. Keinginan berkembang ini merupakan karunia yang sangat
besar untuk membawa mereka ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi.
3. Ingin menjadi diri sendiri. Karena untuk dapat bergaul di masyarakat dia harus
menjadi diri sendiri, seorang pribadi. Tanpa itu, dia akan pasif, mblelo, dan tak
punya jati diri.
4. Perkembangan anak didik. Perjalanan hidup anak sejak lahir sampai dewasa
melalui waktu yang panjang, melalui fase-fase perkembangan tertentu. Pelajari
dan bandingkan dengan fase-fasenya Thornburgh.
5. Anak didik sebagai individu. Lihat anak sebagai totalitas.
INTERAKSI PEDAGOGIS ANTARA PENDIDIK DENGAN
ANAK DIDIK
• Interaksi pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang
dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia dewasa. Tanpa
adanya tujuan pendidikan, hanya merupakan pergaulan biasa saja.
• Pendidikan berarti komunikasi, yaitu berhubungan timbal balik atau dua
arah. Berkomunikasi dua arah harus menyediakan situasi yang komunikatif
dan mengikuti irama anak (receiver oriented).
• Syarat Interaksi Pedagogis:
1. Rasa tenang pada anak didik
2. Hadirnya kewibawaan
3. Kesediaan pendidik membantu anak didik
4. Memperhatikan minat anak didik.
INTERAKSI PEDAGOGIS DALAM PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH
• Karakteristik interaksi pedagogis di sekolah’
1. Interaksi atas dasar Tugas dan Peran masing-masing pendidik dan anak didik, sehingga
timbul kebersamaan dan bekerja sama.
2. Ada tujuan. Di sekolah tidak ada kegiatan yang tidak bertujuan
3. Kemauan pendidik untuk membantu anak didik dalam mencapai kognitif, afektif dan
psikomotor
4. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu
tujuan.
5. Ditandai dengan suatu garapan materi yang sudah dipilih dan disiapkan sebelum interaksi
berlangsung.
6. Interaksi pembelajaran ditandati dengan aktivitas anak. Kurang bermanfaat kalu anak
hanya pasif saja.
7. Pendidik mengambil peranan membimbing, motivator, memulai dan mengakhiri suatu
proses.
8. Ada disiplin yaitu suatu pola tingkah laku yang diatur dan ditaati.
9. Ada pengaturan waktu.
10.Interaksi belajar individu, kelompok dan tim (pendidik dengan anak didik)
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
• Manusia merupakan mahluk jasmani dan ruhani, yang secara hakikatnya adalah mahluk
individual dan mahluk sosial. Langveld: dasar antropologis manusia (hakikat manusia)
adalah, individualistas, sosialitas dan moralitas, juga sebagai mahluk berketuhanan.
Atas dasar tersebut, Ahmadi dan Uhbiyati (2001), pembelajaran di sekolah harus
menyangkut aspek-aspek pendidikan:
1. Pendidikan Budi Pekerti berkaitan dengan watak, akhlak, moral, nilai, dst.
2. Pendidikan kecerdasan, latihan dengan kata, contoh, verbal, audio, dst.
3. Pendidikan Sosial, menyesuaikan diri, sabar, ramah, santun, tolong menolong, saling
menghargai, menghormati , dsb.
4. Pendidikan Kewarganegaraan, agar menjadi warga negara yang baik, bermanfaat bagi
berkehidupan di masyarakat dan negara,
5. Pendidikan Keindahan (estetika), memiliki rasa kehalusan jiwa, menikmati keindahan,
apresiasi seni. Dsb.
6. Pendidikan Jasmani, membentuk watak, sehat jasmani dan rohani, berotot, kuat.
7. Pendidikan agama, membiasakan pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama
8. Pendidikan kesejahteraan keluarga, untuk meningkatkan taraf hidup dan penghidupan
keluarga, hidup damai, rukun, hemat, sejahtera dalam ikatan keluarga.
KONSEP DAN PENGERTIAN
ALAT PENDIDIKAN
• Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam proses
pendidikan, baik berbentuk material maupun non-material.
• Non-Material adalah suatu tindakan/perbuatan atau siatuasi yang dengan
disengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Misal:
pembiasaan, suruhan, larangan, anjuran, ajakan, pujian, teguran, hukuman,
imbalan, dan berbagai bentuk tindakan lainnya.
• Alat pendidikan material adalah berbagai alat yang digunakan untuk keperluan
pelaksanaan proses pendidikan, biasanya berbentuk benda yaitu sarana dan
prasarana.
• Parasarana termasuk lahan, bangunan, ruangan, pekarangan, lapang olah raga,
hall atau auditorium, kolam renang, ruang laboratorium, dsb.
• Sarana meliputi alat bantu pelajaran, misal zat atau perkakas di laboratorium,
perkakas di bengkel, alat peraga, termasuk white board, spidol, buku, meja,
bangku, kursi, in-focus, dsb.
KARAKTERISTIK ALAT PENDIDIKAN
• Karakteristik adalah persyaratan atau berbagai kondisi ideal alat pendidikan, baiak yang
berkaitan dengan non-material atau dengan material. Yang digunakan dalam pendidikan.
• Karakteristik Non-material:
• Perbuatan/tindakan pendidik yang bersifat konservatif yang cenderung
mempertahankan yang sudah ada dan tidak menerima yang baru. Maka harus dipikirkan
matang-matang.
• Hendaknya membiasakan perbuatan/tindakan yang baik, menjadi otomatis
• Perbuatan dan tindakan dilakukan secara hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan
peserta didik.
• Perbuatan/tidakan hendaknya diikuti dengan bimbingan atau contoh
• Perbuatan/tidakan hendaknya diawali dengan gambaran. Misal bicara tentang
kesehatan, diawali dengan manfaat kesehatan
• Perbuatan/tindakan yang wajar, tidak memaksakan menjadi orang lain.
• Hendaknya pendidik tidak berlebihan baik dalam memuji maupun menghukum
• Hendaknya bijaksana dalam menghadapi kesalahan anak didik, karena belum tentu
disengaja
KARAKTERISTIK ALAT PENDIDIKAN MATERIAL
• Alat pendidikan dibuat dari bahan yang kuat
• Dapat dibuat dengan mudah dan masal
• Biaya relatif murah
• Hendaknya nyaman dan enak dipakai.
• Beratnya disesuaikan dengan keperluan.
• Memperhatikan ukuran fisik
• Tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan anak didik.
JENIS DAN KEGUNAAN ALAT PENDIDIKAN
• Jenis Alat Pendidikan Non-Material:
• Pembiasaan, agar menjadi otomatis. Berupaya memberikan kesempatan kepada anak
didik akan kesibukan dalam lapangan indra dan motorik serta bergaul dengan
sesamanya.
• Suruhan, sebenarnya adalah suatu cara melakukan pembiasaan.
• Larangan, alat pendidikan untuk pembiasaan dalam hal yang tidak boleh dikerjakan.
• Menganjurkan , sifat yang tidak mengikat dan tidak memaksa. Sebenarnya tidak terlalu
tepat digunakan sebagai alat pendidikan, tapi masih ada gunanya pada hal-hal tertentu.
• Mengajak, adalah suruhan secara halus, lebih simpatik, tidak bersifat memaksa.
• Memberi contoh, banyak dan sudah sejak lama digunakan. Memberi contoh adalah
sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh anak. Dapat juga sebagai prilaku yang
sesuai dengan norma dan nilai yang akan kita tanamkan pada anak didik, sehingga tanpa
sengaja akan menjadi teladan bagi anak didik.
• Memuji. Hal ini dilakukan bagi anak yang berprestasi agar terus meningkatkan
prestasinya. Kadang digunakan oleh orang yang akan berbuat tidak baik, yang akan
mengambil keuntungan.
• Menghukum, hal ini harus dilaksanakan seminimal mungkin. Kalu memamng perlu,
lakukakan dengan hukuman yang edukatif
JENIS ALAT PENDIDIKAN MATERIAL
• Lahan sesuai dengan Standar Pelayanan Prima: 50% untuk Bangunan dan 50% untuk
halaman. Idealnya, rasio Bangunan: Lahan =1:3
1. Untuk Taman Kanak-kanak 1.000 m2
2. Untuk Sekolah dasar 3.000 m2
3. Untuk Sekolah Menengah Pertama 6.000 m2
4. Untuk Sekolah Menengah Atas 8.000 m2
5. Untuk Sekolah Menengah Kejuruan disesuaikan dengan Bidang Keahlian
• Lokasi sekolah tidak dekat sungai, pasar, kuburan, sesuai dengan kemampuan daya
jangkau anak didik (radius 3 km).
• Bangunan, Harus disesuaikan pula dengan Standar Pelayanan Prima:
• TK 4 m2 di dalam dan 6 m2 di luar; 25 peserta didik / kelas
• SD 3 m2 di dalam dan 5 m2 di luar; 36 peserta didik / kelas
• SMP 2 m2 di dalam dan 4 m2 di luar; 32 peserta didik / kelas
• SMA 2 m2 di dalam dan 4 m2 di luar; 26 peserta didik / kelas
• Mahasiswa 1,5 m2 s.d. 2 m2 di dalam ruangan.
• Perabot dan Perlengkapan yang meliputi alat bergerak dan tidak bergerak, baik untuk
alat pendidikan di dalam (indoor activities) atau alat pendidikan di luar (out-door
activities)
LINGKUNGAN-LINGKUNGAN PENDIDIKAN
• Manusia memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan melalui pengalaman,
yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, itulah
yang disebut lingkungan pendidikan.
• Langeveld (1952) Lingkungan keluarga, sekolah dan gereja.
• Ki Hajar Dewantara: Tri Pusat pendidikan, Keluarga, Perguruan dan Pemuda
• Sistem Pendidikan Nasional: Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Ketiganya merupakan wahana yang dilaui anak untuk mengembangkan potensi diri
dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan, dan sekaligus
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
• Karena pendidikan merupakan interaksi antar manusia, maka yang dimaksud dengan
lingkungan pendidikan adalah suatu tempat di mana memungkinkan terjadinya suatu
interaksi manusia dalam proses pendidikan dan untuk mencapai pendidikan.
PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA
• Konsep Keluarga. Secara etimologis, keluarga berasal dari dua kata kawula dan warga.
Kawula berarti hamba dan warga berarti anggota. Jadi keluarga adalah satu kesatuan
(unit) di mana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepenteingan dan tujuan
unit tersebut. Juga bermaknasebagai lembaga sosial terkecil di masyarakat yang
terbentuk melalui perkawinan yang sah, dan biasanya terdiri atas ayah, ibu serta anak-
anak yang belum menikah.
• Horton dan Hunt yang dikutip oleh Tisna Amidjaja (1980:23) mendefinisikan keluarga
sebagai: suatu kelomp[ok yang mempunyai nenek moyang yang sama; suatu kelompok
yang disatukan oleh darah atau perkawinan; pasangan perkawinan dengan atau tanpa
anak;pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak;dan satu orang dengan beberapa
anak.
• Dari sudut pandang sosiologis: Dalam arti sempit, keluarga merupakan orang tua dan
anak-anaknya. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah
atu keturunan.
• Menurut pandangan pedagogis, keluarga merupakan suatu persekutuan hidup yang
dijalani dengan rasa kasih sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk
saling menyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang tua.
Keluarga lengkap apabila terdiri atas ayah, ibu dan anak.
• Menurut UU No. 10 Tahun 1992: Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri atas suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya.
CIRI-CIRI KELUARGA
Mc Iver dalam M.I Soelaeman (1978)
1. Hubungan berpasangan kedua jenis (pria dan wanita);
2. Perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan;
3. Pengakuan akan keturunan;
4. Kehidupan ekonomisyang diselenggarakan dan dinikmati bersama;
5. Kehidupan rumah tangga;
Dari sudut pandang pedagogis,Ciri hakiki suatu keluarga adalah ”suatu
persekutuan yang hidup yang dijalin dengan kasih sayang antara pasangan
dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang sah,
bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam penyempurnaan diri
tersebut, terkandung pengungkapan peran dan fungsi orang tua (suami
istri).
KELUARGA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN
• Ki Hajar Dewantara (1962) keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan
utama, karena sejak munculnya peradaban kemanusiaan sampai sekarang, kehidupan
keluarga selalu mempengaruhi dan merupakan tempat subur bagi pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental/budi pekerti dalam diri manusia.
• Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan pertama yang diselenggarakan
secara informal. Disebut pendidikan pertama, karena pada umumnya setiap anak
dilahirkan dan dibesarkan pada wal pertam di lingkungan keluarga
• Disebut sebagai lingkungan pendidikan utama, karena keberhasilan pendidikan anak
dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini yang dikenal pula sebagai usia emas
(golden age), akan berpengaruh pada keberhasilan pendidikan pada periode
perkembangan anak berikutnya.
• UU No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bab I, Pasal 1 Ayat 13 “pendidikan keluarga
dan lingkungan adalah jalur pendidikan informal”
• Pendidikan keluarga dapat juga merupakan salah satu pendidikan yang ada dlam
masyarakat, karena keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk-bentuk
kesatuan masyarakat, di samping pendidikan yang diberikan orang tuanya agar di
masa datang dapat menyesuaikan dalam kehidupan masyarakat
FUNGSI KELUARGA
M.I Soelaeman (1978)
Secara umum keluarga berfungsi untuk membekali semua anggota keluarga agar
dapat hidup sesuai dengan truntutan nilai religius, pribadi dan lingkungan.
Secara rinci ada delapan fungsi.
1.Fungsi Edukasi. Keluarga sebagai wahana pendidikan poertama dan utama, agar
menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri
2.Fungsi Sosialisai Anak. Yaitu berfungsi mengantarkan dan membimbing
anggota keluarga agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat)
yang lebih luas, sehingga kehadirannya akan diterima bahkan mungkin
dinantikan, karena banyak manfaat bagi orang lain yang ada di lingkungan
masyarakat.
3.Fungsi Proteksi (perlindungan): yaitu wahana perlindungan BATIN tempat
memperoleh rasa aman, nyaman, damai, tentram bagi seluruh anggota
keluarga, sehingga terpenuhi kebahagiaan batin; perlindungan FISIK, sehingga
tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan dan kesakitan; Perlindungan
MENTAL supaya tidak kecewa karena mengalami konflik yang berkepanjangan;
perlindungan MORAL agar terhindar dari perbuatan tercela, buruk dan jahat.
FUNGSI lanjutan
4. Fungsi Afeksi (Perasaan); Wahana tempat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara
sesama anggota keluarga serta lingkungan dan masyarakatnya. Menjadi lembaga interaksi
dalam ikatan batin yang kuat antar anggota keluarga.
5. Fungsi Religius. Wahana pembangunan anggota keluarga yang beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bermoral, beakhlak mulia, berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
Orang tua berperan sebagai penyampai, penyeleksi, penafsir norma-norma dalam kehidupan
sehari-hari dalam seluruh sendi-sendi kehidupan.
6. Fungsi Ekonomi; Diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, materiil, yang
sekaligus mendidik untuk berkehidupan efisien, ekonomis, dan rasional. Dfi dalmnya
mengandung pula pencarian nafkah, penggunaan, pembelanjaan, saling pengertian dan
solidaritas.
7. Fungsi Rekreasi; Menjadi wahana yang nyaman, menyenangkan, ceria, cerah, hangat dan
penuh semangat, sehingga tumbuh kerja sma diantara anggota keluarga, saling mempercayai,
saling menghormati, pengertian, mengagumi, saling memaafkan, saling mengisi dan
melengkapi.
8 Fungsi Biologis; wahana untuk saling menyalurkan kebutuhan reproduksi dan keturunan, serta
memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA
• Ciri Masyarakat Tradisional/Primitif (Schoorl, 1980).
1. Rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya;
2. Jumlah kelompok relatif kecil, namun jumlah satu keluarga bisa lebih
banyak (extended family); cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri;
3. Belum banyak pembagian kerja dan spesialisasi;
4. Tidak banyak differensiasi kemasyarakatan dan kelembagaan;
5. Tidak banyak heteroginitas dalam kebudayaan, masih sangat homogin.
6. Struktur sosial tidak begitu kompleks, sehingga wawasan anak masih
kepada keluarga.
7. Orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap pendidikan anaknya.
8. Orang tua merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan yang
diajarkan atau diwariskan kepada anak-anaknya.
9. Orang tua memegang otoritas penuh kepada anak-anaknya.
KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN
• Diawali dengan tumbuh dan berkembangnya industri di Eropa. Ciri:
1. Anggota keluarga cebderung lebih kecil (nucklear family);
2. Memiliki struktur keluarga yang kurang stabil;
3. Lebih demokratis dalam mengambil keputusan;
4. Amat tergantung kepada jasa pelayanan orang lain;
5. Kehidupan yang terdifferensiasi dan spesialisasi yang sangat tajam;
6. Anggota keluarga tidak tahu pasti pekerjaan ayahnya, karena tempatnya sangat jauh;
7. Ibu tidak tinggal di rumah, karena mengambil bagian mencari nafkah, seperti halnya
yang dilakukan ayahnya .
8. Hubungan orang tua dan anak yang otoritatif berubah menjadi kolegial;
9. Pendidik pertama anaknya bukan lagi ayah atau ibu, tapi babby sitter atau kelompok
bermain (play group), atau Taman Kanak-kanak.
10.Fungsi rekreasi sudah diambil alih oleh tempat-tempat hiburan.
11.Fungsi pembentukan watak dan sikap mentalpun sudah diambil oleh PKBM,
Perkumpulan Pemuda, perkumpulan olah raga, Keluarga masjid, Pramuka,TPA,
Pesantren, dsb.
KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
• Dalam keluarga terjadi interaksi antar anggota keluarga; antara suami dan istri, ayah dengan
anak, ibu dengan anak, anak dengan anak, bahkan antar keluarga. Dalam interaksi itu
terjadi proses pembelajaran, pembinaan, bimbingan dan proses pendidikan.
• Hubungannya dengan pendidikan, keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan
utama, berlangsung secara wajar, kodrati dan informal, lebih dominan lagi melalui media
permainan.
• Keluarga merupakan yang pertama memberikan sumbangan mental dan fisik, membentuk
konsepsi tentang kepribadian; tidak hanya mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua,
tetapi juga dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
• Ki Hajar Dewantara (1962), kepentingan keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya
disebabkan memiliki kesempatan mrlaksanakan pendidikan secara individual dan sosial,
tetapi juga ibu dan ayah dapat menanam benih kejiwaan (kebatinan) sesuai dengan benih-
benih kejiwaan yang tumbuh dan berkembang dalam diri anak.
• Ayah dan ibu sebagai pemimpin perilaku beradab, sebagai pendidik yang dapat
mengembangkan kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestetik), serta
pemberi contoh suri tauladan dalam beperilaku sosial kemasyarakatan.
• Proses pendidikan dalam keluarga terjadi timbal balik, orang tua mendidik anaknya, dan
orang tuapun turut dikembangkan pribadinya dengan adanya anak, karenanya pendidikan
dalam keluarga merupakan fungsi pokok pertumbuhan dan perkembangan anak.
PERAN ANGGOTA KELUARGA TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK
• Peranan Ibu: Ibu berperan sebagai lambang kasih sayang. Sejak mulai mengandung,
melahirkan, menyusui, memelihara, membesarkan, yang pertama dikenal anaknya,
mengenal keamanan lahir batin, mengenal kasih sayang, semuanya dari peranan
seorang ibu.
• Ngalim Purwanto (1992:90): 1). Sumber dan pemberi rasa kasih sayang; 2). Pengasuh
dan pemelihara; 3). Tempat mencurahkan isi hati; 4).Pengatur dalam kehidupan
rumah tangga; 5)Pembimbing hubungan pribadi; 6). Pendidik dalam segi-segi
emosional (afektif).
• Peranan Ayah. 1). Sumber kepemimpinan dalam keluarga; 2). Penghubung antara
keluarga dan masyarakat’ 3). Pemberi rasa aman bagi keluarga; 4). Pelindung terhadap
ancaman dari luar; 5). Hakim bila terjadi perselisihan; 6) pendidik dalm segi-segi
rasional.
• Peranan Nenek: merupakan sumber kasih sayang. Ada juga yang terpanggil untuk ikut
merawat dan membesarkannya dari mulai tingkat sekedarnya sampai kepada ikut
capur menentukannya.
• Peran anggota keluarga lainnya: ini terjadi pada keluarga besar (extended family).
Seorang bibi misalnya, berperan sebagi pengganti ibunya.
LINGKUNGAN PENDIDIKAN SEKOLAH
• Secara etimologis, sekolah berasal dari bahasa Yunani Kuno “sechola” atau scole” yang
berarti waktu senggang, liburan atau istirahat. Bangsawan Romawi pada saat itu
memanfaatkan waktu senggangnya dengan berolah raga, berdiskusi/berdebat tentang
segala masalah kehidupan. Perekmbangan berikut kegiatan diskusi ini dilskukan secar terus
menerus dan teratur, dijadwalkan dan direncanakan. Lama kelamaan Bangsa Romawi
menggunakan kata sechole ini sebagai tempat berdiskusi untuk mempelajari berbagai
lapangan kehidupan.
• Sesuai dengan perkembangannya, sechole itu berubah menjadi kata “school” dalam Bahasa
Inggris dan diterjemahkan menjadi “sekolah” dalam bahasa Indonesia
• Sekarang sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang secara sengaja dirancang dan
dilaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan yang ketat, harus berjenjang dan
berkesinambungan, sehingga disebut pendidikan formal. Sekolah adalah wahana yang di
dalamnya ada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
• Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, memiliki fungsi sebagai
kelanjutan pendidikan dalam lingkungan keluarga dengan guru sebagai pendidiknya.
• Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan oleh petugas khgusus, dengan kualifikasi
tertentu, menggunakan cara-cara tertentu, norma tertentu untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SEKOLAH
• Fungsi dan tujuan Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB,
meletakkan DASAR kecerdasan,, pengetahuan, keribadian, ahlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
• Fungsi dan Tujuan Pendidikan Menengah, yang meliputi SMA/MA/SMALB,
MENINGKATKAN kecerdasan,, pengetahuan, keribadian, ahlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
• Pendidikan Menengah Kejuruan SMK/MAK bertujuan , MENINGKATKAN kecerdasan,,
pengetahuan, keribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan bidang keahliannya.
• Selain itu sekolah berfungsi sebagai masyarakat belajar yang memiliki tata kehidupan
yang mengatur hubungan antara pendidik dengan lingkungannya, yang memiliki pusat
nilai-nilai, yang mengajarkan anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan dalam
suasana yang menggairahkan, untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari,
menguasi, dan mengamalkannya melalui pembelajaran di sekolah.
• Guru. Lihat bahasan yang sudah lampau
LINGKUNGAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
• Sebetulnya, keluarga dan sekolah berada di dalam masyarakat, dan merupakan bagian
dari masyarakat.
• Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling
terkait dan tergantung oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada
umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan memiliki kepentingan bersama.
• Masyarakat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas dan arti sempit, seperti
masyarakat bangsa ataupun kesatuan kelompok kekerabatan di suatu desa, dalam
suatu marga.
• Ciri suatu masyarakat menurut Tirtarahdja dan LaSulo (2000):
• Ada interaksi antar warga-warganya;
• Pola tingkah lakunya diatur oleh adat istiadat, norma, hukum, dan atur yang khas.
• Ada identitas kuat yang mengikat para warganya.
• Bangsa Indonesia ditandai oleh dua ciri yang unik:
Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial komunitas berdasarkan
perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan
Secara Vertikal ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas,
menengah, dan lapisan rendah
KAITAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan
(jalur sekolah dan luar sekolah) maupun yang tidak dikembangkan (jalur
luar sekolah).
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di
masyarakat, baik langsung atau tidak langsung, ikut berperan dan
berfungsi dalam dunia pendidikan.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber pendidikan, baik yang
dirancang maupun yang dimanfaatkan melalui berbagai pekerjaan,
pergaulan, dan interaksi lainnya.
KEBUDAYAAN SEBAGAI BAGIAN DARI
MASYARAKAT
• Taylor (made Pidarta): Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang
sebagai anggota masyarakat.
• Menurut Hasan (Made Parta)Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil karya
manusia hidup di masyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain
kepandaian.Kuntjaraningrat dan La Sulo, 2000) Kebudayaan dalam arti luas
dapat berwujud:
• Ideal, seperti ide, gagasan, nilai. Misal: Ilmu, pengetahuan, teknologi, UUD
1945, dsb.
• Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Misal, sistem marga,
upacara ngaben, tiluna, tujuhna, opat puluhna; Upacara adat.
• Fisik, yakni benda hasil karya manusia. Misal, Majid Istiqlal, Jalan Tol, Candi
Borobudur, Piramid, Great Wall, Big Band, Menara Efel.
KASIH SAYANG
• Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah SWT
memiliki kasih sayang terhadap sesmanya. Dalam Pendidikan, kasih sayang harus
mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan.
• Kasih Sayang, merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih.
Pola hubungan ini ditandai oleh adanya rasa sayang, saling mengasihi, saling mencintai,
saling memahami, memperhatikan, dan saling memberi. Kasih sang merupakan kebutuhan
asasi manusia, sehingga akan mempengaruhi kehidupannya.
• Anak yang dibesarkan dalam kasih sayang orang tuanya akan memiliki ketajaman hati
nurani, memperlakukan temannya dengan penuh kecintaan, menunjukkan sifat mandiri,
tidak cepat putus asa, tidak takut berbuat salah,. Menunjukkan keterbukaan, dan mudah
diterima oleh teman-temannya (Ferguson dan Alpen, 1967).
• Kenyataan orang tua banyak yang membiarkan anaknya berbuat kenakalan, atau perilaku
menyimpang, mengganggu teman lain, mengeluarkan kata-kata tidak pantas, bahkan
mencuri uang oarang lain, namun orang tua malah ketawa seolah memberi semangat, dan
bukan menegurnya, dengan alasan takut tersinggung. Sebenarnya orang tua semacam ini
telah melakukan penghianatan terhadap anaknya. Orang tua telah memberikan kasih
sayang semu. Pemahaman kasih sayajng yang keliru.
• Kasih sayng bukan membiarkan anaknya berbuat kesalahan tanpa menegurnya, tanpa
mengarahkannya, tanpa melarangnya. Yang demikian itu, bukan orang tua yang memiliki
kasih sayang dan tidak mampu mendidiknya.
KASIH SAYANG YANG BERLEBIHAN
• Kasih sayang sam halnya dengan makan dan minuman. Harus diberikan
dalam ukuran yang tepat. Tidak berlebihan. Wala tusrifun Innalloha laa
yuhibbul musrifin.
• Dampak Negatif.
1. Ingin diperlakukan secara istimewa, ini sifat otoriter, tumbuh benih
kediktatoran, ingin dilayani, mudah putus asa kalau tidak dituriti.
2. Kehilangan kepercayaan pada dirinya, Tidak berani mengambil resiko,
selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
3. Tidak mau mengembangkan dirinya, karena cukup dengan perhatian orang
lain Hilang kenyataan diri yang dihadapinya.
4. Mungkin akan menjadi sombong dan suka memaksakan kehendak.
5. Dikemudian hari, kehidupan rumah tangganya akan banyak masalah,
karena ingin dilayani oleh lawan jenisnya secara semnpurna.
HUDUP TANPA KASIH SAYANG
Husain Mazhahiri (2002), Anak akan terlempar pada mara bahaya. Kepribadiannya akan
memiliki sifat kekerasan, dan emosional yang melampaui batas.
• Kalau laki-laki, dengan tabiat yang keras, ia akan kehilangan syarat
pertama sebagi suami yang baik, berhasil, menyintai, dan membimbing
istrinya.
• Apabila seorang wanita, akan kehilangan kelayakan untuk dipimpin, ,
hilang keharmonisan dengan suami dan anak-anaknya, Akan
menampakkan kebenciannya kepada semua lingkungannya, termasuk
kepada masyarakat sekitarnya.
• Akan tumbuh ketidak peduliannya kepada sesama, Tidak ada rasa saling
tong menolong, belas kasihan, dan menjadi manusia yang tidak
berperasaan.
KASIH SAYANG DI SEKOLAH
• Di sekolah, pendidik merupakan pengganti orang tua. Pola hubungan pendidik dan anak
perlu dilandasi kasih sayang agar terjalin ikatan pendidik-anak didim dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Peranan Pendidik terhadap anak didiknya, sebagai berikut.
1. Sebagai Pembimbing. Realitas anak di masyarakat, banyak yang berperilaku menyimpang,
seperti kebrutalan, kecanduan narkoba, pemurung, apatis, dsb. Yang dilandasi kurang
kepuasan kasih sayang. Dengan kasih sayang pendidik, anak akan merasa dibimbing untuk
menjalani kehidupan sekarang dan masa datang.
2. Sebagai pembentuk kepribadian. Pendidik dituntut untuk menunjukkan sosok pribadi yang
utuh, berpribadi stabil, tidak emosional, penghayatan dan pengamalan moral dalam semua
aspek kehidupan, sehingga akan mendadi tauladan bagi anak didiknya.
3. Sebagai tempat perlindungan. yaitu wahana perlindungan BATIN tempat memperoleh rasa
aman, nyaman, damai, tentram bagi seluruh anggota keluarga, sehingga terpenuhi
kebahagiaan batin; perlindungan FISIK, sehingga tidak kelaparan, kehausan, kedinginan,
kepanasan dan kesakitan; Perlindungan MENTAL supaya tidak kecewa karena mengalami
konflik yang berkepanjangan; perlindungan MORAL agar terhindar dari perbuatan tercela,
buruk dan jahat.
4. Sebagai Pigur Tauladan. Pendidik yang merespon pertanyaan, ramah, murah senyum, tidak
menunjukkan muka masam, akan menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan
bagi anak.
5. Sebagai Sumber kognitif, afektif dan psikomotor.
KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN
• Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan (kekuasaan batin) yang terpancar dari
dirinya terhadap anak didik.
• Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang
memaksa. Kewibawaan harus berbanding dengan ketidak berdayaan anak didik. Jika kemampuan,
sikap, pengetahuan dan keterampilan pendidik tidak berbeda dengan anak didik, maka kewibawaan
pendidik sukar ditegakkan.
• Kewibawaan biasanya dimiliki oleh orang dewasa, terutama orang tua (ayah dan ibu), baik jasmaniah
maupun rohaniah.
• Kewibawaan adalah suatu daya pengaruh yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain, secara
sadar dan sukarela, penuh keinsafan, menjadi tunduk dan patuh dan menuruti kehendaknya.
• Bagi anak yang belum memahami pengertian bahasa, kewibawaan diperoleh dari rasa kasih sayang
yang diterimanya. Artinya, kewibawaan pendidik akan diperoleh oleh seorang anak apabila dalam
proses pembelajarannya dilaksanakan dengan penuh kasih sayang. Agar kewibawaan pendidik tidak
goyah, maka empat sikap harus dijaga.
• Selalu bersedia memberikan jawaban atas segala pertanyaan.
• Bersikap demi kamu, demi kepentingan anak didik. Menyuruh, melarang, menganjurkan, dsb.
• Bersdikap sabar
• Bersikap memberi kebebasan.
TANGGUNG JAWAB
• Dal;am pergaulan sehari-hari, “tanggung jawab berarti berani
menanggung resiko dari sutu perbuatan atau tindakan yang dilakukannya”
atau “berani mengakui segala perbuatan dan tindakannya”
• Bertanggung jawab: suatu keadaan di mana semua tindakan atau
perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta
nilai luhur kesusilaan, atau keagamaan. Dengan kata lain bertanggung
jawab berarti berada dalam tatanan norma, nilai kesusilaan, agam, dan
bukan berada di luarnya. Di luar itu tidak dapat dipertannggung jawabkan.
TANGGUNG JAWAB DALAM PENDIDIKAN
• Manusia sebasgai Mahluk Tuhan
• Manusia hubungannya dengan sesama manusia
1. Tanggung jawab Manusia terhadap keluarga
2. Tanggung jawab terhadap sanak-kerabat
3. Tanggung jawab terhadap tetangga
4. Tanggung jawab terhadap ayah – ibu
5. Tanggung jawab terhadap anak.
6. Tanggung jawab terhadap alam semesta (lingkungan)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitianPerbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitianLusi Efrenti
 
5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaanImam Suwandi
 
Penulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.ppt
Penulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.pptPenulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.ppt
Penulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.pptfriyatmi
 
Paper Psikologi Umum, *Ilmu Kepribadian
Paper Psikologi Umum, *Ilmu KepribadianPaper Psikologi Umum, *Ilmu Kepribadian
Paper Psikologi Umum, *Ilmu KepribadianMitha Ye Es
 
Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatif
Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatifContoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatif
Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatifMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Makalah Strategi Pembelajaran Menulis di SD
Makalah Strategi Pembelajaran Menulis di SDMakalah Strategi Pembelajaran Menulis di SD
Makalah Strategi Pembelajaran Menulis di SDGhian Velina
 
Model model evaluasi
Model model  evaluasiModel model  evaluasi
Model model evaluasiEly Goro Leba
 
Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1Ratna Nandri
 
Teks Laporan Hasil Observasi
Teks Laporan Hasil ObservasiTeks Laporan Hasil Observasi
Teks Laporan Hasil Observasinadya putri
 
makalah penelitian survei
makalah penelitian survei makalah penelitian survei
makalah penelitian survei Eli Meivawati
 
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifPPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifNona Zesifa
 
struktur teks laporan kegiatan
 struktur teks laporan kegiatan struktur teks laporan kegiatan
struktur teks laporan kegiatanUwes Chaeruman
 
Makalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitianMakalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitianJerusman Marbun
 
Ppt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippPpt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippMahfudin Fc
 

Was ist angesagt? (20)

Ragam Bahasa Keilmuan
Ragam Bahasa KeilmuanRagam Bahasa Keilmuan
Ragam Bahasa Keilmuan
 
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitianPerbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitian
 
5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan
 
Penulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.ppt
Penulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.pptPenulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.ppt
Penulisan+Artikel+Jurnal+Ilmiah.ppt
 
Paper Psikologi Umum, *Ilmu Kepribadian
Paper Psikologi Umum, *Ilmu KepribadianPaper Psikologi Umum, *Ilmu Kepribadian
Paper Psikologi Umum, *Ilmu Kepribadian
 
Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatif
Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatifContoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatif
Contoh analisis dan interpretasi data pada penelitian kualitatif
 
Makalah Strategi Pembelajaran Menulis di SD
Makalah Strategi Pembelajaran Menulis di SDMakalah Strategi Pembelajaran Menulis di SD
Makalah Strategi Pembelajaran Menulis di SD
 
Ulasan buku
Ulasan bukuUlasan buku
Ulasan buku
 
Model model evaluasi
Model model  evaluasiModel model  evaluasi
Model model evaluasi
 
Kajian Pustaka.pptx
Kajian Pustaka.pptxKajian Pustaka.pptx
Kajian Pustaka.pptx
 
Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1
 
Ragam Lisan Dan Tulisan
Ragam Lisan Dan TulisanRagam Lisan Dan Tulisan
Ragam Lisan Dan Tulisan
 
Teks Laporan Hasil Observasi
Teks Laporan Hasil ObservasiTeks Laporan Hasil Observasi
Teks Laporan Hasil Observasi
 
Laporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGisLaporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGis
 
Pola pola kebudayaan
Pola pola kebudayaanPola pola kebudayaan
Pola pola kebudayaan
 
makalah penelitian survei
makalah penelitian survei makalah penelitian survei
makalah penelitian survei
 
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifPPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
 
struktur teks laporan kegiatan
 struktur teks laporan kegiatan struktur teks laporan kegiatan
struktur teks laporan kegiatan
 
Makalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitianMakalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitian
 
Ppt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippPpt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cipp
 

Ähnlich wie OPTIMALKAN PENDIDIKAN

2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)087dwi
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfFatimah988108
 
Materi3 daspend
Materi3 daspendMateri3 daspend
Materi3 daspendDermawan12
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikannursalima2
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Yamanto Isa
 
Hakikat Pendidikan Menurut para Filosof
Hakikat Pendidikan Menurut para FilosofHakikat Pendidikan Menurut para Filosof
Hakikat Pendidikan Menurut para FilosofCecep Kustandi
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikansha_macc
 
Makalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanMakalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanAga Pratama
 
Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)rusiana12
 
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptPPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptAritonang Toba Muara
 
1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikanFAS DC
 
pengantar pendidikan
pengantar pendidikanpengantar pendidikan
pengantar pendidikantrisca
 
Makn pendidikan salin
Makn pendidikan   salinMakn pendidikan   salin
Makn pendidikan salinIntan Resti
 
hakekat pendidikan pengantar pendidikan
hakekat pendidikan pengantar pendidikan hakekat pendidikan pengantar pendidikan
hakekat pendidikan pengantar pendidikan febrywenny
 

Ähnlich wie OPTIMALKAN PENDIDIKAN (20)

2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
 
Unit 5
Unit 5Unit 5
Unit 5
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
 
Materi3 daspend
Materi3 daspendMateri3 daspend
Materi3 daspend
 
Hakikat pendidikan
Hakikat pendidikanHakikat pendidikan
Hakikat pendidikan
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Konsep dasar pedagogik
Konsep dasar pedagogikKonsep dasar pedagogik
Konsep dasar pedagogik
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Hakikat Pendidikan Menurut para Filosof
Hakikat Pendidikan Menurut para FilosofHakikat Pendidikan Menurut para Filosof
Hakikat Pendidikan Menurut para Filosof
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Makalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanMakalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikan
 
Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)Madin 3(bab1)
Madin 3(bab1)
 
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptPPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
 
1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan
 
pengantar pendidikan
pengantar pendidikanpengantar pendidikan
pengantar pendidikan
 
Makn pendidikan salin
Makn pendidikan   salinMakn pendidikan   salin
Makn pendidikan salin
 
hakekat pendidikan pengantar pendidikan
hakekat pendidikan pengantar pendidikan hakekat pendidikan pengantar pendidikan
hakekat pendidikan pengantar pendidikan
 
22222
2222222222
22222
 

Kürzlich hochgeladen

Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Kanaidi ken
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxc9fhbm7gzj
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++BayuYudhaSaputra
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Kanaidi ken
 
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...OH TEIK BIN
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWKafe Buku Pak Aw
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxwulandaritirsa
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal FaizinKanaidi ken
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxafkarzidan98
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3SatriaPamungkas18
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxvincentptk17
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
 
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
 

OPTIMALKAN PENDIDIKAN

  • 1. PEDAGOGIK DISUSUN DALAM RANGKA PERKULIAHAN STRATA SATU PGSD Oleh H.A. Shofyanis, Drs., M.Ed,. Ph.D 082128737736 Bandung 2018
  • 2. KONSEP DASAR PEDAGOGIK • Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. • Pedagogik mencoba menjelaskan seluk beluk pendidikan anak • Pedagogik merupakan teori pendidikan anak • Pedagogik sebagai suatu ilmu sangat dibutuhkan oleh setiap pendidik, terutama pendidik di Paud, dan di sekolah dasar, karena mereka akan berhadapan langsung dengan peserta didik yang belum dewasa. • Sedangkan ilmu yang membahas tentang pendidikan orang dewasa disebut ANDRAGOGI
  • 3. PENGERTIAN PEDAGOGIK • Pedagogik sebagai mata kuliah merupakan kajian pendidikan. Secara Etimologi Pedagogik Berasal dari Bahasa Yunani “paedos” yang berarti “anak laki-laki”, dan agogos artinya “mengantar, membimbing”. Jadi secara harfiah pedagogik adalah pembantu anak laki-laki yang pekerjaannya mengantar anak majikannya ke sekolah. • Secara teori Pedagogik adalah seoarang ahli yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu. • Hoogveld (Belanda) Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari cara membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.
  • 4. • Lengveld (1980) membedakan istilah “pedagogik” dengan “pedagogi”. • Pedagogik diartikan sebagai ilmu pendidikan yang menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang membimbing dan mendidik anak. Sedangkan pedagogi adalah pendidikan yang menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, mengajar, melatih, dan kegiatan membimbing anak. • Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep mengenai hakekat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan, serta hakekat proses pendidikan.
  • 5. Pengertian PENDIDIKAN • Pendidikan dalam Bahasa Inggris “education”, biasanya disebut pendidikan di sekolah, karena sekolah merupakan tempat peserta didik dididik, diajar, dilatih, dan dibimbing . • Kata “education” berhubungan dengan kata Latin “educere”yang berarti “mengeluarkan suatu kemampuan” (e=keluar, ducere= memimpin), jadi berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak. • Kata “educere” ditemukan pada kata konduktor, yaitu seseorang yang memimpin sekelompok pemain musik; juga seorang yang memimpin kereta api dalam perjalanan(kondektur). Dalam ilmu listrik, konduktor ialah bahan (biasanya logam) yang dapat “membawa” aliran listrik • Dalam Bahasa Jerman untuk mendidik dipakai kata “orziehen” (or=ke atas, ziehen=menarik) jadi “orziehen” menggambarkan secara kiasan, bahwa mendidik itu meningkatkan (menarik ke atas) kecakapan dan derajat seseorang.
  • 6. Makna Pendidikan • Pendidikan dalam arti khusus. • Langeveld: pendidikan adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. • Hoogveld: mendidik adalah membantu anak supaya kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. • Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani. • Ki Hajar Dewantoro: mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.Jadi secara khusus, pendidkan dilakukan di lingkungan keluarga, • Drijarkara:Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak di mana terjadi pemanusiaan anak, pembudayaan anak, dan pelaksanaan nilai-nilai. Dia berproses untuk dapat melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan
  • 7. PENDIDIKAN DALAM ARTI LUAS • Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. • Henderson: pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sejak manusia lahir sampai akhir hayat (long life education). • Dalam GBHN 1973: Pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup. • UU No. 2 Tahun 1989: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa datang. • UU No. 20 Tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
  • 8. PRINSIP DASAR 1. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (minal mahdi ilal lahdi); 2. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah; 3. Bagi manusia, pendidikan merupakan keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seutuhnya; 4. Bagi orang dewasa, ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut :andragogi” yang berasal dari bahasa Yunani “andr:” dan “agogos”. “Andr” berarti orang dewasa, dan “agogos” berarti membimbing atau memimpin. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga belajar (orang dewasa) untuk belajar. Berbeda dengan pedagogi yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak. Dewasa secara biologis, apabila sudah mampu melakukan reproduksi. Dewasa secara psikologis bila sudah bertanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambilnya. Dewasa secara sosial, bila telah mekukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa.
  • 9. MENDIDIK MENGAJAR DAN MELATIH • Darji Darmodiharjo: Mendidik menunjukan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, keimanan dan ketaqwaan (Afektif). Dengan mendidik, tujuannya adalah untuk mencapai kedewasaan. • Mengajar berarti memberikan pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berfikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual, yaitu kemampuan anak berfikir dalam berbagai bidang kehidupan. Tujuan mengajar adalah agar anak mampu berfikir secara logis, abstrak, objektif, kritis, sistematis, analitis, integratif dan inovatif (Kognitif) • Melatih ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan mengajarkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi suatu mekanisme atau pembiasaan (Psikomotor). Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan sesuatu, seperti terampil berhitung, membaca, menulis, berkarya, terampil olah raga, dsb.
  • 10. PENTINGNYA PENDIDIKAN • INSTING suatu kemampuan psiko-fisis (jasmani dan rohani) yang diturunkan atau merupakan pembawaan, tanpa harus belajar dulu. Insting sejak dilahirkan sudah tersedia • MANUSIA MEMERLUKAN BANTUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena pada hakekatnya manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Manusia pada seluruh hidupnya tidak cukup hanya mengandalkan instingnya, banyak segi-segi kehidupannya yang perlu diperjuangkan dan dikuasai melalui belajar dan usaha(pendidikan). • Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebaga individu maupun sebagai anggota kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. M Mengobati penyakit, mesin-mesin pabrik, alat transportasi, alat telekomunikasi, mengendalikan pemerintahan, dsb. • Lebih-lebih individu bercita-cita bukan hanya untuk sejahtera di dunia tetapi juga ingin berbahagia di kehidupan ukhrowi. • PENDIDIKAN DALAM PRAKTEK berbentuk pergaulan antara pendidik dan peserta didik yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila, bermartabat, serta berperilaku sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut, mengembangkan potensi, perubahan peradaban, Termasuk di dalam praktek pendidikan adalah mengembangkan keterampilam motorik
  • 11. • Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang memiliki kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut masyarakat. Manusia harus pula peduli terhadap lingkungan dan terhadap makhluk lainnya. • Ada gejala pada anak (sering secara tidak sadar) yang ingin menyamakan dengan ayah atau ibunya, ingin pandai seperti ayah. Dalam psikologi gejala itu disebut identifikasi. Proses identifikasi adalah keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya, dan sering berlangsung secara tidak sadar. • Menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber dari dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap ketidaksabaran atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. • Dalam Praktek pendidikan kita tidak boleh mengabaikan respon anak terhadap upaya pendidikan yang kita gunakan. Respon anak merupakan balikan (feed-back) bagi tindakan pendidikan selanjutnya.
  • 12. ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI TEORI • Pentingnya Teori Pendidikan. • Pendidikan yang memiliki lapangan yang luas, merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. • Sebagai kegiatan manusia, pendidikan dapat diamati sebagai suatu praktek dalam kehidupannya. Di samping itu, kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik. Yang pertama disebut praktek, yang kedua disebut teori pendidikan. • J.H. Gunning “Teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang istimewa, sebaliknya praktek tanpa teori bagaikan orang yang kurang waras. Namun, bagi seorang pendidik perlu paduan mesra antara keduanya”. • Ilmu pendidikan harus dipelajari karena yang dihadapi adalah manusia dengan masa depannya. Perbuatan pendidikan bukan kegiatan sembrono, melainkan kegiatan membimbing peserta didik kepada tujuan yang diharapkan.
  • 13. PENDIDIKAN SEBAGAI TEORI lanjutan • Manfaat ilmu pendidikan sebagai teori: 1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan dicapai 2. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek pendidikan. Dengan teori kita dapat mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, walaupun teori itu bukan satu-satunya resep. 3. Teori dapat dijadikan sebagai tolok ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas perkembangan dalam pendidikan. 4. Tanpa mempelajari teori, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat kesalahan yang fatal. 5. Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan, karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai mahluk yang bermartabat dengan segala hak asasinya.
  • 14. PENDIDIKAN DALAM RUANG LINGKUP MIKRO DAN MAKRO • Pendidikan mikro artinya dalam sekala kecil yang menyangkut orang sebagai individu dan sebagai anggota kelompok. Mikro juga terjadi di lingkungan sekolah dan terbatas sampai mencapai kedewasaan. • Pendidikan makro adalah yang berskala besar dan luas yang menyangkut pendidikan sepanjang hayat dan berlangsung di dalam dan di luar sekolah • Dalam pendidikan individu tidak hanya dikembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak, tetapi diberikan kesiapan untuk kehidupan bermasyarakat. Dalam pendidikan kelompok seperti dalam kelas atau kepramukaan, di samping memperhatikan kesatuan yang harmonis dan bekerja sama, juga diperhatikan perbedaan-perbedaan individu, karena tiap individu memiliki kemampuan, minat, bakat dan kebutuhan yang berbeda.
  • 15. PENDIDIKAN INDIVIDUAL • Di lingkungan keluarga, sejak dalam kandungan sampai ia belajar di sekolah (formal). • Sejak di kandungan, menjaga kestabilan fisik dan jiwa janin. Menghindari pertengkaran, tidak membuat suasana tegang, menghindari peristwia-peristiwa traumatis (reaksi jiwa karena kejutan kuat, mengamuk di luar kesadaran, ancaman, dsb). • Waktu sudah lahir. Ibu-bapak menjaga kesehatan, memperhatikan gizi, memperhatikan protein untuk pertumbuhan otaknya, air susu Ibu, dimandikan, diganti popok (pampers), waktu tidur dijaga. Agar kejiwaan berkembang dengan baik, ibu menjaga suasana hangat, bahagia, tentram, gembira. Setelah dapat berjalan, dituntun, dilatih, dibimbing, diberi berbagai permainan agar terampil. • Setelah mengenl lingkungan, bergaul dengan saudara-saudaranya, menggunakan panca indranya, perkembangan bahasa, membedakan yang baik dan yang tidak baik, mengembangkan imajinasinya, kreativitas, intelegensi, kemandirian, bergaul dengan teman sebaya, dsb.
  • 16. PENDIDIKAN KELOMPOK (KENAPA PERLU SEKOLAH?) • Pendidikan dalam keluarga terbatas, Maka sekolah dapat memberikan pendidikan lanjutan, karena di sekolah banyak pendidik yang profesional, berkepribadian, berkompetensi sosial dan berkompetensi dalam pendidikan anak (pedagogik). • Dengan menyelenggarakan pendidikan dalam kelas, anak-anak dapat saling berinteraksi sesama teman sebaya, menghilangkan ketergantungan kepada orang tua, belajar hidup bermasyarakat, saling membantu, mengerjakan tugas bersama, belajar mematuhi perintah pendidik, belajar melaksanakan tugas, belajar berorganisasi, dsb. • Belajar mematuhi peraturan, Mis. Datang tepat waktu, melaksanakan pekerjaan rumah, berpakaian rapih dan tertib, belajar disiplin, belajar menghargai, menghormati, menerima, dsb. • Selain belajar kepribadian, juga diberikan pengembangan potensi intelektualnya. • Di samping pendidikan yang melaksanakan prosesnya melalui intra kurikuler, juga ada co kurikuler, seperti praktikum, dan ekstra kurikuler seperti pramuka, PMR, UKS, Dokter kecil, dsb.
  • 17. PNDIDIKAN MIKRO DAN MAKRO DITINJAU DARI TANGGUNG JAWAB • A. Tnggung jawab keluarga. Pendidikan dalam arti khusus menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha mendidikan anak untuk menjadi dewasa. Setelah anak mencapai kedewasaan dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan semacam ini berpusat dalam keluarga dalam arti tanggung jawab keluarga. • Pendidikan mikro sebagai upaya mendewasakan anak, termasuk masuk play-group, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA/MAK, semuanya merupakan tanggung jawab keluarga. • B. Tanggung jawab bersama. • Pendidikan dalam arti luas dalam mendewasakan anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah, sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 7 sampai dengan Pasal 11. • C. Kalau seseorang yang sudah selesai S1, misalnya, ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan tanggung jawab sendiri, karena tanggung jawab ibu dan ayahnya sudah selesai. •
  • 18. PEDAGOGIK SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH (ILMU) • Suatu disiplin dapat dipandang sebagai suatu ilmu, apabila disiplin tersebut memiliki status keilmuan yang jelas, karena akan memperkokoh keberadaan atau eksistensi ilmu tersebut manakala mendapat pengujian secara ilmiah. • Empat kejelasan minimal yang harus dimiliki suatu disiplin ilmu. 1. Memiliki kejelasan objek studinya. Obyek materialnya manusia (anak), obyek formalnya adalah situasi pendidikan dan situasi pergaulan anak dan orang dewasa (pendidik) 2. Memiliki metodologi penyelidikannya, baik kuantitatif maupun kualitatif atau gabungan keduanya; 3. Memiliki isi atau substansi dari ilmu tersebut. 4. Memiliki fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salah satu aspek masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia. Untuk memahami apakah Pedagogik termasuk kepada suatu disiplin ilmu? akan dibahas dalam tiga kegiatan: Pemaparan tentang pengetahuan dan pengetahuan ilmiah (ilmu); Pemaparan tentang karakteristik dan klasifikasi pengetahuan ilmiah; Karakteristik pedagogik sebagai disiplin ilmu yang otonom, dan hubungan pedagogik dengan ilmu-ilmu lainnya
  • 19. KONSEP PENGETAHUAN • Sidi Gazalba dalam Sadulloh (1983) Pengetahuan adalah apa-apa yang diketahui sebagai hasil pekerjaan panca indra (sehingga menjadi tahu). Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insyaf,mengerti dan pandai. Semua pengetahuan tersebut adalah milik atau isi pikiran. Misal: kita tahu arah jalan; tukang jamu tahu obat tradisional; menulis di white board pakai alat tulis warna hitam; Tahu peristiwa perang Badar dari membaca atau mendengar dari Da’I; dst. • Contoh tersebut belum dapat dikatakan pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) tetapi baru tergolong pada informasi yang sering disebut pengetahuan. • Pengetahuan sering disebut juga sebagai seperangkat informasi yang tersusun mengenai fenomena dalam pengalaman • Kaum Pragmatis, terutama Dewey, tidak membedakan antara pengetahuan dan kebenaran, oleh karena itu pengetahuan harus benar, kalau tidak benar menjadi kontradiktif
  • 20. PENGETAHUAN: TEORI KEBENARAN • Apakah pengetahuan itu benar atau salah? John Dewey: Ada tiga teori untuk acuannya. 1. Teori Korespondensi (Correspondence Theory). Kebenaran adalah kesesuaian antara fakta dan situasi nyata; persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dan situasi lingkungannya. Teori ini paling luas diakui oleh para realistis. Contoh, Pulau jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia 2. Teori Koherensi (Coherence Theory). Menurut teori koherensi, kebenaran bukan persesuaian antara pikiran dan kenyataan, melainkan kesesuaian secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita yang telah dimiliki. Teori ini pada umumnya diakui oleh para idealis. Pengertian kesesuaian dalam teori ini adalah terdapat konsistensi, sehingga sering juga disebut teori konsistensi. Sejumlah kritik, Pertama, teori ini tidak dapat membedakan kebenaran yang konsisten dengan kekeliruan yang konsisten. Kedua, teori ini bersifat rasionalistis dan intelektualistis yang hanya mementingkan hubungan- hubungan antara dalil-dalil, tidak cocok untuk diterapkan pada kehidupan sehari- hari. Teori ini cocok untuk matematika murni.
  • 21. 3. Teori Pragmatisme(Pragmatism Theory), Kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan. Tidak ada kebenaran yang abadi dan mutlak. Kebenaran itu dibuat dalam proses penyesuaian manusia dalam kehidupannya yang selalu berkembang dan berubah. Schiller (pengikut pragmatisme Inggeris), kebenaran adalah suatu bentuk nilai, artinya kalau kita menyatakan benar terhadap sesuatu, berarti memberikan peniaian terhadapnya. Istilah “benar” adalah pernyataan yang berguna, sedangkan istilah “salah” merupakan pernyataan yang tidak berguana. Benar dan salah tidak bersifat individual. Kebenaran adalah hasi; hubungan sosial. Kebenaran individual dikontrol atau dikoreksi oleh pengaruh sosial, sampai akhirnya kebenaran itu diterima secara umum. Berdasarkan objek, metode, dan nilai kegunaannya, pengetahuan diklasifikasikan dengan sistem kategorisasi, Titus (1959) membagi empat a). Pengetahuan biasa (common sense knowledge) b). Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge); c). Pengetahuan filsafat (philosofical knowledge); d). Pengetahuan agama (knowledge of religy).
  • 22. PENGETAHUAN ILMIAH SCIENTIFIC KNOWLEDGE (ILMU) • Dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan Ilmiah disebut ilmu. Ilmu sering disebut sebagai segala sesuatu yang kita ketahui dengan sistematis dan sistemik. Hal ini tidak salah, sebab secara Etimologis merupakan terjemahan dari ilmu sebagai science (Bahasa Inggris) yang bersal dari kata scio, scire (bahasa Latin) yang berarti tahu. Dari kejadiannya berasal dari ‘alima (bahasa Arab) yang berarti tahu. Namun secra Terminologis dalam konteks akademis, science adalah sekumpulan pengetahuan yang mempunyai karakteristik dan syarat-syarat tertentu sehingga disebut pengetahuan ilmiah (ilmu). • Sscientific knowledge terjadi dari berbagai upaya untuk memenuhi rasa ingin tahu, sehingga memiliki berbagai pengetahuan. Berbagai pengetahuan tersebut dikumpulkan melalui metode tertentu, kemudian disusun dengan menggunakan sistematika tertentu, diolah dengan menggunakan metodologi tertentu, maka lahirlah pengetahuan ilmiah atau ilmu (scientific knowledge)
  • 23. KARAKTERISTIK PENGETAHUAN ILMIAH • Suatu disiplin ilmu atau pengetahuan ilmiah hendaknya memiliki karakteristik untuk siap mendapat pengujian secara empiris. Randal dan Buchler (1942) dalam Sadulloh (1994) mengemukakan karakteristik pengetahuan ilmiah sebagai berikut. 1. Hasil pengetahuan ilmiah bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. Artinya hasil ilmu yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal-hal baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan hasil penemuan orang lain. 2. Hasil pengetahuan ilmiah kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang menyelidikinya adalah manusia. Tetapi kekeliruannya bukan karena metodenya, melainkan terletak pada manusia yang menggunakan metode. 3. Pengetahuan ilmiah bersifa objektif, artinya prosedur kerjanya tidak tergantung pada subjek yang menggunakannya, dan tidak tergantung kepada pemahaman pribadi.
  • 24. KARAKTERISTIK lanjutan • Ralp Ross dan Ernest van den Haag (Harsojo, 1977): 1. Bersifat rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio). 2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera. 3. Bersifat umum, artinya bahwa hasil ilmu dapat digunakan oleh setiap manusia tanpa kecuali. 4. Bersifat akumulatif, artinya bahwa hasil ilmu dapat digunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya.
  • 25. KRITERIA PENGETAHUAN ILMIAH • Menurut Paradigma Pasca Thomas Khun, dalam Waini (1996). 1. Ada objek formal dalam arti bidang kenyataan yang merupakan permasalahan ilmu secara khusus 2. Ada metode kerja yang diakui sesama ilmuwan, baik secara kuantitatif atau kualitatif untuk memvalidasi pengetahuan dalam arti mengungkapkan temuan hubungan antar variabel (kausalitas atau korelasional). 3. Ada sosok jaringan substantif pengetahuan yang dihasilkan secara sistematis mendeskripsikan fenomena alam dan kehidupan secra berdasar dan koheren. 4. Terdapat teknik yang mapan dan perlengkapan yang diakui dalam menerapkan pengetahuan khusus ke dalam praktek kerja yang terkait dengan objek formal.
  • 26. KRITERIA MENURUT MADJID NOOR (1999) • Kriteria pengetahuan ilmiah adalah: Landasan, Objek, Metode, Isi, dan Fungsi. 1. Landasan Ilmu berkenaan dengan titik tolak atau tempat berpijak para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya yang berguna dalam memahami fenomena alam atau fenomena sosial. Landasan ilmu biasanya bersumber dari aliran filsafat tertentu kerana filsafat adalah induknya pengetahuan ilmiah. Landasan ilmu kealaman pada mulanya bersumber dari filsafat materialisme dan naturalisme. Namun dalam perkembangannya landasan ilmu alam cenderung bersumber dari aliran filsafat positivisme dan neo-positivisme. Sedangkan landasan ilmu-ilmu sosial (social science) bersumber dari filsafat humanisme, pragmatisme, eksistensialisme dan fenomenologi. 2. Obyek Ilmu. Obyek suatu ilmu adalah kenyataan (realitas) bahan yang menjadi kajian atau penyelidikannya. Ada Obyek material dan obyek formal • Objek material yang dapat mengelompokkan berbagai ilmu. kalau obyek materialnya alam maka akan melahirkan ilmu-ilmu kealaman (natural science) seperti fisika, biologi, kimia; • Kalau obyek meterial manusia maka akan melahirkan ilmu-ilmu sosial (social science) seperti sosiologi, ilmu pendidikan, psikologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dsb.
  • 27. • Obyek Formal Ilmu ialah suatu bentuk yang menjadikan ilmu tersebut berdiri sendiri (otonom) yang khas dan membedakan ilmu tersebut dari ilmu yang lain. Misal, yang menjadi obyek sosiologi adalah masyarakat, ekonomi mempelajari kesejahteraan manusia, psikologi mempeljari gejala jiwa (tingkah laku) manusia. Fisika dan kimia tergolong kepada ilmu kealaman, tetapi keduanya memiliki obyek formal yang berbeda. Fisika mempelajari fenomena alam fisik, sedangkan kimia mempelajari fenomena zat dan prosesnya. Begitu juga biologi, walaupun termasuk ke dalam ilmu kealaman, beda dengan fisika dan kimia, biologi obyek formalnya adalah gejala kehidupan organisme biologis. 3. Metode ilmu (metode ilmiah) merupakan prosedur kerja sistematis, yakni terencana dan cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu. Tujuannya untuk memperoleh suatu produk ilmu yang valid (sah, benar, dan tepat), artinya pemikiran manusia sesuai dengan fakta empiris, dan reliable (produknya dapat dipercaya, jika diulang akan menghasilkan produk yang sama). • Metode kuantitatif karakter utamanya jumlah dlam menguji teori, memproses data dalam bentuk angka, sebagai hasil pengukuran yang sifatnya eksak dan menggunakan perhitungan statistik, dengan teknik penelitian survey dan observasi terstruktur. • Metode kualitatif, untuk mengembangkan suatui teori baru dengan memproses data deskriptif sebagai hasil evaluasi tanpa menggunakan statistik, denga teknik penelitiannya biasanya studi kasus, dan instrumen utama adalah peneliti itu sendiri.
  • 28. 4.ISI ILMU yaitu struktur pengetahuan yang tersusun secara sistemik dan sistimatik sebagai hasil penelitian ilmiah dalam bidang atau obyek studi yasng menjadi garapannya. Isi ilmu biasanya berupa: a.Aksioma, pandangan/ide/konsep yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. Misal dalam matematik, pengertian koma, titik, garis, segitiga, dsb. b. Postulat, Pandangan/konsep yang sangat mendasar yang telah dianggap benar tanpa perlu pembuaktian. Mis. Dalam filsafat: manusia adalah hewan berkawan (Men is a social animal). c. Paradigma, Menurut Thomas S Khun adalah suatu atau srangkaian pandangan yang telah dianggap benar oleh suatu masyarakat akademis atau komunitas ilmuwan (academic society) dan berfungsi memberi dasar yang terdalam bagi pengembangan konsep, teori atau hukum. d.Asumsi, yaitu pendapat yang kebenarannya diterima menurut suatu kerangka berpikir tertentu, namun masih perlu dibuktikan secara empiris. e.Konsep. Theory, Generalisasi, Hukum, Prinsip, Azas, Model.
  • 29. FUNGSI ILMU 1. FUNGSI MENJELASKAN. Ilmu berfungsi menjelaskan fenomena kehidupan, baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Mis. Mengapa suatu fenomena terjadi, apa penyebab sebenarnya, bukan hanya gejalanya saja. Ada empat pola ilmiah tentang fungsi pengetahuan ilmiah • Penjelasan deduktif yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum. • Penjelasan probabilistik/induktif yaitu menarik kesimpulan dari sejumlah kasus. • Penjelasan Teleologis yaitu penjelasan yang didasarkan pada tujuan tertentu. • Penjelasan genetik yaitu penjelasan yang didsarkan pada seperangkat faktor yang timbul sebelumnya (preriquisit). 2. MEMPREDIKSI yaitu kemampuan suatu ilmu untuk menunjukkan sesuatu yang akan terjadi apabila sejumlah fenomena, indikasi atau data tertentu tampak atau tidak tampak. 3. MENGONTROL yaitu fungsi memeriksa atau menguji apakah suatu kegiatan dalam prakteknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditemukan oleh pengetahuan ilmiah tertentu
  • 30. TUJUAN PENDIDIKAN • Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun secara kelompok. • Tujuan pendidikan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan baik kepercayaan/religi, filsafat, ideologi, maupun berupa mitos. • Dalam menentukan tujuan pendidikan, menurut Hummel (1977) minimal harus memperhatikan tiga nilai: 1. Autonomy, yaitu memberi kesadaran,pengetahuan, dan kemampuan secara maksismum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik. 2. Keadilan (Equity) Yaitu memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalah kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi dengan memberinya pendidikan dasar yang sama. 3. Survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga kebudayaan itu tetap hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
  • 31. JENIS-JENIS TUJUAN PENDIDIKAN LENGEVELD (1980) 1. Tujuan Umum merupakan sesuatu yang akhirnya akan dicapai oleh pendidikan. Tahun 2006 Pada KTSP Tujuan Umum disebut juga Standar Kompetensi. Pada Kurikulum 2013, Standar Kompetensi diganti dengan Kompetensi Inti (KI). KI ini terdiri atas KI 1 yang menyangkut Spiritual; KI 2 menyangkut Sosial, KI 3 menyangkut Pengetahuan; KI 4 menyangkut Keterampilan. 2. Tujuan Khusus Artinya tujuan pengkhususan dari tujuan umum. Dalam KTSP disebut juga Kompetensi Dasar. Dalam Kurtilas sama dengan KTSP yaitu Kompetensi Dasar 3. Tujuan Insidental yaitu tujuan yang menyangkut suatu peristiwa dan sifatnya hanya sewaktu-waktu. 4. Tujuan sementara yaitu tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum. Misal: Tujuan umumnya sadar akan hidup sehat; tujuan sementaranya, kuku bersih,. Gigi bersih, dan berbagai jenis serta tingkatan kebersihan. 5. Tujuan tidak lengkap, yaitu tujuan dari satu aspek saja. 6. Tujuan Perantara yaitu tujuan untuk mencapai tujuan yang lain. Misal: belajar membaca agar kelak dapat belajar ilmu lainnya dengan membaca sendiri sumber ilmu.
  • 32. TUJUAN PENDIDIKAN LAINNYA 1. Tujuan pendidikan ditinjau dari segi waktu: a) tujuan pendidikan di lingkungan keluarga, b). di pendidikan anak usia dini, c). di Taman Kanak- kanak, d). di sekolah dasar, e). di sekolah menengah pertama, f). di sekolah menengah atas. 2. Tujuan pendidikan dilihat dari Perkembangan anak sebagai Pribadi, dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra remaja, masa remaja, masa pemuda/i, masa dewasa, sampai masa tua. 3. Kedewasaan sebagaii Tujuan Pendidikan. Pendidikan dalam arti mikro yaitu pendidikan bertujuan menjadikan anak dewasa, dalam arti dewasa secara biologis dan psikologis, dewasa secara emosi, dewasa secara sosial, dewasa secara afektif, dewasa secara intelektual, dewasa secara kemauan (vilisional) dan dewasa secara spiritual. Tujuan pendidikan mikro ini berbeda dengan tujuan pendidikan secara makaro (luas), yaitu tujuan pendidikan sepanjang hayat. 4. LIHAT PULA KEDEWASAAN SESEORANG MENURUT MUKTI ALI (1973), Menteri Agama RI Era Orde Baru.
  • 33. BATAS-BATAS PENDIDIKAN • Pendidikan sebagai perbuatan manusia, tidak begitu saja dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan batas-batas yang mempengaruhinya. Batas-batas tersebut adalah: 1. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk membimbing anak mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru (UU No 20 Tahun 2003). Orang tua (Bapak dan Ibu) merupakan pendidik kodrati yang pada hakekatnya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Pendidik di sekolah yang bertindak mewakili orang tua, tidak berarti bahwa pendidik dapat menggantikan semua tugas, fungsi dan peran orang tua dalam mendidik peserta didik. Pendidik dan orang tua (sebagai pendidik) memiliki keterbatasan, oleh karenanya maka dibuatlah jalur, jenjang dan jenis pendidikan. 2. Pribadi Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (UU No 20 Th.2003). Peserta didik harus dipandang secara filosofis, atau menerima kehadiran keakuannya, keindividuannya, sebagaimana dia seharusnya berada.
  • 34. BATAS lanjutan 3. Alat Pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi peserta didik secara pedagogis (educatif). Alat pendidikan menurut Langeveld (1980) dipilih atas empat aspek yaitu berhubungan dengan tujuan pendidikan; pendidikan yang akan menggunakan alat tersebut; bahan perantara tempat pemakaian alat; dan berhubungan dengan pertanyaan “apakah akibat dari penggunaan alat tersebut”. • Lima Jenis alat pendidikan, yaitu: a. Perlindungan merupakan syarat dasar bagi semua pergaulan termasuk pergaulan pendidikan. b. Kesepahaman timbul karena orang dewasa akan menjadi teladan bagi peserta didik. Begitu juga peserta didik akn mencoba meniru perilaku pendidik. c. Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan berupa pembauran dari pendidik dan penyesuaian diri dari peserta didik (sesuai perbuatan dengan kata hati) d. Perasaan bersatu, interaksi atau pergaulan pendidik dan peserta didik yang bersifat kekeluargaan, timbul saling pengertian, serta saling melengkapi. e. Pendidikan karena kepentingan diri sendiri, si peserta didik telah menyadari akan pentingnya pendidikan bagi dirinya serta ikut bertanggung jawab untuk membentuk dirinya sendiri.
  • 35. 4. Waktu Pelaksanaan. Waktu masa bayi sampai usia 3 tahun baru disebut bentuk pembiasaan (conditioning) belum disebut hubungan pendidikan. Pada usia 4-6 tahun merupakan hubungan pengembangan dan pengenalan. Hubungan pendidikan baru dimulai pada usia 7 tahun. 5. Aspek Tujuan. Dalam skala mikro, tujuan pendidikan adalah mencapai kedewasaan. Apabila kedewasaan sudah tercapai maka pendidikan telah mencapai batasnya. Lain lagi dengan skala makro. Pendidikan orang dewasa atau pendidikan sepanjang hayat, dapat digunakan istilah pembinaan, dalam arti peningkatan diri. 6. Aspek lingkungan. Dalam arti umum berarti situasi di sekitar kita. Dalam pendidikan, merupakan segala sesuatu yang berada di luar diri peserta didik yang dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek, yaitu: • Lingkungan alam fisik di sekitar anak, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,iklim, jenis makanan, berbagi benda, dsb. • Lngkungan budaya dapat berupa teknologi, adat istiadat. Pengetahuan, dsb. • Lingkungan sosial termasuk perilaku manusia, hubungan antar manusia, • Lingkungan spiritual berupa agama, keyakinan yang dianut keluarga, di masyarakat, dan sebagainya.
  • 36. KEHARUSAN PENDIDIKAN 1. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, perlu mendapat uluran dari orang lain (ibu dan ayah) belum bisa berbuat apa-apa, maka pendidikan merupakan suatu keharusan (berbeda dengan binatang yang sudah dilengkapi dengan kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya). Sedangkan bayi/anak manusia masih memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap. 2. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk mencapai kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan waktu lama. Mungkin untuk manusia primitif beda dengan manusia modern yang tuntutannya lebih kompleks.
  • 37. 3. Manusia sebagai mahluk sosial. Manusia adalah mahluk sosial, tidak mungkin hidup normal tanpa hidup bersama dengan manusia lainnya. Memiliki perjanjian yang saling menguntungkan, memiliki peraturan, saling membutuhkan, saling melengkapi, saling mengisi. Semuanya memerlukan pendidikan. 4. Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri. Pengertian sosial bukan berarti tidak menghargai kehidupan manusia sebagai individu,Pergaulan hidup adalah hidup antara pribadi-pribadi. Karena ada pribadi-pribadi yang berbeda dalam kehidupan bersama, maka pendidikan diperlukan. 5. Manusia sebagai makhluk bertanggung jawab. Setiap manusia harus mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan akan membawa akibat, dan seringkali akibat itu menimpa orang lain. Disinilah pendidikan sangat diperlukan manusia. 6. Sifat manusia dan kemungkinan terjadinya pendidikan. Pada hewan suka terjadi kegiatan yang seperti “pendidikan” yang disbut “dressur” (pembiasaan/ conditioning) tetapi sangat jauh dari pengertian pendidikan yang sebenarnya. Anak senang meniru untuk berbuat, ini juga disebut dressur. Namun orang tua mesti bijak, kalau anak mengambil pisau tajam, ibu menggantikan dengan benda yang mirip pisau. Di sini terjadi pendidikan
  • 38. KEMUNGKINAN PENDIDIKAN • Ada yang berpendapat bahwa kedewasaan adalah proses alami, yang berlangsung selaras dengan hukum alam. Kalau demikian pendidikan merupakan kegiatan yang sia- sia. • Tidak dapat dipungkiri, memang ada hal-hal tertentu yang diperolehnya secara alami , misalnya jenis kelamin dan bakat, hal ini di luar kemampuan manusia. • Sejak dulu para pakar psikologi mengakui bahwa bakat yang dibawa bukan merupakan kenyataan tetapi merupakan potensi. Apakah potensi itu harus dibiarkan atau dipupuk, dibimbing dan dikembangkan? Seberapa jauh potensi itu dikembangkan dalam rangka mengisi kedewasaan? • Jenis kelamin manusia tidak perlu dipertanggung jawabkan. Tetapi kalau sudah dewasa, seberapa jauhkah manusia telah menjadikan kepribadian kelaki-lakian atau kewanitaannya dalam mengisi dan mencapai kedewasaannya. Dengan kata lain, seberapa jauhkan pendidikan telah dan harus berperan ? • Namun memang, tidak semua manusia harus diberi pendidikan yang sama, mengingat manusia bersifat unik. Ada yang di SD ada yang di MI, SMP, MTs SMA, SMK, MA, SLB, Paket A, B, atau C
  • 39. TUTWURI HANDAYANI • Aliran Naturalisme dipelopfrori J.J Roussou, yang berpendapat bahwa setiap anak yang dilahirkan berpembawaan baik dan akan rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa aryu7 kan merusak pembawaan anak yang baik. Aliran ini disebut juga negativisme. • Aliran Empirisme dari John Locke, keadaan manusia tatkala dilahirkan sebagai Tabularasa yaitu meja lilin yang bersih bagaikan kertas, lingkungan membentuknya • Aliran konvergensi berasal dari Bangsa Jerman William Stern, pembawaan dan lingkungan saling melengkapi dan saling mengisi dalam perkembangan anak. • Tutwuri Handayani merupakan konsep pendidikan dari Ki hajar Dewantara. Tut wuri berarti mengikuti dari belakang; Handayani berarti mendorong, memotivasi, atau membangkitkan semangat. Mirip dengan Konvergensinya W. Stern • Ing ngarso nsung tulodo, artinya kalau di depan pendidik harus memberi contoh; in madyo mangun karso, artinya kalau ada di tengah-tengah harus membangun kemauan, kreativitas dan hasrat untuk berinisiatif. Jadi pendidikan merupakan hasil interaksi atara pembawaan dan lingkungan
  • 40. PENDIDIK/GURU • Pengertian: Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak, agar dapat menuju kedewasaan. • Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak. • Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003). • Ada pendidik karena kodratnya harus mendidik, dan ada pendidik karena tugasnya untuk membimbing anak mencapai kedewasaan. • Pendidik harus sudah dewasa, karena mendidik bukan hanya nasihat, anjuran, perintah, dan larangan saja, tetapi gambaran kedewasaan pendidik yang menjadi tauladan dalam berperilaku, berpengetahuan, berilmu dan dalam pergaulan antar pendidik dan peserta didik, yang menurut Langeveld disebut situasi pendidikan.
  • 41. JENIS PENDIDIK • Pendidik Pertama, yang disebabkan kewajaran, alamiah dan kodrati, tanggung jawab membimbing anak mencapai kedewasaan, yaitu orang tua (ibu dan ayah). Hal ini disebabkan anak yang baru lahir tidak berdaya mengurus dirinya sendiri, dan tidak bisa mengembangkan dirinya sendiri. Mereka perlu bantuan. Orang tua jadi pendidik pertama. Kalau ternyata orang tua tidak bisa mendidik, misal: karena meninggal atau bercerai atau sebab lain, kemudian diserahkan kepada orang lain (paman, bibi, nenek, panti), mereka bukan pendidik kedua tetapi tetap sebagai pendidik pertama. • Pengaruh orang tua sangat besar terhadap perkembangan anak dengan berbagai tahapannya dan masa depan anak. Sabda Rosul: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah kecuali ibu bapaknya yang menyebabkan dia jadi penganut Yahudi, Nasrani atau penganut majusi.
  • 42. PENDIDIK KEDUA/GURU • Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik. Mereka tidak bisa disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka sebagai pendidik. Mereka jadi pendidik karena profesinya sebagai pendidik. • Dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, mebimbing, mengarahkan, mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. • Hal-hal yang harus dimiliki seorang guru: memiliki kedewasaan; menjadi teladan; mampu menghayati kehidupan anak; mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak; mengenal anak sebagai pribadi; dan menjadi seorang pribadi
  • 43. CIRI-CIRI PENDIDIK • Adanya kewibawaan (kekuasaan batin) yang terpancar dari dirinya, dan menghindari penggunaan kekuasaan lahir. Kewibawaan merupakan pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas pengaruh tersebut. • Mengenal peserta didik baik secara umum maupun secara khusus, Hal ini dapat dipelajari melalui perkembangan peserta didik • Membantu peserta didik yang sesuai dengan yang diharapkannya. Setiap anak ingin menjadi dirinya, bertanggung jawab, ingin menentukan sendiri, maka pendidik adalah membantunya.
  • 44. SYARAT-SYARAT PENDIDIK • Mengetahui tujuan pendidikan; mengenal peserta didiknya; mengetahui prinsip dan menggunakan alat pendidikan; bersedia membantu anak; dan menyatu dengan anak. • Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbabagi potensi yang dimilikinya. • Kompetensi kepribadian adalah memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia • Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan berbagai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. • Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
  • 45. PESERTA DIDIK/ANAK DIDIK • Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. UU No. 20 Tahun 2003. Pengertian ini lebih cocok bagi pendidikan makro, karena peserta didik bisa berlaku dari bayi sampai kakek-kakek yang mengikuti proses pendidikan • Dalam pendidikan mikro dan pedagogik lebih cocok menggunakan istilah anak didik. Tirtaraharja (2004) mengemukakan empat karakteristik anak didik: 1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan mahluk yang unik. 2. Individu yang sedang berkembang 3. Individu byang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi 4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
  • 46. CIRI-CIRI ANAK DIDIK Edi Suardi (1984) mengemukakan lima ciri anak didik: 1. Kelemahan dan ketidak berdayaan baik fisik maupun psikis. Misal lemah dan tidak berdaya akan cuaca, dingin, panas,; Begitu juga kelemahan akan keadaan yang berbahaya, dan menyenangkan. Lama-lama kelemahan dan ketidak berdayaan menghilang berkat bantuan. 2. Anak didik adalah mahluk yang ingin berkembang. Anak selalu bergerak, selalu meraba, mencoba,merasakan, ingin tahu merupakan vitalitas (semangat hidup) untuk berkembang. Keinginan berkembang ini merupakan karunia yang sangat besar untuk membawa mereka ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi. 3. Ingin menjadi diri sendiri. Karena untuk dapat bergaul di masyarakat dia harus menjadi diri sendiri, seorang pribadi. Tanpa itu, dia akan pasif, mblelo, dan tak punya jati diri. 4. Perkembangan anak didik. Perjalanan hidup anak sejak lahir sampai dewasa melalui waktu yang panjang, melalui fase-fase perkembangan tertentu. Pelajari dan bandingkan dengan fase-fasenya Thornburgh. 5. Anak didik sebagai individu. Lihat anak sebagai totalitas.
  • 47. INTERAKSI PEDAGOGIS ANTARA PENDIDIK DENGAN ANAK DIDIK • Interaksi pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia dewasa. Tanpa adanya tujuan pendidikan, hanya merupakan pergaulan biasa saja. • Pendidikan berarti komunikasi, yaitu berhubungan timbal balik atau dua arah. Berkomunikasi dua arah harus menyediakan situasi yang komunikatif dan mengikuti irama anak (receiver oriented). • Syarat Interaksi Pedagogis: 1. Rasa tenang pada anak didik 2. Hadirnya kewibawaan 3. Kesediaan pendidik membantu anak didik 4. Memperhatikan minat anak didik.
  • 48. INTERAKSI PEDAGOGIS DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH • Karakteristik interaksi pedagogis di sekolah’ 1. Interaksi atas dasar Tugas dan Peran masing-masing pendidik dan anak didik, sehingga timbul kebersamaan dan bekerja sama. 2. Ada tujuan. Di sekolah tidak ada kegiatan yang tidak bertujuan 3. Kemauan pendidik untuk membantu anak didik dalam mencapai kognitif, afektif dan psikomotor 4. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. 5. Ditandai dengan suatu garapan materi yang sudah dipilih dan disiapkan sebelum interaksi berlangsung. 6. Interaksi pembelajaran ditandati dengan aktivitas anak. Kurang bermanfaat kalu anak hanya pasif saja. 7. Pendidik mengambil peranan membimbing, motivator, memulai dan mengakhiri suatu proses. 8. Ada disiplin yaitu suatu pola tingkah laku yang diatur dan ditaati. 9. Ada pengaturan waktu. 10.Interaksi belajar individu, kelompok dan tim (pendidik dengan anak didik)
  • 49. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN • Manusia merupakan mahluk jasmani dan ruhani, yang secara hakikatnya adalah mahluk individual dan mahluk sosial. Langveld: dasar antropologis manusia (hakikat manusia) adalah, individualistas, sosialitas dan moralitas, juga sebagai mahluk berketuhanan. Atas dasar tersebut, Ahmadi dan Uhbiyati (2001), pembelajaran di sekolah harus menyangkut aspek-aspek pendidikan: 1. Pendidikan Budi Pekerti berkaitan dengan watak, akhlak, moral, nilai, dst. 2. Pendidikan kecerdasan, latihan dengan kata, contoh, verbal, audio, dst. 3. Pendidikan Sosial, menyesuaikan diri, sabar, ramah, santun, tolong menolong, saling menghargai, menghormati , dsb. 4. Pendidikan Kewarganegaraan, agar menjadi warga negara yang baik, bermanfaat bagi berkehidupan di masyarakat dan negara, 5. Pendidikan Keindahan (estetika), memiliki rasa kehalusan jiwa, menikmati keindahan, apresiasi seni. Dsb. 6. Pendidikan Jasmani, membentuk watak, sehat jasmani dan rohani, berotot, kuat. 7. Pendidikan agama, membiasakan pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama 8. Pendidikan kesejahteraan keluarga, untuk meningkatkan taraf hidup dan penghidupan keluarga, hidup damai, rukun, hemat, sejahtera dalam ikatan keluarga.
  • 50. KONSEP DAN PENGERTIAN ALAT PENDIDIKAN • Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam proses pendidikan, baik berbentuk material maupun non-material. • Non-Material adalah suatu tindakan/perbuatan atau siatuasi yang dengan disengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Misal: pembiasaan, suruhan, larangan, anjuran, ajakan, pujian, teguran, hukuman, imbalan, dan berbagai bentuk tindakan lainnya. • Alat pendidikan material adalah berbagai alat yang digunakan untuk keperluan pelaksanaan proses pendidikan, biasanya berbentuk benda yaitu sarana dan prasarana. • Parasarana termasuk lahan, bangunan, ruangan, pekarangan, lapang olah raga, hall atau auditorium, kolam renang, ruang laboratorium, dsb. • Sarana meliputi alat bantu pelajaran, misal zat atau perkakas di laboratorium, perkakas di bengkel, alat peraga, termasuk white board, spidol, buku, meja, bangku, kursi, in-focus, dsb.
  • 51. KARAKTERISTIK ALAT PENDIDIKAN • Karakteristik adalah persyaratan atau berbagai kondisi ideal alat pendidikan, baiak yang berkaitan dengan non-material atau dengan material. Yang digunakan dalam pendidikan. • Karakteristik Non-material: • Perbuatan/tindakan pendidik yang bersifat konservatif yang cenderung mempertahankan yang sudah ada dan tidak menerima yang baru. Maka harus dipikirkan matang-matang. • Hendaknya membiasakan perbuatan/tindakan yang baik, menjadi otomatis • Perbuatan dan tindakan dilakukan secara hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan peserta didik. • Perbuatan/tidakan hendaknya diikuti dengan bimbingan atau contoh • Perbuatan/tidakan hendaknya diawali dengan gambaran. Misal bicara tentang kesehatan, diawali dengan manfaat kesehatan • Perbuatan/tindakan yang wajar, tidak memaksakan menjadi orang lain. • Hendaknya pendidik tidak berlebihan baik dalam memuji maupun menghukum • Hendaknya bijaksana dalam menghadapi kesalahan anak didik, karena belum tentu disengaja
  • 52. KARAKTERISTIK ALAT PENDIDIKAN MATERIAL • Alat pendidikan dibuat dari bahan yang kuat • Dapat dibuat dengan mudah dan masal • Biaya relatif murah • Hendaknya nyaman dan enak dipakai. • Beratnya disesuaikan dengan keperluan. • Memperhatikan ukuran fisik • Tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan anak didik.
  • 53. JENIS DAN KEGUNAAN ALAT PENDIDIKAN • Jenis Alat Pendidikan Non-Material: • Pembiasaan, agar menjadi otomatis. Berupaya memberikan kesempatan kepada anak didik akan kesibukan dalam lapangan indra dan motorik serta bergaul dengan sesamanya. • Suruhan, sebenarnya adalah suatu cara melakukan pembiasaan. • Larangan, alat pendidikan untuk pembiasaan dalam hal yang tidak boleh dikerjakan. • Menganjurkan , sifat yang tidak mengikat dan tidak memaksa. Sebenarnya tidak terlalu tepat digunakan sebagai alat pendidikan, tapi masih ada gunanya pada hal-hal tertentu. • Mengajak, adalah suruhan secara halus, lebih simpatik, tidak bersifat memaksa. • Memberi contoh, banyak dan sudah sejak lama digunakan. Memberi contoh adalah sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh anak. Dapat juga sebagai prilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang akan kita tanamkan pada anak didik, sehingga tanpa sengaja akan menjadi teladan bagi anak didik. • Memuji. Hal ini dilakukan bagi anak yang berprestasi agar terus meningkatkan prestasinya. Kadang digunakan oleh orang yang akan berbuat tidak baik, yang akan mengambil keuntungan. • Menghukum, hal ini harus dilaksanakan seminimal mungkin. Kalu memamng perlu, lakukakan dengan hukuman yang edukatif
  • 54. JENIS ALAT PENDIDIKAN MATERIAL • Lahan sesuai dengan Standar Pelayanan Prima: 50% untuk Bangunan dan 50% untuk halaman. Idealnya, rasio Bangunan: Lahan =1:3 1. Untuk Taman Kanak-kanak 1.000 m2 2. Untuk Sekolah dasar 3.000 m2 3. Untuk Sekolah Menengah Pertama 6.000 m2 4. Untuk Sekolah Menengah Atas 8.000 m2 5. Untuk Sekolah Menengah Kejuruan disesuaikan dengan Bidang Keahlian • Lokasi sekolah tidak dekat sungai, pasar, kuburan, sesuai dengan kemampuan daya jangkau anak didik (radius 3 km). • Bangunan, Harus disesuaikan pula dengan Standar Pelayanan Prima: • TK 4 m2 di dalam dan 6 m2 di luar; 25 peserta didik / kelas • SD 3 m2 di dalam dan 5 m2 di luar; 36 peserta didik / kelas • SMP 2 m2 di dalam dan 4 m2 di luar; 32 peserta didik / kelas • SMA 2 m2 di dalam dan 4 m2 di luar; 26 peserta didik / kelas • Mahasiswa 1,5 m2 s.d. 2 m2 di dalam ruangan. • Perabot dan Perlengkapan yang meliputi alat bergerak dan tidak bergerak, baik untuk alat pendidikan di dalam (indoor activities) atau alat pendidikan di luar (out-door activities)
  • 55. LINGKUNGAN-LINGKUNGAN PENDIDIKAN • Manusia memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan melalui pengalaman, yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, itulah yang disebut lingkungan pendidikan. • Langeveld (1952) Lingkungan keluarga, sekolah dan gereja. • Ki Hajar Dewantara: Tri Pusat pendidikan, Keluarga, Perguruan dan Pemuda • Sistem Pendidikan Nasional: Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Ketiganya merupakan wahana yang dilaui anak untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan, dan sekaligus untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. • Karena pendidikan merupakan interaksi antar manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah suatu tempat di mana memungkinkan terjadinya suatu interaksi manusia dalam proses pendidikan dan untuk mencapai pendidikan.
  • 56. PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA • Konsep Keluarga. Secara etimologis, keluarga berasal dari dua kata kawula dan warga. Kawula berarti hamba dan warga berarti anggota. Jadi keluarga adalah satu kesatuan (unit) di mana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepenteingan dan tujuan unit tersebut. Juga bermaknasebagai lembaga sosial terkecil di masyarakat yang terbentuk melalui perkawinan yang sah, dan biasanya terdiri atas ayah, ibu serta anak- anak yang belum menikah. • Horton dan Hunt yang dikutip oleh Tisna Amidjaja (1980:23) mendefinisikan keluarga sebagai: suatu kelomp[ok yang mempunyai nenek moyang yang sama; suatu kelompok yang disatukan oleh darah atau perkawinan; pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak;pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak;dan satu orang dengan beberapa anak. • Dari sudut pandang sosiologis: Dalam arti sempit, keluarga merupakan orang tua dan anak-anaknya. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atu keturunan. • Menurut pandangan pedagogis, keluarga merupakan suatu persekutuan hidup yang dijalani dengan rasa kasih sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang tua. Keluarga lengkap apabila terdiri atas ayah, ibu dan anak. • Menurut UU No. 10 Tahun 1992: Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya.
  • 57. CIRI-CIRI KELUARGA Mc Iver dalam M.I Soelaeman (1978) 1. Hubungan berpasangan kedua jenis (pria dan wanita); 2. Perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan; 3. Pengakuan akan keturunan; 4. Kehidupan ekonomisyang diselenggarakan dan dinikmati bersama; 5. Kehidupan rumah tangga; Dari sudut pandang pedagogis,Ciri hakiki suatu keluarga adalah ”suatu persekutuan yang hidup yang dijalin dengan kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang sah, bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam penyempurnaan diri tersebut, terkandung pengungkapan peran dan fungsi orang tua (suami istri).
  • 58. KELUARGA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN • Ki Hajar Dewantara (1962) keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan utama, karena sejak munculnya peradaban kemanusiaan sampai sekarang, kehidupan keluarga selalu mempengaruhi dan merupakan tempat subur bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental/budi pekerti dalam diri manusia. • Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan pertama yang diselenggarakan secara informal. Disebut pendidikan pertama, karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan dibesarkan pada wal pertam di lingkungan keluarga • Disebut sebagai lingkungan pendidikan utama, karena keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini yang dikenal pula sebagai usia emas (golden age), akan berpengaruh pada keberhasilan pendidikan pada periode perkembangan anak berikutnya. • UU No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bab I, Pasal 1 Ayat 13 “pendidikan keluarga dan lingkungan adalah jalur pendidikan informal” • Pendidikan keluarga dapat juga merupakan salah satu pendidikan yang ada dlam masyarakat, karena keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat, di samping pendidikan yang diberikan orang tuanya agar di masa datang dapat menyesuaikan dalam kehidupan masyarakat
  • 59. FUNGSI KELUARGA M.I Soelaeman (1978) Secara umum keluarga berfungsi untuk membekali semua anggota keluarga agar dapat hidup sesuai dengan truntutan nilai religius, pribadi dan lingkungan. Secara rinci ada delapan fungsi. 1.Fungsi Edukasi. Keluarga sebagai wahana pendidikan poertama dan utama, agar menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri 2.Fungsi Sosialisai Anak. Yaitu berfungsi mengantarkan dan membimbing anggota keluarga agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih luas, sehingga kehadirannya akan diterima bahkan mungkin dinantikan, karena banyak manfaat bagi orang lain yang ada di lingkungan masyarakat. 3.Fungsi Proteksi (perlindungan): yaitu wahana perlindungan BATIN tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, tentram bagi seluruh anggota keluarga, sehingga terpenuhi kebahagiaan batin; perlindungan FISIK, sehingga tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan dan kesakitan; Perlindungan MENTAL supaya tidak kecewa karena mengalami konflik yang berkepanjangan; perlindungan MORAL agar terhindar dari perbuatan tercela, buruk dan jahat.
  • 60. FUNGSI lanjutan 4. Fungsi Afeksi (Perasaan); Wahana tempat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga serta lingkungan dan masyarakatnya. Menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antar anggota keluarga. 5. Fungsi Religius. Wahana pembangunan anggota keluarga yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, beakhlak mulia, berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Orang tua berperan sebagai penyampai, penyeleksi, penafsir norma-norma dalam kehidupan sehari-hari dalam seluruh sendi-sendi kehidupan. 6. Fungsi Ekonomi; Diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, materiil, yang sekaligus mendidik untuk berkehidupan efisien, ekonomis, dan rasional. Dfi dalmnya mengandung pula pencarian nafkah, penggunaan, pembelanjaan, saling pengertian dan solidaritas. 7. Fungsi Rekreasi; Menjadi wahana yang nyaman, menyenangkan, ceria, cerah, hangat dan penuh semangat, sehingga tumbuh kerja sma diantara anggota keluarga, saling mempercayai, saling menghormati, pengertian, mengagumi, saling memaafkan, saling mengisi dan melengkapi. 8 Fungsi Biologis; wahana untuk saling menyalurkan kebutuhan reproduksi dan keturunan, serta memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
  • 61. PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA • Ciri Masyarakat Tradisional/Primitif (Schoorl, 1980). 1. Rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya; 2. Jumlah kelompok relatif kecil, namun jumlah satu keluarga bisa lebih banyak (extended family); cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri; 3. Belum banyak pembagian kerja dan spesialisasi; 4. Tidak banyak differensiasi kemasyarakatan dan kelembagaan; 5. Tidak banyak heteroginitas dalam kebudayaan, masih sangat homogin. 6. Struktur sosial tidak begitu kompleks, sehingga wawasan anak masih kepada keluarga. 7. Orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap pendidikan anaknya. 8. Orang tua merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan atau diwariskan kepada anak-anaknya. 9. Orang tua memegang otoritas penuh kepada anak-anaknya.
  • 62. KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN • Diawali dengan tumbuh dan berkembangnya industri di Eropa. Ciri: 1. Anggota keluarga cebderung lebih kecil (nucklear family); 2. Memiliki struktur keluarga yang kurang stabil; 3. Lebih demokratis dalam mengambil keputusan; 4. Amat tergantung kepada jasa pelayanan orang lain; 5. Kehidupan yang terdifferensiasi dan spesialisasi yang sangat tajam; 6. Anggota keluarga tidak tahu pasti pekerjaan ayahnya, karena tempatnya sangat jauh; 7. Ibu tidak tinggal di rumah, karena mengambil bagian mencari nafkah, seperti halnya yang dilakukan ayahnya . 8. Hubungan orang tua dan anak yang otoritatif berubah menjadi kolegial; 9. Pendidik pertama anaknya bukan lagi ayah atau ibu, tapi babby sitter atau kelompok bermain (play group), atau Taman Kanak-kanak. 10.Fungsi rekreasi sudah diambil alih oleh tempat-tempat hiburan. 11.Fungsi pembentukan watak dan sikap mentalpun sudah diambil oleh PKBM, Perkumpulan Pemuda, perkumpulan olah raga, Keluarga masjid, Pramuka,TPA, Pesantren, dsb.
  • 63. KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN • Dalam keluarga terjadi interaksi antar anggota keluarga; antara suami dan istri, ayah dengan anak, ibu dengan anak, anak dengan anak, bahkan antar keluarga. Dalam interaksi itu terjadi proses pembelajaran, pembinaan, bimbingan dan proses pendidikan. • Hubungannya dengan pendidikan, keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama, berlangsung secara wajar, kodrati dan informal, lebih dominan lagi melalui media permainan. • Keluarga merupakan yang pertama memberikan sumbangan mental dan fisik, membentuk konsepsi tentang kepribadian; tidak hanya mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua, tetapi juga dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. • Ki Hajar Dewantara (1962), kepentingan keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya disebabkan memiliki kesempatan mrlaksanakan pendidikan secara individual dan sosial, tetapi juga ibu dan ayah dapat menanam benih kejiwaan (kebatinan) sesuai dengan benih- benih kejiwaan yang tumbuh dan berkembang dalam diri anak. • Ayah dan ibu sebagai pemimpin perilaku beradab, sebagai pendidik yang dapat mengembangkan kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestetik), serta pemberi contoh suri tauladan dalam beperilaku sosial kemasyarakatan. • Proses pendidikan dalam keluarga terjadi timbal balik, orang tua mendidik anaknya, dan orang tuapun turut dikembangkan pribadinya dengan adanya anak, karenanya pendidikan dalam keluarga merupakan fungsi pokok pertumbuhan dan perkembangan anak.
  • 64. PERAN ANGGOTA KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK • Peranan Ibu: Ibu berperan sebagai lambang kasih sayang. Sejak mulai mengandung, melahirkan, menyusui, memelihara, membesarkan, yang pertama dikenal anaknya, mengenal keamanan lahir batin, mengenal kasih sayang, semuanya dari peranan seorang ibu. • Ngalim Purwanto (1992:90): 1). Sumber dan pemberi rasa kasih sayang; 2). Pengasuh dan pemelihara; 3). Tempat mencurahkan isi hati; 4).Pengatur dalam kehidupan rumah tangga; 5)Pembimbing hubungan pribadi; 6). Pendidik dalam segi-segi emosional (afektif). • Peranan Ayah. 1). Sumber kepemimpinan dalam keluarga; 2). Penghubung antara keluarga dan masyarakat’ 3). Pemberi rasa aman bagi keluarga; 4). Pelindung terhadap ancaman dari luar; 5). Hakim bila terjadi perselisihan; 6) pendidik dalm segi-segi rasional. • Peranan Nenek: merupakan sumber kasih sayang. Ada juga yang terpanggil untuk ikut merawat dan membesarkannya dari mulai tingkat sekedarnya sampai kepada ikut capur menentukannya. • Peran anggota keluarga lainnya: ini terjadi pada keluarga besar (extended family). Seorang bibi misalnya, berperan sebagi pengganti ibunya.
  • 65. LINGKUNGAN PENDIDIKAN SEKOLAH • Secara etimologis, sekolah berasal dari bahasa Yunani Kuno “sechola” atau scole” yang berarti waktu senggang, liburan atau istirahat. Bangsawan Romawi pada saat itu memanfaatkan waktu senggangnya dengan berolah raga, berdiskusi/berdebat tentang segala masalah kehidupan. Perekmbangan berikut kegiatan diskusi ini dilskukan secar terus menerus dan teratur, dijadwalkan dan direncanakan. Lama kelamaan Bangsa Romawi menggunakan kata sechole ini sebagai tempat berdiskusi untuk mempelajari berbagai lapangan kehidupan. • Sesuai dengan perkembangannya, sechole itu berubah menjadi kata “school” dalam Bahasa Inggris dan diterjemahkan menjadi “sekolah” dalam bahasa Indonesia • Sekarang sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan yang ketat, harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut pendidikan formal. Sekolah adalah wahana yang di dalamnya ada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. • Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, memiliki fungsi sebagai kelanjutan pendidikan dalam lingkungan keluarga dengan guru sebagai pendidiknya. • Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan oleh petugas khgusus, dengan kualifikasi tertentu, menggunakan cara-cara tertentu, norma tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
  • 66. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SEKOLAH • Fungsi dan tujuan Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB, meletakkan DASAR kecerdasan,, pengetahuan, keribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. • Fungsi dan Tujuan Pendidikan Menengah, yang meliputi SMA/MA/SMALB, MENINGKATKAN kecerdasan,, pengetahuan, keribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. • Pendidikan Menengah Kejuruan SMK/MAK bertujuan , MENINGKATKAN kecerdasan,, pengetahuan, keribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan bidang keahliannya. • Selain itu sekolah berfungsi sebagai masyarakat belajar yang memiliki tata kehidupan yang mengatur hubungan antara pendidik dengan lingkungannya, yang memiliki pusat nilai-nilai, yang mengajarkan anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suasana yang menggairahkan, untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasi, dan mengamalkannya melalui pembelajaran di sekolah. • Guru. Lihat bahasan yang sudah lampau
  • 67. LINGKUNGAN PENDIDIKAN MASYARAKAT • Sebetulnya, keluarga dan sekolah berada di dalam masyarakat, dan merupakan bagian dari masyarakat. • Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling terkait dan tergantung oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan memiliki kepentingan bersama. • Masyarakat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas dan arti sempit, seperti masyarakat bangsa ataupun kesatuan kelompok kekerabatan di suatu desa, dalam suatu marga. • Ciri suatu masyarakat menurut Tirtarahdja dan LaSulo (2000): • Ada interaksi antar warga-warganya; • Pola tingkah lakunya diatur oleh adat istiadat, norma, hukum, dan atur yang khas. • Ada identitas kuat yang mengikat para warganya. • Bangsa Indonesia ditandai oleh dua ciri yang unik: Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan Secara Vertikal ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah, dan lapisan rendah
  • 68. KAITAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN 1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan (jalur sekolah dan luar sekolah) maupun yang tidak dikembangkan (jalur luar sekolah). 2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung atau tidak langsung, ikut berperan dan berfungsi dalam dunia pendidikan. 3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber pendidikan, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan melalui berbagai pekerjaan, pergaulan, dan interaksi lainnya.
  • 69. KEBUDAYAAN SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT • Taylor (made Pidarta): Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. • Menurut Hasan (Made Parta)Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil karya manusia hidup di masyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian.Kuntjaraningrat dan La Sulo, 2000) Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud: • Ideal, seperti ide, gagasan, nilai. Misal: Ilmu, pengetahuan, teknologi, UUD 1945, dsb. • Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Misal, sistem marga, upacara ngaben, tiluna, tujuhna, opat puluhna; Upacara adat. • Fisik, yakni benda hasil karya manusia. Misal, Majid Istiqlal, Jalan Tol, Candi Borobudur, Piramid, Great Wall, Big Band, Menara Efel.
  • 70. KASIH SAYANG • Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki kasih sayang terhadap sesmanya. Dalam Pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. • Kasih Sayang, merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya rasa sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memahami, memperhatikan, dan saling memberi. Kasih sang merupakan kebutuhan asasi manusia, sehingga akan mempengaruhi kehidupannya. • Anak yang dibesarkan dalam kasih sayang orang tuanya akan memiliki ketajaman hati nurani, memperlakukan temannya dengan penuh kecintaan, menunjukkan sifat mandiri, tidak cepat putus asa, tidak takut berbuat salah,. Menunjukkan keterbukaan, dan mudah diterima oleh teman-temannya (Ferguson dan Alpen, 1967). • Kenyataan orang tua banyak yang membiarkan anaknya berbuat kenakalan, atau perilaku menyimpang, mengganggu teman lain, mengeluarkan kata-kata tidak pantas, bahkan mencuri uang oarang lain, namun orang tua malah ketawa seolah memberi semangat, dan bukan menegurnya, dengan alasan takut tersinggung. Sebenarnya orang tua semacam ini telah melakukan penghianatan terhadap anaknya. Orang tua telah memberikan kasih sayang semu. Pemahaman kasih sayajng yang keliru. • Kasih sayng bukan membiarkan anaknya berbuat kesalahan tanpa menegurnya, tanpa mengarahkannya, tanpa melarangnya. Yang demikian itu, bukan orang tua yang memiliki kasih sayang dan tidak mampu mendidiknya.
  • 71. KASIH SAYANG YANG BERLEBIHAN • Kasih sayang sam halnya dengan makan dan minuman. Harus diberikan dalam ukuran yang tepat. Tidak berlebihan. Wala tusrifun Innalloha laa yuhibbul musrifin. • Dampak Negatif. 1. Ingin diperlakukan secara istimewa, ini sifat otoriter, tumbuh benih kediktatoran, ingin dilayani, mudah putus asa kalau tidak dituriti. 2. Kehilangan kepercayaan pada dirinya, Tidak berani mengambil resiko, selalu mengharapkan uluran tangan orang lain. 3. Tidak mau mengembangkan dirinya, karena cukup dengan perhatian orang lain Hilang kenyataan diri yang dihadapinya. 4. Mungkin akan menjadi sombong dan suka memaksakan kehendak. 5. Dikemudian hari, kehidupan rumah tangganya akan banyak masalah, karena ingin dilayani oleh lawan jenisnya secara semnpurna.
  • 72. HUDUP TANPA KASIH SAYANG Husain Mazhahiri (2002), Anak akan terlempar pada mara bahaya. Kepribadiannya akan memiliki sifat kekerasan, dan emosional yang melampaui batas. • Kalau laki-laki, dengan tabiat yang keras, ia akan kehilangan syarat pertama sebagi suami yang baik, berhasil, menyintai, dan membimbing istrinya. • Apabila seorang wanita, akan kehilangan kelayakan untuk dipimpin, , hilang keharmonisan dengan suami dan anak-anaknya, Akan menampakkan kebenciannya kepada semua lingkungannya, termasuk kepada masyarakat sekitarnya. • Akan tumbuh ketidak peduliannya kepada sesama, Tidak ada rasa saling tong menolong, belas kasihan, dan menjadi manusia yang tidak berperasaan.
  • 73. KASIH SAYANG DI SEKOLAH • Di sekolah, pendidik merupakan pengganti orang tua. Pola hubungan pendidik dan anak perlu dilandasi kasih sayang agar terjalin ikatan pendidik-anak didim dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Peranan Pendidik terhadap anak didiknya, sebagai berikut. 1. Sebagai Pembimbing. Realitas anak di masyarakat, banyak yang berperilaku menyimpang, seperti kebrutalan, kecanduan narkoba, pemurung, apatis, dsb. Yang dilandasi kurang kepuasan kasih sayang. Dengan kasih sayang pendidik, anak akan merasa dibimbing untuk menjalani kehidupan sekarang dan masa datang. 2. Sebagai pembentuk kepribadian. Pendidik dituntut untuk menunjukkan sosok pribadi yang utuh, berpribadi stabil, tidak emosional, penghayatan dan pengamalan moral dalam semua aspek kehidupan, sehingga akan mendadi tauladan bagi anak didiknya. 3. Sebagai tempat perlindungan. yaitu wahana perlindungan BATIN tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, tentram bagi seluruh anggota keluarga, sehingga terpenuhi kebahagiaan batin; perlindungan FISIK, sehingga tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan dan kesakitan; Perlindungan MENTAL supaya tidak kecewa karena mengalami konflik yang berkepanjangan; perlindungan MORAL agar terhindar dari perbuatan tercela, buruk dan jahat. 4. Sebagai Pigur Tauladan. Pendidik yang merespon pertanyaan, ramah, murah senyum, tidak menunjukkan muka masam, akan menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi anak. 5. Sebagai Sumber kognitif, afektif dan psikomotor.
  • 74. KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN • Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan (kekuasaan batin) yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik. • Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa. Kewibawaan harus berbanding dengan ketidak berdayaan anak didik. Jika kemampuan, sikap, pengetahuan dan keterampilan pendidik tidak berbeda dengan anak didik, maka kewibawaan pendidik sukar ditegakkan. • Kewibawaan biasanya dimiliki oleh orang dewasa, terutama orang tua (ayah dan ibu), baik jasmaniah maupun rohaniah. • Kewibawaan adalah suatu daya pengaruh yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain, secara sadar dan sukarela, penuh keinsafan, menjadi tunduk dan patuh dan menuruti kehendaknya. • Bagi anak yang belum memahami pengertian bahasa, kewibawaan diperoleh dari rasa kasih sayang yang diterimanya. Artinya, kewibawaan pendidik akan diperoleh oleh seorang anak apabila dalam proses pembelajarannya dilaksanakan dengan penuh kasih sayang. Agar kewibawaan pendidik tidak goyah, maka empat sikap harus dijaga. • Selalu bersedia memberikan jawaban atas segala pertanyaan. • Bersikap demi kamu, demi kepentingan anak didik. Menyuruh, melarang, menganjurkan, dsb. • Bersdikap sabar • Bersikap memberi kebebasan.
  • 75. TANGGUNG JAWAB • Dal;am pergaulan sehari-hari, “tanggung jawab berarti berani menanggung resiko dari sutu perbuatan atau tindakan yang dilakukannya” atau “berani mengakui segala perbuatan dan tindakannya” • Bertanggung jawab: suatu keadaan di mana semua tindakan atau perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta nilai luhur kesusilaan, atau keagamaan. Dengan kata lain bertanggung jawab berarti berada dalam tatanan norma, nilai kesusilaan, agam, dan bukan berada di luarnya. Di luar itu tidak dapat dipertannggung jawabkan.
  • 76. TANGGUNG JAWAB DALAM PENDIDIKAN • Manusia sebasgai Mahluk Tuhan • Manusia hubungannya dengan sesama manusia 1. Tanggung jawab Manusia terhadap keluarga 2. Tanggung jawab terhadap sanak-kerabat 3. Tanggung jawab terhadap tetangga 4. Tanggung jawab terhadap ayah – ibu 5. Tanggung jawab terhadap anak. 6. Tanggung jawab terhadap alam semesta (lingkungan)