this is the presentation that I've made. mmmm.. hope You like it and I Hope too this Presentation Useful for you.
Me : Grace Clara Lydia Br. Ginting, Students of Universitas Prima Indonesia Medan. :)
1. PENDEKATAN DALAM
PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Kelompok 6
Grace Clara Ginting
Lamasi Tamba
Fanny Tiara
Arpenas Bondar
Marius K. Giawa
2. A. Pendekatan
Pengembangan
Kurikulum
Pendekatan merupakan titik tolak atau
sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan
dengan kurikulum, pengembangan
kurikulum dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum sendiri memiliki
makna yang cukup luas.
3. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai cara kerja
dengan menerapkan strategi dan metode yang
tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Dengan demikian, pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik
tolak atau sudut pandang secara umum tentang
proses pengembangan kurikulum.
4.
5. Sukadinata (2000) mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum
adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum
construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada
(curriculum improvement). Di satu sisi pengembangan kurikulum
merupakan penyusunan seluruh perangkat kurikulum mulai dari
dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar
program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya (macro
curriculum), dan di sisi lain berkenaan dengan penjabaran kurikulum
(GBPP) yang telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan
mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti
penyusunan Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan
sebagainya (micro curriculum).
6. Dengan melihat dua cakupan
pengembangan kurikulum, ada
dua pendekatan yang dapat
diterapkan dalam
pengembangannya.
1. Pendekatan Top Down
2. Pendekatan Grass Roots
7. 1. Pendekatan Top Down
Pengembangan kurikulum pada
pendekatan ini muncul dari pejabat
pendidikan atau para administrator atau
pemegang kebijakan pendidikan seperti
dirjen atau Kepala Kantor Wilayah.
Semacam garis komando, pengembangan
kurikulum kemudian diteruskan ke bawah,
sehingga pendekatan ini disebut juga line
staff model. Pendekatan ini biasa
digunakan Negara yang memiliki sistem
pendidikan sentralisasi.
8. .
:
Kedua : menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun tim pengarah. Anggota tim ini adalah
para ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan
guru-guru senior yang sudah berpengalaman. Tim ini bertugas merumuskan
tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun
sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat bantu petunjuk
evaluasi, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum untuk guru.
9. Ketiga : bila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau
kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada
tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan atau revisi. Bila
perlu kurikulum tersebut akan diujicoba , dievaluasi, dan
disempurnakan.
Keempat : para asministrator selanjutnya memerintahkan
kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan
kurikulum yang telah disusun tersebut.
10. Dari langkah-langkah tersebut tampak
bahwa inisiatif pengembangan kurikulum
berasal dari pemegang kebijakan
pendidikan, sedangkan guru hanya
bertugas sebagai pelaksanakurikulum yang
telah ditentukan oleh para pemegang
kurikulum, sehingga disebut pendekatan
dengan system komando.
11. 2. Pendekatan Grass Roots
Pada pendekatan grass roots,inisiatif pengembangan
kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai
implementator, kemudian menyebar pada wilayah yang lebih
luas, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan dari
bawah ke atas. Pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk
penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement),
walaupun terkadang juga digunakan dalam pengembangan
kurikulum baru (curriculum construction).
12. Dalam pelaksanaanya terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi :
Pertama : kurikulum yang dikembangkan bersifat lentur
sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru
secara terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberlakukan.
Kedua : guru memiliki sikap professional yang tinggi
disertai kemampuan yang memadai, yang ditandai dengan
keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru
dalam upaya meningkatkan kinerjanya, selalu menambah
pengetahuan dan wawasannya, untuk menacapai
kesempurnaan.
13. Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini
adalah sebagai berikut :
Pertama : menyadari adanya masalah, karena pendekatan ini biasanya diawali dari
keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku
Kedua : mengadakan refleksi, yaitu dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya
dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb
Ketiga : mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, dengan memetakan berbagai
kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
14. Keempat : menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Penentuan di sini juga disertai dengan
kajian terhadap berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat
diatasi.
Kelima : mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus
menerus hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Di sini bisa dilakukan
dengan diskusi antar teman sejawat.
Keenam : membuat dan menyusun laporan hasil
pelaksanaan pengembangan melalui grassroot.
Langkah ini penting dilakukan sebagai bahan
publikasi dan diseminasi, sehingga
memungkinkan dapat dimanfaatkan dan
diterapkan oleh orang lain sehingga hasil
pengembangan tersebut semakin tersebar.
15. Pada pedekatan Gross Roots ini guru berperan lebih dari sekedar
pelaksana kurikulum, bahkan peran guru sebagai implementator
perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat menentukan,
sedangkan administrator tidak lagi berperan sebagai pengendali
pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator.
Pendekatan ini dimungkinkan pada negara dengan system
pendidikan yang desentralisasi, sebab kebijakan pendidikan tidak
ditentukan oleh pusat, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan
oleh sekolah, karena itu, untuk memperoleh kualitas lulusan
sekolah, dapat terjadi persaingan antar sekolah atau antar
daerah
16. Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:
Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan Humanistis
Pendekatan Teknologis/ Kompetensi
Pendekatan Rekontruksi Sosial
17. 1. Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata
pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud,
metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam
menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada
sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus
mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi
peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar
dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data,
dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis
dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata
kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk
persiapan pengembangan disiplin ilmu.
18. 2. Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam
pengembangan kurikulum bertolak
dari ide "memanusiakan manusia".
Penciptaan konteks yang akan
memberi peluang manusia untuk
menjadi lebih human, untuk
memprtinggi harkat manusia
merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar evaluasi dan dasar
pengembangan program pendidikan.
Kurikulum Humanistis dikembangkan
oleh para ahli pendidikan Humanistis.
Kurikulum ini berdasarkan konsep
aliran pendidikan pribadi yaitu John
Dewey.
Aliran ini lebih memberikan tempat
utama kepada siswa. Kurikulum
Humanistis ini, guru diharapkan
dapat membangun hubungan
emosional yang baik dengan peserta
didiknya.
Dalam pendekatan Humanistis ini,
peserta didik diajar untuk
membedakan hasil berdasarkan
maknanya. Kurikulum ini melihat
kegiatan sebagai sebuah manfaat
untuk peserta dimasa depan.
Sesuai dengan prinsip yang dianut,
kurikulum ini menekankan integritas,
yaitu kesatuan perilaku bukan saja
yang bersifat intelektual tetapi juga
emosional dan tindakan.
19. 3. Pendekatan Rekontruksi Sosial
Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan
kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik
perkembangan ekonomi. Kurikulum ini bertujuan
untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan
yang muncul tidak harus pengetahuan sosial saja,
tetapi di setiap disiplin ilmu termasuk ekonomi,
kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum ini
bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri,
melainkan kegiatan bersama. Melalui interaksi ini
siswa berusaha memecahkan problema-problema
yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentukan masyrakat yang lebih baik
20. Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi
sosial antara lain melibatkan:
1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat.
2. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal
dengan ekonomi nasional atau internasional.
3. Study pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi
ekonomi lokal.
4. Uji coba kaitan praktek politik dengan
perekonomian.
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik.
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum
rekonstruksi sosial harus memenuhi 3 kriteria berikut,
yaitu: nyata, membutuhkan tindakan dan harus
mengajarkan nilai. Evaluasi dalam kurikulum
rekontruksi sosial mencakup spektrum luas, yaitu
kemampuan peserta didik dalam menyampaikan
permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah,
pendefinisian kembali pandangan mereka dan
kemauan mengambil tindakan.
21. 4. Pendekatan Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetisi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik,
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh
peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi
dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapainnya dapat dinikmati dalam bentuk perilaku atau
ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan
pembelajaran perlu diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai
sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar
tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan
untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
belajar masing-masing.
22.
23.
24.
25. Kesimpulan
Pendekatan pengembangan kurikulum ialah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik
Pendekatan Pengembangan Kurikulum Humanistik ini berpusat pada siswa dan
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral
dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin bahwa kesejahteraan mental dan
emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberikan
hasil maksimal. Hasil penelitian menunjukkan konsep diri siswa berkorelasi tinggi dengan
prestasi akademis. Siswa dengan konsep diri rendah lebih banyak mengalami kesulitan
belajar dari pada siswa dengan konsep diri positif
Pendekatan Rekayasa Sosial ini juga disebut rekonstruksi sosial karena
memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam
masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi,
global, kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi, perang dan damai,
keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain.