Glomerulonefritis Acute Post Streptococcus patofisiologi dan terapi
Please contact me if you necessity to this presentation in gilangrizki.alfarizi@gmail.com
1. Glomerulonefritis Akut
Apt. Gilang Rizki Al Farizi, S.Farm
Apt. Shabrina Aulia Putri, S.Farm
Prodi Magister
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
2. Introduction
Definisi : peradangan pada glomerulus
akibat respon inflamasi baik terjadi
karena infeksi maupun non infeksi.
Secara umum glomerulonefritis bisa
dibagi kedalam 2 etiologinya, primer
yaitu jika langsung pada ginjal,
skunder akibat kelainan dari
penyakit sistemik
4. Etiologi
Kategori dibagi 2 primer dan skunder ;
Infeksi Non Infeksi
- Group A hemolitikus
- Virus e.g varicella, hepatitis,
citomegalovirus, dan lain-lain
- Glomerulonefropati akibat penyakit
sistemik seperti lupus erimatosus ,
RAatau penyakit autoimun yang
menyebabkan infiltrasi leukosit,
deposisi antibody, dan aktivasi
komplemen
- Obat-obatan
- Kelainan metabolik e.g DM tiroiditis
- Malignan
6. Fisiologi glomerulus
Memiliki 3 lapis
layer
1.Endotelial layer
memili pori 60 – 100
nm
2.Glomerular basal
membran (muatan
negetif)
3.Epitelial layer (sel
podosite) ukuran pori
lebih kecil 20 – 30
nm
Memiliki 3 lapis
layer
1.Endotelial layer
memili pori 60 – 100
nm
2.Glomerular basal
membran (muatan
negetif)
3.Epitelial layer (sel
podosite) ukuran pori
lebih kecil 20 – 30
nm
Ukuran sel ;
1.Eritrosit 6 – 9
mm
2.Trombosit 1 - 4
mm
3.Linfosit 10 – 15
mm
7. Moroni G dan Ponticelli C, 2014., Rapidly progressive crescentic
glomerulonephritis: Early treatment is a must, Autoimmun Rev
doi.org/10.1016/j.autrev.2014.02.007.2 p.58 - 63
11. Glomerulonefritis Akut Post
Streptokokkus
Insidensi masih banyak terjadi pada anak 5 – 8
tahun dengan presentasi 0-28% terbanyak
disebabkan bakteri streptococcus beta hemolitikus
tipe 1, 4, 6, 12, 25, dan 49.
Kejadian didahuli dengan infesksi di tractus
respiratorius atau asimptomatis (50%).
Periode laten 10 -21 hari setelah pajanan infeksi
Anonim, 2003. Glomerulonefritis Pasca Streptococcus Pada Anak,
Sari Pediatri. IDAI. Vol. 5 No.2 p.58 - 63
12. Urin: Gross hematuria yg timbul mendadak dengan
insiden 50% pada pasien ranap, oliguria menetap,
proteinuria, warna urin kecoklatan, GFR menurun
Muka sembab / edema periorbital
Darah : meningkatnya TD, kadar leukosit, BUN
>50 mg dan klirens kreatinin <60 ml/1 menit,
anemia (Hb, Hct), trombositopenia, kadar albumin
menurun
Positif infeksi streptokokus Pemeriksaan
bakteriologis swab tenggorokan atau kulit untuk
identifikasi streptokokus
Kelainan parameter imunologik: Rendahnya kadar
komplemen C3 (<50mg/dl), C4, C2, meningkatnya
imunoglobulin G >1600 mg/100 ml
Anonim, 2003. Glomerulonefritis Pasca Streptococcus Pada Anak,
Sari Pediatri. IDAI. Vol. 5 No.2 p.58 - 63
14. threatment
Tatalaksana pada GNAPS adalah suportif dan simptomatik
a. Anti HT diberikan jika TDS 140 – 150 mmHg dan diastole > 100 dapat
dimulai dengan diuretik spt furosemid dengan dosis mmHg 0,25 – 0,5
mg/kgBB bisa dikombinasi dengan agen anti HT seperti ACEi atau ARB
dengan dosis 0.5 mg/kgBB/Hari dalam dosis terbagi 3,
Pada krisis hipertensi (sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg)
diberi diazoxid 2-5 mg/kgBB iv secara cepat bersama furosemid 2
mg/kgBB iv. Plihan lain, klonidin drip 0,002 mg/kgBB/kali, diulang setiap
4-6 jam, nifedipin sublingual 0,25 – 0,5 mg/kgBB dapat diulang tiap 6 jam
b. Retensi cairan ditangani dengan pembatasan cairan dan natrium.2,3,12
Asupan cairan sebanding dengan invensible water loss (400-500 ml/m2
luas permukaan tubuh/hari ) ditambah setengah atau kurang dari urin yang
keluar bila berat badan tidak turun maka ditambah dengan furosemid 2
mg/kgBB 1 – 2 kali/hari
Anonim, 2003. Glomerulonefritis Pasca Streptococcus Pada Anak,
Sari Pediatri. IDAI. Vol. 5 No.2 p.58 - 63
15. CONT
c. Antibiotik diberikan jika kultur biakan positif pilihan
antibiotik utama adalah golongan penisilin injeksi benzathine
penisilin 50.000 U/kg BB IM atau eritromisin oral 40
mg/kgBB/hari selama 10 hari bila pasien alergi penisilin
Anonim, 2003. Glomerulonefritis Pasca Streptococcus Pada Anak,
Sari Pediatri. IDAI. Vol. 5 No.2 p.58 - 63
Editor's Notes
Glomerulonefritis memiliki prevalensi 1 dari 100.000 populasi, di indonesia mungkin lebih jarang kasus GN daripada di negara maju. Penderita GN di indonesia kebanyakan terjadi pada anak-anak, GNAPS akibat infeksi bakteri streptokokus. 55% kasus GNA akan berkembang menjadi CKD jika tidak ditangani dengan tepat.
Dibuat table
Dalam unit fungsional terdapat 3 sawar filtrasi glomerulus
Podosit memiliki foot proses atau ultrafiltrasi plasma. Podosit mengekspresikan reseptor sitokin, sehingga dapat memicu respon inflamasi pada ginjal
Slit diafragma memproduksi 2 protein yaitu nefrin dan podosin
Pada nefrotik sindrom sangat jarang terjadi gross hematuria, namun pada nefritik sindrom 50% dapat terjadi gross hematuria (hematuria makroskopik). Agen penyebab GN adalah infeksi menyebabkan kompleks imun-antigen, hematuria terjadi tergantung seberapa berat kerusakan yang terjadi pada glomerulus. 5% kasus GN akan berkembang menjadi SN.
MPGN Membranopoliperatif Glomerulonefritis
Edema yang terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium
Tingginya titer imunoglobulin G neuroamidase yang dihasilkan oleh streptococcus, merubah igG menjadi autoantigenic (antigen dari dalam tubuh sendiri) dan tubuh akan merespon pembemntukan autoantibody dari igG yang berubah tersebut, maka akan terjadi kompleks dan mengendap di ginjal