SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 58
Downloaden Sie, um offline zu lesen
15



                                    ABSTRAK


Ridwan. 2007. Profil Kinerja dan Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik Bengkel
     Astra Internasional; Studi pada Isuzu Cabang Makassar. Skripsi. Jurusan
     Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Gambaran kinerja mekanik Bengkel
Izusu Cabang Makassar; (2) Gambaran Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik
Bengkel Isuzu Cabang Makassar. Subjek pada studi ini adalah seluruh mekanik
bengkel Isuzu Cabang Makassar yang berjumlah 10 orang. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi model checklist dan angket model inventory. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa mekanik Bengkel Isuzu Cabang Makassar dengan
rentang usia berkisar 25 sampai 31 tahun dan kualifikasi jenjang pendidikan yakni
20% lulusan Perguruan Tinggi serta 80% lulusan Sekolah Teknik Mesin atau Sekolah
Menengah Kejuruan (STM/SMK), memiliki kinerja pada aspek kualitas dan
kemandirian kerja tergolong cukup, yakni terdapat 20,0% mekanik yang unjuk
kerjanya berada pada kategori rendah, terdapat 60,0% mekanik yang unjuk kerjanya
berada pada kategori sedang, dan hanya 20,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada
pada kategori tinggi berdasarkan kriteria capaian skor unjuk kerja ideal. Sedangakan
peningkatan atau pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada indikator
efektivitas proses dan kualitas hasil pelatihan juga tergolong cukup. Hal ini telah
dipersepsi oleh mekanik setelah mengikuti program pelatihan. Berdasarkan kriteria
capaian skor persepsi ideal menunjukkan bahwa terdapat 10,0% mekanik yang
mempersepsi pelatihannya berada pada kategori rendah, terdapat 80,0% mekanik
yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori sedang, dan hanya 10,0%
mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori tinggi.




                  copyright@akademik-online, 2007
16



                                               DAFTAR ISI


                                                                                                         Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................                            i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................                                      ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................                                 iii
MOTTO .........................................................................................                iv
ABSTRAK ....................................................................................                    v
KATA PENGANTAR ....................................................................                            vi
DAFTAR ISI ..................................................................................                  ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................                        xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................         xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I.         PENDAHULUAN
               A. Latar Belakang ..........................................................................     1
               B. Rumusan Masalah .....................................................................         4
               C. Tujuan Penelitian ......................................................................      4
               D. Manfaat Hasil Penelitian ...........................................................          5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
               A. Kajian Pustaka ...........................................................................    6
               B. Kerangka Berpikir .....................................................................      14




                         copyright@akademik-online, 2007
17



BAB III.
               METODE PENELITIAN
               A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................                    18
               B. Jenis dan Variabel Penelitian ....................................................                 18
               C. Defenisi Operasional Variabel ...................................................                  18
               D. Populasi dan Sampel ..................................................................             19
               E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................                   20
               F. Teknik Analisis Data .................................................................             21

BAB IV.        DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
               A. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................               23
               B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................                   31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
               A. Kesimpulan ...............................................................................         42
               B. Saran ..........................................................................................   43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................               44




                         copyright@akademik-online, 2007
18



                                       BAB I
                                 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

       Sejak diberlakukannya Association Free Trade Of ASEAN (AFTA) nampak

perkembangan teknologi otomotif melaju pesat dan sarat kompetitif, baik dari aspek

kuantitas terlebih pada aspek kualitas. Sebagai salah satu basis penyaluran produk

dan layanan jasa dalam kancah pasar bersama ASEAN yang akan berjalan pada tahun

2010, Indonesia akan dibanjiri berbagai perusahaan industri otomotif dan tentunya

akan berkompetisi dalam berbagai dimensi, seperti: manufacturing, pemasaran dan

layanan jasa. Berhasil tidaknya suatu perusahaan industri dalam kompetisi global,

selain mutu produk juga dapat dilihat dari kualitas layanan jasa yang ditawarkan.

       Pada kenyataannya, perusahaan-perusahaan otomotif, terutama yang bergerak

pada layanan jasa bengkel kendaraan dan pengelolaannya dilakukan secara

professional, yakni mereka bersaing untuk tampil memberi kepuasan terhadap

pelanggan yang ada. Sedangkan kepuasan pelanggan senantiasa dipersepsi melalui

kinerja atau unjuk kerja dan dedikasi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Oleh

sebab itu, unjuk kerja yang baik dalam sebuah perusahaan sangat penting dilakukan

dan aspek sumber daya manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama untuk

mewujudkan hal tersebut.

       Ketatnya persaingan industri, mengakibatkan permintaan akan kualitas SDM

semakin meningkat, sebab kualitas SDM akan berekses pada kinerja personil

perusahaan. Kinerja yang baik akan dapat memberikan kepuasan layanan pada


                   copyright@akademik-online, 2007
19



pelanggan. Semakin tinggi kepuasan konsumen, maka akan berpengaruh terhadap

pertambahan jumlah konsumen atau peminat pengguna jasa perusahaan. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas SDM merupakan tolok ukur eksisnya

sebuah perusahaan saat sekarang ini.

       Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, ada beberapa hal yang senantiasa

menjadi objek evaluasi, antara lain: produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan

kerja, pelatihan dan pengembangan, serta kepemimpinan baik secara personal

maupun secara kolektif. Sekaitan dengan hal tersebut, maka pendekatan manajemen

sumber daya manusia (MSDM) menjadi hal utama bagi perusahaan yang maju dan

berkembang dewasa ini. Pendekatan MSDM lahir dari pandangan bahwa SDM tidak

hanya dilihat dari unsur produksi semata, tetapi juga dilihat dari personal atau

individu yang memiliki emosi dan kepribadian aktif yang dapat menjadi kekuatan

penggerak maju atau mundurnya sebuah perusahaan. Untuk mencapai kualitas SDM

yang diharapkan, maka pengelolaan SDM melalui pelatihan dan pengembangan bagi

tenaga kerja atau mekanik, baik secara formal, non-formal maupun in-formal telah

menjadi program utama bagi perusahaan-perusahaan untuk tampil lebih maju.

       Sebagai salah satu industri otomotif terkemuka yang melayani tipe kendaraan

jenis motor diesel, Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar memiliki

perkembangan sangat pesat. Indikator perkembangannya dapat dilihat dari aspek

kualitas layanan dengan indikator tingkat kepuasan pelanggan yang ada. Hasil

penelitian Farid (2004) tentang profil kinerja pada Astra Internasional – Isuzu Cabang

Makassar menggambarkan tingkat layanan bengkel terhadap pelanggan telah


                   copyright@akademik-online, 2007
20



mencapai kategori sangat puas sebesar 36%, dan kategori puas sebesar 64% pada

aspek mutu jasa. Sedangkan pada aspek personil perusahaan berada pada tingkat

sangat puas sebesar 14% dan tingkat puas sebesar 86%.

       Hasil observasi yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2007, nampak adanya

sistematika pelayanan pelanggan berjalan secara teratur sesuai keluhan yang

diajukan, kedisiplinan kerja mekanik nampak begitu ketat. Mencermati kondisi

tersebut, lebih jauh penulis mendeteksi mengenai kualifikasi personil yang ada.

Berdasarkan dokumentasi bagian personalia bahwa modus mekanik dilihat dari

jenjang pendidikan yaitu alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sederajat.

Adapun perbandigan persentase antara alumnus Perguruan Tinggi dan SMK, yaitu

20% berbanding 80%. Namun demikian, pada jenjang pendidikan yang sama nampak

adanya pembedaan posisi atau status pekerjaan, dimana keterangan yang didapatkan

bahwa ada yang disebut mekanik tingkat I, tingkat II, dan tingkat III.

       Berdasarkan informasi yang diperoleh, disimpulkan bahwa posisi kerja

mekanik bengkel Isuzu Makassar merupakan cerminan prestasi kerja yang dimiliki

oleh mekanik itu sendiri. Sedangkan prestasi kerja senantiasa dinilai dari kontribusi

kinerja SDM. Kualitas kinerja SDM tidak semata melalui jenjang pendidikan dan

besar kecilnya insentif atau upah yang diperoleh dari perusahan, tetapi juga dilihat

dari pencapaian hasil kerja yang didasari atas pengetahuan dan kemampuan skill atau

keahlian yang dimiliki oleh personil yang bersangkutan.

       Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan potensi personil, upaya

peningkatan kinerja, disamping pelatihan saat orientasi mekanik baru, maka mekanik


                   copyright@akademik-online, 2007
21



senantiasa diberikan pelatihan-pelatihan sesuai bidang kerja masing-masing. Dari

sejumlah studi awal yang diperoleh, penulis tertarik untuk menelusuri dan mengkaji,

lalu menggambarkan secara spesifik mengenai kinerja dan pelatihan peningkatan

SDM mekanik bengkel Astra Internasional, terkhusus pada Isuzu Cabang Makassar.


B. Rumusan Masalah

       Telah digambarkan sebelumnya tentang berbagai pokok pikiran berkenaan

dengan konsep pengembangan perusahaan layanan jasa Otomotif, di antaranya

Bengkel Astra Internasional –Isuzu Cabang Makassar melalui pelatihan peningkatan

SDM guna meningkatkan kinerja mekanik, menyiratkan berbagai pertanyaan.

Sehingga masalah yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran kinerja mekanik bengkel Astra Internasional – Isuzu

   Cabang Makassar ?

2. Bagaimanakah gambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik bengkel Astra

   Internasional – Isuzu Cabang Makassar ?


C. Tujuan Penelitian

       Dalam rangka menjawab pertanyaan yang dikemukakan pada rumusan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Gambaran kinerja mekanik Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang

   Makassar.

2. Gambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik Bengkel Astra Internasional –

   Isuzu Cabang Makassar.


                  copyright@akademik-online, 2007
22



D. Manfaat Penelitian

       Terkait dengan kesinambungan studi yang diajukan penulis, pertimbangan

akan kebermanfaatan penelitian menjadi faktor utama. Karenanya, hasil atau output

data penelitian akan dimanfaatkan sebagai :

1. Bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah, instansi atau perusahaan

   dalam pengelolaan SDM untuk tenaga kerja yang professional.

2. Bahan informasi bagi masyarakat atau konsumen layanan jasa, terutama pada

   layanan jasa bengkel otomotif.

3. Bahan referensi untuk pengembangan studi bagi peneliti selanjutnya.




                  copyright@akademik-online, 2007
23



                                     BAB II
            TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Kinerja Mekanik

       Dalam kancah dunia yang semakin kompetitif, perusahaan-perusahaan

membutuhkan kinerja tinggi. Darmawang (1997) mengemukakan bahwa peningkatan

kinerja merupakan prasyarat kemajuan operasional sekaligus sebagai taraf

peningkatan perusahaan atau industri. Selain itu, juga merupakan langkah untuk

mempertahankan daya saing produk atau jasa yang ditawarkan. Senada dengan

pendapat Ronald dalam Farid (2004) bahwa kinerja sebagai aspek yang dapat

memberi gambaran tentang maju mundurnya sebuah perusahaan. Dengan kata lain

bahwa keberhasilan sebuah perusahaan yang pengelolaannya dilakukan secara

professional, yakni tingkat kinerja SDM.

a. Pengertian kinerja mekanik

       Hasil kerja sebagai hal utama dan bertalian erat dengan perusahaan atau

industri apa saja, termasuk perusahaan jasa bengkel kendaraan. Pada bengkel

kendaraan (mobil), mekanik sebagai subjek utama dalam pencapaian hasil kerja

sebuah bengkel. Menurut Mangkuprawira (2004) bahwa manusia dan potensinya

berupa sumber daya manusia adalah elemen utama dari keberhasilam dalam sebuah

bisnis atau perusahaan. Sumber daya yang dimiliki berupa etos kerja, pengalaman,

keterampilan, emosi, kejujuran, kesehatan, kepemimpinan dapat bergerak secara aktif

dan optimal dalam mencapai sebuah hasil.


                  copyright@akademik-online, 2007
24



       Sekaitan dengan hasil kerja, Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa kerja

merupakan pengorbanan jasa, jasmani, dan pikiran untuk menghasilkan barang atau

jasa dengan memperoleh hasil tertentu atau produksi. Sementara itu, kinerja menurut

Darmawang (1997) setidaknya terdapat tiga narasi utama, yaitu: (1) kinerja

merupakan tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi

perusahaan, (2) hasil penilaian kinerja dapat dijadikan ukuran keberhasilan suatu

perusahaan dalam kurun waktu tertentu, dan (3) hasil penilaian kinerja dapat

dijadikan sebagai input atau masukan untuk perbaikan dan peningkatan hasil kerja di

masa yang akan datang.

       Dari beberapa konsep tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

mekanik adalah hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas dalam

layanan jasa bengkel yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan

yang bermuara pada pencapaian standar kualitas dan kuantitas jasa yang ditetapkan.

b. Dimensi kinerja mekanik

       Menurut Umar (2003) bahwa kinerja hendaknya dievaluasi setelah waktu

tertentu, misalnya tiap bulan atau periode lain yang lebih pendek waktunya seperti

setiap minggu, atau periode yang lebih lama, seperti setiap kuartal. Oleh karenya,

untuk mengetahui kinerja, perlu dilakukan pengukuran menurut dimensi dan kriteria

tertentu. Kinerja dapat diukur dengan membandingkan hasil yang ditunjukkan dengan

standar yang ditentukan sebelumnya. Sedangkan standar untuk pengukuran kinerja

diperlukan suatu dimensi sesuai dengan jenis penilaian.




                   copyright@akademik-online, 2007
25



       Lanjut dari pada itu, Umar (2003) menjelaskan bahwa dimensi yang dapat

diukur berkenaan dengan kinerja, antara lain: kualitas pekerjaan, kejujuran karyawan,

inisiatif, kehadiran, sikap karyawan, kerjasama antar-karyawan, keandalan,

pengetahuan tentang pekerjaan, tanggungjawab, dan pemanfaatan waktu. Tidak jauh

beda dengan pendapat Hasibuan (2003) bahwa unsur yang dapat dinilai dalam

kinerja, seperti: kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas,

kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggungjawab.

c. Penilaian kinerja mekanik

       Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa kinerja mekanik dapat diukur

dengan membandingkan antara ketentuan yang berlaku pada prosedur kerja dalam

pelayanan jasa bengkel dengan hasil yang telah dicapai. Dengan demikian, kiranya

penting untuk menetapkan suatu kriteria dan standar yang membatasi setiap aspek

kinerja yang akan diukur, sehingga tidak terjadi tumpang tindih pada proses

pengukuran. Sekaitan dengan kepentingan ini, Hasibuan (2003) mengemukakan

bahwa “sebuah standar dapat dianggap sebagai pengukur yang ditetapkan, sesuatu

yang harus diusahakan, sebuah model untuk diperbandingkan, suatu alat untuk

membandingkan antara satu hal dengan hal lain”. Secara umum, standar dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) tangible standard, yaitu standar yang dapat ditetapkan alat ukurnya, seperti:

   standar kuantitas (kg), kualitas (baik-buruk), waktu (detik, menit, jam, hari, dll.),

   penghasilan (rupiah per bulan), dan sebagainya.




                  copyright@akademik-online, 2007
26



2) intangible standard, yaitu standar yang tidak dapat ditetapkan alat ukurnya,

   seperti: standar perilaku, kesetiaan, partisipasi, loyalitas, dedikasi, dan lain-lain.

       Seiring     dengan   ungkapan     Mangkuprawira       (2004)   bahwa     “penilaian

seharusnya menciptakan gambaran akurat dari kinerja perorangan”. Sistem penilaian

seharusnya terkait dengan pekerjaan dan praktis, termasuk standar, dan menggunakan

kriteria-kriteria yang terukur. Dikatakan pula bahwa untuk kepentingan memenuhi

keabsahan dan tingkat kepercayaan maka perlu menetapkan standar kinerja dan

kinerja yang terukur serta terkait dengan objek-objek yang akan diukur.

1) Standar kinerja, yakni suatu kriteria yang mencerminkan seberapa jauh

    keberhasilan suatu pekerjaan yang telah dicapai. Untuk mencapai hal tersebut,

    standar hendaknya sesuai hasil yang akan dicapai dari suatu pekerjaan.

2) Kinerja terukur, yakni kriteria yang mensyaratkan adanya ukuran kinerja yang

    menyesuaikan rating antara aspek yang satu dengan aspek keterkaitan lainnya

    yang akan diukur, seperti pengukuran rating mekanik berdasarkan jenis

    pekerjaanya.

d. Metode penilaian kinerja mekanik

       Pada prinsipnya, metode penilaian kinerja mekanik dapat digunakan dengan

pendekatan yang berorienrasi masa lalu dan dan masa depan, Mangkuprawira (2004).

Untuk kepentingan dalam studi ini, maka metode yang digunakan yaitu metode yang

berorientasi masa lalau, artinya penilaian yang dilakukan beracuan pada fakta-fakta

uraian pekerjaan yang sudah terjadi. Ini akan bermanfaat untuk umpan balik demi

perbaikan kinerja kedepannya.


                    copyright@akademik-online, 2007
27



2. Pelatihan peningkatan SDM

       Satu-satunya sumber daya perusahaan yang memiliki arti penting dalam

perusahaan atau industri adalah karyawan. Menurut Istijanto (2005) bahwa aset ini

memiliki kemampuan berkembang yang dapat menentukan keberhasilan atau

kegagalan sebuah perusahaan, baik dalam jangka pendek, menengah maupun dalam

jangka panjang. Berkenaan dengan kepentingan untuk mengembangkan perusahaan,

maka pelatihan peningkatan sumber daya manusia (SDM) sangat penting untuk

dilakukan.

a. Pengertian pelatihan peningkatan SDM

       Berbagai gagasan mengenai pengembangan sumber daya manusia (SDM),

dalam rangka memajukan suatu perusahaan atau industri adalah term atau istilah

‘pelatihan’ dan ‘pengembangan’ yang senantisa menjajadi topik ulasan. Sekaitan

dengan penyeragaman pemahaman tentang konsep ‘pelatihan peningkatan SDM’,

terutama yang berkenaan dengan karyawan bengkel atau mekanik, maka istilah

tersebut di atas akan diurai dari beberapa pendapat.

       Memulai dari term atau istilah ‘pelatihan’, Edwin dalam Hasibuan (2003)

mengungkapkan bahwa “training is the act of increasing the knowledge and skill of

an employee for doing a particular job”, dimana pelatihan diartikan sebagai sebuah

upaya peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan

suatau pekerjaan tertentu. Dikutip pula pendapat Andrew F. Sikula yang

mengemukakan bahwa :




                   copyright@akademik-online, 2007
28



       “Training is short term education process utilizing a systematic and
       organized procedure by which non-managerial personnel learn technical
       knowledge and skills for a definite purpose”.

       “Development, in reference to staffing and personnel matters, is a long term
       education process utilizing and systematic and organized procedure by which
       managerial personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general
       purpose (Steinmetz)”. (Hasibuan , 2003:70).

       Senada dengan pendapat Mangkuprawira (2004) bahwa “pelatihan bagi

karyawan merupakan proses pengajaran pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap

agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya

dengan semakin baik, sesuai dengan standar”. Lanjut dari pada itu, dikatakan pula

bahwa pelaksanaan pelatihan senantisa merujuk pada kebutuhan vocational atau

keterampilan bekerja yang dapat digunakan dengan segera, sehingga manfaat

operasional perusahaan dapat melaju dengan cepat. Sedangkan pengembangan

memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Secara eksplisit pengembangan dimasukkan

pada kategori pengembangan manajemen, organisasi, dan pengembangan individu

kayawan, dimana penekanannya bukan pada pekerjaan kini dan mendatang,

melainkan pada orientasi pemenuhan kebutuhan jangka panjang untuk eksisnya

perusahaan.

       Dari deskripsi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan

adalah suatu proses pendidikan dalam jangka pendek yang menekankan pada

keterampilan teknis yang dibutuhkan pada saat sekarang. Sedangkan pengembangan

adalah suatu proses pendidikan jangka panjang untuk personil di bidang tertentu demi

kelanjutan perusahaan atau organisasi yang diemban.



                  copyright@akademik-online, 2007
29



       Namun demikian, merujuk pada pengertian masing-masing istilah tersebut di

atas, dapat dikatakan bahwa integrasi pelaksanaan program ‘pelatihan’ dan

‘pengembangan’ SDM pada perusahaan akan bermakna jika keduanya terlaksana

secara efektif. Inti dari program tersebut yakni bermuara pada keterampilan dan

pengetahuan, tujuan utamanya adalah untuk peningkatan produktivitas atau tujuan

perusahaan dan untuk meningkatkan promosi karir personil atau tujuan untuk

karyawan. Oleh karena itu, implementasi program pelatihan dan pengembangan

senantiasa dimasukkan kedalam struktur total dari program dalam dan program luar

pekerjaan pokok karyawan.

b. Tujuan Pelatihan Peningkatan SDM

       Tujuan merupakan pernyataan tentang kehendak terjadinya perubahan dari

sebuah proses. Merujuk pada tujuan pelatihan peningkatan SDM, Michael R. Carrel

dalam Mangkuprawira (2004) berpendapat bahwa maksud utama dari program

pelatihan dan pengembangan, antara lain: memperbaiki kinerja, meningkatkan

keterampilan   karyawan,    menghindari   keusangan    karyawan,    memecahkan

permasalahan, orientasi karyawan baru, persiapan promosi dan keberhasilan

manajerial, dan memberi kepuasan kebutuhan pengembangan personal. Selain itu,

dikutif pula pendapat Keith David dan Warther W.B. bahwa manfaat dari pada

program pelatihan dan pengembangan, secara umum diklasifikasi kedalam 3 kategori,

yaitu: (1) manfaat untuk personal, (2) manfaat untuk perusahaan, dan (3) manfaat

untuk masyarakat atau hubungan sosial.




                  copyright@akademik-online, 2007
30



       Lanjut dari itu, Mangkuprawira (2004) mengungkapakan bahwa tujuan atau

hasil dari pelatihan harus dapat diamati dan diukur, spesifik, dengan lamanya waktu

pelatihan dan upaya pencapaiannya dapat dikelola dengan baik. Kesinambungan dari

kinerja perusahaan oleh buah hasil kerja karyawan, maka keterkaitan antara input,

output, outcome, dan inpact dari program pelatihan mesti terjalin secara efektif.

c. Dimensi efektivitas pelatihan

       Sesuai dengan tujuan pelatihan yang diurai sebelumnya, maka komponen-

komponen yang dapat diamati terkait dengan input, output, oucome, dan inpact dari

program pelatihan karyawan, dicontohkan oleh Mangkuprawira (2004), sebagai

berikut:

1) Dimensi input, meliputi: karyawan peserta pelatihan (jumlah, pengetahuan, dan

   motivasi belajar), bentuk dan materi pelatihan (isi dan mutu), tim pengelola

   (jumlah dan mutu), pelatih atau instruktur (jumlah dan mutu), waktu dan tempat

   (kenyamanannya), anggaran (kecukupannya), fasilitas lain (unsur pendukung).

2) Dimensi output, meliputi: jumlah kehadiran karyawan/peserta pelatihan,

   intensistas interaksi pelatihan, jumlah kehadiran pelatih, kepuasan karyawan dan

   pelatih serta pengelola.

3) Dimensi outcome, meliputi: peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

   karyawan.

4) Dimensi inpact, meliputi: peningkatan kinerja karyawan, pengembangan karir

   karyawan, dan peningkatan kinerja perusahaan




                   copyright@akademik-online, 2007
31



       Menurut Umar (2003) bahwa untuk mengetahui tingkat efektifitas pelatihan

maka ada 2 (dua) aspek yang senantisa menjadi penilaian, yaitu: aspek proses

pelatihan dan aspek hasil pembelajaran. Untuk menilai masing-masing aspek yang

ada, maka penting untuk menetapkan komponen-komponen yang melekat pada aspek

tersebut.

1) Aspek proses, yakni fakta berupa reaksi peserta terhadap komponen-komponen

   yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan, seperti: fasilitas atau tempat

   pelatihan, bahan atau media pendukung pelatihan, materi pelatihan, instruktur,

   waktu pelatihan, metode pelatihan, dan biaya pelatihan.

2) Aspek hasil, yaitu nilai akhir pembelajaran yang diperoleh peserta setelah

   pelatihan yang ditetapkan oleh tim penilai atau instruktur, seperti: hasil post test

   peserta pelatihan.


B. Kerangka Berpikir

       Pada perusahaan layanan jasa bengkel, seperti Astra Internasional – Isuzu

Cabang Makassar, menjadikan mekanik sebagai aset utama dalam mempertahankan

dan meningkatkan daya saing serta operasional perusahaan untuk eksis di masa kini

dan akan datang. Keadaan seperti ini, membuat orientasi perusahaan bengkel berada

pada dua arah, di satu sisi ia harus mencapai target hasil kerja, di sisi lain ia harus

meningkatkan kualitas SDM mekanik sebagai konsekwensi adanya hubungan timbal

balik yang saling menguntungkan.




                   copyright@akademik-online, 2007
32



       Pada keadaan seperti ini, mekanik senantiasa berupaya menampilkan unjuk

kerja yang didasari pada standard kualitas melalui keahlian atau keterampilan

personal yang dimiliki seorang mekanik, karena selain kepentingan prestasi untuk

mekanik, juga mengikut kepentingan jasa demi kemajuan operasional bengkel. Oleh

sebab itu, prestasi kerja dan kualitas jasa yang dicapai telah menjadi indikator tingkat

kinerja seorang mekanik. Kinerja mekanik yang tinggi, secara langsung

meningkatkan penghasilan bengkel yang dinyatakan sebagai jasa layanan bengkel dan

secara timbal balik mekanik akan mendapatkan pengakuan yang dinyatakan sebagai

prestasi kerja mekanik.

       Untuk memacu tingkat kinerja mekanik, maka kebijakan pengembangan SDM

telah menjadi pilihan penting dan dilakukan secara sinergis dengan kebutuhan

kebutuhan mekanik maupun perusahaan. Salah satu bentuk kebijakan pengembangan

yang dilakukan perusahaan adalah mengadakan pelatihan-pelatihan bagi mekanik.

Pelatihan bukan hanya ditujukan pada saat orientasi mekanik baru, tetapi juga kepada

mereka yang sudah lama bekerja, terutama kepada mereka yang akan dipromosi

untuk menduduki posisi jabatan tertentu. Di sini pelatihan dimaknai sebagai proses

investasi, bukan hanya ditujukan pada individu mekanik tetapi juga untuk kemajuan

perusahaan dimasa akan datang.

       Implementasi pelatihan yang dilakukan perusahaan dapat beraneka ragam,

seperti mengirim mekanik untuk mengikuti latihan khusus atau spesialis (workshop)

di luar perusahaan, ataupun pelatihan yang dilakukan di dalam perusahaan bengkel

sendiri (in house training). Bagaimanapun bentuk pelaksanaannya, pelibatan akan


                   copyright@akademik-online, 2007
33



berbagai unsur, seperti: materi, sarana atau tempat, alat bantu, instruktur, waktu dan

metode pelatihan telah menjadi persyaratan pelaksanaan pelatihan. Sebab, semua

unsur tersebut sangat menentukan pencapaian output pelatihan yang diinginkan.

       Untuk mencapai orientasi pelatihan yang dimaksud, ada beberapa aspek yang

menjadi indikator, antara lain: indikator proses dan indikator hasil. Indikator proses

menyangkut kesiapan masing-masing subjek untuk berinteraksi satu sama lain (antara

peserta atau mekanik dengan pemateri atau instruktur) secara efektif mengenai objek

(materi) yang disuguhkan. Sedangkan indikator hasil menyangkut jumlah

pengetahuan dan keterampilan atau keahlian yang dimiliki peserta atau mekanik

melalui pelaksanaan pelatihan itu sendiri. Ini dideteksi melalui penilaian mekanik

setelah mengikuti pelatihan.

       Dari pokok-pokok pikiran yang telah diurai di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa untuk melihat perkembangan perusahaan bengkel, maka aspek

kinerja dan aspek kualitas SDM mekanik telah menjadi objek penilaian. Berlandas itu

pula, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji dan menggambarkan lebih jauh kedua

aspek tersebut dalam upaya studi ilmiah akan pengembangan sumber daya otomotif

pada industri, terkhusus pada Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar.

Adapun bagan kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1.




                   copyright@akademik-online, 2007
34




Bengkel Astra
Internasional
                                          Tujuan Usaha:
                                          Target Bengkel
                                          Target Mekanik
   Kebijakan            Mekanik
Peningkatan SDM         Bengkel

                                           Implementasi
  Implementasi                            Prosedur Kerja
Pelatihan Mekanik



Output Pelatihan:                         Objektif Kinerja
 Indikator Proses                          Aspek Kualitas
 Indikator Hasil                           Aspek Personil
                      ANALISIS


                      KESIMPULAN


            Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir




           copyright@akademik-online, 2007
35



                                     BAB III
                         METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian`

       Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2007 dan

berlokasi di Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar.


B. Jenis dan Variabel Penelitian

1. Jenis Penelitian

       Berdasarkan format penyajian dan model analisis yang digunakan, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Bungin, 2001), di mana hasil penelitian

digambarkan secara ringkas menurut keadaan variabel yang ditelusuri.

2. Variabel Penelitian

       Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang menjadi objek penelusuran terdiri

dari 2 (dua), yaitu: gambaran kinerja dan gambaran pelatihan peningkatan SDM

mekanik bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar.


C. Definisi Operasional Penelitian

       Secara operasional variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dijabarkan

sebagai berikut :

a. Kinerja mekanik adalah kemampuan kerja pada bengkel kendaraan sesuai dengan

   standar kerja yang ditinjau berdasarkan aspek kualitas layanan terhadap

   konsumen, dengan indikator : (1) Aspek kualitas kerja ditinjau dari : kesesuaian




                    copyright@akademik-online, 2007
36



   prosedur kerja, persiapan alat dan bahan sebelum bekerja, ketepatan diagnosis,

   ketepatan penggunaan SST, ketepatan perbaikan atau penyetelan, ketepatan waktu

   dalam menyelesaikan pekerjaan. (2) Aspek kepribadian mekanik ditinjau dari

   perilaku mekanik dalam bekerja, seperti: motivasi kerja, kemandirian atau inisiatif

   kerja, tanggungjawab kerja, dan kesiapan lembur.

b. Pelatihan peningkatan SDM mekanik merupakan suatu proses pendidikan dalam

   waktu tertentu yang menekankan pada keterampilan teknis yang dibutuhkan pada

   pekerjaan bengkel yang diemban seorang mekanik, dengan indikator : (1)

   Indikator proses merupakan suatu fakta yang dialami mekanik menyangkut

   sejumlah unsur yang terkait dengan kegiatan pelatihan, yakni menyangkut

   ketatalaksanaan, kepesertaan, tujuan, materi, pemateri, sarana dan alat Bantu,

   serta system evaluasi. (2) Indikator hasil pelatihan merupakan suatu bentuk

   capaian yang diperoleh mekanik setelah mengikuti pelatihan, yaitu perolehan

   kesempatan promosi karier, perolehan penghargaan, dan perolehan jaminan kerja.


D. Populasi dan Sampel

       Menurut Arikunto (2002) bahwa populasi yang jumlahnya kurang dari 100,

sebaiknya diambil semua sebagai subjek atau sampel, dengan demikian penelitian

seperti ini disebut juga sebagai penelitian populasi. Adapun mekanik tetap pada Astra

Internasional – Isuzu Cabang Makassar pada tahun 2007 sesuai dokumen dari bagian

personalia yakni berjumlah 10 orang. Berdasarkan jenjang pendidikan formal, terdiri

dari 2 orang alumnus perguruan tinggi dan 8 orang alumnus SMK atau STM.



                  copyright@akademik-online, 2007
37



E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

       Teknik observasi yang digunakan dalam pengumpulan data, yakni dengan

menggunakan lembaran checklist item pekerjaan yang dilakukan sebanyak 3 kali tiap

objek ukur atau item pekerjaan. Item-item pekerjaan beserta indikator penilaiannya

telah divalidasi oleh dosen pembimbing dan kepala bengkel Astra Internasional –

Isuzu Cabang Makassar. Adapun item-item pekerjaan yang telah diselidiki adalah :

a. Persiapan alat dan bahan sebelum kerja

b. Ketepatan diagnosis

c. Ketepatan penggunaan SST

d. Kesesuaian prosedur kerja

e. Ketepatan perbaikan atau penyetelan

f. Kesesuaian pemanfaatan waktu

g. Motivasi kerja

h. Kemandirian atau inisiatif kerja

i. Tanggungjawab kerja

j. Kesiapan lembur

2. Angket

       Sebagai alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur reaksi mekanik

terhadap komponen-komponen yang terkait saat mengikuti pelatihan, maka angket

yang digunakan bersifat inventory, sehingga tidak mesti dilakukan uji instrumen.

Angket yang dibuat disusun dalam bentuk skala likert, di mana setiap butir terdapat


                    copyright@akademik-online, 2007
38



empat option menu yang diberi skor dan bobot antara 4 sampai 1 untuk pertanyaan

atau pernyataan positif dan sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan negatif, option

menu diberi skor dan bobot antara 1 sampai 4.

F. Teknik Analisis Data

       Dalam penelitian ini, data yang terkumpul telah dianalisis dengan pendekatan

analisis statistik deskriptif guna menggambarkan sifat-sifat dan kecenderungan data.

Adapun bentuk kecederungan data yang digambarkan, antara lain: nilai minimum dan

maksimum; rerata dan total skor; dan simpangan baku. Selain itu, juga disajikan

persebaran data dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik. Untuk memudahkan proses

analisis data, maka digunakan bantuan program SPSS 12.0 for Windows.

       Untuk mengidentifikasi kecenderungan data, baik pada aspek kinerja maupun

aspek pelatihan peningkatan SDM mekanik, maka digunakan skor rata-rata ideal dari

keseluruhan subjek observasi untuk setiap aspek yang akan diselidiki. Dari harga

rata-rata tersebut dapat dikategorikan kecenderungannya menjadi empat kategori

dengan ketentuan sebagai berikut :

       (Mi + 1,5 SD) – ke atas             = Tinggi

       Mi sampai dengan (Mi + 1,5 SDi)     = Sedang

       (Mi – 1,5 SDi) sampai dengan Mi     = Rendah

       (Mi – 1,5 SDi) – ke bawah           = Sangat Rendah

       Dimana: Mi = ½ (skor maksimum + skor minimum)

                SDi = 1 (skor maksimum – skor minimum), Situmorang (Rusmin, 2005).
                      6




                   copyright@akademik-online, 2007
39



          Berdasarkan ketentuan capaian skor nilai tersebut di atas, setelah diadaptasi

dengan instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan, maka dapat diperoleh

kriteria penentuan kecenderungan objek analisis seperti pada tabel 1.


                  Tabel 1. Kriteria kategorisasi perolehan skor tiap aspek

Kriteria                               Aspek Kinerja               Aspek Pelatihan
Nilai tertinggi                              40                              76
Nilai terendah                               10                              19
Rata-rata ideal (Mi)                         25                          47,5
Standar deviasi ideal (SDi)                   5                              9,5
1,5 SDi                                      7,5                        14,25
 


          Dari ketentuan pada tabel 1 tersebut di atas, setelah dikonsultasi dengan

persamaan kategorisasi capaian skor yang dibuat Situmorang dalam Rusmin (2005),

maka diperoleh batas capaian skor berdasarkan kategori masing-masing aspek

penilaian seperti pada tabel 2.


            Tabel 2. Kategorisasi perolehan skor berdasarkan aspek penilaian

Kategori                               Aspek Kinerja               Aspek Pelatihan
Tinggi                                     > 32,50                     > 61,75
Cukup                                  25,00 – 32,50                47,50 – 61,75
Rendah                                 17,50 – 24,50                33,25 – 47,49
Sangat Rendah                              < 17,50                     < 33,25
 




                       copyright@akademik-online, 2007
40



                                    BAB IV
            DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Deskripsi mekanik menurut Indentitas


       Mekanik bengkel Isuzu Cabang Makassar secara keseluruhan berjumlah 10

orang. Dari 10 mekanik yang ada, telah dilakukan penyajian dalam bentuk tabulasi

frekuansi yaitu mekanik berdasarkan usia, dan jenjang pendidikan. Berdasarkan usia

mekanik, seperti yang dimuat pada tabel 3 menunjukkan bahwa usia mekanik terdiri

dari 25 sampai dengan 31 tahun.


                        Tabel 3. Mekanik berdasarkan Usia

            No.    Usia Mekanik        Frekuensi         Persentase
             1       31 Tahun              1                10,0
             2       29 Tahun              1                10,0
             3       28 Tahun              2                20,0
             4       27 Tahun              1                10,0
             5       26 Tahun              1                10,0
             6       25 Tahun              4                40,0
                   Total                  10               100,0


       Dari tabel frekuensi usia mekanik tersebut di atas dikatakan bahwa usia 25

tahun terdapat 4 orang (40%), usia 28 tahun 2 orang (20%). Sedangkan usia 26, 27,

29 dan 31 tahun masing-masing 1 orang (10%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 2.




                  copyright@akademik-online, 2007
41




        50%

        40%

        30%

        20%

        10%

         0%

            31 Tahun   29 Tahun   28 Tahun   27 Tahun   26 Tahun   25 Tahun

                       Gambar 2. Mekanik berdasarkan Usia

       Selanjutnya, mekanik berdasarkan jenjang pendidikan terakhir sebagaimana

table 4 dikelompokkan menjadi 2, yaitu alumnus Sekolah Menengah Kejujuruan

(SMK/sederajat) dan alumnus perguruan tinggi.


                 Tabel 4. Mekanik berdasarkan Jenjang Pendidikan

           No.   Pendidikan             Frekuensi             Persentase
            1 SMK                           8                    80,0
            2 P. Tinggi                     2                    20,0
                 Total                     10                   100,0


       Pada tabel 4 tersebut      di atas menunjukkan bahwa alumnus           Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK/sederajat) sebanyak 8 orang (80%) dan alumnus

perguruan tinggi terdapat 2 orang (20%). Untuk itu, mekanik berdasarkan janjang

pendidikan terakhir dapat dilukiskan seperti pada gambar 3.




                  copyright@akademik-online, 2007
42




        100%

          80%

          60%

          40%

          20%

           0%

                                       SMK   P. Tinggi


                 Gambar 3. Mekanik berdasarkan Jenjang Pendidikan


2. Deskripsi Kinerja Mekanik

       Sebagaimana pada pemaparan sebelumnya bahwa penggambaran kinerja

mekanik, di sini akan dilihat dari segi kualitas dan kepribadian mekanik dalam

bekerja dengan indikator: persiapan alat dan bahan, ketepatan diagnosis, ketepatan

penggunaan specification standard tools (SST), kesesuaian prosedur kerja,

penyetelan atau perbaikan, ketepatan waktu kerja, motivasi kerja, inisiatif atau

kemandirian, tanggungjawab, dan kesiapan lembur mekanik.

       Pada proses pengumpulan data kinerja mekanik telah dilakukan pengamatan

sebanyak 3 kali pada tiap objek penilaian atau uraian pekerjaan, sehingga skor kinerja

yang diakumulasi yaitu nilai rerata perolehan mekanik selama 3 kali pengamatan.

Adapun rerata capaian skor kinerja mekanik pada tiap item atau uraian pekerjaan

dapat dilihat pada tabel 5 berikut :


                    copyright@akademik-online, 2007
43



           Tabel 5. Skor Kinerja Mekanik Berdasarkan Uraian Pekerjaan

          Uraian                 Perolehan Skor Kinerja Tiap Mekanik
 No.
        Pekerjaan        A     B    C     D     E     F    G    H      I    J
     Persiapan Alat
  1                     2,7 4,0 3,0 3,3 2,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
     & Bahan
     Ketepatan
  2                     3,7 3,7 3,3 3,7 2,7 3,7 3,7 3,7 3,7 3,7
     Diagnosis
     Penggunaan
  3                     3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,0 3,0 2,0 3,0 2,0
     SST
     Kesesuaian
  4                     2,3 3,0 2,3 2,3 2,3 4,0 2,7 1,7 4,0 1,7
     Prosedur Kerja
     Penyetelan atau
  5                     2,7 3,3 2,7 3,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
     Perbaikan
     Ketepatan
  6                     3,3 3,3 3,0 3,3 2,7 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
     Waktu Kerja
     Motivasi dalam
  7                     3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,0 3,0 2,0 3,0 2,0
     Kerja
     Inisiatif dalam
  8                     3,7 3,7 3,7 3,7 3,7 4,0 3,3 2,3 4,0 2,3
     Kerja
     Tanggung
  9                     2,7 2,3 3,0 2,7 2,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
     Jawab Kerja
     Kesiapan
 10                     4,0 3,0 3,3 4,0 2,0 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
     Lembur
   Total Perolehan
                       31,7 33,0 31,0 33,0 27,3 30,3 28,3 24,3 30,3 24,3
    Skor Kinerja
Sumber : Hasil olah data kinerja mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar, 2007.
Keterangan : A, B, C, …, J adalah Kode Mekanik.


       Selanjutnya, untuk     menjelaskan    kecenderungan-kecenderungan       tingkat

kinerja yang ada, maka total perolehan skor kinerja pada tabel 5 tersebut di atas

dibuat tabulasi kategori berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Adapun distribusi

frekuensi kategori tingkat kinerja berdasarkan kriteria capaian skor yang ada

sebagaimana pada tabel 6.




                   copyright@akademik-online, 2007
44




       Tabel 6. Frekuensi Kategori Tingkat Kinerja berdasarkan Kriteria Skor

  No     Kriteria Skor          Kategori           Frekuensi          Persentase
  1         > 32,50         Tinggi                     2                 20,0%
  2      25,00 – 32,50      Sedang                      6                60,0%
  3      17,50 – 24,50      Rendah                     2                 20,0%
  4         < 17,50         Sangat Rendah               0                 0,0%
                    Total                              10              100,0%
Sumber : Hasil olah data kinerja pada tabel 5 berdasarkan tabel 1 dan 2.

       Berdasarkan sajian data pada tabel 6 ditunjukkan bahwa tingkat kinerja

mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar berada pada kategori “rendah” sebesar

20,0%, kategori “sedang” sebesar 60,0%, dan kategori “tinggi” sebesar 20,0%.

Adapun kecenderungan secara grafis dapat dilihat pada gambar 4 berikut :



        60%

        50%

        40%

        30%

        20%

        10%

         0%

                   Tinggi    Sedang     Rendah    Sangat Rendah


                    Gambar 4. Kategori tingkat kinerja mekanik

3. Deskripsi Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik


                  copyright@akademik-online, 2007
45



       Dalam penggambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik, telah diselidiki

baik dari aspek proses maupun aspek hasil yang dicapai mekanik setelah mengikuti

pelatihan. Adapun aspek proses terdiri dari 16 indikator, yaitu : Pelaksanaan;

Keikutsertaan; Kesinambungan/keteraturan; Jenjang pelatihan; Penyampaian tujuan;

Kesesuaian tujuan dgn materi; Kesesuaian materi dengan pekerjaan; Kejelasan

materi; Kemampuan pelatih; Semangat peserta; Partisipasi peserta; Pemanfaatan

waktu belajar; Kenyamanan suasana dan tempat; Kesesuaian alat-alat dan bahan;

Pemberian tugas; dan Sistem evaluasi. Sedangkan pada aspek hasil pelatihan terdapat

3 indikator, yaitu : Perolehan award; Kesempatan promosi; dan Jaminan kerja.


       Sementara itu, instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu

dengan sistem inventory terdiri dari butir-butir pertanyaan dan atau pernyataan yang

disusun secara likert. Adapun perolehan skor pelatihan disajikan pada tabel 7 yang

dimuat secara akumulatif masing-masing responden atau mekanik yang ada.

       Tabel 7. Skor Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik pada Tiap Indikator

          Indikator             Perolehan Skor Pelatihan Tiap Mekanik
 No.
          Pelatihan      A     B    C     D    E     F    G    H     I         J
       Intensitas
  1                      3,0   2,0   3,0   4,0   3,0   3,0   3,0   3,0   2,0   3,0
       Pelaksanaan
       Keikutsertaan
  2                      4,0   4,0   4,0   2,0   2,0   2,0   4,0   4,0   2,0   3,0
       mekanik
       Kesinambungan
  3                      3,0   2,0   3,0   4,0   3,0   3,0   3,0   3,0   3,0   1,0
       dan keteraturan
       Jenjang
  4                      2,0   2,0   3,0   2,0   3,0   2,0   2,0   3,0   2,0   3,0
       pelatihan
       Perolehan
  5                      3,0   2,0   3,0   4,0   3,0   3,0   3,0   3,0   3,0   1,0
       award
  6    Kesempatan        2,0   4,0   2,0   4,0   2,0   2,0   2,0   3,0   3,0   2,0



                  copyright@akademik-online, 2007
46



      promosi
      Jaminan
  7                      3,0   2,0   3,0  4,0   3,0   3,0  3,0   3,0  2,0   1,0
      pekerjaan
      Penyampaian
  8                      3,0   3,0   2,0  3,0   2,0   3,0  4,0   2,0  4,0   2,0
      tujuan
      Kesesuaian
  9 tujuan dgn           3,0   2,0   3,0  4,0   3,0   3,0  3,0   3,0  2,0   1,0
      materi
      Kesesuaian
  10                     3,0   4,0   2,0  3,0   4,0   3,0  3,0   4,0  3,0   3,0
      materi dgn job
      Kejelasan
  11                     3,0   2,0   3,0  4,0   3,0   3,0  3,0   3,0  3,0   1,0
      materi
      Kemampuan
  12                     3,0   4,0   3,0  4,0   3,0   3,0  3,0   3,0  4,0   3,0
      pelatih
      Semangat
  13                     3,0   2,0   3,0  4,0   3,0   3,0  3,0   3,0  2,0   1,0
      peserta
      Partisipasi
  14                     3,0   2,0   3,0  2,0   3,0   3,0  3,0   3,0  2,0   2,0
      peserta
      Pemanfaatan
  15                     3,0   2,0   2,0  3,0   4,0   3,0  3,0   2,0  4,0   3,0
      waktu belajar
      Kenyamanan
  16                     4,0   3,0   3,0  3,0   4,0   4,0  3,0   3,0  3,0   3,0
      suasana, tempat
      Kesesuaian alat
  17                     3,0   2,0   3,0  3,0   3,0   3,0  3,0   3,0  3,0   4,0
      & bahan
      Pemberian
  18                     4,0   2,0   2,0  3,0   4,0   4,0  3,0   2,0  4,0   3,0
      tugas
      Sistem evaluasi
  19                     4,0   3,0   2,0  3,0   4,0   4,0  3,0   2,0  3,0   3,0
      digunakan
   Total Perolehan
                        59,0 49,0 52,0 63,0 59,0 57,0 57,0 55,0 54,0 43,0
    Skor Pelatihan
 Sumber : Hasil olah data pelatihan mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar, 2007.
 Keterangan : A, B, C, …, J adalah Kode Mekanik.

       Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, maka penggambaran kecenderungan

mengenai pelatihan peningkatan SDM mekanik dilakukan dengan mengakumulasi

perolehan skor dan selanjutnya dibuat tabulasi kategori berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan sebelumnya. Adapun distribusi frekuensi kategori tingkat pelatihan




                  copyright@akademik-online, 2007
47



SDM menaknik berdasarkan kriteria capaian skor yang dibuat sebagaimana pada

tabel 8.


Tabel 8. Frekuensi Kategori Tingkat Pelatihan SDM Mekanik menurut Kriteria Skor

  No.      Kriteria            Kategori         Frekuensi          Persentase
   1        > 61,75        Tinggi                    1                10,0%
   2     47,50 – 61,75     Sedang                    8                80,0%
   3     33,25 – 47,49     Rendah                    1                10,0%
   4        < 33,25        Sangat Rendah             0                 0,0%
                   Total                            10               100,0%
 Sumber: Hasil olah data pelatihan mekanik pada tabel 7 berdasarkan tabel 2.

           Hasil distribusi frekuensi kategori tingkat pelatihan SDM mekanik, seperti

yang dimuat pada tabel 8 tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat pelatihan SDM

mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar berada pada sebaran kategori “rendah”

sebesar 10,0%, kategori “sedang” sebesar 80,0%, dan kategori “tinggi” sebesar

10,0%. Selanjutnya, penggambaran secara grafis tentang kategori tingkat pelatihan

SDM mekanik ditunjukkan pada gambar 6 berikut :




                     copyright@akademik-online, 2007
48




        80%
        70%
        60%
        50%
        40%
        30%
        20%
        10%
         0%

                    Tinggi   Sedang     Rendah    Sangat Rendah


                Gambar 5. Kategori tingkat pelatihan SDM mekanik



B. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Kinerja Mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar

       Aspek kinerja mekanik pada Bengkel Astra Internasional, khususnya pada

Bengkel Izusu Cabang Makassar telah dilakukan penelusuran dan analisis

kecenderungan melibatkan 10 item pekerjaan sebagai indikator penilaian yaitu :

Pertama, persiapan alat dan bahan. Persiapan alat dan bahan dalam pekerjaan bengkel

merupakan hal penting dilakukan sebelum bekerja. Baik tidaknya persiapan alat dan

bahan yang dilakukan akan berdampak pada efektivitas dan kualitas kerja yang

dilakukan mekanik. Dari hasil analisis menunjukkan rata-rata pencapaian skor

persiapan alat dan bahan yaitu 2,88 dari total skor 28,8 dengan standar deviasi 0,47

dan perolehan skor maksimum yaitu 4,0 serta skor minimum 2,3.


                  copyright@akademik-online, 2007
49



       Kedua, ketepatan diagnosis. Dalam layanan bengkel kendaraan, pekerjaan

diagnosis bagi mekanik merupakan langkah awal sebelum pembongkaan part atau

komponen kendaraan yang akan diperbaiki. Hal ini dilakukan dalam upaya

menghindari pengerjaan perbaikan atau penyetelan yang sia-sia, disamping

menghindari tambahan kerusakan akibat kesalahan pengerjaan. Dari hasil analisis

deskriptif menunjukkan rata-rata pencapaian skor diagnosis yaitu 3,56 dari total skor

35,60 dengan standar deviasi 0,33 dan perolehan skor maksimum yaitu 3,7 serta skor

minimum 2,7.

       Ketiga, ketepatan penggunaan SST. Specification Standard Tools (SST)

merupakan suatu jenis alat yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan

khusus yang memiliki spesifikasi standar dari pabrik. Ketepatan penggunaan SST

dalam pekerjaan bengkel, terutama pada bengkel dialer resmi, menjadi penting

dilakukan demi pencapaian kualitas standar yang ditetapkan. Hasil analisis deskriptif

menunjukkan rata-rata pencapaian skor ketepatan penggunaan SST yaitu 2,95 dari

total skor 29,5 dengan standar deviasi 0,52. Sedangkan perolehan skor maksimum

yaitu 3,3 dan skor minimum 2,0.

       Keempat, kesesuaian prosedur kerja. Setiap pekerjaan membutuhkan prosedur

atau tata cara dalam penyelesaiannya. Hal demikian untuk lebih sistematis dan

teraturnya proses pengerjaan. Kesesuaian prosedur dalam pengerjaan di bengkel

kendaraan, menjadi penting dilakukan demi menghindari terjadi tumpang tindih

pekerjaan atau kesalahan dalam melayani konsumen. Berdasarkan hasil analisis




                  copyright@akademik-online, 2007
50



deskriptif telah diperoleh rata-rata pencapaian skor prosedur kerja yaitu 2,63 dari total

skor 26,3 dengan standar deviasi 0,82.

       Kelima, ketepatan penyetelan atau perbaikan. Pada pelayanan bengkel

kendaraan, pekerjaan penyetelan atau perbaikan sebagai aktivitas utama bagi

mekanik. Ketepatan penyetelan atau perbaikan mutlak menjadi indikator kesuksesan

layanan yang diberikan. Hal demikian ditunjukkan pada hasil kerja yang dilakukan

mekanik, apakah terjadi perubahan yang lebih baik atau malah justru tambah buruk

setelah dilakukan penyetelan. Ketepatan penyetelan atau perbaikan dalam pengerjaan

kerusakan kendaraan menjadi penting dilakukan demi memuaskan pelanggan,

disamping efektivitas operasional bengkel. Dari hasil analisis deskriptif telah

diperoleh rerata pencapaian skor ketepatan penyetelan atau perbaikan kendaraan yaitu

2,82 dari total skor 28,2 dengan standar deviasi 0,25. Adapun              capaian skor

maksimum yaitu 3,3 dan skor minimum 2,7.

       Keenam, ketepatan penggunaan waktu. Waktu kerja merupakan hal utama

yang berkenaan dengan produtivitas seorang mekanik bengkel. Semakain efektif

waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, maka peluang untuk

meraih jumlah pekerjaan akan lebih banyak pula, disamping tidak membuat pekerjaan

jadi menumpuk yang pada akhirnya membuat pelanggan harus menunggu lama. Hal

ini juga terkait dengan kualitas dan kepuasan layanan terhadap pelanggan. Hasil

analisis data perolehan observasi menunjukkan bahwa rata-rata pencapaian skor

ketepatan waktu kerja mekanik yaitu 2,71 dan total skor 27,1 dengan standar deviasi

0,47. Adapun skor maksimum yang dicapai yaitu 3,3 dan skor minimum 2,3.


                   copyright@akademik-online, 2007
51



       Ketujuh, motivasi mekanik dalam bekerja. Motivasi kerja sebagai salah satu

faktor dalam meningkatkan produktivitas kerja mekanik. Dari hasil observasi yang

dilakukan, skor motivasi kerja telah diperoleh nilai rerata 2,95 dari total skor 29,5 dan

standar deviasi 0,52. Perolehan skor minimum yaitu 2,0 dan skor maksimum yaitu

3,3. Kedelapan, kemandirian atau inisiatif kerja, merupakan perilaku mekanik dalam

bekerja yang dilihat dari kemampuan dalam menentukan atau memilih komponen

atau alat yang digunakan dalam bekerja. Dari hasil observasi yang dilakukan, rerata

skor inisiatif kerja yang diperoleh mekanik, yaitu 3,43 dari total skor 103,0 dan

jumlah observasi 10. Perolehan skor minimum yaitu 1,0 dan skor maksimum yaitu

4,0. Sedangkan simpangan baku standar yang diperoleh 0,62.

       Kesembilan, tanggung jawab kerja. Tanggung jawab mekanik dalam bekerja

dilihat dari perilaku atau sikap mekanik dalam menghadapi atau merespon kondisi

kerja yang tidak benar atau tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dari

hasil observasi yang dilakukan, skor tanggungjawab kerja telah diperoleh nilai rerata

2,6 dari total skor 79,0 dan jumlah observasi 10. Perolehan skor minimum yaitu 2,0

dan skor maksimum yaitu 3,0 dengan simpangan baku standar 0,49. Kesepuluh,

kesiapan untuk keja lembur. Kesiapan lembur merupakan sikap mekanik yang dilihat

dari kesediaan untuk menyisihkan waktu kerja pada bengkel di luar jam kerja standar

yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, skor kesiapan

lembur telah diperoleh nilai rerata 2,5 dari total skor 75,0 dan jumlah observasi 10.

Perolehan skor minimum yaitu 1,0 dan skor maksimum yaitu 4,0 dengan simpangan

baku standar 1,28.


                     copyright@akademik-online, 2007
52



2. Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik


       Pada pelatihan peningkatan SDM mekanik, terdapat 19 item yang berkenaan

dengan efektifitas proses dan kualitas hasil pelatihan peningkatan SDM mekanik,

telah menjadi objek analisis sekaligus sebagai parameter tingkat pelatihan SDM

mekanik yang ada, yaitu : Pertama, intensitas pelaksanaan pelatihan. Dari hasil

analisis deskriptif telah diperoleh rerata skor pelaksanaan pelatihan yaitu 2,9, skor

minimum 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 29,

simpangan baku 0,57. Sementara capaian frekuensi kategori persepsi terhadap

intesitas pelaksanaan pelatihan, yaitu 2 orang (20,0%) mengatakan “ya, kadang-

kadang”, 7 orang (70,0%) mengatakan “ya, sering”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan

“ya, selalu”.


       Kedua, keikutsertaan mekanik dalam pelatihan. Pada analisis butir 2

ditunjukkan bahwa rerata skor keikutsertaan mekanik dalam pelatihan mencapai 3,1,

skor minimum 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 31,

simpangan baku 0,99. Adapun sebaran kategori persepsi terhadap keikutsertaan

mekanik pada pelatihan peningkatan SDM berdasarkan kategori jawaban yang

diberikan yaitu 4 orang (40,0%) mengatakan “kadang-kadang”, 1 orang (10,0%)

mengatakan “sering”, dan 5 orang (50,0%) mengatakan “selalu”.


       Ketiga, kesinambungan atau keteraturan pelatihan. Kesinambungan atau

keteraturan peserta pada pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu



                  copyright@akademik-online, 2007
53



2,8, di mana skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian

skor responden yaitu 28, simpangan baku 0,79. Kesinambungan pelaksanaan

pelatihan berdasarkan tabulasi frekuensi kategori yaitu 1 orang (10,0%) mengatakan

“tidak teratur, tidak sesuai jabatan, tidak sesuai job”, 1 orang (10,0%) mengatakan

“teratur, tidak sesuai jabatan, tidak sesuai job”, 7 orang (70,0%) mengatakan “teratur,

sesuai jabatan, tidak sesuai job”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “teratur, sesuai

jabatan, sesuai job”.


       Keempat, jenjang pelatihan yang diikuti. Jenjang pelatihan yang terakhir

diikuti mekanik menunjukkan rerata skor yaitu 2,4, di mana skor minimum yang

dicapai 2,0 dan maksimum 3,0 dengan total capaian skor responden yaitu 24,

simpangan baku 0,79. Jenjang pelatihan yang telah diikuti mekanik berdasarkan

tabulasi frekuensi kategori pada tabel 18 tersebut di atas menunjukkan bahwa 6 orang

(60,0%) telah mengikuti pelatihan mekanik dasar II, 4 orang (40,%) telah mengikuti

pelatihan mekanik dasar III.


       Kelima, peluang promosi karier. Peluang        promosi karier mekanik telah

diperoleh rerata skor yaitu 2,8, dimana skor minimum yang dicapai 1,0 dan

maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 28, simpangan baku 0,79.

Sementara, peluang promosi karier yang diperoleh mekanik melalui pelatihan

berdasarkan tabulasi frekuensi kategori pada tabel 31 yaitu 1 orang (10,0%)

mengatakan “tidak berpeluang”, 1 orang (10,%) mengatakan “kurang berpeluang”, 7




                   copyright@akademik-online, 2007
54



orang (70,0%) mengatakan “berpeluang”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat

berpeluang”.


       Keenam, perolehan penghargaan. Perolehan penghargaan melalui pelaksanaan

pelatihan menunjukkan rerata skor perolehan yaitu 2,6, skor minimum yang dicapai

2,0 dan maksimum 4,0, total capaian skor responden yaitu 26, simpangan baku 0,84.

Berdasarkan tabulasi frekuensi kategori perolehan penghargaan setelah mengikuti

pelatihan menunjukkan bahwa 6 orang (60,0%) mengatakan “kadang-kadang”, 2

orang (20,%) mengatakan “sering”, dan 2 orang (20,0%) mengatakan “selalu”.


       Ketujuh, perolehan jaminan kerja. Perolehan jaminan kerja yang dipersepsi

mekanik menunjukkan rerata 2,7, dimana skor minimum yang dicapai 1,0 dan

maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 27, simpangan baku 0,82.

Digambarkan pula bahwa perolehan jaminan kerja melalui pelatihan peningkatan

SDM mekanik berada pada kategori “jabatan tetap, upah tidak memuaskan, tidak

menjamin masa depan” yaitu 1 orang (10,0%), 2 orang (20,0%) mengatakan “jabatan

lebih baik, upah tidak memuaskan, tidak menjamin masa depan”, 6 orang (60,%)

mengatakan “jabatan lebih baik, upah memuaskan, tidak menjamin masa depan”, 1

orang (10,0%) mengatakan “jabatan lebih baik, upah memuaskan, menjamin masa

depan”.


       Kedelapan, kejelasan tujuan. Penyampaian tujuan pelatihan kepada peserta di

awal sesi pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,8, di mana skor



                  copyright@akademik-online, 2007
55



minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden

yaitu 28, simpangan baku 0,79. Adapun jawaban responden tersebar berdasarkan

tabulasi frekuensi kategori pada tabel 19 yaitu 4 orang (40,0%) mengatakan “kurang

jelas”, 4 orang (40,0%) mengatakan “jelas”, dan 2 orang (20,0%) mengatakan “sangat

jelas.


         Kesembilan, kesesuaian antara tujuan dengan materi. Kesesuaian antara tujuan

yang telah disampaikan dengan materi pelatihan yang diberikan kepada mekanik saat

mengikuti pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,7, minimum

yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 27,

simpangan baku 0,82. Adapun sebaran kategori jawaban responden menunjukkan

bahwa 1 orang (10,0%) mengatakan “tidak sesuai”, 2 orang (20,%) mengatakan

“kurang sesuai”, 6 orang (60,0%) mengatakan “sesuai”, dan 1 orang (10,0%)

mengatakan “sangat sesuai”.


         Kesepuluh, kesesuaian materi dengan pekerjaan. Kesesuaian antara materi

dengan pekerjaan mekanik berdasarkan olah deskriptif menunjukkan rerata skor

yaitu 3,2, skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian

skor responden yaitu 32, simpangan baku 0,63. Persepsi responden digambarkan

bahwa kesesuaian antara materi pelatihan dengan pekerjaan mekanik di bengkel yaitu

1 orang (10,0%) mengatakan “kurang sesuai”, 6 orang (60,%) mengatakan “sesuai”,

dan 3 orang (10,0%) mengatakan “sangat sesuai”.




                    copyright@akademik-online, 2007
56



       Kesebelas, kejelasan materi. Kejelasan materi bagi peserta saat mengikuti

pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,6. Skor minimum yang

dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 26,

simpangan baku 0,84. Adapun kategori jawaban responden tersebar berdasarkan

capaian frekuensi kategori yang menunjukkan bahwa 1 orang (10,0%) mengatakan

“tidak jelas”, 1 orang (10,%) mengatakan “kurang jelas”, 7 orang (70,0%)

mengatakan “jelas”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat jelas”.


       Keduabelas, kemampuan instruktur. Kemampuan instruktur atau pemateri

dalam menyampaikan materi, berdasarkan anlisis deskrptif mencapai rerata skor yaitu

3,3, skor minimum yang dicapai 3,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor

responden yaitu 33, simpangan baku 0,48. Selanjutnya, sebaran kategori jawaban

responden menunjukkan bahwa kemampuan instruktur atau pemateri dalam

menyampaikan materi pelatihan ditunjukkan bahwa 7 orang (70,0%) mengatakan

“mampu”, dan 3 orang (10,%) mengatakan “sangat mampu”.


       Ketigabelas, semangat peserta. Semangat peserta dalam pelatihan, meskipun

instruktur atau pemateri kurang menggairahkan menunjukkan rerata skor persepsi

mekanik yaitu 2,7, skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total

capaian skor responden yaitu 27, simpangan baku 0,82. Adapun sebaran kategori

jawaban responden berdasarkan capaian frekuensi kategori menunjukkan bahwa

semangat peserta dalam mengikuti pelatihan tanpa dorongan dari instruktur yaitu 1

orang (10,0%) mengatakan “tidak semangat”, 2 orang (20,%) mengatakan “kurang


                  copyright@akademik-online, 2007
57



semangat”, 6 orang (60,0%) mengatakan “semangat”, dan 1 orang (10,0%)

mengatakan “sangat semangat”.


       Keempatbelas, partisipasi peserta. Partisipasi peserta dalam mengikuti proses

pembelajaran atau penerimaan materi saat pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi

mekanik yaitu 2,6, dimana skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 3,0

dengan total capaian skor responden yaitu 26, simpangan baku 0,56. Partisipasi

peserta saat mengikuti proses pembelajaran pada pelatihan berdasarkan tabulasi

frekuensi kategori menunjukkan bahwa 4 orang (40,0%) berada pada kategori

“kurang partisipatif”, dan 6 orang (60,%) berada pada kategori “partisipatif”.


       Kelimabelas, pemanfaatan waktu dalam pelatihan. Pemanfaatan waktu dalam

meningkatkan pengetahuan atau keterampilan peserta saat mengikuti pelatihan

menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,9, di mana skor minimum yang

dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 29,

simpangan baku 0,74. Sedangkan kategori jawaban responden tersebar berdasarkan

capaian frekuensi kategori pemanfaatan waktu belajar bagi peserta saat mengikuti

pelatihan berdasarkan tabel 26 menunjukkan bahwa 3 orang (10,0%) berada pada

kategori “kurang memanfaatkan dengan baik”, 5 orang (50,%) dalam kategori

“memanfaatkan dengan baik”, dan selebihnya berada pada kategori “sangat

memanfaatkan dengan baik”.




                   copyright@akademik-online, 2007
58



       Keenambelas, kenyamanan suasana dalam pelatihan. Kenyamanan suasana

belajar dalam hal ruangan atau tempat pelatihan yang telah diikuti menunjukkan

rerata skor persepsi mekanik yaitu 3,3, skor minimum yang dicapai 3,0 dan

maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 33, simpangan baku 0,48.

Berdasarkan tabulasi frekuensi kategori kenyamanan suasana belajar dalam hal

tempat atau ruangan yaitu 7 orang (70,0%) mengatakan “nyaman”, dan 3 orang

(10,%) mengatakan “sangat nyaman”.


       Ketujuhbelas, kesesuaian alat dan bahan. Kessesuaian alat dan bahan yang

digunakan dalam pelatihan, dideskripsikan rerata capaian skor yaitu 3,0, skor

minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden

yaitu 10, simpangan baku 0,47. Berdasarkan tabulasi frekuensi kategori persepsi

peserta terhadap kesesuaian alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan

menunjukkan bahwa 1 orang (10,0%) mengatakan “kurang sesuai”, 8 orang (80,%)

mengatakan “sesuai”, dan selebihnya 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat sesuai”.


       Kedelapanbelas, metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas, baik

secara tertulis maupun simulasi atau praktek langsung saat mengikuti pelatihan

menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 3,1, di mana skor minimum yang

dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 31,

simpangan baku 0,88. Dari tabulasi frekuensi kategori menunjukkan bahwa 3 orang

(10,0%) mengatakan “kurang setuju”, 3 orang (10,%) mengatakan “setuju”, dan 4




                  copyright@akademik-online, 2007
59



orang (40,0%) mengatakan “sangat setuju” terhadap metode pemberian tugas yang

telah diberikan.


       Kesembilanbelas, kebermanfaatan evaluasi. Kebermanfaatan evaluasi dalam

meningkatkan skill atau keterampilan mekanik saat mengikuti pelatihan menunjukkan

rerata skor persepsi mekanik yaitu 3,1, skor minimum yang dicapai 2,0 dan

maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 31, simpangan baku 0,74.

Selanjutnya, penyebaran kategori jawaban responden mengenai kebermanfaatan

evalusi untuk pengembangan keterampilan mekanik ditunjukkan bahwa 2 orang

(20,0%)    mengatakan   “kurang   bermanfaat”,   5   orang   (50,%)   mengatakan

“bermanfaat”, dan 3 orang (10,0%) mengatakan “sangat bermanfaat”.




                   copyright@akademik-online, 2007
60



                                        BAB V
                          KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

        Setelah mengadakan penelitian dalam bentuk riset deskriptif mengenai aspek

kinerja dan pelatihan peningkatan SDM mekanik pada PT. Astra Internasional tbk.,

tepatnya pada Bengkel Isuzu Cabang Makassar, maka penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Mekanik Bengkel Astra Internasional, Izusu Cabang Makassar pada tahun 2007

   berjumlah 10 orang dengan rentang usia mulai dari 25 sampai 31 tahun.

   Sedangkan kualifikasin jenjang pendidikan terdiri dari 20% lulusan perguruan

   tinggi dan 80% lulusan Sekolah Menengan Kejuruan atau Sekolah Teknik Mesin

   (SMK/STM).

2. Kualitas sumber daya (mekanik) yang dimiliki oleh Bengkel Astra Internasional,

   Izusu Cabang Makassar tergolong cukup. Hal ini dibuktikan oleh tingkat kinerja

   yang dilihat dari kualitas dan kepribadian unjuk kerja menunjukkan capaian yakni

   terdapat 20,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori rendah, 60,0%

   mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori sedang, dan hanya 20,0%

   mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori tinggi.

3. Peningkatan atau pengembangan sumber daya pada Bengkel Astra Internasional,

   Izusu Cabang Makassar juga tergolong cukup yang dilihat dari aspek pelatihan

   peningkatan SDM mekanik. Berdasarkan hasil penelusuran dan analisis mengenai




                  copyright@akademik-online, 2007
61



   aspek-aspek yang menunjang efektivitas proses dan kualitas hasil pelatihan, telah

   dipersepsi oleh mekanik setelah mengikuti pelatihan menunjukkan bahwa

   terdapat 10,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori

   rendah, terdapat 80,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada

   kategtori sedang, dan hanya 10,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya pada

   kategtori tinggi.


B. Saran

       Bedasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini, maka beberapa

hal yang kiranya penting menjadi bahan pertimbangan untuk pengembangan studi

selanjutnya, sekaligus sebagai masukan bagi pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Untuk meningkatkan kinerja mekanik pada layanan bengkel kendaraan, selain

   aspek unjuk kerja melalui kepribadian personal mekanik, maka yang tak kalah

   pentingnya menjadi perhatian akan aspek kualitas kerja.

2. Sebagai bahan data rujukan untuk peningkatan kinerja mekanik dalam hal

   pelayanan atau unjuk kerja yang baik, diharapkan kepada pihak pengelolah SDM

   baik yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pelatihan maupun sebagai

   konselor kiranya penting memperhatikan aspek-aspek yang dapat menunjang

   efektifnya proses dan kualitas hasil pelatihan.




                   copyright@akademik-online, 2007
62



                               DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
       Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial (Format-format Kuantitatif dan
      Kualitatif). Surabaya: Airlangga University Press.

Cardoso, Gomes, Faustino. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
      Andi Offset.

Darmawang, 1997. Persepsi terhadap Pelaksanaan Keselamatan Kerja kaitannya
     dengan Kinerja Karyawan (Kasus pada Bengkel Dialer Mobil di Kotamadya
     Ujung Pandang). Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjamada.

Farid, Muhammad. 2004. Profile Kinerja Perusahaan melalui Bengkel Berjalan (Studi
       pada PT Astra Internasional Tbk. – Isuzu Makassar). Skripsi tidak diterbitkan.
       Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Handoko, T. Hani. 2000. Manjemen (Edisi 2). Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, Malayu, S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi
      Aksara.

Heizer, Jay & Render, Barry. 2006. Operations Management (Manajemen Operasi).
       Jakarta: Salemba Empat.

Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia (Cara Praktis mendeteksi dimensi-
        dimensi Kerja Karyawan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mangkuprawira, Sjafri Tb. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.
     Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoatmojo, Soekidjo. 1992. Pengembagan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
      Rineka Cipta.

Rusmin H., 2005. Pengaruh Motivasi Dan Metode Belajar Terhadap Prestasi Belajar
      Mahasiswa Otomotif Pada Mata Kuliah Basic Science. Skripsi tidak
      diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta:
       Penerbit Andi.




                  copyright@akademik-online, 2007
63



Umar, Husein. 2004. Evaluasi Kinerja Perusahaan (Teknik Evaluasi Bisnis dan
      Kinerja Perusahaan secara Komprehensif, Kuantitatif, dan Modern). Jakarta:
      gramedia Pustaka Utama.




                 copyright@akademik-online, 2007
64



              KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
    Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Pelatihan Model Inventory Question

                  SUB
 VARIABEL                            INDIKATOR                BUTIR
                VARIABEL
                             Pelaksanaan                          1
                             Keikutsertaan                        2
                             Kesinambungan/keteraturan            3
                             Jenjang pelatihan                    4
                             Penyampaian tujuan                   8
                             Kesesuaian tujuan dgn materi         9
                             Kesesuaian materi dgn job           10
                Aspek Proses Kejelasan materi                    11
Pelatihan       Pelatihan    Kemampuan pelatih                   12
Peningkatan                  Semangat peserta                    13
SDM                          Partisipasi peserta                 14
                             Pemanfaatan waktu belajar           15
                             Kenyamanan suasana, tempat          16
                             Kesesuaian alat-alat & bahan        17
                             Pemberian tugas                     18
                             Sistem evaluasi                     19
                             Perolehan award                      5
                Aspek Hasil
                             Kesempatan promosi                   6
                Pelatihan
                             Jaminan kerja                        7

   Tabel. 10 Kisi-kisi Instrumen Kinerja model performance-checklist

                  SUB
 VARIABEL                            INDIKATOR                 ITEM
                VARIABEL
                            Persiapan alat & bahan               1
                            Ketepatan diagnosis                   2
                Aspek
                            Penggunaan SST                        3
                kualitas
                            Prosedur Kerja                       4
                kerja
Kinerja                     Ketepatan penyetelan/perbaikan       5
Mekanik                     Pemanfaatan waktu kerja               6
                            Motivasi kerja                       7
                Aspek
                            Kemandirian/Inisiatif Kerja           8
                kepribadian
                            Tanggungjawab                        9
                mekanik
                            Kesiapan lembur                      10




              copyright@akademik-online, 2007
65



                         INSTRUMEN PENELITIAN
1. Model Angkel

          Angket Profil Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik Bengkel
            PT. Astra Internasional Tbk. – Isuzu Cabang Makassar

Pengantar

       Angket ini merupakan media partisipasi bagi pihak yang berinisiatif untuk
membantu dalam kegiatan ilmiah Mahasiswa. Orientasi dari kegiatan ini terfokus
pada kegiatan strategis dalam bingkai sistematis, objektif dan rasional untuk proses
pematangan proyeksi pengembangan disiplin studi yang output-nya pada upaya
peningkatan SDM di dunia Otomotif. Bentuk kongkret dari kegiatan ini,
dimaksudkan untuk menjaring data dan informasi tentang pelatihan peningkatan
SDM mekanik, khususnya pada bengkel PT. Astra Internasional Tbk. – Isuzu Cabang
Makassar, upaya rasionalisasi perkembangan sumber daya Otomotif di masa kini dan
akan datang.

       Sesuai disiplin studi peneliti, data dan informasi ini akan bermuara pada
penyusunan skripsi dalam rangka penyelesaian studi di Jurusan Pendidikan Otomotif
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Sekaitan dengan hal tersebut,
perkenaan Saudara (i) untuk mengisi angket ini berdasarkan hal yang dialami
sesungguhnya demi pencapaian tujuan penelitian. Atas kesediaan Saudara (i),
diucapkan terima kasih.

                                                                     Peneliti,


                                                                  RIDWAN




                  copyright@akademik-online, 2007
66




  Format K                                               Nomor Reg.    :
                      LEMBARAN PARTISIPASI MEKANIK

Biodata Mekanik

Nama Mekanik          :
Alamat                :
Usia                  :      Tahun
Pendidikan terakhir   :
Jabatan di bengkel    :

Data Pelatihan Mekanik

       Petunjuk : - Beri tanda check-list (       ) pada pilihan jawaban yang
                    tersedia!
                  - Pilih jawaban yang paling sesuai dengan Saudara (i)!

1. Apakah perusahaan tempat Saudara (i) bekerja dalam periode tertentu telah
   mengadakan pelatihan peningkatan SDM bagi mekanik, baik di dalam maupun di
   luar bengkel sendiri?
       Ya, selalu                            Ya, sering
       Ya, kadang-kadang                          Tidak pernah

2. Jika jawaban Saudara (i) pada nomor 1 adalah “Ya, ...”, apakah Saudara (i)
   diikutkan sebagai peserta?
       Ya, selalu                           Ya, sering
       Ya, kadang-kadang                          Tidak pernah

3. Jika jawaban Saudara (i) pada nomor 2 adalah “Ya, ...”, apakah Saudara (i) telah
   megikuti secara teratur/berkesinambungan, sesuai dengan jenjang jabatan, dan
   sesuai jenis pekerjaan mekanik?
       Teratur, sesuai jenjang jabatan mekanik, sesuai jenis pekerjaan mekanik
       Teratur, sesuai jenjang jabatan mekanik, tidak sesuai jenis pekerjaan mekanik
       Teratur, tidak sesuai jenjang jabatan mekanik, tidak sesuai jenis pekerjaan
       mekanik
       Tidak teratur, tidak sesuai jenjang jabatan mekanik, dan tidak sesuai jenis
       pekerjaan mekanik




                  copyright@akademik-online, 2007
67



4. Jika jawaban Saudara (i) pada nomor 2 adalah “Ya, ...”, pelatihan jenjang apa saja
   yang Saudara (i) pernah ikuti? Check-list jenjang pelatihan yang terakhir
   pernah diikuti!
       Pelatihan tingkat dasar, seperti: pengenalan umum tentang job/lokasi/aturan
       kerja, magang ke tempat lain sebagai mekanik baru/mekanik bantu/junior.
       Pelatihan tingkat menengah, seperti: pelatihan lanjutan umum untuk
       mempelajari jenis pekerjaan baru/keterampilan baru secara umum sebagai
       mekanik tetap/junior.
       Pelatihan tingkat tinggi, seperti: pelatihan spesialis job, pelatihan khusus atau
       sejenisnya untuk memperdalam bidang keahlian yang digeluti sebagai
       mekanik senior.
       Pelatihan tingkat sangat tinggi, seperti: pelatihan manajemen, pelatihan
       kepemimpinan atau sejenisnya sebagai mekanik senior yang dipersiapkan
       sebagai calon pemimpin atau kepala staf di bengkel.

5. Seperti yang Saudara (i) alami, apakah pelatihan yang telah diikuti telah menjadi
   peluang yang baik untuk pengembangan dan promosi karier Saudara (i)?
       Sangat berpeluang                         Berpeluang
       Kurang berpeluang                          Tidak berpeluang
6. Setiap kali Saudara (i) mengikuti pelatihan, apakah Saudara (i) merasa mendapat
   penghargaan sebagai mekanik yang berprestasi?
       Selalu                                     Sering
       Kadang-kadang                                Tidak pernah

7. Setiap kali Saudara (i) mengikuti pelatihan, apakah Saudara (i) telah mendapat
   jabatan lebih baik, insentif/upah memuaskan, dan pekerjaan menjamin masa
   depan Saudara (i)?
       Jabatan lebih baik, upah memuaskan, dan menjamin masa depan
       Jabatan lebih baik, upah memuaskan, dan tidak menjamin masa depan
       Jabatan lebih baik, upah tidak memuaskan, tidak menjamin masa depan
       Jabatan tetap, upah tidak memuaskan, dan menjamin masa depan

8. Saat Saudara (i) mengikuti pelatihan, sebelum kegiatan pelatihan dimulai, apakah
   tujuan dan sasaran pelatihan disampaikan dengan jelas kepada peserta?
       Selalu                                    Sering
       Kadang-kadang                                Tidak pernah




                   copyright@akademik-online, 2007
68



9. Apakah materi yang didapatkan dalam pelatihan sangat sesuai dengan tujuan dan
   sasaran yang disampaikan sebelumnya?
       Sangat sesuai                           Sesuai
       Kurang sesuai                              Tidak sesuai

10. Apakah materi yang diberikan adalah materi yang dibutuhkan dalam pekerjaan
    bengkel?
       Sangat dibutuhkan                       Dibutuhkan
       Kurang dibutuhkan                          Tidak dibutuhkan

11. Instruktur atau pelatih dalam menyampaikan materi tidak dapat dimengerti dengan
    baik.
        Sangat setuju                           Setuju
       Kurang setuju                              Tidang setuju

12. Selama proses pelatihan berlangsung, apakah Instruktur/Pelatih telah mampu
    mendorong Saudara (i) untuk semangat mengikuti pelatihan ?
        Sangat mampu                           Mampu
       Kurang mampu                               Tidak mampu

13. Meskipun tanpa dorongan dari instruktur atau pelatih, apakah Saudara (i) tetap
    bersemangat mengikuti proses pelatihan dengan sungguh-sungguh ?
        Sangat semangat                          Semangat
       Kurang semangat                            Tidak semangat

14. Selama mengikuti pelatihan, apakah Saudara (i) bertanya kepada instruktur/pelatih
    karena materi belum dipahami?
        Selalu                                    Sering
       Kadang-kadang                              Tidak pernah

15. Saat Saudara (i) mengikuti pelatihan, banyak kesempatan yang Saudara (i)
    gunakan untuk menambah keterampilan.
       Sangat setuju                          Setuju
       Kurang setuju                              Tidak setuju




                  copyright@akademik-online, 2007
69



16. Apakah tempat atau ruangan yang Saudara (i) tempati pelatihan suasananya
    nyaman untuk pelatihan?
       Sangat nyaman                        Nyaman
       Kurang nyaman                            Tidak Nyaman

17. Apakah alat dan bahan pelatihan yang digunakan dalam pelatihan (seperti: buku,
    job-seet, modul, dan sejenisnya) sesuai dengan kebutuhan Saudara (i) dalam
    pelatihan?
        Sangat sesuai                           Sesuai
       Kurang sesuai                            Tidak sesuai

18. Setiap akhir pelatihan, Saudara (i) selalu diberi tugas dalam bentuk tertulis
    ataupun dalam bentuk praktek/simulasi.
        Sangat setuju                            Setuju
       Kurang setuju                            Tidak setuju

19. Tes evaluasi yang diberikan dalam pelatihan sangat membantu Saudara (i)
    menjadi mekanik terlatih dan terampil
       Sangat setuju                          Setuju
       Kurang setuju                            Tidak setuju

                         Terima Kasih Atas Partisipasinya




                  copyright@akademik-online, 2007
70



2. Model Checklist

                                PT. Astra Internasional Tbk.
                                 (Isuzu Cabang Makassar)

Instruksi : - Beri tanda check-list (    ) pada item yang sesuai
            - Periksa setiap item kerja yang tersedia, berlakukan pada setiap kode
              mekanik sesuai keterangan berikut :

                  Keterangan :

                  A, B, C, ...., J adalah Kode Mekanik

                  1, 2, 3, 4 adalah skor penilaian
                  4 = Jika item kerja semuanya terpenuhi
                  3 = Jika item kerja sebagian besar terpenuhi
                  2 = Jika item kerja sebagian kecil terpenuhi
                  1 = Jika item kerja tidak ada yang terpenuhi

                                             A       B      ...      J
    No.            Item kerja
                                          4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
          Persiapan alat dan bahan
    1
          sebelum kerja
    2     Ketepatan diagnosis
    3     Ketepatan Penggunaan SST
    4     Kesesuaian urutan kerja
          Ketepatan perbaikan atau
    5
          Penyetelan
     6    Kesesuaian Pemanfaatan Waktu
     7    Motivasi kerja
     8    Kemandirian kerja
     9    Tanggungjawab
    10    Kesiapan lembur

Peneliti,



(                      )




                      copyright@akademik-online, 2007
71



                     DATA INDUK PENELITIAN

    Tabel 11. Daftar Biodata Mekanik Bengkel Isuzu Cabang Makassar

N        Nama             Usia         Pendidikan        Lama Bekerja
A    Muh. Agung      25 Tahun        SMK             6 Tahun
B    Samansa         25 Tahun        SMK             7 Tahun
C    Ranianto        26 Tahun        SMK             7 Tahun
D    Rahmadani       29 Tahun        SMK             10 Tahun
E    Muh. Jufri      31 Tahun        P. Tinggi       11 Tahun
F    Imrad           25 Tahun        SMK             6 Tahun
G    Arwin           28 Tahun        P. Tinggi       9 Tahun
H    Setyo Triadi    28 Tahun        SMK             7 Tahun
I    Samsumardi      27 Tahun        SMK             7 Tahun
J    Winarto         25 Tahun        SMK             6 Tahun

Tabel 12. Data Induk Capaian Skor Aspek Kinerja Mekanik 3 Kali Observasi

                            Hari Pertama
         Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item
    N                                                      Total
           1    2    3    4    5     6   7    8    9   10
    A      3    4    3    2    3     4   3    4    3    4   33
    B      4    3    4    3    3     3   4    3    2    4   33
    C      3    4    3    2    2     2   3    4    3    2   28
    D      3    4    3    2    3     4   3    4    3    4   33
    E      2    3    4    3    3     3   4    3    2    1   28
    F      3    4    3    4    2     2   3    4    3    2   30
    G      2    3    3    4    3     3   3    2    2    1   26
    H      3    4    2    3    3     2   2    1    3    4   27
    I      3    4    3    4    2     2   3    4    3    2   30
    J      3    4    2    3    3     2   2    1    3    4   27
                             Hari Kedua
         Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item
    N                                                      Total
           1    2    3    4    5     6   7    8    9   10
    A      2    3    4    3    3     4   4    3    2    4   32
    B      4    4    3    4    4     3   3    4    3    2   34
    C      3    4    3    2    3     4   3    4    3    4   33
    D      4    3    4    3    3     4   4    3    2    4   34
    E      3    4    3    2    2     3   3    4    3    2   29
    F      3    4    3    4    3     2   3    4    3    4   33
    G      3    4    3    2    2     2   3    4    3    2   28
    H      2    3    2    1    3     3   2    3    2    1   22
    I      3    4    3    4    3     2   3    4    3    4   33
    J      2    3    2    1    3     3   2    3    2    1   22



             copyright@akademik-online, 2007
72



                                    Hari Ketiga
                Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item
        N                                                         Total
                  1    2    3    4    5     6   7    8    9   10
        A         3    4    3    2    2     2   3    4    3    4   30
        B         4    4    3    2    3     4   3    4    2    3   32
        C         3    2    4    3    3     3   4    3    3    4   32
        D         3    4    3    2    4     2   3    4    3    4   32
        E         2    1    3    2    3     2   3    4    2    3   25
        F         2    3    3    4    3     3   3    4    2    1   28
        G         3    4    3    2    3     2   3    4    3    4   31
        H         3    4    2    1    2     2   2    3    3    2   24
        I         2    3    3    4    3     3   3    4    2    1   28
        J         3    4    2    1    2     2   2    3    3    2   24

            Tabel 13. Data Induk Capaian Skor Aspek Pelatihan Mekanik

                                 Butir Pertanyaan
N                                                                                      Total
    1   2   3    4   5   6   7   8 9 10 11 12       13   14   15   16   17   18   19
A   3   4   3    2   3   2   3   3 3 3 3 3          3    3    3    4    3    4    4     59
B   2   4   2    2   2   4   2   3 2 4 2 4          2    2    2    3    2    2    3     49
C   3   4   3    3   3   2   3   2 3 2 3 3          3    3    2    3    3    2    2     52
D   4   2   4    2   4   4   4   3 4 3 4 4          4    2    3    3    3    3    3     63
E   3   2   3    3   3   2   3   2 3 4 3 3          3    3    4    4    3    4    4     59
F   3   2   3    2   3   2   3   3 3 3 3 3          3    3    3    4    3    4    4     57
G   3   4   3    2   3   2   3   4 3 3 3 3          3    3    3    3    3    3    3     57
H   3   4   3    3   3   3   3   2 3 4 3 3          3    3    2    3    3    2    2     55
I   2   2   3    2   3   3   2   4 2 3 3 4          2    2    4    3    3    4    3     54
J   3   3   1    3   1   2   1   2 1 3 1 3          1    2    3    3    4    3    3     43




                     copyright@akademik-online, 2007

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

LPJ HIMA PBI 21.22. CC.docx
LPJ HIMA PBI 21.22. CC.docxLPJ HIMA PBI 21.22. CC.docx
LPJ HIMA PBI 21.22. CC.docxDedenSyaifulloh
 
Laporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasan
Laporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasanLaporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasan
Laporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasandian haryanto
 
Kehadiran ET di dalam Alkitab
Kehadiran ET di dalam AlkitabKehadiran ET di dalam Alkitab
Kehadiran ET di dalam AlkitabNur Agustinus
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyawizdan ozil
 
KB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
KB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri SendiriKB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
KB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri SendiriIstna Zakia Iriana
 
Presentasi Kode kehormatan Pramuka
Presentasi Kode kehormatan PramukaPresentasi Kode kehormatan Pramuka
Presentasi Kode kehormatan PramukaRisma Putri Ardhana
 
iman, islam, ihsan
iman, islam, ihsaniman, islam, ihsan
iman, islam, ihsanvigaoliv
 
Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaAnis Masykhur
 
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanKepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanAdy Setiawan
 
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan IslamTugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan IslamSoga Biliyan Jaya
 
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budayaKonsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budayaM fazrul
 

Was ist angesagt? (20)

Pribadi yang bersyukur (Makalah)
Pribadi yang bersyukur (Makalah)Pribadi yang bersyukur (Makalah)
Pribadi yang bersyukur (Makalah)
 
LPJ HIMA PBI 21.22. CC.docx
LPJ HIMA PBI 21.22. CC.docxLPJ HIMA PBI 21.22. CC.docx
LPJ HIMA PBI 21.22. CC.docx
 
Laporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasan
Laporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasanLaporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasan
Laporan akhir perancangan elemen mesin kelompok 7 pengelasan
 
Kehadiran ET di dalam Alkitab
Kehadiran ET di dalam AlkitabKehadiran ET di dalam Alkitab
Kehadiran ET di dalam Alkitab
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
KB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
KB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri SendiriKB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
KB 3 Hakikat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
 
Presentasi Kode kehormatan Pramuka
Presentasi Kode kehormatan PramukaPresentasi Kode kehormatan Pramuka
Presentasi Kode kehormatan Pramuka
 
Pengenalan saka
Pengenalan sakaPengenalan saka
Pengenalan saka
 
Laporan Mitigasi bancana
 Laporan Mitigasi bancana Laporan Mitigasi bancana
Laporan Mitigasi bancana
 
iman, islam, ihsan
iman, islam, ihsaniman, islam, ihsan
iman, islam, ihsan
 
Kerja Pelat
Kerja PelatKerja Pelat
Kerja Pelat
 
Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi Beragama
 
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanKepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan Pendidikan
 
Urgensi Dakwah Kampus
Urgensi Dakwah KampusUrgensi Dakwah Kampus
Urgensi Dakwah Kampus
 
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan IslamTugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
 
AKREDITASI JURNAL ONLINE MELALUI ARJUNA
AKREDITASI JURNAL ONLINE MELALUI ARJUNAAKREDITASI JURNAL ONLINE MELALUI ARJUNA
AKREDITASI JURNAL ONLINE MELALUI ARJUNA
 
Aliran sesat
Aliran sesatAliran sesat
Aliran sesat
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budayaKonsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
 

Ähnlich wie KINERJA MESIN

289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdfbiherbamedicine
 
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdfbiherbamedicine
 
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sariSMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sarisekolah maya
 
MADA internship report
MADA internship reportMADA internship report
MADA internship reportDhom Nawhki
 
Tesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-GovernmentTesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-GovernmentArie Purwanto
 
standard iso 9001 2015 2 bahasa
standard iso 9001 2015 2 bahasastandard iso 9001 2015 2 bahasa
standard iso 9001 2015 2 bahasaDamon Damon
 
4. standard iso 9001 2015 2 bahasa
4. standard iso 9001 2015 2 bahasa4. standard iso 9001 2015 2 bahasa
4. standard iso 9001 2015 2 bahasadito priyambodo
 
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015oktaviani saputri
 
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015karjayakarjaya1
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 
Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-
Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-
Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-temanna #LABEDDU
 
Smk11 kimiaindustri-suparni
Smk11 kimiaindustri-suparniSmk11 kimiaindustri-suparni
Smk11 kimiaindustri-suparniDian Fery Irawan
 
Makalah 1 haryanto 11150578
Makalah 1 haryanto 11150578Makalah 1 haryanto 11150578
Makalah 1 haryanto 11150578HaryantoNbbn
 
Panduan penilaian smk 2017
Panduan penilaian smk 2017Panduan penilaian smk 2017
Panduan penilaian smk 2017tuwa
 
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009Muchlis DoE
 
Smk10 kimiaindustri-suparni
Smk10 kimiaindustri-suparniSmk10 kimiaindustri-suparni
Smk10 kimiaindustri-suparniDian Fery Irawan
 

Ähnlich wie KINERJA MESIN (20)

Peraturanbpk01 2007 sa
Peraturanbpk01 2007 saPeraturanbpk01 2007 sa
Peraturanbpk01 2007 sa
 
Pdf pkl MNCTV News
Pdf pkl MNCTV NewsPdf pkl MNCTV News
Pdf pkl MNCTV News
 
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM.pdf
 
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf
289402355-Kajian-Inkubator-Bisnis-Dalam-Rangka-Pengembangan-UMKM - Copy.pdf
 
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sariSMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
 
MADA internship report
MADA internship reportMADA internship report
MADA internship report
 
Tesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-GovernmentTesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-Government
 
standard iso 9001 2015 2 bahasa
standard iso 9001 2015 2 bahasastandard iso 9001 2015 2 bahasa
standard iso 9001 2015 2 bahasa
 
4. standard iso 9001 2015 2 bahasa
4. standard iso 9001 2015 2 bahasa4. standard iso 9001 2015 2 bahasa
4. standard iso 9001 2015 2 bahasa
 
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
 
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
C1 sistem-manajemen-mutu iso-9001_2015
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Modul rba blu
Modul rba bluModul rba blu
Modul rba blu
 
Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-
Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-
Agenda ii pkp-modul berfikir kreatif dalam pelayanan-
 
Panduan pelaksanaan sbi
Panduan pelaksanaan sbiPanduan pelaksanaan sbi
Panduan pelaksanaan sbi
 
Smk11 kimiaindustri-suparni
Smk11 kimiaindustri-suparniSmk11 kimiaindustri-suparni
Smk11 kimiaindustri-suparni
 
Makalah 1 haryanto 11150578
Makalah 1 haryanto 11150578Makalah 1 haryanto 11150578
Makalah 1 haryanto 11150578
 
Panduan penilaian smk 2017
Panduan penilaian smk 2017Panduan penilaian smk 2017
Panduan penilaian smk 2017
 
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
RENSTRA DEPDIKNAS 2005 - 2009
 
Smk10 kimiaindustri-suparni
Smk10 kimiaindustri-suparniSmk10 kimiaindustri-suparni
Smk10 kimiaindustri-suparni
 

Kürzlich hochgeladen

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 

KINERJA MESIN

  • 1. 15 ABSTRAK Ridwan. 2007. Profil Kinerja dan Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik Bengkel Astra Internasional; Studi pada Isuzu Cabang Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Gambaran kinerja mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar; (2) Gambaran Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik Bengkel Isuzu Cabang Makassar. Subjek pada studi ini adalah seluruh mekanik bengkel Isuzu Cabang Makassar yang berjumlah 10 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi model checklist dan angket model inventory. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa mekanik Bengkel Isuzu Cabang Makassar dengan rentang usia berkisar 25 sampai 31 tahun dan kualifikasi jenjang pendidikan yakni 20% lulusan Perguruan Tinggi serta 80% lulusan Sekolah Teknik Mesin atau Sekolah Menengah Kejuruan (STM/SMK), memiliki kinerja pada aspek kualitas dan kemandirian kerja tergolong cukup, yakni terdapat 20,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori rendah, terdapat 60,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori sedang, dan hanya 20,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori tinggi berdasarkan kriteria capaian skor unjuk kerja ideal. Sedangakan peningkatan atau pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada indikator efektivitas proses dan kualitas hasil pelatihan juga tergolong cukup. Hal ini telah dipersepsi oleh mekanik setelah mengikuti program pelatihan. Berdasarkan kriteria capaian skor persepsi ideal menunjukkan bahwa terdapat 10,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori rendah, terdapat 80,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori sedang, dan hanya 10,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori tinggi. copyright@akademik-online, 2007
  • 2. 16 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iii MOTTO ......................................................................................... iv ABSTRAK .................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 D. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................... 5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6 B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 14 copyright@akademik-online, 2007
  • 3. 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 18 B. Jenis dan Variabel Penelitian .................................................... 18 C. Defenisi Operasional Variabel ................................................... 18 D. Populasi dan Sampel .................................................................. 19 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 20 F. Teknik Analisis Data ................................................................. 21 BAB IV. DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 23 B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 31 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 42 B. Saran .......................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44 copyright@akademik-online, 2007
  • 4. 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak diberlakukannya Association Free Trade Of ASEAN (AFTA) nampak perkembangan teknologi otomotif melaju pesat dan sarat kompetitif, baik dari aspek kuantitas terlebih pada aspek kualitas. Sebagai salah satu basis penyaluran produk dan layanan jasa dalam kancah pasar bersama ASEAN yang akan berjalan pada tahun 2010, Indonesia akan dibanjiri berbagai perusahaan industri otomotif dan tentunya akan berkompetisi dalam berbagai dimensi, seperti: manufacturing, pemasaran dan layanan jasa. Berhasil tidaknya suatu perusahaan industri dalam kompetisi global, selain mutu produk juga dapat dilihat dari kualitas layanan jasa yang ditawarkan. Pada kenyataannya, perusahaan-perusahaan otomotif, terutama yang bergerak pada layanan jasa bengkel kendaraan dan pengelolaannya dilakukan secara professional, yakni mereka bersaing untuk tampil memberi kepuasan terhadap pelanggan yang ada. Sedangkan kepuasan pelanggan senantiasa dipersepsi melalui kinerja atau unjuk kerja dan dedikasi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu, unjuk kerja yang baik dalam sebuah perusahaan sangat penting dilakukan dan aspek sumber daya manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama untuk mewujudkan hal tersebut. Ketatnya persaingan industri, mengakibatkan permintaan akan kualitas SDM semakin meningkat, sebab kualitas SDM akan berekses pada kinerja personil perusahaan. Kinerja yang baik akan dapat memberikan kepuasan layanan pada copyright@akademik-online, 2007
  • 5. 19 pelanggan. Semakin tinggi kepuasan konsumen, maka akan berpengaruh terhadap pertambahan jumlah konsumen atau peminat pengguna jasa perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas SDM merupakan tolok ukur eksisnya sebuah perusahaan saat sekarang ini. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, ada beberapa hal yang senantiasa menjadi objek evaluasi, antara lain: produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan pengembangan, serta kepemimpinan baik secara personal maupun secara kolektif. Sekaitan dengan hal tersebut, maka pendekatan manajemen sumber daya manusia (MSDM) menjadi hal utama bagi perusahaan yang maju dan berkembang dewasa ini. Pendekatan MSDM lahir dari pandangan bahwa SDM tidak hanya dilihat dari unsur produksi semata, tetapi juga dilihat dari personal atau individu yang memiliki emosi dan kepribadian aktif yang dapat menjadi kekuatan penggerak maju atau mundurnya sebuah perusahaan. Untuk mencapai kualitas SDM yang diharapkan, maka pengelolaan SDM melalui pelatihan dan pengembangan bagi tenaga kerja atau mekanik, baik secara formal, non-formal maupun in-formal telah menjadi program utama bagi perusahaan-perusahaan untuk tampil lebih maju. Sebagai salah satu industri otomotif terkemuka yang melayani tipe kendaraan jenis motor diesel, Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar memiliki perkembangan sangat pesat. Indikator perkembangannya dapat dilihat dari aspek kualitas layanan dengan indikator tingkat kepuasan pelanggan yang ada. Hasil penelitian Farid (2004) tentang profil kinerja pada Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar menggambarkan tingkat layanan bengkel terhadap pelanggan telah copyright@akademik-online, 2007
  • 6. 20 mencapai kategori sangat puas sebesar 36%, dan kategori puas sebesar 64% pada aspek mutu jasa. Sedangkan pada aspek personil perusahaan berada pada tingkat sangat puas sebesar 14% dan tingkat puas sebesar 86%. Hasil observasi yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2007, nampak adanya sistematika pelayanan pelanggan berjalan secara teratur sesuai keluhan yang diajukan, kedisiplinan kerja mekanik nampak begitu ketat. Mencermati kondisi tersebut, lebih jauh penulis mendeteksi mengenai kualifikasi personil yang ada. Berdasarkan dokumentasi bagian personalia bahwa modus mekanik dilihat dari jenjang pendidikan yaitu alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sederajat. Adapun perbandigan persentase antara alumnus Perguruan Tinggi dan SMK, yaitu 20% berbanding 80%. Namun demikian, pada jenjang pendidikan yang sama nampak adanya pembedaan posisi atau status pekerjaan, dimana keterangan yang didapatkan bahwa ada yang disebut mekanik tingkat I, tingkat II, dan tingkat III. Berdasarkan informasi yang diperoleh, disimpulkan bahwa posisi kerja mekanik bengkel Isuzu Makassar merupakan cerminan prestasi kerja yang dimiliki oleh mekanik itu sendiri. Sedangkan prestasi kerja senantiasa dinilai dari kontribusi kinerja SDM. Kualitas kinerja SDM tidak semata melalui jenjang pendidikan dan besar kecilnya insentif atau upah yang diperoleh dari perusahan, tetapi juga dilihat dari pencapaian hasil kerja yang didasari atas pengetahuan dan kemampuan skill atau keahlian yang dimiliki oleh personil yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan potensi personil, upaya peningkatan kinerja, disamping pelatihan saat orientasi mekanik baru, maka mekanik copyright@akademik-online, 2007
  • 7. 21 senantiasa diberikan pelatihan-pelatihan sesuai bidang kerja masing-masing. Dari sejumlah studi awal yang diperoleh, penulis tertarik untuk menelusuri dan mengkaji, lalu menggambarkan secara spesifik mengenai kinerja dan pelatihan peningkatan SDM mekanik bengkel Astra Internasional, terkhusus pada Isuzu Cabang Makassar. B. Rumusan Masalah Telah digambarkan sebelumnya tentang berbagai pokok pikiran berkenaan dengan konsep pengembangan perusahaan layanan jasa Otomotif, di antaranya Bengkel Astra Internasional –Isuzu Cabang Makassar melalui pelatihan peningkatan SDM guna meningkatkan kinerja mekanik, menyiratkan berbagai pertanyaan. Sehingga masalah yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran kinerja mekanik bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar ? 2. Bagaimanakah gambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar ? C. Tujuan Penelitian Dalam rangka menjawab pertanyaan yang dikemukakan pada rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran kinerja mekanik Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar. 2. Gambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar. copyright@akademik-online, 2007
  • 8. 22 D. Manfaat Penelitian Terkait dengan kesinambungan studi yang diajukan penulis, pertimbangan akan kebermanfaatan penelitian menjadi faktor utama. Karenanya, hasil atau output data penelitian akan dimanfaatkan sebagai : 1. Bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah, instansi atau perusahaan dalam pengelolaan SDM untuk tenaga kerja yang professional. 2. Bahan informasi bagi masyarakat atau konsumen layanan jasa, terutama pada layanan jasa bengkel otomotif. 3. Bahan referensi untuk pengembangan studi bagi peneliti selanjutnya. copyright@akademik-online, 2007
  • 9. 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja Mekanik Dalam kancah dunia yang semakin kompetitif, perusahaan-perusahaan membutuhkan kinerja tinggi. Darmawang (1997) mengemukakan bahwa peningkatan kinerja merupakan prasyarat kemajuan operasional sekaligus sebagai taraf peningkatan perusahaan atau industri. Selain itu, juga merupakan langkah untuk mempertahankan daya saing produk atau jasa yang ditawarkan. Senada dengan pendapat Ronald dalam Farid (2004) bahwa kinerja sebagai aspek yang dapat memberi gambaran tentang maju mundurnya sebuah perusahaan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan sebuah perusahaan yang pengelolaannya dilakukan secara professional, yakni tingkat kinerja SDM. a. Pengertian kinerja mekanik Hasil kerja sebagai hal utama dan bertalian erat dengan perusahaan atau industri apa saja, termasuk perusahaan jasa bengkel kendaraan. Pada bengkel kendaraan (mobil), mekanik sebagai subjek utama dalam pencapaian hasil kerja sebuah bengkel. Menurut Mangkuprawira (2004) bahwa manusia dan potensinya berupa sumber daya manusia adalah elemen utama dari keberhasilam dalam sebuah bisnis atau perusahaan. Sumber daya yang dimiliki berupa etos kerja, pengalaman, keterampilan, emosi, kejujuran, kesehatan, kepemimpinan dapat bergerak secara aktif dan optimal dalam mencapai sebuah hasil. copyright@akademik-online, 2007
  • 10. 24 Sekaitan dengan hasil kerja, Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa kerja merupakan pengorbanan jasa, jasmani, dan pikiran untuk menghasilkan barang atau jasa dengan memperoleh hasil tertentu atau produksi. Sementara itu, kinerja menurut Darmawang (1997) setidaknya terdapat tiga narasi utama, yaitu: (1) kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi perusahaan, (2) hasil penilaian kinerja dapat dijadikan ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu, dan (3) hasil penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai input atau masukan untuk perbaikan dan peningkatan hasil kerja di masa yang akan datang. Dari beberapa konsep tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja mekanik adalah hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas dalam layanan jasa bengkel yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan yang bermuara pada pencapaian standar kualitas dan kuantitas jasa yang ditetapkan. b. Dimensi kinerja mekanik Menurut Umar (2003) bahwa kinerja hendaknya dievaluasi setelah waktu tertentu, misalnya tiap bulan atau periode lain yang lebih pendek waktunya seperti setiap minggu, atau periode yang lebih lama, seperti setiap kuartal. Oleh karenya, untuk mengetahui kinerja, perlu dilakukan pengukuran menurut dimensi dan kriteria tertentu. Kinerja dapat diukur dengan membandingkan hasil yang ditunjukkan dengan standar yang ditentukan sebelumnya. Sedangkan standar untuk pengukuran kinerja diperlukan suatu dimensi sesuai dengan jenis penilaian. copyright@akademik-online, 2007
  • 11. 25 Lanjut dari pada itu, Umar (2003) menjelaskan bahwa dimensi yang dapat diukur berkenaan dengan kinerja, antara lain: kualitas pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap karyawan, kerjasama antar-karyawan, keandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggungjawab, dan pemanfaatan waktu. Tidak jauh beda dengan pendapat Hasibuan (2003) bahwa unsur yang dapat dinilai dalam kinerja, seperti: kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggungjawab. c. Penilaian kinerja mekanik Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa kinerja mekanik dapat diukur dengan membandingkan antara ketentuan yang berlaku pada prosedur kerja dalam pelayanan jasa bengkel dengan hasil yang telah dicapai. Dengan demikian, kiranya penting untuk menetapkan suatu kriteria dan standar yang membatasi setiap aspek kinerja yang akan diukur, sehingga tidak terjadi tumpang tindih pada proses pengukuran. Sekaitan dengan kepentingan ini, Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa “sebuah standar dapat dianggap sebagai pengukur yang ditetapkan, sesuatu yang harus diusahakan, sebuah model untuk diperbandingkan, suatu alat untuk membandingkan antara satu hal dengan hal lain”. Secara umum, standar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) tangible standard, yaitu standar yang dapat ditetapkan alat ukurnya, seperti: standar kuantitas (kg), kualitas (baik-buruk), waktu (detik, menit, jam, hari, dll.), penghasilan (rupiah per bulan), dan sebagainya. copyright@akademik-online, 2007
  • 12. 26 2) intangible standard, yaitu standar yang tidak dapat ditetapkan alat ukurnya, seperti: standar perilaku, kesetiaan, partisipasi, loyalitas, dedikasi, dan lain-lain. Seiring dengan ungkapan Mangkuprawira (2004) bahwa “penilaian seharusnya menciptakan gambaran akurat dari kinerja perorangan”. Sistem penilaian seharusnya terkait dengan pekerjaan dan praktis, termasuk standar, dan menggunakan kriteria-kriteria yang terukur. Dikatakan pula bahwa untuk kepentingan memenuhi keabsahan dan tingkat kepercayaan maka perlu menetapkan standar kinerja dan kinerja yang terukur serta terkait dengan objek-objek yang akan diukur. 1) Standar kinerja, yakni suatu kriteria yang mencerminkan seberapa jauh keberhasilan suatu pekerjaan yang telah dicapai. Untuk mencapai hal tersebut, standar hendaknya sesuai hasil yang akan dicapai dari suatu pekerjaan. 2) Kinerja terukur, yakni kriteria yang mensyaratkan adanya ukuran kinerja yang menyesuaikan rating antara aspek yang satu dengan aspek keterkaitan lainnya yang akan diukur, seperti pengukuran rating mekanik berdasarkan jenis pekerjaanya. d. Metode penilaian kinerja mekanik Pada prinsipnya, metode penilaian kinerja mekanik dapat digunakan dengan pendekatan yang berorienrasi masa lalu dan dan masa depan, Mangkuprawira (2004). Untuk kepentingan dalam studi ini, maka metode yang digunakan yaitu metode yang berorientasi masa lalau, artinya penilaian yang dilakukan beracuan pada fakta-fakta uraian pekerjaan yang sudah terjadi. Ini akan bermanfaat untuk umpan balik demi perbaikan kinerja kedepannya. copyright@akademik-online, 2007
  • 13. 27 2. Pelatihan peningkatan SDM Satu-satunya sumber daya perusahaan yang memiliki arti penting dalam perusahaan atau industri adalah karyawan. Menurut Istijanto (2005) bahwa aset ini memiliki kemampuan berkembang yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan, baik dalam jangka pendek, menengah maupun dalam jangka panjang. Berkenaan dengan kepentingan untuk mengembangkan perusahaan, maka pelatihan peningkatan sumber daya manusia (SDM) sangat penting untuk dilakukan. a. Pengertian pelatihan peningkatan SDM Berbagai gagasan mengenai pengembangan sumber daya manusia (SDM), dalam rangka memajukan suatu perusahaan atau industri adalah term atau istilah ‘pelatihan’ dan ‘pengembangan’ yang senantisa menjajadi topik ulasan. Sekaitan dengan penyeragaman pemahaman tentang konsep ‘pelatihan peningkatan SDM’, terutama yang berkenaan dengan karyawan bengkel atau mekanik, maka istilah tersebut di atas akan diurai dari beberapa pendapat. Memulai dari term atau istilah ‘pelatihan’, Edwin dalam Hasibuan (2003) mengungkapkan bahwa “training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job”, dimana pelatihan diartikan sebagai sebuah upaya peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatau pekerjaan tertentu. Dikutip pula pendapat Andrew F. Sikula yang mengemukakan bahwa : copyright@akademik-online, 2007
  • 14. 28 “Training is short term education process utilizing a systematic and organized procedure by which non-managerial personnel learn technical knowledge and skills for a definite purpose”. “Development, in reference to staffing and personnel matters, is a long term education process utilizing and systematic and organized procedure by which managerial personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose (Steinmetz)”. (Hasibuan , 2003:70). Senada dengan pendapat Mangkuprawira (2004) bahwa “pelatihan bagi karyawan merupakan proses pengajaran pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar”. Lanjut dari pada itu, dikatakan pula bahwa pelaksanaan pelatihan senantisa merujuk pada kebutuhan vocational atau keterampilan bekerja yang dapat digunakan dengan segera, sehingga manfaat operasional perusahaan dapat melaju dengan cepat. Sedangkan pengembangan memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Secara eksplisit pengembangan dimasukkan pada kategori pengembangan manajemen, organisasi, dan pengembangan individu kayawan, dimana penekanannya bukan pada pekerjaan kini dan mendatang, melainkan pada orientasi pemenuhan kebutuhan jangka panjang untuk eksisnya perusahaan. Dari deskripsi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu proses pendidikan dalam jangka pendek yang menekankan pada keterampilan teknis yang dibutuhkan pada saat sekarang. Sedangkan pengembangan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang untuk personil di bidang tertentu demi kelanjutan perusahaan atau organisasi yang diemban. copyright@akademik-online, 2007
  • 15. 29 Namun demikian, merujuk pada pengertian masing-masing istilah tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa integrasi pelaksanaan program ‘pelatihan’ dan ‘pengembangan’ SDM pada perusahaan akan bermakna jika keduanya terlaksana secara efektif. Inti dari program tersebut yakni bermuara pada keterampilan dan pengetahuan, tujuan utamanya adalah untuk peningkatan produktivitas atau tujuan perusahaan dan untuk meningkatkan promosi karir personil atau tujuan untuk karyawan. Oleh karena itu, implementasi program pelatihan dan pengembangan senantiasa dimasukkan kedalam struktur total dari program dalam dan program luar pekerjaan pokok karyawan. b. Tujuan Pelatihan Peningkatan SDM Tujuan merupakan pernyataan tentang kehendak terjadinya perubahan dari sebuah proses. Merujuk pada tujuan pelatihan peningkatan SDM, Michael R. Carrel dalam Mangkuprawira (2004) berpendapat bahwa maksud utama dari program pelatihan dan pengembangan, antara lain: memperbaiki kinerja, meningkatkan keterampilan karyawan, menghindari keusangan karyawan, memecahkan permasalahan, orientasi karyawan baru, persiapan promosi dan keberhasilan manajerial, dan memberi kepuasan kebutuhan pengembangan personal. Selain itu, dikutif pula pendapat Keith David dan Warther W.B. bahwa manfaat dari pada program pelatihan dan pengembangan, secara umum diklasifikasi kedalam 3 kategori, yaitu: (1) manfaat untuk personal, (2) manfaat untuk perusahaan, dan (3) manfaat untuk masyarakat atau hubungan sosial. copyright@akademik-online, 2007
  • 16. 30 Lanjut dari itu, Mangkuprawira (2004) mengungkapakan bahwa tujuan atau hasil dari pelatihan harus dapat diamati dan diukur, spesifik, dengan lamanya waktu pelatihan dan upaya pencapaiannya dapat dikelola dengan baik. Kesinambungan dari kinerja perusahaan oleh buah hasil kerja karyawan, maka keterkaitan antara input, output, outcome, dan inpact dari program pelatihan mesti terjalin secara efektif. c. Dimensi efektivitas pelatihan Sesuai dengan tujuan pelatihan yang diurai sebelumnya, maka komponen- komponen yang dapat diamati terkait dengan input, output, oucome, dan inpact dari program pelatihan karyawan, dicontohkan oleh Mangkuprawira (2004), sebagai berikut: 1) Dimensi input, meliputi: karyawan peserta pelatihan (jumlah, pengetahuan, dan motivasi belajar), bentuk dan materi pelatihan (isi dan mutu), tim pengelola (jumlah dan mutu), pelatih atau instruktur (jumlah dan mutu), waktu dan tempat (kenyamanannya), anggaran (kecukupannya), fasilitas lain (unsur pendukung). 2) Dimensi output, meliputi: jumlah kehadiran karyawan/peserta pelatihan, intensistas interaksi pelatihan, jumlah kehadiran pelatih, kepuasan karyawan dan pelatih serta pengelola. 3) Dimensi outcome, meliputi: peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan karyawan. 4) Dimensi inpact, meliputi: peningkatan kinerja karyawan, pengembangan karir karyawan, dan peningkatan kinerja perusahaan copyright@akademik-online, 2007
  • 17. 31 Menurut Umar (2003) bahwa untuk mengetahui tingkat efektifitas pelatihan maka ada 2 (dua) aspek yang senantisa menjadi penilaian, yaitu: aspek proses pelatihan dan aspek hasil pembelajaran. Untuk menilai masing-masing aspek yang ada, maka penting untuk menetapkan komponen-komponen yang melekat pada aspek tersebut. 1) Aspek proses, yakni fakta berupa reaksi peserta terhadap komponen-komponen yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan, seperti: fasilitas atau tempat pelatihan, bahan atau media pendukung pelatihan, materi pelatihan, instruktur, waktu pelatihan, metode pelatihan, dan biaya pelatihan. 2) Aspek hasil, yaitu nilai akhir pembelajaran yang diperoleh peserta setelah pelatihan yang ditetapkan oleh tim penilai atau instruktur, seperti: hasil post test peserta pelatihan. B. Kerangka Berpikir Pada perusahaan layanan jasa bengkel, seperti Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar, menjadikan mekanik sebagai aset utama dalam mempertahankan dan meningkatkan daya saing serta operasional perusahaan untuk eksis di masa kini dan akan datang. Keadaan seperti ini, membuat orientasi perusahaan bengkel berada pada dua arah, di satu sisi ia harus mencapai target hasil kerja, di sisi lain ia harus meningkatkan kualitas SDM mekanik sebagai konsekwensi adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. copyright@akademik-online, 2007
  • 18. 32 Pada keadaan seperti ini, mekanik senantiasa berupaya menampilkan unjuk kerja yang didasari pada standard kualitas melalui keahlian atau keterampilan personal yang dimiliki seorang mekanik, karena selain kepentingan prestasi untuk mekanik, juga mengikut kepentingan jasa demi kemajuan operasional bengkel. Oleh sebab itu, prestasi kerja dan kualitas jasa yang dicapai telah menjadi indikator tingkat kinerja seorang mekanik. Kinerja mekanik yang tinggi, secara langsung meningkatkan penghasilan bengkel yang dinyatakan sebagai jasa layanan bengkel dan secara timbal balik mekanik akan mendapatkan pengakuan yang dinyatakan sebagai prestasi kerja mekanik. Untuk memacu tingkat kinerja mekanik, maka kebijakan pengembangan SDM telah menjadi pilihan penting dan dilakukan secara sinergis dengan kebutuhan kebutuhan mekanik maupun perusahaan. Salah satu bentuk kebijakan pengembangan yang dilakukan perusahaan adalah mengadakan pelatihan-pelatihan bagi mekanik. Pelatihan bukan hanya ditujukan pada saat orientasi mekanik baru, tetapi juga kepada mereka yang sudah lama bekerja, terutama kepada mereka yang akan dipromosi untuk menduduki posisi jabatan tertentu. Di sini pelatihan dimaknai sebagai proses investasi, bukan hanya ditujukan pada individu mekanik tetapi juga untuk kemajuan perusahaan dimasa akan datang. Implementasi pelatihan yang dilakukan perusahaan dapat beraneka ragam, seperti mengirim mekanik untuk mengikuti latihan khusus atau spesialis (workshop) di luar perusahaan, ataupun pelatihan yang dilakukan di dalam perusahaan bengkel sendiri (in house training). Bagaimanapun bentuk pelaksanaannya, pelibatan akan copyright@akademik-online, 2007
  • 19. 33 berbagai unsur, seperti: materi, sarana atau tempat, alat bantu, instruktur, waktu dan metode pelatihan telah menjadi persyaratan pelaksanaan pelatihan. Sebab, semua unsur tersebut sangat menentukan pencapaian output pelatihan yang diinginkan. Untuk mencapai orientasi pelatihan yang dimaksud, ada beberapa aspek yang menjadi indikator, antara lain: indikator proses dan indikator hasil. Indikator proses menyangkut kesiapan masing-masing subjek untuk berinteraksi satu sama lain (antara peserta atau mekanik dengan pemateri atau instruktur) secara efektif mengenai objek (materi) yang disuguhkan. Sedangkan indikator hasil menyangkut jumlah pengetahuan dan keterampilan atau keahlian yang dimiliki peserta atau mekanik melalui pelaksanaan pelatihan itu sendiri. Ini dideteksi melalui penilaian mekanik setelah mengikuti pelatihan. Dari pokok-pokok pikiran yang telah diurai di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa untuk melihat perkembangan perusahaan bengkel, maka aspek kinerja dan aspek kualitas SDM mekanik telah menjadi objek penilaian. Berlandas itu pula, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji dan menggambarkan lebih jauh kedua aspek tersebut dalam upaya studi ilmiah akan pengembangan sumber daya otomotif pada industri, terkhusus pada Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar. Adapun bagan kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1. copyright@akademik-online, 2007
  • 20. 34 Bengkel Astra Internasional Tujuan Usaha: Target Bengkel Target Mekanik Kebijakan Mekanik Peningkatan SDM Bengkel Implementasi Implementasi Prosedur Kerja Pelatihan Mekanik Output Pelatihan: Objektif Kinerja Indikator Proses Aspek Kualitas Indikator Hasil Aspek Personil ANALISIS KESIMPULAN Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir copyright@akademik-online, 2007
  • 21. 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian` Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2007 dan berlokasi di Bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar. B. Jenis dan Variabel Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan format penyajian dan model analisis yang digunakan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Bungin, 2001), di mana hasil penelitian digambarkan secara ringkas menurut keadaan variabel yang ditelusuri. 2. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang menjadi objek penelusuran terdiri dari 2 (dua), yaitu: gambaran kinerja dan gambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar. C. Definisi Operasional Penelitian Secara operasional variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Kinerja mekanik adalah kemampuan kerja pada bengkel kendaraan sesuai dengan standar kerja yang ditinjau berdasarkan aspek kualitas layanan terhadap konsumen, dengan indikator : (1) Aspek kualitas kerja ditinjau dari : kesesuaian copyright@akademik-online, 2007
  • 22. 36 prosedur kerja, persiapan alat dan bahan sebelum bekerja, ketepatan diagnosis, ketepatan penggunaan SST, ketepatan perbaikan atau penyetelan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. (2) Aspek kepribadian mekanik ditinjau dari perilaku mekanik dalam bekerja, seperti: motivasi kerja, kemandirian atau inisiatif kerja, tanggungjawab kerja, dan kesiapan lembur. b. Pelatihan peningkatan SDM mekanik merupakan suatu proses pendidikan dalam waktu tertentu yang menekankan pada keterampilan teknis yang dibutuhkan pada pekerjaan bengkel yang diemban seorang mekanik, dengan indikator : (1) Indikator proses merupakan suatu fakta yang dialami mekanik menyangkut sejumlah unsur yang terkait dengan kegiatan pelatihan, yakni menyangkut ketatalaksanaan, kepesertaan, tujuan, materi, pemateri, sarana dan alat Bantu, serta system evaluasi. (2) Indikator hasil pelatihan merupakan suatu bentuk capaian yang diperoleh mekanik setelah mengikuti pelatihan, yaitu perolehan kesempatan promosi karier, perolehan penghargaan, dan perolehan jaminan kerja. D. Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2002) bahwa populasi yang jumlahnya kurang dari 100, sebaiknya diambil semua sebagai subjek atau sampel, dengan demikian penelitian seperti ini disebut juga sebagai penelitian populasi. Adapun mekanik tetap pada Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar pada tahun 2007 sesuai dokumen dari bagian personalia yakni berjumlah 10 orang. Berdasarkan jenjang pendidikan formal, terdiri dari 2 orang alumnus perguruan tinggi dan 8 orang alumnus SMK atau STM. copyright@akademik-online, 2007
  • 23. 37 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Teknik observasi yang digunakan dalam pengumpulan data, yakni dengan menggunakan lembaran checklist item pekerjaan yang dilakukan sebanyak 3 kali tiap objek ukur atau item pekerjaan. Item-item pekerjaan beserta indikator penilaiannya telah divalidasi oleh dosen pembimbing dan kepala bengkel Astra Internasional – Isuzu Cabang Makassar. Adapun item-item pekerjaan yang telah diselidiki adalah : a. Persiapan alat dan bahan sebelum kerja b. Ketepatan diagnosis c. Ketepatan penggunaan SST d. Kesesuaian prosedur kerja e. Ketepatan perbaikan atau penyetelan f. Kesesuaian pemanfaatan waktu g. Motivasi kerja h. Kemandirian atau inisiatif kerja i. Tanggungjawab kerja j. Kesiapan lembur 2. Angket Sebagai alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur reaksi mekanik terhadap komponen-komponen yang terkait saat mengikuti pelatihan, maka angket yang digunakan bersifat inventory, sehingga tidak mesti dilakukan uji instrumen. Angket yang dibuat disusun dalam bentuk skala likert, di mana setiap butir terdapat copyright@akademik-online, 2007
  • 24. 38 empat option menu yang diberi skor dan bobot antara 4 sampai 1 untuk pertanyaan atau pernyataan positif dan sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan negatif, option menu diberi skor dan bobot antara 1 sampai 4. F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, data yang terkumpul telah dianalisis dengan pendekatan analisis statistik deskriptif guna menggambarkan sifat-sifat dan kecenderungan data. Adapun bentuk kecederungan data yang digambarkan, antara lain: nilai minimum dan maksimum; rerata dan total skor; dan simpangan baku. Selain itu, juga disajikan persebaran data dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik. Untuk memudahkan proses analisis data, maka digunakan bantuan program SPSS 12.0 for Windows. Untuk mengidentifikasi kecenderungan data, baik pada aspek kinerja maupun aspek pelatihan peningkatan SDM mekanik, maka digunakan skor rata-rata ideal dari keseluruhan subjek observasi untuk setiap aspek yang akan diselidiki. Dari harga rata-rata tersebut dapat dikategorikan kecenderungannya menjadi empat kategori dengan ketentuan sebagai berikut : (Mi + 1,5 SD) – ke atas = Tinggi Mi sampai dengan (Mi + 1,5 SDi) = Sedang (Mi – 1,5 SDi) sampai dengan Mi = Rendah (Mi – 1,5 SDi) – ke bawah = Sangat Rendah Dimana: Mi = ½ (skor maksimum + skor minimum) SDi = 1 (skor maksimum – skor minimum), Situmorang (Rusmin, 2005). 6 copyright@akademik-online, 2007
  • 25. 39 Berdasarkan ketentuan capaian skor nilai tersebut di atas, setelah diadaptasi dengan instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan, maka dapat diperoleh kriteria penentuan kecenderungan objek analisis seperti pada tabel 1. Tabel 1. Kriteria kategorisasi perolehan skor tiap aspek Kriteria Aspek Kinerja Aspek Pelatihan Nilai tertinggi 40 76 Nilai terendah 10 19 Rata-rata ideal (Mi) 25 47,5 Standar deviasi ideal (SDi) 5 9,5 1,5 SDi 7,5 14,25   Dari ketentuan pada tabel 1 tersebut di atas, setelah dikonsultasi dengan persamaan kategorisasi capaian skor yang dibuat Situmorang dalam Rusmin (2005), maka diperoleh batas capaian skor berdasarkan kategori masing-masing aspek penilaian seperti pada tabel 2. Tabel 2. Kategorisasi perolehan skor berdasarkan aspek penilaian Kategori Aspek Kinerja Aspek Pelatihan Tinggi > 32,50 > 61,75 Cukup 25,00 – 32,50 47,50 – 61,75 Rendah 17,50 – 24,50 33,25 – 47,49 Sangat Rendah < 17,50 < 33,25   copyright@akademik-online, 2007
  • 26. 40 BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi mekanik menurut Indentitas Mekanik bengkel Isuzu Cabang Makassar secara keseluruhan berjumlah 10 orang. Dari 10 mekanik yang ada, telah dilakukan penyajian dalam bentuk tabulasi frekuansi yaitu mekanik berdasarkan usia, dan jenjang pendidikan. Berdasarkan usia mekanik, seperti yang dimuat pada tabel 3 menunjukkan bahwa usia mekanik terdiri dari 25 sampai dengan 31 tahun. Tabel 3. Mekanik berdasarkan Usia No. Usia Mekanik Frekuensi Persentase 1 31 Tahun 1 10,0 2 29 Tahun 1 10,0 3 28 Tahun 2 20,0 4 27 Tahun 1 10,0 5 26 Tahun 1 10,0 6 25 Tahun 4 40,0 Total 10 100,0 Dari tabel frekuensi usia mekanik tersebut di atas dikatakan bahwa usia 25 tahun terdapat 4 orang (40%), usia 28 tahun 2 orang (20%). Sedangkan usia 26, 27, 29 dan 31 tahun masing-masing 1 orang (10%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. copyright@akademik-online, 2007
  • 27. 41 50% 40% 30% 20% 10% 0% 31 Tahun 29 Tahun 28 Tahun 27 Tahun 26 Tahun 25 Tahun Gambar 2. Mekanik berdasarkan Usia Selanjutnya, mekanik berdasarkan jenjang pendidikan terakhir sebagaimana table 4 dikelompokkan menjadi 2, yaitu alumnus Sekolah Menengah Kejujuruan (SMK/sederajat) dan alumnus perguruan tinggi. Tabel 4. Mekanik berdasarkan Jenjang Pendidikan No. Pendidikan Frekuensi Persentase 1 SMK 8 80,0 2 P. Tinggi 2 20,0 Total 10 100,0 Pada tabel 4 tersebut di atas menunjukkan bahwa alumnus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/sederajat) sebanyak 8 orang (80%) dan alumnus perguruan tinggi terdapat 2 orang (20%). Untuk itu, mekanik berdasarkan janjang pendidikan terakhir dapat dilukiskan seperti pada gambar 3. copyright@akademik-online, 2007
  • 28. 42 100% 80% 60% 40% 20% 0% SMK P. Tinggi Gambar 3. Mekanik berdasarkan Jenjang Pendidikan 2. Deskripsi Kinerja Mekanik Sebagaimana pada pemaparan sebelumnya bahwa penggambaran kinerja mekanik, di sini akan dilihat dari segi kualitas dan kepribadian mekanik dalam bekerja dengan indikator: persiapan alat dan bahan, ketepatan diagnosis, ketepatan penggunaan specification standard tools (SST), kesesuaian prosedur kerja, penyetelan atau perbaikan, ketepatan waktu kerja, motivasi kerja, inisiatif atau kemandirian, tanggungjawab, dan kesiapan lembur mekanik. Pada proses pengumpulan data kinerja mekanik telah dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali pada tiap objek penilaian atau uraian pekerjaan, sehingga skor kinerja yang diakumulasi yaitu nilai rerata perolehan mekanik selama 3 kali pengamatan. Adapun rerata capaian skor kinerja mekanik pada tiap item atau uraian pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5 berikut : copyright@akademik-online, 2007
  • 29. 43 Tabel 5. Skor Kinerja Mekanik Berdasarkan Uraian Pekerjaan Uraian Perolehan Skor Kinerja Tiap Mekanik No. Pekerjaan A B C D E F G H I J Persiapan Alat 1 2,7 4,0 3,0 3,3 2,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 & Bahan Ketepatan 2 3,7 3,7 3,3 3,7 2,7 3,7 3,7 3,7 3,7 3,7 Diagnosis Penggunaan 3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,0 3,0 2,0 3,0 2,0 SST Kesesuaian 4 2,3 3,0 2,3 2,3 2,3 4,0 2,7 1,7 4,0 1,7 Prosedur Kerja Penyetelan atau 5 2,7 3,3 2,7 3,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 Perbaikan Ketepatan 6 3,3 3,3 3,0 3,3 2,7 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 Waktu Kerja Motivasi dalam 7 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,0 3,0 2,0 3,0 2,0 Kerja Inisiatif dalam 8 3,7 3,7 3,7 3,7 3,7 4,0 3,3 2,3 4,0 2,3 Kerja Tanggung 9 2,7 2,3 3,0 2,7 2,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 Jawab Kerja Kesiapan 10 4,0 3,0 3,3 4,0 2,0 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 Lembur Total Perolehan 31,7 33,0 31,0 33,0 27,3 30,3 28,3 24,3 30,3 24,3 Skor Kinerja Sumber : Hasil olah data kinerja mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar, 2007. Keterangan : A, B, C, …, J adalah Kode Mekanik. Selanjutnya, untuk menjelaskan kecenderungan-kecenderungan tingkat kinerja yang ada, maka total perolehan skor kinerja pada tabel 5 tersebut di atas dibuat tabulasi kategori berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Adapun distribusi frekuensi kategori tingkat kinerja berdasarkan kriteria capaian skor yang ada sebagaimana pada tabel 6. copyright@akademik-online, 2007
  • 30. 44 Tabel 6. Frekuensi Kategori Tingkat Kinerja berdasarkan Kriteria Skor No Kriteria Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 > 32,50 Tinggi 2 20,0% 2 25,00 – 32,50 Sedang 6 60,0% 3 17,50 – 24,50 Rendah 2 20,0% 4 < 17,50 Sangat Rendah 0 0,0% Total 10 100,0% Sumber : Hasil olah data kinerja pada tabel 5 berdasarkan tabel 1 dan 2. Berdasarkan sajian data pada tabel 6 ditunjukkan bahwa tingkat kinerja mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar berada pada kategori “rendah” sebesar 20,0%, kategori “sedang” sebesar 60,0%, dan kategori “tinggi” sebesar 20,0%. Adapun kecenderungan secara grafis dapat dilihat pada gambar 4 berikut : 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Gambar 4. Kategori tingkat kinerja mekanik 3. Deskripsi Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik copyright@akademik-online, 2007
  • 31. 45 Dalam penggambaran pelatihan peningkatan SDM mekanik, telah diselidiki baik dari aspek proses maupun aspek hasil yang dicapai mekanik setelah mengikuti pelatihan. Adapun aspek proses terdiri dari 16 indikator, yaitu : Pelaksanaan; Keikutsertaan; Kesinambungan/keteraturan; Jenjang pelatihan; Penyampaian tujuan; Kesesuaian tujuan dgn materi; Kesesuaian materi dengan pekerjaan; Kejelasan materi; Kemampuan pelatih; Semangat peserta; Partisipasi peserta; Pemanfaatan waktu belajar; Kenyamanan suasana dan tempat; Kesesuaian alat-alat dan bahan; Pemberian tugas; dan Sistem evaluasi. Sedangkan pada aspek hasil pelatihan terdapat 3 indikator, yaitu : Perolehan award; Kesempatan promosi; dan Jaminan kerja. Sementara itu, instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan sistem inventory terdiri dari butir-butir pertanyaan dan atau pernyataan yang disusun secara likert. Adapun perolehan skor pelatihan disajikan pada tabel 7 yang dimuat secara akumulatif masing-masing responden atau mekanik yang ada. Tabel 7. Skor Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik pada Tiap Indikator Indikator Perolehan Skor Pelatihan Tiap Mekanik No. Pelatihan A B C D E F G H I J Intensitas 1 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 3,0 Pelaksanaan Keikutsertaan 2 4,0 4,0 4,0 2,0 2,0 2,0 4,0 4,0 2,0 3,0 mekanik Kesinambungan 3 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 1,0 dan keteraturan Jenjang 4 2,0 2,0 3,0 2,0 3,0 2,0 2,0 3,0 2,0 3,0 pelatihan Perolehan 5 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 1,0 award 6 Kesempatan 2,0 4,0 2,0 4,0 2,0 2,0 2,0 3,0 3,0 2,0 copyright@akademik-online, 2007
  • 32. 46 promosi Jaminan 7 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 1,0 pekerjaan Penyampaian 8 3,0 3,0 2,0 3,0 2,0 3,0 4,0 2,0 4,0 2,0 tujuan Kesesuaian 9 tujuan dgn 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 1,0 materi Kesesuaian 10 3,0 4,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 4,0 3,0 3,0 materi dgn job Kejelasan 11 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 1,0 materi Kemampuan 12 3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 4,0 3,0 pelatih Semangat 13 3,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 1,0 peserta Partisipasi 14 3,0 2,0 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 2,0 peserta Pemanfaatan 15 3,0 2,0 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 2,0 4,0 3,0 waktu belajar Kenyamanan 16 4,0 3,0 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 suasana, tempat Kesesuaian alat 17 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 4,0 & bahan Pemberian 18 4,0 2,0 2,0 3,0 4,0 4,0 3,0 2,0 4,0 3,0 tugas Sistem evaluasi 19 4,0 3,0 2,0 3,0 4,0 4,0 3,0 2,0 3,0 3,0 digunakan Total Perolehan 59,0 49,0 52,0 63,0 59,0 57,0 57,0 55,0 54,0 43,0 Skor Pelatihan Sumber : Hasil olah data pelatihan mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar, 2007. Keterangan : A, B, C, …, J adalah Kode Mekanik. Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, maka penggambaran kecenderungan mengenai pelatihan peningkatan SDM mekanik dilakukan dengan mengakumulasi perolehan skor dan selanjutnya dibuat tabulasi kategori berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun distribusi frekuensi kategori tingkat pelatihan copyright@akademik-online, 2007
  • 33. 47 SDM menaknik berdasarkan kriteria capaian skor yang dibuat sebagaimana pada tabel 8. Tabel 8. Frekuensi Kategori Tingkat Pelatihan SDM Mekanik menurut Kriteria Skor No. Kriteria Kategori Frekuensi Persentase 1 > 61,75 Tinggi 1 10,0% 2 47,50 – 61,75 Sedang 8 80,0% 3 33,25 – 47,49 Rendah 1 10,0% 4 < 33,25 Sangat Rendah 0 0,0% Total 10 100,0% Sumber: Hasil olah data pelatihan mekanik pada tabel 7 berdasarkan tabel 2. Hasil distribusi frekuensi kategori tingkat pelatihan SDM mekanik, seperti yang dimuat pada tabel 8 tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat pelatihan SDM mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar berada pada sebaran kategori “rendah” sebesar 10,0%, kategori “sedang” sebesar 80,0%, dan kategori “tinggi” sebesar 10,0%. Selanjutnya, penggambaran secara grafis tentang kategori tingkat pelatihan SDM mekanik ditunjukkan pada gambar 6 berikut : copyright@akademik-online, 2007
  • 34. 48 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Gambar 5. Kategori tingkat pelatihan SDM mekanik B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kinerja Mekanik Bengkel Izusu Cabang Makassar Aspek kinerja mekanik pada Bengkel Astra Internasional, khususnya pada Bengkel Izusu Cabang Makassar telah dilakukan penelusuran dan analisis kecenderungan melibatkan 10 item pekerjaan sebagai indikator penilaian yaitu : Pertama, persiapan alat dan bahan. Persiapan alat dan bahan dalam pekerjaan bengkel merupakan hal penting dilakukan sebelum bekerja. Baik tidaknya persiapan alat dan bahan yang dilakukan akan berdampak pada efektivitas dan kualitas kerja yang dilakukan mekanik. Dari hasil analisis menunjukkan rata-rata pencapaian skor persiapan alat dan bahan yaitu 2,88 dari total skor 28,8 dengan standar deviasi 0,47 dan perolehan skor maksimum yaitu 4,0 serta skor minimum 2,3. copyright@akademik-online, 2007
  • 35. 49 Kedua, ketepatan diagnosis. Dalam layanan bengkel kendaraan, pekerjaan diagnosis bagi mekanik merupakan langkah awal sebelum pembongkaan part atau komponen kendaraan yang akan diperbaiki. Hal ini dilakukan dalam upaya menghindari pengerjaan perbaikan atau penyetelan yang sia-sia, disamping menghindari tambahan kerusakan akibat kesalahan pengerjaan. Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan rata-rata pencapaian skor diagnosis yaitu 3,56 dari total skor 35,60 dengan standar deviasi 0,33 dan perolehan skor maksimum yaitu 3,7 serta skor minimum 2,7. Ketiga, ketepatan penggunaan SST. Specification Standard Tools (SST) merupakan suatu jenis alat yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan khusus yang memiliki spesifikasi standar dari pabrik. Ketepatan penggunaan SST dalam pekerjaan bengkel, terutama pada bengkel dialer resmi, menjadi penting dilakukan demi pencapaian kualitas standar yang ditetapkan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan rata-rata pencapaian skor ketepatan penggunaan SST yaitu 2,95 dari total skor 29,5 dengan standar deviasi 0,52. Sedangkan perolehan skor maksimum yaitu 3,3 dan skor minimum 2,0. Keempat, kesesuaian prosedur kerja. Setiap pekerjaan membutuhkan prosedur atau tata cara dalam penyelesaiannya. Hal demikian untuk lebih sistematis dan teraturnya proses pengerjaan. Kesesuaian prosedur dalam pengerjaan di bengkel kendaraan, menjadi penting dilakukan demi menghindari terjadi tumpang tindih pekerjaan atau kesalahan dalam melayani konsumen. Berdasarkan hasil analisis copyright@akademik-online, 2007
  • 36. 50 deskriptif telah diperoleh rata-rata pencapaian skor prosedur kerja yaitu 2,63 dari total skor 26,3 dengan standar deviasi 0,82. Kelima, ketepatan penyetelan atau perbaikan. Pada pelayanan bengkel kendaraan, pekerjaan penyetelan atau perbaikan sebagai aktivitas utama bagi mekanik. Ketepatan penyetelan atau perbaikan mutlak menjadi indikator kesuksesan layanan yang diberikan. Hal demikian ditunjukkan pada hasil kerja yang dilakukan mekanik, apakah terjadi perubahan yang lebih baik atau malah justru tambah buruk setelah dilakukan penyetelan. Ketepatan penyetelan atau perbaikan dalam pengerjaan kerusakan kendaraan menjadi penting dilakukan demi memuaskan pelanggan, disamping efektivitas operasional bengkel. Dari hasil analisis deskriptif telah diperoleh rerata pencapaian skor ketepatan penyetelan atau perbaikan kendaraan yaitu 2,82 dari total skor 28,2 dengan standar deviasi 0,25. Adapun capaian skor maksimum yaitu 3,3 dan skor minimum 2,7. Keenam, ketepatan penggunaan waktu. Waktu kerja merupakan hal utama yang berkenaan dengan produtivitas seorang mekanik bengkel. Semakain efektif waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, maka peluang untuk meraih jumlah pekerjaan akan lebih banyak pula, disamping tidak membuat pekerjaan jadi menumpuk yang pada akhirnya membuat pelanggan harus menunggu lama. Hal ini juga terkait dengan kualitas dan kepuasan layanan terhadap pelanggan. Hasil analisis data perolehan observasi menunjukkan bahwa rata-rata pencapaian skor ketepatan waktu kerja mekanik yaitu 2,71 dan total skor 27,1 dengan standar deviasi 0,47. Adapun skor maksimum yang dicapai yaitu 3,3 dan skor minimum 2,3. copyright@akademik-online, 2007
  • 37. 51 Ketujuh, motivasi mekanik dalam bekerja. Motivasi kerja sebagai salah satu faktor dalam meningkatkan produktivitas kerja mekanik. Dari hasil observasi yang dilakukan, skor motivasi kerja telah diperoleh nilai rerata 2,95 dari total skor 29,5 dan standar deviasi 0,52. Perolehan skor minimum yaitu 2,0 dan skor maksimum yaitu 3,3. Kedelapan, kemandirian atau inisiatif kerja, merupakan perilaku mekanik dalam bekerja yang dilihat dari kemampuan dalam menentukan atau memilih komponen atau alat yang digunakan dalam bekerja. Dari hasil observasi yang dilakukan, rerata skor inisiatif kerja yang diperoleh mekanik, yaitu 3,43 dari total skor 103,0 dan jumlah observasi 10. Perolehan skor minimum yaitu 1,0 dan skor maksimum yaitu 4,0. Sedangkan simpangan baku standar yang diperoleh 0,62. Kesembilan, tanggung jawab kerja. Tanggung jawab mekanik dalam bekerja dilihat dari perilaku atau sikap mekanik dalam menghadapi atau merespon kondisi kerja yang tidak benar atau tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dari hasil observasi yang dilakukan, skor tanggungjawab kerja telah diperoleh nilai rerata 2,6 dari total skor 79,0 dan jumlah observasi 10. Perolehan skor minimum yaitu 2,0 dan skor maksimum yaitu 3,0 dengan simpangan baku standar 0,49. Kesepuluh, kesiapan untuk keja lembur. Kesiapan lembur merupakan sikap mekanik yang dilihat dari kesediaan untuk menyisihkan waktu kerja pada bengkel di luar jam kerja standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, skor kesiapan lembur telah diperoleh nilai rerata 2,5 dari total skor 75,0 dan jumlah observasi 10. Perolehan skor minimum yaitu 1,0 dan skor maksimum yaitu 4,0 dengan simpangan baku standar 1,28. copyright@akademik-online, 2007
  • 38. 52 2. Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik Pada pelatihan peningkatan SDM mekanik, terdapat 19 item yang berkenaan dengan efektifitas proses dan kualitas hasil pelatihan peningkatan SDM mekanik, telah menjadi objek analisis sekaligus sebagai parameter tingkat pelatihan SDM mekanik yang ada, yaitu : Pertama, intensitas pelaksanaan pelatihan. Dari hasil analisis deskriptif telah diperoleh rerata skor pelaksanaan pelatihan yaitu 2,9, skor minimum 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 29, simpangan baku 0,57. Sementara capaian frekuensi kategori persepsi terhadap intesitas pelaksanaan pelatihan, yaitu 2 orang (20,0%) mengatakan “ya, kadang- kadang”, 7 orang (70,0%) mengatakan “ya, sering”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “ya, selalu”. Kedua, keikutsertaan mekanik dalam pelatihan. Pada analisis butir 2 ditunjukkan bahwa rerata skor keikutsertaan mekanik dalam pelatihan mencapai 3,1, skor minimum 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 31, simpangan baku 0,99. Adapun sebaran kategori persepsi terhadap keikutsertaan mekanik pada pelatihan peningkatan SDM berdasarkan kategori jawaban yang diberikan yaitu 4 orang (40,0%) mengatakan “kadang-kadang”, 1 orang (10,0%) mengatakan “sering”, dan 5 orang (50,0%) mengatakan “selalu”. Ketiga, kesinambungan atau keteraturan pelatihan. Kesinambungan atau keteraturan peserta pada pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu copyright@akademik-online, 2007
  • 39. 53 2,8, di mana skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 28, simpangan baku 0,79. Kesinambungan pelaksanaan pelatihan berdasarkan tabulasi frekuensi kategori yaitu 1 orang (10,0%) mengatakan “tidak teratur, tidak sesuai jabatan, tidak sesuai job”, 1 orang (10,0%) mengatakan “teratur, tidak sesuai jabatan, tidak sesuai job”, 7 orang (70,0%) mengatakan “teratur, sesuai jabatan, tidak sesuai job”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “teratur, sesuai jabatan, sesuai job”. Keempat, jenjang pelatihan yang diikuti. Jenjang pelatihan yang terakhir diikuti mekanik menunjukkan rerata skor yaitu 2,4, di mana skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 3,0 dengan total capaian skor responden yaitu 24, simpangan baku 0,79. Jenjang pelatihan yang telah diikuti mekanik berdasarkan tabulasi frekuensi kategori pada tabel 18 tersebut di atas menunjukkan bahwa 6 orang (60,0%) telah mengikuti pelatihan mekanik dasar II, 4 orang (40,%) telah mengikuti pelatihan mekanik dasar III. Kelima, peluang promosi karier. Peluang promosi karier mekanik telah diperoleh rerata skor yaitu 2,8, dimana skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 28, simpangan baku 0,79. Sementara, peluang promosi karier yang diperoleh mekanik melalui pelatihan berdasarkan tabulasi frekuensi kategori pada tabel 31 yaitu 1 orang (10,0%) mengatakan “tidak berpeluang”, 1 orang (10,%) mengatakan “kurang berpeluang”, 7 copyright@akademik-online, 2007
  • 40. 54 orang (70,0%) mengatakan “berpeluang”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat berpeluang”. Keenam, perolehan penghargaan. Perolehan penghargaan melalui pelaksanaan pelatihan menunjukkan rerata skor perolehan yaitu 2,6, skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0, total capaian skor responden yaitu 26, simpangan baku 0,84. Berdasarkan tabulasi frekuensi kategori perolehan penghargaan setelah mengikuti pelatihan menunjukkan bahwa 6 orang (60,0%) mengatakan “kadang-kadang”, 2 orang (20,%) mengatakan “sering”, dan 2 orang (20,0%) mengatakan “selalu”. Ketujuh, perolehan jaminan kerja. Perolehan jaminan kerja yang dipersepsi mekanik menunjukkan rerata 2,7, dimana skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 27, simpangan baku 0,82. Digambarkan pula bahwa perolehan jaminan kerja melalui pelatihan peningkatan SDM mekanik berada pada kategori “jabatan tetap, upah tidak memuaskan, tidak menjamin masa depan” yaitu 1 orang (10,0%), 2 orang (20,0%) mengatakan “jabatan lebih baik, upah tidak memuaskan, tidak menjamin masa depan”, 6 orang (60,%) mengatakan “jabatan lebih baik, upah memuaskan, tidak menjamin masa depan”, 1 orang (10,0%) mengatakan “jabatan lebih baik, upah memuaskan, menjamin masa depan”. Kedelapan, kejelasan tujuan. Penyampaian tujuan pelatihan kepada peserta di awal sesi pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,8, di mana skor copyright@akademik-online, 2007
  • 41. 55 minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 28, simpangan baku 0,79. Adapun jawaban responden tersebar berdasarkan tabulasi frekuensi kategori pada tabel 19 yaitu 4 orang (40,0%) mengatakan “kurang jelas”, 4 orang (40,0%) mengatakan “jelas”, dan 2 orang (20,0%) mengatakan “sangat jelas. Kesembilan, kesesuaian antara tujuan dengan materi. Kesesuaian antara tujuan yang telah disampaikan dengan materi pelatihan yang diberikan kepada mekanik saat mengikuti pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,7, minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 27, simpangan baku 0,82. Adapun sebaran kategori jawaban responden menunjukkan bahwa 1 orang (10,0%) mengatakan “tidak sesuai”, 2 orang (20,%) mengatakan “kurang sesuai”, 6 orang (60,0%) mengatakan “sesuai”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat sesuai”. Kesepuluh, kesesuaian materi dengan pekerjaan. Kesesuaian antara materi dengan pekerjaan mekanik berdasarkan olah deskriptif menunjukkan rerata skor yaitu 3,2, skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 32, simpangan baku 0,63. Persepsi responden digambarkan bahwa kesesuaian antara materi pelatihan dengan pekerjaan mekanik di bengkel yaitu 1 orang (10,0%) mengatakan “kurang sesuai”, 6 orang (60,%) mengatakan “sesuai”, dan 3 orang (10,0%) mengatakan “sangat sesuai”. copyright@akademik-online, 2007
  • 42. 56 Kesebelas, kejelasan materi. Kejelasan materi bagi peserta saat mengikuti pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,6. Skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 26, simpangan baku 0,84. Adapun kategori jawaban responden tersebar berdasarkan capaian frekuensi kategori yang menunjukkan bahwa 1 orang (10,0%) mengatakan “tidak jelas”, 1 orang (10,%) mengatakan “kurang jelas”, 7 orang (70,0%) mengatakan “jelas”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat jelas”. Keduabelas, kemampuan instruktur. Kemampuan instruktur atau pemateri dalam menyampaikan materi, berdasarkan anlisis deskrptif mencapai rerata skor yaitu 3,3, skor minimum yang dicapai 3,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 33, simpangan baku 0,48. Selanjutnya, sebaran kategori jawaban responden menunjukkan bahwa kemampuan instruktur atau pemateri dalam menyampaikan materi pelatihan ditunjukkan bahwa 7 orang (70,0%) mengatakan “mampu”, dan 3 orang (10,%) mengatakan “sangat mampu”. Ketigabelas, semangat peserta. Semangat peserta dalam pelatihan, meskipun instruktur atau pemateri kurang menggairahkan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,7, skor minimum yang dicapai 1,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 27, simpangan baku 0,82. Adapun sebaran kategori jawaban responden berdasarkan capaian frekuensi kategori menunjukkan bahwa semangat peserta dalam mengikuti pelatihan tanpa dorongan dari instruktur yaitu 1 orang (10,0%) mengatakan “tidak semangat”, 2 orang (20,%) mengatakan “kurang copyright@akademik-online, 2007
  • 43. 57 semangat”, 6 orang (60,0%) mengatakan “semangat”, dan 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat semangat”. Keempatbelas, partisipasi peserta. Partisipasi peserta dalam mengikuti proses pembelajaran atau penerimaan materi saat pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,6, dimana skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 3,0 dengan total capaian skor responden yaitu 26, simpangan baku 0,56. Partisipasi peserta saat mengikuti proses pembelajaran pada pelatihan berdasarkan tabulasi frekuensi kategori menunjukkan bahwa 4 orang (40,0%) berada pada kategori “kurang partisipatif”, dan 6 orang (60,%) berada pada kategori “partisipatif”. Kelimabelas, pemanfaatan waktu dalam pelatihan. Pemanfaatan waktu dalam meningkatkan pengetahuan atau keterampilan peserta saat mengikuti pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 2,9, di mana skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 29, simpangan baku 0,74. Sedangkan kategori jawaban responden tersebar berdasarkan capaian frekuensi kategori pemanfaatan waktu belajar bagi peserta saat mengikuti pelatihan berdasarkan tabel 26 menunjukkan bahwa 3 orang (10,0%) berada pada kategori “kurang memanfaatkan dengan baik”, 5 orang (50,%) dalam kategori “memanfaatkan dengan baik”, dan selebihnya berada pada kategori “sangat memanfaatkan dengan baik”. copyright@akademik-online, 2007
  • 44. 58 Keenambelas, kenyamanan suasana dalam pelatihan. Kenyamanan suasana belajar dalam hal ruangan atau tempat pelatihan yang telah diikuti menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 3,3, skor minimum yang dicapai 3,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 33, simpangan baku 0,48. Berdasarkan tabulasi frekuensi kategori kenyamanan suasana belajar dalam hal tempat atau ruangan yaitu 7 orang (70,0%) mengatakan “nyaman”, dan 3 orang (10,%) mengatakan “sangat nyaman”. Ketujuhbelas, kesesuaian alat dan bahan. Kessesuaian alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan, dideskripsikan rerata capaian skor yaitu 3,0, skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 10, simpangan baku 0,47. Berdasarkan tabulasi frekuensi kategori persepsi peserta terhadap kesesuaian alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan menunjukkan bahwa 1 orang (10,0%) mengatakan “kurang sesuai”, 8 orang (80,%) mengatakan “sesuai”, dan selebihnya 1 orang (10,0%) mengatakan “sangat sesuai”. Kedelapanbelas, metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas, baik secara tertulis maupun simulasi atau praktek langsung saat mengikuti pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 3,1, di mana skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 31, simpangan baku 0,88. Dari tabulasi frekuensi kategori menunjukkan bahwa 3 orang (10,0%) mengatakan “kurang setuju”, 3 orang (10,%) mengatakan “setuju”, dan 4 copyright@akademik-online, 2007
  • 45. 59 orang (40,0%) mengatakan “sangat setuju” terhadap metode pemberian tugas yang telah diberikan. Kesembilanbelas, kebermanfaatan evaluasi. Kebermanfaatan evaluasi dalam meningkatkan skill atau keterampilan mekanik saat mengikuti pelatihan menunjukkan rerata skor persepsi mekanik yaitu 3,1, skor minimum yang dicapai 2,0 dan maksimum 4,0 dengan total capaian skor responden yaitu 31, simpangan baku 0,74. Selanjutnya, penyebaran kategori jawaban responden mengenai kebermanfaatan evalusi untuk pengembangan keterampilan mekanik ditunjukkan bahwa 2 orang (20,0%) mengatakan “kurang bermanfaat”, 5 orang (50,%) mengatakan “bermanfaat”, dan 3 orang (10,0%) mengatakan “sangat bermanfaat”. copyright@akademik-online, 2007
  • 46. 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dalam bentuk riset deskriptif mengenai aspek kinerja dan pelatihan peningkatan SDM mekanik pada PT. Astra Internasional tbk., tepatnya pada Bengkel Isuzu Cabang Makassar, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Mekanik Bengkel Astra Internasional, Izusu Cabang Makassar pada tahun 2007 berjumlah 10 orang dengan rentang usia mulai dari 25 sampai 31 tahun. Sedangkan kualifikasin jenjang pendidikan terdiri dari 20% lulusan perguruan tinggi dan 80% lulusan Sekolah Menengan Kejuruan atau Sekolah Teknik Mesin (SMK/STM). 2. Kualitas sumber daya (mekanik) yang dimiliki oleh Bengkel Astra Internasional, Izusu Cabang Makassar tergolong cukup. Hal ini dibuktikan oleh tingkat kinerja yang dilihat dari kualitas dan kepribadian unjuk kerja menunjukkan capaian yakni terdapat 20,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori rendah, 60,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori sedang, dan hanya 20,0% mekanik yang unjuk kerjanya berada pada kategori tinggi. 3. Peningkatan atau pengembangan sumber daya pada Bengkel Astra Internasional, Izusu Cabang Makassar juga tergolong cukup yang dilihat dari aspek pelatihan peningkatan SDM mekanik. Berdasarkan hasil penelusuran dan analisis mengenai copyright@akademik-online, 2007
  • 47. 61 aspek-aspek yang menunjang efektivitas proses dan kualitas hasil pelatihan, telah dipersepsi oleh mekanik setelah mengikuti pelatihan menunjukkan bahwa terdapat 10,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategori rendah, terdapat 80,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya berada pada kategtori sedang, dan hanya 10,0% mekanik yang mempersepsi pelatihannya pada kategtori tinggi. B. Saran Bedasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini, maka beberapa hal yang kiranya penting menjadi bahan pertimbangan untuk pengembangan studi selanjutnya, sekaligus sebagai masukan bagi pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Untuk meningkatkan kinerja mekanik pada layanan bengkel kendaraan, selain aspek unjuk kerja melalui kepribadian personal mekanik, maka yang tak kalah pentingnya menjadi perhatian akan aspek kualitas kerja. 2. Sebagai bahan data rujukan untuk peningkatan kinerja mekanik dalam hal pelayanan atau unjuk kerja yang baik, diharapkan kepada pihak pengelolah SDM baik yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pelatihan maupun sebagai konselor kiranya penting memperhatikan aspek-aspek yang dapat menunjang efektifnya proses dan kualitas hasil pelatihan. copyright@akademik-online, 2007
  • 48. 62 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial (Format-format Kuantitatif dan Kualitatif). Surabaya: Airlangga University Press. Cardoso, Gomes, Faustino. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Darmawang, 1997. Persepsi terhadap Pelaksanaan Keselamatan Kerja kaitannya dengan Kinerja Karyawan (Kasus pada Bengkel Dialer Mobil di Kotamadya Ujung Pandang). Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjamada. Farid, Muhammad. 2004. Profile Kinerja Perusahaan melalui Bengkel Berjalan (Studi pada PT Astra Internasional Tbk. – Isuzu Makassar). Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Handoko, T. Hani. 2000. Manjemen (Edisi 2). Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, Malayu, S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara. Heizer, Jay & Render, Barry. 2006. Operations Management (Manajemen Operasi). Jakarta: Salemba Empat. Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia (Cara Praktis mendeteksi dimensi- dimensi Kerja Karyawan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mangkuprawira, Sjafri Tb. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Notoatmojo, Soekidjo. 1992. Pengembagan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rusmin H., 2005. Pengaruh Motivasi Dan Metode Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Otomotif Pada Mata Kuliah Basic Science. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi. copyright@akademik-online, 2007
  • 49. 63 Umar, Husein. 2004. Evaluasi Kinerja Perusahaan (Teknik Evaluasi Bisnis dan Kinerja Perusahaan secara Komprehensif, Kuantitatif, dan Modern). Jakarta: gramedia Pustaka Utama. copyright@akademik-online, 2007
  • 50. 64 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Pelatihan Model Inventory Question SUB VARIABEL INDIKATOR BUTIR VARIABEL Pelaksanaan 1 Keikutsertaan 2 Kesinambungan/keteraturan 3 Jenjang pelatihan 4 Penyampaian tujuan 8 Kesesuaian tujuan dgn materi 9 Kesesuaian materi dgn job 10 Aspek Proses Kejelasan materi 11 Pelatihan Pelatihan Kemampuan pelatih 12 Peningkatan Semangat peserta 13 SDM Partisipasi peserta 14 Pemanfaatan waktu belajar 15 Kenyamanan suasana, tempat 16 Kesesuaian alat-alat & bahan 17 Pemberian tugas 18 Sistem evaluasi 19 Perolehan award 5 Aspek Hasil Kesempatan promosi 6 Pelatihan Jaminan kerja 7 Tabel. 10 Kisi-kisi Instrumen Kinerja model performance-checklist SUB VARIABEL INDIKATOR ITEM VARIABEL Persiapan alat & bahan 1 Ketepatan diagnosis 2 Aspek Penggunaan SST 3 kualitas Prosedur Kerja 4 kerja Kinerja Ketepatan penyetelan/perbaikan 5 Mekanik Pemanfaatan waktu kerja 6 Motivasi kerja 7 Aspek Kemandirian/Inisiatif Kerja 8 kepribadian Tanggungjawab 9 mekanik Kesiapan lembur 10 copyright@akademik-online, 2007
  • 51. 65 INSTRUMEN PENELITIAN 1. Model Angkel Angket Profil Pelatihan Peningkatan SDM Mekanik Bengkel PT. Astra Internasional Tbk. – Isuzu Cabang Makassar Pengantar Angket ini merupakan media partisipasi bagi pihak yang berinisiatif untuk membantu dalam kegiatan ilmiah Mahasiswa. Orientasi dari kegiatan ini terfokus pada kegiatan strategis dalam bingkai sistematis, objektif dan rasional untuk proses pematangan proyeksi pengembangan disiplin studi yang output-nya pada upaya peningkatan SDM di dunia Otomotif. Bentuk kongkret dari kegiatan ini, dimaksudkan untuk menjaring data dan informasi tentang pelatihan peningkatan SDM mekanik, khususnya pada bengkel PT. Astra Internasional Tbk. – Isuzu Cabang Makassar, upaya rasionalisasi perkembangan sumber daya Otomotif di masa kini dan akan datang. Sesuai disiplin studi peneliti, data dan informasi ini akan bermuara pada penyusunan skripsi dalam rangka penyelesaian studi di Jurusan Pendidikan Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Sekaitan dengan hal tersebut, perkenaan Saudara (i) untuk mengisi angket ini berdasarkan hal yang dialami sesungguhnya demi pencapaian tujuan penelitian. Atas kesediaan Saudara (i), diucapkan terima kasih. Peneliti, RIDWAN copyright@akademik-online, 2007
  • 52. 66 Format K Nomor Reg. : LEMBARAN PARTISIPASI MEKANIK Biodata Mekanik Nama Mekanik : Alamat : Usia : Tahun Pendidikan terakhir : Jabatan di bengkel : Data Pelatihan Mekanik Petunjuk : - Beri tanda check-list ( ) pada pilihan jawaban yang tersedia! - Pilih jawaban yang paling sesuai dengan Saudara (i)! 1. Apakah perusahaan tempat Saudara (i) bekerja dalam periode tertentu telah mengadakan pelatihan peningkatan SDM bagi mekanik, baik di dalam maupun di luar bengkel sendiri? Ya, selalu Ya, sering Ya, kadang-kadang Tidak pernah 2. Jika jawaban Saudara (i) pada nomor 1 adalah “Ya, ...”, apakah Saudara (i) diikutkan sebagai peserta? Ya, selalu Ya, sering Ya, kadang-kadang Tidak pernah 3. Jika jawaban Saudara (i) pada nomor 2 adalah “Ya, ...”, apakah Saudara (i) telah megikuti secara teratur/berkesinambungan, sesuai dengan jenjang jabatan, dan sesuai jenis pekerjaan mekanik? Teratur, sesuai jenjang jabatan mekanik, sesuai jenis pekerjaan mekanik Teratur, sesuai jenjang jabatan mekanik, tidak sesuai jenis pekerjaan mekanik Teratur, tidak sesuai jenjang jabatan mekanik, tidak sesuai jenis pekerjaan mekanik Tidak teratur, tidak sesuai jenjang jabatan mekanik, dan tidak sesuai jenis pekerjaan mekanik copyright@akademik-online, 2007
  • 53. 67 4. Jika jawaban Saudara (i) pada nomor 2 adalah “Ya, ...”, pelatihan jenjang apa saja yang Saudara (i) pernah ikuti? Check-list jenjang pelatihan yang terakhir pernah diikuti! Pelatihan tingkat dasar, seperti: pengenalan umum tentang job/lokasi/aturan kerja, magang ke tempat lain sebagai mekanik baru/mekanik bantu/junior. Pelatihan tingkat menengah, seperti: pelatihan lanjutan umum untuk mempelajari jenis pekerjaan baru/keterampilan baru secara umum sebagai mekanik tetap/junior. Pelatihan tingkat tinggi, seperti: pelatihan spesialis job, pelatihan khusus atau sejenisnya untuk memperdalam bidang keahlian yang digeluti sebagai mekanik senior. Pelatihan tingkat sangat tinggi, seperti: pelatihan manajemen, pelatihan kepemimpinan atau sejenisnya sebagai mekanik senior yang dipersiapkan sebagai calon pemimpin atau kepala staf di bengkel. 5. Seperti yang Saudara (i) alami, apakah pelatihan yang telah diikuti telah menjadi peluang yang baik untuk pengembangan dan promosi karier Saudara (i)? Sangat berpeluang Berpeluang Kurang berpeluang Tidak berpeluang 6. Setiap kali Saudara (i) mengikuti pelatihan, apakah Saudara (i) merasa mendapat penghargaan sebagai mekanik yang berprestasi? Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 7. Setiap kali Saudara (i) mengikuti pelatihan, apakah Saudara (i) telah mendapat jabatan lebih baik, insentif/upah memuaskan, dan pekerjaan menjamin masa depan Saudara (i)? Jabatan lebih baik, upah memuaskan, dan menjamin masa depan Jabatan lebih baik, upah memuaskan, dan tidak menjamin masa depan Jabatan lebih baik, upah tidak memuaskan, tidak menjamin masa depan Jabatan tetap, upah tidak memuaskan, dan menjamin masa depan 8. Saat Saudara (i) mengikuti pelatihan, sebelum kegiatan pelatihan dimulai, apakah tujuan dan sasaran pelatihan disampaikan dengan jelas kepada peserta? Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah copyright@akademik-online, 2007
  • 54. 68 9. Apakah materi yang didapatkan dalam pelatihan sangat sesuai dengan tujuan dan sasaran yang disampaikan sebelumnya? Sangat sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai 10. Apakah materi yang diberikan adalah materi yang dibutuhkan dalam pekerjaan bengkel? Sangat dibutuhkan Dibutuhkan Kurang dibutuhkan Tidak dibutuhkan 11. Instruktur atau pelatih dalam menyampaikan materi tidak dapat dimengerti dengan baik. Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidang setuju 12. Selama proses pelatihan berlangsung, apakah Instruktur/Pelatih telah mampu mendorong Saudara (i) untuk semangat mengikuti pelatihan ? Sangat mampu Mampu Kurang mampu Tidak mampu 13. Meskipun tanpa dorongan dari instruktur atau pelatih, apakah Saudara (i) tetap bersemangat mengikuti proses pelatihan dengan sungguh-sungguh ? Sangat semangat Semangat Kurang semangat Tidak semangat 14. Selama mengikuti pelatihan, apakah Saudara (i) bertanya kepada instruktur/pelatih karena materi belum dipahami? Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 15. Saat Saudara (i) mengikuti pelatihan, banyak kesempatan yang Saudara (i) gunakan untuk menambah keterampilan. Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju copyright@akademik-online, 2007
  • 55. 69 16. Apakah tempat atau ruangan yang Saudara (i) tempati pelatihan suasananya nyaman untuk pelatihan? Sangat nyaman Nyaman Kurang nyaman Tidak Nyaman 17. Apakah alat dan bahan pelatihan yang digunakan dalam pelatihan (seperti: buku, job-seet, modul, dan sejenisnya) sesuai dengan kebutuhan Saudara (i) dalam pelatihan? Sangat sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai 18. Setiap akhir pelatihan, Saudara (i) selalu diberi tugas dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk praktek/simulasi. Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju 19. Tes evaluasi yang diberikan dalam pelatihan sangat membantu Saudara (i) menjadi mekanik terlatih dan terampil Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju Terima Kasih Atas Partisipasinya copyright@akademik-online, 2007
  • 56. 70 2. Model Checklist PT. Astra Internasional Tbk. (Isuzu Cabang Makassar) Instruksi : - Beri tanda check-list ( ) pada item yang sesuai - Periksa setiap item kerja yang tersedia, berlakukan pada setiap kode mekanik sesuai keterangan berikut : Keterangan : A, B, C, ...., J adalah Kode Mekanik 1, 2, 3, 4 adalah skor penilaian 4 = Jika item kerja semuanya terpenuhi 3 = Jika item kerja sebagian besar terpenuhi 2 = Jika item kerja sebagian kecil terpenuhi 1 = Jika item kerja tidak ada yang terpenuhi A B ... J No. Item kerja 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 Persiapan alat dan bahan 1 sebelum kerja 2 Ketepatan diagnosis 3 Ketepatan Penggunaan SST 4 Kesesuaian urutan kerja Ketepatan perbaikan atau 5 Penyetelan 6 Kesesuaian Pemanfaatan Waktu 7 Motivasi kerja 8 Kemandirian kerja 9 Tanggungjawab 10 Kesiapan lembur Peneliti, ( ) copyright@akademik-online, 2007
  • 57. 71 DATA INDUK PENELITIAN Tabel 11. Daftar Biodata Mekanik Bengkel Isuzu Cabang Makassar N Nama Usia Pendidikan Lama Bekerja A Muh. Agung 25 Tahun SMK 6 Tahun B Samansa 25 Tahun SMK 7 Tahun C Ranianto 26 Tahun SMK 7 Tahun D Rahmadani 29 Tahun SMK 10 Tahun E Muh. Jufri 31 Tahun P. Tinggi 11 Tahun F Imrad 25 Tahun SMK 6 Tahun G Arwin 28 Tahun P. Tinggi 9 Tahun H Setyo Triadi 28 Tahun SMK 7 Tahun I Samsumardi 27 Tahun SMK 7 Tahun J Winarto 25 Tahun SMK 6 Tahun Tabel 12. Data Induk Capaian Skor Aspek Kinerja Mekanik 3 Kali Observasi Hari Pertama Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item N Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 33 B 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 33 C 3 4 3 2 2 2 3 4 3 2 28 D 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 33 E 2 3 4 3 3 3 4 3 2 1 28 F 3 4 3 4 2 2 3 4 3 2 30 G 2 3 3 4 3 3 3 2 2 1 26 H 3 4 2 3 3 2 2 1 3 4 27 I 3 4 3 4 2 2 3 4 3 2 30 J 3 4 2 3 3 2 2 1 3 4 27 Hari Kedua Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item N Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A 2 3 4 3 3 4 4 3 2 4 32 B 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 34 C 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 33 D 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 34 E 3 4 3 2 2 3 3 4 3 2 29 F 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 33 G 3 4 3 2 2 2 3 4 3 2 28 H 2 3 2 1 3 3 2 3 2 1 22 I 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 33 J 2 3 2 1 3 3 2 3 2 1 22 copyright@akademik-online, 2007
  • 58. 72 Hari Ketiga Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item N Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A 3 4 3 2 2 2 3 4 3 4 30 B 4 4 3 2 3 4 3 4 2 3 32 C 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 32 D 3 4 3 2 4 2 3 4 3 4 32 E 2 1 3 2 3 2 3 4 2 3 25 F 2 3 3 4 3 3 3 4 2 1 28 G 3 4 3 2 3 2 3 4 3 4 31 H 3 4 2 1 2 2 2 3 3 2 24 I 2 3 3 4 3 3 3 4 2 1 28 J 3 4 2 1 2 2 2 3 3 2 24 Tabel 13. Data Induk Capaian Skor Aspek Pelatihan Mekanik Butir Pertanyaan N Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 A 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 59 B 2 4 2 2 2 4 2 3 2 4 2 4 2 2 2 3 2 2 3 49 C 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 52 D 4 2 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 63 E 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 59 F 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 57 G 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 H 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 55 I 2 2 3 2 3 3 2 4 2 3 3 4 2 2 4 3 3 4 3 54 J 3 3 1 3 1 2 1 2 1 3 1 3 1 2 3 3 4 3 3 43 copyright@akademik-online, 2007