Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Kisah lika liku anak jalanan untuk menjalani kehidupan
1. Kisah Lika Liku Anak Jalanan Untuk Menjalani Kehidupan
Kisah Anak Jalanan –kehidupan tidak selamanya indah dan menyenangkan. Apalagi
untuk sebagian mereka yang tidak dapat mengenyam pendidikan seperti
masyarakat lainnya, akibat keterbatasan dana. Jangankan untuk pendidikan, untuk
makan sehari-hari pun sulit. Hal ini dapat digolongkan sebagai sebuah kerugian.
Bayangkan, betapa banyak warga kota Jakarta yang tidak mengenyam pendidikan
wajib sembilan tahun. Karena waktu mereka telah habis untuk mencari sesuap nasi
sebagai upaya bertahan hidup, sehingga sekolah menjadi sebuah kemewahan yang
tak terjangkau. Bahkan dalam impian mereka sekali pun.
Kerugian ini melanda anak-anak kurang beruntung yang terlahir di tengah keluarga
ekonomi bawah. Padahal anak-anak ini seharusnya menjadi kebanggaan bangsa,
tetapi malah menjadi potret kegagalan negara. Kondisi ini dapat kita lihat di setiap
sudut kota, banyak terdapat anak-anak yang sedang mengamen dan mengemis
untuk mendapatkan uang. Realita seperti ini sungguh sudah biasa di Jakarta.
Mereka tidak seberuntung anak-anak lain yang dapat bersekolah, karena
kesehariannya selalu berada di jalan.
Sama seperti Anjas, ia sudah menjadi pengamen selama tiga tahun belakangan ini.
Hidup dengan susasana kota Jakarta yang sangat keras, demi membantu kedua
orang tuanya mencari uang. Ayahnya hanya seorang pemulung, dan ibunya menjadi
buruh cuci jika ada panggilan. Kalau tidak ada, ibu Anjas hanya berdiam diri di
rumah dan sesekali membantu ayah Anjas mencari barang rongsokan.
Anjas tidak mendapat paksaan dari pihak mana pun –termasuk ayah dan ibunya–
menjadi seorang pengamen, “Saya mau jadi pengamen, karena orang tua tidak
berpunya. Saya ngamen untuk keperluan sehari-hari,” tutur Anjas.
Anjas mengaku jika sedang beruntung, penghasilannya menjadi pengamen
seharinya sekitar Rp. 50.000,- Pernah beberapa kali Anjas menunduk sedih, karena
hasil mengamennya seharian hanya terkumpul Rp. 7.000. Uang sebesar itu tentu tak
cukup untuk biaya hidup sehari-hari yang dibutuhkan orangtuanya.
Karena ingin mandiri, ia rela mengorbankan masa mudanya untuk hidup di jalanan
serta mengenyam kerasnya kota Jakarta. Menjadi seorang pengamen tentu bukan
2. kemauan Anjas, ia juga tidak mau selama-lamanya menjadi seorang pengamen
jalanan,
“Nanti kalau sudah punya pekerjaan tetap, saya berhenti jadi pengamen,” tambah
Anjas.
Meskipun menjadi pengamen bukanlah kemauannya, tetapi Anjas menikmati saat-
saat bersama dengan teman-teman seperjuangan lainnya. Ia mengaku tidak pernah
tertangkap oleh SATPOL PP atau pihak berwajib lainnya.
Banyak sekali pegalaman yang ia dapatkan selama menjadi anak jalanan. Dihina
orang karena mengamen, dibilang gelandangan, dicaci-maki dan pernah ketika
sedang hujan, Anjas berteduh di depan sebuah rumah lalu diusir pemilik rumah
karena dikira ingin mencuri. Pengalaman pahit menjadi anak jalanan, memang lebih
banyak dibanding pengalaman yang menyenangkan.
Ada pengalaman yang tidak dapat dilupakan Anjas seumur hidupnya. Suatu hari ia
bersama kedua temannya mengamen di Jakarta Timur. Penghasilan yang didapat
sejak pagi hingga malam hari terhitung banyak, mereka berhasil mengumpulkan Rp.
300.000. Uang tersebut dibagi tiga, berarti seorang mendapatkan Rp. 100.0000.
Betapa senangnya Anjas dan teman-teman mendapat pengahasilan yang banyak
saat itu.
Memang Anjas sangat bersemangat sekali mengamen pada hari itu, karena dia ingin
membeli baju untuk ibunya yang berulang tahun. Anjas sudah membayangkan,
sepulang mengamen akan pergi ke pasar membeli baju dan sesampai di rumah ia
akan melihat senyum ibunya penuh haru. Belum pernah seumur hidup Anjas,
memberikan kado kepada orangtuanya.
Tapi apa boleh dikata –ketika di pinggir jalan menuju ke pasar– Anjas sempat
mengeluarkan uang dan menghitung jumlahnya, takut-takut nanti kurang untuk
harga baju yang diinginkannya. Tiba-tiba saja datang tiga pemuda menghampiri
dirinya. Mereka meminta uangnya, jelas Anjas tak mau memberikan. Tapi mereka
memaksa Anjas, bahkan salah satunya mengancam Anjas dengan menodongkan
senjata tajam. Anjas ketakutan setengah mati, akhirnya uang tersebut diambil
secara paksa oleh para pemuda itu.
Betapa sedih nya hati Anjas, uang yang dicarinya susah payah untuk membeli kado
ibunya lenyap begitu saja oleh preman jalanan. Alhasil ia hanya pasrah. Dengan raut
wajah penuh kecewa –karena tidak dapat mebelikan ibunya kado– ia pun pulang ke
rumah.
Harapan setiap manusia adalah mempunyai derajat sama dengan manusia lainnya.
Perjuangan dan harapan selalu berjalan berdampingan menuju sebuah kesuksesan.
Banyak orang tidak beruntung di luar sana, tetapi mereka punya semangat yang luar
biasa untuk melanjutkan hidup. Itulah kisah anak jalanan semoga bermanfaat buat
anda semua.