3. RIDHO ( (اَل رِّضَى
Kalau cintanya sangat tinggi kepada Allah (2:165),
tentu dia akan RIDHO kepada Allah
Apapun yang dikehendaki oleh yang dicintai tentu ia
ridho menerimanya (76:30)
وَمَا تَشَاء و إِّلَّا أَ يَشَاءَ اللَّّ
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali
bila dikehendaki Allah.
Tiada seorang pun yang mampu memberi hidayah
kepada dirinya dan tiada pula mampu memasukkan
iman kedalam hatinya serta tiada yang mampu
mendatangkan manfaat bagi dirinya kecuali bila
dikehendaki Allah kita harus menyesuaikan
dengan kehendak Allah dan MENERIMAN APA YANG
DIKEHENDAKI ALLAH = RIDHO
4. Yang Dikehendaki Allah
Yang dikehendaki Allah ada 3 macam
1. Yang dikehendaki Allah TERHADAP DIRI
KITA ( (مَا أَرَا لل بِّنَا
2. Yang dikehendaki Allah TERHADAP ALAM
SEMESTA ( (مَا أَرَا لل بِّالْكَوْ
3. Yang dikehendaki Allah DARI DIRI KITA ( مَا
(أَرَا لل مِّنَّا
5. YANG DIKEHENDAKI ALLAH TERHADAP
DIRI KITA ( (مَا أَرَا لل بِّنَا
Misalnya Allah menghendaki diri kita besok
mendapatkan ini dan itu kita harus ridho
menerimanya
Sesungguhnya, apa yang dikehendaki Allah
terhadap diri kita sudah ditetapkan sejak umur
kita 40 hari di dalam kandungan
ثَُّ ي رْسَ ل إِّلَيْهِّ الْمَلَ ك فَ يَ نْ ف خ فِّيهِّ ال روحَ وَي ؤْمَ ر بِّأَرْبَعِّ كَلِّمَاتٍ رِّزْقِّهِّ وَأَجَلِّهِّ
وَعَمَلِّهِّ وَشَقِّيٌّ أَمْ سَعِّي د
Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu meniupkan
ruh dan ditetapkan empat ketetapan: rizkinya,
ajalnya, amalnya, dan sengsera atau bahagia
(HR. Ahmad)
Realisasi ketetapan tentu mudah bagi Allah
6. Tidak Kita Ketahui ( (عَالََ الْغَيْبِّ
Apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita, kita
sendiri tidak tahu
Ini termasuk alam ghaib ( (عَالََ الْغَيْبِّ
Besok kita kena musibah atau tidak, kita tidak tahu
Bahkan besok kita masih ada atau tidak, kita pun tidak
tahu
Semuanya hanya Allah yang tahu
Pengetahuan Allah memang meliputi segala sesuatu
(6:101)
31:34
Allah mengetahui apa yang ada dalam rahim
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
7. Qadha dan Takdir ( (اَلْقَضَاء وَالْقَدَ ر
Semua hal yang ghaib itu tertuang di dalam
QADHA dan TAKDIR Allah SWT
Para ulama berbeda pendapat dalam
mengartikan qadha dan takdir, ada yang
bertukaran antara satu ulama dan ulama lainnya
QADHA: ketentuan Allah sejak zaman azali (alam
belum ada)
TAKDIR: realisasi dari qadha
Misalnya: menuruk qadha Allah besok kita
mendapatkan rizki yang banyak; pas rizki itu
datang itulah takdir
Qadha dan takdir ada 2: baik (ni’mat) dan buruk
(bencana) 21:35 sebagai UJIAN
8. Syukur dan Sabar
Apapun takdir yang menimpa kita harus ridho
Realisasi ridho menerima takdir
Takdir baik syukur
Takdir buruk sabar
Keduanya adalah sifat mu’min yang mengagumkan
عَجَبًا لَِِّمْرِّ الْ مؤْمِّنِّ إِّ أَمْرَ كلَّه خَيْ ر وَلَ يسَ ذَاكَ لَِِّحَدٍ إِّلَّا لِّلْ مؤْمِّنِّ إِّ أَصَاب تْه
سَرَّاء شَكَرَ فَكَا خَيْ رًا لَه وَإِّ أَصَابَ تْه ضَ راء صَبَ رَ فَكَا خَيْ رًا لَه
Menakjubkan perkara orang beriman sebab segala
keadaannya baik dan tidak mungkin terjadi yang
demikian melainkan bagi seorang mu’min: apabila
mendapatkan kemudahan bersyukur maka itu baik
baginya, dan apabila ditimpa kesusahan bersabar
maka itu baik baginya (HR. Muslim)
9. Allah Tidak Ditanya
Terhadap qadha dan takdir ini, kita dilarang keras
mempertanyakan kehendak Allah ini (protes)
Kenapa Allah tega berbuat begitu kepadaku?
Kenapa musibah ini bertubi-tubi menimpaku?
Bahkan ada yang menuduh Allah kejam terhadap
dirinya
Padahal Allah berbuat sesuai dengan
kehendaknya (85:16)
فَ عَّا ل لِّمَا ي رِّي د
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya
Dan Allah tidak ditanya apa yang Dialakukan
( لَا ي سْأَ ل عَمَّا يَ فْعَ ل :( 21:23
10. Mengambil Hikmah ( (اَلِّْْكْمَة
Sikap menerima qadha dan takdir Allah itulah
sikap mu’min tulen tidak mempertanyakan
perbuatan Allah, tidak menuduh Allah yang
macam-macam, tidak berburuk sangka terhadap
Allah (48:6)
Sikap berikutnya adalah mengambil hikmah dari
segala yang menimpa dirinya
Allah telah memberitahu apa rahasia di balik
semua musibah (baik atau buruk) yang terjadi di
bumi dan di dalam diri kita (57:22-23):
Bahwa semuanya sudah tertulis di LAUH
MAHFUZH
Realisasi yang tertulis bagi Allah itu mudah
Tujuan di balik musibah: agar tidak putus asa
terhadap apa yang hilang dan tidak sombong
11. Semua Itu Milik Allah
Kesadaran yang perlu dimiliki oleh kita agar
kita mampu menerima ketentuan Allah:
semua itu miliki Allah terserah Allah mau
diberi atau ditarik kembali
Ucapan yang keluar adalah (2:156):
إِّنَّا لِّلَِّّّ وَإِّنَّا إِّلَيْهِّ رَاجِّع و Mendapatkan keberkahan yang sempurna
Mendapatkan rahmat Allah
Mendapatkan petunjuk
12. Doa Musibah
Abu Salamah pernah diajari oleh Rasulullah
suatu doa, kemudian ia ajarkan kembali kepada
istrinya
Doa itu adalah ia mengucapkan istirja’ ( إِّنَّا لِّلَِّّّ وَإِّ نَّا إِّلَيْهِّ
رَاجِّع و ) kemudian berdoa
اللَّ همَّ أْ جرْنِِّ فِِّ مصِّيبَتِِّ وَاخْل فْ لِِّ خَيْ رًا مِّنْ هَا
Ya Allah, berilah pahala dalam musibah yang
menimpaku dan gantilah untukku dengan yang
lebih baik darinya (HR. Muslim)
Ketika Abu Salamah syahid, maka Ummu
Salamah mengucapkan istirja’ dan doa di atas;
kalau pahala jelas, tapi siapa yang lebih baik dari
Abu Salamah? Ternyata kemudian ia diperistri
oleh Rasulullah SAW
13. Maha Lembut SkenarioNya
Ingat kisah Yusuf AS, kisah yang sangat indah
( (أَحْسَنَ الْقَصَصِّ 12:3
Berbagai musibah yang menimpa Nabi Yusuf AS
Diusulkan untuk dibunuh, tapi ditolak abangnya
yang lain
Dibuang di sumur yang dangkal
Diasuh di tempat yang jauh (tempat dan orang
tuanya)
Digoda oleh ibu angkatnya
Dipenjara sekitar 9 tahun
Akhirnya keluar dari penjara dengan kemuliaan
dan diangkat menjadi penguasa harta kekayaan
Mesir
Komentar beliau AS ( إِّ رَ بّ لَطِّي ف لِّمَا يَشَ اء :( 12:100 Allah
Mahalembut (rahasia) skenarioNya
14. Manisnya Iman
Keridhoan akan musibah yang menimpa kita
merupakan jalan untuk merasakan manisnya iman
Kita tidak menyandarkan musibah pada kesalahan kita
Kesalahan kita pun tidak berakibat musibah
Rasulullah SAW bersabda
لاَ يََِّ د عَبْ د حَلاَوَةَ الإِّيَْا حَتىَّ يَ عْلَمَ أَ مَا أَصَابَه لََْ يَ كنْ لِّي خْطِّ ئَه ، وَأَ مَا أَخْطَأَ لََْ يَ كنْ لِّي صِّيْبَه
“Tidaklah seorang hamba merasakan manisnya
keimanan sehingga dia menyadari bahwa apa yang
akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan
apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa
(musibah).”
(HR Ibnu Abi Ashim, hadits sahih dengan sanad yang
baik, termaktub dalam silisilah hadits sahih karya
Imam Albani)
15. Doa dan Takdir
Sering ada pertanyaan: apa perlunya kita berdoa
sementara qadha-qadar sudah tertulis?
Hal yang mendasar: DOA adalah ibadah, bahkan
otaknya ibadah ( اَل دعَاء م خ الْعِّبَا ةََِّ ), karena
diperintahkan oleh Allah (40:60)
Kedua: doa dan usaha tidak pernah berpisah!
Sedangkan hasil, itu hak Allah, kita diperintahkan
untuk TAWAKKAL kepada Allah saja
Adapun tentang doa dan pengabulannya,
perhatikan uraian selanjutnya
16. Doa
1. Ada yang langsung dikabulkan (CASH)
Misalnya minta lulus, ternyata lulus
2. Ada yang ditangguhkan beberapa lama
Hikmah: saat dikabulkan, ni’matnya lebih terasa atau
tepat pada waktunya
3. Ada yang diganti dengan menghindarkan dari
bencana
Minta rizki, lalu dikabulkan dapat Rp 1 juta; tapi dapat
musibah yang biayanya 1 juta juga
Mana yang dipilih? Terhindar dari musibah itu atau
dapat rizki tapi dapat musibah?
Kita tidak tahu mana yang baik buat kita, tapi Allah
lebih tahu (2:216)
4. Dibayar di akhirat
17. Berorientasi Pahala
Hendaklah kita berorientasi pahala: sakit dipandang
sebagai penghapus dosa
مَا يَ زَا ل الْبَلَاء بِّالْ مؤْمِّنِّ وَالْ مؤْمِّنَةِّ فِِّ نَ فْسِّهِّ وَوَلَدِّ وَمَالِّهِّ حَتَّى يَ لْقَى اللََّّ وَمَا عَلَيْهِّ خَ طِّ يئَة
"Tidak henti-hentinya bencana - bala' - itu mengenai
seseorang mu'min, lelaki atau perempuan, baik dalam
dirinya sendiri, anaknya ataupun hartanya, sehingga ia
menemui Allah Ta'ala dan di atasnya tidak ada lagi
sesuatu kesalahanpun." (HR. Tirmidzi)
مَا ي صِّي ب الْ مسْلِّمَ مِّنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَ م ولَا حزْ وَلَا أَذًى وَلَا غَ م حَتَّى
الشَّوْكَةِّ ي شَا كهَا إِّلَّا كَفَّرَ اللَّّ بَِِّا مِّنْ خَط ايَا "Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim - sebagai
mushibah - baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang
mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang
akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa
hal yang menyakiti – yakni sesuatu yang tidak mencocoki
kehendak hatinya, ataupun kesedihan - segala macam
dan segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk
dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi
kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang
18. YANG DIKEHENDAKI ALLAH TERHADAP
ALAM SEMESTA ( (مَا أَرَا لل بِّالْكَوْ
Apa yang dikehendaki Allah terhadap alam
terlihat pada fenomena alam
Terjadinya malam dan siang
Pergerakan benda-benda langit
Keberadaan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan
Juga terjadinya bencana alam: letusan
gunung berapi, gempa bumi, hujan meteor,
gerhana matahari dan gerhana bulan
Peristiwa hujan, adanya sungai-sungai di
bumi, udara, lapisan-lapisan di atmosfir
19. Alam Pengalaman ( (عَالََ التَّجْرِّبَة
Semua fenomena alam itu dapat dipalajari, bukan
hal yang rahasia (ghaib)
Jadi, apa yang dikehendaki Allah tidak langsung
kita ketahui secara jelas (alam syahadah)
Di sinilah kita diperintahkan oleh Allah untuk
Berpikir
Melakukan percobaan (eksperimen)
Menganalisis
Menyimpulkan
3:190-191 ULUL ALBAB: dzikir dan pikir
20. Hukum Alam ( ( سنَّة للِّ فِِّ الْكَوْ
Hasil penelitian-penelitian yang terus-menerus
akhirnya dapat menangkap apa yang dikehendaki
Allah di alam semesta ini ternyata semua itu
ada hukum-hukum yang mengatur alam ( سنَّة للِّ فِِّ
(الْكَوْ Adanya hukum gravitasi bumi
Hukum termodinamika
Hukum-hukum kimia
Aliran listrik karena aliran elektron yang bermuatan
negatif dan proton yang bermuatan positif
dll
21. Pengkajian ( (اَلْبَحْ ث
Semua ketentuan-ketentuan Allah di alam
semesta ini dapat kita ketahui karena kita
mengkajinya
Awal mula perkembangan ilmu pengetahuan dari
pemikiran-pemikiran filsafat (Yunani), belum ada
eksperimen
Umat Islam sudah terbiasa memahami sesuatu
dengan pembuktian, sehingga kemudian
berkembanglah penelitian-penelitian ilmiah di
dunia Islam
Semua dilakukan dalam rangka beribadah
kepada Allah, karena semua itu perintah Allah
SWT (55:33, 88:17-20)
Tersebutlah ilmuwan-ilmuwan Muslim, para
pelopor iptek: Ibnu Sina (Avecina), Ibnu Rusyd
22. Pemanfaatan ( (الاِّنْتِّفَاع
Hasil-hasil penelitian berupa berbagai cara
pemanfaatan alam semesta
Berkembanglah teknologi-teknologi yang berguna
bagi manusia
Akan tetapi, umat Islam kemudian mengalami
kemunduran akibat jauh dari Islam iptek
berpindah ke Barat setelah mereka
mempelajarinya dari universitas-universitas Islam
Barat penuh dengan nafsu durjana dan angkara
murka, sehingga iptek kemudian dikembangkan
ke arah yang merugikan manusia, di samping
yang bermanfaat bagi manusia bom atom,
nuklir, bom hidrogen, bom kimia
23. YANG DIKEHENDAKI ALLAH DARI DIRI KITA
(مَا أَرَا لل مِّنَّا)
Kebanyakan kita sibuk memikirkan apa yang
dikehendaki Allah TERHADAP KITA (bina),
kurang memikirkan apa yang dikehendaki Allah
TERHADAP ALAM, dan sangat kurang
memikirkan apa yang dikehendaki Allah DARI
KITA
Padahal yang “BINA” itu perkara yang ghaib, kita
tidak mengetahuinya
Ghaib-nya yang “bina” itu sebenarnya juga
merupakan rahmat Allah SWT
Bayangkan kalau kita tahu umur kita tinggal 3 bulan
lagi?
Pasti kita tidak enak makan, tidak enak tidur, stress,
tidak mau ngapa-ngapain
24. Sangat Jelas
Apa yang dikehendaki Allah dari kita sangat jelas
alam nyata ( (عَالََ الشَّهَا ةََِّ
Tentu ini bagi orang beriman; bagi orang kafir
tentu gelap
Orang-orang kafir tidak mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan mendasar ini
Dari mana kita datang ( ?(مِّنْ أَيْنَ جِّئِّنَا
Untuk apa kita datang di dunia ini ( ?(لِّمَاذَا جِّئْ نَا
Kemana setelah ini ( ?(إ لََِِّ أَيْنَ
Darwin salah menjawab pertanyaan pertama:
Dari kera!?
Ada yang berpendapat: Hidup ini adalah
bayangan (tak nyata)
25. Ketentuan Syari’at ( (اَلتَّ قْدِّيْ ر اَلشَّ رْعِّ ي
Berbahagialah umat Islam karena masalah
kehendak Allah dari kita sangatlah jelas, karena
semuanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan
syari’at
5:48 Allah telah memberikan kepada setiap umat
dua hal: syari’at dan minhaj (jalan menegakkan
syari’at)
Ulama pun mampu mengkodifikasi keinginan-keinginan
Allah yang berkaitan dengan hukum-hukum
amal praktis, yakni FIQH
Ulama pun merumuskan dasar-dasar AKIDAH
dan AKHLAK
Semuanya berdasarkan Al-Qur’an dan As-
26. Pelaksanaan Syari’at
Jadi Allah menghendaki dari kita untuk melaksanakan
syari’at-syari’at-Nya (5:49) dan menegakkan
agamaNya (42:13)
Rasulullah SAW menegaskan bahwa yang halal itu
jelas dan yang haram pun jelas; di antara keduanya
ada perkara yang samar-samar (mutasyabihat)
mesti berhati-hati
Islam yang ditinggalkan Rasul adalah Islam yang
terang:
قَدْ تَ رَكْت كمْ عَلَى الْبَ يْضَاءِّ لَيْ ل هَ ا كَنَ هَارِّهَا
Sungguh aku telah meninggalkan untuk kalian
pelita yang terang (Islam), malamnya seperti
siangnya
27. Ditanya
Terhadap pelaksanaan syari’at inilah kita akan
ditanya oleh Allah SWT di dalam kubur kita dan di
akhirat nanti
21:23 Dia tidak ditanya tentang apa yang
diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai
Ya, وَهُمْ يُسْأَلُونَ kitalah yang akan ditanya oleh
Allah
ثَُّ لَت سْأَل نَّ يَ وْمَئِّذٍ عَنِّ النَّعِّيمِّ 102:8 kemudian kamu pasti akan
ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang
kamu megah-megahkan di dunia itu)
Padahal ni’mat Allah yang diberikan kepada kita
sangatlah banyak, tidak bisa dihitung (14:34,
16:18), bagaimana menjawabnya?
28. 5 Pertanyaan
Di antara pertanyaan yang akan diajukan kepada
semua manusia ada 5 pertanyaan:
لاَ تَ زوْ ل قَدَمَا ابْنِّ آ مَََ يَ وْمَ الْقِّيَامَةِّ حَتَّى ي سْأَلَ عَنْ خََْسٍ : عَنْ ع مْرِّكَ
فِّيْمَا أَفْ نَ يْتَ ، وَعَنْ شَبَابِّكَ فِّيْمَا أَبْ ل يْتَ ، وَعَنْ مَالِّكَ مِّنْ أَيْنَ كَسَ بْتَه
وَفِّيْمَا أَنْ فَقْتَه ، وَمَا عَمِّلْتَ فِّيْمَا عَلِّمْ تَ
Tidak beranjak kedua telapak Bani Adam pada hari
kiamat sehingga ditanya lima hal: tentang
umurmu untuk apa engkau habiskan, tentang
masa mudamu untuk apa engkau habiskan,
tentang hartamu dari mana engkau dapatkan dan
untuk apa engkau belanjakan, serta apa yang
kauamalkan terhadap yang kaupelajari
(HR. Abu Ya’la)
29. Menyambutnya ( (الاِّسْتِّجَابَة
Jadi sikap kita terhadap kehendak Allah dari kita
dalah menyambutnya, menerimanya, dan tunduk
padanya
Karena sesungguhnya, itu semua untuk kebaikan
diri kita juga (8:24), bukan untuk kebaikan Allah
Allah tidak memerlukan apapun dari makhlukNya,
tetapi kitalah yang memerlukanNya (35:15)
Sikap Nabi Ibrahim ketika mendapatkan perintah-perintah
Allah (2:124) adalah فَأَتَََّ هنَّ
FA: Langsung menjawab, tidak ada jeda
ATAMMA: sempurna
HUNNA: semuanya
30. IMAN
Kalau semua yang dikehendaki Allah kita terima
dengan ridho, maka berarti kita telah menjadi
MU’MIN TULEN
Keadaannya bisa timbal-balik: mu’min sejati tentu
akan ridho terhadap segala kehendak Allah
Sudah selayaknya mu’min yang telah
bersyahadat menghiasi dirinya dengan sikap
RIDHO
ذَاقَ طَعْمَ الإِّيَْا مَنْ رَضِّيَ بِّاللَِّّّ رَبًّا وبِّالإِّسْلاَمِّ يَِّنًا وَبِِّ حَمَّدٍ رَ س ولا “Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang
ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai
dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR.
Muslim)