REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
SERTIFIKASI PROFESI GURU
1. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI SERTIFIKASI
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional
guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi
dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan
pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap
kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan
pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan
profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan.
Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio
ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat pendidikan
yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka
meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam
bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan
kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Apa yang menjadi keprihatinan banyak pihak ini dapat dimaklumi. Hal ini
dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih
dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi guru dinilai
berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan. Padahal untuk membuat
tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah mudah. Tidak mengherankan
4
2. 5
jika kemudian ada beberapa kepala sekolah yang menyetting berkas portofolio
guru di sekolahnya tidak mencapai batas angka kelulusan. Mereka berharap guru-
guru tersebut dapat mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat
sertifikasi, maka akan banyak ilmu baru yang akan didapatkan secara cuma-cuma.
Dan pada gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan
diterapkan di sekolah atau di kelas.
Hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio
tidak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan mutu pendidikan
nasional terasa akan menjadi kenyataan bila dibandingkan dengan pelaksanaan
sertifikasi di beberapa negara maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Hasil
studi Educational Testing Srvice (ETS) yang dilakukan di delapan negara
menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan profsesionalisme guru di negara-negara
tersebut dilakukan dengan sangat ketat. Sebagai contoh, Amerika Serikat dan
Inggris yang menerapkan sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru lulus
dari perguruan tinggi. Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi
guru harus mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk
memperoleh lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes keterampilan
akademik yang dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru,
penilaian terhadap penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang
bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian performa di kelas yang
diterapkan pada tahun pertama mengajar.
2.2 UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN
Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan
Dosen, yang merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan
kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi
Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula
guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Di
samping UUGD juga menetapkan berbagai tunjangan yang berhak diterima guru
3. 6
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan dalam UUGD
ini pada intinya adalah meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan
peningkatkan kesejahteraan mereka.
2.3 KOMPETENSI GURU
Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru
merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,
dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru,
yang mencakup:
1. Penguasaan materi, yang meliputi pemahaman karakteristik dan substansi
ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang
bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu
yang bersangkutan untuk mempverivikasi dan memantpkan pemahaman
konsep yang dipelajari, serta pemahaman manajemen pembelajaran.
2. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-
tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapanya (kognitif,
afektif, dan psikomotor) dalam mengoptimalkan perkembangann dan
pembelajaran.
3. Pembelajaran yang mendidik, yang terdiri atas pemahaman konsep dasar
proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta
penerpanya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.
4. Pengembangan kepribadian profesionalisme, yang mencakup pengem-
bangan intuisikeagamaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan
mengaktualisasikan diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan
profesionalisme kependidikan. Selain standar kompetensi profesi di atas,
guru juga perlu memiliki standar mental, moral, sosial, spiritual,
intelektual, fisik, dan psikis.Hal ini dipandang perlu karena dalam
4. 7
melaksanakan tugasnya guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan
(guide of journey) yang bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
2.4 SERTIFIKASI PROFESI GURU
Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan suatu ketetapan politik
bahwa pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak
sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat
mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi
tersebut.
Dalam UUGD ditentukan bahwa seorang pendidik wajib memiliki:
1. Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran.
2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1)
atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru
untuk guru dan S-2 untuk dosen.
3. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Pengertian profesi pendidik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
5. 8
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap pendidik yaitu kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.
d. Kompetensi Profesianal
Kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
Untuk dapat menetapkan bahwa seorang pendidik sudah memenuhi
standard profesional maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti uji
sertifikasi guru untuk pendidikan dasar dan menengah, serta uji sertifikasi dosen
untuk pendidikan tinggi.
Sertifikasi pendidik atau guru dalam jabatan dilaksanakan dalam bentuk
penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman
profesional guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:
a. Kualifikasi akademik
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
f. Prestasi akademik
6. 9
g. Karya pengembangan profesi
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan social
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Guru yang memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapat
sertifikat pendidik. Sedangkan guru yang tidak lulus penilaian portofolio dapat :
- Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai
lulus, atau
- Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan
evaluasi/penilaian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi.
Guru yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru mendapat sertifikat
pendidik. Apa yang harus dilakukan? Menyimak dari pengalaman pelaksanaan
sertifikasi di berbagai negara, maka akan muncul pertanyaan. "Bagaimana agar
sertifikasi bisa meningkatkan kualitas kompetensi guru?" Dan apabila gagal,
"Mengapa sertifikasi gagal meningkatkan kualitas guru?"
Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas
kompetensi guru. Sertifikasi bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai
suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas. Kegagalan dalam mencapai
tujuan ini, terutama dikarenakan menjadikan sertifikasi sebagai tujuan itu sendiri.
Bagi bangsa dan pemerintah Indonesia harus senantiasa mewaspadai
kecenderungan ini, bahwa jangan sampai sertifikasi menjadi tujuan. Oleh
karenanya, semenjak awal harus ditekankan khususnya di kalangan pendidik,
guru, dan dosen, bahwa tujuan utama adalah kualitas, sedangkan kualifikasi dan
sertifikasi merupakan sarana untuk mencapai kualitas tersebut.