Anzeige
Anzeige

Más contenido relacionado

Anzeige

MEMBANTAH PENDAPAT2 YANG MEMBOLEHKAN BUNGA BANK SS.pdf

  1. Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi, S.Si, MSI MEMBANTAH PENDAPAT-PENDAPAT YANG MEMBOLEHKAN BUNGA BANK STEI HAMFARA Yogyakarta 2017
  2. POKOK BAHASAN  (1) Membantah Pendapat Bunga Bank Yang Haram Hanya Bunga Yang Konsumtif  (2) Membantah Pendapat Bunga Bank Yang Haram Hanya Bunga Yg Berlipat Ganda (Besar)  (3) Membantah Pendapat Bunga Bank Boleh Untuk Mengimbangi Inflasi  (4) Membantah Pendapat Bunga Bank Boleh Jika Bank-nya Milik Negara
  3. POKOK BAHASAN  (5) Membantah Pendapat Bunga Bank Boleh Karena Dulu Belum Ada Bank  (6) Membantah Pendapat Bunga Bank Boleh Karena Terjadi Secara Suka Sama Suka (rela)  (7) Membantah Pendapat Bunga Bank Boleh Karena Bermanfaat  (8) Membantah Pendapat Bunga Bank Boleh Karena Darurat
  4. Pendapat 1 : Bunga Bank Yang Haram Hanya Bunga Yang Konsumtif  Ada yang berpendapat bunga bank yang diharamkan hanyalah bunga yang bersifat konsumtif .  Maksudnya, yang haram hanya bunga bank yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan konsumtif  Misalnya utk beli mobil, rumah, dsb  Jadi bunga yang produktif (tidak konsumtif) yaitu untuk modal usaha, halal.
  5. Bantahan Untuk Pendapat 1  Pendapat tersebut tidak benar.  Karena telah membuat perkecualian haramnya riba, hanya berdasarkan dalil aqli (akal), bukan berdasar dalil syar’i (wahyu).  Perkecualian (takhsis) tidak dibenarkan, kecuali berdasarkan dalil syar’i  Misal, bangkai itu haram (QS Al Maidah : 3), kecuali bangkai ikan dan belalang (hadits shahih).
  6. Bantahan Untuk Pendapat 1  Dalil keharaman riba bersifat umum (QS Al Baqarah : 275)  Artinya, mencakup segala macam bentuk riba, baik untuk keperluan konsumtif maupun produktif.  Kaidah ushul fiqih menyebutkan :  ‫العام‬ ‫يبقى‬ ‫على‬ ‫عمومه‬ ‫ما‬ ‫لم‬ ‫يرد‬ ‫دليل‬ ‫التخصيص‬  “Dalil umum tetap dalam keumumannya, selama tidak terdapat dalil yang mengkhususkan (mengecualikan keumumannya).”
  7. Pendapat 2 : Bunga Bank Yang Haram Hanya Bunga Yg Berlipat Ganda (Besar)  Ada yang berpendapat bunga bank yang diharamkan hanyalah bunga yang berlipat ganda (besar)  Maksudnya, bunga yang kecil tidak haram (misal 1% atau 2%)  Dail pendapat ini, ayat :  ‫ا‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ََ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ َ‫ب‬ ِ ‫الر‬ ‫ا‬ َ ‫افا‬َ‫ع‬ْ‫ض‬َ‫أ‬ َ ‫ة‬َ‫ف‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ض‬ُ‫م‬  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat ganda.” (QS Ali ‘Imran : 130).
  8. Bantahan Untuk Pendapat 2  Pendapat itu tidak benar.  Karena telah mengambil mafhum mukhalafah (pemahaman sebaliknya yang implisit) secara tidak sah dalam ushul fiqih  Mengapa tidak sah? Karena bertentangan dengan nash (ayat / hadits).  Nash yang dimaksud, adalah nash yang mengharamkan riba secara umum, baik riba yang sedikit maupun banyak (QS Al Baqarah : 275).
  9. Bantahan Untuk Pendapat 2  Dalam ilmu ushul fiqih, mafhum mukhalafah tidak sah jika bertentangan bertentangan dengan nash (ayat / hadits).  Misal, muslim dilarang memaksa budak perempuannya melakukan pelacuran jika mereka menghendaki kesucian (QS An Nuur : 33).  Mafhum mukhalafah-nya : boleh memaksa budak perempuan jika mereka tidak menghendaki kesucian
  10. Bantahan Untuk Pendapat 2  Mafhum mukhalafah ini batil dan tidak boleh diamalkan.  Karena bertentangan dengan nash umum yang mengharamkan zina, baik pelaku zina menghendaki kesucian atau tidak (QS Al Isra’ : 32).  Demikian pula, membolehkan riba yang sedikit (tak berlipat ganda) dengan mengambil mafhum mukhalafah dari QS Ali Imran : 130 adalah batil  Karena bertentangan dengan nash yang mengharamkan riba (QS Al Baqarah : 275).
  11. Pendapat 3 : Bunga Bank Yang Haram Hanya Bunga Yg Berlipat Ganda (Besar)  Pendapat 3 ini seperti pendapat 2, hanya berbeda sedikit istidlal-nya (penggunaan dalilnya).  Pendapat 3 ini mengatakan bahwa riba secara umum memang haram berdasar QS Al Baqarah : 275  Tapi kemudian ada pengecualian (takhsis), yaitu yang diharamkan khusus riba yang berlipat ganda berdasar QS Al ‘Imran : 130.  Jadi riba yang tidak berlipat ganda hukumnya boleh, sebagai takhsis (perkecualian) dari keumuman riba.
  12. Bantahan untuk Pendapat 3  Pendapat 3 ini batil.  Karena tidak benar QS Ali ‘Imran : 130 adalah dalil takhsis (pengecualian) dari keumuman riba  Sebab, dalam ilmu ushul fiqih, dalil takhsis haruslah datang belakangan, sedang dalil umum datang lebih dulu  Seharusnya QS Al Baqarah : 275 turun lebih dahulu, baru kemudian turun QS Ali ‘Imran : 130  Faktanya tidak demikian, karena QS Ali ‘Imran : 130 turun lebih dahulu, baru kemudian turun QS Al Baqarah : 275 .
  13. Pendapat 4 : Bunga Bank Boleh Untuk Mengimbangi Inflasi  Ada yang berpendapat, bunga bank boleh, karena untuk mengimbangi inflasi  Inflasi adalah fenomena dimana jumlah uang yang beredar lebih banyak daripada jumlah barang dan jasa di pasar  Inflasi ditunjukkan oleh penurunan nilai mata uang kertas (fiat money).  Contoh ; uang Rp 100 ribu pada tahun 2003, berbeda nilainya dengan uang Rp 100 ribu tahun 2013 sekarang.  Jadi, menurut pendapat ini adanya bunga bank adalah suatu kewajaran sebagai imbangan terjadinya inflasi.
  14. Bantahan Untuk Pendapat 4  Pendapat 4 ini batil dari 2 (dua) segi.  Pertama, pendapat ini hanya berdasarkan dalil aqli (logika), bukan berdasarkan dalil syar’i (wahyu).  Berbicara hukum Islam, artinya adalah berbicara hukum berdasarkan wahyu Allah (Al Qur`an dan As Sunnah), bukan hukum berdasarkan akal manusia.  Lihat dalil-dalil yang mewajibkan kita mengikuti hukum wahyu, misalnya QS Al Maaidah : 48 dan 49, QS Al Maaidah : 50, QS Al A’raf : 3, dll.
  15. Bantahan Untuk Pendapat 4  Kedua, sesungguhnya kebijakan negara mencetak uang kertas (fiat money) adalah suatu kekeliruan  Karena uang kertas tidak mempunyai nilai intrinsik (pada dirinya sendiri) sehingga menyebabkan inflasi yang terus menerus  Seharusnya yang dicetak adalah uang berbasis logam mulia (dinar dan dirham), yang anti inflasi  Pada zaman Nabi SAW harga 1 ekor kambing adalah 1 dinar, sekarang juga masih 1 dinar
  16. Bantahan Untuk Pendapat 4  Jadi membolehkan riba untuk mengimbangi inflasi akibat uang kertas, adalah mengoreksi kesalahan dengan membuat kesalahan baru  “Mengatasi Masalah dengan Masalah”.  Seperti hanya membersihkan kotoran (yang najis) pada baju dengan menggunakan darah (yang juga najis).  Seharusnya, membersihkan kotoran itu mestinya menggunakan air mutlak yang suci, bukan menggunakan darah yang sesama najis.
  17. Pendapat 5 : Bunga Bank Boleh Jika Bank-nya Milik Negara  Ada yang berpendapat, bunga bank boleh, jika bank-nya adalah bank negara (pemerintah)  Karena bunga yang diberikan bank pemerintah dianggap sebagai bagian dari pelayanan negara yang menjadi hak rakyat  Jadi jika bank-nya adalah bank swasta (bukan pemerintah), bunga bank baru dikatakan haram.
  18. Bantahan Untuk Pendapat 5  Ini pendapat batil, dari 2 (dua) segi :  Pertama, karena pendapat ini hanya berdasarkan dalil akal, bukan berdasarkan dalil syariah (wahyu)  Kedua, pendapat ini telah mengecualikan haramnya riba tanpa dalil syariah.  Karena tidak terdapat dalil syariah yang mengatakan bahwa riba dibolehkan jika diberikan oleh negara kepada rakyatnya.
  19. Pendapat 6 : Bunga Bank Boleh Karena Dulu Belum Ada Bank  Ada yang berpendapat, bunga bank boleh, karena dulu di jaman Nabi Muhammad SAW belum ada institusi keuangan bernama bank.  Riba pada masa itu adalah riba yang terjadi dalam interaksi antar individu, misal dalam hubungan utang piutang antar individu.  Jadi riba jaman dulu bukan riba antar individu dengan institusi bank seperti masa modern saat ini.
  20. Bantahan Untuk Pendapat 6  Ini pendapat batil, haramnya riba adalah bersifat umum, baik riba antar individu maupun antar individu dengan institusi keuangan (bank)  Selain itu, jika riba antar individu haram, maka riba oleh institusi tentu lebih haram lagi.  Karena riba oleh institusi pasti mempunyai legitimasi yang lebih kuat daripada riba antar individu.
  21. Bantahan Untuk Pendapat 6  Ini sama halnya dengan zina dalam pelacuran  Pelacuran bisa terjadi antar individu, bisa juga terjadi antar individu dengan sebuah institusi prostitusi (misal rumah bordil / lokalisasi).  maka jika pelacuran antara individu dharamkan, maka pelacuran yang didukung sebuah sistem / institusi tentu lebih haram lagi.
  22. Pendapat 7 : Bunga Bank Boleh Karena Terjadi Secara Suka Sama Suka (rela)  Mungkin ada yang berpendapat, bunga bank boleh, karena antara pemberi bunga dan penerima bunga sudah sama-sama rela (suka sama suka)  Artinya, tidak terjadi paksaan kepada pihak-pihak yang terlibat riba  Sehingga unsur kerelaan ini menjadi alasan dibolehkannya bunga bank.
  23. Bantahan Untuk Pendapat 7  Ini pendapat batil.  Karena kerelaan (suka sama suka) itu tidak dapat menghalalkan sesuatu yang haram.  Yang haram tetap haram, meskipun dilakukan secara suka sama suka.  Misal : berzina yang dilakukan secara suka sama suka, tetap haram.  Demikian pula, bunga bank yang dilakukan secara suka sama suka, hukumnya tetap haram.
  24. Pendapat 8 : Bunga Bank Boleh Karena Bermanfaat (ada tambahan).  Mungkin ada yang berpendapat, bunga bank boleh, karena bunga itu ada manfaatnya  Manfaatnya adalah adanya tambahan uang bagi para penabung di bank  Atau tambahan uang bagi pihak bank dari para kreditor (pihak yang berutang kepada bank)  Bukankah tambahan uang itu sesuatu yang bermanfaat?
  25. Bantahan Untuk Pendapat 8  Pendapat ini batil.  Karena sesuatu yang bermanfaat itu tidak selalu hukumnya halal.  Sesuatu yang bermanfaat itu adakalanya halal, adakalanya haram.  Jika sesuatu yang bermanfaat itu hukumnya haram, hukumnya tetap haram, tidak berubah menjadi halal.
  26. Bantahan Untuk Pendapat 8  Perhatikan firman Allah SWT :  ََ‫َك‬‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬ َْ‫ن‬َ‫ع‬ َ ‫ر‬ْ‫َم‬‫خ‬ْ‫ال‬ َ ‫ر‬‫ْس‬‫ي‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ َ ُ‫ق‬ َْ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬‫يه‬‫ف‬ َ ‫م‬ْ‫ث‬‫إ‬ َ ‫ير‬‫ب‬َ‫ك‬ َ َ‫م‬ َ‫و‬ َ ُ‫ع‬‫َاف‬‫ن‬ َ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ل‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ث‬‫إ‬ َ‫و‬ َُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ َْ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ه‬‫ع‬ْ‫ف‬َ‫ن‬  “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang khamr (minuman keras) dan maisir (judi). Katakanlah (Muhammad),’Pada keduanya ada dosa besar dan ada pula manfaat-manfaatnya untuk manusia, namun dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS Al Baqarah : 219)
  27. Bantahan Untuk Pendapat 8  Ayat tsb dengan jelas tetap mengharamkan khamr dan judi, meskipun khamr dan judi ada manfaatnya bagi manusia.  Ingat standar perbuatan muslim adalah halal-haram (syariah), bukan manfaat.  Apa yang dihalalkan adalah baik, sedang apa diharamkan adalah buruk, walaupun bermanfaat.
  28. Pendapat 9 : Bunga Bank Boleh Karena Darurat (Emergency).  Mungkin ada yang berpendapat, bunga bank boleh, karena alasan darurat.  Dalam kaidah fiqih disebutkan :  ‫الضرورات‬ ‫تبيح‬ ‫المحظورات‬  “Adh Dharuratu tubiihul mahzhuuraat.”  Artinya : Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang diharamkan.
  29. Bantahan untuk Pendapat 9  Pendapat tersebut tidak benar.  Karena pengertian darurat adalah kondisi terancamnya jiwa manusia, yakni jika tidak melakukan yang haram, manusia terancam jiwanya.  Misal : seseorang yang sangat kelaparan dan terancam jiwanya.  Sementara tidak ada makanan apapun kecuali daging babi, maka boleh dia memakan daging babi karena alasan darurat.
  30. Bantahan untuk Pendapat 9  Apakah jika seorang muslim tidak terlibat riba, dia terancam jiwanya?  Jawabannya : jelas tidak.  Faktanya, tidak terlibat riba memang kadang menimbulkan kesulitan atau hambatan, seperti kekurangan modal usaha, dll.  Tapi kesulitan atau hambatan tersebut tidak sampai pada kondisi darurat yang ada dalam syariah Islam.
  31. Bantahan untuk Pendapat 9  Pengertian darurat menurut Imam Suyuthi dalam kitabnya Al Asybah wa An Nazha`ir :  ‫وصوله‬ ‫حدا‬ ‫إن‬ ‫لم‬ ‫يتناول‬ ‫المنوع‬ ‫هلك‬ ‫أو‬ ‫قارب‬  “Sampainya seseorang pada batas (kondisi) jika dia tidak melakukan hal- hal yang diharamkan, maka dia akan mati atau mendekati mati (spt cacat permanen dll)  Pengertian tersebut diambil dari QS Al Baqarah : 173 ttg bolehnya memakan daging babi dll jika terpaksa (darurat).
  32. TERIMA KASIH WASSALAM
Anzeige