AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Pemahaman Autisme
1. PEMAHAMAN PDBK
HAMBATAN AUTISME
Oleh:
Edy Prabowo Atanasius, S.Si, M.T
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa
2. Pendahuluan
¨ Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif,
yang ditandai dengan kelainan kualitatif dalam
interaksi sosial dalam pola komunikasi, minat dan
aktivitas yang terbatas, stereotipik, berulang.
¨ Autisme mempengaruhi berbagai area
perkembangan, terlihat pada masa kehidupan
awal, dan menyebabkan disfungsi yang persisten.
3. DEFINISI
¨ Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak. Menurut Veskarisyanti
(2008 : 17) dalam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang
ketika menunjukkan gajala hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri. Autisme pertama
kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai
ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive
dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di
dalam lingkungannya.
¨ Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan
menonjol yang sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-
olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka
atau mengajak mereka berkomunikasi (Budiman, 1998).
¨ Definisi autisme adalah kelainan neuropsikiatrik yang menyebabkan kurangnya kemampuan berinteraksi
social dan komunikasi, minat yang terbatas, perilaku tidak wajar dan adanya gerakan stereotipik, dimana
kelainan ini muncul sebelum anak berusia 3 tahun (Teramihardja J, 2007).
¨ Jadi, dapat disimpulakn bahwa autism gangguan psikologis pada anak dimana anak memiliki atau
merasa tertarik dengan dunianya sendiri.
4. Epidemiologi
¨ Data Center for Disease Control and Prevention,
autisme = 1 dari 150 kelahiran.
¨ 5 kasus per 10.000 anak.
¨ 5 kali lebih sering pada anak laki-laki.
¨ Anak perempuan dengan gangguan autistik lebih
besar kemungkinannya memiliki retardasi mental
berat.
¨ 2-4% saudara kandung anak autistik juga
mengalami gangguan autistik.
5. ETIOLOGI
1. Genetik
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Keracunan logam
4. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak diserap oleh
tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
5. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya sendiri.imun adalah kekebalan
tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh
penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.
6. Cidera otak
7. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
8. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti.
9. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Etiologi dan Patogenesis
Faktor Psikologis dan Keluarga
¨ Dpt disebabkan o/ stresor psikososial: perselisihan
keluarga, kelahiran saudara kandung, pindahnya
keluarga.
¨ Anak dg autistikà sangat sensitif
7. Etiologi dan Patogenesis
Faktor Biologis
¨ 75% anak autistikà RM (1/3 ringan, sisanya berat
atau sangat berat).
¨ Autistik+RMà defisit >> nyata pemahaman
sosial,tugas verbal, tugas kinerja, daya ingat,
pengertian
¨ 4-32% à grand mal seizure
¨ 20-25% pembesaran ventrikel pd CT Scan
8. Etiologi dan Patogenesis
Faktor Biologis
¨ 10-83% à kelainan EEG tp tidak spesifik untuk
autistik.
¨ MRIàhipoplasia lobulus vermis serebeli VI dan VII,
kelainan korteksà menunjukan adanya migrasi sel
abnormal pada 6 bulan pertama gestasi.
¨ Juga dikaitkan dg keadaan neurologis: rubela
kongenital, PKU, sklerosis tuberosam Rett Disorder
9. Etiologi dan Patogenesis
Faktor Genetik
¨ 2-4 % yang memiliki saudara kandung autistikà
memiliki risiko untuk gangguan sama.
¨ Fragile X Syndromeà terjadi pada 1% anak
autistik.
¨ Penelitian Terbaruà kromosom 2, 7, 16, 17
mengandung gen autisme.
10. Etiologi dan Patogenesis
Faktor Imunologis
¨ Hipotesisà ketidakcocokan antibodi maternal thd
janinàturut berperan.
Faktor Perinatal
¨ Komplikasi perinatalàberperan besar.
¨ Perdarahan maternal setelah trimester pertama
dan mekonium, ARDS pada neonatal dan
anemiaàrisiko tinggi tjd autistik
11. Etiologi dan Patogenesis
Faktor Neuroanatomis
¨ Volume otak anak autis >> dr Normal
¨ Peningkatan pada lobus oksipitalis, parietalis,
temporalis(paling penting)
¨ Dpt terjadi akibat kemungkinan mekanisme:
neurogenesis>>, menurunnya kematian neuron, >>
produksi otak non neuronal (sel glia, PD).
14. Gambaran Klinis
Fisik
¨ Tidak menunjukkan adanya tanda fisik yang
menunjukkan gangguan autistik.
¨ Anomani fisik minor -> malformasi telinga
¨ Insiden dermatoglifik (gangguan neuroektodermal)
15. Gambaran Klinis
¨ Hendaya Kualitatif di dalam Interaksi Sosial
¨ Gangguan komunikasi dan bahasa
¨ Perilaku stereotipik
¨ Gejala prilaku terkait: hiperkinesis, agresi, eldakan
kemarahan, rentang perhatian pendek.
¨ Perilaku membahayakan diri sendiri, agresivitas melawan
orang lain, temper tantrums, ledakan agresivitas tanpa
pemicu, kurangnya
¨ Gangguan tidur dan makan
¨ Penyakit fisik terkait
¨ Fungsi intelektual: visuomotor/kognitif prekoks (islet of
precocity)
16.
17. MANIFESTASI KLINIS
¨ Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka
tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit
estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan
bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik
mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
¨ Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian
tubuh.
¨ Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut
dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
¨ Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak
menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
¨ Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
¨ Kontak mata minimal atau tidak ada.
18. ¨ Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap
rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon
terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas
pada rangsangan lain.
¨ Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
¨ Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal,
bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk
berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
¨ Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
¨ Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
19. Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan toddler
FAKTOR PEMBEDA PERKEMBANGAN NORMAL ANAK AUTIS
Pola tatapan mata Usia 6 bulan sudah mampu melakukan kontak sosial
melalui tatapan
Toddler: menggunakan gaze sebagai sinyal
pemenuhan vokalisasi mereka atau mengundang
partner untuk bicara
Pandangan mereka melewati orang
dewasa yang mencegah
perkembangan pola interaksi melalui
tatapan
Lebih sering melihat kemana-mana
daripada ke orang dewasa
Affect Usia 2,5-3 bulan sudah melakukan senyum sosial Tidak ada senyum sosial
Usia 30-70 bulan melihat dan
tersenyum terhadap ibunya, tapi tidak
disertai dengan kontak mata dan
kurang merespon senyuman ibunya
Vokalisasi Usia 2-4 bulan anak dan ibu terlibat dalam pola
yang simultan dan berganti vokal yang menjadi
awal bagi komunikasi verbal selanjutnya.
Karakter Autism mereka tampak dari
kurangnya babbling yang
menghambat jalan interaksi sosial ini
20. Imitasi Sosial: berkaitan dengan
responsifitas sosial, bermain bebas
dan bahasa
Langsung muncul setelah lahir Usia 8-26 bulan dapat meniru
ekspresi wajah tapi melalui
sejumlah keanehan dan respon
mekanikal yang mengindikasikan
sulitnya perilaku ini bagi mereka
Inisiatif dan Reciprocity Merespon stimulus yang ada
sehingga timbul reciprocity
Anak menjadi penerima pasif dari
permainan orang dewasa dan
tidak berinteraksi secara ktif
dengan mereka
Attachment Kelekatan pada anak autis
diselingi dengan karakteristik
pengulangan pergerakan motorik
mereka seperti tepukan tangan,
goncangan dan berputar-putar
Kepatuhan Anak autis patuh terhadap
permintaan. Jika permintaan
tersebut sesuai dengan kapasitas
intelektual mereka, mereka dapat
merespon secara pantas saat
mereka dalam lingkungan yang
terstruktur dan dapat diprediksi.
Anak autis memiliki sifat
negativistik secara berlebihan
21. Komunikasi 1. Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
2. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan
dalam kemampuan bicara.
3. Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
4. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
5. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.
Interaksi Sosial 1. Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk
berinteraksi secara layak.
2. Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi,
aktivitas, dan interes bersama.
3. Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
4. Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu
bersama-sama.
Perilaku 1. Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya
duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
2. Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus
cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu
diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak
minta diulang.
3. Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan,
menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
4. Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang
diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.
22. Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
A. Keenam (atau lebih) hal dari (1), (2), (3), dengan sedikitnya
dua dari (1), dan satu masing-masing dari (2) dan (3) :
1.Hendaya kualitatif dalam hal interaksi sosial, seperti yang
ditunjukkan oleh sedikitnya dua dari hal berikut:
¨ Hendaya yang nyata dalam hal penggunaan berbagai perilaku non
verbal seperti pandangan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan
sikap untuk mengatur interaksi sosial
¨ Kegagalan mengembangkan hubungan sebaya yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
¨ Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat,
atau pencapaian dengan orang lain (cth., dengan tidak
menunjukkan, membawa, atau menunjukkan objek minat)
23. Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
2. Hendaya kualitatif dalam hal komunikasi seperti yang
ditunjukkan dengan sedikitnya salah satu dari di bawah ini:
¨ Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa
lisan (tidak disertai dengan upaya untuk mengompensasikan
melalui cara komunikasi alternatif seperti sikap atau mimik.
¨ Pada orang dengan pembicaraan yang adekuat, hendaya
yang nyata dalam hal kemampuannya untuk memulai atau
mempertahankan pembicaraan dengan orang lain.
¨ Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang atau
bahasa yang aneh
¨ Tidak adanya berbagai permainan sandiwara spontan atau
permainan pura-pura sosial yang sesuai dengan tingkat
perkembangan
24. Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas stereotipik berulang,
dan terbatas, yang ditunjukkan oleh sedikitnya salah
satu dari berikut:
¨ meliputi preokupasi terhadap salah satu atau lebih
pola minat yang stereotipik dan terbatas yang
abnormal baik dalam intensitas atau fokus
¨ tampak terlalu lekat dengan rutinitas atau ritual yang
spesifik serta tidak fungsional
¨ manerisme motorik berulang dan stereotipik (cth.,
ayunan atau memuntir tangan atau jari, atau gerakan
seluruh tubuh yang kompleks)
25. Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada
sedikitnya salah satu area ini, dengan onset
sebelum usia 3 tahun: (1) interaksi sosial, (2) bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau (3)
permainan simbolik dan khayalan.
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan
Rett atau gangguan disintegeratif masa kanak-
kanak.
26. PPDGJ-III Autisme Masa Kanak (F 84.0)
¨ Gangguan perkembangan pervasif ditandai
kelainan/hendaya perkembangan muncul sblm 3 tahun:
interaksi sosial, komunikasi, dan prilaku terbatas&berulang.
¨ Tidak jelas ada perkembangan normal sebelumnya, tp bila
ada, kelainan perkembangan sudah jelas sblm 3 tahun
¨ Selalu ada hendaya kualitatif dalam reciprocal social
interaction.
¨ Hendaya kualitatif dalam komunikasi
¨ Pola perilaku, minat, dan kegiatan terbatas, berulang,
stereotipik
¨ Semua tingkatan IQ dapat ditemukan, tetapi ¾à RM
27. Diagnosis Banding
¨ Retardasi mental
¨ Schizofrenia
¨ Gangguan perkembangan berbahasa
¨ Gangguan penglihatan dan pendengaran
¨ Gangguan perkembangan pervasif
¨ ADHD
28. Penatalaksanaan
¨ Tidak ada terapi khusus.
¨ Deteksi dan penanganan dini dapat memperbaiki
gejala dan perkembangan
¨ Tujuan terapià meningkatkan perilaku proporsional
dan secara sosial dapat diterima, memperbaiki
komunikasi verbal dan non-verbal.
¨ Orangtua sangat berperan dalam perkembangan
anak autisme, t.u. Bahasa, kognitif, dan area
perilaku sosial anak.
29. PENATALAKSANAAN
1. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara yang
lebih baik.
2. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
3. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak memahami
mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap
suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih
untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT)
yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis mempunyai kadar
serotonin dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan
saling berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat
keadaan atau perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone bias digunakan sebagai antagonis
reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri
sendiri.
MEDIS
KEPERAWATAN
31. PENGKAJIAN
Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C
(1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain Ketidakmampuan untuk membedakan
batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain
atau gerakkan-gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali,
pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan
batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak
isyarat.
33. RESIKO MUTILASI DIRI
Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (missalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap
kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas
1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk mencegah perilaku
merusak diri . Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan anak)
2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan. Rasional :
pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat
3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk
mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat
gerakan-gerakan histeris . Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
4. Membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat. Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi
mutilasi . Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku mutilasi diri dan
memberikan rasa aman
34. GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil :
1. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
2. Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain
3. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan. Rasional : Interaksi staf
dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan.
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa
aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress. Rasional : Benda-benda ini
memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman bila anak merasa distres.
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan
saling percaya. Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan
mempertahankan hubungan saling percaya.
4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan
yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman,
dan pelukan. Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang gencar
pada pasien yang tidak terbiasa.
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk
hubungan dengan orang lain dilingkungannya. Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk
hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman.
35. GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
2. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
3. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain
1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi
anak. Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tinda-
kan-tindakan dan komunikasi pasien.
2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola komunikasi
terben-tuk. Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi kecemasan
anak se-hingga anak akan dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan
asertif.
3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode pola
komunikasi ( misalnya :" Apakah anda bermaksud untuk mengatakan bahwa..?"). Rasional:
Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari pesan yang diterima,
menjelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk tidak
"berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya".
4. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-ekspresi non-
verbal yang benar dengan menggunakan contoh. Rasional: Kontak mata mengekspresikan
minat yang murni terhadap dan hormat kepada seseorang
36. GANGGUAN IDENTITAS DIRI
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu
yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
2. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-
kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)
1. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak. Rasional: Interaksi pasien staf meningkatkan pemben-
tukan data kepercayaan.
2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan diri,
seperti berpakaian dan makan. Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan
anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain.
3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya. Rasional : Kegiatan-kegiatan
ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang
lain.
4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan untuk menjelaskan
perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai keperca-
yaan anak telah terbentuk. Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai suatu
ancaman oleh pasien.
5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuh dengan mengguna-
kan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak. Rasional: Dapat memberikan gambaran
tentang bentuk tubuh dan gambaran diri pada anak secara tepat
37. Edukasi untuk Orangtua dan Keluarga
¨ Memahami dan menerima kondisi anak apa adanya
¨ Mengupayakan penanganan anak sesuai kondisinya
¨ Orangtua terlibat dalam setiap tindakan yang
dilakukan terhadap anaknya
¨ Jangan membuang waktu di rumah tanpa kegiatan
yang bermanfaat.
¨ Menjadi anggota Parents Support Group
¨ Mencari sekolah-sekolah yang khusus
¨ Mencari klinik terapi
38. Pendekatan Edukatif
¨ Anak gangguan autis harus tetap sekolah,
disesuaikan tingkat inteligensi.
¨ Dalam pelajaran bahasa fokuskan pembicaraan di
dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak lebih
mudah dikembangkan kemampuannya.
¨ Melatih ketrampilan sosial.
¨ Terapi perilaku diharapkan dapat membantu
mempelajari perilaku yang sesuai dan membuang
perilaku yang bermasalah
39. Deteksi Dini Autisme
¨ Tanda & gejala autisme sebenarnya sudah bisa
diamati sejak dini bahkan sejak sebelum usia 6
bulan
¨ Deteksi Dini dalam Kandungan
¤ Hanya untuk penelitian
40. Deteksi Dini Autisme
¨ Jarang menangis
¨ Terlalu sensitif
¨ Gerakan tangan dan kaki
berlebihan
¨ Tidak “babbling”
¨ Tidak ditemukan senyum sosial
diatas 10 minggu
¨ Tidak ada kontak mata diatas
umur 3 bulan
¨ Perkembangan motor
kasar/halus sering tampak
normal
¨ Kaku bila digendong
¨ Tidak mau bermain permainan
sederhana
¨ Tidak mengeluarkan kata
¨ Tidak tertarik pada boneka
¨ Memperhatikan tangannya
sendiri
¨ Keterlambatan dalam
perkembangan motor
kasar/halus
¨ Mungkin tidak dapat menerima
makanan cair
0-6 Bulan 6-12 bulan
41. Deteksi Dini Autisme
¨ Tidak tertarik untuk
bersosialisasi dengan
anak lain
¨ Melihat orang sebagai
“benda”
¨ Kontak mata terbatas
¨ Tertarik pada benda
tertentu
¨ Kaku bila digendong
¨ Sering didapatkan
echolali
¨ Mengeluarkan suara yang
aneh dengan nada tinggi
atau datar
¨ Marah bila rutinitas yang
seharusnya berubah
¨ Menyakiti diri sendiri
¨ Temperamen tantrum atau
agresif.
2-3 tahun 4-5 tahun
42. Prognosis
¨ Merupakan gangguan seumur hidup
¨ Bila IQ rendah sulit untuk hidup mandiri.
¨ Prognosis membaik bila orang tua dan lingkungan
bersifat suportif dan memenuhi kebutuhan anak.