1. ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI CHIPS PORANG
PT. Insan Agro Sejahtera di Desa Lassang Barat Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Drs. H. H. Khairinal, Dpt. BA.,M.Si.
DISUSUN OLEH:
Dhefarell Jalingga
R-003/Semester 1 (Satu)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan bantuan serta
rahman dan rahim-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Bisnis mengenai
“ Pengembangan Usaha Agroindustri Tomat Di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi “ dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan pengikutnya
sampai akhir zaman kelak. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Budi
Purnomo, M.Hum., M.Pd Prof. Dr. Drs. H. H. Khairinal, Dpt. BA., M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Bisnis dan semua pihak yang telah membantu dan
mengarahkan penulis hingga selesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan serta kekeliruan yang
perlu diperbaiki lagi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan kedepannya.
Jambi, 20 September 2023
Dhefarell Jalinga
A1A123038
DAFTAR ISI
3. Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1.Lata rBelakang Masalah.......................................................................................4
1.2.Tujuan penulisan...................................................................................................5
1.3.Manfaat Penulisan................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1.Sejarah Berdirinya Usaha.....................................................................................6
2.2.Bahan Baku...........................................................................................................6
2.3.Produksi................................................................................................................6
2.4.Permodalan........................................................................................................10
2.5.TenagaKerja........................................................................................................11
2.6.Pengepakan........................................................................................................13
2.7.Pemasaran..........................................................................................................13
2.8.Penjualan............................................................................................................14
2.9.Kendala Usaha....................................................................................................14
2.10.Kemungkinan Perkembangan Ke Depan.......................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................................15
3.1. Kesimpulan........................................................................................................15
3.2.Rekomendasi......................................................................................................15
DAFTARPUSTAKA....................................................................................................16
1.PENDAHULUAN
4. 1.1 Latar Belakang
Tanaman porang merupakan tanaman asli Indonesia dan sudah sejak lama
dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan pada jaman penjajahan Jepang,
masyarakat di sekitar hutan dipaksa untuk mendapatkan porang guna keperluan bahan
pangan industri mereka. Meskipun sudah lama dikenal dan dimanfaatkan, namun aspek
budidaya tanaman tersebut, demikian pula prosessing atau pengolahannya tidak
berkembang. Masyarakat hanya mengambil dari pertanaman yang tumbuh liar di bawah
tegakan pohon atau di sekitar hutan, dan menjualnya dalam bentuk umbi basah (Mejaya,
et al., 2015).
Porang merupakan salah satu kekayaan hayati umbi-umbian Indonesia. Sebagai
tanaman penghasil karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan,
tanaman porang sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan dickspor sebagai
bahan baku industri. Meskipun demikian tanaman tersebut belum secara luas
dibudidayakan. Petani umumnya hanya mengambil serta memanfaatkan tanaman yang
tumbuh liar di hutan, ditegakan di bawah rumpun bambu, di sepanjang bantaran sungai
dan lereng gunung. Sebetulnya sejak perang dunia II, porang telah diekspor ke Jepang,
Taiwan, Singapura dan Korea Selatan. Namun selanjutnya budidaya tanaman porang
kurang berkembang. demikian pula prosessing atau pengolahannya menjadi chips
porang atau menjadi tepung glukomanan. Pada tahun 1975an, usahatani tanaman porang
bergairah kembali dengan adanya kenyataan bahwa tanaman tersebut bernilai ekonomis
tinggi dan sangat menguntungkan karena glukomananya dapat dimanfaatkan sebagai
pangan fungsional yang berkhasiat bagi kesehatan (Mejaya, et al., 2015).
Agroindustri merupakan suatu industri pertanian yang kegiatannya terkait
dengan sektor pertanian, keterkaitan tersebut menjadi salah satu ciri dari negara
berkembang yang strukturnya mengalami transformasi dari ekonomi pertanian menuju
industri pertanian (agroindustri). Wujud keterkaitan ini adalah sektor pertanian sebagai
industri hulu yang memasok bahan baku dan sektor industri pertanian sebagai industri
yang meningkatkan nilai tambah pada hasil pertanian menjadi produk yang kompetitif
(Kusumawardani, 2009).
5. 1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan masalah pada
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan pengolahan umbi porang menjadi chips porang di PT. Insan Agro
Sejahtera Desa Lassang Barat Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar?
2. Berapa pendapatan yang diperoleh unit pengolahan umbi porang menjadi chips
porang PT. Insan Agro Sejahtera Desa Lassang Barat KecamatanPolongbangkeng Utara
Kabupaten takalar?
3. Berapa nilai tambah usaha pengolahan umbi porang menjadi chips porang di PT.
Insan Agro Sejahtera Desa Lassang Barat Kecamatan
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk
mengetahui tahapan pengolahan umbi porang menjadi chips porang di PT. Insan Agro
Sejahtera Desa Lassang Barat Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh PT. Insan Agro
Sejahtera Desa Lassang Barat Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
3. Untuk menganalisis nilai tambah usaha pengolahan umbi porang menjadi chips
porang di PT. Insan Agro Sejahtera Desa Lassang Barat Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Usaha
Pabrik pengolahan porang ini di kelola oleh PT. Insan Agro Sejahtera milik
Bapak H. Lukman Hakim. Dibangun pada pertengahan tahun 2017 dan mulai beroperasi
pada tahun 2018, luas tanah pabrik pengolahan porang + 2 hektar. PT. Insan Agro
Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang Agrobisnis, yaitu dalam
6. perdagangan porang dan proses pengolahan porang itu sendiri hingga menjadi chips
porang.
2.2 Bahan Baku
1. Bahan baku umbi porang
Bahan baku utama yang digunakan pada produk chips porang adalah umbi porang
yang masih berbentuk umbi basah yang diperkirakan usia sudah mencapai 1 tahun
dengan kadar air 70-80%. Bahan baku ini diperoleh dari Kabupaten Takalar dan
sekitarnya yang langsung dibawah oleh petani ataupun melalui pedagang pengumpul.
2.3 Produksi
1. Bahan baku umbi porang
Bahan baku utama yang digunakan pada produk chips porang adalah umbi porang
yang masih berbentuk umbi basah yang diperkirakan usia sudah mencapai 1 tahun
dengan kadar air 70-80%. Bahan baku ini diperoleh dari Kabupaten Takalar dan
sekitarnya yang langsung dibawah oleh petani ataupun melalui pedagang pengumpul.
2. Penyortiran
Pemilihan atau penyortiran umbi porang dilakukan untuk memilih umbi yang
berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta cacat terutama terlihat dari
ukuran besarnya umbi serta bercak hitam atau garis-garis pada kulit atau daging umbi,
berdasarkan ukuran dan ada tidaknya umbi cacat atau busuk. Penyortiran 30.000
kilogram umbi porang hilang 2% dan tersisa 29.400 kilogram umbi porang yang telah
melewati proses penyortiran
3. Pencucian
Umbi porang yang telah melewati proses penyortiran kemudian tahap selanjutnya
yaitu tahap pencucian adalah sebuah cara yang efektif untuk menghilangkan kotoran
yang melekat dipermukaan umbi porang. Proses pembersihan umbi porang dari lumpur,
tanah yang masih menempel padaumbi setelah selesai dari panen. Proses pembersihan
umbi porang dengan tahapan penyikatan dan penyemprotan air secara kontinyu.
7. Jika tebal irisan meningkat maka waktu pemanggangan juga lebih panjang, karena
penguapan air lebih lambat. Pada kadar air yang sama laju dehidrasi akan lebih tinggi
pada sampel yang lebih tipis. Suhu pemanggangan sangat berpengaruh terhadap waktu
pemanggangan.
4. Pengirisan
Umbi selanjutnya diiris tipis dengan menggunakan mesin pengiris dengan ketebalan
0,5-0,7 cm. Pengirisan ini bertujuan agar permukaan porang terbuka lebar sehingga
memudahkan air yang terkandung di dalamnya bisa lebih cepat keluar.
5. Pemanggangan
Umbi porang yang telah diiris tipis kemudian dipanggang pada suhu + 75 °C
selama kurang lebih 4 jam sehingga menghasilkan chips porang dengan tingkat
kekeringan atau kadar air 11-12% sesuai standarisasi pabrik. Pemanggangan merupakan
salah satu proses penanganan pascapanen umbi porang yang bertujuan untuk
mengurangi kadar air dari dalam bahan yang diikuti oleh perubahan fisik dan kimia.
Pemanggangan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya penyusutan (shrinkage)
yaitu perubahan volume yang diikuti dengan perubahan bentuk. Sebanyak 29.400
kilogram umbi yang dipanggang susut sebanyak 83% akan menghasilkan sebanyak
4.998 kilogram chips porang kering. Batas kadar air chips porang maksimum yang
disyaratkan industri adalah 10-12% dan SNI 01-1680-1989 tentang chips porang adalah
12%.
Sementara itu dari hasil wawancara kadar air chips porang yang dihasilkan PT.
Insan Agro Sejahtera sebesar 11-12%, sehingga chips porang yang dihasilkan tersebut
telah memiliki mutu yang baik berdasarkan SNI.
6. Penyortiran chips
Penyortiran chips kering bertujuan untuk memisahkan kotoran, benda asing, chips
yang rusak/cacat, kadar air dan chips kering yang ditumbuhi kapang atau jamur (chips
kering yang terdapat bercak-bercak hitam karena adanya spora jamur. Sebanyak 4.998
kilogram chips porang yang disortir hilang 1,9%, chips yang telah melewati proses
penyortiran sebanyak 4.900 kilogram chips yang kualitas bagus.
8. 7. Pengemasan
Tahap proses pengemasan (packing) chips porang dimasukkan kedalam karung
kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit karung, setelah dikemas kemudian
disusun diatas pallet. Pengemesan ini dilakukan agar chips porang tidak mudah rusak.
Bahan pengemas chips porang kering adalah karung plastik polipropilen.
Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa alasan digunakannya karung plastik
polipropilen adalah karena mudah didapat, harga yang relatif murah, kedap udara dan
kedap air, sehingga chips porang tidak mudah cacat/ rusak maupun ditumbuhi jamur.
8. Penyimpanan
Chips porang yang telah dikemas kemudian disimpan digudang penyimpanan dan
disusun rapi diatas pallet agar chips porang tersebut.
terjaga kualitas dan tidak mudah ditumbuhi jamur sebelum kemudian
diekspor kenegara tujuan yaitu vietnam.
9. Chips porang siap dijual
Porang diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering yang harganya
sekitar Rp. 58.000,00 per kilogram. PT. Insan Agro Sejahtera yang berlokasi di Desa
Lassang Barat Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar setiap tahunnya
mengekspor chips porang ke Vietnam kurang lebih 50 ton chips porang.
Pengolahan umbi porang menjadi chips porang dengan penggunaan mesin fasilitas
penyimpanan dan peralatan pascapanen yang terdiri atas alat mesin pemanggang, mesin
pengiris dan mesin sikat sangat berpengaruh terhadap produktivitas produk pertanian.
Penggunaan teknologi dan manajemen yang baik termasuk rantai pasok bahan baku
umbi pada proses pascapanen dapat meningkatkan produktivitas produk pertanian
dibandingkan penggunaan alat rumah tangga yang bersifat konvensional. Penggunaan
alat/mesin ini dapat mempercepat proses pengolahan umbi porang menjadi chips porang
dan juga dapat menghasilkan chips porang yang berkualitas baik.
Pengolahan umbi porang menjadi produk kering seperti chips porang dilakukan
karena produk kering seperti chips lebih ringkas dan tahan lama disimpan dan praktis
9. untuk diolah lebih lanjut. Pada pembuatan chips porang di PT. Insan Agro Sejahtera.
Tahap awal yaitu umbi porang terlebih dahulu di sortasi kemudian memisahkan antara
umbi yang rusak / cacat dengan umbi yang kualitas bagus, umbi yang telah melalui
proses sortasi kemudian di cuci, umbi porang terlebih dahulu dituang ke dalam kolam
pertama yang telah diisi air untuk kemudian di rendam dan setelah proses perendaman
umbi porang akan dipindahkan naik dengan menggunakan mesin conveyor untuk
menuju mesin sikat dan dicuci dengan air, umbi porang disikat untuk menghilangkan
kotoran atau tanah yang masih nempel pada bagian umbi porang.
Setelah keluar dari mesin sikat, umbi porang kemudian akan di kupas dan
dibersihkan akar-akarnya dengan menggunakan tenaga manusia dan kemudian umbi
yang telah di kupas akan menuju kolam kedua melalui mesin conveyor untuk dibilas
kembali dengan menggunakan air agar umbi tersebut menjadi bersih. Setelah dibilas di
kolam kedua, umbi porang akan naik ke mesin pengiris dengan menggunakan mesin
conveyor dan kemudian akan diiris tipis sesuai ketebalan yang telah ditetapkan yaitu
0,5-0,7 cm.
Pengirisan ini dilakukan agar permukaan porang terbuka lebih lebar sehingga
memudahkan air yang terkandung di dalamnya bisa lebih cepat keluar. Tahap
selanjutnya yaitu proses pemanggangan dengan menggunakan mesin oven/pemanggang
dan akan melewati 7 lantai selama kurang lebih 4 jam dengan suhu 75 °C sehingga
umbi basah tersebut akan menjadi kering atau berbentuk chips, chips tersebut nantinya
akan disortasi kembali apakah ada yang masih lembab atau tidak. Chips yang sesuai
standarisasi pabrik yaitu dengan tingkat kekeringan + 11 - 12 %. Setelah melewati
proses penyortiran, chips kering yang layak akan sampai pada tahap ke proses
pengepakan (packing), dimasukkan kedalam karung dan dijahit dengan menggunakan
mesin jahit karung, setelah di jahit kemudian di susun di atas pallet.
Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pusat Studi Porang
Perhutani KPH Nganjuk, 2012) yaitu setelah melewati proses pemanenan,umbi porang
dibersihkan dari kotoran berupa tanah dan akar yang menempel kemudian diiris dengan
ketebalan sekitar 0,5 cm. Proses selanjutnya yaitu menjemurnya di bawah terik matahari
hingga benar-benar kering. Proses penjemuran ini memerlukan waktu sekitar 5 hari,
10. pada tahap ini porang harus benar-benar kering, untuk menghindari timbulnya jamur
yang dapat mengurangi kualitas, dan harga jual porang.
Mejaya (2015) pada pembuatan chips, umbi segar disortasi lebih dahulu, dengan
memisahkan umbi yang tidak rusak/cacat, kemudian dikupas, dicuci dan direndam
dalam air bila menunggu proses berikutnya untuk mencegah terjadinya pencoklatan.
Umbi selanjutnya diiris tipis dengan ketebalan 0,7 cm dengan menggunakan tenaga
manusia irisan umbi kemudian dibilas dengan air sampai bersih, lalu di jemur selama
dua hingga tiga hari (30 jam) sampai kadar air + 14 %. Proses pengolahan yang
dilakukan Mejaya (2015) ini masih dilakukan secara manual.
Dewanto dan Purnomo (2009) bahwa proses pengolahan umbi porang diawali
dengan mencuci umbi porang hingga bersih lalu diiris tipis dengan ketebalan 0,5-0,7
cm. Irisan umbi kemudian dihamparkan diatas nampan dan dikeringkan sampai kadar
air mencapai + 12 %. Pengeringan di bawah sinar matahari 3 – 4 hari. Hasil proses
pengeringan ini disebut chips atau kripik porang.
2.4 permodalan
Biaya merupakan komponen utama dalam aktivitas produksi karena tanpa adanya
biaya, maka proses produksi tidak akan berjalan. Biaya dapat dikatakan sebagai
pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh pihak produsen untuk menghasilkan produk
(Nirwana, 2003). Biaya produksi tidak dapat terpisahkan dari proses produksi karena
biaya produksi adalah hasil kali dari input dengan harga produk. Biaya produksi
merupakan semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh
perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang dan jasa yang siap untuk dipakai
konsumen (Nuraini, 2013).
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha yang jumlahnya
relatif tidak mengalami perubahan, sampai dengan tingkat kapasitas produksi tertentu
(Prianto, 2016). Biaya tetap menurut (Tain, 2016) yaitu pengeluaran yang besarnya
tidak tergantung atau tidak ada kaitannya dengan besarnya produksi. Biaya tersebut bisa
berbentuk tunai maupun tidak tunai. Tunai yaitu sewa tanah atau pajak bumi dan bunga
uang, sedangkan yang diperhitungkan yaitu penyusutan alat-alat.
11. Biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah sesuai dengan jumlah barang yang
diproduksinya. Semakin banyak sebuah barang diproduksi, maka biaya variabel yang
dikeluarkan juga semakin besar (Prianto, 2016). Biaya variabel adalah biaya yang
secara total berfluktuasi secara langsung, sebanding dengan perubahan volume
penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain. Biaya bahan baku adalah
contoh biaya variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.
2.5 Tenaga Kerja
Dalam perusahaan yang dijalankan oleh seseorang untuk mewujudkan operasi
perusahaan agar perusahaan berjalan dengan lancar dan baik, maka perusahaan harus
memiliki sistem organisasi yang sesuai dengan aktifitas perusahaan. Mengingat
pentingnya struktur organisasi yang memperjelas pembagian wewenang dan tanggung
jawab setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya.
Adapun struktur organisasi di perusahaan PT. Insan Agro Sejahtera dimana
pemegang kekuasaan tertinggi dipegang oleh pemilik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Pemilik Usaha: H.Lukman Hakim
Bendahara: Kiswanto
Teknisi: Ridwan
Security: Ibrahim
Operator:Anto,Rudi,Haris
Penyortiran:Kasma,Rani,Lia,Wiwi,Risna
Penyucian:Suriani,Bulan,Rasdiana,Fitri,Sariah
Pengirisan:Herman,Lisa,Anas,Ati
Pemanggangan:Rizal,Salam,Dedi,Mukli
Pengemasan:Irsan,Rahim,Novia,Nursiah
Pemilik usaha yaitu bapak H. Lukman Hakim bertanggung jawab atas keberhasilan
usaha agroindustri chips porang secara menyeluruh, menetapkan dan mengawasi tugas
karyawan. Bendahara bertanggung jawab atas administrasikeuangan, membuat laporan
keuangan, menandatangani bukti-bukti pengeluaran dan penerimaan. Karyawan
12. merupakan seseorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari sebuah perusahaan untuk
melakukan operasional perusahaan. Tugas karyawan tidak lain adalah bekerja disuatu
perusahaan.
2.6 Pengepakan
Tahap proses pengemasan (packing) chips porang dimasukkan kedalam karung
kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit karung, setelah dikemas kemudian
disusun diatas pallet. Pengemesan ini dilakukan agar chips porang tidak mudah rusak.
Bahan pengemas chips porang kering adalah karung plastik polipropilen.
Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa alasan digunakannya karung plastik
polipropilen adalah karena mudah didapat, harga yang relatif murah, kedap udara dan
kedap air, sehingga chips porang tidak mudah cacat/ rusak maupun ditumbuhi jamur.
2.7 Pemasaran
Penelitian Ari (2020) dalam kelembagaan pemasaran dan usahatani porang di
Kacamatan Saradan Kabupaten Madiun menerangkan bahwa analisis yang diperoleh
berkisar antara Rp. 1.620 per kilogramnya dengan rasio nilai tambah sebesar 15,25 %
pada tahun 2020. Pada agroindustri chips yang diteliti oleh Rahman (2015), rata-rata
nilai tambah untuk agroindustri chips sebesar Rp. 1,698 dengan rasio nilai tambah
sebesar 22,6 %. Begitu pula penelitian Dwiyono (2014) Penanganan pasca panen umbi
porang (Amorphophallus muelleri Blume) studi kasus di Madiun Jawa Timur, rata-rata
nilai tambah sebesar Rp. 1.300,00 per kilogram bahan baku dengan rasio nilai tambah
sebesar 33%. Walaupun rasio nilai tambah pada agroindustri “PT. Insan Agro Sejahtera”
lebih rendah dibandingkan dengan Penelitian Dwiyono (2014), nilai tambah yang
dihasilkan agroindustri PT. Insan Agro Sejahtera merupakan yang paling besar yaitu Rp.
3.010,62 per kilogram bahan baku.
2.8 Penjualan
Kabupaten Takalar merupakan salah satu daerah yang membudidayakan tanaman
porang. Selama ini petani menjual langsung umbi porangnya ke pengepul. Margin
keuntungan yang didapatkan petani lebih kecil. Petani belum mengetahui cara
pengolahan pangan yang baik dan cara mengolah umbi porang menjadi produk yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan margin keuntungan penjualan umbi porang bagi petani dan juga
pencegahan pemupukan dan kerusakan umbi porangsetelah panen adalah dengan cara
melakukan pengolahan umbi porang menjadi produk yang memiliki nilai jual yang lebih
tinggi. Salah satu produk yang bisa diproduksi sebagai alternatif pengolahan umbi
porang adalah chips porang. Prinsip pembuatan chips umbi porang sangat sederhana,
yaitu dengan mencuci umbi porang hingga bersih dari getah, kemudian di slice dengan
ketebalan 0,5 cm,kemudian dikeringkan. Teknologi yang sederhana dan proses yang
relatif cepatdapat dengan mudah diadaptasi petani. Chips umbi porang dirasa dapat
13. menjadi solusi yang tepat karena selain meningkatkan umur simpan juga dapat
memperluas pasar (Nofrida, et al, 2020). Agroindustri pengolahan umbi porang menjadi
bentuk chips porang (irisan tipis) berlokasi di Desa Lassang Barat Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar berdasarkan uraian di atas, penulis merasa
tertarik untuk mencoba melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Chips Porang (Studi Kasus PT. Insan Agro Sejahtera di Desa Lassang
Barat Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)”.
2.9 Kendala Usaha
Kurangnya perahatian Pemerintah Untuk Mengambangkan Dan Merekomendasikan
chips Porang, ke khalayak umum
2.10 Kemungkinan Perkembangan ke Depan
1. Bertujuan untuk menjadi perusahaan di bidang Agrobisnis yang unggul,berakar kuat
serta mampu mengajak mitra kami untuk tumbuh dan berkembang bersama.
2. Menjadi yang terbaik dalam bisnis bahan pangan dengan produk berkualitas tinggi
dan terpercaya, serta layanan terbaik yang berkesinambungan.
3. Memberikan pelayanan serta produk yang berkualitas baik sehingga tercapai
kualitas produk yang optimal.
4. Saling menguntungkan kepada seluruh mitra yang bekerjasama dengan kami.
5.Selalu berinovasi dalam pengembangan produk baru yang berkualitas.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesmipulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa usaha produk chips porang PT. Insan Agro Sejahtera desa
lassang barat kecamatan polongbangkeng utara kabupaten takalar sebagai berikut:
1. Tahapan pengolahan chips porang yaitu penyediaan bahan baku umbi
porang,penyortiran, pencucian, pengirisan, dan pemanggangan sehingga menghasilkan
chips porang, kemudian kembali disortasi dan tahap terakhir yaitu pengemasan.
2. PT. Insan Agro Sejahtera Desa Lassang Barat Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 95.560.000 per satu kali
proses produksi, penerimaan sebesar Rp. 284.200.000 per satu kali proses produksi.
3. Nilai tambah yang diperoleh dalam proses pengolahan umbi porang menjadi chips
porang di PT. Insan Agro Sejahtera sebesar Rp. 3.010,62 per kilogram.
14. 3.2Rekomendasi
Berdsarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang bisa di berikan untuk pihak-
pihak terkait di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perlu mengolah lebih lanjut produk chips porang menjadi tepung porang
sehingga nilai jualnya semakin tinggi.
2. Untuk memperbaiki mutu dan kualitas chips porang yang sangat penting dalam
persaingan dimasa yang akan datang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan.
3. Tetap mempertahankan kualitas produk yang dimiliki sebagai pembeda dengan
pengusaha lain, menjadi nilai tambah tersendiri sebagai keunggulan ciri khas produk
chips porang yang di produksi oleh PT. Insan Agro Sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, J. Dan B. H. Purnomo. 2009. Pembuatan Konyaku dari Umbi Iles-iles
(amorphophallus oncophyllus). (Tugas Akhir). Universitas sebelas maret. Surakarta.
Davies RM, Olatunji MO, dan Burubai W. 2008. A survey of cassava machinery in oyo
state. World J Agri Sci. 4(3): 337-340.
15. Hayami, Y. dan Sudiyono. (1987). Agricultural Marketing and Processing in Upland
Java; A Perspektif From A Sunda village. CGPRT No 8. Bogor.
Haryani, K dan Hargono. 2008. Proses pengolahan ile-iles (Amorphophallus sp.)
menjadi glukomanan sebagai selling agent pengganti boraks. Momentum 4 (2):38-41.
I Made Jana Mejaya, Nasir Saleh, Didik, Rahayuningsih, Erliana & Budhi 2015.
Pengenalan, budidaya dan pemanfaatan tanaman porang, Pusat penelitian dan
pengembangan tanaman pangan. Bogor 16111. ISBN: 978-979-1159-64-7.
Iza Ari Arafiah, Ir. Farida Syakir, MP dan Ir. Zainul Arifin. MP (2020) Kelembagaan
Pemasaran dan Usahatani Porang di Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Jurnal
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEAGRI)Vol.1 No.4. 111-239.
Jansen, P.C.M., C. Van der Wilk, and W.L.A. Hetterscheid. Amorphophallus Blume ex
Decaisne. In Flach, M. And Rumawas (eds). PROSEA: Plant Resource of South-East
Asia No. 9. Plant Yielding Non- Seed Carbohydrates. Leiden: Backhuys Publishers.
Josua Yaremia Thomas Gultom & Lies Sulistyowati. Strategi Pengembangan
Agroindustri Manisan Mangga (Studi Kasus Pada UMKM Satria di Kecamatan
Kedawung, Kabupaten Cirebon) Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Vol. 5
No. 1, September 2018.
Kisroh Dwiyono, Titi Candra Sunarti, Ono Suparno dan Liesbetini Haditjaroko.
Penanganan Pascapanen Umbi Iles-iles (Amorphohallus Muelleri Blume) Studi Kasus
di madiun, Jawa Timur. J. Teknologi Industri Pertanian 24 (3) : 179-188 (2014).