3. PERJUANGAN RAKYAT PALEMBANG
2.Pembentukan dan Penyempurnaan
Aparatur Pemerintah Sipil di SumSel
1.Kondisi Kota Palembang setelah
kemerdekaan Republik Indonesia
3.Terbentuknya SUBKOSS di
Sumatera Selatan
4.Pertempuran Lima Hari Lima
Malam di Palembang
5.Gambaran Pertempuran Lima Hari
Lima Malam
6.Upaya Perundingan dan Pengakhiran
Pertempuran Lima Hari Lima Malam di
Palembang
4. Kondisi Kota Palembang setelah
kemerdekaan Republik Indonesia
Para pemuka masyarakat palembang memperoleh informasi
mengenai proklamasi kemerdekaan itu pada tanggal 18 Agustus
1945 dari Maylan, seorang Redaktur Palembang Syimbun, yang
kemudian menyiarkan berita itu melalui Radio Palembang. Salah
seorang yang menerima berita itu adalah A.K. Gani, yang kemudian
melakukan hubungan telepon dengan R.Sudarsono di Jambi.
Sumber lain menyebutkan bahwa masyarakat Palembang
mengetahui berita Proklasmasi itu beberapa hari kemudian, pada
tanggal 19 atau 20 Agustus 1945, melalui orang-orang Palembang
yang datang dari Jakarta (Mo’moen Abdullah dkk, 1991/1992) : 168)
5. Pembentukan dan Penyempurnaan
Aparatur Pemerintah Sipil di SumSel
Konsep susunan Pemerintahan Indonesia untuk daerah Keresidenan
Palembang adalah sebagai berikut :
Kepala Pemerintah : A.K. Gani
Wakil Kepala Pemerintahan : Abdul Rozak
Kepala Kepolisan : Asaari dan Mursodo
Bagian Kemakmuran : Ir. Ibrahim
Bagian Penerangan : Nungtjik Ar
Kepala Urusan Minyak dan Pertambangan : Dr. M. Isa
Kepala Urusan Pemerintahan Umum : R.Z. Fanani dan H.
Tjikwan
Kepala Urusan Pemerintahan Kota Palembang : Raden Hasan
Kepala Urusan Perhubungan (Pos dan Telegrap) : RM. Utoyo
6. Terbentuknya SUBKOSS di Sumatera
Selatan
Dalam rangka penyusunan organisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
maka pada bulan Desember 1945, dr. AK Gani -sebagai salah seorang tokoh
perjuangan nasional yang berkedudukan di Palembang- ditunjuk oleh markas
besar TKR di Yogyakarta sebagai koordinator pembentukan TKR seluruh pulau
Sumatera. Dengan wewenang yang ada, kemudian dr. AK Gani membentuk
TKR Komandemen Sumatera, berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
Bertindak sebagai Panglima dan Kepala Staf adalah : Mayor Jendral Soehardjo
Hardjowardojo dan M. Noeh.
Konferensi TKR di Bukit Tinggi pada tanggal 17 Mei 1946 memutuskan
bahwa kekuatan militer di Sumatera Selatan ( Sumsel ) adalah satu sub
komandemen, yaitu Sub Komandemen Sumatera Selatan ( Subkoss ) yang
membawahkan 2 divisi.
7. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di
Palembang
. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang merupakan
perang tiga matra yang pertama kali kita alami, begitu pula pihak
Belanda. Perang tersebut terjadi melibatkan kekuatan darat, laut,
dan udara. Belanda sangat berkepentingan untuk menguasai
Palembang secara total karena tinjauan Belanda terhadap
Palembang dari aspek politik, ekonomi dan militer.
8. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di
Palembang
Dalam aspek politik, Belanda berusaha untuk menguasai Palembang karena
ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa mereka benar-benar
telah menguasai Jawa dan Sumatera.
Ditinjau dari aspek ekonomi berarti jika Kota Palembang dikuasai
sepenuhnya maka berarti juga dapat menguasai tempat penyulingan minyak di
Plaju serta Sei Gerong. Selain itu, dapat pula me- manfaatkan Palembang
sebagai pusat perdagangan karet dan hasil bumi lainnya untuk tujuan ekspor.
Sedangkan jika ditinjau dari segi militer, sebenarnya Pasukan TRI dan
pejuang yang dikonsentrasikan di Kota Palembang merupakan pasukan yang
relatif mempunyai persenjataan yang terkuat, jika dibandingkan dengan
pasukan–pasukan yang berada di luar kota.
9. Gambaran Pertempuran Lima Hari
Lima Malam di Palembang
1 Januari 1947
Dari RS. Charitas terjadi rentetan tembakan disusul oleh ledakan-ledakan
dahsyat kearah kedudukan pasukan kita yang bahu membahu dengan
Tokoh masyarakat bergerak dari pos di Kebon Duku (24 Ilir Sekarang)
mulai dari Jalan Jenderal Sudirman terus melaju kearah
Borsumij, Bomyetty Sekanak, BPM, Talang Semut.
2 Januari 1947
Diperkuat dengan Panser dan Tank Canggih Belanda bermaksud
menyerbu dan menduduki markas Tentara Indonesia di Masjid Agung
Palembang. Pasukan Batalyon Geni dibantu oleh Tokoh Masyarakat bahu
membahu memperkuat barisan mengobarkan semangat jihad yang
akhirnya dapat berhasil mempertahankan Masjid Agung dari serangan
sporadis Belanda.
10. Gambaran Pertempuran Lima Hari
Lima Malam di Palembang
3 Januari 1947
Pertempuran yang semakin sengit kembali memakan korban perwira penting Lettu.
Akhmad Rivai yang tewas terkena meriam kapal perang belanda di sungai seruju.
Keberhasilan gemilang diraih oleh Batalyon Geni pimpinan Letda Ali Usman yang
sukses menhancurkan Tiga Regu Kaveleri Gajah Merah Belanda. Meskipun Letda Ali
Usman terluka parah pada lengan.
Pasukan lini dua kita yang bergerak dilokasi keramat Candi Walang (24 Ilir) menjaga posisi
untuk menghindari terlalu mudah bagi belanda memborbardir posisi mereka. Sedangkan
pasukan Ki.III/34 di 4 Ulu berhasil menenggelamkan satu kapal belanda yang sarat
dengan mesiu.
11. Gambaran Pertempuran Lima Hari
Lima Malam di Palembang
4 Januari 1947
Belanda mengalami masalah amunisi dan logistik akibat pengepungan hebat dari segala
penjuru oleh tentara dan rakyat, sedangkan tentara kita mendapat bantuan dari Tokoh
masyarakat dan pemuka adat yang mengerahkan pengikutnya untuk membuka dapur
umum dan lokasi persembunyian serta perawatan umum.
Pasukan Mayor Nawawi yang mendarat di keramasan terus melaju ke pusat kota melalui
jalan Demang Lebar Daun. Bantuan dari pasukan ke masjid agung terhadang di Simpang
empat BPM, Sekanak, dan Kantor Keresidenan oleh pasukan belanda sehingga bantuan
belum bisa langsung menuju kewilayah charitas dan sekitar.
5 Januari 1947
Pada hari ke Lima panser belanda serentak bergerak maju kearah Pasar Cinde namun
belum berani maju karena perlawanan sengit dari Pasukan Mobrig kita pimpinan
Inspektur Wagiman dibantu oleh Batalyon Geni. Sedangkan pasukat belanda dijalan
merdeka mulai sekanak tetap tertahan tidak mampu mendekati masjid agung. Akibat
kesulitan tentara belanda dibidang logistik dan kesulitan yang lebih besar pada pihak kita
pada bidang amunisi akhirnya dibuat kesepakatan untuk mengadakan Cease Fire.
12. Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran Lima
Hari Lima Malam di Palembang
Perundingan Cease Fire
Pasukan dari Kebun Duku diperintahkan untuk menyerang Jalan
Jawa lama dan 11 Siang telah menyusun barisan berangkat ke
kenten. Tiba-tiba dalam perjalanan Kapal Belanda menembaki
rumah sekolah yang dihuni oleh Batalyon Geni dan Laskar Nepindo
sehingga pihak kita mengalami banyak kerugian dan korban jiwa.
Dalam Cease Fire TKR dan laskar serta badan-badan perlawanan
rakyat diperintahkan mundur sejauh 20 KM dari kota palembang
atas perintah Komandan Divisi II Kolonel Bambang Utoyo.
Sedangkan dikota palembang hanya diperbolehkan pasukan ALRI
dan unsur sipil dari RI yang tinggal.