SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
i
ANALISIS PENYEBAB PENYUMBATAN INSTALASI PNEUMATIK
PADA MESIN OSCILATING SHOWER DI PT. LOHDJINAWI WIDJAYA
Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik Mesin
Diajukan oleh
NAMA : DERGO NURHADI
NIM : 153010034
PROGAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PENYEBAB PENYUBATAN INSTALASI PNEUMATIK PADA
MESIN OSCILATING SHOWER DI PT. LOHDJINAWI WIDJAYA
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Kerja Praktek Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang
Pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Koordinator KP
M.Dzulfikar,ST.,MT M.Dzulfikar,ST.,MT
NPP:05.15.1.0324 NPP:05.15.1.0324
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dergo Nurhadi
NIM : 153010034
Program studi : Teknik Mesin
Menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini bukan merupakan jiplakan dan juga
bukan dari karya orang lain.
Semarang, November 2018
Yang menyatakan
Dergo Nurhadi
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas karunia dan anugerah Allah Subhanahu
Wa Ta`ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
terselesaikannya penulisan laporan kerja praktek di PT LOHDJINAWI
WIDJAYA departement Instrument yang beralamat di Jl. Raya Semarang –
Batang KM 68 Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang,
Jawa Tengah. Pelaksanaan kerja praktek ini di laksanakan pada tanggal 2 Maret -
2 April 2018.
Pembuatan laporan kerja praktek ini merupakan hasil dari pengamatan,
percobaan dan pengumpulan data selama pelaksanaan kegiatan kerja praktek,
untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Panca Wardana, Amd selaku Plant Manager of PT LOHDJINAWI
WIDJAYA yang telah memberikan ijin untuk dapat melaksanakan kerja
praktek.
2. Bapak M.Dzulfikar,ST.,MT. Selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
laporan kerja praktek ini.
3. Bapak Jumari A.Md.Kom. selaku Kepala Bagian Departement Instument
PT LOHDJINAWI WIDJAYA beserta staf dan segenap karyawan yang
telah membantu memberikan informasi tentang proses produksi yang ada
diperusahaan tersebut.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan. Atas
perhatian dan bantuan dari semua pihak penulis ucapkan terima kasih.
Semarang, November 2018
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESEHAN ..……………………………………………………ii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………………iii
KATA PENGANTAR.……………………………………………………………iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang...…………………………………………………………1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………2
1.3 Batasan Masalah………………………………………………………....2
1.4 Sistematika penulisan laporan…………………………………………...2
BAB II DASAR TEORI……………………………………………………….......4
2.1 Pengertian Pneumatik…………………………………………………....4
2.2 Sifat-sifat Udara Bertekanan ……………………………………………5
2.3 Komponen-komponen Penyusun Sistem Pneumatik…………….………6
2.4 Pemeliharaan ……………………………………………………….......18
BAB III METODE.………………………………………………………………23
3.1 Metode Observasi………………………………………………………24
3.2 Wawancara ……………………………………………………………..32
3.3 Studi Literatur..…………………………………………………………33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...………………………………………34
4.1 Proses Kerja Instalasi Pneumatik……………………………………….34
4.2 Penyebab Penyumbatan Instalasi Pneumatik………………...…………36
4.3 Metode Perawatan pada Mesin Oscilating Shower……………......……38
4.4 Kebijakan Perwatan Mesin Oscilating Shower…………………………39
4.5 Desain Perancangan Ulang pada Mesin Oscilating Shower………….....40
BAB V PENUTUP.………………………………………………………………42
5.1 Kesimpulan………………………………………………......................42
5.2 Saran……………………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………43
vi
LAMPIRAN ……………………………………………………………………...44
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kompresor Torak Resiprokal .………………………………………8
Gambar II.2 Kompresor Rotari Baling-baling Luncur ...…………………………8
Gambar II.3 Penampung Udara Kempaan..………………………………………9
Gambar II.4 Unit Pelayanan Udara: 1. Filter 2. Regulator 3. Lubricator ...……10
Gambar II.5 Silinder Penggerak Tunggal .………………………………………12
Gambar II.6 Silinder Penggerak Gannda ..………………………………………13
Gambar II.7 Ringkasan Katup Pengarah dari Macam-macam Katup Pneumatik .15
Gambar II.8 Katup Pengontrol Aliran Angin dengan Prinsip Tekak (venturi)…16
Gambar II.9 Contoh Katup Penutup sebagai Penutup Aliran Udara Model Stop-
cock (shut-off valve) Tegak Lurus dan Menyudut. ……………………………...17
Gambar III.1 Diagram aliran analisa permasalahan instalasi Pneumatik...………23
Gambar III.2 Air Compresor……………………………………………..............24
Gambar III.3 acumulator tank…………………………………………………....25
Gambar III.4 filter regulator ..……………………………………………………26
Gambar III.5 Junction Box .....……………………………………………………26
Gambar III.6 Solenoid valve...……………………………………………………27
Gambar III.7 Control Panel ………………………………………………….......28
Gambar III.8 Sensor proximity…………………………………….......................29
Gambar III.9 Pneumatik.........................................................................................30
Gambar III.10 Felt Part .…………………………………………………………31
Gambar III.11 Pressure Gauge………………………………………….....................31
Gambar III.11 Cleaning Felt Part..………………………………………………32
Gambar IV.1 Flow Chart Proses cara kerja instalasi Pneumatik ...………………34
Gambar IV.2 Skema alur instalasi pneumatik……………………………………36
viii
Gambar IV.3 Proses drain air pada filter ...………………………………………37
Gambar IV.4 Kerusakan pegas solenoid valve.…………………………..............38
Gambar IV.5 Desain awal Mesin Oscilating Shower ……………………………40
Gambar IV.6 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator………………....41
Gambar IV.7 wiring diagram …………………………………………………….41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Lohdjnawi Widjaya merupakan suatu perusahaan manufaktur yang
memproduksi kertas. PT Lohdjinawi Widjaya terdiri dari satu unit paper mill
dengan tiga macam jenis kertas yang di produksi yaitu Medium Liner,
Corrugating Medium, Test Liner. Untuk kertas Medium Liner merupakan kertas
untuk pembungkus maubel/single face dan lapisan kertas minyak, untuk
Corrugating Medium merupakan kertas lapisan dalam pada kardus, untuk Test
Liner merupakan kertas bagian luar pada kardus.
Sedangkan untuk bahan baku paper mill PT Lohdjinawi Widjaya
menggunakan limbah kertas lokal maupun import yang masuk ke stock
preparation, pada bagian ini bahan baku limbah kertas akan di buburkan dan di
distribusikan ke paper mill untuk di buat lembaran kertas dengan gramature
sesaui pesanan dari customer. Setelah tergulung menjadi roll jumbo kertas ini
akan di finishing menjadi beberapa ukuran potong dengan mesin rewinder sesuai
dengan pesanan customer.
Proses pembuatan kertas dilakukan pengpressan bubur kertas menjadi
lembaran kertas, dengan menggunakan felt part. Seringnya terjadi penumpukan
bekas buburan kertas pada felt part, mesin oscilating shower menjadi salah satu
komponen cleaning felt part dengan cara menyeprotkan air yang bertekanan
besar. Mesin Oscilating Shower ini menggunakan energi udara dari Air
Compressor. Masalah yang sering terjadi adalah penyumbatan pada solenoid
valve dikarekan fluida dan kotoran masuk pada solenoid valve dan menyebabkan
Pneumatik tidak berjalan lancar.
Laporan kerja praktek ini mengambil judul “ANALISIS PENYEBAB
PENYUMBATAN INSTALASI PNEUMATIK PADA MESIN OSCILATING
2
SHOWER DI PT. LOHDJINAWI WIDJAYA” dalam hal ini penulis mengamati
proses penyemprotan kotoran pada felt part serta gangguan yang sering terjadi
pada instalasi pneumatik dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku
kuliah berupa solusi penanggulangan masalah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan lain sebagai berikut:
1. Mencari penyebab penyumbatan pada instalasi Pneumatik.
2. Mengetahui cara penanggulangan penyumbatan instalasi Pneumatik.
1.3 Batasan Masalah
Dalam kerja praktek ini hanya dibatasi pada analisa penyumbatan pada
instalasi Pneumatik.
1.4 Sistematika penulisan laporan
Laporan kerja praktek ini dibagi menjadi lima bab yang saling berhubungan
satu sama lain. Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai latar belakang dan permasalahan, maksud dan tujuan
serta waktu pelaksanaan batasan masalah, sistematika penulisan laporan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisikan tentang literatur dan teori khususnya mengenai sistem
pneumatik dan pipa pada instalasi udara.
BAB III METODOLOGI
Bab ini mengenai alat-alat yang digunakan saat pengambilan data, langkah-
langkah pengambilan data, wawancara dan studi literatur serta gambaran
umum instalasi pnuematik pada mesin oscilating shower.
3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang analisa penyebab penyumbatan instalasi pnuematik pada mesin
oscilating shower.
BAB V PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dan saran hasil kerja praktek di PT.Lohdjinawi
Widjaya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Pneumatik
Orang pertama yang dikenal telah menggunakan alat pneumatik adalah
orang yunani yaitu KTESIBIOS. Istilah “pneuma” diperoleh dari istilah
Yunani kuno yang mempunyai arti hembusan atau tiupan, juga dalam
philosophi antara lain istilah “pneumatiks” adalah ilmu yang mempelajari
gerakan atau perpindahan udara dan gejala atau penomena udara. Dengan kata
lain pneumatik berarti mempelajari tentang gerakan angin (udara) yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga dan kecepatan. Penggunaan teknik
pneumatik dalam industri dunia dimulai ketika industri-industri ini
membutuhkan otomatisasi dan rasionalisasi rangkaian operasional secara
kontinyu untuk mempertinggi produktivitas dengan biaya yang lebih murah.
Sistem pneumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang
disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan, serta dimanfaatkan untuk
menghasilkan suatu kerja. Udara mampat ini diperoleh dari atmosfer bumi yang
diserap kompresor dengan tekanan udara normal (0,98 bar) sampai mencapai
tekanan yang lebih tinggi (antara 4-8 bar).
Sistem pneumatik merupakan suatu bentuk perubahan atau pemindahan
daya dengan menggunakan media penghantar berupa fluida udara untuk
memperoleh daya yang lebih besar dari daya awal yang dikeluarkan.
Dimana fluida penghantar ini (udara) dinaikkan tekanannya oleh pompa
pembangkit tekanan kemudian diteruskan ke silinder kerja melalui selang-selang
saluran dan katup-katup. Gerakan translasi batang piston dari slinder kerja yang
dibangkitkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder dimanfaatkan untuk
gerak maju dan mundur.
5
2.2 Sifat-sifat udara bertekanan
Umumnya sifat-sifat udara bertekanan hampir sama dengan udara biasa, secara
rinci sifat-sifat udara bertekanan antara lain :
a. Jumlah
Udara tersedia secara bebas di alam dengan jumlah yang tak terhingga.
b. Transport
Udara dengan mudah dapat diangkut dalam pipa-pipa saluran,
sekalipun dalam jarak yang jauh tidak akan berkurang.
c. Penyimpanan
Kompresor sebagai tempat udara tidak perlu dihidupkan secara terus-
menerus, karena udara dapat disimpan dalam tangki dan pasti tahan lama.
d. Suhu
Udara terkompresi tidak terpengaruh terhadap perubahan suhu, sehingga
akan menjamin saat pemakaian bahkan pada suhu yang rendah sekalipun.
e. Tahan ledakan
Udara bertekanan tidak terlalu memberikan resiko terhadap letusan ataupun
menimbulkan api.
f. Kebersihan
Penggunaan udara bertekanan selalu bersih, sehingga kebocoran yang terjadi
tidak akan menimbulkan pencemaran udara.
g. Konstruksi
Bentuk dan konstruksi bagian-bagian yang ada dibuat sederhana sehingga
akan lebih efisien.
h. Kecepatan
Udara bertekanan merupakan media kerja (fluida) yang sangat cepat.
i. Pengaturan
Udara mempunyai fleksibilitas tinggi. Dengan komponen-komponen udara
bertekanan, kecepatan dan daya mampu dapat diubah-ubah sesuai tujuan.
6
j. Aman
Alat-alat pneumatik dan bagian-bagian yang mengoperasikan dapat
dipasang suatu pengaman pada batas kemampuan maksimum, sehingga
walaupun terjadi beban lebih akan tetap aman.
Walaupun banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh udara bertakanan
namun masih tetap juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain :
1) Persiapan
Perangkat udara bertakanan memerlukan persiapan yang baik dan teliti.
Kelembaban udara dan kotoran dapat terjaga betul sehingga komponen-
komponen pneumatik dapat tahan lama.
2) Tenaga
Udara bertekanan mempunyai keterbatasan tenaga. Tidak mungkin untuk
mencapai kecepatan torak yang tepat dan seragam dengan kecepatan dan
tekanan kerja angin yang rendah.
3) Gaya
Udara bertekanan hanya efisien sampai kebutuhan gaya tertentu.
4) Suara
Pada saluran pembuangan ke atmosfer menimbulkan suara yang bising
5) Biaya
Teknik penyediaan udara bertekanan relatif memerlukan alat-alat yang relatif
mahal untuk dapat menimbulkan suatu tenaga dalam kerjanya.
2.3 Komponen-komponen penyusun sistem pneumatik
Komponen-komponen penyusun sistem pneumatik adalah konstruksi
rangkaian sistem pneumatik yang terdiri dari beberapa tingkatan yang
mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Elemen sistem pneumatik dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
7
2.6.1 Unit tenaga (energi supply)
Udara bertekanan untuk penggunaan sistem pneumatik harus dapat
memadai dan memiliki kualitas yang baik. Untuk menghasilkan udara
bertekanan diperlukan unit tenaga yang berfungsi untuk membangkitkan tenaga
yaitu berupa aliran udara mampat. Unit tenaga terdiri dari kompresor, tangki
udara dan kelengkapannya serta unit pelayanan udara.
1) Kompresor
Kompresor berfungsi sebagai pemadat udara sampai tekanan
kerja yang diinginkan. Udara dimampatkan kira-kira menjadi 1/7 dari
volume udara bebas oleh kompresor dan disalurkan melalui sistem
pendistribusian udara. Jenis kompresor yang digunakan tergantung dari
syarat-syarat pemakaian yang harus dipenuhi berkenaan dengan
tekanan kerja dan volume udara yang akan didistribusikan ke
pemakai, dalam hal ini termasuk pemakai adalah silinder dan katup-
katup pengontrol lain. Jenis kompresor yang ada terdiri dari dua kelompok:
a) Kelompok pertama, ialah yang bekerja dengan prinsip pemindahan
dimana udara dikompresikan atau dimampatkan dan diisikannya
kedalam suatu ruangan. Kemudian mengurangi atau memperkecil isi
dari ruangan tersebut. Jenis ini disebut kompresor torak (piston).
Dibawah ini adalah contoh kompresor torak. Prinsip kerja
kompresor torak hampir sama dengan motor bakar 4-Tak, hanya ada
perbedaan pada zat yang diprosesnya. Disamping itu kompresor ini
hanya butuh dua gerakan saja yaitu gerak langkah hisap udara dan
gerak langkah tekan. Pemasukan udara diatur oleh katup masuk dan
dihisap oleh torak yang gerakannya menjauhi katup kemudian
didesak kembali oleh torak (Suyanto, 2002)
8
Gambar II.1 Kompresor Torak Resiprokal (Suyanto, 2002)
b) Kelompok kedua, adalah bekerja dengan prinsip aliran udara yaitu
dengan menyedot udara masuk ke dalam pada satu sisi dan
memampatkannya dengan cara percepatan masa (turbin). Dibawah ini
adalah contoh kompresor dengan prinsip kerja aliran. Secara eksentrik
rotor dipasang berputar dalam rumah yang berbentuk silindris,
mempunyai lubang-lubang masuk dan keluar. Ketika rotor berputar,
energi gaya sentrifugal baling-balingnya akan melawan dinding,
karena bentuk dari rumah baling-baling itu yang tidak sepusat dengan
rotornya maka ukuran ruangan dapat diperbesar atau diperkecil menurut
arah masuknya (mengalirnya) udara.
Gambar II.2 Kompresor Rotari Baling-baling Luncur (Suyanto, 2002)
9
2) Tangki udara bertekanan (compressed air receiver)
Penampung udara bertekanan (tangki angin atau receiver) berfungsi
untuk menstabilkan pemakaian udara bertekanan. Sebuah tangki udara
harus dipasang untuk mengurangi faktor turun naiknya tekanan. Biasanya
kompresor beroperasi mengisi tangki udara jika dibutuhkan dan tangki
berfungsi sebagai cadangan udara untuk jangka waktu tertentu. Fungsi
yang lain dari tangki udara adalah sebagai penyediaan udara darurat ke
sistem bila tiba-tiba terjadi kegagalan pada sumber.
Proses pengolahan udara bertekanan pada umumnya memiliki urutan
sebagai berikut: Kompresor menghisap udara yang digerakan oleh
motor atau mesin, udara tersebut dikompresikan hingga mencapai tekanan
kerja tertentu kemudian masuk ke tabung penampung udara bertekanan
melalui katup pengaman lalu didistribusikan ke sistem melalui katup
penutup sesuai dengan kebutuhan. Ukuran tangki udara bertekanan
tergantung dari volume udara yang ditarik ke dalam kompresor,
pemakaian udara konsumen, jenis dari pengaturan siklus kerja
kompresor dan penurunan tekanan yang diperkenankan dari jaringan
saluran.
Gambar II.3 Penampung Udara Kempaan (Suyanto, 2002)
10
3) Unit pelayanan udara (service unit)
Unit pelayanan udara dipasang pada setiap jaringan kerja
sistem pneumatik untuk menjamin kualitas udara bagi tiap tugas sistem
pneumatik. Unit pelayanan udara terdiri atas :
a) Penyaring udara
Penyaring udara bertekanan mempunyai tugas memisahkan semua
yang mencemari udara bertekanan yang mengalir melaluinya,
sebagimana juga memisahkan air yang telah terkondensasi. Udara
bertekanan masuk kedalam mangkuk penyaring melalui lubang masukan.
Tetes air dan butiran kotoran dipisahkan dari udara betekanan dengan
prinsip sentrifugal dan jatuh ke bagian bawah mangkuk penyaring.
Kumpulan air yang ditampung oleh mangkuk penyaring harus
dikeluarkan sebelum mencapai batas maksimum yang ditunjukanoleh
mangkuk. Kalau tidak, air ini akan mengalir kembali bersama udara
bertekanan ke dalam sistem (Anonim, 2000). Gambaran lebih jelas
tentang penyaring udara bertekanan pada sistem pneumatik dapat
dilihat pada gambar.
Gambar II.4 Unit Pelayanan Udara: 1. Filter 2. Regulator 3. Lubricator
(Anonim, 2000)
11
b) Pengatur tekanan udara
Kegunaan pengatur adalah untuk menjaga tekanan kerja
(tekanan sekunder) relatif konstan meskipun tekanan udara turun
naik pada saluran distribusi (saluran primer) dan bervariasinya
pemakaian udara. Udara yag keluar dari kompressor masih
mempunyai tekanan tinggi, untuk mengatur tekanan udara yang akan
didistribusikan ke bagian kontrol dan kerja digunakan suatu alat yang
disebut pengatur tekanan (pressure regulator). Biasanya setelah udara
keluar dari saringan kemudian masuk pada regulator untuk diatur
tekanannya sampai pada batas yang diinginkan. Terdapat bermacam-
macam regulator dengan fungsi dan kegunaanya yang berbeda, yaitu :
1. Pengatur tekanan dengan pembuangan tanpa penganti aliran
2. Pengatur tekanan tanpa pengganti aliran
3. Pengatur tekanan dengan pengganti aliran.
c) Pelumas udara bertekanan
Bagian-bagian dari peralatan pneumatik yang bergerak dan menimbulkan
gesekan memerlukan pelumasan. Kegunaan alat ini untuk menyalurkan
oli berupa kabut dalam jumlah yang dapat diatur, lalu dialirkan ke
sistem distribusi dari sistem kontrol dan komponen pneumatik yang
membutuhkannya. Jumlah tertentu dari minyak pelumas ditambahkan
ke udara bertekanan dengan memakai perangkat lumas sebagai
lubrikator. Kabut minyak yang terdapat dalam udara bertekanan
mempunyai fungsi melumasi alat-alat pneumatik selain itu berfungsi
sebagai pendinginan sehingga kerugian gesekan dan kalor lebih kecil
(Thomas Krist, 1993).
2.6.2 Elemen kerja (aktuator)
Elemen kerja adalah alat pneumatik yang digerakkan dan
akan menghasilkan suatu kerja dan usaha, seperti : gerak lurus, gerak
putar, dan lain- lain. Elemen kerja sering disebut juga sebagai aktuator
12
(actuator) dan memiliki prinsip bahwa udara bertekanan dirubah
menjadi gerakan lurus bolak-balik (straight line reciprocating) oleh
silinder pneumatik dan gerakan putar (rotary) oleh motor pneumatik.
Silinder pneumatik merupakan elemen kerja yang akan menghasilkan
gerak lurus bolak-balik baik gerakan beraturan maupun yang dapat diatur.
Silinder pneumatik dibagi dalam dua bagian yaitu
1) Silinder Kerja Tunggal (single acting cylinder)
Elemen kerja ini digerakkan hanya pada satu sisi saja. Untuk
gerak baliknya digunakan tenaga yang didapat dari suatu pegas yang telah
terpasang di dalam silinder tersebut, sehingga besar kecepatannya
tergantung dari pegas yang dipakai. Ukuran elemen ini biasanya dilihat
dari besarnya diameter dan panjang langkahnya. Elemen ini terutama
dipakai untuk proses penjepitan (clamping), injeksi, pengangkat ringan.
Jenis lain dari silinder kerja tunggal adalah silinder diafragma dan
silinder rol diafragma. Didalam silinder terdapat piston yang kebanyakan
dilengkapi dengan perapat (seal) untuk mencegah kebocoran udara yang
dipakai. Pemakaian seal dimaksudkan supaya perangkat torak
dapat bergerak meluncur (sliding) pada silindernya dengan baik.
Gambar II.5 Silinder Penggerak Tunggal
(Anonim, 2000)
13
2) Silinder Kerja Ganda (double acting cylinder)
Elemen ini dapat digerakkan dari dua arah. Pada waktu langkah
maju dan mundur dipakai untuk kerja sehingga dalam hal ini akan dapat
digunakan semua langkah. Pada silinder penggerak ganda gaya dorong
yang ditimbulkan oleh udara bertekanan, menggerakkan torak pada
silinder penggerak ganda dalam dua arah, gaya dorong yang besarnya
tertentu digunakan pada dua arah gerakkan maju dan mundur. Sumber
energi silinder pneumatik penggerak ganda dapat berupa signal langsung
melalui katup kendali atau melalui katup pemroses signal kemudian baru
ke katup pengendali. Macam-macam silinder kerja ganda antara lain
silinder berbantalan pelindung, silinder dengan dua sisi batang torak,
silinder tandem, silinder mempunyai banyak posisi, silinder kejut, silinder
rotari dan silinder kabel.
Gambar II.6 Silinder Penggerak Ganda
(Anonim, 2000)
2.6.3 Unit pengatur
Unit pengatur ini berbentuk katup yang dapat berfungsi baik untuk
mulai (start), berhenti, arah aliran, maupun tekanan aliran dari suatu
tekanan perantara yang dibawa oleh pompa hidro atau disimpan dalam
14
suatu bejana. Katup-katup pneumatik secara garis besar dibedakan menjadi
5 kelompok menurut fungsinya, yaitu :
1) Katup pengarah (directional way valves)
Katup pengarah adalah perlengkapan yang menggunakan lubang-
lubang saluran kecil yang akan dilewati oleh aliran udara
bertekanan, terutama untuk mulai (start) dan berhenti (stop) serta
mengarahkan aliran itu. Simbol pada umumnya mewakili karateristik
pengoperasian katup dalam perbandingan dengan elemen lain dalam
rangkaian. Manfaat pemberian tanda-tanda dan penomoran pada
lubang-lubang katup pneumatik adalah untuk memudahkan saat
pemasangan awal atau membuat konstruksi baru dan untuk
pengecekan karena harus melakukan perbaikan. Cara pembacaan
katup pangarah semisal katup 5/2 adalah katup tersebut terdiri dari 2
ruang yaitu sisi kiri a dan sisi kanan b, setiap ruang terdiri atas 5
saluran yaitu saluran 1, 2, 3, 4, dan 5. Apabila salah satu sisi aktif
maka saluran dari kompresor (saluran 1) akan terhubung dengan
saluran output menuju silinder (saluran 2, 4,dst) begitu pula dengan
pembacaan katup pengarah lainnya seperti katup 3/2, 4/3, 5/3 dan
sebagainya. Katup pengarah berfungsi sebagai pengatur gerakan
aktuator Jumlah katup-katup pengarah banyak sekali, untuk itu dapat
dilihat ringkasan pada gambar berikut:
15
Gambar II.7 Ringkasan Katup Pengarah dari Macam-macam Katup Pneumatik
(Suyanto, 2002)
2) Katup pengontrol aliran (Flow control valves)
Katup-katup pengontrol aliran adalah peralatan pneumatik yang
berfungsi sebagai pengatur dan pengendali aliran udara bertekanan
khususnya udara yang harus masuk ke dalam silinder-silinder
pneumatik. Ada juga aliran angin tersebut harus dikontrol untuk
peralatan pengendali katup-katup pneumatik. Termasuk jenis katup-
katup pengontrol aliran adalah :
a. Katup non-balik (non-return valve)
b. Katup-katup pengontrol aliran, yang ragamnya terdiri dari :
1. Katup bola (shuttle valve)
2. Katup pembuangan cepat (quick-exhaust valve)
3. Katup dua tekanan (two-pressure valve)
c. Katup-katup pengontrol arah aliran, yang ragamnya terdiri dari:
1. Katup pengontrol aliran dua arah (two way flow control). Katup
ini mempengaruhi besarnya volume aliran udara bertekanan di
16
kedua arah, dengan cara menyetel sekerup pada pengatur
alirannya maka akan didapatkan luas penampang lubang laluan
yang membesar ataupun menyempit.
2. Katup pengontrol aliran satu arah (one way flow control)
3. Katup hambat bantu yang langsung terpasang pada silinder
pneumatik dengan maksud sebagai supply air throttling
(hambatan primer) dan dengan maksud sebagai exhaust air
throttling (hambatan sekunder).
4. Katup hambat bantu dengan mekanik penghambat yang dapat
diatur atau distel (valve with mechanically adjustable throttle).
Gambar II.8 Katup Pengontrol Aliran Angin dengan Prinsip Tekak (venturi)
(Suyanto, 2002)
3) Katup pengontrol dan pengatur tekanan (Pressure control valves
Katup pengontrol tekanan adalah bagian atau komponen pneumatik
yang mempengaruhi tekanan atau dikontrol oleh besarnya tekanan.
Macam-macam katup ini terdiri dari 3 kategori yaitu :
a. Katup pengatur tekanan (pressure regulating valve)
b. Katup pembatas tekanan (pressure limiting valve)
17
c. Katup rangkai (sequence valve)
4) Katup-katup kombinasi (combination valves).
Katup kombinasi dimaksudkan sebagai katup terpadu yang terdiri
lebih dari sebuah katup pneumatik yang tersusun sedemikian rupa
sehingga fungsi kerjanya menjadi spesifik dan katup kombinasi
dirancang untuk maksud tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan
operasi di segi otomasi. Macam dan variasi dari katup kombinasi
antara lain: katup kombinasi sistem blok kontrol udara (air control
block) dan katup penunda waktu (time delay valve). Katup tunda waktu
adalah kombinasi katup 3/2 dan katup pengontrol aliran satu arah
serta tabung udara.
5) Katup penutup (shut-off valves).
Katup ini berfungsi sebagai pemberi atau pencegah aliran udara
tekanan dalam variasi yang tak terbatas. Artinya, jika aliran udara
memang harus dihentikan, maka katup akan bertindak. Tetapi jika
dibutuhkan aliran kecil, maka katup hanya dapat dibuka sedikit saja.
Gambar II.9 Contoh Katup Penutup sebagai Penutup Aliran Udara Model Stop-
cock (shut-off valve) Tegak Lurus dan Menyudut.(Suyanto, 2002)
18
2.4 Pemeliharaan
Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang (2001) dalam bukunya “Production
Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang
dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada
sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
2.4.1 Tujuan pemeliharaan
Menurut Daryus A (2008) dalam bukunya manajemen
pemeliharaan mesin, tujuan pemeliharaan yang utama dapat
didefenisikan sebagai berikut:
1. Untuk memperpanjang kegunaan aset,
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang
dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi
maksimum yang mungkin,
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan
yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut.
2.4.2 Klasifikasi pemeliharaan
Secara garis besar manajemen pemeliharaan dapat dibagi
dalam tiga jenis, yaitu: improvement, preventive dan corrective.
1. Perbaikan Pemeliharaan (Maintenance Improvement)
Manajemen pemeliharaan dari waktu kewaktu harus meningkat
untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada. Oleh karenanya
perbaikan pemeliharaan merupakan upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan pemeliharaan. Kita sering terlibat
dalam menjaga pemeliharaan, namun kita lupa untuk
merencanakan dan menghilangkan sumbernya. Oleh karenanya
keandalan rekayasa diharapkan mampu menekan kegagalan
19
sebagai upaya menghapus kebutuhan perawatan. Kesemuanya ini
merupakan pra-tindakan, bukan bereaksi.
2. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)
Pelaksanaan pemeliharaan preventif sebenarnya sangat
bervariasi. Beberapa program dibatasi hanya pada pelumasan dan
sedikit penyesuaian. Program pemeliharaan preventif lebih
komprehensif dan mencakup jadwal perbaikan, pelumasan,
penyesuaian, dan membangun kembali semua mesin sesuai
perencanaan. Prioritas utama untuk semua program pemeliharaan
preventif adalah pedoman penjadwalan. Semua manajemen
pemeliharaan program preventif mengasumsikan bahwa mesin
dalam jangka waktu tertentu produktifitasnya akan menurun
sesuai klasifikasinya. Program preventif dapat dibagi 3 (tiga)
macam:
a. Time driven: program pemeliharaan terjadwal,
yaitu dimana komponen diganti berdasarkan waktu atau
jarak tempuh pemakaian. Sistem ini banyak digunakan
perusahaan yang menggunakan mesin dengan komponen
yang tidak terlalu mahal.
b. Predictive: pengukuran untuk mendeteksi timbulnya
degradasi sistem (turunnya fungsi), sehingga diperlukan
mencari penyebab gangguan untuk dihilangkan atau
dikontrol sebelum segala sesuatunya membawa dampak
penurunan fungsi komponen secara signifikan.
c. Proactive:perbaikan mesin didasarkan hasil studi
kelayakan mesin. Sistem ini banyak diaplikasikan pada
industri yang menggunakan mesin-mesin dengan
komponen yang berharga mahal.
20
3. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance)
Sistem ini dilakukan ketika sistem produksi berhenti berfungsi
atau tidak sesuai dengan kondisi operasi yang diharapkan. Pada
umumnya berhentinya sistem diakibatkan kerusakan komponen
yang telah atau sedang dalam proses kerusakan. Kerusakan
yang terjadi umumnya akibat tidak dilakukannya kegiatan
preventive maintenance maupun telah dilakukannya kegiatan
preventive maintenance tetapi kerusakan dalam batas dan kurun
waktu tertentu tetap rusak. Kegiatan corrective maintenance biasa
disebut pula sebagai breakdown maintenance, namun demikian
kegiatannnya dapat terdiri dari perbaikan, restorasi atau
penggantian komponen. Pemeliharaan korektif berbeda dari
pemeliharaan. Pada sistem ini tidak dilakukan pemeliharaan secara
berkala dan tidak terjadwal. Kebijakan untuk melakukan
corrective maintenance saja tanpa adanya kegiatan preventive
maintenance, dapat menimbulkan hambatan proses produksi atau
membuat macet jalannya proses produksi.
2.4.3 Tugas-tugas pemeliharaan
Seluruh tugas dalam kegiatan pemeliharaan pada dasarnya
dapat dikelompokkan dalam tugas pokok sebagai berikut:
a. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan utama dari inspeksi adalah pemeriksaan rutin berkala
dan berdasarkan rencana. Adapun pengecekan dilakukan
terhadap seluruh aset produksi, mulai dari gedung hingga mesin.
Seluruh asset harus mampu mendukung kegiatan produksi, dan
jika ditemui adanya kerusakan harus segera dilaporkan pada
bagian teknis. Pelaporan adalah hal akhir dari kegiatan inspeksi.
Berdasarkan temuan dapat ditentukan prioritas utama dalam hal
21
perbaikan, penggantian komponen, hingga pembelian mesin atau
peralatan baru Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik adalah kegiatan yang mencakup layout mesin,
setting mesin, perbaikan, penggantian komponen, penelitian dan
pengembangan peralatan produksi. Bagian ini bertanggung jawab
terhadap upaya-upaya yang dapat dilakukan agar peralatan dan
mesin mampu bertahan dan dikembangkan kinerjanya. Pembelian
peralatan baru dilakukan berdasarkan penelitian atas kenerja
mesin, dan jika mesin dianggap sudah tidak mampu memenuhi
target yang diharapkan. Kegiatan ini juga berinisiatif terhada
rekayasa modifikasi alat atau mesin agar mampu memenuhi
kebutuhan produksi.
b. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan inti pemeliharaan adalah memperbaiki dan
mereparasi peralatan dan mesin. Dalam kegiatan produksi inilah
pemeliharaan benar-benar dilaksanakan dan ditelaah. Seluruh
karyawan turut serta dalam kegiatan ini. Kegiatan diawali dari
kebersihan mesin, lingkungan, perawatan pelumasan, pengecekan
kesiapan kerja mesin dan keselamatan kerja. Seluruh kegiatan ini
berdasarkan saran dan perintah kerja bagian teknik.
c. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)
Kegiatan yang tidak kalah penting adalah kegiata
adaministrasi.Unsur administrasi menjadi penting, karena dari
kegiatan ini akan terekam sejarah pemakaian alat dan mesin.
Berapa lama mesin telah dipakai, kerusakan apa yang pernah
terjadi, komponen apa yang telah diganti dan apa yang telah
dilakukan terhadap mesin. Pencatatan juga dilakukan apakah
kinerja mesin sesuai harapan, jika tidak apakah telah memenuhi
Prosedur Operasional Standar (POS)
22
d. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping)
Kegiatan ini adalah kegiatan dalam kerangka agar fasilitas
pendukung kegiatan yang berupa gedung dan perlengkapannya
dapat mendukung produksi. Kegiatan utama adalah menjaga
kebersihan dan perawatan dinding dan konstruksi serta saran
pendukungnya, seperti: AC, sanitari, alat keselamatan kerja,
sarana pemadam kebakaran dan lain sebagainya.
23
BAB III
METODOLOGI
Dalam analisis perlu adanya alur untuk mempermudah dalam analisa
permasalahan kerusakan instalasi Pneumatik. Prosedur analisa dapat dilihat pada
diagram aliran analisa permasalahan instalasi Pneumatik pada Gambar III.1.
Gambar III.1 Diagram aliran analisa permasalahan instalasi Pneumatik
Dalam analisa kerja praktik mempunyai langkah awal studi literatur atau
mencari sumber tentang Pneumatik. Selanjutnya masuk ke permasalahan yang terjadi
kemudian mengambil data-data yang diperlukan untuk proses analisa. Setelah itu
melakukan perhitungan dengan menerapkan rumus yang diperoleh. Bila perhitungan
selesai hasil dari perhitungan disesuaikan dengan keadaan sesungguhnya dan dapat
mengambil tindakan menjawab dari permasalah yang terjadi.
Mulai
Selesai
Analisa
Mencari
permasalahan
Ambil Data
Study literatur
24
Dalam kerja praktek di PT LOHDJINAWI WIDJAYA unit instrument yang
dilaksanakan pada tangal 2 Maret 2018 sampai 2 April 2018 diperoleh data-data
dengan tiga metode yaitu:
3.1 Metode Observasi
Metode observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung proses
Oscilating Shower bekerja di PT LOHDJINAWI WIDJAYA yang terdiri dari
beberapa item mesin, yaitu :
a. Air compressor
Air Compresor Merupakan salah satu alat instrument penunjang dalam
proses pembuatan Kertas dengan sistem Pneumatik. Air Compresor berfungsi
dalam proses pembuatan kertas mulai dari sensor dan mendorong. Pada
gambar III.2 diperlihatkan bentuk dari Air Compressor.
Gambar III.2 Air Compresor
b. Acumulator tank
Acumulator tank atau juga disebut buffer tank berfungsi sebagai
cadangan (storage) tekanan udara terkompresi yang digunakan untuk
penggerak aktuator. Selain itu tanki ini juga berfungsi untuk mencegah
25
ketidak stabilan supply udara ke aktuator, lebih menstabilkan kerja kompresor
agar tidak terlalu sering mematikan dan menyalakannya lagi, serta lebih
memudahkan desain sistem dalam menempatkan kompresor jika diharusakan
penempatan aktuator Pneumatik lebih jauh dengan kompresor. Pada gambar
III.3 diperlihatkan bentuk dari acumulator tank.
Gambar III.3 Acumulator tank
c. Filter Regulator
Filter Regulator atau bisa disebut dengan pengatur tekanan dan
penyaringan, seperti namanya maka fungsi dari bagian ini adalah untuk
mengatur berapa tekanan udara dikehendaki dari pengguna Pneumatik
sistem ini dan menyaring air atau kotoran yang terbawa udara. Mempunyai
spesifikasi maksimal tekanan 5 bar. Pada gambar III.4 diperlihatkan bentuk
dari Filter Regulator.
26
Gambar III.4 filter Regulator
d. Junction Box
Sebuah box udara yang berisi mounting berfungsi untuk membagi udara
dari air compressor dan nantinya udara, akan disalurkan pada peralatan
instrument lainnya. Pada gambar III.5 diperlihatkan bentuk dari Junction
Box.
Gambar III.5 Junction Box
e. Solenoid valve
Solenoid valve merupakan salah satu alat atau komponen kontrol yang
salah satu kegunaannya yaitu untuk menggerakan tabung cylinder, solenoid
27
valve merupakan katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya
yang mana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan
berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian
dalamnya ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran A atau
B dari Solenodi Valve akan keluar udara yang berasal dari P atau supply,
Solenoid valve ini mempunyai tegangan kerja 24V DC, katup 5/2
dioperasikan dengan solenoid valve atau diberi tegangan 24V DC pada koil
dan dikembali dengan pegas atau secara manual. Pada gambar III.6
diperlihatkan bentuk dari Selenoid valve
Gambar III.6 Solenoid valve
f. Control panel
Sebuah komponen yang terdiri dari relay, sensor proximity, selonoid
valve, switch, dan lampu indikator. Komponen ini mempuyai tegangan 24V
DC tergabung menjadi suatu rangkaian listrik yang befungsi untuk
menjalankan peralatan instrument. Pada gambar III.7 diperlihatkan bentuk
dari Control panel
28
Gambar III.7 Control Panel
b. Sensor proximity
Sensor ini memiliki tegangan 24V DC, sensor dibedakan menjadi dua
sensor A (NO) dan sensor B (NC) pada instalasi Pneumatik ini
membutuhkan dua sensor proximity untuk menyalakan dan menghidupkan
solenoid valve. Cara kerja sensor ini seperti saklar pada dasarnya jika
sensor ini tertempel oleh benda logam sensor akan memberi sinyal input
pada relay, sinyal input ini diuabah menjadi sinyal output yang bekerja
memutuskan aliran arus listrik pada selenoid maka peumatik akan berjalan
mundur dan jika terkena sensor yang satu Pneumatik akan maju. Pada
gambar III.8 diperlihatkan bentuk dari Sensor Poximity.
29
Gambar III.8 Sensor proximity
c. Pneumatik
Sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan udara sebagai
tenaga penggeraknya mempunyai daya tekanan maksimal (P) 10 bar,
panjang poros 250mm dan diameter poros 80mm made in sweden. Cara
kerja Pneumatik sama saja dengan hidrolik yang membedakannya hanyalah
tenaga penggeraknya. Jika Pneumatik menggunakan udara sebagai tenaga
penggeraknya, dan sedangkan hidrolik menggunakan cairan oli sebagai
tenaga penggeraknya. Dalam Pneumatik tekanan udara inilah yang
berfungsi untuk menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah
yang nantinya mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga
mekanik (gerakan maju mundur pada cylinder). Pada gambar III.9
diperlihatkan bentuk dari Pneumatik.
30
Gambar III.9 Pneumatik
d. Felt Part
Bentuk dari felt part berupa belt yang berpori (seperti saringan kawat
kasa yang saling bertumpuk seperti karpet ) saling menyambung yang
dipasang pada roll bottom dan top berdekatan dan diberi tekanan dengan
panjang felt 6000mm. Roll sebelah bawah tempat lewatnya felt dan roll
sebelah atas tempat lewatnya kertas basah Kegunaan dari Press part
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghemat energi, air yang dibuang dari web bisa mencapai
sekitar 30%.
2. Meningkatkan kapasitas produksi paper machine, karena web yang
keluar dari press part dry solids content (perbandingan zat padat
dengan cairan)sekitar 50 % (20% di wire dan 30% di press). sehingga
kerja bagian pengering (dyer) berkurang dan kecepatan mesin bisa
ditingkatkan. Pada gambar III.10 diperlihatkan bentuk dari Pneumatik.
31
Gambar III.10 Felt Part
e.Pressure Gauge
Pressure Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup. Satuan dari alat
ukur tekanan ini berupa psi (pound per square inch), psf (pound per
square foot), mmHg (millimeter of mercury), inHg (inch of mercury),
bar, ataupun atm (atmosphere). Pressure Gauge dapat digunakan
dalam rangka pemantauan tekanan udara dan gas dalam kompresor,
peralatan vakum, jalur proses, dan aplikasi tangki khusus seperti tabung
gas medis dan alat pemadam kebakaran. Alat ukur tekanan yang
mempunyai kapasitas maksimal hingga 10 bar. Pada gambar III.11
diperlihatkan bentuk dari Pressure Gauge
Gambar III.11 Pressure Gauge
32
3.2 Wawancara
Selain melakukan pengamatan langsung pengambilan data tentang proses
penyemprotan felt part di PT LOHDJINAWI WIDJAYA departement instrument
juga melalui wawancara kepada kepada Teknisi instrument untuk mencari solusi
seputar permasalahan-permasalahan yang sering dialami khususnya pada mesin
Oscilating Shower untuk Penyiraman felt part dan perawatannya, dari hasil
wawancara diperoleh informasi sebagai berikut,
a. Cara Kerja Mesin Oscilating Shower
Gambar III.12 Cleaning Felt Part
Setelah mengetahui item–item instalasi Pneumatik pada mesin
Oscilating Shower, penting untuk mengetahui sistem kerja instalasi Pneumatik
pada mesin Oscilating Shower yang terbagi dalam beberapa tahap yaitu;
1. Mesin Oscilating Shower ini, sistem penggerak dari pnemuatik yang
bertenaga udara dari air compressor.
2. Switch pada control panel berguna menghidupkan sumber tegangan aliran
arus listrik 24V DC.
3. Jika Switch sudah dinyalakan sensor (A) pada posisi tertempel logam akan
memberi sinyal pada Solenoid valve untuk membuka katup dan udara akan
Pneumatik
33
pindah pada posisi membuka (Stroke poros pneumatic maju), jika stroke
poros sudah maju maka sensor (B) akan tertempel logam dan memberi
sinyal pada Solenoid valve untuk menutup katup dan stroke poros
Pneumatik akan berjalan mundur.
4. Pneumatik yang bekerja akan mendorong pipa yang berisi air dan
disemprotkan pada felt part yang bergerak maju mundur. Proses iniuntuk
menghilangkan sisa cairan buburan kertas yang masih menempel pada felt
part.
b. Metode Perawatan Mesin Oscilating Shower
Dari pengamatan yang telah dilakukan, manajemen perawatan
departement instrument khususnya pada instalasi Pneumatik kurang mendapat
perhatian lebih. Berikut kondisi aktualnya :
1. Jadwal perawatan instalasi Pneumatik untuk Penyemprotan felt part
menunggu trobel.
2. Tidak ada peninjauan khusus untuk instalasi Pneumatik, selagi
Pneumatik masih bisa berfungsi.
3. Terkadang terjadi penyumbatan pada saat proses Pneumatik bekerja
berlangsung.
4. Jika masalah terselesaikan sementara, tidak dilanjutkan pada mesin
overhoul.
5. Kurang inisiatifnya para Teknisi.
3.3 Studi Literatur
Diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan kerja dan permasalahan yang
terjadi pada instalasi Pneumatik. Baik berupa buku panduan, literatur dan dari
sumber internet.
34
BAB IV
HASIL DAN PENBAHASAN
4.1 Proses Kerja Instalasi Pneumatik
Pada bab sebelumnya sudah di singgung sedikit tentang prosses cara kerja
instalasi Pneumatik yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
Gambar IV.1 Flow Chart Proses cara kerja instalasi Pneumatik
Catu Daya
(Sumber Energi)
Elemen kerja
(Keluaran)
Elemen Masukan
(Sinyal Masukan)
Elemen akhir
(Sinyal Kontrol)
Mulai
Selesai
35
1. Catu Daya (Sumber Energi)
Catu daya atau sumber eneri adalah energi yang dihasilkan dari air
compressor yaitu udara yang di tampung Acumulator tank atau juga
disebut buffer tank berfungsi sebagai cadangan (storage) tekanan udara
terkompresi yang digunakan untuk penggerak actuator dan alat instrument
lainnya yang bertenaga udara.
2. Elemen Masukan (Sinyal Masukan)
Elemen masukan yaitu peralatan instrument yang berfungsi sebagai pemindah
arah sinyal dari aliran arus listrik menuju elemen akhir disalurkan dengan
menggunakan sensor (level switch, limit switch, pushbutton, proximity switch
dll)
3. Elemen akhir
Elemen akhir adalah elemen yang mengontrol input udara dari sinyal masukan
(arus listrik ) menuju elemen akhir mengendalikan arah katup valve (solenoid
valve) berubah. perlengkapan yang menggunakan lubang-lubang saluran kecil
yang akan dilewati oleh aliran udara bertekanan, terutama untuk mulai (start)
dan berhenti (stop) serta mengarahkan aliran itu. Simbol pada umumnya
mewakili karateristik pengoperasian katup dalam perbandingan dengan
elemen lain dalam rangkaian. Manfaat pemberian tanda-tanda dan penomoran
pada lubang-lubang katup pneumatik adalah untuk memudahkan saat
pemasangan awal atau membuat konstruksi baru dan untuk pengecekan
karena harus melakukan perbaikan.
4. Elemen Kerja (Output)
Elemen kerja adalah alat pneumatik yang digerakkan dan akan menghasilkan
suatu kerja dan usaha, seperti : gerak lurus, gerak putar, dan lainlain. Elemen
kerja sering disebut juga sebagai aktuator (actuator) dan memiliki prinsip
bahwa udara bertekanan dirubah menjadi gerakan lurus bolak-balik (straight
line reciprocating) oleh silinder pneumatik dan gerakan putar (rotary) oleh
motor pneumatik. Silinder pneumatik merupakan elemen kerja yang akan
36
menghasilkan gerak lurus bolak-balik baik gerakan beraturan maupun yang
dapat diatur.
4.2 Penyebab Penyumbatan Instalasi Pneumatik
Gambar IV.2 Skema alur instalasi pneumatik
Dari data yang diperoleh, hal-hal yang menjadi penyebab utama penyumbatan
pada instalasi pneumatik dapat dilihat pada gambar IV.2 skema alur installasi
pneumatik adalah sebagai berikut:
4.2.1 Peralatan Instrument Kurang Memadai
Penyumbatan pada solenoid valve dapat dilihat pada gambar IV.2 salah
satunya karena kurangnya peralatan instrument (Filter Regulator Lubricator) pada
jalur reservoir tank menuju ke solenoid valve yang diberi tanda (A) kotoran dan air
ikut terbawa udara menuju solenoid valve hingga menyebabkan solenoid valve tidak
mau bekerja, hal ini merupakan minimnya peralatan instrument yang memadai.
Padahal bisa diketahui sejak dini apabila mesin Oscilating Shower tidak berjalan
maka sisa buburan kertas yang menempel pada felt part terlalu lama akan tebal dan
A
37
menyebabkan buburan kertas tidak bisa pindah pada dyer (pengeringan) dilihat
gambar IV.1 Udara terkontaminasi karena Filter Regulator Lubricator tidak ada dan
menyebabkan solenoid valve bermasalah.
4.2.2 Penumpukan air pada filter
Udara bertekanan dihasilkan dengan memampatkan udara sekitar. Dalam
proses ini, zat lain bisa terbawa masuk bersama udara hingga ke peralatan
instrument. Masalah yang sering terjadi berkurangnya umur actuator, solenoid
valve sering bermasalah, pengaturan tekanan rusak (regulator), menurunkan
keluaran tenaga cylinder dan gagal start up. Proses drain air ini dilakukan
hanya seminggu sekali hingga air menjadi lebih banyak. Dan menyebabkan
peralatan instrument sering rusak dilihat Gambar IV.3 Proses drain air pada
filter
Gambar IV.3 Proses drain air pada filter
4.2.3 Penyumbatan Selenoid valve
Pegas solenoid valve tidak bias mendorong kembali karena pegas macet.
Penyebab terjadinya pegas tidak mau bekerja adalah udara terkontaminasi dan
38
tidak ada pelumasan pada bagian dalam komponen dapat dilihat pada gambar
IV.4 Komponen solenoid valve
Gambar IV.4 Kerusakan pegas solenoid valve
4.3 Metode Perawatan pada Mesin Oscilating Shower
Untuk mengurangi resiko penyumbatan yang terjadi pada instalasi pneumatik
pada mesin Oscilating Shower diperlukan adanya perbaikan dalam manajemen
perwatan yang meliputi antara lain:
1. Prosedur perawatan
Proses cleaning (pembersihan) yang selama ini dilakukan dirasa kurang
maksimal dikarenakan hanya dilakukan seminggu sekali dipastikan air dan
kotoran pada sisi junction box filter udara menumpuk menjadi banyak karena tair
tidak pernah di drain.
2. Penambahan Peralatan
Perawatan yang terjadi pada bagian mesin Oscilating Shower kurang
maksimal karena pada saat udara masuk ke solenoid tidak ada Filter Regulator
A
39
Lubricator. Hal ini kurang maksimal karena air dan kotoran bisa terbawa
mengikuti udara dan tidak adanya pelumasan solenoid valve hingga pneumatik.
Pelumasan menjadi perawtan penting untuk peralatan instrument agar peralatan
bias berthan lebih lama lagi.
3. Melakukan pemeriksaan awal produksi
Pada saat akan melakukan proses produksi setelah libur panjang alangkah
baiknya bila melakukan pengecheckan awal khusunya pada bagian buffer tank
guna mengetahui apakah ada kendala/penyumbatan dalam pipa instlasi
menggunakan air denim yang dialirkan ke dalam actuator tank.
4.4 Kebijakan Perawatan Mesin Oscilating Shower
Setelah mengalami masalah penyumbatan pada solenoid valve yang terjadi di
instalasi pneumatik pada mesin Oscilating Shower memberlakukan perawatan
tambahan adalah
1. Membersihkan solenoid valve dengan cara membongkar, direndam
menggunakan solar dan seal solenoid dipisahkan terlebih dahulu saat
direndam menggunakan solar. Sikat pada bagian dalam dan luar solenoid
valve. Kegiatan ini dilakukan saat mesin overhaul.
2. Penambahan Filter Regulator Lubricator dipasang sebelum selonoid valve
kegunaan alat ini adalah menyaring udara menjadi lebih bersih lagi dan
Lubricator oil untuk pelumasan solenoid valve hingga menuju pneumatik agar
alat bisa tahan lama.
3. Membersihkan area mesin Oscilating shower dan membuang air (drain) pada
filter udara setiap hari pada waktu pagi hari.
4. Pengecekan tekanan dari sisi actuator tank dan junction box dapat dilihat
pada alat ukur pressure guage kegiatan ini dilakukan pada pergantian shift
agar selalu terpantau.
40
4.5 DesainPerancangan Ulang pada MesinOscilating Shower
Desain awal pada mesin oscilating shower kurang maksimal karena pada saat
udara masuk ke solenoid tidak ada Filter Regulator Lubricator. Hal ini kurang
maksimal karena air dan kotoran bisa terbawa mengikuti udara dan tidak adanya
pelumasan solenoid valve hingga pneumatik. Pelumasan menjadi perawtan
penting untuk peralatan instrument agar peralatan bias berthan lebih lama lagi.
Dilihat Gambar IV.5 desain awal Mesin Mesin Oscilating Shower
Gambar IV.5 Desain awal Mesin Oscilating Shower
Penambahan Filter Regulator Lubricator pada mesin Oscilating showeryang
ditandai (A) berguna untuk memaksimalkan kerja peralatan instrument. Contoh
desain dapat dilihat pada Gambar IV.5 Desain penambahan Filter Regulator
Lubricator fungsi dari (FRL) tersebut adalah menyaring air dan dan pelumasan ke
solenoid valve hingga ke pneumatik agar dapat bejalan dengan lancar. Dapat
dilihat gambar IV.6 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator
41
Gambar IV.6 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator
Untuk desain wiring diagram dibuat penambahan push button (yang biberi
tanda PB1 dan PB2). Penambahan ini berfungsi untuk setting pneumatik menjadi
manual. Dapat dilihat pada gambar IV.7 wiring diagram.
Gambar IV.7 wiring diagram
A
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa penyumbatan pada mesin oscilating shower dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penyebab penyumbatan instalasi pneumatik pada mesin oscilating shower
adalah karena pada instalasi terdapat air dan kotoran terbawa yang udara
hingga ke solenoid valve, menyebabkan tersumbat dan tidak adanya
maintance (perawatan) rutin.
2. Hal ini dapat dikurangi dengan memperbaiki manajemen perawatan antara
lain melakukan penambahan cleaning (pembersihan) penambahan peralatan
(filter regulator Lubricator) pada sisi sebelum udara masuk ke solenoid valve.
5.2 Saran
Perbaikan manajemen perawatan yang dibuat diharapkan dapat memperlancar
jalanya proses produksi, hal ini harus dilakukan secara konsisten guna
menghindari eror seperti kasus penyumbatan instalasi pneumatik pada mesin
oscilating shower.
43
DAFTAR PUSTAKA
K. Thomas, (1993),Dasar-Dasar Pneumatik, Erlangga, Jakarta.
Anonim, (2000), Buku Pelajaran Tingkat Dasar Pneumatik FESTO DIDACTIC,
Jakarta.
Suyanto, M.T. (2002), Pengantar Sistem Pneumatik, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta
44
LAMPIRAN
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Data umum perusahaan
Nama Perusahaan dan Lokasi
Nama Perusahaan : PT.LOHDJINAWI WIDJAYA
Jenis Perusahaan : Pembuatan Kertas
Tahun Berdiri : 2013
Perintis : Arifin
Luas Pabrik : ± 17 Ha
Kantor Pusat : Jl. Raya Semarang – Batang KM 68 Desa
Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah
Telepon : (024) 76671890
Fax : (024) 76671979
Sejarah Singkat PT.Lohdjinawi Widjaya Batang
PT.Lohdjinawi Widjaya Batang dirintis oleh Bapak Arifin. Sebelumnya beliau
bergerak dalam bidang pembuatan minyak goreng dan laminasi (kertas minyak).
Pada tahun 2012, Bapak Arifin mendirikan pabrik kertas yang di beri nama
PT.Lohdjinawi Widjaya di daerah Batang, Jawa Tengah. Pada saat itu, perusahaan
ini masih dalam proyek pembangunan. Awalnya perusahaan ini membeli mesin
kertas bekas di Negara Norwegia. Setahun proyek pembangunan gedung selesai,
pada awal tahun 2013 mesin dari Negara Norwegia dipasang hingga tahun 2015.
Pada tahun 2015, perusahaan ini mulai trial mesin sekitar 3 bulan hingga
mengeluarkan kertas terdiri dari satu unit paper mill dengan satu macam jenis
kertas yang di produksi yaitu Medium Liner. Untuk kertas Medium Liner
merupakan kertas untuk pembungkus maubel/single face & lapisan kertas minyak,
beberapa bulan kemudian paper mill bisa membuat kertas jenis kedua yaitu
Corrugating Medium, untuk Corrugating Medium merupakan kertas lapisan
dalam pada kardus. Setahun kemudian paper mill bisa membuat kertas jenis
45
ketiga yaitu Test Liner, untuk Test Liner merupakan kertas bagian luar pada
kardus.
Sedangkan untuk bahan baku paper mill PT Lohdjinawi Widjaya
menggunakan limbah kertas lokal maupun import yang masuk ke stock
preparation, pada bagian ini bahan baku limbah kertas akan di buburkan dan di
distribusikan ke paper mill untuk di buat lembaran kertas dengan gramature
sesaui pesanan dari customer. Setelah tergulung menjadi roll jumbo kertas ini
akan di finishing menjadi beberapa ukuran potong dengan mesin rewinder sesuai
dengan pesanan customer.
Departemen Instrument yang berada didalam struktur organiasasi
PT.Lohdjinawi Widjaya yang termasuk dalam departemen Teknisi. Departemen
Instrument adalah bagian teknisi yang menangani proses control produksi.
Dalam proses pembuatan kertas membutuhkan alat atau mesin yang kemudian
dikenal dengan sebutan . Instalasi pembuat kertas terdiri dari beberapa bagian
antara lain Stock Prep (proses persiapan memasak), Paper mill (proses fomasi
kertas hingga pengeringan) dan rewinder (penggulungan kertas).
Lokasi Perusahaan
PT.Lohdjinawi Widjaya di Jl. Raya Semarang – Batang KM 68 Desa
Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Indonesia.
Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi Pabrik kertas tebaik di Indonesia
2. Misi
Berperan aktif mendukung perekonomian bangsa dengan menyediakan
lapangan kerja dan produk berstandart internasional mealui etos kerja yang
professional serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
46
Struktur Organisasi Perusahaan
Untuk menjalankan proses operasional, PT.Lohdjinawi Widjaya secara umum
dibagi menjadi sepuluh departemen yang masing-masing dikepalai oleh sesorang
kepala bagian. Tiap kepala bagian membawahi beberapa karyawan mengepalai
bagian-bagian.
Departemen-departemen yang ada di PT.Lohdjinawi Widjaya saat ini adalah :
1) Departemen Pemasaran (Marketing)
2) Departemen Listrik
3) Departemen Mekanik
4) Departemen Produksi
5) Departemen Civil
6) Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (HRD)
7) Departemen Instrument
8) Departemen Boiler
9) Departemen WWT
10) Departemen Gudang
47
Struktur Organisasi PT.Lohdjinawi Widjaya Departement Instrument
KABAG INSTRUMENT
Jumari A.Md.Kom
SPV Instrument
Andy S
Pengawas Non
Shift Pengawas I Pengawas II Pengawas III
Abidin Ryan Lutfi Fuat Erwin Mawan
Operator I Operator I Operator I Operator I
Her Prayogo M. Sulton Agus Riyanto Muslikhin
Operator II Operator II Operator II Operator II
Aris Setyabudi
Operator II
Windu S

More Related Content

What's hot

Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MI
Ahmad M
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANGLAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
afifsalim
 
Buku transparansi air jakarta final ca 17 sept 2011
Buku transparansi air jakarta final   ca 17 sept 2011Buku transparansi air jakarta final   ca 17 sept 2011
Buku transparansi air jakarta final ca 17 sept 2011
Mohamad Mova Al'Afghani
 
Makalah bahan bangunan part.1
Makalah bahan bangunan part.1Makalah bahan bangunan part.1
Makalah bahan bangunan part.1
Mufid Rahmadi
 
pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...
pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...
pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...
Yoga Ardimas
 

What's hot (20)

Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoManajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
 
Laporan resmi penilaian formasi
Laporan resmi penilaian formasiLaporan resmi penilaian formasi
Laporan resmi penilaian formasi
 
Laporan resmi semen pemboran
Laporan resmi semen pemboranLaporan resmi semen pemboran
Laporan resmi semen pemboran
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MI
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANGLAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
 
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
pengaruh jalan santai terhadap tekanan darah pada pra lansia di posyandu lans...
 
Buku transparansi air jakarta final ca 17 sept 2011
Buku transparansi air jakarta final   ca 17 sept 2011Buku transparansi air jakarta final   ca 17 sept 2011
Buku transparansi air jakarta final ca 17 sept 2011
 
Lks ipa kur 2013
Lks ipa kur 2013Lks ipa kur 2013
Lks ipa kur 2013
 
Makalah bahan bangunan part.1
Makalah bahan bangunan part.1Makalah bahan bangunan part.1
Makalah bahan bangunan part.1
 
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRIPRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
 
pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...
pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...
pengaruh gradien suhu Terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan ...
 
Kkp162008 08 16
Kkp162008 08 16Kkp162008 08 16
Kkp162008 08 16
 
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
 
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WFLAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
 
Panduan penilaian smk 14 des
Panduan penilaian smk 14 desPanduan penilaian smk 14 des
Panduan penilaian smk 14 des
 
12345285
1234528512345285
12345285
 
Report Centrifugal Pump BB2 at PERTAMINA RU II DUMAI
Report Centrifugal Pump BB2 at PERTAMINA RU II DUMAIReport Centrifugal Pump BB2 at PERTAMINA RU II DUMAI
Report Centrifugal Pump BB2 at PERTAMINA RU II DUMAI
 
Modul 2 dian haryanto 1407123304
Modul 2 dian haryanto 1407123304Modul 2 dian haryanto 1407123304
Modul 2 dian haryanto 1407123304
 
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
 
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MAN...
 

Similar to Fix kp

Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Arismon Saputra
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Arismon Saputra
 
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Bucek MyName
 
Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2
wiizza
 
Laporan aplikasi penyimpanan bulog.docx
Laporan aplikasi penyimpanan bulog.docxLaporan aplikasi penyimpanan bulog.docx
Laporan aplikasi penyimpanan bulog.docx
dhaninformatika
 
123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...
123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...
123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...
sayfurry
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Dede Heryadi
 
Makalah Or Antrian
Makalah Or  AntrianMakalah Or  Antrian
Makalah Or Antrian
guestb59a8c8
 
2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar
2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar
2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar
Ian March
 

Similar to Fix kp (20)

Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
 
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
 
Laporan kerja praktek "Perawatan Printer"
Laporan kerja praktek "Perawatan Printer"Laporan kerja praktek "Perawatan Printer"
Laporan kerja praktek "Perawatan Printer"
 
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02
 
Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2
 
Laporan kerja praktek unsika 2015
Laporan kerja praktek unsika 2015Laporan kerja praktek unsika 2015
Laporan kerja praktek unsika 2015
 
Laporan aplikasi penyimpanan bulog.docx
Laporan aplikasi penyimpanan bulog.docxLaporan aplikasi penyimpanan bulog.docx
Laporan aplikasi penyimpanan bulog.docx
 
123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...
123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...
123dok perancangan pompa_sentrifugal_dengan_kapasitas_100m3_jam_dan_head_pomp...
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
 
Mulyo Puji Hadi - Peningkatan Kualitas Dengan Metode Define-Measure-Analyze-I...
Mulyo Puji Hadi - Peningkatan Kualitas Dengan Metode Define-Measure-Analyze-I...Mulyo Puji Hadi - Peningkatan Kualitas Dengan Metode Define-Measure-Analyze-I...
Mulyo Puji Hadi - Peningkatan Kualitas Dengan Metode Define-Measure-Analyze-I...
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
 
Laporan Kerja Bangku Teknik Mesin USU
Laporan Kerja Bangku Teknik Mesin USULaporan Kerja Bangku Teknik Mesin USU
Laporan Kerja Bangku Teknik Mesin USU
 
Makalah Or Antrian
Makalah Or  AntrianMakalah Or  Antrian
Makalah Or Antrian
 
Makalah kewirausahaan
Makalah kewirausahaanMakalah kewirausahaan
Makalah kewirausahaan
 
2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar
2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar
2. abstrak dan daftar isi, tabel dan gambar
 

Fix kp

  • 1. i ANALISIS PENYEBAB PENYUMBATAN INSTALASI PNEUMATIK PADA MESIN OSCILATING SHOWER DI PT. LOHDJINAWI WIDJAYA Kerja Praktek Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik Mesin Diajukan oleh NAMA : DERGO NURHADI NIM : 153010034 PROGAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WAHID HASYIM 2018
  • 2. ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PENYEBAB PENYUBATAN INSTALASI PNEUMATIK PADA MESIN OSCILATING SHOWER DI PT. LOHDJINAWI WIDJAYA Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Kerja Praktek Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Pada : Hari : Tanggal : Pembimbing I Koordinator KP M.Dzulfikar,ST.,MT M.Dzulfikar,ST.,MT NPP:05.15.1.0324 NPP:05.15.1.0324
  • 3. iii HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Dergo Nurhadi NIM : 153010034 Program studi : Teknik Mesin Menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini bukan merupakan jiplakan dan juga bukan dari karya orang lain. Semarang, November 2018 Yang menyatakan Dergo Nurhadi
  • 4. iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas karunia dan anugerah Allah Subhanahu Wa Ta`ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya penulisan laporan kerja praktek di PT LOHDJINAWI WIDJAYA departement Instrument yang beralamat di Jl. Raya Semarang – Batang KM 68 Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Pelaksanaan kerja praktek ini di laksanakan pada tanggal 2 Maret - 2 April 2018. Pembuatan laporan kerja praktek ini merupakan hasil dari pengamatan, percobaan dan pengumpulan data selama pelaksanaan kegiatan kerja praktek, untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Panca Wardana, Amd selaku Plant Manager of PT LOHDJINAWI WIDJAYA yang telah memberikan ijin untuk dapat melaksanakan kerja praktek. 2. Bapak M.Dzulfikar,ST.,MT. Selaku dosen pembimbing dalam pembuatan laporan kerja praktek ini. 3. Bapak Jumari A.Md.Kom. selaku Kepala Bagian Departement Instument PT LOHDJINAWI WIDJAYA beserta staf dan segenap karyawan yang telah membantu memberikan informasi tentang proses produksi yang ada diperusahaan tersebut. Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan. Atas perhatian dan bantuan dari semua pihak penulis ucapkan terima kasih. Semarang, November 2018
  • 5. v DAFTAR ISI HALAMAN PENGESEHAN ..……………………………………………………ii HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………………iii KATA PENGANTAR.……………………………………………………………iv DAFTAR ISI ………………………………………………………………………v DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….vii BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………1 1.1 Latar Belakang...…………………………………………………………1 1.2 Tujuan……………………………………………………………………2 1.3 Batasan Masalah………………………………………………………....2 1.4 Sistematika penulisan laporan…………………………………………...2 BAB II DASAR TEORI……………………………………………………….......4 2.1 Pengertian Pneumatik…………………………………………………....4 2.2 Sifat-sifat Udara Bertekanan ……………………………………………5 2.3 Komponen-komponen Penyusun Sistem Pneumatik…………….………6 2.4 Pemeliharaan ……………………………………………………….......18 BAB III METODE.………………………………………………………………23 3.1 Metode Observasi………………………………………………………24 3.2 Wawancara ……………………………………………………………..32 3.3 Studi Literatur..…………………………………………………………33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...………………………………………34 4.1 Proses Kerja Instalasi Pneumatik……………………………………….34 4.2 Penyebab Penyumbatan Instalasi Pneumatik………………...…………36 4.3 Metode Perawatan pada Mesin Oscilating Shower……………......……38 4.4 Kebijakan Perwatan Mesin Oscilating Shower…………………………39 4.5 Desain Perancangan Ulang pada Mesin Oscilating Shower………….....40 BAB V PENUTUP.………………………………………………………………42 5.1 Kesimpulan………………………………………………......................42 5.2 Saran……………………………………………………………………42 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………43
  • 7. vii DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Kompresor Torak Resiprokal .………………………………………8 Gambar II.2 Kompresor Rotari Baling-baling Luncur ...…………………………8 Gambar II.3 Penampung Udara Kempaan..………………………………………9 Gambar II.4 Unit Pelayanan Udara: 1. Filter 2. Regulator 3. Lubricator ...……10 Gambar II.5 Silinder Penggerak Tunggal .………………………………………12 Gambar II.6 Silinder Penggerak Gannda ..………………………………………13 Gambar II.7 Ringkasan Katup Pengarah dari Macam-macam Katup Pneumatik .15 Gambar II.8 Katup Pengontrol Aliran Angin dengan Prinsip Tekak (venturi)…16 Gambar II.9 Contoh Katup Penutup sebagai Penutup Aliran Udara Model Stop- cock (shut-off valve) Tegak Lurus dan Menyudut. ……………………………...17 Gambar III.1 Diagram aliran analisa permasalahan instalasi Pneumatik...………23 Gambar III.2 Air Compresor……………………………………………..............24 Gambar III.3 acumulator tank…………………………………………………....25 Gambar III.4 filter regulator ..……………………………………………………26 Gambar III.5 Junction Box .....……………………………………………………26 Gambar III.6 Solenoid valve...……………………………………………………27 Gambar III.7 Control Panel ………………………………………………….......28 Gambar III.8 Sensor proximity…………………………………….......................29 Gambar III.9 Pneumatik.........................................................................................30 Gambar III.10 Felt Part .…………………………………………………………31 Gambar III.11 Pressure Gauge………………………………………….....................31 Gambar III.11 Cleaning Felt Part..………………………………………………32 Gambar IV.1 Flow Chart Proses cara kerja instalasi Pneumatik ...………………34 Gambar IV.2 Skema alur instalasi pneumatik……………………………………36
  • 8. viii Gambar IV.3 Proses drain air pada filter ...………………………………………37 Gambar IV.4 Kerusakan pegas solenoid valve.…………………………..............38 Gambar IV.5 Desain awal Mesin Oscilating Shower ……………………………40 Gambar IV.6 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator………………....41 Gambar IV.7 wiring diagram …………………………………………………….41
  • 9. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Lohdjnawi Widjaya merupakan suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi kertas. PT Lohdjinawi Widjaya terdiri dari satu unit paper mill dengan tiga macam jenis kertas yang di produksi yaitu Medium Liner, Corrugating Medium, Test Liner. Untuk kertas Medium Liner merupakan kertas untuk pembungkus maubel/single face dan lapisan kertas minyak, untuk Corrugating Medium merupakan kertas lapisan dalam pada kardus, untuk Test Liner merupakan kertas bagian luar pada kardus. Sedangkan untuk bahan baku paper mill PT Lohdjinawi Widjaya menggunakan limbah kertas lokal maupun import yang masuk ke stock preparation, pada bagian ini bahan baku limbah kertas akan di buburkan dan di distribusikan ke paper mill untuk di buat lembaran kertas dengan gramature sesaui pesanan dari customer. Setelah tergulung menjadi roll jumbo kertas ini akan di finishing menjadi beberapa ukuran potong dengan mesin rewinder sesuai dengan pesanan customer. Proses pembuatan kertas dilakukan pengpressan bubur kertas menjadi lembaran kertas, dengan menggunakan felt part. Seringnya terjadi penumpukan bekas buburan kertas pada felt part, mesin oscilating shower menjadi salah satu komponen cleaning felt part dengan cara menyeprotkan air yang bertekanan besar. Mesin Oscilating Shower ini menggunakan energi udara dari Air Compressor. Masalah yang sering terjadi adalah penyumbatan pada solenoid valve dikarekan fluida dan kotoran masuk pada solenoid valve dan menyebabkan Pneumatik tidak berjalan lancar. Laporan kerja praktek ini mengambil judul “ANALISIS PENYEBAB PENYUMBATAN INSTALASI PNEUMATIK PADA MESIN OSCILATING
  • 10. 2 SHOWER DI PT. LOHDJINAWI WIDJAYA” dalam hal ini penulis mengamati proses penyemprotan kotoran pada felt part serta gangguan yang sering terjadi pada instalasi pneumatik dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah berupa solusi penanggulangan masalah. 1.2 Tujuan Adapun tujuan lain sebagai berikut: 1. Mencari penyebab penyumbatan pada instalasi Pneumatik. 2. Mengetahui cara penanggulangan penyumbatan instalasi Pneumatik. 1.3 Batasan Masalah Dalam kerja praktek ini hanya dibatasi pada analisa penyumbatan pada instalasi Pneumatik. 1.4 Sistematika penulisan laporan Laporan kerja praktek ini dibagi menjadi lima bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pembahasan mengenai latar belakang dan permasalahan, maksud dan tujuan serta waktu pelaksanaan batasan masalah, sistematika penulisan laporan. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisikan tentang literatur dan teori khususnya mengenai sistem pneumatik dan pipa pada instalasi udara. BAB III METODOLOGI Bab ini mengenai alat-alat yang digunakan saat pengambilan data, langkah- langkah pengambilan data, wawancara dan studi literatur serta gambaran umum instalasi pnuematik pada mesin oscilating shower.
  • 11. 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang analisa penyebab penyumbatan instalasi pnuematik pada mesin oscilating shower. BAB V PENUTUP Berisi mengenai kesimpulan dan saran hasil kerja praktek di PT.Lohdjinawi Widjaya DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 12. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Pneumatik Orang pertama yang dikenal telah menggunakan alat pneumatik adalah orang yunani yaitu KTESIBIOS. Istilah “pneuma” diperoleh dari istilah Yunani kuno yang mempunyai arti hembusan atau tiupan, juga dalam philosophi antara lain istilah “pneumatiks” adalah ilmu yang mempelajari gerakan atau perpindahan udara dan gejala atau penomena udara. Dengan kata lain pneumatik berarti mempelajari tentang gerakan angin (udara) yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga dan kecepatan. Penggunaan teknik pneumatik dalam industri dunia dimulai ketika industri-industri ini membutuhkan otomatisasi dan rasionalisasi rangkaian operasional secara kontinyu untuk mempertinggi produktivitas dengan biaya yang lebih murah. Sistem pneumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan, serta dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu kerja. Udara mampat ini diperoleh dari atmosfer bumi yang diserap kompresor dengan tekanan udara normal (0,98 bar) sampai mencapai tekanan yang lebih tinggi (antara 4-8 bar). Sistem pneumatik merupakan suatu bentuk perubahan atau pemindahan daya dengan menggunakan media penghantar berupa fluida udara untuk memperoleh daya yang lebih besar dari daya awal yang dikeluarkan. Dimana fluida penghantar ini (udara) dinaikkan tekanannya oleh pompa pembangkit tekanan kemudian diteruskan ke silinder kerja melalui selang-selang saluran dan katup-katup. Gerakan translasi batang piston dari slinder kerja yang dibangkitkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur.
  • 13. 5 2.2 Sifat-sifat udara bertekanan Umumnya sifat-sifat udara bertekanan hampir sama dengan udara biasa, secara rinci sifat-sifat udara bertekanan antara lain : a. Jumlah Udara tersedia secara bebas di alam dengan jumlah yang tak terhingga. b. Transport Udara dengan mudah dapat diangkut dalam pipa-pipa saluran, sekalipun dalam jarak yang jauh tidak akan berkurang. c. Penyimpanan Kompresor sebagai tempat udara tidak perlu dihidupkan secara terus- menerus, karena udara dapat disimpan dalam tangki dan pasti tahan lama. d. Suhu Udara terkompresi tidak terpengaruh terhadap perubahan suhu, sehingga akan menjamin saat pemakaian bahkan pada suhu yang rendah sekalipun. e. Tahan ledakan Udara bertekanan tidak terlalu memberikan resiko terhadap letusan ataupun menimbulkan api. f. Kebersihan Penggunaan udara bertekanan selalu bersih, sehingga kebocoran yang terjadi tidak akan menimbulkan pencemaran udara. g. Konstruksi Bentuk dan konstruksi bagian-bagian yang ada dibuat sederhana sehingga akan lebih efisien. h. Kecepatan Udara bertekanan merupakan media kerja (fluida) yang sangat cepat. i. Pengaturan Udara mempunyai fleksibilitas tinggi. Dengan komponen-komponen udara bertekanan, kecepatan dan daya mampu dapat diubah-ubah sesuai tujuan.
  • 14. 6 j. Aman Alat-alat pneumatik dan bagian-bagian yang mengoperasikan dapat dipasang suatu pengaman pada batas kemampuan maksimum, sehingga walaupun terjadi beban lebih akan tetap aman. Walaupun banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh udara bertakanan namun masih tetap juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain : 1) Persiapan Perangkat udara bertakanan memerlukan persiapan yang baik dan teliti. Kelembaban udara dan kotoran dapat terjaga betul sehingga komponen- komponen pneumatik dapat tahan lama. 2) Tenaga Udara bertekanan mempunyai keterbatasan tenaga. Tidak mungkin untuk mencapai kecepatan torak yang tepat dan seragam dengan kecepatan dan tekanan kerja angin yang rendah. 3) Gaya Udara bertekanan hanya efisien sampai kebutuhan gaya tertentu. 4) Suara Pada saluran pembuangan ke atmosfer menimbulkan suara yang bising 5) Biaya Teknik penyediaan udara bertekanan relatif memerlukan alat-alat yang relatif mahal untuk dapat menimbulkan suatu tenaga dalam kerjanya. 2.3 Komponen-komponen penyusun sistem pneumatik Komponen-komponen penyusun sistem pneumatik adalah konstruksi rangkaian sistem pneumatik yang terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Elemen sistem pneumatik dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
  • 15. 7 2.6.1 Unit tenaga (energi supply) Udara bertekanan untuk penggunaan sistem pneumatik harus dapat memadai dan memiliki kualitas yang baik. Untuk menghasilkan udara bertekanan diperlukan unit tenaga yang berfungsi untuk membangkitkan tenaga yaitu berupa aliran udara mampat. Unit tenaga terdiri dari kompresor, tangki udara dan kelengkapannya serta unit pelayanan udara. 1) Kompresor Kompresor berfungsi sebagai pemadat udara sampai tekanan kerja yang diinginkan. Udara dimampatkan kira-kira menjadi 1/7 dari volume udara bebas oleh kompresor dan disalurkan melalui sistem pendistribusian udara. Jenis kompresor yang digunakan tergantung dari syarat-syarat pemakaian yang harus dipenuhi berkenaan dengan tekanan kerja dan volume udara yang akan didistribusikan ke pemakai, dalam hal ini termasuk pemakai adalah silinder dan katup- katup pengontrol lain. Jenis kompresor yang ada terdiri dari dua kelompok: a) Kelompok pertama, ialah yang bekerja dengan prinsip pemindahan dimana udara dikompresikan atau dimampatkan dan diisikannya kedalam suatu ruangan. Kemudian mengurangi atau memperkecil isi dari ruangan tersebut. Jenis ini disebut kompresor torak (piston). Dibawah ini adalah contoh kompresor torak. Prinsip kerja kompresor torak hampir sama dengan motor bakar 4-Tak, hanya ada perbedaan pada zat yang diprosesnya. Disamping itu kompresor ini hanya butuh dua gerakan saja yaitu gerak langkah hisap udara dan gerak langkah tekan. Pemasukan udara diatur oleh katup masuk dan dihisap oleh torak yang gerakannya menjauhi katup kemudian didesak kembali oleh torak (Suyanto, 2002)
  • 16. 8 Gambar II.1 Kompresor Torak Resiprokal (Suyanto, 2002) b) Kelompok kedua, adalah bekerja dengan prinsip aliran udara yaitu dengan menyedot udara masuk ke dalam pada satu sisi dan memampatkannya dengan cara percepatan masa (turbin). Dibawah ini adalah contoh kompresor dengan prinsip kerja aliran. Secara eksentrik rotor dipasang berputar dalam rumah yang berbentuk silindris, mempunyai lubang-lubang masuk dan keluar. Ketika rotor berputar, energi gaya sentrifugal baling-balingnya akan melawan dinding, karena bentuk dari rumah baling-baling itu yang tidak sepusat dengan rotornya maka ukuran ruangan dapat diperbesar atau diperkecil menurut arah masuknya (mengalirnya) udara. Gambar II.2 Kompresor Rotari Baling-baling Luncur (Suyanto, 2002)
  • 17. 9 2) Tangki udara bertekanan (compressed air receiver) Penampung udara bertekanan (tangki angin atau receiver) berfungsi untuk menstabilkan pemakaian udara bertekanan. Sebuah tangki udara harus dipasang untuk mengurangi faktor turun naiknya tekanan. Biasanya kompresor beroperasi mengisi tangki udara jika dibutuhkan dan tangki berfungsi sebagai cadangan udara untuk jangka waktu tertentu. Fungsi yang lain dari tangki udara adalah sebagai penyediaan udara darurat ke sistem bila tiba-tiba terjadi kegagalan pada sumber. Proses pengolahan udara bertekanan pada umumnya memiliki urutan sebagai berikut: Kompresor menghisap udara yang digerakan oleh motor atau mesin, udara tersebut dikompresikan hingga mencapai tekanan kerja tertentu kemudian masuk ke tabung penampung udara bertekanan melalui katup pengaman lalu didistribusikan ke sistem melalui katup penutup sesuai dengan kebutuhan. Ukuran tangki udara bertekanan tergantung dari volume udara yang ditarik ke dalam kompresor, pemakaian udara konsumen, jenis dari pengaturan siklus kerja kompresor dan penurunan tekanan yang diperkenankan dari jaringan saluran. Gambar II.3 Penampung Udara Kempaan (Suyanto, 2002)
  • 18. 10 3) Unit pelayanan udara (service unit) Unit pelayanan udara dipasang pada setiap jaringan kerja sistem pneumatik untuk menjamin kualitas udara bagi tiap tugas sistem pneumatik. Unit pelayanan udara terdiri atas : a) Penyaring udara Penyaring udara bertekanan mempunyai tugas memisahkan semua yang mencemari udara bertekanan yang mengalir melaluinya, sebagimana juga memisahkan air yang telah terkondensasi. Udara bertekanan masuk kedalam mangkuk penyaring melalui lubang masukan. Tetes air dan butiran kotoran dipisahkan dari udara betekanan dengan prinsip sentrifugal dan jatuh ke bagian bawah mangkuk penyaring. Kumpulan air yang ditampung oleh mangkuk penyaring harus dikeluarkan sebelum mencapai batas maksimum yang ditunjukanoleh mangkuk. Kalau tidak, air ini akan mengalir kembali bersama udara bertekanan ke dalam sistem (Anonim, 2000). Gambaran lebih jelas tentang penyaring udara bertekanan pada sistem pneumatik dapat dilihat pada gambar. Gambar II.4 Unit Pelayanan Udara: 1. Filter 2. Regulator 3. Lubricator (Anonim, 2000)
  • 19. 11 b) Pengatur tekanan udara Kegunaan pengatur adalah untuk menjaga tekanan kerja (tekanan sekunder) relatif konstan meskipun tekanan udara turun naik pada saluran distribusi (saluran primer) dan bervariasinya pemakaian udara. Udara yag keluar dari kompressor masih mempunyai tekanan tinggi, untuk mengatur tekanan udara yang akan didistribusikan ke bagian kontrol dan kerja digunakan suatu alat yang disebut pengatur tekanan (pressure regulator). Biasanya setelah udara keluar dari saringan kemudian masuk pada regulator untuk diatur tekanannya sampai pada batas yang diinginkan. Terdapat bermacam- macam regulator dengan fungsi dan kegunaanya yang berbeda, yaitu : 1. Pengatur tekanan dengan pembuangan tanpa penganti aliran 2. Pengatur tekanan tanpa pengganti aliran 3. Pengatur tekanan dengan pengganti aliran. c) Pelumas udara bertekanan Bagian-bagian dari peralatan pneumatik yang bergerak dan menimbulkan gesekan memerlukan pelumasan. Kegunaan alat ini untuk menyalurkan oli berupa kabut dalam jumlah yang dapat diatur, lalu dialirkan ke sistem distribusi dari sistem kontrol dan komponen pneumatik yang membutuhkannya. Jumlah tertentu dari minyak pelumas ditambahkan ke udara bertekanan dengan memakai perangkat lumas sebagai lubrikator. Kabut minyak yang terdapat dalam udara bertekanan mempunyai fungsi melumasi alat-alat pneumatik selain itu berfungsi sebagai pendinginan sehingga kerugian gesekan dan kalor lebih kecil (Thomas Krist, 1993). 2.6.2 Elemen kerja (aktuator) Elemen kerja adalah alat pneumatik yang digerakkan dan akan menghasilkan suatu kerja dan usaha, seperti : gerak lurus, gerak putar, dan lain- lain. Elemen kerja sering disebut juga sebagai aktuator
  • 20. 12 (actuator) dan memiliki prinsip bahwa udara bertekanan dirubah menjadi gerakan lurus bolak-balik (straight line reciprocating) oleh silinder pneumatik dan gerakan putar (rotary) oleh motor pneumatik. Silinder pneumatik merupakan elemen kerja yang akan menghasilkan gerak lurus bolak-balik baik gerakan beraturan maupun yang dapat diatur. Silinder pneumatik dibagi dalam dua bagian yaitu 1) Silinder Kerja Tunggal (single acting cylinder) Elemen kerja ini digerakkan hanya pada satu sisi saja. Untuk gerak baliknya digunakan tenaga yang didapat dari suatu pegas yang telah terpasang di dalam silinder tersebut, sehingga besar kecepatannya tergantung dari pegas yang dipakai. Ukuran elemen ini biasanya dilihat dari besarnya diameter dan panjang langkahnya. Elemen ini terutama dipakai untuk proses penjepitan (clamping), injeksi, pengangkat ringan. Jenis lain dari silinder kerja tunggal adalah silinder diafragma dan silinder rol diafragma. Didalam silinder terdapat piston yang kebanyakan dilengkapi dengan perapat (seal) untuk mencegah kebocoran udara yang dipakai. Pemakaian seal dimaksudkan supaya perangkat torak dapat bergerak meluncur (sliding) pada silindernya dengan baik. Gambar II.5 Silinder Penggerak Tunggal (Anonim, 2000)
  • 21. 13 2) Silinder Kerja Ganda (double acting cylinder) Elemen ini dapat digerakkan dari dua arah. Pada waktu langkah maju dan mundur dipakai untuk kerja sehingga dalam hal ini akan dapat digunakan semua langkah. Pada silinder penggerak ganda gaya dorong yang ditimbulkan oleh udara bertekanan, menggerakkan torak pada silinder penggerak ganda dalam dua arah, gaya dorong yang besarnya tertentu digunakan pada dua arah gerakkan maju dan mundur. Sumber energi silinder pneumatik penggerak ganda dapat berupa signal langsung melalui katup kendali atau melalui katup pemroses signal kemudian baru ke katup pengendali. Macam-macam silinder kerja ganda antara lain silinder berbantalan pelindung, silinder dengan dua sisi batang torak, silinder tandem, silinder mempunyai banyak posisi, silinder kejut, silinder rotari dan silinder kabel. Gambar II.6 Silinder Penggerak Ganda (Anonim, 2000) 2.6.3 Unit pengatur Unit pengatur ini berbentuk katup yang dapat berfungsi baik untuk mulai (start), berhenti, arah aliran, maupun tekanan aliran dari suatu tekanan perantara yang dibawa oleh pompa hidro atau disimpan dalam
  • 22. 14 suatu bejana. Katup-katup pneumatik secara garis besar dibedakan menjadi 5 kelompok menurut fungsinya, yaitu : 1) Katup pengarah (directional way valves) Katup pengarah adalah perlengkapan yang menggunakan lubang- lubang saluran kecil yang akan dilewati oleh aliran udara bertekanan, terutama untuk mulai (start) dan berhenti (stop) serta mengarahkan aliran itu. Simbol pada umumnya mewakili karateristik pengoperasian katup dalam perbandingan dengan elemen lain dalam rangkaian. Manfaat pemberian tanda-tanda dan penomoran pada lubang-lubang katup pneumatik adalah untuk memudahkan saat pemasangan awal atau membuat konstruksi baru dan untuk pengecekan karena harus melakukan perbaikan. Cara pembacaan katup pangarah semisal katup 5/2 adalah katup tersebut terdiri dari 2 ruang yaitu sisi kiri a dan sisi kanan b, setiap ruang terdiri atas 5 saluran yaitu saluran 1, 2, 3, 4, dan 5. Apabila salah satu sisi aktif maka saluran dari kompresor (saluran 1) akan terhubung dengan saluran output menuju silinder (saluran 2, 4,dst) begitu pula dengan pembacaan katup pengarah lainnya seperti katup 3/2, 4/3, 5/3 dan sebagainya. Katup pengarah berfungsi sebagai pengatur gerakan aktuator Jumlah katup-katup pengarah banyak sekali, untuk itu dapat dilihat ringkasan pada gambar berikut:
  • 23. 15 Gambar II.7 Ringkasan Katup Pengarah dari Macam-macam Katup Pneumatik (Suyanto, 2002) 2) Katup pengontrol aliran (Flow control valves) Katup-katup pengontrol aliran adalah peralatan pneumatik yang berfungsi sebagai pengatur dan pengendali aliran udara bertekanan khususnya udara yang harus masuk ke dalam silinder-silinder pneumatik. Ada juga aliran angin tersebut harus dikontrol untuk peralatan pengendali katup-katup pneumatik. Termasuk jenis katup- katup pengontrol aliran adalah : a. Katup non-balik (non-return valve) b. Katup-katup pengontrol aliran, yang ragamnya terdiri dari : 1. Katup bola (shuttle valve) 2. Katup pembuangan cepat (quick-exhaust valve) 3. Katup dua tekanan (two-pressure valve) c. Katup-katup pengontrol arah aliran, yang ragamnya terdiri dari: 1. Katup pengontrol aliran dua arah (two way flow control). Katup ini mempengaruhi besarnya volume aliran udara bertekanan di
  • 24. 16 kedua arah, dengan cara menyetel sekerup pada pengatur alirannya maka akan didapatkan luas penampang lubang laluan yang membesar ataupun menyempit. 2. Katup pengontrol aliran satu arah (one way flow control) 3. Katup hambat bantu yang langsung terpasang pada silinder pneumatik dengan maksud sebagai supply air throttling (hambatan primer) dan dengan maksud sebagai exhaust air throttling (hambatan sekunder). 4. Katup hambat bantu dengan mekanik penghambat yang dapat diatur atau distel (valve with mechanically adjustable throttle). Gambar II.8 Katup Pengontrol Aliran Angin dengan Prinsip Tekak (venturi) (Suyanto, 2002) 3) Katup pengontrol dan pengatur tekanan (Pressure control valves Katup pengontrol tekanan adalah bagian atau komponen pneumatik yang mempengaruhi tekanan atau dikontrol oleh besarnya tekanan. Macam-macam katup ini terdiri dari 3 kategori yaitu : a. Katup pengatur tekanan (pressure regulating valve) b. Katup pembatas tekanan (pressure limiting valve)
  • 25. 17 c. Katup rangkai (sequence valve) 4) Katup-katup kombinasi (combination valves). Katup kombinasi dimaksudkan sebagai katup terpadu yang terdiri lebih dari sebuah katup pneumatik yang tersusun sedemikian rupa sehingga fungsi kerjanya menjadi spesifik dan katup kombinasi dirancang untuk maksud tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan operasi di segi otomasi. Macam dan variasi dari katup kombinasi antara lain: katup kombinasi sistem blok kontrol udara (air control block) dan katup penunda waktu (time delay valve). Katup tunda waktu adalah kombinasi katup 3/2 dan katup pengontrol aliran satu arah serta tabung udara. 5) Katup penutup (shut-off valves). Katup ini berfungsi sebagai pemberi atau pencegah aliran udara tekanan dalam variasi yang tak terbatas. Artinya, jika aliran udara memang harus dihentikan, maka katup akan bertindak. Tetapi jika dibutuhkan aliran kecil, maka katup hanya dapat dibuka sedikit saja. Gambar II.9 Contoh Katup Penutup sebagai Penutup Aliran Udara Model Stop- cock (shut-off valve) Tegak Lurus dan Menyudut.(Suyanto, 2002)
  • 26. 18 2.4 Pemeliharaan Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang (2001) dalam bukunya “Production Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas). 2.4.1 Tujuan pemeliharaan Menurut Daryus A (2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin, tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut: 1. Untuk memperpanjang kegunaan aset, 2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin, 3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, 4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. 2.4.2 Klasifikasi pemeliharaan Secara garis besar manajemen pemeliharaan dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: improvement, preventive dan corrective. 1. Perbaikan Pemeliharaan (Maintenance Improvement) Manajemen pemeliharaan dari waktu kewaktu harus meningkat untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada. Oleh karenanya perbaikan pemeliharaan merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kebutuhan pemeliharaan. Kita sering terlibat dalam menjaga pemeliharaan, namun kita lupa untuk merencanakan dan menghilangkan sumbernya. Oleh karenanya keandalan rekayasa diharapkan mampu menekan kegagalan
  • 27. 19 sebagai upaya menghapus kebutuhan perawatan. Kesemuanya ini merupakan pra-tindakan, bukan bereaksi. 2. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance) Pelaksanaan pemeliharaan preventif sebenarnya sangat bervariasi. Beberapa program dibatasi hanya pada pelumasan dan sedikit penyesuaian. Program pemeliharaan preventif lebih komprehensif dan mencakup jadwal perbaikan, pelumasan, penyesuaian, dan membangun kembali semua mesin sesuai perencanaan. Prioritas utama untuk semua program pemeliharaan preventif adalah pedoman penjadwalan. Semua manajemen pemeliharaan program preventif mengasumsikan bahwa mesin dalam jangka waktu tertentu produktifitasnya akan menurun sesuai klasifikasinya. Program preventif dapat dibagi 3 (tiga) macam: a. Time driven: program pemeliharaan terjadwal, yaitu dimana komponen diganti berdasarkan waktu atau jarak tempuh pemakaian. Sistem ini banyak digunakan perusahaan yang menggunakan mesin dengan komponen yang tidak terlalu mahal. b. Predictive: pengukuran untuk mendeteksi timbulnya degradasi sistem (turunnya fungsi), sehingga diperlukan mencari penyebab gangguan untuk dihilangkan atau dikontrol sebelum segala sesuatunya membawa dampak penurunan fungsi komponen secara signifikan. c. Proactive:perbaikan mesin didasarkan hasil studi kelayakan mesin. Sistem ini banyak diaplikasikan pada industri yang menggunakan mesin-mesin dengan komponen yang berharga mahal.
  • 28. 20 3. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance) Sistem ini dilakukan ketika sistem produksi berhenti berfungsi atau tidak sesuai dengan kondisi operasi yang diharapkan. Pada umumnya berhentinya sistem diakibatkan kerusakan komponen yang telah atau sedang dalam proses kerusakan. Kerusakan yang terjadi umumnya akibat tidak dilakukannya kegiatan preventive maintenance maupun telah dilakukannya kegiatan preventive maintenance tetapi kerusakan dalam batas dan kurun waktu tertentu tetap rusak. Kegiatan corrective maintenance biasa disebut pula sebagai breakdown maintenance, namun demikian kegiatannnya dapat terdiri dari perbaikan, restorasi atau penggantian komponen. Pemeliharaan korektif berbeda dari pemeliharaan. Pada sistem ini tidak dilakukan pemeliharaan secara berkala dan tidak terjadwal. Kebijakan untuk melakukan corrective maintenance saja tanpa adanya kegiatan preventive maintenance, dapat menimbulkan hambatan proses produksi atau membuat macet jalannya proses produksi. 2.4.3 Tugas-tugas pemeliharaan Seluruh tugas dalam kegiatan pemeliharaan pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tugas pokok sebagai berikut: a. Inspeksi (Inspection) Kegiatan utama dari inspeksi adalah pemeriksaan rutin berkala dan berdasarkan rencana. Adapun pengecekan dilakukan terhadap seluruh aset produksi, mulai dari gedung hingga mesin. Seluruh asset harus mampu mendukung kegiatan produksi, dan jika ditemui adanya kerusakan harus segera dilaporkan pada bagian teknis. Pelaporan adalah hal akhir dari kegiatan inspeksi. Berdasarkan temuan dapat ditentukan prioritas utama dalam hal
  • 29. 21 perbaikan, penggantian komponen, hingga pembelian mesin atau peralatan baru Kegiatan Teknik (Engineering) Kegiatan teknik adalah kegiatan yang mencakup layout mesin, setting mesin, perbaikan, penggantian komponen, penelitian dan pengembangan peralatan produksi. Bagian ini bertanggung jawab terhadap upaya-upaya yang dapat dilakukan agar peralatan dan mesin mampu bertahan dan dikembangkan kinerjanya. Pembelian peralatan baru dilakukan berdasarkan penelitian atas kenerja mesin, dan jika mesin dianggap sudah tidak mampu memenuhi target yang diharapkan. Kegiatan ini juga berinisiatif terhada rekayasa modifikasi alat atau mesin agar mampu memenuhi kebutuhan produksi. b. Kegiatan Produksi (Production) Kegiatan inti pemeliharaan adalah memperbaiki dan mereparasi peralatan dan mesin. Dalam kegiatan produksi inilah pemeliharaan benar-benar dilaksanakan dan ditelaah. Seluruh karyawan turut serta dalam kegiatan ini. Kegiatan diawali dari kebersihan mesin, lingkungan, perawatan pelumasan, pengecekan kesiapan kerja mesin dan keselamatan kerja. Seluruh kegiatan ini berdasarkan saran dan perintah kerja bagian teknik. c. Kegiatan Administrasi (Clerical Work) Kegiatan yang tidak kalah penting adalah kegiata adaministrasi.Unsur administrasi menjadi penting, karena dari kegiatan ini akan terekam sejarah pemakaian alat dan mesin. Berapa lama mesin telah dipakai, kerusakan apa yang pernah terjadi, komponen apa yang telah diganti dan apa yang telah dilakukan terhadap mesin. Pencatatan juga dilakukan apakah kinerja mesin sesuai harapan, jika tidak apakah telah memenuhi Prosedur Operasional Standar (POS)
  • 30. 22 d. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping) Kegiatan ini adalah kegiatan dalam kerangka agar fasilitas pendukung kegiatan yang berupa gedung dan perlengkapannya dapat mendukung produksi. Kegiatan utama adalah menjaga kebersihan dan perawatan dinding dan konstruksi serta saran pendukungnya, seperti: AC, sanitari, alat keselamatan kerja, sarana pemadam kebakaran dan lain sebagainya.
  • 31. 23 BAB III METODOLOGI Dalam analisis perlu adanya alur untuk mempermudah dalam analisa permasalahan kerusakan instalasi Pneumatik. Prosedur analisa dapat dilihat pada diagram aliran analisa permasalahan instalasi Pneumatik pada Gambar III.1. Gambar III.1 Diagram aliran analisa permasalahan instalasi Pneumatik Dalam analisa kerja praktik mempunyai langkah awal studi literatur atau mencari sumber tentang Pneumatik. Selanjutnya masuk ke permasalahan yang terjadi kemudian mengambil data-data yang diperlukan untuk proses analisa. Setelah itu melakukan perhitungan dengan menerapkan rumus yang diperoleh. Bila perhitungan selesai hasil dari perhitungan disesuaikan dengan keadaan sesungguhnya dan dapat mengambil tindakan menjawab dari permasalah yang terjadi. Mulai Selesai Analisa Mencari permasalahan Ambil Data Study literatur
  • 32. 24 Dalam kerja praktek di PT LOHDJINAWI WIDJAYA unit instrument yang dilaksanakan pada tangal 2 Maret 2018 sampai 2 April 2018 diperoleh data-data dengan tiga metode yaitu: 3.1 Metode Observasi Metode observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung proses Oscilating Shower bekerja di PT LOHDJINAWI WIDJAYA yang terdiri dari beberapa item mesin, yaitu : a. Air compressor Air Compresor Merupakan salah satu alat instrument penunjang dalam proses pembuatan Kertas dengan sistem Pneumatik. Air Compresor berfungsi dalam proses pembuatan kertas mulai dari sensor dan mendorong. Pada gambar III.2 diperlihatkan bentuk dari Air Compressor. Gambar III.2 Air Compresor b. Acumulator tank Acumulator tank atau juga disebut buffer tank berfungsi sebagai cadangan (storage) tekanan udara terkompresi yang digunakan untuk penggerak aktuator. Selain itu tanki ini juga berfungsi untuk mencegah
  • 33. 25 ketidak stabilan supply udara ke aktuator, lebih menstabilkan kerja kompresor agar tidak terlalu sering mematikan dan menyalakannya lagi, serta lebih memudahkan desain sistem dalam menempatkan kompresor jika diharusakan penempatan aktuator Pneumatik lebih jauh dengan kompresor. Pada gambar III.3 diperlihatkan bentuk dari acumulator tank. Gambar III.3 Acumulator tank c. Filter Regulator Filter Regulator atau bisa disebut dengan pengatur tekanan dan penyaringan, seperti namanya maka fungsi dari bagian ini adalah untuk mengatur berapa tekanan udara dikehendaki dari pengguna Pneumatik sistem ini dan menyaring air atau kotoran yang terbawa udara. Mempunyai spesifikasi maksimal tekanan 5 bar. Pada gambar III.4 diperlihatkan bentuk dari Filter Regulator.
  • 34. 26 Gambar III.4 filter Regulator d. Junction Box Sebuah box udara yang berisi mounting berfungsi untuk membagi udara dari air compressor dan nantinya udara, akan disalurkan pada peralatan instrument lainnya. Pada gambar III.5 diperlihatkan bentuk dari Junction Box. Gambar III.5 Junction Box e. Solenoid valve Solenoid valve merupakan salah satu alat atau komponen kontrol yang salah satu kegunaannya yaitu untuk menggerakan tabung cylinder, solenoid
  • 35. 27 valve merupakan katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya yang mana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran A atau B dari Solenodi Valve akan keluar udara yang berasal dari P atau supply, Solenoid valve ini mempunyai tegangan kerja 24V DC, katup 5/2 dioperasikan dengan solenoid valve atau diberi tegangan 24V DC pada koil dan dikembali dengan pegas atau secara manual. Pada gambar III.6 diperlihatkan bentuk dari Selenoid valve Gambar III.6 Solenoid valve f. Control panel Sebuah komponen yang terdiri dari relay, sensor proximity, selonoid valve, switch, dan lampu indikator. Komponen ini mempuyai tegangan 24V DC tergabung menjadi suatu rangkaian listrik yang befungsi untuk menjalankan peralatan instrument. Pada gambar III.7 diperlihatkan bentuk dari Control panel
  • 36. 28 Gambar III.7 Control Panel b. Sensor proximity Sensor ini memiliki tegangan 24V DC, sensor dibedakan menjadi dua sensor A (NO) dan sensor B (NC) pada instalasi Pneumatik ini membutuhkan dua sensor proximity untuk menyalakan dan menghidupkan solenoid valve. Cara kerja sensor ini seperti saklar pada dasarnya jika sensor ini tertempel oleh benda logam sensor akan memberi sinyal input pada relay, sinyal input ini diuabah menjadi sinyal output yang bekerja memutuskan aliran arus listrik pada selenoid maka peumatik akan berjalan mundur dan jika terkena sensor yang satu Pneumatik akan maju. Pada gambar III.8 diperlihatkan bentuk dari Sensor Poximity.
  • 37. 29 Gambar III.8 Sensor proximity c. Pneumatik Sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan udara sebagai tenaga penggeraknya mempunyai daya tekanan maksimal (P) 10 bar, panjang poros 250mm dan diameter poros 80mm made in sweden. Cara kerja Pneumatik sama saja dengan hidrolik yang membedakannya hanyalah tenaga penggeraknya. Jika Pneumatik menggunakan udara sebagai tenaga penggeraknya, dan sedangkan hidrolik menggunakan cairan oli sebagai tenaga penggeraknya. Dalam Pneumatik tekanan udara inilah yang berfungsi untuk menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang nantinya mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik (gerakan maju mundur pada cylinder). Pada gambar III.9 diperlihatkan bentuk dari Pneumatik.
  • 38. 30 Gambar III.9 Pneumatik d. Felt Part Bentuk dari felt part berupa belt yang berpori (seperti saringan kawat kasa yang saling bertumpuk seperti karpet ) saling menyambung yang dipasang pada roll bottom dan top berdekatan dan diberi tekanan dengan panjang felt 6000mm. Roll sebelah bawah tempat lewatnya felt dan roll sebelah atas tempat lewatnya kertas basah Kegunaan dari Press part adalah sebagai berikut: 1. Untuk menghemat energi, air yang dibuang dari web bisa mencapai sekitar 30%. 2. Meningkatkan kapasitas produksi paper machine, karena web yang keluar dari press part dry solids content (perbandingan zat padat dengan cairan)sekitar 50 % (20% di wire dan 30% di press). sehingga kerja bagian pengering (dyer) berkurang dan kecepatan mesin bisa ditingkatkan. Pada gambar III.10 diperlihatkan bentuk dari Pneumatik.
  • 39. 31 Gambar III.10 Felt Part e.Pressure Gauge Pressure Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup. Satuan dari alat ukur tekanan ini berupa psi (pound per square inch), psf (pound per square foot), mmHg (millimeter of mercury), inHg (inch of mercury), bar, ataupun atm (atmosphere). Pressure Gauge dapat digunakan dalam rangka pemantauan tekanan udara dan gas dalam kompresor, peralatan vakum, jalur proses, dan aplikasi tangki khusus seperti tabung gas medis dan alat pemadam kebakaran. Alat ukur tekanan yang mempunyai kapasitas maksimal hingga 10 bar. Pada gambar III.11 diperlihatkan bentuk dari Pressure Gauge Gambar III.11 Pressure Gauge
  • 40. 32 3.2 Wawancara Selain melakukan pengamatan langsung pengambilan data tentang proses penyemprotan felt part di PT LOHDJINAWI WIDJAYA departement instrument juga melalui wawancara kepada kepada Teknisi instrument untuk mencari solusi seputar permasalahan-permasalahan yang sering dialami khususnya pada mesin Oscilating Shower untuk Penyiraman felt part dan perawatannya, dari hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut, a. Cara Kerja Mesin Oscilating Shower Gambar III.12 Cleaning Felt Part Setelah mengetahui item–item instalasi Pneumatik pada mesin Oscilating Shower, penting untuk mengetahui sistem kerja instalasi Pneumatik pada mesin Oscilating Shower yang terbagi dalam beberapa tahap yaitu; 1. Mesin Oscilating Shower ini, sistem penggerak dari pnemuatik yang bertenaga udara dari air compressor. 2. Switch pada control panel berguna menghidupkan sumber tegangan aliran arus listrik 24V DC. 3. Jika Switch sudah dinyalakan sensor (A) pada posisi tertempel logam akan memberi sinyal pada Solenoid valve untuk membuka katup dan udara akan Pneumatik
  • 41. 33 pindah pada posisi membuka (Stroke poros pneumatic maju), jika stroke poros sudah maju maka sensor (B) akan tertempel logam dan memberi sinyal pada Solenoid valve untuk menutup katup dan stroke poros Pneumatik akan berjalan mundur. 4. Pneumatik yang bekerja akan mendorong pipa yang berisi air dan disemprotkan pada felt part yang bergerak maju mundur. Proses iniuntuk menghilangkan sisa cairan buburan kertas yang masih menempel pada felt part. b. Metode Perawatan Mesin Oscilating Shower Dari pengamatan yang telah dilakukan, manajemen perawatan departement instrument khususnya pada instalasi Pneumatik kurang mendapat perhatian lebih. Berikut kondisi aktualnya : 1. Jadwal perawatan instalasi Pneumatik untuk Penyemprotan felt part menunggu trobel. 2. Tidak ada peninjauan khusus untuk instalasi Pneumatik, selagi Pneumatik masih bisa berfungsi. 3. Terkadang terjadi penyumbatan pada saat proses Pneumatik bekerja berlangsung. 4. Jika masalah terselesaikan sementara, tidak dilanjutkan pada mesin overhoul. 5. Kurang inisiatifnya para Teknisi. 3.3 Studi Literatur Diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan kerja dan permasalahan yang terjadi pada instalasi Pneumatik. Baik berupa buku panduan, literatur dan dari sumber internet.
  • 42. 34 BAB IV HASIL DAN PENBAHASAN 4.1 Proses Kerja Instalasi Pneumatik Pada bab sebelumnya sudah di singgung sedikit tentang prosses cara kerja instalasi Pneumatik yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: Gambar IV.1 Flow Chart Proses cara kerja instalasi Pneumatik Catu Daya (Sumber Energi) Elemen kerja (Keluaran) Elemen Masukan (Sinyal Masukan) Elemen akhir (Sinyal Kontrol) Mulai Selesai
  • 43. 35 1. Catu Daya (Sumber Energi) Catu daya atau sumber eneri adalah energi yang dihasilkan dari air compressor yaitu udara yang di tampung Acumulator tank atau juga disebut buffer tank berfungsi sebagai cadangan (storage) tekanan udara terkompresi yang digunakan untuk penggerak actuator dan alat instrument lainnya yang bertenaga udara. 2. Elemen Masukan (Sinyal Masukan) Elemen masukan yaitu peralatan instrument yang berfungsi sebagai pemindah arah sinyal dari aliran arus listrik menuju elemen akhir disalurkan dengan menggunakan sensor (level switch, limit switch, pushbutton, proximity switch dll) 3. Elemen akhir Elemen akhir adalah elemen yang mengontrol input udara dari sinyal masukan (arus listrik ) menuju elemen akhir mengendalikan arah katup valve (solenoid valve) berubah. perlengkapan yang menggunakan lubang-lubang saluran kecil yang akan dilewati oleh aliran udara bertekanan, terutama untuk mulai (start) dan berhenti (stop) serta mengarahkan aliran itu. Simbol pada umumnya mewakili karateristik pengoperasian katup dalam perbandingan dengan elemen lain dalam rangkaian. Manfaat pemberian tanda-tanda dan penomoran pada lubang-lubang katup pneumatik adalah untuk memudahkan saat pemasangan awal atau membuat konstruksi baru dan untuk pengecekan karena harus melakukan perbaikan. 4. Elemen Kerja (Output) Elemen kerja adalah alat pneumatik yang digerakkan dan akan menghasilkan suatu kerja dan usaha, seperti : gerak lurus, gerak putar, dan lainlain. Elemen kerja sering disebut juga sebagai aktuator (actuator) dan memiliki prinsip bahwa udara bertekanan dirubah menjadi gerakan lurus bolak-balik (straight line reciprocating) oleh silinder pneumatik dan gerakan putar (rotary) oleh motor pneumatik. Silinder pneumatik merupakan elemen kerja yang akan
  • 44. 36 menghasilkan gerak lurus bolak-balik baik gerakan beraturan maupun yang dapat diatur. 4.2 Penyebab Penyumbatan Instalasi Pneumatik Gambar IV.2 Skema alur instalasi pneumatik Dari data yang diperoleh, hal-hal yang menjadi penyebab utama penyumbatan pada instalasi pneumatik dapat dilihat pada gambar IV.2 skema alur installasi pneumatik adalah sebagai berikut: 4.2.1 Peralatan Instrument Kurang Memadai Penyumbatan pada solenoid valve dapat dilihat pada gambar IV.2 salah satunya karena kurangnya peralatan instrument (Filter Regulator Lubricator) pada jalur reservoir tank menuju ke solenoid valve yang diberi tanda (A) kotoran dan air ikut terbawa udara menuju solenoid valve hingga menyebabkan solenoid valve tidak mau bekerja, hal ini merupakan minimnya peralatan instrument yang memadai. Padahal bisa diketahui sejak dini apabila mesin Oscilating Shower tidak berjalan maka sisa buburan kertas yang menempel pada felt part terlalu lama akan tebal dan A
  • 45. 37 menyebabkan buburan kertas tidak bisa pindah pada dyer (pengeringan) dilihat gambar IV.1 Udara terkontaminasi karena Filter Regulator Lubricator tidak ada dan menyebabkan solenoid valve bermasalah. 4.2.2 Penumpukan air pada filter Udara bertekanan dihasilkan dengan memampatkan udara sekitar. Dalam proses ini, zat lain bisa terbawa masuk bersama udara hingga ke peralatan instrument. Masalah yang sering terjadi berkurangnya umur actuator, solenoid valve sering bermasalah, pengaturan tekanan rusak (regulator), menurunkan keluaran tenaga cylinder dan gagal start up. Proses drain air ini dilakukan hanya seminggu sekali hingga air menjadi lebih banyak. Dan menyebabkan peralatan instrument sering rusak dilihat Gambar IV.3 Proses drain air pada filter Gambar IV.3 Proses drain air pada filter 4.2.3 Penyumbatan Selenoid valve Pegas solenoid valve tidak bias mendorong kembali karena pegas macet. Penyebab terjadinya pegas tidak mau bekerja adalah udara terkontaminasi dan
  • 46. 38 tidak ada pelumasan pada bagian dalam komponen dapat dilihat pada gambar IV.4 Komponen solenoid valve Gambar IV.4 Kerusakan pegas solenoid valve 4.3 Metode Perawatan pada Mesin Oscilating Shower Untuk mengurangi resiko penyumbatan yang terjadi pada instalasi pneumatik pada mesin Oscilating Shower diperlukan adanya perbaikan dalam manajemen perwatan yang meliputi antara lain: 1. Prosedur perawatan Proses cleaning (pembersihan) yang selama ini dilakukan dirasa kurang maksimal dikarenakan hanya dilakukan seminggu sekali dipastikan air dan kotoran pada sisi junction box filter udara menumpuk menjadi banyak karena tair tidak pernah di drain. 2. Penambahan Peralatan Perawatan yang terjadi pada bagian mesin Oscilating Shower kurang maksimal karena pada saat udara masuk ke solenoid tidak ada Filter Regulator A
  • 47. 39 Lubricator. Hal ini kurang maksimal karena air dan kotoran bisa terbawa mengikuti udara dan tidak adanya pelumasan solenoid valve hingga pneumatik. Pelumasan menjadi perawtan penting untuk peralatan instrument agar peralatan bias berthan lebih lama lagi. 3. Melakukan pemeriksaan awal produksi Pada saat akan melakukan proses produksi setelah libur panjang alangkah baiknya bila melakukan pengecheckan awal khusunya pada bagian buffer tank guna mengetahui apakah ada kendala/penyumbatan dalam pipa instlasi menggunakan air denim yang dialirkan ke dalam actuator tank. 4.4 Kebijakan Perawatan Mesin Oscilating Shower Setelah mengalami masalah penyumbatan pada solenoid valve yang terjadi di instalasi pneumatik pada mesin Oscilating Shower memberlakukan perawatan tambahan adalah 1. Membersihkan solenoid valve dengan cara membongkar, direndam menggunakan solar dan seal solenoid dipisahkan terlebih dahulu saat direndam menggunakan solar. Sikat pada bagian dalam dan luar solenoid valve. Kegiatan ini dilakukan saat mesin overhaul. 2. Penambahan Filter Regulator Lubricator dipasang sebelum selonoid valve kegunaan alat ini adalah menyaring udara menjadi lebih bersih lagi dan Lubricator oil untuk pelumasan solenoid valve hingga menuju pneumatik agar alat bisa tahan lama. 3. Membersihkan area mesin Oscilating shower dan membuang air (drain) pada filter udara setiap hari pada waktu pagi hari. 4. Pengecekan tekanan dari sisi actuator tank dan junction box dapat dilihat pada alat ukur pressure guage kegiatan ini dilakukan pada pergantian shift agar selalu terpantau.
  • 48. 40 4.5 DesainPerancangan Ulang pada MesinOscilating Shower Desain awal pada mesin oscilating shower kurang maksimal karena pada saat udara masuk ke solenoid tidak ada Filter Regulator Lubricator. Hal ini kurang maksimal karena air dan kotoran bisa terbawa mengikuti udara dan tidak adanya pelumasan solenoid valve hingga pneumatik. Pelumasan menjadi perawtan penting untuk peralatan instrument agar peralatan bias berthan lebih lama lagi. Dilihat Gambar IV.5 desain awal Mesin Mesin Oscilating Shower Gambar IV.5 Desain awal Mesin Oscilating Shower Penambahan Filter Regulator Lubricator pada mesin Oscilating showeryang ditandai (A) berguna untuk memaksimalkan kerja peralatan instrument. Contoh desain dapat dilihat pada Gambar IV.5 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator fungsi dari (FRL) tersebut adalah menyaring air dan dan pelumasan ke solenoid valve hingga ke pneumatik agar dapat bejalan dengan lancar. Dapat dilihat gambar IV.6 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator
  • 49. 41 Gambar IV.6 Desain penambahan Filter Regulator Lubricator Untuk desain wiring diagram dibuat penambahan push button (yang biberi tanda PB1 dan PB2). Penambahan ini berfungsi untuk setting pneumatik menjadi manual. Dapat dilihat pada gambar IV.7 wiring diagram. Gambar IV.7 wiring diagram A
  • 50. 42 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa penyumbatan pada mesin oscilating shower dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penyebab penyumbatan instalasi pneumatik pada mesin oscilating shower adalah karena pada instalasi terdapat air dan kotoran terbawa yang udara hingga ke solenoid valve, menyebabkan tersumbat dan tidak adanya maintance (perawatan) rutin. 2. Hal ini dapat dikurangi dengan memperbaiki manajemen perawatan antara lain melakukan penambahan cleaning (pembersihan) penambahan peralatan (filter regulator Lubricator) pada sisi sebelum udara masuk ke solenoid valve. 5.2 Saran Perbaikan manajemen perawatan yang dibuat diharapkan dapat memperlancar jalanya proses produksi, hal ini harus dilakukan secara konsisten guna menghindari eror seperti kasus penyumbatan instalasi pneumatik pada mesin oscilating shower.
  • 51. 43 DAFTAR PUSTAKA K. Thomas, (1993),Dasar-Dasar Pneumatik, Erlangga, Jakarta. Anonim, (2000), Buku Pelajaran Tingkat Dasar Pneumatik FESTO DIDACTIC, Jakarta. Suyanto, M.T. (2002), Pengantar Sistem Pneumatik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
  • 52. 44 LAMPIRAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Data umum perusahaan Nama Perusahaan dan Lokasi Nama Perusahaan : PT.LOHDJINAWI WIDJAYA Jenis Perusahaan : Pembuatan Kertas Tahun Berdiri : 2013 Perintis : Arifin Luas Pabrik : ± 17 Ha Kantor Pusat : Jl. Raya Semarang – Batang KM 68 Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah Telepon : (024) 76671890 Fax : (024) 76671979 Sejarah Singkat PT.Lohdjinawi Widjaya Batang PT.Lohdjinawi Widjaya Batang dirintis oleh Bapak Arifin. Sebelumnya beliau bergerak dalam bidang pembuatan minyak goreng dan laminasi (kertas minyak). Pada tahun 2012, Bapak Arifin mendirikan pabrik kertas yang di beri nama PT.Lohdjinawi Widjaya di daerah Batang, Jawa Tengah. Pada saat itu, perusahaan ini masih dalam proyek pembangunan. Awalnya perusahaan ini membeli mesin kertas bekas di Negara Norwegia. Setahun proyek pembangunan gedung selesai, pada awal tahun 2013 mesin dari Negara Norwegia dipasang hingga tahun 2015. Pada tahun 2015, perusahaan ini mulai trial mesin sekitar 3 bulan hingga mengeluarkan kertas terdiri dari satu unit paper mill dengan satu macam jenis kertas yang di produksi yaitu Medium Liner. Untuk kertas Medium Liner merupakan kertas untuk pembungkus maubel/single face & lapisan kertas minyak, beberapa bulan kemudian paper mill bisa membuat kertas jenis kedua yaitu Corrugating Medium, untuk Corrugating Medium merupakan kertas lapisan dalam pada kardus. Setahun kemudian paper mill bisa membuat kertas jenis
  • 53. 45 ketiga yaitu Test Liner, untuk Test Liner merupakan kertas bagian luar pada kardus. Sedangkan untuk bahan baku paper mill PT Lohdjinawi Widjaya menggunakan limbah kertas lokal maupun import yang masuk ke stock preparation, pada bagian ini bahan baku limbah kertas akan di buburkan dan di distribusikan ke paper mill untuk di buat lembaran kertas dengan gramature sesaui pesanan dari customer. Setelah tergulung menjadi roll jumbo kertas ini akan di finishing menjadi beberapa ukuran potong dengan mesin rewinder sesuai dengan pesanan customer. Departemen Instrument yang berada didalam struktur organiasasi PT.Lohdjinawi Widjaya yang termasuk dalam departemen Teknisi. Departemen Instrument adalah bagian teknisi yang menangani proses control produksi. Dalam proses pembuatan kertas membutuhkan alat atau mesin yang kemudian dikenal dengan sebutan . Instalasi pembuat kertas terdiri dari beberapa bagian antara lain Stock Prep (proses persiapan memasak), Paper mill (proses fomasi kertas hingga pengeringan) dan rewinder (penggulungan kertas). Lokasi Perusahaan PT.Lohdjinawi Widjaya di Jl. Raya Semarang – Batang KM 68 Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Indonesia. Visi dan Misi 1. Visi Menjadi Pabrik kertas tebaik di Indonesia 2. Misi Berperan aktif mendukung perekonomian bangsa dengan menyediakan lapangan kerja dan produk berstandart internasional mealui etos kerja yang professional serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
  • 54. 46 Struktur Organisasi Perusahaan Untuk menjalankan proses operasional, PT.Lohdjinawi Widjaya secara umum dibagi menjadi sepuluh departemen yang masing-masing dikepalai oleh sesorang kepala bagian. Tiap kepala bagian membawahi beberapa karyawan mengepalai bagian-bagian. Departemen-departemen yang ada di PT.Lohdjinawi Widjaya saat ini adalah : 1) Departemen Pemasaran (Marketing) 2) Departemen Listrik 3) Departemen Mekanik 4) Departemen Produksi 5) Departemen Civil 6) Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (HRD) 7) Departemen Instrument 8) Departemen Boiler 9) Departemen WWT 10) Departemen Gudang
  • 55. 47 Struktur Organisasi PT.Lohdjinawi Widjaya Departement Instrument KABAG INSTRUMENT Jumari A.Md.Kom SPV Instrument Andy S Pengawas Non Shift Pengawas I Pengawas II Pengawas III Abidin Ryan Lutfi Fuat Erwin Mawan Operator I Operator I Operator I Operator I Her Prayogo M. Sulton Agus Riyanto Muslikhin Operator II Operator II Operator II Operator II Aris Setyabudi Operator II Windu S