SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
Oleh :
Demianus Nawipa
200742033
Program Studi Teknik Geologi
Jurusan Teknik
F-MIPA UNIPA Manokwari 2012
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kepulauan Indonesia ======- rawan bencana alam geologi
salah satunya bencana gempabumi karena posisinya ujung
pertemuan antara 3 (Tiga) lempeng utama dunia yaitu :
1. lempeng Indo-Australia,
2. Lempeng Eurasia dan
3. Lempeng pasifik.
Kerak bumi yakni lempeng Indo-Australia dan Papua yang
bergerak relatif ke utara dengan kecepatan rata-rata 71
mm/tahun dan lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke barat
dengan kecepatan rata-rata 110 mm/tahun (Dow dkk, 1985).
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
Penelitian mengenai percepatan tanah
maksimum biasa dilakukan dengan berbagai
metode salah satunya memakai metode
pendekatan empiris McGuire (1977), dimana
metode tersebut hanya berdasarkan data-data
dari parameter gempabumi. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis menggunakan
metode McGuirre (1977) untuk menghitung nilai
percepatan tanah maksimum, dengan diberi
judul ”PENGOLAHAN DATA GEMPABUMI UNTUK
PENENTUAN NILAI PERCEPATAN TANAH
MAKSIMUM (PGA) DI DAERAH NABIRE DAN
PANIAI”
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.2 Perumusan Masalah
• Dampak yang ditimbulkan pada suatu daerah apabila terjadi
gempabumi adalah gerakan percepatanan tanah pada
permukaan. Besar gerakan percepatan tanah pada permukaan
tergantung pada :
• Besar kekuatan gempa,
• Jarak episenter,
• Kedalam sumber gempa,
• Kondisi batuan dan
• Kondisi tanah setempat.
maka untuk menghitung nilai percepatan gerakan tanah
maksimum pada permukaan digunakan metode empiris
McGuirre (1977) berdasarkan data gempabumi dari tahun
1900-2009 di atas 6 SR dengan kedalaman antara 9 km – 70
km.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.3 Tujuan penelitian
• Untuk menghitung dan menentukan berapa nilai
percepatan tanah maksimum (PGA) di daerah Nabire
dan Paniai.
• Mengetahui tingkat resiko gempabumi daerah Nabire
dan Paniai.
• Memetakan nilai percepatan tanah maksimum (PGA)
daerah Nabire dan Paniai berdasarkan formula
empiris gempabumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.4 Manfaat Penelitian
• Menjadikan sumber data yang menggambarkan nilai
percepatan tanah maksimum daerah Nabire dan
Paniai
• Untuk menjadi data acuan yang membicarakan
tingkat resiko gempabumi di Nabire dan Paniai secara
umum
• Sebagai masukan bagi masyarakat umumnya, dan
pemerintah daerah khususnya tentang akibat dari
gempabumi terhadap struktur bangunan terutama
bangunan fisik yang tahan akan getaran gempabumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
• Penentuan nilai percepatan tanah maksimum di
daerah penelitian ini dibatasi pada koordinat
2º30’00” – 4º30’00” LS dan 134º30’00” –
1360
30’00” BT, dengan menggunakan data historis
atau data sekunder gempabumi hasil kompilasi
Stasiun Geofisika Wilayah V Entrop Jayapura (BMKG)
periode kurang lebih seratus tahun (1900-2009).
• Dikhususkan untuk data gempabumi yang pernah
terjadi di Nabire dan Paniai dalam periode waktu
tersebut, dan diolah dengan menggunakan formula
pendekatan empiris gempabumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.6 Metode Penelitian
• Dalam penelitian ini menggunakan metode
kajian pustaka dan metode deskriptif yaitu
pengolahan data histori atau data sekunder
gempabumi menggunakan formula pendekatan
(Empiris) gempabumi, yaitu metode empiris
McGuire (1977).
1.6.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih
2 tahun terhitung sejak tanggal 4 Juli s/d 1
Agustus 2010,dan pengambilan data dilakukan
di Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Wilayah V Jl.Raya Abepura Entrop Jayapura
Papua dan pengolahan datanya dilakukan di
kampus UNIPA Manokwari.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.6.1 Pengambilan Data
• Data-data yang dikumpulkan adalah data
historis gempabumi dari tahun 1900-2009,
dengan parameter-parameter yang diambil
adalah waktu kejadian gempabumi, posisi
lintang-bujur, magnitude gempabumi (M)
dengan kekuatan ≥ 6 SR, dan pusat kedalaman
gempabumi (gempa dangkal 9 – 70 km)
seperti yang disajikan di lampiran padaTabel
1.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
1.6.3 Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh, diolah dengan
menggunakan sebuah formula pendekatan
gempabumi yaitu :
• Percepatan tanah maksimum (PGA)
Percepatan tanah maksimum diolah dengan
menggunakan formula pendekatan empiris
gempabumi (persamaan 2.3.3a). Pada
pengolahan data perlu menghitung jarak
pusat gempa ke lokasi atau daerah yang
menjadi sasaran penelitian, dapat dihitung
dengan menggunakan teorema pytagoras
(persamaan 2.3.3b)
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
•Pemetaan Percepatan
tanah maksimum (PGA)
Pemetaan nilai percepatan
tanah maksimum dilakukan
dengan menggunakan
Software Arc GIS 3.3
(Geographyc Information
System), Surfer 8 dan Surfer
10. Dengan metode
interpolasi yang digunakan
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
Gambar 1.6.2 Diagram Alir
Penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
• Pendahuluan
• Tinjauan Pustaka
• Hasil dan Pembahasan
• Penutup
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempabumi
Gempa : guncangan, gerakan (bumi), peristiwa
alam berupa getaran atau gerakan
bergelombang kulit bumi yang ditimbulkan oleh
tenaga yang berasal dari dalam bumi.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
2.1.2 Penyebab Terjadinya Gempabumi
• Penyebab utama terjadinya gempabumi
adalah karena adaya pergerakan lempeng
tektonik.
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
2.1.3 Tipe Gempabumi
Ditinjau dari segi penyebab terjadinya
gempabumi dapat dibagi dalam empat tipe,
yaitu :
Tipe Gempabumi Tektonik
Tipe Gempabumi Vulkanik
Tipe Gempabumi Buatan
Tipe Gempabumi Runtuhan
• Berdasarkan magnitudo surface
(permukaan), gempabumi dapat
diklasifikasikan menurut Hagiwara
(1964) yang terdiri atas :
1. Gempa sangat besar ====== Magnitudo > 8 SR
2. Gempa besar ======= Magnitudo 7 - 8 SR
3. Gempa menengah ====== Magnitudo 5 - 6 SR
4. Gempa sedang ======= Magnitudo 4 – 5 SR
5. Gempa kecil ====== Magnitudo 3 – 4 SR dst-
nya
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
Sedangkan berdasarkan kedalaman sumber
(H) gempabumi di Indonesia para ahli
seismologi diklasifikasikan yaitu :
• Deep Earthquake: h > 300 Km
• Intermediate Earthquake: h = 80 - 300 Km
• Shallow Earthquake: h < 80 Km
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
 Parameter gempabumi tersebut meliputi :
• Waktu Kejadian Gempabumi
• Lokasi Episenter
• Kedalaman Sumber Gempabumi
• Kekuatan Gempabumi
• Intensitas Gempabumi
.............. (2.1.4)
• Dimana :
I = Intensitas pada jarak pengamatan ∆ (km)
I0 = Intensitas pada sumber
-b = Nilai pelemahan
∆ = Jarak episenter
• Intensitas berbeda dengan magnitudo karena intensitas adalah hasil
pengamatan langsung pada suatu tempat tertentu, sedangkan
magnitudo adalah hasil pengamatan instrumental menggunakan
seismograf.
2.1.4 Parameter Gempabumi
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
• Magnitudo : besarnya energi yang dikeluarkan
di pusat gempa secara relatif yang merupakan
fungsi dari amplitudo dan periode gelombang
seismic, jarak epsisenter, kedalaman gempa
serta faktor-faktor koreksi.
• Hiposenter/fokus =====di dalam bumi
• Episenter====pusat gempabumi di
permukaan bumi
2.2 Magnitudo Gelombang
E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
Magnitudo Gelombang Gempabumi terdiri
dari :
 Magnitudo gempa lokal (Ml)=====gempa
lokal
Magnitugo Gelombang Body
(Mb)====Gelombang primer (PW) &
Gelombang Sekunder (SW)
Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms)
Rumus empiris Guterberg adlh sbb :
Mb = 0,56Ms + 2,9
2.3 Percepatan Gerakan Tanah
• Gerakan tanah adalah perpindahan material berupa
batuan, bahan timbunan, tanah atau material
campuran yang bergerak ke segala arah yang
diakibatkan oleh tenaga eksogen dan endogen
( Varnes, D.J, 1978).
• Gerakan tanah dikelompokkan beberapa jenis
berdasarkan kecepatan gerakan tanah, yaitu;
longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan aliran bahan/material dll
2.3.3 Faktor penyebab gerakan tanah
• Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah
adalah bertambahnya tegangan geser dan
berkurangnya tahanan geser.
• Gerakan tanah secara geologi dapat dijelaskan
berdasarkan; struktur geologi, sifat bawaan
batuan, hilangnya perekat tanah.
2.3.4 Metode Empiris
Tabel 2.3.5 Tingkat Resiko Gempabumi
No. Tingkat Resiko Nilai Percepatan (gal) Intensitas (MMI) Kode
1. Resiko Sangat Kecil < 25 < VI 0
2. Resiko Kecil 25 – 50 VI – VII 1
3. Resiko Sedang Satu 50 – 75 VII – VIII 2
4. Resiko Sedang Dua 75 – 100 VII – VIII 3
5. Resiko Sedang Tiga 100 – 125 VII – VIII 4
6. Resiko Besar Satu 125 – 150 VIII – IX 5
7. Resiko Besar Dua 150 – 200 VIII – IX 6
8. Resiko Besar Tiga 200 – 300 VIII – IX 7
9. Resiko Sangat Besar Satu 300 – 600 IX – X 8
Sumber : Aplikasi sistem informasi geografi untuk peta bencana alam di
indonesia
• Metode empiris yang saya gunakan adalah
Formula Empiris McGuirre (1977) ; yaitu :
................(2.3.5a)
• Dimana :
E = Menyatakan Nilai yang diharapkan Indikasi terhadap v
v = Satuan dalam gal (cm/s2
),
Maka Nilai a = 472, b = 0.278, c = 1.301
M = Magnitudo gempa (SR)
R = Jarak antar titik amat dan pusat gempa (Km)
• Jarak hiposenter dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
........ (2.3.3b)
• Dimana :
∆ = Jarak episenter (Km)
h = Jarak hiposenter atau Kedalaman (Km)
• Untuk jarak episenter (∆) dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
......... (2.3.3.c)
• Dimana :
x1 =Posisi bujur titik amat (UTM), x2 = Posisi bujur titik Episenter
gempa (UTM)
y1 = Posisi lintang titik amat (UTM), y2 = Posisi lintang hiposenter
gempa (UTM)
• Kedalaman pusat gempa yang digunakan untuk formula
pendekatan empiris McGuirre (1977) adalah berkisar antara 9
km sampai dengan 70 km, magnitudo gempa yang digunakan
berkisar 6,5 SR.
2.3 Teori Tektonik Lempeng
2.4.1 Tinjauan Tektonik Dunia
• Tektonik lempeng adalah Suatu teori yang
menerangkan proses dinamika Bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunungapi,
jalur Gempabumi dan cekungan endapan di muka
bumi yang diakibatkan oleh pergerakan Lempeng.
Lanjut Tektonik..........>
• Ada tujuh lempeng besar utama yaitu lempeng
Pasifik, lempeng Antartika, lempeng Amerika
selatan, lempeng Amerika utara, lempeng Eurasia,
lempeng Afrika dan lempeng Indo-Australia.
• Lempeng-lempeng besar tetapi masih terdapat
lempeng-lempeng kecil yang terbentuk di antara
lempeng-lempeng besar tersebut, antara lain lempeng
Juan De Fuca yang terjepit di antara lempeng Pasifik
dengan lempeng Amerika Utara. Lempeng Cocos,
lempeng Caribbean dan lempeng Nazca yang terjepit
di antara lempeng Pasifik, lempeng Amerika Utara
dan lempeng Amerika Selatan.
2.4.2 Jenis-Jenis Pertemuan Tektonik Lempeng
Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga tipe yaitu pergerakan
lempeng Divergen, konvergen dan transform.
• Pergerakan Lempeng Divergen
Lempeng divergen yaitu area pertemuan antar lempeng yang
bergerak saling menjauhi. Contohnya : terdapat pada
pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng
Eurasia di Samuera Antartika.
• Pergerakan Lempeng Konvergen
Pergerakan Lempeng kovergen yaitu daerah pertemuan
lempeng yang bergerak saling mendekati.
• Pergerakan Lempeng Transform
Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak
secara horisontal dan berlawanan arah.
Geologi Papua merupakan periode
endapan sedimentasi dengan masa
yang panjang pada tepi Utara Kraton
Australia yang pasif yang berawal
pada Zaman Karbon sampai Tersier
Akhir. Lingkungan pengendapan
berfluktuasi dari lingkungan air
tawar, laut dangkal sampai laut
dalam dan mengendapkan
batuan klastik kuarsa, termasuk
lapisan batuan merah
karbonan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh
Kelompok Batugamping New
Guinea yang berumur Miosen.
Ketebalan urutan sedimentasi
ini mencapai ± 12.000 meter.
2.5 Kondisi Tektonik Geologi Papua
2.5.1 Sejarah Tektonik Central Papua
Gambar 6.2.1a Tektonik Lempeng Pegunungan Tengah
(Davies,1990)
•
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang
merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan
berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan
metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisi benua
membentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai Metamorf
Degeuwo” Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan)
Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
• Dari pertengahan Miosen sampai
Plistosen, cekungan molase
berkembang baik ke Utara maupun
Selatan. Erosi yang kuat dalam
pembentukan pegunungan
menghasilkan detritus yang
diendapkan di cekungan-cekungan
sehingga mencapai ketebalan 3.000
– 12.000 meter.
Gambar 6.2.1b Daerah Subduksi Pegunungan
Tengah Zaman Miocene (Davies,1990)
• Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport,
menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di
daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme
diperkirakan berkurang ke arah selatan dan utara dengan pola
yang dikenali oleh (Davies,1990) di Papua Nugini. Fase
magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,
diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan
Metamorfik Derewo (Degeuwo).
Gambar 6.2.1b Magmatisme Pegunungan Tengah
Zaman Pliocene (Davies,1990)
2.5.2 Tahapan Pembentukan Tektonik Papua
a. Periode Oligosen sampai Pertengahan
Miosen (35-5 JT)
Gambar 6.2.2a Keadaan Tektonik Geologi Papua pada periode oligosen tengah
sampai Miosen Tengah (Hamilton, 1998)
Periode Miosen Akhir Sampai Plistosen (15 – 2 JTL)
Gambar 6.2.2b Keadaan Tektonik Pulau Papua periode Miosen sampai
Pliosen awal (Hamilton 1998)
2.6.1 Iklim
Di daerah Penelitian terdiri dari dua Iklim yaitu:
• Wilayah Paniai
Wilayah Paniai berdasarkan klasifikasi (Schmid dan Ferguson, 1998)
termasuk iklim type A yang sangat basah dengan curah hujan antara 2500
s/d 4000 MM per tahun. Suhu udara antara 270
C sampai dengan 340
C pada
daerah-daerah dataran rendah dan lembah. Sedangkan pada daerah
pegunungan suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian, di mana setiap
kenaikan 100 meter dari permukaan laut suhu udara mengalami penurunan
rata-rata 0,600
C. Untuk daerah sekitar Danau Paniai, Danau Tigi dan Danau
Tage, suhu udaranya bervariasi antara 100
C – 300
C.
• Wilayah Nabire
Di daerah Nabire bagian pesisir tergolong iklim panas dan
Basah sampai perbatasan kabupaten serui.Curah hujan sangat
tinggi sepanjang tahun.
2.6.2 Fisiografi
1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut sepanjang Central Range.
Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan tengah masif dan
central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang dinamakan
Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme
dengan relief yang sedang.
• Central range: berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang memanjang dari
danau Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta geologi,
terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
• Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui
moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi
sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang terjal.
• Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang
membendung air dari sungai Yawei.
• Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan
plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km.
• Meervlakte: merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan
lebar 50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan
kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang
disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaer.
2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah
struktur dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW
(leher).
• Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk yang umumnya
tersesarkan dan berupa antiklin.
• Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat punggungan batuan
metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup mengikuti sayap
punggungan.
• Weyland Range: berupa pegunungan masif yang menghubungkan bagian
leher dengan tubuh burung.
2.6.3 Stratigrafi
 Stratigrafi umum daerah Enarotali menurut B.H. Harahap
dkk, 1990 terdiri atas beberapa formasi batuan yang berumur
mulai dari Paleozoikum (Silur) yaitu Batuan Paleozoikum tak
terpisahkan sampai Kuarter (Holosen) berupa endapan
Aluvium.
 Di daerah yang menjadi target penyelidikan terdapat 6
formasi batuan dengan urutan dari tua ke muda adalah
sebagai berikut : Batuan Amfibolit, Batuan Gunungapi Nabire,
Konglomerat Karado, Anggota Batugamping Legare,
Batulumpur Bumi, Endapan Aluvium.
• Batuan Amfibolit
Batuan Amfibolit berumur Kapur Akhir A-Paleosen. Secara
deskriptif batuan yang termasuk satuan Amfibolit ini terdiri
atas Amfibolit, sedikit sekis serisit kuarsa karbonan, sekis
klorit dan sekis biotit.
• Batuan Gunungapi Nabire
• Terdiri atas Basal alkali, andesit, aglomerat, tufa, konglomerat gunungapi, batupasir
tufaan, batulumpur gampingan.
• Konglomerat Karado
• Sebagian besar terdiri atas Konglomerat polimik, Batupasir berkerakal, batulumpur dan
lapisan tipis tufa. Di daerah inventarisasi sebarannya berada di bagian Barat dan sedikit
di bagian Barat lembar peta. Konglomerat Korado berumur Pliosen
• Batulumpur Bumi
• Terdiri atas Batulumpur pasiran, lanauan, dengan perselingan batunapal, batupasir dan
batulanau, biasanya karbonan, pada bagian bawah terdapat lapisan konglomerat.
• Batulumpur pasiran berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, lunak-keras, mikaan,
setempat gampingan, terdapat kayu terkarbonkan, sisipan tipis batubara, lensa koquina
dan bongkah batugamping. Formasi batulumpur Bumi merupakan formasi pembawa
batubara. Sebarannya tidak terlalu luas, dibagian Barat dan timur
• Anggota Batugamping Legare
• Terdiri atas Biokalkarenit, kalsirudit dan Mikrit berwarna abu abu-coklat muda,
umumnya berongga. Berdasarkan kandungan fosilnya, Anggota Batugamping Legare
diperkirakan berumur Plio Plistosen dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
• Endapan Aluvium
• Endapan aluvium tersebar di bagian Utara-Timurlaut daerah inventarisasi, terutama di
daerah dataran pantai dan dataran rendah lainnya.
2.6.4 Jenis Tanah
 Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Paniai adalah jenis
tanah Histosol, Inceptisol dan Ultisol yang dapat dirinci
menurut tinggi rendahnya dataran seperti :
• Daerah rawa jenis tanah Histosol yang berwarna kelabu coklat
terdapat di sekitar aliran sungai dengan kemiringan wilayah 0-
3%.
• Dataran rendah kering jenis tanahnya Histosol, jenis tanah ini
terbentuk dari bahan organik dan selalu berair, serta jenis
tanah inceptisol.
• Daerah lereng dan bukit terdapat tanah alfisol dan ultisol, yang
didominasi oleh ultisol, terdapat di lereng bukit sampai ke
daerah pegunungan di pedalaman.
Daerah pegunungan secara umum jenis tanahnya ultisol,
terdapat di sebagian besar pegunungan daerah pedalaman.
2.6.5 Struktur Geologi
• Beberapa ahli geologi yang pernah melakukan
penelitian di Papua berpendapat bahwa secara
regional genesa Pulau Papua diperkirakan terbentuk
sebagai akibat tumbuhan dari lempeng Benua
Australia dan Timurlaut. Akibat tumbukan tersebut
batuan penyusun Pulau. Papua juga berkomposisi
batuan yang berasal dari kedua lempeng tersebut.
Kemudian Rusmana E. dkk, 1995 membagi Papua
menjadi 6 bagian berdasarkan pada Mandala
Geologinya yaitu Kerak Benua, Kerak Samudra, Jalur
sesar naik Pegunungan Tengah, Jalur Ofiolit Papua,
Cekungan Papua Utara dan Cekungan Wapoga.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
 Hasil perhitungan nilai percepatan tanah maksimum pada
magnitudo gempabumi ≥ 6 SR dengan menggunakan formula
pendekatan McGuire (1977) dapat dilihat pada lampiran Tabel
1. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah
maksimum tertinggi dengan formula pendekatan empiris
McGuire (1977) adalah 448.150 gal ( 9600000 Northing dan
5400000 Easting), dengan tingkat resiko sangat besar satu (IX
- X MMI), sedangkan nilai percepatan tanah maksimum
terendah adalah 87,276 gal (9500000 Northing dan 680000
Easting) dengan tingkat resiko sedang dua (VII – VIII).
Untuk memperoleh nilai percepatan tanah maksimum
tersebut parameter-parameter yang digunakan adalah
jarak hiposenter (UTM), jarak episenter (UTM) dan
Magnitudo gempa. Setiap lintang dan bujur
diskalakan sebesar 20 km dengan tujuan memperkecil
jarak antara setiap lokasi. Dari hasil perhitungan
terhadap parameter-parameter tersebut digunakan
untuk menghitung nilai percepatan tanah maksimum
yang kemudian dapat dipetakan dengan
menggunakan Software Arcview GIS 3.3 dan surfer
10. Hasil pemetaan penyebaran kekuatan serta
kedalaman gempabumi dapat dilihat pada Gambar 3.1
dan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
 Kemudian sesuai hasil perhitungan nilai
percepatan tanah maksimum (PGA) dengan
formula empiris McGuirre (1977) di daerah
penelitian diperoleh tingkat resiko sedang tiga
sampai resiko sangat besar satu sebanyak 361
data, dan nilai PGA yang diperoleh secara
mendetail dilihat pada lampiran Tabel 2.
Peta Penyebaran Gempa dengan Magnitudo 6 SR˃
Gambar 3.1 Peta penyebaran kekuatan dan Kedalaman Gempabumi Daerah Nabire dan Paniai
Peta Nilai Percepatan Tanah Maksimum
Gambar 3.2 Percepatan Tanah Maksimum pada Magnitudo ≥ 6 SR dengan Formula Pendekatan McGuirre
3.2 Pembahasan
• Berdasarkan hasil pemetaan terhadap
nilai Percepatan Tanah Maksimum
(PGA) dengan menggunakan formula
pendekatan empiris McGuirre diperoleh
daerah-daerah di Nabire dan Paniai
berdasarkan peta geologi Nederland New
Guinea lembar Enagotadi yang
mempunyai nilai percepatan tanah
maksimum.
• Daerah tersebut secara umum dapat dibagi menjadi 3
(tiga) bagian mandala geologi (Geological
Propvinces) yaitu: daerah yang menjuluki bagian
kerak samudra (Oceanic Crust) seperti Nabire,
Wanggar dan Legare (Lagari), 448.150 gal ( 9600000
Northing dan 5400000 Easting) yaitu daerah Derewo
bagian utara, daerah Mapia, Sukikai dan daerah
Kwaktisore yang terbentuk satu jajaran pegunungan
yang sering disebut dengan Sesar Aiduna, Sesar
Weyland, dan tersambung dengan Sesar Derewo
(Degeuwo), dan Ajungan New Guinea (New Guinea
Platform) yaitu seperti daerah Paniai, Moanemani,
Wakeitei dan daerah Yamur.
• Daerah yang menjuluki mandala geologi kerak
samudra dan jalur peralihan adalah daerah yang
mempunyai nilai percepatan tanah maksimum tinggi
yaitu, resiko sangat besar satu (330 gal s/d.600 gal /
IX - X MMI). Sedangkan untuk daerah yang
menjuluki Ajungan New Guinea (New Guinea
Platform) mempunyai nilai percepatan tanah
maksimum sedang yaitu, resiko sedang dua sampai
dengan sedikit resiko besar tiga (80 gal s/d.280 gal /
VII – VIII s/d.VIII – IX MMI), lihat pada (gambar
3.2).
• Dari pemetaan nilai percepatan tanah
maksimum tersebut Daerah Nabire dan Paniai
dapat digolongkan ke dalam delapan tingkat
resiko gempabumi dapat dilihat pada (tabel 3),
tingkat resiko tersebut mulai dari tingkat
resiko sedang sampai tingkat resiko sangat
besar. Setiap tingkatan resiko percepatan tanah
maksimum dapat dibedakan dengan adanya
variasi warna pada peta kontur percepatan
tanah. Kontur percepatan tanah tersebut
mempunyai interval nilai 80 gal, 130 gal, 180
gal, 230 gal, 280 gal, 330 gal, 380 gal sampai ˃
400 gal.
• Nilai percepatan tanah maksimum ini tinggi
karena, dipengaruhi oleh banyaknya distribusi
gempa dengan magnitudo gempa yang cukup
besar (≥ 6 SR) yang mana titik gempanya
berada pada kedalaman gempa yang dangkal
sehingga hal ini mempengaruhi percepatan
tanah maksimum khususnya daerah yang
menjuluki mandala geologi kerak samudra dan
mandala geologi jalur peralihan.
• Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya tarikan
antara pegunungan tengah dan Sesar Weyland,
Aiduna dan Sesar Wandamen, serta
terletaknya kontak bantuan geologi tektonik
New Guinea dan Kepala Burung.
• Kemudian dilihat pula pada Gambar 3.2,
bahwa nilai percepatan tanah lebih tinggi
terjadi pada daerah Nabire, dibanding dengan
daerah Paniai. Hal tersebut diakibatkan oleh
kebanyak gempa yang terjadi, dilihat pada
Gambar 3.1
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengolahan data gempabumi
daerah Nabire dan Paniai pada magnitudo lebih dari
sama dengan 6 SR menggunakan formula pendekatan
empiris McGuirre (1977) diperoleh nilai percepatan
tanah maksimum tertinggi adalah 448.150 gal
( 9600000 Northing dan 5400000 Easting) tingkat
resiko sangat besar satu (IX – X MMI). Sedangkan
nilai percepatan tanah maksimum terendah adalah
87,276 gal (9500000 Northing dan 680000 Easting)
dengan tingkat resiko sedang dua (VII – VIII MMI).
2. Berdasarkan pemetaan terhadap nilai percepatan
tanah maksimum yang dihasilkan dari formula
pendekatan McGuirre (1977) pada magnitudo
gempabumi lebih dari 6 SR, daerah-daerah yang
mempunyai percepatan tanah maksimum tinggi
terdapat pada bagian mandala geologi kerak samudra
(Oceanic Crust) 448.150 gal (9600000 Northing dan
5400000 Easting) dan sedangkan daerah yang
tergolong bagian ajungan New Guinea (New Guinea
Platform) mempunyai nilai percepatan tanah
maksimum sedang.
4. 2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
formula pendekatan empiris gempabumi yang sesuai
dengan kondisi geologi dan gempa yang terjadi di
daerah Nabire dan Paniai (bagian leher pulau Papua)
khususnya dan Papua pada umumnya.
2. Untuk perencanaan bangunan tahan gempa, dan
untuk mendapatkan nilai percepatan tanah yang
sesungguhnya, perlu dihadirkan jaringan
accelerograph di daerah bagian tengah pulau Papua.
Akhirnya
Disamapaikan:
Terima Kasih
+++++++++++ God With Us ++++++++++++
E-mail: denawipa@otmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/

More Related Content

What's hot

Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikMekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikDiki Prasetya
 
257759909 seismologi
257759909 seismologi257759909 seismologi
257759909 seismologiNora Abner
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Bayu Laoli
 
Deformasi batuan
Deformasi batuanDeformasi batuan
Deformasi batuanGoogle
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikInri Pata'dungan
 
Materi Kuliah Geologi Fisik : Gempa Bumi
Materi Kuliah Geologi Fisik : Gempa BumiMateri Kuliah Geologi Fisik : Gempa Bumi
Materi Kuliah Geologi Fisik : Gempa BumiMario Yuven
 
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baruNora Abner
 
Mekanika tanah jilid 2
Mekanika tanah jilid 2Mekanika tanah jilid 2
Mekanika tanah jilid 2Basit Hanif
 
Eksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galianEksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galianIpung Noor
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan efdharey
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Lala Sgl
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturHelny Lalan
 
analisis bahaya kegempaan menggunakan metode psha
analisis bahaya kegempaan menggunakan metode pshaanalisis bahaya kegempaan menggunakan metode psha
analisis bahaya kegempaan menggunakan metode pshaazri_pangaribuan
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingR. Ferro Aviyanto
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 

What's hot (20)

KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikMekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
 
257759909 seismologi
257759909 seismologi257759909 seismologi
257759909 seismologi
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1
 
Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6
 
Deformasi batuan
Deformasi batuanDeformasi batuan
Deformasi batuan
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
 
Materi Kuliah Geologi Fisik : Gempa Bumi
Materi Kuliah Geologi Fisik : Gempa BumiMateri Kuliah Geologi Fisik : Gempa Bumi
Materi Kuliah Geologi Fisik : Gempa Bumi
 
KEMAGNETAN BATUAN.pdf
KEMAGNETAN BATUAN.pdfKEMAGNETAN BATUAN.pdf
KEMAGNETAN BATUAN.pdf
 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
 
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
 
Mekanika tanah jilid 2
Mekanika tanah jilid 2Mekanika tanah jilid 2
Mekanika tanah jilid 2
 
Eksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galianEksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galian
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lentur
 
analisis bahaya kegempaan menggunakan metode psha
analisis bahaya kegempaan menggunakan metode pshaanalisis bahaya kegempaan menggunakan metode psha
analisis bahaya kegempaan menggunakan metode psha
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 

Viewers also liked

Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007Lukman Priasmoro
 
Diona press рус
Diona press русDiona press рус
Diona press русmamontov
 
episode 4
episode 4episode 4
episode 4ardiccc
 
Intoduction to journalism
Intoduction to journalismIntoduction to journalism
Intoduction to journalismSurabhi Rt
 
Introduction to Journalism and Role of Press
Introduction to Journalism and Role of PressIntroduction to Journalism and Role of Press
Introduction to Journalism and Role of Pressbhumivajani88
 
History of journalism india
History of journalism indiaHistory of journalism india
History of journalism indiaNeha Vashishth
 
A2 newsworthiness
A2 newsworthinessA2 newsworthiness
A2 newsworthinessCBadger
 
outline of start of indian journalism
outline of start of indian journalismoutline of start of indian journalism
outline of start of indian journalismSaurabh Deshpande
 
TV News Newsgathering
TV News NewsgatheringTV News Newsgathering
TV News Newsgatheringjonsaward
 
Radio news-reporting-lecture-
Radio news-reporting-lecture-Radio news-reporting-lecture-
Radio news-reporting-lecture-Zareen Khan
 
Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...
Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...
Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...Nataraju S M
 
State of the Word 2011
State of the Word 2011State of the Word 2011
State of the Word 2011photomatt
 

Viewers also liked (14)

Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007
 
Diona press рус
Diona press русDiona press рус
Diona press рус
 
episode 4
episode 4episode 4
episode 4
 
Print comparative ppt
Print comparative pptPrint comparative ppt
Print comparative ppt
 
Intoduction to journalism
Intoduction to journalismIntoduction to journalism
Intoduction to journalism
 
Introduction to Journalism and Role of Press
Introduction to Journalism and Role of PressIntroduction to Journalism and Role of Press
Introduction to Journalism and Role of Press
 
Process Of Making A News Program
Process Of Making A News ProgramProcess Of Making A News Program
Process Of Making A News Program
 
History of journalism india
History of journalism indiaHistory of journalism india
History of journalism india
 
A2 newsworthiness
A2 newsworthinessA2 newsworthiness
A2 newsworthiness
 
outline of start of indian journalism
outline of start of indian journalismoutline of start of indian journalism
outline of start of indian journalism
 
TV News Newsgathering
TV News NewsgatheringTV News Newsgathering
TV News Newsgathering
 
Radio news-reporting-lecture-
Radio news-reporting-lecture-Radio news-reporting-lecture-
Radio news-reporting-lecture-
 
Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...
Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...
Science Journalism in India: A journey from One day wonders to Face book gene...
 
State of the Word 2011
State of the Word 2011State of the Word 2011
State of the Word 2011
 

Similar to Pengolahan Data Gempabumi Untuk Penentuan Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA) Di Daerah Nabire & Paniai

Draft peraturan gempa
Draft peraturan gempaDraft peraturan gempa
Draft peraturan gempaNufrizal H
 
Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal FajriTio1
 
metode reflaksi.pdf
metode reflaksi.pdfmetode reflaksi.pdf
metode reflaksi.pdffebriaanita1
 
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2Sylvester Saragih
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)afifsalim12
 
Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)
Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)
Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)Luhur Moekti Prayogo
 
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisikaMETODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisikaRanaWiratama3
 
UAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptx
UAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptxUAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptx
UAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptxRendyMuhammad6
 
Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4ULUL AZMI
 
Inling 2018
Inling 2018Inling 2018
Inling 2018tereamap
 
Presentasi Komgeo Kelompok 7.pptx
Presentasi Komgeo Kelompok 7.pptxPresentasi Komgeo Kelompok 7.pptx
Presentasi Komgeo Kelompok 7.pptxOcktaSimamora
 
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASIPENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASINesha Mutiara
 
12396798.ppt
12396798.ppt12396798.ppt
12396798.pptbaya13
 

Similar to Pengolahan Data Gempabumi Untuk Penentuan Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA) Di Daerah Nabire & Paniai (20)

Draft peraturan gempa
Draft peraturan gempaDraft peraturan gempa
Draft peraturan gempa
 
Revisi peta gempa
Revisi peta gempaRevisi peta gempa
Revisi peta gempa
 
Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal
 
163 308-1-sm
163 308-1-sm163 308-1-sm
163 308-1-sm
 
metode reflaksi.pdf
metode reflaksi.pdfmetode reflaksi.pdf
metode reflaksi.pdf
 
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
 
Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)
Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)
Decision Support System (DSS) untuk Evakuasi Bencana Tsunami (Paper Review)
 
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisikaMETODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
 
UAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptx
UAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptxUAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptx
UAS APDSR A_Kelompok 3 (1).pptx
 
Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4
 
Inling 2018
Inling 2018Inling 2018
Inling 2018
 
Presentasi Komgeo Kelompok 7.pptx
Presentasi Komgeo Kelompok 7.pptxPresentasi Komgeo Kelompok 7.pptx
Presentasi Komgeo Kelompok 7.pptx
 
Gambar 20
Gambar 20Gambar 20
Gambar 20
 
Metode Seismik
Metode Seismik Metode Seismik
Metode Seismik
 
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASIPENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
 
12396798.ppt
12396798.ppt12396798.ppt
12396798.ppt
 
Time history analysis
Time history analysisTime history analysis
Time history analysis
 
524 1351-1-pb
524 1351-1-pb524 1351-1-pb
524 1351-1-pb
 
PPT Banyu Urip 211.pptx
PPT Banyu Urip 211.pptxPPT Banyu Urip 211.pptx
PPT Banyu Urip 211.pptx
 

Recently uploaded

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxKaista Glow
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxKualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxSelviPanggua1
 

Recently uploaded (20)

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxKualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
 

Pengolahan Data Gempabumi Untuk Penentuan Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA) Di Daerah Nabire & Paniai

  • 1. Oleh : Demianus Nawipa 200742033 Program Studi Teknik Geologi Jurusan Teknik F-MIPA UNIPA Manokwari 2012 E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 2. I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia ======- rawan bencana alam geologi salah satunya bencana gempabumi karena posisinya ujung pertemuan antara 3 (Tiga) lempeng utama dunia yaitu : 1. lempeng Indo-Australia, 2. Lempeng Eurasia dan 3. Lempeng pasifik. Kerak bumi yakni lempeng Indo-Australia dan Papua yang bergerak relatif ke utara dengan kecepatan rata-rata 71 mm/tahun dan lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke barat dengan kecepatan rata-rata 110 mm/tahun (Dow dkk, 1985). E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 3. Penelitian mengenai percepatan tanah maksimum biasa dilakukan dengan berbagai metode salah satunya memakai metode pendekatan empiris McGuire (1977), dimana metode tersebut hanya berdasarkan data-data dari parameter gempabumi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menggunakan metode McGuirre (1977) untuk menghitung nilai percepatan tanah maksimum, dengan diberi judul ”PENGOLAHAN DATA GEMPABUMI UNTUK PENENTUAN NILAI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DI DAERAH NABIRE DAN PANIAI” E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 4. 1.2 Perumusan Masalah • Dampak yang ditimbulkan pada suatu daerah apabila terjadi gempabumi adalah gerakan percepatanan tanah pada permukaan. Besar gerakan percepatan tanah pada permukaan tergantung pada : • Besar kekuatan gempa, • Jarak episenter, • Kedalam sumber gempa, • Kondisi batuan dan • Kondisi tanah setempat. maka untuk menghitung nilai percepatan gerakan tanah maksimum pada permukaan digunakan metode empiris McGuirre (1977) berdasarkan data gempabumi dari tahun 1900-2009 di atas 6 SR dengan kedalaman antara 9 km – 70 km. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 5. 1.3 Tujuan penelitian • Untuk menghitung dan menentukan berapa nilai percepatan tanah maksimum (PGA) di daerah Nabire dan Paniai. • Mengetahui tingkat resiko gempabumi daerah Nabire dan Paniai. • Memetakan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) daerah Nabire dan Paniai berdasarkan formula empiris gempabumi. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 6. 1.4 Manfaat Penelitian • Menjadikan sumber data yang menggambarkan nilai percepatan tanah maksimum daerah Nabire dan Paniai • Untuk menjadi data acuan yang membicarakan tingkat resiko gempabumi di Nabire dan Paniai secara umum • Sebagai masukan bagi masyarakat umumnya, dan pemerintah daerah khususnya tentang akibat dari gempabumi terhadap struktur bangunan terutama bangunan fisik yang tahan akan getaran gempabumi. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 7. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah • Penentuan nilai percepatan tanah maksimum di daerah penelitian ini dibatasi pada koordinat 2º30’00” – 4º30’00” LS dan 134º30’00” – 1360 30’00” BT, dengan menggunakan data historis atau data sekunder gempabumi hasil kompilasi Stasiun Geofisika Wilayah V Entrop Jayapura (BMKG) periode kurang lebih seratus tahun (1900-2009). • Dikhususkan untuk data gempabumi yang pernah terjadi di Nabire dan Paniai dalam periode waktu tersebut, dan diolah dengan menggunakan formula pendekatan empiris gempabumi. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 8. 1.6 Metode Penelitian • Dalam penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan metode deskriptif yaitu pengolahan data histori atau data sekunder gempabumi menggunakan formula pendekatan (Empiris) gempabumi, yaitu metode empiris McGuire (1977).
  • 9. 1.6.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 tahun terhitung sejak tanggal 4 Juli s/d 1 Agustus 2010,dan pengambilan data dilakukan di Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jl.Raya Abepura Entrop Jayapura Papua dan pengolahan datanya dilakukan di kampus UNIPA Manokwari. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 10. 1.6.1 Pengambilan Data • Data-data yang dikumpulkan adalah data historis gempabumi dari tahun 1900-2009, dengan parameter-parameter yang diambil adalah waktu kejadian gempabumi, posisi lintang-bujur, magnitude gempabumi (M) dengan kekuatan ≥ 6 SR, dan pusat kedalaman gempabumi (gempa dangkal 9 – 70 km) seperti yang disajikan di lampiran padaTabel 1. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 11. 1.6.3 Pengolahan Data Data-data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan sebuah formula pendekatan gempabumi yaitu : • Percepatan tanah maksimum (PGA) Percepatan tanah maksimum diolah dengan menggunakan formula pendekatan empiris gempabumi (persamaan 2.3.3a). Pada pengolahan data perlu menghitung jarak pusat gempa ke lokasi atau daerah yang menjadi sasaran penelitian, dapat dihitung dengan menggunakan teorema pytagoras (persamaan 2.3.3b) E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 12. •Pemetaan Percepatan tanah maksimum (PGA) Pemetaan nilai percepatan tanah maksimum dilakukan dengan menggunakan Software Arc GIS 3.3 (Geographyc Information System), Surfer 8 dan Surfer 10. Dengan metode interpolasi yang digunakan E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/ Gambar 1.6.2 Diagram Alir Penelitian
  • 13. 1.7 Sistematika Penulisan • Pendahuluan • Tinjauan Pustaka • Hasil dan Pembahasan • Penutup E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 14. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gempabumi Gempa : guncangan, gerakan (bumi), peristiwa alam berupa getaran atau gerakan bergelombang kulit bumi yang ditimbulkan oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 15. 2.1.2 Penyebab Terjadinya Gempabumi • Penyebab utama terjadinya gempabumi adalah karena adaya pergerakan lempeng tektonik. E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/ 2.1.3 Tipe Gempabumi Ditinjau dari segi penyebab terjadinya gempabumi dapat dibagi dalam empat tipe, yaitu : Tipe Gempabumi Tektonik Tipe Gempabumi Vulkanik Tipe Gempabumi Buatan Tipe Gempabumi Runtuhan
  • 16. • Berdasarkan magnitudo surface (permukaan), gempabumi dapat diklasifikasikan menurut Hagiwara (1964) yang terdiri atas : 1. Gempa sangat besar ====== Magnitudo > 8 SR 2. Gempa besar ======= Magnitudo 7 - 8 SR 3. Gempa menengah ====== Magnitudo 5 - 6 SR 4. Gempa sedang ======= Magnitudo 4 – 5 SR 5. Gempa kecil ====== Magnitudo 3 – 4 SR dst- nya E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 17. Sedangkan berdasarkan kedalaman sumber (H) gempabumi di Indonesia para ahli seismologi diklasifikasikan yaitu : • Deep Earthquake: h > 300 Km • Intermediate Earthquake: h = 80 - 300 Km • Shallow Earthquake: h < 80 Km E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 18.  Parameter gempabumi tersebut meliputi : • Waktu Kejadian Gempabumi • Lokasi Episenter • Kedalaman Sumber Gempabumi • Kekuatan Gempabumi • Intensitas Gempabumi .............. (2.1.4) • Dimana : I = Intensitas pada jarak pengamatan ∆ (km) I0 = Intensitas pada sumber -b = Nilai pelemahan ∆ = Jarak episenter • Intensitas berbeda dengan magnitudo karena intensitas adalah hasil pengamatan langsung pada suatu tempat tertentu, sedangkan magnitudo adalah hasil pengamatan instrumental menggunakan seismograf. 2.1.4 Parameter Gempabumi E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 19. • Magnitudo : besarnya energi yang dikeluarkan di pusat gempa secara relatif yang merupakan fungsi dari amplitudo dan periode gelombang seismic, jarak epsisenter, kedalaman gempa serta faktor-faktor koreksi. • Hiposenter/fokus =====di dalam bumi • Episenter====pusat gempabumi di permukaan bumi 2.2 Magnitudo Gelombang E-mail: denawipa@hotmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/
  • 20. Magnitudo Gelombang Gempabumi terdiri dari :  Magnitudo gempa lokal (Ml)=====gempa lokal Magnitugo Gelombang Body (Mb)====Gelombang primer (PW) & Gelombang Sekunder (SW) Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms) Rumus empiris Guterberg adlh sbb : Mb = 0,56Ms + 2,9
  • 21. 2.3 Percepatan Gerakan Tanah • Gerakan tanah adalah perpindahan material berupa batuan, bahan timbunan, tanah atau material campuran yang bergerak ke segala arah yang diakibatkan oleh tenaga eksogen dan endogen ( Varnes, D.J, 1978). • Gerakan tanah dikelompokkan beberapa jenis berdasarkan kecepatan gerakan tanah, yaitu; longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan aliran bahan/material dll
  • 22. 2.3.3 Faktor penyebab gerakan tanah • Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah adalah bertambahnya tegangan geser dan berkurangnya tahanan geser. • Gerakan tanah secara geologi dapat dijelaskan berdasarkan; struktur geologi, sifat bawaan batuan, hilangnya perekat tanah.
  • 23. 2.3.4 Metode Empiris Tabel 2.3.5 Tingkat Resiko Gempabumi No. Tingkat Resiko Nilai Percepatan (gal) Intensitas (MMI) Kode 1. Resiko Sangat Kecil < 25 < VI 0 2. Resiko Kecil 25 – 50 VI – VII 1 3. Resiko Sedang Satu 50 – 75 VII – VIII 2 4. Resiko Sedang Dua 75 – 100 VII – VIII 3 5. Resiko Sedang Tiga 100 – 125 VII – VIII 4 6. Resiko Besar Satu 125 – 150 VIII – IX 5 7. Resiko Besar Dua 150 – 200 VIII – IX 6 8. Resiko Besar Tiga 200 – 300 VIII – IX 7 9. Resiko Sangat Besar Satu 300 – 600 IX – X 8 Sumber : Aplikasi sistem informasi geografi untuk peta bencana alam di indonesia
  • 24. • Metode empiris yang saya gunakan adalah Formula Empiris McGuirre (1977) ; yaitu : ................(2.3.5a) • Dimana : E = Menyatakan Nilai yang diharapkan Indikasi terhadap v v = Satuan dalam gal (cm/s2 ), Maka Nilai a = 472, b = 0.278, c = 1.301 M = Magnitudo gempa (SR) R = Jarak antar titik amat dan pusat gempa (Km)
  • 25. • Jarak hiposenter dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : ........ (2.3.3b) • Dimana : ∆ = Jarak episenter (Km) h = Jarak hiposenter atau Kedalaman (Km)
  • 26. • Untuk jarak episenter (∆) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : ......... (2.3.3.c) • Dimana : x1 =Posisi bujur titik amat (UTM), x2 = Posisi bujur titik Episenter gempa (UTM) y1 = Posisi lintang titik amat (UTM), y2 = Posisi lintang hiposenter gempa (UTM) • Kedalaman pusat gempa yang digunakan untuk formula pendekatan empiris McGuirre (1977) adalah berkisar antara 9 km sampai dengan 70 km, magnitudo gempa yang digunakan berkisar 6,5 SR.
  • 27. 2.3 Teori Tektonik Lempeng 2.4.1 Tinjauan Tektonik Dunia • Tektonik lempeng adalah Suatu teori yang menerangkan proses dinamika Bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunungapi, jalur Gempabumi dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan Lempeng.
  • 28. Lanjut Tektonik..........> • Ada tujuh lempeng besar utama yaitu lempeng Pasifik, lempeng Antartika, lempeng Amerika selatan, lempeng Amerika utara, lempeng Eurasia, lempeng Afrika dan lempeng Indo-Australia. • Lempeng-lempeng besar tetapi masih terdapat lempeng-lempeng kecil yang terbentuk di antara lempeng-lempeng besar tersebut, antara lain lempeng Juan De Fuca yang terjepit di antara lempeng Pasifik dengan lempeng Amerika Utara. Lempeng Cocos, lempeng Caribbean dan lempeng Nazca yang terjepit di antara lempeng Pasifik, lempeng Amerika Utara dan lempeng Amerika Selatan.
  • 29. 2.4.2 Jenis-Jenis Pertemuan Tektonik Lempeng Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga tipe yaitu pergerakan lempeng Divergen, konvergen dan transform. • Pergerakan Lempeng Divergen Lempeng divergen yaitu area pertemuan antar lempeng yang bergerak saling menjauhi. Contohnya : terdapat pada pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di Samuera Antartika. • Pergerakan Lempeng Konvergen Pergerakan Lempeng kovergen yaitu daerah pertemuan lempeng yang bergerak saling mendekati. • Pergerakan Lempeng Transform Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan berlawanan arah.
  • 30. Geologi Papua merupakan periode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klastik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai ± 12.000 meter. 2.5 Kondisi Tektonik Geologi Papua 2.5.1 Sejarah Tektonik Central Papua Gambar 6.2.1a Tektonik Lempeng Pegunungan Tengah (Davies,1990)
  • 31. • Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisi benua membentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai Metamorf Degeuwo” Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua. • Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 – 12.000 meter. Gambar 6.2.1b Daerah Subduksi Pegunungan Tengah Zaman Miocene (Davies,1990)
  • 32. • Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dan utara dengan pola yang dikenali oleh (Davies,1990) di Papua Nugini. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo (Degeuwo). Gambar 6.2.1b Magmatisme Pegunungan Tengah Zaman Pliocene (Davies,1990)
  • 33. 2.5.2 Tahapan Pembentukan Tektonik Papua a. Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35-5 JT) Gambar 6.2.2a Keadaan Tektonik Geologi Papua pada periode oligosen tengah sampai Miosen Tengah (Hamilton, 1998)
  • 34. Periode Miosen Akhir Sampai Plistosen (15 – 2 JTL) Gambar 6.2.2b Keadaan Tektonik Pulau Papua periode Miosen sampai Pliosen awal (Hamilton 1998)
  • 35. 2.6.1 Iklim Di daerah Penelitian terdiri dari dua Iklim yaitu: • Wilayah Paniai Wilayah Paniai berdasarkan klasifikasi (Schmid dan Ferguson, 1998) termasuk iklim type A yang sangat basah dengan curah hujan antara 2500 s/d 4000 MM per tahun. Suhu udara antara 270 C sampai dengan 340 C pada daerah-daerah dataran rendah dan lembah. Sedangkan pada daerah pegunungan suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian, di mana setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut suhu udara mengalami penurunan rata-rata 0,600 C. Untuk daerah sekitar Danau Paniai, Danau Tigi dan Danau Tage, suhu udaranya bervariasi antara 100 C – 300 C. • Wilayah Nabire Di daerah Nabire bagian pesisir tergolong iklim panas dan Basah sampai perbatasan kabupaten serui.Curah hujan sangat tinggi sepanjang tahun.
  • 36. 2.6.2 Fisiografi 1. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut sepanjang Central Range. Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan tengah masif dan central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme dengan relief yang sedang. • Central range: berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang memanjang dari danau Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta geologi, terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini. • Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang terjal. • Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang membendung air dari sungai Yawei. • Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km. • Meervlakte: merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan lebar 50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaer.
  • 37. 2. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW (leher). • Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk yang umumnya tersesarkan dan berupa antiklin. • Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat punggungan batuan metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup mengikuti sayap punggungan. • Weyland Range: berupa pegunungan masif yang menghubungkan bagian leher dengan tubuh burung.
  • 38. 2.6.3 Stratigrafi  Stratigrafi umum daerah Enarotali menurut B.H. Harahap dkk, 1990 terdiri atas beberapa formasi batuan yang berumur mulai dari Paleozoikum (Silur) yaitu Batuan Paleozoikum tak terpisahkan sampai Kuarter (Holosen) berupa endapan Aluvium.  Di daerah yang menjadi target penyelidikan terdapat 6 formasi batuan dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Batuan Amfibolit, Batuan Gunungapi Nabire, Konglomerat Karado, Anggota Batugamping Legare, Batulumpur Bumi, Endapan Aluvium. • Batuan Amfibolit Batuan Amfibolit berumur Kapur Akhir A-Paleosen. Secara deskriptif batuan yang termasuk satuan Amfibolit ini terdiri atas Amfibolit, sedikit sekis serisit kuarsa karbonan, sekis klorit dan sekis biotit.
  • 39. • Batuan Gunungapi Nabire • Terdiri atas Basal alkali, andesit, aglomerat, tufa, konglomerat gunungapi, batupasir tufaan, batulumpur gampingan. • Konglomerat Karado • Sebagian besar terdiri atas Konglomerat polimik, Batupasir berkerakal, batulumpur dan lapisan tipis tufa. Di daerah inventarisasi sebarannya berada di bagian Barat dan sedikit di bagian Barat lembar peta. Konglomerat Korado berumur Pliosen • Batulumpur Bumi • Terdiri atas Batulumpur pasiran, lanauan, dengan perselingan batunapal, batupasir dan batulanau, biasanya karbonan, pada bagian bawah terdapat lapisan konglomerat. • Batulumpur pasiran berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, lunak-keras, mikaan, setempat gampingan, terdapat kayu terkarbonkan, sisipan tipis batubara, lensa koquina dan bongkah batugamping. Formasi batulumpur Bumi merupakan formasi pembawa batubara. Sebarannya tidak terlalu luas, dibagian Barat dan timur • Anggota Batugamping Legare • Terdiri atas Biokalkarenit, kalsirudit dan Mikrit berwarna abu abu-coklat muda, umumnya berongga. Berdasarkan kandungan fosilnya, Anggota Batugamping Legare diperkirakan berumur Plio Plistosen dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal. • Endapan Aluvium • Endapan aluvium tersebar di bagian Utara-Timurlaut daerah inventarisasi, terutama di daerah dataran pantai dan dataran rendah lainnya.
  • 40. 2.6.4 Jenis Tanah  Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Paniai adalah jenis tanah Histosol, Inceptisol dan Ultisol yang dapat dirinci menurut tinggi rendahnya dataran seperti : • Daerah rawa jenis tanah Histosol yang berwarna kelabu coklat terdapat di sekitar aliran sungai dengan kemiringan wilayah 0- 3%. • Dataran rendah kering jenis tanahnya Histosol, jenis tanah ini terbentuk dari bahan organik dan selalu berair, serta jenis tanah inceptisol. • Daerah lereng dan bukit terdapat tanah alfisol dan ultisol, yang didominasi oleh ultisol, terdapat di lereng bukit sampai ke daerah pegunungan di pedalaman. Daerah pegunungan secara umum jenis tanahnya ultisol, terdapat di sebagian besar pegunungan daerah pedalaman.
  • 41. 2.6.5 Struktur Geologi • Beberapa ahli geologi yang pernah melakukan penelitian di Papua berpendapat bahwa secara regional genesa Pulau Papua diperkirakan terbentuk sebagai akibat tumbuhan dari lempeng Benua Australia dan Timurlaut. Akibat tumbukan tersebut batuan penyusun Pulau. Papua juga berkomposisi batuan yang berasal dari kedua lempeng tersebut. Kemudian Rusmana E. dkk, 1995 membagi Papua menjadi 6 bagian berdasarkan pada Mandala Geologinya yaitu Kerak Benua, Kerak Samudra, Jalur sesar naik Pegunungan Tengah, Jalur Ofiolit Papua, Cekungan Papua Utara dan Cekungan Wapoga.
  • 42. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil  Hasil perhitungan nilai percepatan tanah maksimum pada magnitudo gempabumi ≥ 6 SR dengan menggunakan formula pendekatan McGuire (1977) dapat dilihat pada lampiran Tabel 1. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah maksimum tertinggi dengan formula pendekatan empiris McGuire (1977) adalah 448.150 gal ( 9600000 Northing dan 5400000 Easting), dengan tingkat resiko sangat besar satu (IX - X MMI), sedangkan nilai percepatan tanah maksimum terendah adalah 87,276 gal (9500000 Northing dan 680000 Easting) dengan tingkat resiko sedang dua (VII – VIII).
  • 43. Untuk memperoleh nilai percepatan tanah maksimum tersebut parameter-parameter yang digunakan adalah jarak hiposenter (UTM), jarak episenter (UTM) dan Magnitudo gempa. Setiap lintang dan bujur diskalakan sebesar 20 km dengan tujuan memperkecil jarak antara setiap lokasi. Dari hasil perhitungan terhadap parameter-parameter tersebut digunakan untuk menghitung nilai percepatan tanah maksimum yang kemudian dapat dipetakan dengan menggunakan Software Arcview GIS 3.3 dan surfer 10. Hasil pemetaan penyebaran kekuatan serta kedalaman gempabumi dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) dapat dilihat pada Gambar 3.2.
  • 44.  Kemudian sesuai hasil perhitungan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) dengan formula empiris McGuirre (1977) di daerah penelitian diperoleh tingkat resiko sedang tiga sampai resiko sangat besar satu sebanyak 361 data, dan nilai PGA yang diperoleh secara mendetail dilihat pada lampiran Tabel 2.
  • 45. Peta Penyebaran Gempa dengan Magnitudo 6 SR˃ Gambar 3.1 Peta penyebaran kekuatan dan Kedalaman Gempabumi Daerah Nabire dan Paniai
  • 46. Peta Nilai Percepatan Tanah Maksimum Gambar 3.2 Percepatan Tanah Maksimum pada Magnitudo ≥ 6 SR dengan Formula Pendekatan McGuirre
  • 47. 3.2 Pembahasan • Berdasarkan hasil pemetaan terhadap nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA) dengan menggunakan formula pendekatan empiris McGuirre diperoleh daerah-daerah di Nabire dan Paniai berdasarkan peta geologi Nederland New Guinea lembar Enagotadi yang mempunyai nilai percepatan tanah maksimum.
  • 48. • Daerah tersebut secara umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian mandala geologi (Geological Propvinces) yaitu: daerah yang menjuluki bagian kerak samudra (Oceanic Crust) seperti Nabire, Wanggar dan Legare (Lagari), 448.150 gal ( 9600000 Northing dan 5400000 Easting) yaitu daerah Derewo bagian utara, daerah Mapia, Sukikai dan daerah Kwaktisore yang terbentuk satu jajaran pegunungan yang sering disebut dengan Sesar Aiduna, Sesar Weyland, dan tersambung dengan Sesar Derewo (Degeuwo), dan Ajungan New Guinea (New Guinea Platform) yaitu seperti daerah Paniai, Moanemani, Wakeitei dan daerah Yamur.
  • 49. • Daerah yang menjuluki mandala geologi kerak samudra dan jalur peralihan adalah daerah yang mempunyai nilai percepatan tanah maksimum tinggi yaitu, resiko sangat besar satu (330 gal s/d.600 gal / IX - X MMI). Sedangkan untuk daerah yang menjuluki Ajungan New Guinea (New Guinea Platform) mempunyai nilai percepatan tanah maksimum sedang yaitu, resiko sedang dua sampai dengan sedikit resiko besar tiga (80 gal s/d.280 gal / VII – VIII s/d.VIII – IX MMI), lihat pada (gambar 3.2).
  • 50. • Dari pemetaan nilai percepatan tanah maksimum tersebut Daerah Nabire dan Paniai dapat digolongkan ke dalam delapan tingkat resiko gempabumi dapat dilihat pada (tabel 3), tingkat resiko tersebut mulai dari tingkat resiko sedang sampai tingkat resiko sangat besar. Setiap tingkatan resiko percepatan tanah maksimum dapat dibedakan dengan adanya variasi warna pada peta kontur percepatan tanah. Kontur percepatan tanah tersebut mempunyai interval nilai 80 gal, 130 gal, 180 gal, 230 gal, 280 gal, 330 gal, 380 gal sampai ˃ 400 gal.
  • 51. • Nilai percepatan tanah maksimum ini tinggi karena, dipengaruhi oleh banyaknya distribusi gempa dengan magnitudo gempa yang cukup besar (≥ 6 SR) yang mana titik gempanya berada pada kedalaman gempa yang dangkal sehingga hal ini mempengaruhi percepatan tanah maksimum khususnya daerah yang menjuluki mandala geologi kerak samudra dan mandala geologi jalur peralihan.
  • 52. • Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya tarikan antara pegunungan tengah dan Sesar Weyland, Aiduna dan Sesar Wandamen, serta terletaknya kontak bantuan geologi tektonik New Guinea dan Kepala Burung. • Kemudian dilihat pula pada Gambar 3.2, bahwa nilai percepatan tanah lebih tinggi terjadi pada daerah Nabire, dibanding dengan daerah Paniai. Hal tersebut diakibatkan oleh kebanyak gempa yang terjadi, dilihat pada Gambar 3.1
  • 53. IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengolahan data gempabumi daerah Nabire dan Paniai pada magnitudo lebih dari sama dengan 6 SR menggunakan formula pendekatan empiris McGuirre (1977) diperoleh nilai percepatan tanah maksimum tertinggi adalah 448.150 gal ( 9600000 Northing dan 5400000 Easting) tingkat resiko sangat besar satu (IX – X MMI). Sedangkan nilai percepatan tanah maksimum terendah adalah 87,276 gal (9500000 Northing dan 680000 Easting) dengan tingkat resiko sedang dua (VII – VIII MMI).
  • 54. 2. Berdasarkan pemetaan terhadap nilai percepatan tanah maksimum yang dihasilkan dari formula pendekatan McGuirre (1977) pada magnitudo gempabumi lebih dari 6 SR, daerah-daerah yang mempunyai percepatan tanah maksimum tinggi terdapat pada bagian mandala geologi kerak samudra (Oceanic Crust) 448.150 gal (9600000 Northing dan 5400000 Easting) dan sedangkan daerah yang tergolong bagian ajungan New Guinea (New Guinea Platform) mempunyai nilai percepatan tanah maksimum sedang.
  • 55. 4. 2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang formula pendekatan empiris gempabumi yang sesuai dengan kondisi geologi dan gempa yang terjadi di daerah Nabire dan Paniai (bagian leher pulau Papua) khususnya dan Papua pada umumnya. 2. Untuk perencanaan bangunan tahan gempa, dan untuk mendapatkan nilai percepatan tanah yang sesungguhnya, perlu dihadirkan jaringan accelerograph di daerah bagian tengah pulau Papua.
  • 56. Akhirnya Disamapaikan: Terima Kasih +++++++++++ God With Us ++++++++++++ E-mail: denawipa@otmail.com, Webs : http//demimaki.wordpress.com/