Peta politik Kota Serang tahun 2021 menunjukkan persaingan antara dua kubu utama yaitu Dinasti Atut melawan koalisi partai-partai pendukung. Dinasti Atut yang sebelumnya mendominasi mulai melemah setelah kekalahan pada Pilkada 2018, sementara Gerindra, Golkar, dan Nasdem menguasai kursi di lembaga perwakilan daerah. Isu-isu pembangunan dan banjir menjadi perhatian masyarakat.
2. Outline
Materi
1. Fakta Pilkada Kota Serang
2. Data Pemilih Tetap Kota Serang
3. Kekuatan Politik
4. Permasalahan
5. Peran Media Sosial
6. Rekomendasi
1. Bagaimana kondisi aktual politik di Kota Serang, Banten?
2. Bagaimana data dan fakta pilkada 2018?
3. Bagaimana peranan media sosial dalam konteks politik di
Kota Serang?
4. Bagaimana proyeksi pilkada Kota Serang 2023 mendatang
dan apa rekomendasi calon yang akan maju?
Permasalahan
3. Profil Kota Serang
ü Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km persegi
dengan jumlah penduduk sekitar 523.384 jiwa.
ü Kota Serang diresmikan pada tanggal 2 November
2007 berdasarkan Undang - Undang Nomor 32 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah
sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli
2007.
ü Penjabat Walikota Serang pertama yang ditunjuk
adalah Asisten Daerah I Pemprov Banten yaitu
Asmudji HW.
ü Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran
dari Kabupaten Serang Provinsi Banten. Sebagai
ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah
konsekuensi logis dari keberadaan Provinsi Banten.
Sumber: BPS Kota Serang
ü Pada 5 Desember 2008 melalui pemilihan kepala daerah langsung dilantiklah Walikota dan
Wakil Walikota Serang definitif. Tahun 2008-2013, kota Serang dipimpin oleh duet kepemimpinan
H. Bunyamin dan Tb. Haerul Jaman.
ü Tahun 2013 pasangan Tb. Haerul Jaman dan Sulhi Choir memenangkan pemilukada periode
kepemimpinan walikota dan wakil walikota Kota Serang 2013-2018.
ü Tahun 2018-2023 dimpimpin oleh Syafrudin dan Subandri sebagai walikota dan wakil
walikotanya yang dipilih melalui pilkada langsung dan serentak.
4. ü Kompleksitas masalah di Kota Serang tidak saja dari sisi dinasti yang banyak
tersandung kasus korupsi, akan tetapi pembangunan yang berjalan semrawut,
berdampak pada kondisi tata kota yang tidak teratur, infrastruktur yang kurang
memadai, dan kompleksitas masalah lingkungan hasil dari berbagai ekativitas dan
kegiatan.
ü Kedudukan Kota Serang menjadi Ibu Kota Provinsi Banten secara tidak langsung
menjadi perhatian khusus masyarakatnay, karena masyarakat akan
membandingkan Ibu Kota Banten dengan ibu kota provinsi-provinsi lain di
Indonesia, khususnya di Jawa. Artinya ekspektasi masyarakat agar kotanya
menjadi semakin tertata, sangat tinggi.
ü Isu pembangunan di Kota Serang yang masih rendah semakin menjadi perhatian
warga. Ekspektasi masyarakat juga demikian tinggi, karena kedekatan Kota Serang
dengan Jakarta, Ibu Kota Negara.
Isu Kota Serang Dalam Ranah Politik
ü Pada Pilkada 2018, Dinasti Atut yang memajukan Vera-NurChasan, kalah
menghadapi koalisi pasangan Syafrudin - Subandri, yang menandai babak baru
kepemimpinan dan politik di Kota Serang dengan tagline “Aje Kendor”.
ü Jika pada periode ini, tidak ada kemajuan berarti, maka masyarakat berpotensi
mengubah pandangan politiknya, untuk kembali pada dinasti lama, sebagai
rasionalitas dari masyarakat, yang ternyata kondisi tidak banyak berubah.
Kekalahan Dinasti Atut Pada Pilkada 2018
1. FAKTA PILKADA KOTA SERANG
5. Pasangan pemenang Pilkada Syafrudin-Subadri adalah
orang-orang yang maju di kancah Pilkada berawal dari
kekecewaan.
1. Syafrudin adalah mantan birokrat yang tidak mendapat
tempat di mata Walikota Serang Tb Hairul Jaman
2. Subadri adalah mantan anggota partai Golkar yang
dipecat dari partainya.
Lawan Politik Dinasti Atut di Kota Serang
1. Kondisi Infrastruktur yang tidak tertata
2. Kondisi Banjir
3. Kondisi Sosial Ekonomi Lainnya
Persoalan-persoalan di Kota Serang
ü Para Jawara memegang peranan dan jabatan penting
di dalam birokrasi pemerintahan daerah juga dalam
penguasaan ekonomi dan bisnis di Banten.
ü Peran jawara dalam kehidupan sosial politik di atas
ternyata membawa implikasi pada kehidupan
birokrasi dan pengelolaan pemerintahan daerah saat
ini.
ü Demikian pula dalam lingkungan politik, sudah barang
tentu para Jawara memainkan posisi, kalau dahulu
berfungsi menjaga keamanan desa, maka saat ini
peran dan fungsinya jauh lebih maju, tidak saja pada
simbol-simbol lokal dan kultural, tapi juga pada
proses-proses politik karena kemudahan
mempengaruhi masa.
Kondisi Sosial Kultural
10. ü Perolehan Suara Pilkada 2018
terlihat Pemenang Pasangan
Syafrudin – Subadri adalah
pasangan melawan kubu
petahana, yakni Istri Wali Kota
sebelumnya, Tubagus Haerul
Jaman, yang merupakan adik dari
Ratu Atut Chosiyah (Dinasti Atut).
ü Pasangan independen cukup
memperoleh suara yang signifikan,
mencapai 29,21%. Suara sebanyak
ini sangat mempengaruhi potensi
perubahan suara pada Pilkada
2023.
SUMBER: KPU.GO.ID
Data Perolehan Suara Pilkada 2018
11. 1. Memastikan saksi ada di tiap TPS
2. Memastikan jumlah suara yang
digunakan
Jumlah Suara Yang Tidak
Digunakan Cukup Tinggi
1. Partisipasi pemilih perempuan cukup
tinggi, sangat wajar, karena sebagian
besar perempuan memilihi waktu
yang cukup untuk terlibat dan ikut
memilih.
2. Jumlah total partisipasi mencapai
68%.
Partisipasi Pemilih
Surat Suara
SUMBER: KPU.GO.ID
12. ü Kelompok Disabilitas memahami hak
Politiknya menjadi amat penting dan
menentukan nasib dan masa
depannya.
ü Angka partisipasinya yang
mencapai 56,12% adalah angka
tinggi, yang dapat memberi
pengaruh pada isu disabilitas di
Kota Serang.
Kelompok Disabilitas Tidak
Signifikan Jumlahnya, Tapi
Tinggi Partisipasinya.
Partisipasi Kelompok Disabilitas Yang Tinggi
SUMBER: KPU.GO.ID
13. Merujuk pada Pilkada Kota Serang 2018, kekuatan politik di Kota Serang sbb:
Kubu Dinasti Kontra Atut
1. Partai Pendukung (4 Partai)
2. Anggota DPR RI dari Partai Pendukung
3. Anggota DPRD
02
Kubu Dinasti Atut
1. Partai Pendukung (8 Partai)
2. Anggota DPR RI
3. Anggota DPRD
01
Kubu Perseorangan
1. Bancground Calon Perseorangan
2. Potensi Calon Perseorangan
3. Jaringan Calon Perseorangan
03
2. KEKUATAN POLITIK
Presentasi hasil survei calon Wali Kota Serang
periode 2018-2023 yang dilakukan oleh Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) menunjukkan calon yang
diusung Golkar, Vera Nurlaela Jaman pada
tingkat elektabilitas atau keterpilihan masyarakat
lebih unggul. Hasil survei memperlihatkan
sebanyak 12,5 persen masyarakat memilih Vera.
Hasil Survei Pilkada
14. 1. Dinasti Atut adalah kelanjutan dari dinasti ayahnya, yang menguasai Jawara-
Jawara dan terorganisir. Kekuatan Jawara ini kemudian dikapitalisasi untuk tujuan
Politik.
2. Dinasti Atut di Kota Serang sudah semakin mengecil. Kekuatan politik dan narasi
yang digunakan sudah tidak sekuat dahulu. Bahkan di Kota Serang sendiri, Haerul
Jaman yang memajukan istrinya, kalah pada Pilkada 2018, yang menandai
kekuatan politik Dinastinya juga melemah, pasca berbagai kasus mendera Dinasti
ini.
DINASTI ATUT DI KOTA SERANG
Dinasti
ATUT
KRONOLOGI
BERKEMBANGNYA DINASTI
1. Organisasi Jawara di banten antara
lain Terumbu, TTKKDH, dan juga
P3SBBI (persatuan pendekar
persilatan dan seni budaya Banten)
sebagai pusat komando bagi
organisasi-organisasi persilatan
lainnya.
2. Organisasi ini cukup besar karena
sejak tahun 1974 dipimpin oleh H.
Hasan Sohib (ayah dari Ratu Atut)
seorang sesepuh Jawara yang
sangat dikenal dan dihormati di
masyarakat Banten.
15. BANTEN
Anggota DPR RI
ü PDIP 5 Kursi,
ü Gerindra 4 kursi,
ü Golkar 3 kursi,
ü PKS 3 kursi,
ü Demokrat 3 kursi,
ü PAN 2 kursi,
ü PPP 1 Kursi
ü PKB 1 kursi.
3. BASIS KEKUATAN
Dapil II Banten DPR RI
Banten II (Kota Serang-Kabupaten
Serang-Cilegon)
1. Desmond J Mahesa (Gerindra):
103.837
2. Tb Haerul Jaman (Golkar):
76.147
3. Jazuli Juwaeni (PKS): 37.534
4. Nuraeni (Demokrat): 52.065
5. Ichsan Soelistio (PDIP): 25.651
6. Yandri Susanto (PAN): 62.509
KOTA SERANG
ü Kekuatan konstituen dimiliki oleh
Gerindra, Golkar, PKS, Demokrat,
PDIP dan PAN secara nasional.
Kondisi ini biasanya mempengaruhi
peta dan politik lokal di Kota
Serang.
ü Kekuatan lainnya akan terlihat dari
Jumlah Kursi di DPRD dan DPRD
Kota
ü Karena biasanya pada Pemilu
Legislatif ada kecenderungan
pemilih memilih dengan paket baik
di pusat, di provinsi dan kab/kota
ANALISIS
16. DPRD BANTEN
3. BASIS KEKUATAN
DPRD KOTA SERANG Analisis
ü Dari kursi DPRD Provinsi Banten, tiga
partai dengan jumlah kursi terbanyak
berurutan yaitu Gerindra (16), PDI
Perjuangan (13), dan Demokrat (11) dari
85 total kursi.
ü Sedangkan untuk DPRD Kota Serang
berurutan yaitu Gerindra (7), Golkar (7),
Nasdem (6).
ü Kekuatan lokal yang jelas tampak adalah
Partai Gerindra, baik di DPRD provinsi
dan DPRD Kota Serang. Dengan demikian,
basis kekuatan Gerindra juga layak
diperhitungkan, dalam konteks Pilkada
Kota Serang.
SUMBER: WIKIPEDIA.COM
17. 1. Bagian dari Dinasti Atut,
yang merupakan adik.
2. Anggota DPR RI dari Partai
Golkar
3. Berpengalaman memimpin
kota serang sampai 2
periode.
Secara Politik Haerul Jaman memiliki kekuatan,
baik sebagai anggota DPR RI dari Golkar, juga
bagian dari Dinasti Atut, yang telah lama
berkuasa di Banten, khususnya Kota Serang.
Jazuli Juwaini adalah tokoh PKS yang cukup
dikenal secara nasional. Posisinya sebagai
anggota Dewan dari dapil Banten II, tentu
memberi posisi dan pengaruh yang kuat.
Faktanya kursi PKS sama dengan Golkar di
Banten, dan dari Kota Serang sama –sama satu
anggota.
Desmon juga tokoh yang cukup dikenal secara
nasional. Momentum Pilpres dan Pilkada DKI
mengkonsolidasi basis masa gerindra, termasuk
di Banten. Kekuatan politik Gerindra di Banten
cukup tinggi.
KEKUATAN TOKOH
Tb. Haerul Jaman (Golkar, 76.147 suara) Desmond J Mahesa (Gerindra, 103.837)
Jazuli Juwaeni (PKS, 37.534)
Peranan PKS dalam pemerintahan Kota Serang dan aktivitasnya sebagai kader yang memperkuat karakter partai dakwah seperti, mewajibkan belajar
pendidikan dasar agama Islam dengan cara melindungi keberadaan Madrasah Diniyah dan Taman Pendidikan Al-qur’an di Kota Serang. Selain itu ditemukan
peran kader dalam berbagai aktivitas pemberdayaan masyarakat di Kota Serang. (Sumber: http://digilib.uin-suka.ac.id/31754/)
18. Nur’aeni adalah politisi partai
Demokrat. Ia termasuk tokoh
perempuan atau sering
mendeklarasikan diri “Wadon
Banten.”
Yandri Susanto adalah Anggota DPR RI
Komisi VIII. Ia juga pernah menjabat sebagai:
1. DPP BM PAN, Sebagai: Ketua Umum.
Tahun: 2010 - 2015
2. DPP KNPI, Sebagai: Ketua Bidang
Pariwisata. Tahun: 2008 - 2011
3. DPP BM PAN, Sebagai: Sekretaris
Jenderal. Tahun: 2006 - 2011
4. DPP BM PAN, Sebagai: Wakil Sekretaris
Jenderal. Tahun: 2004 - 2006
Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, yang
merupakan caleg nomor urut 1. Basis
kekuatan masanya di Kota Serang cukup
tinggi, ditandai dengan kunjungan ke
beberapa titik di Kota Serang pada saat
kampanye.
KEKUATAN TOKOH
Nuraeni (Demokrat): 52.065
Ichsan Soelistio (PDIP): 25.651
Yandri Susanto (PAN): 62.509
19. KEKUATAN LOKAL
ANALISIS KEKUATAN DPRD KOTA SERANG
ü Partai dengan jumlah kursi di DPRD yang cukup besar adalah
Gerindra, Golkar, Nasdem, dan PKS.
ü Parati kelas menengah PDI Perjuangan, PAN, Demokrat
(Masing-Masing 4 Kursi), sedangkan PKB dan PPP (masing-
masing 3 Kursi)
ü Partai Kecil Hanura dan Partai Berkarya 1 (Masing-Masing 1
Kursi)
Analisis
ü Dari unsur Pimpinan DPRD, maka nama-nama pimpinan seperti
Budi Rustadi, Ratu Mia Maryana (Golkar), Roni Alfanto
(Nasdem), dan Hasan Basri layak diperhitungkan menjadi bagian
dari kekuatan lokal.
ü Para pimpinan DPRD ini, yang biasanya memiliki basis masa di
Kota Serang yang paling riil, yang akan sangat menentukan peta
kekuatan politik pada Pilkada berikutnya yaitu 2023.
20. Dinasti Melemah
1. Tahun 2018, Pasangan Vera – Nur Chasan, yang
didukung partai besar, dan didukung Dinasti Ratu Atut
ternyata kalah di Pilkada Kota Serang 2018.
2. Ada Faktor Komunikasi Politik Dinasti yang salah dengan
Jargon Kota Serang Cantik ditengah kesemrawutan
Infrastruktur Kota Serang.
3. Figur personal Vera yang dinilai tidak banyak mengenal
Kondisi lokal Kota Serang juga menjadi catatan tersendiri.
4. Koalisi pengusung Vera adalah Golkar, Gerindra, PDIP,
PKB, Demokrat, PKPI, PBB dan Partai Nasdem.
PILKADA
2018
21. ü Vera menghasilkan kejutan-kejutan hasil
Pilkada Kota Serang berupa kekalahan
Vera-Nurhasan.
ü Koalisai delapan partai politik: Golkar,
Gerindra, PDIP, PKB, Demokrat, PKPI, PBB
dan Partai Nasdem ternyata kalah
melawan partai oposisi.
ü Kekalahan ini juga memberi sinyal
terbukanya calon-calon lain di luar Dinasti,
yang berpotensi sama, yakni
memenangkan kontestasi pilkada
selanjutnya.
Faktor Kekalahan Dinasti (1)
ü Vera sebagai calon Walikota Serang yang
juga istri Walikota incumbent, serta Nurhasan
seorang pengusaha sekaligus politisi Partai
Gerindra dengan intensitas kampanye
melalui program-program SKPD, ditambah
dukungan delapan partai politik, tidak
menjamin kemenangan Vera-Nurhasan.
ü Walau sudah disupport dari dalam, namun
pasangan yang diusung dinasti tetap kalah,
ini menunjukkan kelemahan dari pada sistem
Dinasti yang sekarang ada di Banten,
Khsusunya di Kota Serang, Nampak dinasti
perlahan mulai luntur dan melemah.
Faktor Kekalahan Dinasti (2)
22. ü Sebagai komunikator politik, Vera belum cakap
berpolitik apalagi memahami situasi pemerintahan
Kota Serang. Vera juga dianalogikan sebagai bayang-
bayang Tb. Hairul Jaman yang dianggap belum
membawa pembangunan yang signifikan bagi
Masyarakat Kota Serang.
ü Sedangkan konsolidasi delapan partai politik dinilai
gagal karena mereka lemah menganalisis kekuatan
lawan politik.,Pesan politik yang diusung tim Vera-
Nurhasan dengan Jargon “Menuju Kota Serang
Cantik” dinilai kurang tepat karena tidak
mencerminkan kondisi Kota Serang yang sebenarnya
dengan kesemrawutan infrastrukturnya.
Faktor Kekalahan Dinasti (3)
ü Para pemilih yang merupakan khalayak
perkotaan ternyata rasional dengan
membandingkan perkembangan
infrastruktur maupun kesejahteraan
masyarakatnya dengan wilayah perkotaan
lain.
ü Khalayak ini bukan lagi khalayak yang loyal
terhadap pemerintahan dinasti dengan
mempertahankan mitos keberadaannya,
namun khayalak yang berpartisipasi serta
bertindak dalam perpolitikan Kota Serang
dengan mengedepankan rasionalitas
terhadap realitas kualitas kepemimpinan
sebelumnya.
Faktor Kekalahan Dinasti (4)
23. 4. PERMASALAHAN
Pasca kekalahan Dinasti Atut di Kota Serang, dengan beragam faktor, maka Masyarakat Kota Serang mengharap
perubahan pada kemenangan Pasangan Non-Dinasti.
1. Jika pasangan saat ini lebih baik memimpin Kota Serang, maka potensi besarnya, pilkada berikutnya dipastikan non-
Dinasti akan menang kembali.
2. Jika pasangan saat ini menang karena melawan narasi Korupsi Dinasti, dan tidak ada korupsi pada kepemimpinan kali
ini, maka potensinya kemenangan pada pilkada berikutnya Non-Dinasi lagi.
3. Jargon “Aje Kendor” yang bermakna jangan lemas/loyo dinaikkan oleh kubu Kontra Dinasti, dengan harapan publik
memiliki semangat kebersamaan membangun.
Isu-Isu krusial politik di Kota
Serang Banten menurut beberapa
studi:
1. Lingkungan
2. Infrastruktur
Di bidang lingkungan, air bersih menjadi masalah penting untuk Banten.
Banyak penduduknya masih memanfaatkan air sungai untuk MCK (mandi cuci
kakus) walaupun pada musim kemarau kualitas airnya menjadi sangat buruk.
Contohnya di daerah Pontang dan di Kota Serang dan Sawah Luhur yang
bahkan tidak jauh dari pusat Pemerintahan Provinsi Banten. (Handoyo, 2018)
Persoalan Politik dan Lingkungan di Provinsi Banten.
1) Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dengan “backing” elit politik;
2) Tidak terintegrasinya rencana pembangunan antar kabupaten;
3) Pembiaran pencemaran lingkungan oleh industri besar; dan
4) Terhambatnya “scaling up” proyek-proyek edukasi lingkungan oleh lembaga
swadaya masyarakat (LSM) (Handoyo, 2018)
24. MEMORI KOLEKTIF
§ Lebih rasional lebih baik
§ Lebih baik yang tidak korupsi
§ Lebih baik pilih yang dekat dengan rakyat
§ Lebih baik yang mau bekerja, saat ini,
bukan uforia masa lalu.
§ Pemimpin juga manusia, yang harus
bekerja dengan ukuran rasional.
ü Penguatan Posisi Jawara pada Ranah Politik Sejalan dengan Kebijakan
Orba, yang meminggirkan peran kiai dari kancah politik. Maka sangat
wajar keberadaan Golkar dan Orba berjalan beriringan termasuk di
Banten, Khususnya Kota Serang. Ini memori lama, yang tentu bisa
menjadi kesadaran bersama, dengan menguatkan peran kiai, agar
peran dan posisi Kiai dan Tokoh Agama juga mendapat tempat yang
tepat.
ü Jika peran ulama dan kiai sentral dalam menopang dan mendorong
berjalannya pemerintahan saat ini, yang kebetulan sedang dipimpin non-
dinasti, insyaallah kemajuan dan perkembangan masyarakat, akan
dapat dirasakan, sehingga peran penyeimbang dari kalangan ulama,
akan semakin tampak.
ü Perkembangan kepemimpinan era
Syafrudin-Subandri ternyata
menghadapi polemik yang sama. Isu
Korupsi juga mendera pasangan
Kontra Dinasti.
ü Ini berpotensi memicu terbangunnya
opini publik, pada akhirnya semua
berpotensi korupsi. Ini dapat
mengubah kontestasi yang
berkembang untuk pemilu mendatang.
ISU UPDATE
ü Kalau syarat-syarat itu terpenuhi, tugas non-Dinasti lebih ringan yakni
menjaga memori kolektif masyarakat, lalu rakyat akan percaya lagi pada
non-dinasti, akan tetapi sebaliknya, jika kepemimpinan kontra Dinasti
sama saja, rakyat akan kembali pada pola bebas memilih. Preferensi
dinasti atau bukan tidak menjadi pertimbangan utama.
25. 5. PERAN MEDIA SOSIAL
ü Potensi pengguna media sosial di Kota serang
mencapai 1,300.000 jiwa, sementara jumlah
penduduk kota serang berkisar 523.384 jiwa.
Maknanya, pengguna media sosial di Kota Serang
lebih besar dari jumlah penduduknya, sehingga
narasi apapun, sangat penting untuk disampaikan
lewat media sosial (facebook, twitter, Instagram dan
youtube) untuk menyampaikan gagasan kepada
masyarakat.
ü Pengguna media sosial dengan karakteristik
rasional, lebih berdampak apabila gagasan dan
pesan disampaikan lewat media sosial.
ü Para tokoh dan politisi, yang hendak
memperebutkan hati pemilih, dengan
menyampaikan gagasannya lewat media sosial,
akan menjadi sangat efektif dan tentunya
berdampak lebih cepat bagi masyarakat.
26. Rekomendasi Kerja
Media Sosial
Kuatkan Brand
ü Kondisi Politik lokal
masih dimainkan oleh
para Tokoh dan
Jawara lokal, yang
sesuai dengan
pemilih irasional.
ü Pemilih rasional di
perkotaan condong
memilih yang sesuai
dengan rasionalitas
calon.
ü Perkembangan Politik
dan dinamika di Kota
Serang perlu terus
diikuti, agar
momentum
memahami harapan
dan keinginan warga
dapat terus dipantau.
ü Perlu perangkat media
sosial, yang memiliki
kekuatan menjangkau
masyarakat luas
dengan skema dan
timeline yang
ditentukan, untuk tetap
menjaga rasionalitas
pemilih, agar lebih
mudah dalam
mentransfer gagasan.
ü Tool media sosial
perlu digunakan
maksimal, terutama
bagi yang ingin maju
menjadi calon
walikota berikutnya,
mengingat pengguna
media sosial lebih
besar dari jumlah
penduduknya.
Siapkan
Platform
Siapkan Tools Menangkan
Brand
6. REKOMENDASI