Mangrove memiliki potensi sebagai bahan baku obat tradisional. Ada 20 jenis tumbuhan mangrove yang biasa digunakan, seperti Acanthus ilicifolius, Avicennia alba, dan Bruguiera gymnorrhiza. Bagian yang digunakan meliputi daun, buah, akar, dan getahnya. Khasiatnya antara lain mengobati sakit perut, bisul, hepatitis, dan beri-beri. Namun potensi mangrove sebagai obat tradisional belum ter
1. POTENSI MANGROVE SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT
Rita Savitri Christina Sinaga
Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II Kementerian Kehutanan
Mangrove adalah salah satu tipe hutan yang tumbuh di wilayah pasang surut berlumpur dan di
sepanjang wilayah pesisir pantai yang dangkal hingga ke perairan sungai yang berair payau.
Ekosistem mangrove didominasi oleh pepohonan mangrove sebagai produsen primer yang
berinteraksi dengan berbagai biota akuatik terkait, dan berinteraksi pula dengan faktor fisik dan
sosial lingkungan pesisir.
Flora mangrove terdiri atas pohon, epifit, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut Hutching and
Saenger (1987) dalam Kusmana dkk (2008), di seluruh dunia terdapat lebih dari 20 famili flora
mangrove, yang terdiri dari 30 genus, dengan anggota lebih dari 80 jenis. Sejauh ini di Indonesia
tercatat ada 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis liana, 44
jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis merupakan jenis
mangrove sejati (true mangrove) dan selebihnya merupakan jenis mangrove asosiasi (associate
mangrove). Dari 43 jenis mangrove sejati tersebut 33 jenis diantaranya merupakan jenis berhabitus
pohon atau semak yang besar maupun yang kecil. Di Indonesia sendiri terdapat perbedaan dalam hal
keragaman jenis mangrove antara satu pulau dengan pulau lainnya. Dari 202 jenis mangrove yang
telah diketahui, 166 jenis terdapat di Jawa, 157 jenis di Sumatera, 150 jenis di Kalimantan, 142 jenis
di Irian Jaya (Papua), 135 jenis di Sulawesi, 133 jenis di Maluku dan 120 jenis di Kepulauan Nusa
Tenggara.
Spalding et al (2001) dalam Purnobasuki (2004) menyebutkan bahwa vegetasi mangrove di
Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia, baik dari segi kuantitas area (± 42.550 km2
) maupun
dari segi jumlah spesies. Mangrove mempunyai banyak sekali fungsi dan manfaat bagi kehidupan
manusia. Secara fisik hutan mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi pantai; penahan intrusi
(peresapan) air laut; penahan angin; menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara,
dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai. Secara biologis hutan mangrove berfungsi
sebagai tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan, dan asuhan) berbagai jenis hewan
darat maupun laut; sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing,
kepiting dan golongan kerang), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di
atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
2. Dilihat dari segi sosial dan ekonomi, hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat kegiatan
wisata alam; lokasi pendidikan dan penelitian; serta penyedia berbagai hasil hutan kayu dan non
kayu. Salah satu hasil hutan non kayu mangrove yang penting adalah sebagai bahan baku obat-
obatan. Eksplorasi dan penelitian mengenai potensi mangrove sebagai bahan baku obat telah banyak
dilakukan, tetapi penyebarluasan potensi dan khasiat mangrove ini belum dilakukan dengan optimal
sehingga masih banyak pihak yang kurang bahkan belum mengetahuinya. Ekstrak dan bahan
mentah dari tumbuhan mangrove juga telah lama dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir
untuk keperluan obat-obatan alami. Berikut ini penggunaan mangrove sebagai bahan baku obat
(Kusmana dkk, 2008) :
No Jenis Mangrove Bagian yang
Digunakan
Khasiat
1. Acanthus ebracteatus Daun Menyuburkan rambut dan
mencegah kerontokan
Buah Mengobati asma
Kulit batang Mengobati sakit kulit dan sakit
perut
2. A. ilicifolius Buah Pembersih darah yang baik,
sebagai obat luar untuk bisul dan
gigitan ular
3. Avicennia alba Getah Kontrasepsi alami
Biji Meringankan bisul dan cacar.
Batang Mengobati rematik, cacar, dan
borok
4. Avicennia marina Buah Mengobati diuretic dan hepatitis
5. Avicennia officinalis Buah, daun, dan akar Mengobati hepatitis
Getah Kontrasepsi alami
6. Bruguiera gymnorrhiza Bunga Mengobati infeksi telinga
7. Bruguiera sexangula Buah Mengobati sakit mata
Daun (mengandung
alkaloid)
Membantu menghambat
perkembangan tumor
8. Ceriops tagal Kulit kayu Mengobati pendarahan
9. Excoecaria agallocha Getah Mengobati sakit gigi
Daun Menyembuhkan sariawan pada
bayi
10. Hibiscus tiliaceus Buah Anti fertilitas, mengobati asma,
diabetes, dan dipatuk ular
11. Ipomoea pes-capre Daun dan buah Mengobati asma, diabetes, kusta,
rematik, dan dipatuk ular
Biji Mengobati sakit perut dan kram
Akar Mengobati sakit gigi dan eksim
Cairan batang Mengobati gigitan dan sengatan
binatang
3. 12. Lumnitzera racemosa Akar Mengobati demam
Daun Mengobati demam, borok / kudis,
dan rematik
13. Kandelia candel Buah dan kulit batang
muda
Apabila dicampur dengan nectar
Rhizophora berkhasiat mengobati
batuk
14. Nypa fructicans Kulit batang dan batang Mengobati sinusitis
15. Oncosperma filamentosa Daun Mengobati sakit perut
16. Pluchea indica Kulit batang Sebagai anti muntah dan
antiseptik, mengobati diare,
haemostatic, menghentikan
perdarahan, dan mengobati typhoid
Kulit batang, bunga,
buah, daun
Mengobati hepatitis
17. Rhizophora apiculata Kulit batang Mengobati beri-beri, febrifuge,
borok, hepatitis, dan haematoma
18. Rhizophora mucronata Buah Mengobati bengkak dan keseleo
19. Sonneratia caseolaris Buah Menghentikan pendarahan, buah
yang setengah matang sebagai obat
batuk
20. Xylocarpus moluccensis Kulit batang Menyembuhkan diare dan sebagai
bahan baku obat malaria
Biji Mengobati gondok yang
membengkak
Acanthus ilicifolius dan Acanthus ebracteatus berbentuk herba rendah, terjurai di permukaan
tanah, kuat, agak berkayu, ketinggian dapat mencapai 2 m. Cabang umumnya tegak tapi cenderung
kurus sesuai dengan umurnya. Percabangan tidak banyak dan umumnya muncul dari bagian-bagian
yang lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horizontal. Habitus Acanthus
ebracteatus sedikit lebih kecil dari Acanthus ilicifolius. Acanthus ilicifolius dan Acanthus
ebracteatus memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki
kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang
horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh.
Avicennia alba berbentuk belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian
mencapai 25 m. Tegakan pohon Avicennia alba membentuk sistem perakaran horizontal dan akar
nafas yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari atau pensil yang ditutupi oleh lentisel.
Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil,
sementara yang lain kadang-kadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua,
kadang-kadang ditemukan serbuk tipis. Avicennia alba merupakan jenis pionir pada habitat rawa
4. mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran
sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Avicennia alba umumnya
menyukai bagian muka teluk. Perakarannya dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat
proses pembentukan daratan.
Avicennia marina berbentuk belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar,
ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan
berbentuk pensil, akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik
hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna
kuning, tidak berbulu. Avicennia marina merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang
terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut,
bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum
ditemukan di habitat pasang-surut.
Avicennia officinalis berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai hingga 20 m. Pada
umumnya memiliki akar tunjang dan akar nafas yang tipis, berbentuk jari dan ditutupi oleh sejumlah
lentisel. Kulit kayu bagian luar memiliki permukaan yang halus berwarna hijau-keabu-abuan sampai
abu-abu-kecoklatan serta memiliki lentisel. Avicennia officinalis tumbuh di bagian pinggir daratan
rawa mangrove, khususnya di sepanjang sungai yang dipengaruhi pasang surut dan mulut sungai.
Berbunga sepanjang tahun.
Bruguiera gymnorrhiza merupakan pohon yang selalu hijau dengan ketinggian dapat
mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel dengan permukaan yang halus hingga kasar, berwarna
abu-abu tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di
bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut. Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis
yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir
dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal
dengan salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran
terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Bruguiera
gymnorrhiza juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang
surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya.
Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam.
Bruguiera sexangula merupakan pohon yang selalu hijau dengan ketinggian yang dapat
mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda-abu-abu dengan permukaan halus hingga kasar serta
memiliki sejumlah lentisel berukuran besar, dan pangkal batang yang membengkak. Tipe perakaran
5. berupa akar lutut, dan kadang-kadang akar papan. Bruguiera sexangula tumbuh di sepanjang jalur
air dan tambak pantai, pada berbagai tipe substrat yang tidak sering tergenang dan biasanya tumbuh
pada kondisi yang lebih basah dibanding Bruguiera gymnorrhiza. Kadang-kadang terdapat pada
pantai berpasir.
Habitus Ceriops tagal berbentuk pohon kecil atau semak dengan ketinggian hingga 25 m.
Kulit kayu berwarna abu-abu atau coklat dengan permukaan halus dan pangkalnya menggelembung.
Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil. Ceriops tagal membentuk belukar yang rapat
pada pinggir daratan dari hutan pasang surut dan/ atau pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi
dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik.
Excoecaria agallocha berbentuk pohon merangas kecil dengan ketinggian mencapai 15 m.
Kulit kayu berwarna abu-abu, halus, tetapi memiliki bintil. Akar menjalar di sepanjang permukaan
tanah, seringkali berbentuk kusut dan ditutupi oleh lentisel. Batang, dahan, dan daun memiliki getah
(warna putih dan lengket) yang dapat mengiritasi kulit dan mata.
Hibiscus tiliaceus merupakan pohon yang selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian mencapai
hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus.
Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul ke permukaan sebagai akar nafas yang berbentuk
kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Habitus Ipomoea pes-capre adalah herba tahunan dengan akar yang tebal. Batang panjangnya
5-30 m dan menjalar, akar tumbuh pada ruas batang. Batang berbentuk bulat, basah dan berwarna
hijau kecoklatan. Ipomoea pes-capre tumbuh liar mulai permukaan laut hingga 600 m, biasanya di
pantai berpasir, tetapi juga tepat pada garis pantai, serta kadang-kadang pada saluran air. Wanita
hamil dilarang untuk menggunakan Ipomoea pes-capre sebagai obat karena dapat membahayakan
janin.
Lumnitzera racemosa berbentuk belukar atau pohon kecil dengan ketinggian mencapai 8 m.
Kulit kayu berwarna coklat-kemerahan, memiliki celah/ retakan longitudinal (khususnya pada
batang yang sudah tua) dan tidak memiliki akar nafas. Lumnitzera racemosa tumbuh di sepanjang
tepi vegetasi mangrove pada substrat berlumpur padat. Lumnitzera racemosa juga terdapat di
sepanjang jalur air yang dipengaruhi oleh air tawar. Bunga putih, agak harum dan kaya akan nektar,
diserbuki oleh serangga. Buah berserat teradaptasi untuk penyebaran melalui air.
Kandelia candel berbentuk semak atau pohon kecil, tinggi hingga 7 meter dengan pangkal
batang lebih tebal. Umumnya tanpa akar nafas dan kulit kayu berwarna keabu-abuan hingga coklat-
6. kemerahan, permukaan halus serta memiliki lentisel. Kandelia candel tumbuh secara sporadis pada
pematang sungai pasang surut.
Nypa fructicans merupakan kelompok palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun.
Batang Nypa fructicans terdapat di bawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi Nypa fructicans dapat
mencapai 4-9 m. Nypa fructicans tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan
air dan memerlukan pasokan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona pantai.
Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Memiliki sistem perakaran yang rapat dan kuat
yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar
jenis tumbuhan mangrove lainnya.
Oncosperma filamentosa atau Nibung merupakan pohon dengan bentuk khas palma. Batang
Oncosperma filamentosa tidak atau jarang bercabang, dapat mencapai 25 m, dapat memunculkan
anakan yang rapat, membentuk kumpulan hingga 50 batang. Oncosperma filamentosa tumbuh
dominan ke arah pinggiran rawa air payau (tidak tergenang).
Pluchea indica yang juga dikenal dengan nama lokal Bluntas berbentuk perdu kecil yang
tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 2 m. Batang memiliki permukaan yang berambut halus.
Pluchea indica tumbuh di tepi laut dan sungai kecil yang disebabkan pasang naik dan di rawa-rawa,
di tanah liat atau tanah keras dan berbatu-batu, biasanya dekat sumber garam di bagian dalam (salt-
springs), di tempat yang terang (sedikit naungan).
Habitus Rhizophora apiculata adalah pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dan diameter
batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan
kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan
berubah-ubah. Rhizophora apiculata tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang
pada saat pasang normal, dan tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan
pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai
perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen.
Rhizophora mucronata berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi
30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan
terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian
bawah. Rhizophora mucronata berkembang di areal yang sama dengan Rhizophora apiculata tetapi
lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok,
dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada
daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang
7. dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Rhizophora mucronata merupakan salah satu jenis
tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas.
Sonneratia caseolaris merupakan pohon dengan ketinggian mencapai 15 m, jarang mencapai
20 m. Memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut dengan tinggi hingga 1 m yang banyak dan
sangat kuat. Ujung cabang/ ranting terkulai, dan berbentuk segi empat pada saat muda. Sonneratia
caseolaris tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam.
Juga tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surut masih
terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar. Sonneratia caseolaris tidak toleran
terhadap naungan.
Xylocarpus moluccensis berbentuk pohon dengan tingginya antara 5-20 m. Memiliki akar
nafas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, tetapi pada batang utama memiliki guratan-
guratan permukaan yang tergores dalam. Xylocarpus moluccensis merupakan jenis mangrove sejati
di hutan pasang surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak sepanjang pantai.
Sumber :
1. Kusmana, C., dkk, 2008. Manual Silvikultur Mangrove di Indonesia. Departemen Kehutanan
Republik Indonesia dan Korea International Cooperation Agency (KOICA)
2. Purnobasuki, H., 2004. Potensi Mangrove sebagai Tanaman Obat. http://www.irwantoshut.com/
3. Buaithi, A., Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. http://komodo-
park.com/images/downloads/Peranan_dan_Fungsi_Hutan_Mangrove_web.pdf
4. Sumanto, 2013. Manfaat Hutan Mangrove.
file:///E:/Data%20E/Leaflet_Poster_Buletin/bahan%20buletin%20obat%20mangrove/MANFA
AT%20HUTAN%20MANGROVE.htm