Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pemilihan sumber pembiayaan perusahaan seperti hutang, ekuitas, dan pendanaan internal serta dampaknya terhadap pajak.
2. Juga dibahas mengenai anjak piutang, sewa guna usaha, dan instrumen keuangan hybrid.
3. Hybrid financial instruments memadukan karakteristik utang dan modal sehingga memberikan keuntunggan bagi perusahaan dalam menghadapi ris
1. RINGKASAN MATERI KULIAH MANAJEMEN PAJAK
PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN
Sumber dan bentuk pendanaan akan menentukan komposisi penggunaan hutang dan modal sendiri,
yang hasilnya dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Pertama, menghimpun dana dengan menerbitkan hutang jangka pendek berupa pinjaman dari pihak
ketiga, dan hutang jangka panjang seperti obligasi. Dengan menerbitkan obligasi berarti obligor
mendapat penghasilan berupa bunga, dan perusahaan dibebankan pembayaran bunga. Hampir semua
perusahaan di Indonesia mendanai usahanya dengan hutang.
Kedua, penerbitan ekuitas berupa saham yang merupakan bukti kepemilikan perusahaan, dimana
perusahaan harus memberikan return yang memuaskan bagi pemodal berupa dividen. Keputusan
pendanaan dengan ekuitas akan mempengaruhi kebijakan perusahaan atas dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham. Perusahaan juga cenderung menentukan dividen dalam jumlah yang tidak
terlalu besar supaya tidak perlu menurunkan pembayaran dividen jika laba turun dan dapat dengan
mudah menaikkan dividen jika laba meningkat.
Dampak dari Menahan Laba (Pendanaan Internal)
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai
pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi.
1. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang
pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai waktu, satu
dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada
satu dolar yang dibayarkan hari ini.
3. Jika selembar saham dimiliki seseorang sampai meninggal sama sekali tidak ada pajak keuntungan
modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari
kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan
menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian maka para investor akan mau membayar lebih tinggi
untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada perusahaan sejenis yang pembagian dividennya
tinggi.
Dampak dari Pendanaan Melalui Modal (Equity Financing) dan Distribusi Laba (Distributing Dividend)
Penerbitan saham mengisyaratkan adanya pengembalian yang diharapkan oleh pemodal. Terkait
dengan unsur pajak dalam dividen, kebijakan atas pembayaran dividen yang tinggi akan merendahkan harga
saham karena dividen dikenakan pajak yang tinggi daripada keuntungan modal. Bagi perusahaan yang
membagikan dividen, apapun bentuknya (dividen tunai dan dividen saham), bukan merupakan pengurang beban
pajak perusahaan. Pengembalian yang diharapkan investor tidak hanya berupa dividen saja melainkan juga
2. keuntungan modal. Pajak atas keuntungan modal dapat ditunda hingga penjualan saham yang sesungguhnya
(ketika direalisasi).
Selain itu, dengan menjual saham untuk merealisir keuntungan modal, pemodal membayar biaya
transaksi tertentu dan (seharusnya) membayar pajak. Tetapi dengan menerima dividen (tidak perlu membayar
biaya transaksi), pemodal justru hanya membayar pajak. Hal ini dapat menyebabkan pajak atas keuntungan modal
lebih kecil dari dividen.
Dampak dari Pendanaan Melalui Utang (Debt Financing) Terutama oleh Pemegang Sahamnya
Keputusan pendanaan menjadi relevan dalam keadaan ada pajak. Hal ini dikarenakan bunga yang
dibayar oleh perusahaan merupakan pengurang pajak penghasilan (tax deductibility of interest payment). Dengan
memasukkan unsur pajak, kebanyakan pakar keuangan setuju bahwa hutang memiliki dampak positif atas
penilaian total perusahaan (Horne dan Wlchowicz, 2007). Hutang digunakan untuk pendanaan maupun investasi
seperti pembelian aktiva tetap yang memiliki tax shield atau perlindungan pajak, karena depresiasi aktiva tetap
yang merupakan dana non cash dapat digunakan untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung perusahaan.
Sedangkan, pembayaran bunga hutang merupakan biaya pengurang pajak perusahaan yang berhutang.
Berbeda dengan dividen yang merupakan non deductible expense, akibatnya jumlah total dana yang tersedia
untuk membayar para pemilik hutang dan pemegang saham akan lebih besar jika hutang digunakan, sehingga
bunga hutang juga disebut perlindungan pajak. Semakin besar jumlah hutang semakin besar pula keuntungan
perlindungan pajak dan semakin besar nilai perusahaan, jika semua hal lain dianggap tetap. Namun, jika
penghasilan kena pajak jumlahnya kecil atau negatif, keuntungan perlindungan pajak dari hutang akan berkurang
atau bahkan tidak ada. Selain itu, jika perusahaan bangkrut dan dilikuidasi, penghematan pajak di masa depan
yang berhubungan dengan hutang akan hilang. Hal ini membuat keuntungan perlindungan pajak atas hutang,
menjadi tidak pasti.
Anjak Piutang (Factoring) dan Sewa Guna Usaha (Leasing)
Anjak piutang (factoring) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.
Kegiatan Anjak Piutang (factoring) dapat dilakukan dalam bentuk:
Pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri.
Penatausahaan dan penagihan piutang perusahaan penjual piutang.
Adapun alasan perusahaan melakukan anjak piutang diantaranya adalah:
1. Bisa jadi hal ini merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh kas. Ketika keadaan kas sudah
menipis, kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dana akan berkurang, kas yang tipis bisa
menjadi penghalang kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
2. Waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk dikeluarkan untuk penagihan memakan waktu yang lama dan
biaya yang besar. Lebih mudah bagi perusahaan untuk menjual piutangnya dan dengan memperoleh kas
yang lebih cepat dan menghemat waktu dan biaya untuk melakukan penagihan.
3.
4. Pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan anjak piutang (factoring) :
1. Nasabah
Nasabah adalah pihak yang menjual piutang. Biasanya merupakan pihak penyedia barang/ penjual yang
melakukan transaksi dengan penggalan/pemberi secara kredit.
2. Perusahaan Anjak Piutang (factoring)
Perusahaan anjak piutang adalah perusahaan pembiayaan ataupun bank yang membeli piutang dari
nasabah (perusahaan yang menjual piutang).
3. Debitur
Debitur adalah pihak yang memiliki utang kepada nasabah, dalam anjak piutang kewajiban membayar
utangnya dialihkan kepada perusahaan anjak piutang, sehingga nantinya debitur akan membayar
utangnya kepada perusahaan anjak piutang bukan kepada nasabah.
Manfaat anjak piutang adalah:
Menurunkan biaya produksi
Memberikan fasilitas pembayaran di muka
Meningkatkan daya saing perusahaan klien
Meningkatkan kemampuan perusahaan klien memperoleh laba
Menghindari kerugian karena kredit macet
Mempercepat proses ekonomi
Skema transaksi dalam aktivitas anjak piutang dapat dilihat dengan skema di bawah ini:
Keterangan:
a) Penyedia barang dan pelanggan melakukan transaksi jual beli secara kredit sehingga penyedia barang
memperoleh piutang dari pelanggan.
b) Penyedia barang melakukan penjualan piutang kepada perusahaan anjak piutang.
c) Perusahaan anjak piutang membeli piutang dari penyedia barang dengan pembayaran tunai.
d) Perusahaan menagih pembayaran piutang dari pelanggan.
e) Pelanggan melunasi utangnya kepada perusahaan anjak piutang.
5. Dalam anjak piutang, perusahaan melakukan tiga fungsi:
1. Pemeriksaan piutang,
2. Memberikan pinnjaman (pembayaran piutang), dan
3. Menanggung risiko default pelanggan.
Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut dengan lessor dan
pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lessee untuk jangka waktu tertentu. Salah satu
manfaat leasing adalah lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki aktiva tersebut. Sebagai
kompensasi manfaat yang dinikmati, maka lessee mempunyai kewajiban membayar secara periodik sebagai sewa
aktiva yang digunakan. Manfaat lain adalah bahwa lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak dan
asuransi.
Bentuk-bentuk leasing adalah:
1. Sale and lease back
Bentuk yang pertama sale and lease back dimana perusahaan yang memiliki aktiva seperti tanah,
bangunan dan peralatan pabrik menjual aset tersebut kepada perusahaan lain dan sekaligus menyewa
kembali aset tersebut untuk periode tertentu. Pembeli aset tersebut bisa sebuah bank, perusahaan
asuransi, perusahaan leasing, pegadaian, atau investor individu. Biasanya aset tersebut dijual dengan
harga pasar. Manfaat dari sale and lease back ini adalah penjual atau lessee menerima pembayaran
segera sebagai tambahan dana yang dapat diinvestasikan ke investasi lain; dan bersamaan dengan itu
lessee masih menggunakan aset yang dijualnya selama jangka waktu perjanjian leasing. Lessee
mempunyai kewajiban membayar secara periodik sebesar harga jual ditambah dengan tingkat
keuntungan yang disyaratkan lessor.
2. Operating leases
Bentuk leasing kedua adalah operating leasing yang sering disebut service leases atau direct leases.
Jenis ini pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang keseluruhannya tercakup
dalam pembayaran leasing. Ciri utama bentuk leasing ini adalah bahwa harga perolehan aset tersebut
sebagai objek leasing tidak diamortisasikan secara penuh. Dengan kata lain pembayaran yang
disyaratkan tidak cukup untuk menutup keseluruhan harga perolehan dan biaya perawatan aset. Namun
demikian jangka waktu operating lease ini biasanya lebih pendek dari pada umur ekonomis yang
diharapkan. Sehingga lessor berharap dapat menyewakan kembali kepada pihak lain atau menjual aset
tersebut untuk menutup harga perolehan, biaya perawatan dan tingkat keuntungan yang disyaratkan.
3. Financial and capital leases
Jenis leasing ketiga adalah financial leasing atau capital leasing. Bentuk leasing ini berbeda dengan
operating leases karena lessor tidak menanggung biaya perawatan, tidak dapat dibatalkan dan
diamortisasikan secara penuh. Dengan demikian lessor menerima pembayaran sebesar harga perolehan
aset ditambah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Pada umumnya lessee juga harus membayar pajak
dan asuransi aset objek leasing tersebut. Perbedaan utama antara financial leases dengan operating
leases adalah bahwa perusahaan memperoleh aktiva yang baru bukan aktiva yang selama ini telah
6. digunakan. Sering kali dalam bentuk leasing ini melibatkan pihak ketiga yaitu pemberi pinjaman. Pihak
ketiga ini memberi pinjaman kepada lessor untuk membeli aktiva, misalnya 80% dibiayai dengan utang
sedangkan selebihnya dari modal sendiri. Sebagai pemilik aktiva, lessor berhak mengalokasikan harga
perolehan aktiva sebagai depresiasi. Sementara itu lessor juga dapat membebankan pembayaran bunga
sebagai pengurang pajak.
Pihak-Pihak yang terkait dengan kegiatan Leasing :
Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal
dengan pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan (Lessor).
Lessor adalah perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing) yang membiayai keinginan para nasabahnya
untuk memperoleh barang-barang Modal.
Supplier adalah perusahaan (pedagang) yang menyediakan barang-barang modal yang akan di-leasing-
kan (disewa guna usahakan) antara Lessor dengan Lessee.
Asuransi adalah merupakan perusahaan asuransi yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian
antara lessor dengan lessee.
Hybrid Financial Instruments
Salah satu intrumen keuangan yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan dalam melakukan
investasi adalah “hybrid financial instruments”. Dari sisi pertimbangan komersial, inovasi instrumen keuangan
dengan menggunakan hybrid financial instruments akan memberikan keuntungan bagi perusahaan saat
menghadapi risiko investasi yang besar. Inovasi instrumen keuangan dalam hybrid financial instruments dapat
dilihat pada karakteristiknya yang mencampurkan karakteristik instrumen utang dan sekaligus karakteristik
instrumen modal, lihat Tabel 1 berikut.
Tabel.1 Karakteristik Utang dan Penyertaan Modal
Utang Penyertaan Modal
Dana akan dikembalikan dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan
Dana hanya akan dikembalikan pada saat likuidasi
Imbalan dari utang harus tetap dibayar meskipun
penerima utang dalam keadaan merugi
Imbalan dari penyertaan modal tergantung dari
peforma usaha penerima modal
Dalam keadaan likuidasi, pemberi utang (kreditor)
memiliki hak prioritas untuk atas aset
Hak pemberi modal (pemegang saham) atas aset
merupakan hak tagih terakhir setelah kreditor
Pemberi utang (kreditor) tidak memiliki kontrol atas
perusahaan
Pemberi modal (pemegang saham) memiliki kontrol
atas perusahaan
7. Menurut Ducan, hybrid financial instruments didefinisikan sebagai instrumen keuangan yang memiliki
karakteristik ekonomi yang tidak konsisten, baik secara parsial maupun keseluruhan terhadap bentuk legalnya.
Sementara itu, OECD mendefinisikan hybrid financial instruments sebagai instrumen keuangan yang
diklasifikasikan berbeda diantara negara-negara yang terlibat dalam transaksi instrumen tersebut, misalnya
sebagai pinjaman di satu negara dan sebagai modal di negara lainnya. Contoh hybrid financial instruments yang
sering ditemui, antara lain: saham preferen (preference shares), silent partnerships, shareholder loan, participation
bonds, convertible bonds, warrant bonds, dan profit participation loans.