SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
4.1 PERENCANAAN AUDIT INTERNAL
Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan membuat
frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui kerumitan operasi
yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada
saat audit telah selesai. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk
memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung
kesuksesan audit.
Walaupun survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis
karyawan dan sistem, namun bisa juga menjadi sebuah “pencarian yang tak beraturan.” Auditor
internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan
bisa produktif. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan
program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau kegagalan
audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Jika survei pendahuluan direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, maka survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk
mendapatkan pemahaman yang efektif, melainkan juga menjadi penentu keberhasilan audit.
Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar: melakukan studi awal,
mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati, membuat bagan alir,
dan melaporkan.
4.1.1. Melakukan Studi Awal
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun
sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lain yang akan
membantu untuk lebih memahami subjek audit. Pada banyak kondisi, studi awal akan dilakukan
di kantor pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara
elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumnya dapat menunjukkan
pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan yang
sama mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk audit tahun ini. Teknologi, sistem,
pendekatan baru, atau perubahan dalam operasi klien membutuhkan cara yang berbeda. Filosofi
audit atau kecakapan staf yang berbeda juga bisa menjadi salah satu faktor. Namun, penelaahan
atas kertas kerja terdahulu dapat menjadi langkah maju dalam proses untuk memperoleh
pemahaman.
4.1.2 Pendokumentasian
Pendokumentasian (documenting) mencakup beberapa langkah yang akan mengarah pada
pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi
awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokuntasian.
Auditor juga membuat kuisioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan
manajer klien dan yang lainnya.
1. Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu menyederhanakan proses perencanaan
agar melakukan pekerjaan secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang
minimum.
2. Daftar Isi
Sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang terdapat pada daftar,
sebaiknya siapkan dulu daftar isi (table of content) di bagian pertama kertas kerja.
Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar masalah-masalah tertentu yang harus
ditangani seiring dengan kemajuan penugasan dan membuat acuan kertas kerja.
3. Pengurangan Biaya
Beberapa usulan pengurangan biaya dari auditor berasal dari kombinasi yang ada,
keberuntungan, kecerdikan, dan kecakapan memahami masalah. Namun pencarian
pengurangan biaya dapat dilakukan menggunakan suatu metode jika auditor
mengetahui apa yang harus diperhatikan.
4. Catatan Kesan
Catatan kesan tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen. Fungsinya adalah
sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika sedang melakukan pembicaraan rahasia
dengan manajer senior. Pada saat yang sama, kombinasi daftar ini, yang dikompilasi
untuk banyak penugasan audit, dapat diringkas secara periodik untuk menemukan tren
yang tidak diinginkan yang bisa menjalar ke kesuluruhan organisasi. Catatan kesan
dapat membantu mengindentifikasi kemunduran yang membutuhkan perhatian khusus
dan membutuhkan perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi kerja,
manajemen, atau pengawasan.
5. Kuesioner
Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan manajemen untuk memahami diri
mereka sendiri, karena pertanyaan yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi sebagai
lembar evaluasi diri yang efektif.
4.1.3 Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk
menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan.
1. Mengatur Jadwal Pertemuan
Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan hindari
kunjungan mendadak, meskipun audit yang tidak diberitahukan terlebih dahulu
mungkin perlu dilakukan dalam audit kas, audit keamanan, atau hal-hal lain yang
cukup rawan. Bila tidak ada hal-hal seperti ini, pemberitahuan terlebih dahulu akan
lebih sopan dan akan dihargai serta tidak merugikan audit.
2. Wawancara
Auditor internal harus memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang dan
berkomunikasi secara efektif. Juga penting bagi auditor internal untuk memiliki
keahlian dalam berkomunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka dapat menyampaikan
tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi secara jelas dan efektif.
4.1.4 Mengumpulkan Bahan Bukti
Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor internal memiliki
pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi
penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen, yaitu:
1. Perencanaan
- Tentukakn tujuan aktivitas atau organisasi, baik jangka panjang maupun jangka
pendek
- Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur
- Dapatkan salinan anggaran
- Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung
- Tentukan apakah rencana untuk masa datang telah dibuat
- Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum terealisasikan
- Tentukan cara mendapatkan sasaran dan siapa yang menerapkan atau yang
membantu menetapkannya
2. Pengorganisasian
- Dapatkan salinan bagan organisasi
- Dapatkan salinan deskripsi jabatan
- Tanyakan hubungan dengan organisasi lain
- Telaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva
- Tentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang perlu dilakukan akhir-
akhir ini atau sejak audit terakhir
- Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan tanggung jawab
yang diemban
- Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang
3. Pengarahan
- Dapatkan salinan unstruksi operasional bagi karyawan
- Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa dipahami
- Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah kerja
yang memadai
- Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab
- Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang akan
menarik minat legislatif atau publik
- Identifikasikan hambatan-hambatan bagi kemampuan organisasi untuk
melaksanakan tugas-tugas yang diembannya
4. Kontrol
- Dapatkan salinan standar dan pedoman kerja tertulis
- Telaah sistem dan alur kerja. Waspada dengan tanda-tanda penghambur-hamburan,
pesanan penjualan, peralatan atau bahan baku yang berlebih, karyawan yang
menganggur, perbaikan dan pekerjaan ulang yang ekstensif, bahan sisa yang
berlebihan, dan kondisi kerja yang buruk
- Telaah data finansial historis, kenali trennya
- Telaah laporan finansial
- Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan gambar
alir, seperti penyusunan kontrak, pemeriksaan aplikasi pinjaman, mnyetujui atau
tidak menyetujui pinjaman, penjualan aktiva, melakukan sewa guna usaha,
periklanan, menetapkan harga, merekrut karyawan, meminjam dana, dan memilih
pemasok. Tindakan-tindakan atau prosedur-prosedur ini harus mencerminkan
aktivitas yang diperiksa. Cerminan aktivitas lebih penting daripada volume.
4.1.5 Pengamatan
Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survei pendahuluan. Melalui
pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang cerdas, auditor internal mampu untuk;
- Menemukan tujuan, sasaran dan standar
- Menilai kontrol untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
- Mengevaluasi risiko
- Menetukan kontrol untuk meminimalkan risiko
- Membuat penentuan risiko secara sistematik
- Menilai gaya manajemen
Tujuan, Sasaran, dan Standar
Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas yang
diaudit— bukan tujuan audit, yang akan ditetapkan selanjutnya, melainkan tujuan aktivitas itu
sendiri. Jika tujuan-tujuan ini tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan
manfaatnya.Mendapatkan gambaran aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran
strategis perusahaan merupakan profesionalisme auditor internal.
Auditor internal harus membedakan tujuan, sasaran, dan standar.Tujuan berasal dari bahasa
Latin objectum, yang secara harfiah berarti sesuatu yang dilontarkan sebelum
(pikiran).Yaitu ditujukan, tujuan, atau akhir.Turunan dari istilah ini tidak memiliki makna
kuantitatif.
Di sisi lain, sasaran berasal dari bahasa Prancis gaule yang berarti tonggak. Hal ini seperti
tonggak yang dipancangkan di lapangan bermain, untuk melontarkan suatu objek di antara dua
titik.Sasaran memiliki makna kuantitatif.Di bidang olahraga, tujuannya adalah memenangkan
pertandingan adalah menghadapi rintangan-rintangan yang ada di sepanjang jalan menuju final.
Standar bersifat otoritatif, contoh yang diakui untuk kebenaran, kesempurnaan, kuantitas
atau tahapan kualitas yang jelas.Standar memberikan tingkat pencapaian, target yang telah
ditetapkan sebelumnya atau ukuran kecukupan untuk beberapa tujuan. Standar kadang-kadang
bisa memiliki dua peran, sebagai sasaran yang akan dicapai dan sebagai ukuran keberhasilan.
Tujuan lebih sulit diidentifikasikan dibandingkan sasaran atau standar.Misalnya, sebuah
pernyataan tentang fungsi dan tanggung jawab bisa menyatakan bahwa departemen utang usaha
harus memproses faktur pembayaran.Jika pernyataan tersebut benar, hal itu belum cukup.Yang
lebih penting adalah bahwa faktur tersebut didukung oleh bahan bukti seperti kontrak atau
pesanan pembelian dan bahan bukti penerimaan atau kualitas, melalui nota atau tanda
persetujuan yang ditandatangani.
Auditor internal harus mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka periksa sebelum
melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan pekerjaan lapangan. Jika sasaran
dan standar tidak bisa ditetapkan dengan baik, pemeriksaan rinci selama audit bisa menjadi lebih
menantang.
Auditor internal harus ingat bahwa mereka adalah staf, tidak memiliki kewenangan
ataupun tanggung jawab untuk menetapkan tujuan, sasaran, atau standar untuk karyawan
operasional.Tanpa pemahaman yang jelas dan kesepakatan tentang aspek manajerial ini, sebuah
audit bisa jadi sia-sia.
Kecermatan profesional mencakup evaluasi standar operasi yang ada dan menentukan
apakahstandar-standar tersebut dapat diterima dan dicapai.Jika standar tersebut tidak jelas,
harus dicari interpretasi yang sah.Jika auditor internal diminta untuk menginterpretasikan atau
memilih standar operasi, mereka harus mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar yang
dibutuhkan untuk mengukur kinerja operasi.
Pedoman audit menyarankan bahwa pekerjaan auditor internal harus
melibatkan pengidentifikasian sasaran dan standar dan mengupayakan agar bisa diterima,
daripada memaksakannya. Jika klienmenyetujuinya, maka sasaran dan standar tersebut akan
menjadi milik klien dan bukan milik auditor.
Jika sasaran dan standar belum ditetapkan dan tidak ada kesepakatan yang bisa dicapai,
maka hal ini merupakan kelemahan.Penetapan sasaran dan standar yang dapat diukur
manajemenatau menjadi alatukur kinerja manajemen itu sendiri merupakan dasar bagi praktik
bisnis yang baik dan bagi prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterima.Manajer memiliki
tanggung jawab untuk menetapkan sasaran dan standar untuk mereka sendiri serta karyawannya.
Jika mereka tidak memiliki hal ini, maka auditor internal harus mengakui bahwa fungsi
manajemen yang utama tidak dilakukan.
Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat tujuan,
sasaran, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki organisasi kilen.
Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:
 Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi klien.
 Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi—suatu rancangan
besar perusahaan.
 Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar berpartisipasi
dalam penetapannya.
 Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam pencapaiannya.
 Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia bagi
aktivitas.
 Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali eksternal.
 Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih dari
apa yang bisa mereka capai.
 Laporan formal dan periodik disiapkan untuk menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan
terpenuhinya sasaran dan standar.
 Tujuan, sasaran, dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan didefinisikan ulang.
Kontrol-kontrol untuk Mencapai Tujuan
Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei
pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan kontrol apa, atau yang seharusnya
diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Auditor internal
dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka melakukan survei pendahuluan:
kebijakan organisasi atau agensi, prosedur, manual, instruksi-instruksi khusus, laporan, daftar,
register, formulir, pembagian tugas, sistem persetujuan, pengawasa, dan lainnya. Mencoba untuk
membaca dan memahami semuanya dapat mengaburkan mata dan melelahkan otak. Jika auditor
berusaha mengidentifikasi kontrol yang diterapkan, karena memang merasa perlu melakukannya,
maka langkah ini akan memiliki beberapa makna. Jadi cara paling produktif untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi kontrol adalah dengan mengenali masalah kemudian mencari
kontrol yang bisa mengidentifikasi atau mencegah masalah-masalah tersebut, atau mencari
kontrol yang seharusnya bisa mengurangi risiko.
Satu cara untuk mengidentifikasi masalah adalah dengan percakapan dengan orang-orang
dalam aktivitas yang sedang diaudit, atau dengan orang-orang pada aktivitas hilir yang
menanggung kesulitan dari aktivitas hulu. Membaca sepintas laporan produksi dan kinerja juga
memberikan indikator masalah aktual dan potensial. Begitu masalah-masalah ini telah diketahui,
auditor internal dapat mempelajari prosedur-prosedur yang dijalankan dan menentukan mengapa
prosedur-prosedur tersebut tidak bisa mencegahnya. Cara lain untuk mengaitkan masalah
terhadap kontrol adalah dengan memusatkan perhatian pada risiko. Dimana pun risiko diketahui
berada, suatu kontrol seharusnya diharapkan untuk membantu mencegah dampak buruk dari
risiko. Penentuan kecukupan kontrol merupakan kompetensi profesional. Berdasarkan
pengalaman, pelatihan, dan pertimbangan bisnis yang baik, auditor internal bisa menentukan
apakah kontrol yang ada telah memadai untuk menghilangkan atau melindungi dari risiko.
Risiko
Sebelum auditor internal mengelola risiko atau memutuskan alokasi sumber daya yang
terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih erat antara manajemen risiko dan audit internal
telah lama disarankan. Pada kenyataannya, beberpa pengamat menyarankan bahwa titik awal
perencanaan audit internal haruslah risiko-risiko organisasional, atau ancaman bagi pencapaian
tujuan-tujuan usaha. Auditor internal mencari pengamanan yang bsia membantu mencegah
kerugian dari risiko-risiko tersebut. Mereka tidak boleh dipengaruhi oleh jabatan pegawai,
catatan lampau tentang perilaku yang baik, atau reputasi yang tinggi yang dikatakan oleh
pegawai lainnya.
Mengidentifikasi semua risiko yang ada akan sulit, khususnya karena risiko-risiko muncul
seiring dengan perubahan praktik bisnis. Namun banyak risiko-risiko umum yang telah
didefinisikan dalam buku-buku teks standar akuntansi, auditing, dan manajemen. Beberapa risiko
sudah jelas dan diketahui oleh auditor yang profesional. Dalam survei pendahuluan, eksposur-
eksposur potensial untuk aktivitas-aktivitas tertentu harus diidentifikasikan dan kontrol yang
dibutuhkan untuk melindungi dari eksposur tersebut juga harus diidentifikasi dan dievaluasi. Jika
kontrol tidak ada atau tidak memadai, mungkin dibutuhkan pelaporan ke manajemen.
Kontrol Risiko
Ketika auditor internak telah mengenali risiko, mereka harus mencari kontrol yang
dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif harus
didiskusikan segera dengan manajer klien. Survei pendahuluan memberi perusahaan pondasi
untuk penyiapan program audit yang berkonsentrasi pada masalah-masalah penting bagi
manajemen.
Penentuan Risiko
Auditor internal tidak dapat menuntut diterapkannya kontrol yang biayanya melebihi risiko
yang harus dihadapi. Konsep ini disebut “keyakinan yang wajar” oleh American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA). Undang-undang Praktik Korupsi Asing Amerika Serikat
(U.S Foreign Corrupt Practices Act) mensyaratkan organisasi mematuhi hukum agar tercapai
“sistem kontrol akuntansi yang memadai untuk memberikan keyakinan yang wajar...” pengertian
“wajar” membutuhkan kebijakan manajemen, namun kebijakan tersebut harus
didokumentasikan. Manajemen harus siap untuk menunjukkan bahwa kontrol yang diabaikan
memang sengaja dihapuskan dengan alasan yang sah.
4.1.6 Pembuatan Bagan Alir
Bagan alir memotret suatu proses. Meskipun pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni. Seperti
kebanyakan dokumen lain, pembuatan bagan alir memakan waktu lama. Melalui latihan, bagan
alir dapat menjadi alat yang berguna bagi semua auditor.Bagan alir memberikan gambaran
sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks-analisis yang tidak
selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.
Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandarkan dalam dapertemen audit.
Semua auditor harus menggunakan yang sama dan mengikuti intruksi dasar yang sama. Biasanya
akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor eksternal—akuntan
independen—sehingga masing-masing dapat menggunakan hasil pekerjaan satu sama lain.
Tidak semua bagan alir harus rinci, formal, atau ekstensif.beberapa auditor mungkin
merasa bahwa bagan yang sederhana memberikan gambaran sistem yang mudah dibaca dan
memenuhi kebutuhan mereka.
4.1.7 Pelaporan
Survei yang dilakukan dengan baik biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah-
masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan
dibutuhkan. Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol, dan manajemen yang baik,
maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya audit biasanya
langka, dan kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek audit
dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Pada saat yang sama, kebanyakan auditor
internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan
informasi yang dikumpulkan selama survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun
akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan
berkonsentrasi pada kecukupan kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus
melakukan audit.
4.1.8 Membuat Anggaran Survei
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan faktor kunci dalam
menganggarkan survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tegantung pada
sejumlah faktor. Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal uditor dengan aktivitas
yang ada, maka akan makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Juga, jika
audit bersifat rasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran yang jelas tentang
tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi, dan
dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan mungkin hanya memperbarui informasi tersebut.
Perubahan-perubahan yang signifikan dalam tujuan, prosedur, sistem operasi, otomatisasi,
organisasi, manajemen, dan karyawan juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk
mengenal dan mengidentifikasikan masalah. Orang akan lebih nyaman dengan rutinitas,
perubahan signifikan akan membuat mereka kecewa. Perubahan selalu menghadirkan risiko.
Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survei. Tetapi bahkan jika
auditor merasa cukup memahami aktivitas, mereka harus selalu waspada akan ada dua faktor
yang dapat berubah: orang dan perilaku mereka. Tidak ada jawaban baik orang ataupun tingkah
laku mereka akan tetap sama dari tahun ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja ilusi.
Tidak ada alasan untuk mengenali verifikasi pekerjaan setiap orang tanpa survei
pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang terjadi sejak audit terakhir.
Tidak ada standar untuk anggaran survei pendahuluan.Berdasarkan survei informasi dan praktisi,
estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.
4.2 MANAJEMEN YANG EFEKTIF
Selama survei pendahuluan, dan khususnya selama wawancara dengan manajemen
operasional, auditor internal menilai manejer.Tidak ada kontrol yang lebih baik daripada
manajemen yang memiliki pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan luas. Jika gaya
manajemen memang seperti ini, manajemen itusendiri merupakan auditor internal. Jika
manajemen efektif, aditor internal dapat mengurangi cakupan audit.
Kadangkala, masalah manajemen bukan kesalahan manajer operasi.Orang-orang ini bisa
jadi bekerja dibawah kendala yang menghambat mereka melakukan pekerjaan efektif. Keluhan
mereka akan batasan yang dikenakan terhadap mereka bisa jadi tidak didengar oleh manajemen
eksekutif. Bila auditor internal mendeteksi kelemahan yang terjadi akibat kendala tersebut,
mereka harus menyajikan kondisi dan penyebabnya ke manajemen yang lebih tinggi.Penilian
auditor yang objektif mungkin lebih didengar keluhan dari manajer operasi.
4.3 KENDALA MANAJEMEN YANG EFEKTIF
1. Meminta manajer menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki masalah dan bukan
merencanakan pencegahan masalah.
2. Menahan sumber dayayang dibutuhkan untukmelakukan pekerjaan yang dapat diterima.
3. Memberi tanggung jawab tanpa mendelegasikan kewenangan yang diperlukan.
4. Mementingkan jadwal dibandingkan dengan hal lain, termasuk kualitas,biaya,
keamanan,ekologi, dan kebutuhan manusia.
5. Tidak melibatkan manajemen operasi dan supervisi dalam penetapansasaran dan tujuan.
6. Menciptakan sindrom ketakutan di perusahaan secara keseluruhan.
7. Menghambat kreativitas.
8. Tidak memberikan manajer operasi informasi yang diperlukan untuk mengukur
produktivitas mereka sendiri.
9. Tidak menginformasikan manajer operasi rencana, tujuan dan sasaran perusahaan.
10. Tidak menempatkan manajer yang tepat untuk suatu pekerjaan.

More Related Content

What's hot

Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
ElangArtaPratama
 
Tugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas f
Tugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas fTugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas f
Tugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas f
IlyasaYusuf
 
Resum manajemen audit
Resum manajemen auditResum manajemen audit
Resum manajemen audit
Zivie Vieta
 
Rmk bab 11 susanti nurul ramadani
Rmk bab 11 susanti nurul ramadaniRmk bab 11 susanti nurul ramadani
Rmk bab 11 susanti nurul ramadani
Erdha Reidha
 
Rmk bab 12 susanti nurul ramadani
Rmk bab 12 susanti nurul ramadaniRmk bab 12 susanti nurul ramadani
Rmk bab 12 susanti nurul ramadani
Erdha Reidha
 

What's hot (20)

Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
 
An effective internal
An effective internal An effective internal
An effective internal
 
Makalah audit internal"survei pendahuluan dan program audit
Makalah audit internal"survei pendahuluan dan program auditMakalah audit internal"survei pendahuluan dan program audit
Makalah audit internal"survei pendahuluan dan program audit
 
Tugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas f
Tugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas fTugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas f
Tugas pertemuan 14 audit internal ilyasa yusuf_0119101195_kelas f
 
Audit internal
Audit internalAudit internal
Audit internal
 
Evaluasi Jabatan
Evaluasi JabatanEvaluasi Jabatan
Evaluasi Jabatan
 
Evaluasi Jabatan
Evaluasi JabatanEvaluasi Jabatan
Evaluasi Jabatan
 
Bahan sop berau
Bahan sop berauBahan sop berau
Bahan sop berau
 
Resum manajemen audit
Resum manajemen auditResum manajemen audit
Resum manajemen audit
 
makalah bab 2 audit manajemen
 makalah bab 2 audit manajemen makalah bab 2 audit manajemen
makalah bab 2 audit manajemen
 
Internal Audit
Internal AuditInternal Audit
Internal Audit
 
Pemeriksaan kinerja 1
Pemeriksaan kinerja 1Pemeriksaan kinerja 1
Pemeriksaan kinerja 1
 
INTERNAL AUDIT ISO 9001
INTERNAL AUDIT ISO 9001INTERNAL AUDIT ISO 9001
INTERNAL AUDIT ISO 9001
 
Kedua
KeduaKedua
Kedua
 
Rmk bab 11 susanti nurul ramadani
Rmk bab 11 susanti nurul ramadaniRmk bab 11 susanti nurul ramadani
Rmk bab 11 susanti nurul ramadani
 
Fungsi manajemen
Fungsi manajemenFungsi manajemen
Fungsi manajemen
 
ISO 9001 : 2008 Quality Management System
ISO 9001 : 2008 Quality Management SystemISO 9001 : 2008 Quality Management System
ISO 9001 : 2008 Quality Management System
 
Teknik audit
Teknik auditTeknik audit
Teknik audit
 
Rmk bab 12 susanti nurul ramadani
Rmk bab 12 susanti nurul ramadaniRmk bab 12 susanti nurul ramadani
Rmk bab 12 susanti nurul ramadani
 
Modul sop
Modul sopModul sop
Modul sop
 

Similar to Pengauditan internal survei_pendahuluan

Materi Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdf
Materi Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdfMateri Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdf
Materi Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdf
Agus Effendi
 
SURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakter
SURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakterSURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakter
SURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakter
alchemistpaulocelho
 
Materi Audit Internal ISO 14K.ppt
Materi Audit Internal ISO 14K.pptMateri Audit Internal ISO 14K.ppt
Materi Audit Internal ISO 14K.ppt
BaronJoy
 

Similar to Pengauditan internal survei_pendahuluan (20)

Langkah audit manajemen
Langkah audit manajemenLangkah audit manajemen
Langkah audit manajemen
 
Audit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditAudit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah audit
 
Audit internal
Audit internalAudit internal
Audit internal
 
Internal Audit 5-7.ppt
Internal Audit 5-7.pptInternal Audit 5-7.ppt
Internal Audit 5-7.ppt
 
Tugas framework, ridwan,11150894,7 i (msdm)
Tugas framework, ridwan,11150894,7 i (msdm)Tugas framework, ridwan,11150894,7 i (msdm)
Tugas framework, ridwan,11150894,7 i (msdm)
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
 
Materi Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdf
Materi Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdfMateri Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdf
Materi Refresh training ISO 9001_2015 PT. YOFI1.pptx.pdf
 
Manajemen kantor yang efisien
Manajemen kantor yang efisienManajemen kantor yang efisien
Manajemen kantor yang efisien
 
Laporan audit tsi
Laporan audit tsiLaporan audit tsi
Laporan audit tsi
 
SURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakter
SURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakterSURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakter
SURVEI PENDAHULUAN sengaja dipanjangin untuk memenuhi minimal karakter
 
AUDIT PERSYARATAN MANAJEMEN 15189_ok.pptx
AUDIT PERSYARATAN MANAJEMEN 15189_ok.pptxAUDIT PERSYARATAN MANAJEMEN 15189_ok.pptx
AUDIT PERSYARATAN MANAJEMEN 15189_ok.pptx
 
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasifremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
 
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIFRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
 
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIFRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
 
Audit
AuditAudit
Audit
 
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanContoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
 
AUDIT-INTERNAL.pdf
AUDIT-INTERNAL.pdfAUDIT-INTERNAL.pdf
AUDIT-INTERNAL.pdf
 
Prinsip, Tujuan & Manfaat "Satuan Pengawasan Internal (Internal Auditor)"
Prinsip, Tujuan & Manfaat  "Satuan Pengawasan Internal (Internal Auditor)"Prinsip, Tujuan & Manfaat  "Satuan Pengawasan Internal (Internal Auditor)"
Prinsip, Tujuan & Manfaat "Satuan Pengawasan Internal (Internal Auditor)"
 
Materi Audit Internal ISO 14K.ppt
Materi Audit Internal ISO 14K.pptMateri Audit Internal ISO 14K.ppt
Materi Audit Internal ISO 14K.ppt
 
PPT Simulasi Bisnis Kelompok 5
PPT Simulasi Bisnis Kelompok 5PPT Simulasi Bisnis Kelompok 5
PPT Simulasi Bisnis Kelompok 5
 

Pengauditan internal survei_pendahuluan

  • 1. 4.1 PERENCANAAN AUDIT INTERNAL Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan membuat frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Walaupun survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan sistem, namun bisa juga menjadi sebuah “pencarian yang tak beraturan.” Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau kegagalan audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Jika survei pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, maka survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif, melainkan juga menjadi penentu keberhasilan audit. Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar: melakukan studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati, membuat bagan alir, dan melaporkan. 4.1.1. Melakukan Studi Awal Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit. Pada banyak kondisi, studi awal akan dilakukan di kantor pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumnya dapat menunjukkan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan yang sama mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk audit tahun ini. Teknologi, sistem, pendekatan baru, atau perubahan dalam operasi klien membutuhkan cara yang berbeda. Filosofi audit atau kecakapan staf yang berbeda juga bisa menjadi salah satu faktor. Namun, penelaahan
  • 2. atas kertas kerja terdahulu dapat menjadi langkah maju dalam proses untuk memperoleh pemahaman. 4.1.2 Pendokumentasian Pendokumentasian (documenting) mencakup beberapa langkah yang akan mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokuntasian. Auditor juga membuat kuisioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan yang lainnya. 1. Daftar Pengingat Daftar pengingat dirancang untuk membantu menyederhanakan proses perencanaan agar melakukan pekerjaan secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang minimum. 2. Daftar Isi Sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang terdapat pada daftar, sebaiknya siapkan dulu daftar isi (table of content) di bagian pertama kertas kerja. Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar masalah-masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan dan membuat acuan kertas kerja. 3. Pengurangan Biaya Beberapa usulan pengurangan biaya dari auditor berasal dari kombinasi yang ada, keberuntungan, kecerdikan, dan kecakapan memahami masalah. Namun pencarian pengurangan biaya dapat dilakukan menggunakan suatu metode jika auditor mengetahui apa yang harus diperhatikan. 4. Catatan Kesan Catatan kesan tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen. Fungsinya adalah sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Pada saat yang sama, kombinasi daftar ini, yang dikompilasi untuk banyak penugasan audit, dapat diringkas secara periodik untuk menemukan tren yang tidak diinginkan yang bisa menjalar ke kesuluruhan organisasi. Catatan kesan
  • 3. dapat membantu mengindentifikasi kemunduran yang membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi kerja, manajemen, atau pengawasan. 5. Kuesioner Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan manajemen untuk memahami diri mereka sendiri, karena pertanyaan yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang efektif. 4.1.3 Bertemu Klien Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. 1. Mengatur Jadwal Pertemuan Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan hindari kunjungan mendadak, meskipun audit yang tidak diberitahukan terlebih dahulu mungkin perlu dilakukan dalam audit kas, audit keamanan, atau hal-hal lain yang cukup rawan. Bila tidak ada hal-hal seperti ini, pemberitahuan terlebih dahulu akan lebih sopan dan akan dihargai serta tidak merugikan audit. 2. Wawancara Auditor internal harus memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang dan berkomunikasi secara efektif. Juga penting bagi auditor internal untuk memiliki keahlian dalam berkomunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi secara jelas dan efektif. 4.1.4 Mengumpulkan Bahan Bukti Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen, yaitu:
  • 4. 1. Perencanaan - Tentukakn tujuan aktivitas atau organisasi, baik jangka panjang maupun jangka pendek - Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur - Dapatkan salinan anggaran - Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung - Tentukan apakah rencana untuk masa datang telah dibuat - Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum terealisasikan - Tentukan cara mendapatkan sasaran dan siapa yang menerapkan atau yang membantu menetapkannya 2. Pengorganisasian - Dapatkan salinan bagan organisasi - Dapatkan salinan deskripsi jabatan - Tanyakan hubungan dengan organisasi lain - Telaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva - Tentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang perlu dilakukan akhir- akhir ini atau sejak audit terakhir - Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan tanggung jawab yang diemban - Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang 3. Pengarahan - Dapatkan salinan unstruksi operasional bagi karyawan - Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa dipahami - Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah kerja yang memadai - Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab - Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang akan menarik minat legislatif atau publik - Identifikasikan hambatan-hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan tugas-tugas yang diembannya
  • 5. 4. Kontrol - Dapatkan salinan standar dan pedoman kerja tertulis - Telaah sistem dan alur kerja. Waspada dengan tanda-tanda penghambur-hamburan, pesanan penjualan, peralatan atau bahan baku yang berlebih, karyawan yang menganggur, perbaikan dan pekerjaan ulang yang ekstensif, bahan sisa yang berlebihan, dan kondisi kerja yang buruk - Telaah data finansial historis, kenali trennya - Telaah laporan finansial - Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan gambar alir, seperti penyusunan kontrak, pemeriksaan aplikasi pinjaman, mnyetujui atau tidak menyetujui pinjaman, penjualan aktiva, melakukan sewa guna usaha, periklanan, menetapkan harga, merekrut karyawan, meminjam dana, dan memilih pemasok. Tindakan-tindakan atau prosedur-prosedur ini harus mencerminkan aktivitas yang diperiksa. Cerminan aktivitas lebih penting daripada volume. 4.1.5 Pengamatan Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survei pendahuluan. Melalui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang cerdas, auditor internal mampu untuk; - Menemukan tujuan, sasaran dan standar - Menilai kontrol untuk mencapai tujuan-tujuan ini. - Mengevaluasi risiko - Menetukan kontrol untuk meminimalkan risiko - Membuat penentuan risiko secara sistematik - Menilai gaya manajemen Tujuan, Sasaran, dan Standar Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas yang diaudit— bukan tujuan audit, yang akan ditetapkan selanjutnya, melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Jika tujuan-tujuan ini tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan
  • 6. manfaatnya.Mendapatkan gambaran aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan merupakan profesionalisme auditor internal. Auditor internal harus membedakan tujuan, sasaran, dan standar.Tujuan berasal dari bahasa Latin objectum, yang secara harfiah berarti sesuatu yang dilontarkan sebelum (pikiran).Yaitu ditujukan, tujuan, atau akhir.Turunan dari istilah ini tidak memiliki makna kuantitatif. Di sisi lain, sasaran berasal dari bahasa Prancis gaule yang berarti tonggak. Hal ini seperti tonggak yang dipancangkan di lapangan bermain, untuk melontarkan suatu objek di antara dua titik.Sasaran memiliki makna kuantitatif.Di bidang olahraga, tujuannya adalah memenangkan pertandingan adalah menghadapi rintangan-rintangan yang ada di sepanjang jalan menuju final. Standar bersifat otoritatif, contoh yang diakui untuk kebenaran, kesempurnaan, kuantitas atau tahapan kualitas yang jelas.Standar memberikan tingkat pencapaian, target yang telah ditetapkan sebelumnya atau ukuran kecukupan untuk beberapa tujuan. Standar kadang-kadang bisa memiliki dua peran, sebagai sasaran yang akan dicapai dan sebagai ukuran keberhasilan. Tujuan lebih sulit diidentifikasikan dibandingkan sasaran atau standar.Misalnya, sebuah pernyataan tentang fungsi dan tanggung jawab bisa menyatakan bahwa departemen utang usaha harus memproses faktur pembayaran.Jika pernyataan tersebut benar, hal itu belum cukup.Yang lebih penting adalah bahwa faktur tersebut didukung oleh bahan bukti seperti kontrak atau pesanan pembelian dan bahan bukti penerimaan atau kualitas, melalui nota atau tanda persetujuan yang ditandatangani. Auditor internal harus mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka periksa sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan pekerjaan lapangan. Jika sasaran dan standar tidak bisa ditetapkan dengan baik, pemeriksaan rinci selama audit bisa menjadi lebih menantang. Auditor internal harus ingat bahwa mereka adalah staf, tidak memiliki kewenangan ataupun tanggung jawab untuk menetapkan tujuan, sasaran, atau standar untuk karyawan operasional.Tanpa pemahaman yang jelas dan kesepakatan tentang aspek manajerial ini, sebuah audit bisa jadi sia-sia.
  • 7. Kecermatan profesional mencakup evaluasi standar operasi yang ada dan menentukan apakahstandar-standar tersebut dapat diterima dan dicapai.Jika standar tersebut tidak jelas, harus dicari interpretasi yang sah.Jika auditor internal diminta untuk menginterpretasikan atau memilih standar operasi, mereka harus mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar yang dibutuhkan untuk mengukur kinerja operasi. Pedoman audit menyarankan bahwa pekerjaan auditor internal harus melibatkan pengidentifikasian sasaran dan standar dan mengupayakan agar bisa diterima, daripada memaksakannya. Jika klienmenyetujuinya, maka sasaran dan standar tersebut akan menjadi milik klien dan bukan milik auditor. Jika sasaran dan standar belum ditetapkan dan tidak ada kesepakatan yang bisa dicapai, maka hal ini merupakan kelemahan.Penetapan sasaran dan standar yang dapat diukur manajemenatau menjadi alatukur kinerja manajemen itu sendiri merupakan dasar bagi praktik bisnis yang baik dan bagi prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterima.Manajer memiliki tanggung jawab untuk menetapkan sasaran dan standar untuk mereka sendiri serta karyawannya. Jika mereka tidak memiliki hal ini, maka auditor internal harus mengakui bahwa fungsi manajemen yang utama tidak dilakukan. Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat tujuan, sasaran, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki organisasi kilen. Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:  Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi klien.  Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi—suatu rancangan besar perusahaan.  Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar berpartisipasi dalam penetapannya.  Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam pencapaiannya.  Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia bagi aktivitas.  Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali eksternal.
  • 8.  Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih dari apa yang bisa mereka capai.  Laporan formal dan periodik disiapkan untuk menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standar.  Tujuan, sasaran, dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan didefinisikan ulang. Kontrol-kontrol untuk Mencapai Tujuan Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan kontrol apa, atau yang seharusnya diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Auditor internal dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka melakukan survei pendahuluan: kebijakan organisasi atau agensi, prosedur, manual, instruksi-instruksi khusus, laporan, daftar, register, formulir, pembagian tugas, sistem persetujuan, pengawasa, dan lainnya. Mencoba untuk membaca dan memahami semuanya dapat mengaburkan mata dan melelahkan otak. Jika auditor berusaha mengidentifikasi kontrol yang diterapkan, karena memang merasa perlu melakukannya, maka langkah ini akan memiliki beberapa makna. Jadi cara paling produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kontrol adalah dengan mengenali masalah kemudian mencari kontrol yang bisa mengidentifikasi atau mencegah masalah-masalah tersebut, atau mencari kontrol yang seharusnya bisa mengurangi risiko. Satu cara untuk mengidentifikasi masalah adalah dengan percakapan dengan orang-orang dalam aktivitas yang sedang diaudit, atau dengan orang-orang pada aktivitas hilir yang menanggung kesulitan dari aktivitas hulu. Membaca sepintas laporan produksi dan kinerja juga memberikan indikator masalah aktual dan potensial. Begitu masalah-masalah ini telah diketahui, auditor internal dapat mempelajari prosedur-prosedur yang dijalankan dan menentukan mengapa prosedur-prosedur tersebut tidak bisa mencegahnya. Cara lain untuk mengaitkan masalah terhadap kontrol adalah dengan memusatkan perhatian pada risiko. Dimana pun risiko diketahui berada, suatu kontrol seharusnya diharapkan untuk membantu mencegah dampak buruk dari risiko. Penentuan kecukupan kontrol merupakan kompetensi profesional. Berdasarkan
  • 9. pengalaman, pelatihan, dan pertimbangan bisnis yang baik, auditor internal bisa menentukan apakah kontrol yang ada telah memadai untuk menghilangkan atau melindungi dari risiko. Risiko Sebelum auditor internal mengelola risiko atau memutuskan alokasi sumber daya yang terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih erat antara manajemen risiko dan audit internal telah lama disarankan. Pada kenyataannya, beberpa pengamat menyarankan bahwa titik awal perencanaan audit internal haruslah risiko-risiko organisasional, atau ancaman bagi pencapaian tujuan-tujuan usaha. Auditor internal mencari pengamanan yang bsia membantu mencegah kerugian dari risiko-risiko tersebut. Mereka tidak boleh dipengaruhi oleh jabatan pegawai, catatan lampau tentang perilaku yang baik, atau reputasi yang tinggi yang dikatakan oleh pegawai lainnya. Mengidentifikasi semua risiko yang ada akan sulit, khususnya karena risiko-risiko muncul seiring dengan perubahan praktik bisnis. Namun banyak risiko-risiko umum yang telah didefinisikan dalam buku-buku teks standar akuntansi, auditing, dan manajemen. Beberapa risiko sudah jelas dan diketahui oleh auditor yang profesional. Dalam survei pendahuluan, eksposur- eksposur potensial untuk aktivitas-aktivitas tertentu harus diidentifikasikan dan kontrol yang dibutuhkan untuk melindungi dari eksposur tersebut juga harus diidentifikasi dan dievaluasi. Jika kontrol tidak ada atau tidak memadai, mungkin dibutuhkan pelaporan ke manajemen. Kontrol Risiko Ketika auditor internak telah mengenali risiko, mereka harus mencari kontrol yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif harus didiskusikan segera dengan manajer klien. Survei pendahuluan memberi perusahaan pondasi untuk penyiapan program audit yang berkonsentrasi pada masalah-masalah penting bagi manajemen.
  • 10. Penentuan Risiko Auditor internal tidak dapat menuntut diterapkannya kontrol yang biayanya melebihi risiko yang harus dihadapi. Konsep ini disebut “keyakinan yang wajar” oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Undang-undang Praktik Korupsi Asing Amerika Serikat (U.S Foreign Corrupt Practices Act) mensyaratkan organisasi mematuhi hukum agar tercapai “sistem kontrol akuntansi yang memadai untuk memberikan keyakinan yang wajar...” pengertian “wajar” membutuhkan kebijakan manajemen, namun kebijakan tersebut harus didokumentasikan. Manajemen harus siap untuk menunjukkan bahwa kontrol yang diabaikan memang sengaja dihapuskan dengan alasan yang sah. 4.1.6 Pembuatan Bagan Alir Bagan alir memotret suatu proses. Meskipun pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni. Seperti kebanyakan dokumen lain, pembuatan bagan alir memakan waktu lama. Melalui latihan, bagan alir dapat menjadi alat yang berguna bagi semua auditor.Bagan alir memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks-analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandarkan dalam dapertemen audit. Semua auditor harus menggunakan yang sama dan mengikuti intruksi dasar yang sama. Biasanya akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor eksternal—akuntan independen—sehingga masing-masing dapat menggunakan hasil pekerjaan satu sama lain. Tidak semua bagan alir harus rinci, formal, atau ekstensif.beberapa auditor mungkin merasa bahwa bagan yang sederhana memberikan gambaran sistem yang mudah dibaca dan memenuhi kebutuhan mereka.
  • 11. 4.1.7 Pelaporan Survei yang dilakukan dengan baik biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah- masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan dibutuhkan. Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol, dan manajemen yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya audit biasanya langka, dan kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Pada saat yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada kecukupan kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan audit. 4.1.8 Membuat Anggaran Survei Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan faktor kunci dalam menganggarkan survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tegantung pada sejumlah faktor. Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal uditor dengan aktivitas yang ada, maka akan makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Juga, jika audit bersifat rasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan mungkin hanya memperbarui informasi tersebut. Perubahan-perubahan yang signifikan dalam tujuan, prosedur, sistem operasi, otomatisasi, organisasi, manajemen, dan karyawan juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengenal dan mengidentifikasikan masalah. Orang akan lebih nyaman dengan rutinitas, perubahan signifikan akan membuat mereka kecewa. Perubahan selalu menghadirkan risiko. Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survei. Tetapi bahkan jika auditor merasa cukup memahami aktivitas, mereka harus selalu waspada akan ada dua faktor
  • 12. yang dapat berubah: orang dan perilaku mereka. Tidak ada jawaban baik orang ataupun tingkah laku mereka akan tetap sama dari tahun ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja ilusi. Tidak ada alasan untuk mengenali verifikasi pekerjaan setiap orang tanpa survei pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang terjadi sejak audit terakhir. Tidak ada standar untuk anggaran survei pendahuluan.Berdasarkan survei informasi dan praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit. 4.2 MANAJEMEN YANG EFEKTIF Selama survei pendahuluan, dan khususnya selama wawancara dengan manajemen operasional, auditor internal menilai manejer.Tidak ada kontrol yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan luas. Jika gaya manajemen memang seperti ini, manajemen itusendiri merupakan auditor internal. Jika manajemen efektif, aditor internal dapat mengurangi cakupan audit. Kadangkala, masalah manajemen bukan kesalahan manajer operasi.Orang-orang ini bisa jadi bekerja dibawah kendala yang menghambat mereka melakukan pekerjaan efektif. Keluhan mereka akan batasan yang dikenakan terhadap mereka bisa jadi tidak didengar oleh manajemen eksekutif. Bila auditor internal mendeteksi kelemahan yang terjadi akibat kendala tersebut, mereka harus menyajikan kondisi dan penyebabnya ke manajemen yang lebih tinggi.Penilian auditor yang objektif mungkin lebih didengar keluhan dari manajer operasi. 4.3 KENDALA MANAJEMEN YANG EFEKTIF 1. Meminta manajer menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki masalah dan bukan merencanakan pencegahan masalah. 2. Menahan sumber dayayang dibutuhkan untukmelakukan pekerjaan yang dapat diterima. 3. Memberi tanggung jawab tanpa mendelegasikan kewenangan yang diperlukan. 4. Mementingkan jadwal dibandingkan dengan hal lain, termasuk kualitas,biaya, keamanan,ekologi, dan kebutuhan manusia.
  • 13. 5. Tidak melibatkan manajemen operasi dan supervisi dalam penetapansasaran dan tujuan. 6. Menciptakan sindrom ketakutan di perusahaan secara keseluruhan. 7. Menghambat kreativitas. 8. Tidak memberikan manajer operasi informasi yang diperlukan untuk mengukur produktivitas mereka sendiri. 9. Tidak menginformasikan manajer operasi rencana, tujuan dan sasaran perusahaan. 10. Tidak menempatkan manajer yang tepat untuk suatu pekerjaan.