SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
EFEK MULTI MODAL ANALGESIA PARECOXIB 40 MG INTRAVENA
KOMBINASI DENGAN EPIDURAL BUPIVAKAIN 0,125%
PADA PEMBEDAHAN EKSTREMITAS BAWAH
TINJAUAN TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6, INTERLEUKIN -10, RASIO KADAR IL-6 : IL-10, SERTA INTENSITAS NYERI
dr. Muhammad Nala
Dr.dr.Syafri K.Arief,Sp.An,KIC-KAKV
Latar Belakang Penelitian
Nyeri paska bedah
• Mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
Nyeri Paska Bedah
• Beaugard dkk ( 2000) 40% mengalami nyeri paskabedah pada
24 jam
• Apfelbaum dkk (2003) : 80% mengalami nyeri akut paska
bedah
• Sommer dkk (2007) : 41% pada 1490 pasien paskabedah
mengalami nyeri pascabedah sedang – berat.
Strategi Multimodal Analgesia
• Kombinasi analgetik dengan mekanisme kerja berbeda pada
jalur nyeri menurunkan skor nyeri, dosis total
analgesia lebih sedikit dan efek samping lebih rendah
Dikutip dari Cousins MJ. Acute pain management : scientific evidence. 2nd ed. Melbourne: Australian and New Zealand College of Anesthetics and Faculty of Pain Medicine; 2005. p. 34
Peranan Sitokin Pada Proses Inflamasi Nyeri
• Diproduksi oleh leukosit & beberapa jenis sel imun pada
lokasi terjadinya cedera .
• Memainkan peran penting respon terhadap inflamasi
akut trauma jaringan + infeksi
• Nyeri dan sistem imun saling mempengaruhi
sulit menentukan memotong jalur nyeri akan
mengurangi produksi sitokin inflamasi atau sebaliknya.
• Bersifat proinflamasi atau anti-inflamasi
SITOKIN
INTERLEUKIN-6
Disekresi  Makrofag, monosit,
eosinofil, hepatosit , astrosit, dan
sel glia
Konsentrasi dalam plasma
dideteksi dalam 60 menit,
puncak 4-6 jam dan
bertahan hingga 10 hari
pasca trauma
Merupakan penanda paling
sesuai dg derajat kerusakan
jaringan
Produksinya di induksi
oleh TNF-α dan IL-1ß
Mediator induksi dan kontrol pada
sintesis protein fase akut yg
dilepaskan o/ hepatosit selama
stimuli nyeri
PGE2 menginduksi produksi IL6 melalui
subtipe reseptor prostaglandin EP yg akan
mengaktifkan NF-κβ
INTERLEUKIN-10 Dihasilkan oleh berbagai tipe sel
seperti limfosit, monosit, makrofag, dan
sel mast
Merupakan sitokin anti-inflamasi
yang sangat kuat menekan
semua sitokin pro-inflamasi
Ikut meningkat dalam sirkulasi darah
selama pembedahan memelihara
keseimbangan dengan sitokin pro-
inflamasi .
RUMUSAN MASALAH
• Menurunkan kadar IL-6
• Meningkatkan kadar IL-10
• Menurunkan kadar ratio IL-
6/IL-10
• Menurunkan intensitas nyeri
Apakah
penggunaan
kombinasi
parecoxib 40 mg IV
dengan analgesia
epidural
bupivakain 0,125%
• Menilai kadar IL-6, IL-10, rasio IL-
6/IL-10, dan intensitas nyeri
terhadap pemberian kombinasi
parecoxib 40 mg IV dengan
analgesia epidural bupivakain
0,125% paskabedah ekstremitas
bawah
TUJUAN
PENELITIAN
HIPOTESA PENELITIAN
1. Kadar IL-6 menurun, kadar IL-10 meningkat, dan rasio
kadar IL-6/IL-10 menurun pada kelompok kombinasi
parecoxib 40 mg IV dengan epidural bupivakain
0,125% dibandingkan kelompok epidural bupivakain
0,125%
2. NRS pada kelompok kombinasi parecoxib 40 mg IV
dengan epidural bupivakain 0,125% lebih rendah
dibandingkan kelompok epidural bupivakain 0,125%.
Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh
kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural
bupivakain 0,125% dalam menurunkan kadar IL-6,
meningkatkan kadar IL-10, serta pengelolaan nyeri
paskabedah
Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut
sehubungan dengan multimodal analgesia pada
berbagai jenis pembedahan
MANFAAT PENELITIAN
VARIABEL ANTARA
TRAUMA PEMBEDAHAN
VARIABEL BEBAS
PARECOXIB 40 MG/IV
KOMBINASI DENGAN EPIDURAL
BUPIVACAINE 0,125 %
VARIABEL BEBAS
NaCl 0,9 % 2 CC/IV
KOMBINASI DENGAN EPIDURAL
BUPIVACAINE 0,125 %
JALUR NEURAL
TRANSDUKSI
TRANSMISI
JALUR HUMORAL
PELEPASAN SITOKIN
INFLAMASI
COX-2
MODULASI
PERSEPSI
VARIABEL
TERGANTUNG
•IL-6
•IL-10
•Rasio IL-6: IL-10
• Intensitas Nyeri
•PS ASA
BMI
TINGGI BADAN
LAMA OPERASI
UMUR
KONSUMSI ANESTETIK
LOKAL
VARIABEL KENDALI
Variabel Bebas
Variabel Antara
Variabel Kendali
Variabel Tergantung
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
uji acak tersamar ganda.
Dilakukan mulai bulan September 2012 di
RS. dr. Wahidin Sudirohusodo
Berdasarkan tabel Isaac Michael, jumlah
sampel adalah 26 subyek yang memenuhi
kriteria penelitian, selanjutnya menjalani
operasi ekstremitas bawah
Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
- Kelompok perlakuan: mendapat
analgesia epidural bupivacaine
0,125%+parecoxib 40 mg/IV
- Kelompok kontrol: mendapat analgesia
epidural bupivacaine 0,125%.
• Akan menjalani pembedahan elektif
ekstremitas bawah.
• PS ASA 1-2.
• Laki-laki.
• Usia 20-50 tahun.
• Tinggi badan diatas 150 cm.
• BMI 18,5-25 kg/cm2.
• Tidak leukositosis dan leukopeni.
• Setuju dilakukan teknik anestesi dan
analgesia epidural.
• Ada persetujuan dari dokter primer
yang merawatnya
Kriteria
Inklusi
• Adanya kontra indikasi tindakan
pemasangan kateter epidural.
• Riwayat alergi terhadap obat yang
digunakan.
• Menderita penyakit kardiovaskular,
sirosis hepar dan gagal ginjal.
• Penggunaan NSAID terakhir kurang
dari 5 hari sebelum operasi.
Kriteria
Eksklusi
• Komplikasi pembedahan.
• Durasi operasi lebih dari 3 jam.
• Anestesi epidural yang tidak optimal
Kriteria
Drop out
Pasien yang sesuai kriteria inklusi
Consecutive random
sampling
Pengukuran kadar
IL-6 dan IL-10
Dosis pemeliharaan anestesi epidural dengan bupivakain
0,5% 50% volume initial dose setiap 90 menit
Placebo NaCl 0,9% 2 cc ivParecoxib 40 mg IV (2 cc)
Prosedur anestesi
•Initial dose : anestik lokal bupivakain 0,5% sebanyak 1-2 ml/dermatom
via kateter epidural
•Sedasi : propofol 25-100µg/kg/menit
Pembedahan selesai
Rescue bupivakain 3 cc via
kateter epidural bila NRS>4
Analgesia dengan bupivakain
0,125% 5 cc/jam via epidural
Pengolahan dan
analisa data
Kelompok Perlakuan
Pemasangan kateter epidural pada interspace L2-L3 atau L3-L4
Test dose : Lidokain 2% 3 ml + epinefrin 1 200.000
Kelompok Kontrol
Pemasangan kateter epidural pada interspace L2-L3
atau L3-L4
Test dose : Lidokain 2% 3 ml + epinefrin 1 200.000
30 menit
prabedah
35 menit prabedah
Pembedahan dimulai
Pengukuran kadar IL-6 dan IL-10
(2 & 24 jam paska Bedah )
Alur Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
Kelompok Epidural + Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural
(n=13) Kemaknaan (nilai p)
Min-Maks Mean±SD Min-Maks Mean±SD
Umur 18-48 29,15±9,63 23-50 36,31±10,15 P=0,080
Tinggi Badan 154-173 165,15± 5,62 157-174 168,0 ±4,45 P=0,165
BMI 20,01- 24,80 21,18±1,39 20,20-24,38 22,09±1,45 P=0,081
Durasi Operasi 100-175 139,61(25,85) 100-175 141,92±21,05 P=0,817
Konsumsi Anestesi Lokal 90-135 110,76±23,34 90-135 110,76±23,34 P=1,000
Tabel 1. Karakteristik Sampel
Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan rerata/mean (standar deviasi) kemudian probabilitas (nilai p) diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan.
Tabel 2. Karakteristik status fisik
Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan rerata/mean (standar deviasi) kemudian probabilitas (nilai p) diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan.
Variabel
Kelompok Epidural + Parecoxib
(n=13)
Kelompok Epidural
(n=13) Kemaknaan (nilai p)
Min-Maks Median Min-Maks Median
PS ASA 1-2 1,00 1-2 1,00 P=1,000
KADAR IL-6
Tabel 3. Kadar IL-6 serum
Waktu Pengamatan
Kelompok Epi +Parecoxib
(n=13)
Kelompok Epidural
(n=13)
Nilai p
Mean ±SD Mean±SD
Prabedah 21,030±2,460 16,153±6,534 0,096
2 jam paskabedah 16,027±5,438 22,865 ±3,631 0,002
24 jam paskabedah 22,614±2,755 24,241±3,446 0,369
Data disajikan dalam bentuk nilai mean,simpangan deviasi dan nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, bermakna jika p<0,05.
Grafik 1. Kadar IL-6 serum
16.153
22.865
24.241
21.03
16.027
22.614
0
5
10
15
20
25
30
Prabedah 2 jam pascabedah 24 jam pasca bedah
KadarIL-6(pg/ml)
Kontrol Parecoxib
p=0,002
Perubahan Velocity IL-6 prabedah ke 2 jam paskabedah
Kelompok Epi + P Kelompok Epi Nilai p
∆IL-6 % ∆ IL-6 %
-5,003 ↓ 24 % 6,711 80↑ 0,049
Velocity IL-6 2 jam paskabedah ke 24 jam paskabedah
Kelompok Epi + P Kelompok Epi Nilai p
∆ IL-6 % ∆ IL-6 %
6,587 61↑ 1,375 9,1↑ 0,004
Velocity IL-6 prabedah ke 24 jam paskabedah
Kelompok Epi + P Kelompok Epi Nilai p
∆ IL-6 % ∆ IL-6 %
1,584 8↑ 8,086 91↑ 0,001
Data disajikan dalam bentuk velocity nilai IL-6 selama pengamatan. Velocity diukur dengan Independent Sample Test, Nilai p<0,05
dinyatakan bermakna
Tabel 4. Perubahan Velocity IL-6
• 105 pasien operasi abdomen tiga
tekhnik analgesia paskabedah, PCEA
lebih menekan respon sitokin pro-
inflamasi dibanding IOR dan PCA.
Beilin,dkk
(2003)
• 48 pasien operasi ekstremitas bawah
epidural preemptive menurunkan
intensitas nyeri, namun tidak dapat
menekan respon humoral.
Ahmad ,R
(2011)
• Pemberian parecoxib 40 mg IM
operasi optamologi kadar IL-6
menurun pada paskabedah sampai 6
jam
Xu,dkk
(2010)
Ahmad MR. Peran analgesia epidural preemtif terhadap intensitas nyeri, respon hemodinamika serta dinamika kadar sitokin proinflamasi dan antiinflamasi pada paskabedah ekstremitas bawah
[Disertasi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012
Xu LL., Shen, J J & Zhou, H. Y. 2010. Effects of parecoxib sodium preemtive analgesia on perioperative cytokine responses and stress responses in patients undergoing opthalmology surgery. Chin J Med Gen, 90, 1893-1896.
Beilin B, Bessler H, Mayburd E, Smirnov G, Dekel A, Yerdeni I, et al. Effect of preemtive analgesia on pain and cytokine production in postoperative period. Am Societ Anesth. 2003;98(1):151-5.
Kadar IL-10
Waktu Pengamatan
Kelompok Epi +Parecoxib
(n=13)
Kelompok Epidural
(n=13)
Nilai p
Mean ±SD Mean±SD
Prabedah 2,2228±1,528 1,7927±0,961 0,590
2 jam paskabedah 4,4589±3,646 2,4041±1,172 0,144
24 jam paskabedah 3,9804±1,712 4,9627±3,458 0,739
Data disajikan dalam bentuk nilai mean,simpangan deviasi dan nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, bermakna jika p<0,05.
Grafik 3. Perbandingan kadar IL-10 kelompok epidural dan epidural+parecoxib
1.7927
2.4041
4.9627
2.2228
4.4589
3.9804
0
1
2
3
4
5
6
Prabedah 2 jam pascabedah 24 jam pasca bedah
KadarIL-10(pg/ml)
Kontrol Parecoxib
p=0,144
p=0,590
p=0,739
Tabel 6. Perubahan velocity IL-10 selama pengamatan pada kedua kelompok
Velocity IL-10 prabedah ke 2 Jam paskabedah
Kelompok Epi + P Kelompok Epidural
Nilai p
∆IL-10 % ∆ IL-10 %
2,2362 111,5↑ 0,6114 69,6↑ 0,025
Velocity IL-10 2 Jam paskabedah ke 24 Jam paskabedah
Kelompok Epi + P Kelompok Epidural
Nilai p
∆ IL-10 % ∆ IL-10 %
-0,4785 40,1↓ 2,5586 134,8↑ 0,019
Velocity IL-10 prabedah ke 24 Jam paskabedah
Kelompok Epi + P Kelompok Epidural
Nilai p
∆ IL-10 % ∆ IL-10 %
1,7576 120,7↑ 3,1700 275,1↑ 0,015
Data disajikan dalam bentuk velocity nilai IL-10 selama pengamatan. Velocity diukur dengan Independent
Sample Test, Nilai p diuji dengan Independent Sample Test. Bermakna jika p< 0,05
• Kadar IL-10 pasien yang menjalani
pembedahan abdomen atas dengan
anestesi CEGA meningkat
• Kadar plasma IL-10 indikator yang
berguna dari besarnya stres paskabedah
Kato,dkk
(1998)
• 35 pasien yang menjalani operasi kanker
colon kadar IL-10 pada 3 dan 24 jam
paskabedah kelompok anestesi epidural
meningkat secara signifikan dibanding pada
anestesi intravena
Moselli,dkk
(2011)
Kato M, Suzuki H, Murakami M, Akama M, Matsukawa S, Hashimoto Y. Elevated plasma levels of interleukin-6, interleukin- 8, and granulocyte colony-stimulating factor during and
after major abdominal surgery. J Clin Anesth 1997;9:293– 8.
Moselli NM, Baricocchi E, Ribero D, Sottile A. Intraoperative epidural analgesia prevent the early proinflamatory response to surgical Trauma. Result from a prospective randomized
clinical trial of intraoperative epidural vs general anestesia. Ann.Surg.Oncol. 2011;18:2722-31.
Rasio Kadar IL-6/IL-10
Tabel 7. Kadar Ratio IL6-/IL-10 Serum
Waktu Pengamatan
Kelompok Epi + Parecoxib
(n=13)
Kelompok Epidural
(n=13)
Nilai p
Mean ±SD Mean±SD
Prabedah 12,5217±5,755 11,0619±6,434 0,590
2 jam paskabedah
5,7090±3,932 11,8343±5,749 0,006
24 jam paskabedah 7,4512±5,504 7,4703±5,026 0,980
Grafik 4. Perbandingan kadar ratio IL-6/IL-10 kelompok epidural dan epidural + parecoxib
Data disajikan dalam bentuk nilai mean,simpangan deviasi dan nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, bermakna jika p<0,05.
11.0619
11.8343
7.4703
12.5217
6.2591
7.4512
0
2
4
6
8
10
12
14
Prabedah 2 jam pascabedah 24 jam pasca bedah
RatioIL-6/IL-10(pg/ml)
Kontrol Parecoxib
p=0,006
p=0,590
p=0,980
Tabel 8. Perubahan Velocity ratio kadar IL-6/IL-10 kedua kelompok
Velocity ratio IL-6/IL-10 prabedah ke 2 jam paskabedah
Kelompok Epi+ P Kelompok Epidural Nilai p
∆Ratio IL-6/IL-10 % ∆ Ratio IL-6/IL-10 %
-6,81 -52,2↓ 0,77 57,1 ↑ 0,001
Velocity ratio IL-6/IL-10 2 jam paskabedah ke 24 jam paskabedah
Kelompok Epi+ P Kelompok Epidural Nilai p
∆ Ratio IL-6/IL-10 % ∆ Ratio IL-6/IL-10 %
1,74 87,4↑ -4,36 -24,4↓ 0,014
Velocity ratio IL-6/IL-10 prabedah ke 24 jam paskabedah
Kelompok Epi+ P Kelompok Epidural Nilai p
∆ Ratio IL-6/IL-10 % ∆ Ratio IL-6/IL-10 %
-5,07 -33,5↓ -3,59 -3,2↓ 0,015
Data disajikan dalam bentuk velocity nilai rasio kadar IL-6/IL-10 selama pengamatan. Velocity diukur dengan Independent Sample Test, Nilai
p<0,05 dinyatakan bermakna
• Efek pemberian natrium
diklofenak kadar IL-6 dan
IL-10 Pembedahan urologi
• Kadar IL-6 menurun secara
signifikan dibanding placebo
pada 12 jam paska bedah
• Kadar IL-10 ditemukan
meningkat secara bermakna
dibanding plasebo pada 6 jam
paska bedah
Mahdy,dkk
Mahdy AM, Galley H.F, Wahed MA, El Korny AF. Differential modulation of interleukin-6 and interleukin-10 by diclofenac in patient undergoing major surgery. Br J Anesth 2002; 88:797-802
• 22 pasien operasi abdominal
histerektomi membandingkan
ketorolac+morfin dengan ketorolac .
• Kadar IL-6 meningkat segera
setelah operasi dan masih konsisten
hingga 24 jam paskabedah
• Kadar IL-10 mencapai puncak
dalam 2 jam setelah operasi, dan
tetap konsisten kadarnya hingga 24
jam paskabedah
Kim,dkk
(2001)
Kim MH, Hahm TS. Plasma Levels of Interleukin-6 and Interleukin-10 Are Affected by Ketorolac as an Adjunct to Patient-Controlled Morphine After Abdominal Hysterectomy. The Clin J Pain 2001; 17:72-7
Tabel 9. Dinamika NRSI
Waktu Pengamatan
NRSI
Kemaknaan
Kelompok E + Parecoxib
(n=13)
Kelompok Epidural (n=13)
Min - Maks Median Min -Maks Median
Prabedah 0-2 0 0-1 0 p=0,956
2 jam paskabedah 0-0 0 0-0 0 p=1,00
24 jam paskabedah 0-1 0 0-1 0 p=0,311
Waktu Pengamatan
NRSB
Kemaknaan
Kelompok E +Parecoxib
(n=13)
Kelompok Epidural
(n=13)
Min - Maks Median Min -Maks Median
Prabedah 0-2 1 0-1 0 p=0,098
2 jam paskabedah 0-0 0 0-0 0 p=1,00
24 jam paskabedah 0-1 0 2-5 3 p=0,00
Tabel 10. Dinamika NRSB
Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan median, nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan.
Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan median, nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan.
• Tidak didapatkan perbedaan
intensitas nyeri saat istirahat (NRSI)
pada kedua kelompok.
• Intensitas nyeri saat bergerak
(NRSB) tampak lebih rendah pada
24 jam paskabedah di kelompok
kombinasi epidural+parecoxib
Pada
penelitian
ini
• Rofecoxib 25 mg + epidural anestesia
dibandingkan dengan kelompok
epidural nyeri dan kebutuhan
opiat lebih rendah pada kelompok
kombinasi
Buvanendran,
dkk
(2003)
1. Kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural
bupivakain 0,125% sebagai multimodal
analgesia menurunkan kadar sitokin pro-
inflamasi IL-6, meningkatkan kadar sitokin anti-
inflamasi IL-10, dan menurunkan rasio IL-6:IL-
10 serum pada 2 jam paskabedah
2. Kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural
bupivakain 0,125% sebagai multimodal
analgesia dapat menekan dan menstabilkan
kadar sitokin pro-inflamasi IL-6, sitokin anti-
inflamasi IL-10, dan rasio IL-6:IL-10 serum
dalam 24 jam paskabedah .
3. Kombinasi parecoxib 40mg IV dengan epidural
bupivakain 0,125% sebagai multimodal
analgesia dapat menurunkan NRS paskabedah.
4. Teknik multimodal analgesia kombinasi COX-2
selektif inhibitor dan epidural analgesia dapat
memberikan penanganan nyeri yang lebih baik
dan dapat menekan proses inflamasi sehingga
dapat mencegah terjadinya sensitisasi perifer
maupun sentral.
Perlu penelitian lanjutan pada penggunaan kombinasi COX-2
inhibitor dan analgesia epidural terhadap kadar sitokin pro-
inflamasi dan anti-inflamasi dengan waktu pengamatan yang
sesuai dengan waktu terapeutik parecoxib pada pemberian
ulangan berikutnya
Perlu penelitian lanjutan untuk melihat apakah teknik
multimodal analgesia kombinasi COX-2 selektif inhibitor
dengan epidural analgesia juga efektif dalam mempertahankan
homeostasis kadar sitokin dalam tubuh pada operasi yang
melibatkan organ viscera
Perlu pemeriksaan biometer lain sebagai penanda inflamasi
dengan melihat ekspresi kadar prostaglandin.
IL-6 IL-10 Rasio

More Related Content

Similar to IL-6 IL-10 Rasio

5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt
5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt
5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.pptFelix Chandra
 
Spinal Analgesia Dr. SRI.pptx
Spinal Analgesia Dr. SRI.pptxSpinal Analgesia Dr. SRI.pptx
Spinal Analgesia Dr. SRI.pptxAkmalFahrezzy1
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Pangestu S
 
Perbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptx
Perbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptxPerbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptx
Perbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptxAdityaRifqiFauzi1
 
Opioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptx
Opioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptxOpioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptx
Opioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptxKartikaRizkyLim
 
Intervensi perioperative
Intervensi perioperativeIntervensi perioperative
Intervensi perioperativeYulinar Syam
 
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...arungtiku
 
MATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptx
MATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptxMATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptx
MATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptxTaraManurung
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawatarymita
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxSofia Yanti Sari
 
PPT ASKEP MATERNITAS POST SC PRESUS.pptx
PPT ASKEP  MATERNITAS POST SC PRESUS.pptxPPT ASKEP  MATERNITAS POST SC PRESUS.pptx
PPT ASKEP MATERNITAS POST SC PRESUS.pptxRindii
 
DT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptx
DT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptxDT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptx
DT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptxTanSri4
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxAuliaDwiJuanita
 
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxCase 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxfiah0289
 

Similar to IL-6 IL-10 Rasio (20)

5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt
5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt
5 Journal Reading dr. Arshad Randomized print.ppt
 
PPT Journal Reading Anestesi
PPT Journal Reading AnestesiPPT Journal Reading Anestesi
PPT Journal Reading Anestesi
 
Spinal Analgesia Dr. SRI.pptx
Spinal Analgesia Dr. SRI.pptxSpinal Analgesia Dr. SRI.pptx
Spinal Analgesia Dr. SRI.pptx
 
Syok anafilaktik
Syok anafilaktikSyok anafilaktik
Syok anafilaktik
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
 
Perbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptx
Perbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptxPerbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptx
Perbedaan Rerata lebih dari 2 kelompok parametrik.pptx
 
Resume askep nyeri akut
Resume askep nyeri akut Resume askep nyeri akut
Resume askep nyeri akut
 
Opioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptx
Opioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptxOpioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptx
Opioid Free Anesthesia pada Prosedur Sirkumsisi.pptx
 
Intervensi perioperative
Intervensi perioperativeIntervensi perioperative
Intervensi perioperative
 
EWS.pptx
EWS.pptxEWS.pptx
EWS.pptx
 
Lapsus anes
Lapsus anesLapsus anes
Lapsus anes
 
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
 
MATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptx
MATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptxMATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptx
MATERI PS 5 ADHRIE TCI di ICU Final (1).pptx
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
 
PPT ASKEP MATERNITAS POST SC PRESUS.pptx
PPT ASKEP  MATERNITAS POST SC PRESUS.pptxPPT ASKEP  MATERNITAS POST SC PRESUS.pptx
PPT ASKEP MATERNITAS POST SC PRESUS.pptx
 
DT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptx
DT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptxDT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptx
DT_Tatalaksana Status Epileptikus_Yosepha Stephani.pptx
 
EWS MEWS.pptx
EWS MEWS.pptxEWS MEWS.pptx
EWS MEWS.pptx
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptx
 
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxCase 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
 

More from Department of Anesthesiology, Faculty of Medicine Hasanuddin University

More from Department of Anesthesiology, Faculty of Medicine Hasanuddin University (20)

Optimalization of the 3 stepladder who
Optimalization of the 3 stepladder whoOptimalization of the 3 stepladder who
Optimalization of the 3 stepladder who
 
Etik medikolegal pain management
Etik medikolegal pain managementEtik medikolegal pain management
Etik medikolegal pain management
 
Multidisciplinary pain management rsuh dr. takdri
Multidisciplinary pain management rsuh dr. takdriMultidisciplinary pain management rsuh dr. takdri
Multidisciplinary pain management rsuh dr. takdri
 
Biopsychosocial pain 2019
Biopsychosocial pain 2019Biopsychosocial pain 2019
Biopsychosocial pain 2019
 
Palliative care concept
Palliative care concept Palliative care concept
Palliative care concept
 
Cancer pain concept
Cancer pain concept  Cancer pain concept
Cancer pain concept
 
Nutrition risk assessment 2017
Nutrition risk assessment 2017Nutrition risk assessment 2017
Nutrition risk assessment 2017
 
Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017
Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017
Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017
 
Mengenal nyeri untuk peserta ipm ke dua 7 nov 2017 di makassar
Mengenal nyeri untuk peserta ipm ke dua 7 nov 2017 di makassarMengenal nyeri untuk peserta ipm ke dua 7 nov 2017 di makassar
Mengenal nyeri untuk peserta ipm ke dua 7 nov 2017 di makassar
 
1 introduction making musculoskeletal diagnosis v3
1 introduction   making musculoskeletal diagnosis  v31 introduction   making musculoskeletal diagnosis  v3
1 introduction making musculoskeletal diagnosis v3
 
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
 
Pedoman penatalaksanaan nyeri kanker.
Pedoman penatalaksanaan nyeri kanker.Pedoman penatalaksanaan nyeri kanker.
Pedoman penatalaksanaan nyeri kanker.
 
Start and run a pain clinic
Start and run a pain clinicStart and run a pain clinic
Start and run a pain clinic
 
Penatalaksanaan gagal nafas pada pasien morbid obesitas dengan penyulit ppok,...
Penatalaksanaan gagal nafas pada pasien morbid obesitas dengan penyulit ppok,...Penatalaksanaan gagal nafas pada pasien morbid obesitas dengan penyulit ppok,...
Penatalaksanaan gagal nafas pada pasien morbid obesitas dengan penyulit ppok,...
 
Kehamilan Pada Hipertensi Pulmoner di ICU
Kehamilan Pada Hipertensi Pulmoner di ICUKehamilan Pada Hipertensi Pulmoner di ICU
Kehamilan Pada Hipertensi Pulmoner di ICU
 
EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...
EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...
EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...
 
5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)
5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)
5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)
 
3a. dr. sri revisi makasar joint symposium
3a. dr. sri revisi makasar joint symposium3a. dr. sri revisi makasar joint symposium
3a. dr. sri revisi makasar joint symposium
 
2. prof. siti chasnak pocd 2016-updateprofsiti
2. prof. siti chasnak pocd 2016-updateprofsiti2. prof. siti chasnak pocd 2016-updateprofsiti
2. prof. siti chasnak pocd 2016-updateprofsiti
 
5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)
5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)
5. thomas lew how anaesthetic works (and why knowing matters)
 

Recently uploaded

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 

Recently uploaded (20)

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 

IL-6 IL-10 Rasio

  • 1. EFEK MULTI MODAL ANALGESIA PARECOXIB 40 MG INTRAVENA KOMBINASI DENGAN EPIDURAL BUPIVAKAIN 0,125% PADA PEMBEDAHAN EKSTREMITAS BAWAH TINJAUAN TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6, INTERLEUKIN -10, RASIO KADAR IL-6 : IL-10, SERTA INTENSITAS NYERI dr. Muhammad Nala Dr.dr.Syafri K.Arief,Sp.An,KIC-KAKV
  • 2. Latar Belakang Penelitian Nyeri paska bedah • Mempengaruhi morbiditas dan mortalitas Nyeri Paska Bedah • Beaugard dkk ( 2000) 40% mengalami nyeri paskabedah pada 24 jam • Apfelbaum dkk (2003) : 80% mengalami nyeri akut paska bedah • Sommer dkk (2007) : 41% pada 1490 pasien paskabedah mengalami nyeri pascabedah sedang – berat. Strategi Multimodal Analgesia • Kombinasi analgetik dengan mekanisme kerja berbeda pada jalur nyeri menurunkan skor nyeri, dosis total analgesia lebih sedikit dan efek samping lebih rendah
  • 3. Dikutip dari Cousins MJ. Acute pain management : scientific evidence. 2nd ed. Melbourne: Australian and New Zealand College of Anesthetics and Faculty of Pain Medicine; 2005. p. 34
  • 4. Peranan Sitokin Pada Proses Inflamasi Nyeri • Diproduksi oleh leukosit & beberapa jenis sel imun pada lokasi terjadinya cedera . • Memainkan peran penting respon terhadap inflamasi akut trauma jaringan + infeksi • Nyeri dan sistem imun saling mempengaruhi sulit menentukan memotong jalur nyeri akan mengurangi produksi sitokin inflamasi atau sebaliknya. • Bersifat proinflamasi atau anti-inflamasi SITOKIN
  • 5. INTERLEUKIN-6 Disekresi  Makrofag, monosit, eosinofil, hepatosit , astrosit, dan sel glia Konsentrasi dalam plasma dideteksi dalam 60 menit, puncak 4-6 jam dan bertahan hingga 10 hari pasca trauma Merupakan penanda paling sesuai dg derajat kerusakan jaringan Produksinya di induksi oleh TNF-α dan IL-1ß Mediator induksi dan kontrol pada sintesis protein fase akut yg dilepaskan o/ hepatosit selama stimuli nyeri PGE2 menginduksi produksi IL6 melalui subtipe reseptor prostaglandin EP yg akan mengaktifkan NF-κβ
  • 6. INTERLEUKIN-10 Dihasilkan oleh berbagai tipe sel seperti limfosit, monosit, makrofag, dan sel mast Merupakan sitokin anti-inflamasi yang sangat kuat menekan semua sitokin pro-inflamasi Ikut meningkat dalam sirkulasi darah selama pembedahan memelihara keseimbangan dengan sitokin pro- inflamasi .
  • 7. RUMUSAN MASALAH • Menurunkan kadar IL-6 • Meningkatkan kadar IL-10 • Menurunkan kadar ratio IL- 6/IL-10 • Menurunkan intensitas nyeri Apakah penggunaan kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan analgesia epidural bupivakain 0,125%
  • 8. • Menilai kadar IL-6, IL-10, rasio IL- 6/IL-10, dan intensitas nyeri terhadap pemberian kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan analgesia epidural bupivakain 0,125% paskabedah ekstremitas bawah TUJUAN PENELITIAN
  • 9. HIPOTESA PENELITIAN 1. Kadar IL-6 menurun, kadar IL-10 meningkat, dan rasio kadar IL-6/IL-10 menurun pada kelompok kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural bupivakain 0,125% dibandingkan kelompok epidural bupivakain 0,125% 2. NRS pada kelompok kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural bupivakain 0,125% lebih rendah dibandingkan kelompok epidural bupivakain 0,125%.
  • 10. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural bupivakain 0,125% dalam menurunkan kadar IL-6, meningkatkan kadar IL-10, serta pengelolaan nyeri paskabedah Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut sehubungan dengan multimodal analgesia pada berbagai jenis pembedahan MANFAAT PENELITIAN
  • 11.
  • 12. VARIABEL ANTARA TRAUMA PEMBEDAHAN VARIABEL BEBAS PARECOXIB 40 MG/IV KOMBINASI DENGAN EPIDURAL BUPIVACAINE 0,125 % VARIABEL BEBAS NaCl 0,9 % 2 CC/IV KOMBINASI DENGAN EPIDURAL BUPIVACAINE 0,125 % JALUR NEURAL TRANSDUKSI TRANSMISI JALUR HUMORAL PELEPASAN SITOKIN INFLAMASI COX-2 MODULASI PERSEPSI VARIABEL TERGANTUNG •IL-6 •IL-10 •Rasio IL-6: IL-10 • Intensitas Nyeri •PS ASA BMI TINGGI BADAN LAMA OPERASI UMUR KONSUMSI ANESTETIK LOKAL VARIABEL KENDALI Variabel Bebas Variabel Antara Variabel Kendali Variabel Tergantung
  • 13. Penelitian ini menggunakan desain penelitian uji acak tersamar ganda. Dilakukan mulai bulan September 2012 di RS. dr. Wahidin Sudirohusodo Berdasarkan tabel Isaac Michael, jumlah sampel adalah 26 subyek yang memenuhi kriteria penelitian, selanjutnya menjalani operasi ekstremitas bawah Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: - Kelompok perlakuan: mendapat analgesia epidural bupivacaine 0,125%+parecoxib 40 mg/IV - Kelompok kontrol: mendapat analgesia epidural bupivacaine 0,125%.
  • 14. • Akan menjalani pembedahan elektif ekstremitas bawah. • PS ASA 1-2. • Laki-laki. • Usia 20-50 tahun. • Tinggi badan diatas 150 cm. • BMI 18,5-25 kg/cm2. • Tidak leukositosis dan leukopeni. • Setuju dilakukan teknik anestesi dan analgesia epidural. • Ada persetujuan dari dokter primer yang merawatnya Kriteria Inklusi
  • 15. • Adanya kontra indikasi tindakan pemasangan kateter epidural. • Riwayat alergi terhadap obat yang digunakan. • Menderita penyakit kardiovaskular, sirosis hepar dan gagal ginjal. • Penggunaan NSAID terakhir kurang dari 5 hari sebelum operasi. Kriteria Eksklusi • Komplikasi pembedahan. • Durasi operasi lebih dari 3 jam. • Anestesi epidural yang tidak optimal Kriteria Drop out
  • 16. Pasien yang sesuai kriteria inklusi Consecutive random sampling Pengukuran kadar IL-6 dan IL-10 Dosis pemeliharaan anestesi epidural dengan bupivakain 0,5% 50% volume initial dose setiap 90 menit Placebo NaCl 0,9% 2 cc ivParecoxib 40 mg IV (2 cc) Prosedur anestesi •Initial dose : anestik lokal bupivakain 0,5% sebanyak 1-2 ml/dermatom via kateter epidural •Sedasi : propofol 25-100µg/kg/menit Pembedahan selesai Rescue bupivakain 3 cc via kateter epidural bila NRS>4 Analgesia dengan bupivakain 0,125% 5 cc/jam via epidural Pengolahan dan analisa data Kelompok Perlakuan Pemasangan kateter epidural pada interspace L2-L3 atau L3-L4 Test dose : Lidokain 2% 3 ml + epinefrin 1 200.000 Kelompok Kontrol Pemasangan kateter epidural pada interspace L2-L3 atau L3-L4 Test dose : Lidokain 2% 3 ml + epinefrin 1 200.000 30 menit prabedah 35 menit prabedah Pembedahan dimulai Pengukuran kadar IL-6 dan IL-10 (2 & 24 jam paska Bedah ) Alur Penelitian
  • 17. Hasil Penelitian Variabel Kelompok Epidural + Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Kemaknaan (nilai p) Min-Maks Mean±SD Min-Maks Mean±SD Umur 18-48 29,15±9,63 23-50 36,31±10,15 P=0,080 Tinggi Badan 154-173 165,15± 5,62 157-174 168,0 ±4,45 P=0,165 BMI 20,01- 24,80 21,18±1,39 20,20-24,38 22,09±1,45 P=0,081 Durasi Operasi 100-175 139,61(25,85) 100-175 141,92±21,05 P=0,817 Konsumsi Anestesi Lokal 90-135 110,76±23,34 90-135 110,76±23,34 P=1,000 Tabel 1. Karakteristik Sampel Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan rerata/mean (standar deviasi) kemudian probabilitas (nilai p) diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan. Tabel 2. Karakteristik status fisik Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan rerata/mean (standar deviasi) kemudian probabilitas (nilai p) diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan. Variabel Kelompok Epidural + Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Kemaknaan (nilai p) Min-Maks Median Min-Maks Median PS ASA 1-2 1,00 1-2 1,00 P=1,000
  • 18. KADAR IL-6 Tabel 3. Kadar IL-6 serum Waktu Pengamatan Kelompok Epi +Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Nilai p Mean ±SD Mean±SD Prabedah 21,030±2,460 16,153±6,534 0,096 2 jam paskabedah 16,027±5,438 22,865 ±3,631 0,002 24 jam paskabedah 22,614±2,755 24,241±3,446 0,369 Data disajikan dalam bentuk nilai mean,simpangan deviasi dan nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, bermakna jika p<0,05. Grafik 1. Kadar IL-6 serum 16.153 22.865 24.241 21.03 16.027 22.614 0 5 10 15 20 25 30 Prabedah 2 jam pascabedah 24 jam pasca bedah KadarIL-6(pg/ml) Kontrol Parecoxib p=0,002
  • 19. Perubahan Velocity IL-6 prabedah ke 2 jam paskabedah Kelompok Epi + P Kelompok Epi Nilai p ∆IL-6 % ∆ IL-6 % -5,003 ↓ 24 % 6,711 80↑ 0,049 Velocity IL-6 2 jam paskabedah ke 24 jam paskabedah Kelompok Epi + P Kelompok Epi Nilai p ∆ IL-6 % ∆ IL-6 % 6,587 61↑ 1,375 9,1↑ 0,004 Velocity IL-6 prabedah ke 24 jam paskabedah Kelompok Epi + P Kelompok Epi Nilai p ∆ IL-6 % ∆ IL-6 % 1,584 8↑ 8,086 91↑ 0,001 Data disajikan dalam bentuk velocity nilai IL-6 selama pengamatan. Velocity diukur dengan Independent Sample Test, Nilai p<0,05 dinyatakan bermakna Tabel 4. Perubahan Velocity IL-6
  • 20. • 105 pasien operasi abdomen tiga tekhnik analgesia paskabedah, PCEA lebih menekan respon sitokin pro- inflamasi dibanding IOR dan PCA. Beilin,dkk (2003) • 48 pasien operasi ekstremitas bawah epidural preemptive menurunkan intensitas nyeri, namun tidak dapat menekan respon humoral. Ahmad ,R (2011) • Pemberian parecoxib 40 mg IM operasi optamologi kadar IL-6 menurun pada paskabedah sampai 6 jam Xu,dkk (2010) Ahmad MR. Peran analgesia epidural preemtif terhadap intensitas nyeri, respon hemodinamika serta dinamika kadar sitokin proinflamasi dan antiinflamasi pada paskabedah ekstremitas bawah [Disertasi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012 Xu LL., Shen, J J & Zhou, H. Y. 2010. Effects of parecoxib sodium preemtive analgesia on perioperative cytokine responses and stress responses in patients undergoing opthalmology surgery. Chin J Med Gen, 90, 1893-1896. Beilin B, Bessler H, Mayburd E, Smirnov G, Dekel A, Yerdeni I, et al. Effect of preemtive analgesia on pain and cytokine production in postoperative period. Am Societ Anesth. 2003;98(1):151-5.
  • 21. Kadar IL-10 Waktu Pengamatan Kelompok Epi +Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Nilai p Mean ±SD Mean±SD Prabedah 2,2228±1,528 1,7927±0,961 0,590 2 jam paskabedah 4,4589±3,646 2,4041±1,172 0,144 24 jam paskabedah 3,9804±1,712 4,9627±3,458 0,739 Data disajikan dalam bentuk nilai mean,simpangan deviasi dan nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, bermakna jika p<0,05. Grafik 3. Perbandingan kadar IL-10 kelompok epidural dan epidural+parecoxib 1.7927 2.4041 4.9627 2.2228 4.4589 3.9804 0 1 2 3 4 5 6 Prabedah 2 jam pascabedah 24 jam pasca bedah KadarIL-10(pg/ml) Kontrol Parecoxib p=0,144 p=0,590 p=0,739
  • 22. Tabel 6. Perubahan velocity IL-10 selama pengamatan pada kedua kelompok Velocity IL-10 prabedah ke 2 Jam paskabedah Kelompok Epi + P Kelompok Epidural Nilai p ∆IL-10 % ∆ IL-10 % 2,2362 111,5↑ 0,6114 69,6↑ 0,025 Velocity IL-10 2 Jam paskabedah ke 24 Jam paskabedah Kelompok Epi + P Kelompok Epidural Nilai p ∆ IL-10 % ∆ IL-10 % -0,4785 40,1↓ 2,5586 134,8↑ 0,019 Velocity IL-10 prabedah ke 24 Jam paskabedah Kelompok Epi + P Kelompok Epidural Nilai p ∆ IL-10 % ∆ IL-10 % 1,7576 120,7↑ 3,1700 275,1↑ 0,015 Data disajikan dalam bentuk velocity nilai IL-10 selama pengamatan. Velocity diukur dengan Independent Sample Test, Nilai p diuji dengan Independent Sample Test. Bermakna jika p< 0,05
  • 23. • Kadar IL-10 pasien yang menjalani pembedahan abdomen atas dengan anestesi CEGA meningkat • Kadar plasma IL-10 indikator yang berguna dari besarnya stres paskabedah Kato,dkk (1998) • 35 pasien yang menjalani operasi kanker colon kadar IL-10 pada 3 dan 24 jam paskabedah kelompok anestesi epidural meningkat secara signifikan dibanding pada anestesi intravena Moselli,dkk (2011) Kato M, Suzuki H, Murakami M, Akama M, Matsukawa S, Hashimoto Y. Elevated plasma levels of interleukin-6, interleukin- 8, and granulocyte colony-stimulating factor during and after major abdominal surgery. J Clin Anesth 1997;9:293– 8. Moselli NM, Baricocchi E, Ribero D, Sottile A. Intraoperative epidural analgesia prevent the early proinflamatory response to surgical Trauma. Result from a prospective randomized clinical trial of intraoperative epidural vs general anestesia. Ann.Surg.Oncol. 2011;18:2722-31.
  • 24. Rasio Kadar IL-6/IL-10 Tabel 7. Kadar Ratio IL6-/IL-10 Serum Waktu Pengamatan Kelompok Epi + Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Nilai p Mean ±SD Mean±SD Prabedah 12,5217±5,755 11,0619±6,434 0,590 2 jam paskabedah 5,7090±3,932 11,8343±5,749 0,006 24 jam paskabedah 7,4512±5,504 7,4703±5,026 0,980 Grafik 4. Perbandingan kadar ratio IL-6/IL-10 kelompok epidural dan epidural + parecoxib Data disajikan dalam bentuk nilai mean,simpangan deviasi dan nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, bermakna jika p<0,05. 11.0619 11.8343 7.4703 12.5217 6.2591 7.4512 0 2 4 6 8 10 12 14 Prabedah 2 jam pascabedah 24 jam pasca bedah RatioIL-6/IL-10(pg/ml) Kontrol Parecoxib p=0,006 p=0,590 p=0,980
  • 25. Tabel 8. Perubahan Velocity ratio kadar IL-6/IL-10 kedua kelompok Velocity ratio IL-6/IL-10 prabedah ke 2 jam paskabedah Kelompok Epi+ P Kelompok Epidural Nilai p ∆Ratio IL-6/IL-10 % ∆ Ratio IL-6/IL-10 % -6,81 -52,2↓ 0,77 57,1 ↑ 0,001 Velocity ratio IL-6/IL-10 2 jam paskabedah ke 24 jam paskabedah Kelompok Epi+ P Kelompok Epidural Nilai p ∆ Ratio IL-6/IL-10 % ∆ Ratio IL-6/IL-10 % 1,74 87,4↑ -4,36 -24,4↓ 0,014 Velocity ratio IL-6/IL-10 prabedah ke 24 jam paskabedah Kelompok Epi+ P Kelompok Epidural Nilai p ∆ Ratio IL-6/IL-10 % ∆ Ratio IL-6/IL-10 % -5,07 -33,5↓ -3,59 -3,2↓ 0,015 Data disajikan dalam bentuk velocity nilai rasio kadar IL-6/IL-10 selama pengamatan. Velocity diukur dengan Independent Sample Test, Nilai p<0,05 dinyatakan bermakna
  • 26. • Efek pemberian natrium diklofenak kadar IL-6 dan IL-10 Pembedahan urologi • Kadar IL-6 menurun secara signifikan dibanding placebo pada 12 jam paska bedah • Kadar IL-10 ditemukan meningkat secara bermakna dibanding plasebo pada 6 jam paska bedah Mahdy,dkk Mahdy AM, Galley H.F, Wahed MA, El Korny AF. Differential modulation of interleukin-6 and interleukin-10 by diclofenac in patient undergoing major surgery. Br J Anesth 2002; 88:797-802
  • 27. • 22 pasien operasi abdominal histerektomi membandingkan ketorolac+morfin dengan ketorolac . • Kadar IL-6 meningkat segera setelah operasi dan masih konsisten hingga 24 jam paskabedah • Kadar IL-10 mencapai puncak dalam 2 jam setelah operasi, dan tetap konsisten kadarnya hingga 24 jam paskabedah Kim,dkk (2001) Kim MH, Hahm TS. Plasma Levels of Interleukin-6 and Interleukin-10 Are Affected by Ketorolac as an Adjunct to Patient-Controlled Morphine After Abdominal Hysterectomy. The Clin J Pain 2001; 17:72-7
  • 28. Tabel 9. Dinamika NRSI Waktu Pengamatan NRSI Kemaknaan Kelompok E + Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Min - Maks Median Min -Maks Median Prabedah 0-2 0 0-1 0 p=0,956 2 jam paskabedah 0-0 0 0-0 0 p=1,00 24 jam paskabedah 0-1 0 0-1 0 p=0,311 Waktu Pengamatan NRSB Kemaknaan Kelompok E +Parecoxib (n=13) Kelompok Epidural (n=13) Min - Maks Median Min -Maks Median Prabedah 0-2 1 0-1 0 p=0,098 2 jam paskabedah 0-0 0 0-0 0 p=1,00 24 jam paskabedah 0-1 0 2-5 3 p=0,00 Tabel 10. Dinamika NRSB Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan median, nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan. Data disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal dan median, nilai p diuji dengan Mann Whitney-U Test, p<0,05 dinyatakan signifikan.
  • 29. • Tidak didapatkan perbedaan intensitas nyeri saat istirahat (NRSI) pada kedua kelompok. • Intensitas nyeri saat bergerak (NRSB) tampak lebih rendah pada 24 jam paskabedah di kelompok kombinasi epidural+parecoxib Pada penelitian ini • Rofecoxib 25 mg + epidural anestesia dibandingkan dengan kelompok epidural nyeri dan kebutuhan opiat lebih rendah pada kelompok kombinasi Buvanendran, dkk (2003)
  • 30. 1. Kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural bupivakain 0,125% sebagai multimodal analgesia menurunkan kadar sitokin pro- inflamasi IL-6, meningkatkan kadar sitokin anti- inflamasi IL-10, dan menurunkan rasio IL-6:IL- 10 serum pada 2 jam paskabedah 2. Kombinasi parecoxib 40 mg IV dengan epidural bupivakain 0,125% sebagai multimodal analgesia dapat menekan dan menstabilkan kadar sitokin pro-inflamasi IL-6, sitokin anti- inflamasi IL-10, dan rasio IL-6:IL-10 serum dalam 24 jam paskabedah .
  • 31. 3. Kombinasi parecoxib 40mg IV dengan epidural bupivakain 0,125% sebagai multimodal analgesia dapat menurunkan NRS paskabedah. 4. Teknik multimodal analgesia kombinasi COX-2 selektif inhibitor dan epidural analgesia dapat memberikan penanganan nyeri yang lebih baik dan dapat menekan proses inflamasi sehingga dapat mencegah terjadinya sensitisasi perifer maupun sentral.
  • 32. Perlu penelitian lanjutan pada penggunaan kombinasi COX-2 inhibitor dan analgesia epidural terhadap kadar sitokin pro- inflamasi dan anti-inflamasi dengan waktu pengamatan yang sesuai dengan waktu terapeutik parecoxib pada pemberian ulangan berikutnya Perlu penelitian lanjutan untuk melihat apakah teknik multimodal analgesia kombinasi COX-2 selektif inhibitor dengan epidural analgesia juga efektif dalam mempertahankan homeostasis kadar sitokin dalam tubuh pada operasi yang melibatkan organ viscera Perlu pemeriksaan biometer lain sebagai penanda inflamasi dengan melihat ekspresi kadar prostaglandin.