3. CONTINUE
• Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit
autoimun kronis dari transmisi neuromuskular
yang menghasilkan kelemahan otot. Istilah
Myasthenia adalah bahasa Latin untuk
kelemahan otot, dan Gravis untuk berat atau
serius.
• Menurut kamus kedokteran, penyakit autoimun
itu sendiri adalah suatu jenis penyakit dimana
antibodi menyerang jaringan-jaringannya sendiri
4. • Myasthenia Gravis disebabkan oleh adanya
antibodi yang merintangi, merubah bahkan
merusak penerimaan zat asetilkolin, sehingga
hal ini menghalangi terjadinya kerja otot.
• Antibodi ini dihasilkan oleh sistem imun tubuh
sendiri.
• Itulah sebabnya Myasthenia Gravis
dimasukkan dalam golongan penyakit
autoimun.
5. LANJUTAN....
• Pada Myasthenia Gravis, ada sebanyak 80%
penurunan pada angka reseptor asetilkolin.
• Untuk alasan yang tidak dimengerti, sistem
imun pada orang dengan Myasthenia Gravis
membuat antibodi melawan reseptor pada
persimpangan neuromuscular.
6. Lanjutannnnnnn
• Antibodi menghancurkan reseptor dengan
lebih cepat dibanding tubuh bisa
menggantikan mereka lagi.
• Kelemahan otot terjadi ketika asetilkolin tidak
dapat menggerakkan reseptor pada
persimpangan neuromuskular.
7. • Miastenia Gravis menyerang semua usia, paling
banyak ditemukan pada usia 20-40 tahun.
• Penyakit ini menyerang pria dan wanita secara
seimbang. Sedangkan bayi yang dilahirkan oleh ibu
Miastenia gravis akan memiliki Miastenia transient
dengan persentase 20%.
• Penyakit ini akan muncul bersamaan dengan
gangguan sistem kekebalan dan gangguan tiroid.
Sekitar 15% dari penderita Miastenia Gravis
mengalami thymoma (tumor yang dibentuk oleh
jaringan kelenjar timus).
8. Tanda dan gejala
• Gangguan otot-otot okular yang menimbulkan
ptosis dan diplopia
• Tampilan wajah yang kosong serta tanpa ekspresi
dan nada vocal hidung, yang semua terjadi
sekunder karena kerusakan transmisi pada nervus
kranalis yang mempersarafi otot-otot wajah
9. lanjuttaannnn
• Miastenia gravis juga menyerang otot-otot
laring, dan faring dan otot pernafasan
• Kelemahan otot-otot leher dengan kepala
yang miring ke belakang untuk melihat
10.
11. Fisiologi Kontraksi Otot
Impuls Saraf
Akson Pre-Sinap
Depolarisasi
Vesikel Ach
Difusi
Ca2+ masuk
Ach +AchR
Perub.
Permeabilitas
Kanal Na Terbuka
– Na masuk
Potensial Aksi Ca2+ keluar
Interaksi Aktin
& Miosin
KontraksiMiastenia Grafis
Bachrudin, 2010
12. Patofisiologi
- Sel imun menghasilkan
antibodi reseptor
asetilkolin.
- Anti-AChR memblok
AChR, sehingga Ach
tidak dapat
berikatan.Anti AChR
juga dapat mengurangi
jumlah AChR dengan
cara menghancurkan
ikatan dengan membran
post-sinaptik.
Bachrudin, 2010
16. TES KLINIS SEDERHANA
TES WARTENBERG : PASIEN MEMANDANG
OBJEK DI ATAS BIDANG ANTARA KEDUA BOLA
MATA SELAMA > 30 DETIK
#HASIL POSITIVE : BILA TERJADI PTOSIS
17. TES PITA SUARA :
PENDERITA MENGHITUNG 1-100.
# POSITIVE : BILA SUARA MENGHILANG SECARA
BERTAHAP.
18. • TES FARMAKOLOGIK
TES TENSILON (EDROFONIUM)
SANGAT BERGUNA, BILA PEMERIKSAAN
ANTIBODY NEGATIVE SEDANGKAN GEJALA DI
DUGA KUAT “M.G”
19. • CARA KERJA
INJEKSI EDROFONIUM HCL 2 MG (I.V)
#POSITIVE BILA TERJADI PERBAIKAN GEJALA
KLINIS
25. • KADANG TERDAPAT KEADAAN YANG
BERKEMBANG MENJADI KELUMPUHAN OTOT
DAN PARALISIS OTOT NAFAS.
HAL INI ADALAH “KASUS DARURAT”
PADA MIASTEMIA GRAVIS, DI KATAKAN BERADA
DALAM KRISIS BILA :
“TIDAK DAPAT” MENELAN,
MEMBERSIHKAN SEKRET, ATAU BERNAFAS
ADEKUAT TANPA ALAT BANTU.
26. ADA 2 JENIS KRISIS PADA MIESTEMIA GRAVIS.
• 1 KRISIS MIASTEMIK
KEADAAN YANG MEMBUTUHKAN ANTI
KOLINESTERASI LEBIH BANYAK.
DI KARENAKAN, TIDAK MEMPEROLEH
OBAT YG ADEKUAT, DAN DAPAT DI CETUS OLEH
INFEKSI, PASCA BEDAH, PARTUS, ATAU
PENGARUH OBAT.
27. • TINDAKAN YANG DI PERLUKAN ADALAH
KONTROL JALAN NAFAS, PEMBERIAN ANTI
KOLONESTERASE, BILA PERLU OBAT IMUNO
SUPRESAN DAN PASMAFERESIS
28. • KRISIS KOLINERGIK.
AKIBAT KELEBIHAN DARI OBAT ANTI
KOLINESTERASE, DENGAN GEJALA :
BINGUNG
PUCAT
BERKERINGAT
PUPIL MIOSIS SPONTAN
29. • TINDAKAN YANG DI PERLUKAN
KONTROL JALAN NAFAS
HENTIKAN ANTI KOLINESTERASE
BERI ATROPIN 1 MG (IV)
BILA PERLU BERI IMUNO SUPRESAN
30. Perbedaan kedua krisis diantaranya:
Krisis Miastenik Krisis Kolinergik
• Meningkatnyatekanan darah
• Takikardia
• Gelisah
• Ketakutan
• Meningkatnya sekresi bronkhial,
air mata dan keringat
• Kelemahan otot umum
• Kehilangan refleks batuk
• Kesulitan bernafas, menelan
dan bicara
• Penurunan output urine
• Menurunnya tekanan darah
• Bradikardia
• Gelisah
• Ketakutan
• Meningkatnya sekresi bronkhial,
air mata dan keringat
• Kelemahan otot umum
• Kesultan bernapas, menelan
dan bicara
• Mual, muntah
• Diare
• Kram abdomen
31. Menurut Corwin (2009), penatalaksanaan pada
pasien dengan miastenia gravis adalah:
– Periode istirahat yang sering selama siang hari untuk
menghemat energi.
– Timektomi (pengangkatan timus melalui
pembedahan).
– Perawatan pasca operasi dan pengontrolan jalan
napas.
– Krisis miastenik dapat diatasi dengan obat tambahan
dan bantuan pernapasan jika perlu
– Krisis kolinergik diatasi dengan atropin (penyekat
asetilkolin) dan bantuan pernapasan, sampai gejala
hilang
32. • Plasmaferesis (dialisis darah dengan pengeluaran
antibodi IgG).
• Tiap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 3-8
kali dengan dosis 50 ml/kg BB
• Terapi farmakologi
a. Antikolinesterase, memperpanjang waktu paruh
asetilkolin pada neuromuskular
b. Steroid (prednisolon sekali sehari secara selang-
seling atau alternate days)
c. Azatioprin merupakan obat imunosupresif
d. Obat anti-inflamasi untuk membatasi serangan
autoimun
33. 1. Pencegahan Primer
•Bentuk pencegahan yang dilakukan pada
saat individu belum menderita sakit
•Bentuk upaya yang dilakukan yaitu dengan
cara promosi kesehatan atau penyuluhan
•Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan
dalam melakukan pekerjaan dan menjaga
kondisi untuk tidak stres.
34. LANJUTAN...
2. Pencegahan Sekunder
•Ditujukan pada individu yang sudah mulai
sakit dan menunjukkan adanya tanda dan
gejala
•Dilakukan dengan pengobatan antara lain
dengan mempengaruhi proses imunologik
pada tubuh individu, yang bisa dilaksanakan
dengan; Timektomi, Kortikosteroid,
Imunosupresif yang biasanya menggunakan
Azathioprine.
35. LANJUTAN....
3. Pencegahan Tersier (Rehabilitasi)
• Mengusahakan agar penyakit yang di derita tidak
menjadi hambatan bagi individu serta tidak terjadi
komplikasi pada individu
• Mencegah untuk tidak terjadinya penyakit infeksi
pada pernafasan
• Istirahat yang cukup
• Pemberian kacamata khusus yang dilengkapi dengan
pengait kelopak mata
• Mengontrol pasien Miastenia gravis untuk tidak
minum obat-obatan tikolinesterase secara
berlebihan