1. KEARIFAN LOKAL BANGKA BELITUNG : LADA PUTIH MUNTOK
Anggota Kelompok :
1. Muhammad Iqbal (12775)
2. Sekar Nur Insani
3. Pustika Adwiyani (12786)
4. Ayu Ainullah Muryasani (12792)
Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
2. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lada putih Muntok merupakan produk andalan dari Bangka Belitung. Lada Muntok ini
memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh daerah atau negara lain, yaitu lada ini memiliki
rasa pedas yang sangat khas dan aromanya. Masyarakat Bangka Belitung secara turun-temurun
sudah diajarkan untuk bertanam lada. Komoditi lada putih ini memberikan kontribusi dalam
peningkatan perekonomian daerah dan sudah menjadi budaya mereka sendiri.
Selama ratusan tahun, komoditas yang mulai ditanam di Bangka Belitung pada abad
ke-16 itu dikelola secara tradisional hanya dengan mengandalkan pengetahuan alami petaninya.
Mereka cenderung berjuang sendiri menghadapi berbagai persoalan terkait perladaan, mulai
dari masalah ketersediaan lahan yang semakin menyusut akibat alih fungsi, masalah
pembibitan, pemupukan dan pemberantasan hama hingga masalah pemasaran.
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah NKRI secara umum dan Pemerintah Bangka Belitung
secara khusus butuh langkah-langkah strategis, antara lain peningkatan produktivitas, mutu, efisiensi
biaya produksi dan pemasaran. Oleh karena itu perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen lada di
tingkat petani sangat diperlukan agar produk lada Bangka Belitung mampu bersaing.
B. Tujuan
Mengenal kearifan lokal Bangka Belitung dalam budidaya lada putih muntok
Mengetahui upaya-upaya menjaga kearifan local lada putih muntok
3. II. TINJAUAN PUSTAKA
Sampai tahun 2005 diketahui sebanyak 35% lahan lada berada di kawasan Bangka
Belitung sehingga daerah ini terkenal sebagai wilayah pengeskspor lada putih. Akan tetapi,
lahan pertanaman lada mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu sebesar 7,4% per tahun
(Daras dan Pranowo, 2009).
Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) telah diterbitkan yang diharapkan dapat semakin
meningkatkan mutu dan kualitas Lada Putih Muntok di pasar luar negeri. Sejak 28 April 2010
lalu telah diterbitkan suatu sertifikat untuk menjamin kualitas Lada Putih Muntok tersebut.
Dasar penerbitan Sertifikat Indikasi Geografis ini berdasarkan Undang-undang Nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek juncto Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 tahun 2007 Tentang
Indikasi Geografis. Dengan adanya Perlindungan atas Indikasi Geografis ini, Lada Putih
Muntok telah diakui memiliki ciri khas dan atau kualitas tertentu yang hanya ada di suatu
daerah yaitu Muntok (Anonim, 2011).
Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008, Rencana Tata ruang Wilayah Nasional menetapkan
Kota Muntok yang mempunyai fungsi sebagai Ibukota Kabupaten Bangka Barat sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKL) dengan PKN terdekat Palembang. Sebagai ibukota Kabupaten
Bangka Barat, Kota Muntok ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata sejarah dalam Rencana
Induk Pariwisata Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini ditegaskan dalam
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM. 13/PW.007/MKP/2010 tentang
Penetapan Pesanggrahan Menumbing, Pesanggrahan Muntok, Mesjid Jami', Kelenteng King
Fuk Miau, Rumah Mayor Cina, dan Eks Kantor Wilasi Timah Zaman Belanda di Muntok
sebagai benda cagar budaya, situs atau kawasan cagar budaya (Anonim, 2013).
4. III. PEMBAHASAN
A. Taksonomi dan Botani
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
Lada, disebut juga Merica/Sahang, yang mempunyai nama Latin Piper Albi Linn adalah sebuah
tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati.
Bagian-Bagian Tanaman
Batang
Batang tanaman lada tumbuh merambat pada suatu tiang, terkadang juga menjalar di
permukaan tanah. Panjang batang bisa mencapai 15 meter, namun dalam budi dayatanaman lada,
biasanya batang akan dipotong dan hanya disisakan sekitar 2,75-3 meter. Bentuk batang pada tanaman
lada adalah beruas-ruas seperti tanaman tebu dan panjang ruas bukunya berkisar 4–7 cm.
Akar
Akar yang dimiliki oleh tanaman lada adalah akar tunggang dengan ukuran kecil. Akar
dibedakan menjadi yakni akar lekat dan akar tanah. Akar lekat adalah akar yang tumbuh pada setiap
ruas buku yang berada di permukaan tanah dan mempunyai panjang rata-rata 2,5-3,5 cm. Kemudian
akar tanah adalah akar yang tumbuh pada batang tanaman lada yang berada di dalam tanah. Dari satu
suku batang bisa tumbuh sekitar 10-20 helai akar.
Daun
Daun tanaman lada berbentuk bulat telur, namun ujungnya meruncing. Pada belahan atas, daun
berwarna hijau tua mengkilat, sedang yang bawah berwarna hijau pucat. Panjangnya bisa mencapai
12–18 cm dengan ukuran lebar 5–10 cm. Biasanya kuncup daun lada terbungkus oleh kelopak (sisik).
5. B. Syarat Tumbuh dan Budidaya
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan 2.000-3.000 mm/th
Cukup sinar matahari (10 jam sehari)
Suhu udara 20°C-34°C
Kelembaban udara 50-100%
Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang
Media Tanam
Subur dan kaya bahan organic
Tidak tergenang atau terlalu kering
pH tanah 5,5-7,0
Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol
Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m
Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300
Ketinggian tempat 300-1.100 mdpl
Budidaya
Pembibitan
Bibit terjamin kemurnian dan kualitasnya, berasal dari pohon induk yang sehat. Bebas dari hama
dan penyakit tanaman. Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun
(Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar).
Pengolahan Media Tanam
• Tanah galian dibiarkan terbuka sekurang-kurangnya 40 hari sebelum penanaman.
• Tanah yang berasal dari bagian atas dicampur pupuk organik/pupuk kandang dan
infestasi Trichoderma harzianu.
• Dolomite dapat ditambahkan bila diperlukan.
6. Teknik Penanaman
Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m), tetapi juga bisa ditanam dengan
tanaman lain (tumpang sari). Ukuran lubang tanam 45 x 45 x 45 cm sampai 60 x 60 x 60 cm (panjang
x lebar x dalam). Biarkan lubang tanam 40 hari, kemudian bibit ditanam. Waktu penanaman
sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau
16.30-18.00 sore. Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat ke bawah,
sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas. Taburkan pupuk
kandang 0,75-100 gram/tanaman. Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas.
Pemeliharaan Tanaman
Pengikatan Sulur Panjat, Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin
dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada
tiang panjat.
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Perempalan dilakukan pada, Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama
dan penyakit. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif. Batang yang sudah
tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
Pemupukan Susulan menggunakan pupuk organik.
Pengairan dan Penyiraman pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada
musim hujan tidak boleh tergenang.
Pemberian mulsa pada umur 3-5 bulan, atau beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman
tahunan ataupun alang-alang.
Penggunaan Ajir mati dari bahan kayu. Pangkal ajir diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang
untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi ajir. Panjang tajar ajir
2,5-3 m.
7. Hama dan Penyakit
Hama
1. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk
daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan
menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang atau lakukan
penyemprotan dengan bahan organic
2. Hama bunga.
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya,
ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang
bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar
1 bulan. Pengendalian: pemotongan pada tandan bunga atau lakukan penyemprotan dengan
bahan organik.
3. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan
empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah
kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus
hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang
ada pada tandan buah atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik.
Penyakit
1. Penyakit busuk pangkal batang (BPB)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui.
Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman
dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan :
penanaman jenis lada tahan penyakit BPB.
2. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus
(Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti
8. Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada,
ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat
lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman.
Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang.
Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning
dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan
persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
C. Manfaat dan Khasiat
Tanaman lada putih muntok sangat terkenal di Indonesia bahkan
mancanegara. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas ekspor di Indonesia
yang termasuk jajaran tinggi. Lada putih banyak diminati karena
pemanfaatannya yang cukup banyak diantaranya tanaman ini memiliki khasiat
untuk obat. Keunggulan dari lada putih muntok yaitu tanaman ini mengandung
zat piperin, piperanin, dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin
dengan alkaloid. Aroma tanaman lada berasal dari minyak atsiri yang
terkandung pada tanaman tersebut.
Khasiat dari tanaman lada diantaranya untuk stimulant pengeluaran
keringat (diaphoretik), pengeluaran angin (carminativ), peluruhan air kencing
(diuretik), peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar pencernaan,
dan obat reumatik.
Lada putih dapat membantu mengurangi arthritis dikarenakan lada putih
mengandung capsaicin yang memiliki sifat anti inflamasi, menurunkan berat
badan, menjaga kesehatan jantung, meningkatkan pencernaan, dan adanya zat
flavonoid dan vitamin yang bersifat anti oksidan dapat melawan organisme yang
masuk dalam tubuh, serta meningkatkan pencernaan.
9. D. Nilai Sejarah
Lada putih Muntok merupakan produk andalan dari Bangka Belitung.
Lada Muntok ini memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh daerah atau
negara lain, yaitu lada ini memiliki rasa pedas yang sangat khas dan aromanya,
sehingga dengan adanya jaminan dan garansi lewat hak paten ini bisa
meningkatkan kepercayaan importir terhadap Lada Muntok.
Masyarakat Bangka Belitung secara turun-temurun memang sudah
diajarkan untuk bertanam lada. Komoditi lada putih ini memberikan
kontribusi dalam peningkatan perekonomian daerah dan sudah menjadi budaya
mereka sendiri. Selain itu, penurunan lahan lada cukup signifikan sampai
55,2% , hal ini dikarenakan banyak dari masyarakat yang beralih kerja menjadi
seorang penambang timah dan akhirnya lahan lada pun ikut terenggut. Melihat
dari kondisi penurunan lahan dan potensi dari lada putih yang bernilai ekonomis,
pemerintah Bangka Belitung sebaiknya mulai mengambil langkah untuk
mengembalikan kejayaan lada putih dengan menempatkan eksportir terbesar
berada pada Bangka Belitung secara khusus, dan Indonesia pada umumnya.
10. E. Analisis SWOT
1. Kekuatan (Strength)
a. Tersedianya lahan yang sangat luas untuk ditanami lada, baik lahan yang
sesuai maupun sangat sesuai
b. Tersedianya berbagai paket teknologi, mulai dari teknologi pembibitan,
budi daya sampai dengan teknologi pascapanen. Berbagai teknologi tersebut
telah disosialisasikan kepada petani.
c. Biaya produksi atau biaya usaha tani lada Indonesia lebih rendah
dibanding negara pesaing, dan masih mempunyai keunggulan komparatif
dan kompetitif.
d. Terbukanya peluang untuk melakukan diversifikasi produk (lada putih,
lada hitam, lada hijau, lada bubuk dan minyak oleoresin lada), apabila
produk utama harganya jatuh.
e. manfaat dan khasiat dari lada putih untuk berbagai bidang kehidupan
seperti untuk bumbu masak, pengobatan , dan pewangi.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Produktivitas rata-rata nasional masih rendah, sekitar 823 kg/ha, karena
belum semua petani menggunakan bibit dan teknologi budi daya anjuran.
b. Proses pengolahan produk kurang higienis.
c. Peran kelembagaan tani (APLI, KUD, kelompok tani) masih lemah, serta
peran kelembagaan pemasaran (pedagang, eksportir yang terhimpun dalam
AELI) belum berpihak kepada petani.
d. Tingginya harga sarana produksi (pupuk, pestisida) dan kurangnya
prasarana jalan, sehingga harga sarana produksi menjadi tinggi dan harga
jual produk kurang bersaing
e. fluktuasi harga yang tidak menentu dan terkadang dapat merugikan hasil
panen petani
11. 3. Peluang (Opportunity)
a. Produksi lada Indonesia tahun 2003− 2005 menduduki urutan kedua
setelah Vietnam, sehingga mempunyai posisi tawar (bargaining position)
cukup kuat.
b. Pangsa ekspor lada Indonesia terhadap dunia masih rendah
(19,80%),sehingga masih terbuka peluang untuk meningkatkan pangsa
ekspor.
c. Luas areal dan produksi lada Indonesia selama tahun 2000−2005
cenderung meningkat.
d. Peran lada sebagai penghasil devisa negara dari subsektor perkebunan
menduduki peringkat keempat setelah minyak sawit, karet, dan kopi.
4. Ancaman (Threats)
a.Ancaman dalam agribisnis lada adalah munculnya pesaing baru yaitu
Vietnam dengan produksi dan ekspor lada yang menduduki peringkat
pertama dunia.
b.Organisme pengganggu tanaman yang dapat menyebabkan penyakit
c.Apabila tidak diikembangkan, maka Indonesia akan mati terkait komoditas
lada dan kejayaan itu semakin suram
d.Lahan yang semakin sempit menjadi tantangan tersendiri dalam
bertanam lada
12. IV. KESIMPULAN
Upaya mempertahankan kerifan lokal Bangka Belitung berupa Budidaya Lada
Putih Muntok masih berpeluang baik karena pangsa ekspor lada Indonesia terhadap
dunia masih rendah (19,80%) sehingga masih terbuka peluang untuk meningkatkan
pangsa ekspor, luas areal dan produksi lada Indonesia selama tahun 2000−2005
cenderung meningkat dan peran lada sebagai penghasil devisa negara dari subsektor
perkebunan menduduki peringkat keempat setelah minyak sawit, karet, dan kopi.
13. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Lada Putih Belitung Dapatkan Sertifikat Indikasi Geografis.
<http://www.kompasiana.com/rizal787/lada-putih-belitung-dapatkan-sertifikat-i
ndikasi-geografis_55009c15a333114e75511412>. Diakses tanggal 28 September
2015.
Anonim. 2013. Kabupaten Bangka Barat. <http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-
daerah/kabupaten/id/19/name/kepulauan-bangka-belitung/detail/1905/bangka-ba
rat>. Diakses tanggal 29 September 2015.
Daras, U., dan Pranowo. 2009. Kondisi kritis lada putih bangka belitung dan alternatif
pemulihannya. Jurnal Litbang Pertanian 28 : 1-6.