SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 10
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Sindroma Guillain Barré
Presenter : dr. Effi Rohani Nuzul Sari
Pembimbing : Dr. dr. Aida Fithrie, Sp.S(K)
Departemen Neurologi FK USU/RSUP Haji Adam Malik Medan
Kuliah Magister Kedokteran Klinik
Neurologi Terintegrasi
Kamis, 21 Mei 2020
PENDAHULUAN
• Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan suatu sindroma yang
disebabkan oleh proses autoimun terhadap saraf perifer akut
dengan progresifitas cepat dan didominasi oleh gejala
polineuropati motorik
Gejala klasik 
paralisis ascending
cepat dengan
kelemahan
maksimal 4 minggu
Didahului infeksi
rata-rata 6 minggu
sebelumnya
2/3 kasus didahului
infeksi saluran
nafas atau saluran
gastrointestinal
(Campilobacter
Jejuni)
Demam, batuk, nyeri
tenggorokan, pilek dan
diare
EPIDEMIOLOGI
lnsidensi SGB
0,81-1,89 kasus
per 100.000
penduduk
Meningkat seiring
pertambahan usia
&
Jarang pada anak-
anak
Penelitian di RSCM 
𝑥 usia 40 tahun, rasio
laki-Laki:perempuan
1,2:1.
kasus baru pertahun
yang dirawat mencapai
7,6 kasus
Lebih sering
pada laki-laki
dibandingkan
perempuan
 1,7:1
KLASIFIKASI SGB
SGB
1. Poliradikuloneuropati
Demielinating lnflamasi
Akut (AIDP)
2. Neuropati Aksonal
Motorik-Sensorik Akut
(AMSAN)
3. Neuropati Aksonal Motorik
Akut (AMAN)
Varian SGB
1. Sindroma Miller Fisher
2. Ensefalitis batang otak
Bickerstaff
3. Varian Faringeal-servikal-
brakial
4. Varian neuropati kranial
multipel
5. Diplegia fasial dengan
parestesi
6. Paraparesis akut
7. Pandisotonomia akut
AIDP
Gejala dan tanda minimal yang diperlukan:
1. Kelemahan progresif pada kedua lengan dan tungkai (dapat dimulai dari
ekstrimitas bawah)
2. Hiporefleksia atau araflexia
3. Kriteria lain untuk memperkuat diagnosis :
a) Perburukan gejala yang mencapai titik nadir< 28 hari (minggu)
b) Pola defisit neurologis yang relatif simetris
c) Gangguan sensoris minimal
d) Gangguan nervus kranialis, terutama kelemahan otot fasialis bilateral
e) Disfungsi saraf otonom
f) Didahului oleh infeksi saluran nafas atas atau gangguan gastrointestinal
g) Disosiasi sitoalbumin pada pemeriksaan Cairan Serebro Spinal (CSS)
Kriteria yang merancukan diagnosis AIDP
1. Disfungsi pernapasan berat yang lebih dominan daripada
kelemahan ektrimitas pada awal onset
2. Gangguan sensorik yang lebih dominan daripada
kelemahan ektrimitas pada awal onset
3. Gangguan miksi atau defekasi pada awal onset yang berat
dan menetap
4. Demam pada awal onset
5. Deft sit sensorik dengan level segmental yang jelas
6. Progresivitas kelemahan berlangsung lambat > 4 minggu
dengan gangguan motorik minimal tanpa keterlibatan
sistim pernafasan (lebih sesuai dengan subakut atau
chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy
(ClDP))
7. Kelemahan asimetris yang persisten
AMAN
1. Kelemahan ekstremitas simetrik
2. Arefleksia
3. Dapat disertai kelemahan otot wajah bilateral,
otot orofaringeal dan/ atau kelemahan otot
respirasi
• Laboratorium  Antibodi anti Campylobacter
jejuni, antibodi antiGMl, antiGDla
• Analisis cairan serebrospinal  disosiasi
sitoalbumin
Kriteria yang merancukan
diagnosis AMAN
1. Kelemahan otot ekstra okuler
2. Gangguan sensorik berat
AMSAN
1. Kelemahan progresif cepat
2. Arefleksia
3. Hilangnya sensorik distal
• Laboratorium  Antibodi anti Campylobacter
jejuni, antibodi antiGMl, antiGDla
• Analisis cairan serebrospinal  disosiasi
sitoalbumin
PEMERIKSAAN PENUNJANG AIDP
Minimal 1 tanda berikut pada 2
saraf atau lebih:
• Kecepatan hantar saraf (KHS) motorik
< 70% batas bawah normal
• Latensi distal motorik > 130% batas
atas normal
• Durasi CMAP distal > 120% batas atas
normal
• Rasio durasi CMAP proksimal : CMAP
distal > 130%
• Latensi gelombang F > 120% batas
atas normal
Atau didapati salah 1 kriteria
tsb pada 1 saraf disertai:
• Tidak muncul gelombang F
pada dua saraf dengan
amplitude CMAP distal >20%
batas bawah normal
• Amplitude SNAP N.Ulnaris
abnormal namun amplitude
SNAP Nervus Suralis normal
ATAU
PEMERIKSAAN PENUNJANG AMAN
Pada pemeriksaan awal didapati minimal 1
kriteria ini pada saraf:
• Amplitude CMAP distal< 80% batas bawah
normal
• Rasio amplitude CMAP proksimal: CMAP
distal< 0.7 kecuali N.Tibialis
• Gelombang F tidak muncul atau persistensi
<20% namun pemeriksaan konduksi saraf
dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG AMAN
Pada pemeriksaan kedua, minimal tdp 1
kriteria yg menunjukkan tanda
degenerasi aksonal pd 2 saraf:
– Penurunan lebih lanjut amplitude
CMAP distal atau menetap
– Perbaikan Rasio amplitude CMAP
proksimal : CMAP distal <0,7 pada
pemeriksaan awal yang disebabkan
oleh penurunan amplitude CMAP
distal tanpa peningkatan dispersi
temporal (durasi CMAP distal 120%
batas atas normal dan rasio durasi
CMAP proksimal : CMAP distal 130%}
Lanjutan pemeriksaan kedua, minimal tdp 1
dr kriteria berikut yg menunjukkan blok
konduksi reversibel pd 2 saraf
– Peningkatan amplitude CMAP distal >
150% tanpa peningkatan durasi CMAP
distal (120% batas atas normal)
– Rasio amplitude CMAP proksimal: CMAP
distal< 0,7 pada pemeriksaan awal akan
menunjukan perbaikan > 0,2 yang
disebabkan oleh peningkatan amplitude
CMAP proksimal tanpa dispersi temporal
(rasio durasi CMAP proksimal : CMAP distal
130%)
– Gelombang F tidak muncul atau persistensi
< 20% pada pemeriksaan awal mengalami
perbaikan tanpa peningkatan latensi
minimal gelombang F 120% batas atas
normal

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Sindroma Guillain Barré-MKK fix.pptx

164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rilahomeworkping8
 
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptxTatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptxliasaint
 
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptxPenatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptxRinaPurnamaSari6
 
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptxdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptxPujaMonitra
 
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdfPresentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdfWildaAlAlufRiandini
 
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...Dokter Tekno
 
peripheral arterial disease_desyrusianaa
peripheral arterial disease_desyrusianaaperipheral arterial disease_desyrusianaa
peripheral arterial disease_desyrusianaaDesyRusiana1
 
245883344 asma-pada-anak vina
245883344 asma-pada-anak vina245883344 asma-pada-anak vina
245883344 asma-pada-anak vinavina dwiningsih
 
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwanaEpilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwanaDyah Sekar Nirwana
 
Clinical study oksa
Clinical study oksaClinical study oksa
Clinical study oksashintasissy
 
mati batang otak.pptx
mati batang otak.pptxmati batang otak.pptx
mati batang otak.pptxUgikWijaya
 
Kumpulan Spirometri Cases Final.pptx
Kumpulan Spirometri Cases Final.pptxKumpulan Spirometri Cases Final.pptx
Kumpulan Spirometri Cases Final.pptxssuser002c391
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxAnnisaRizkaFauziah
 

Ähnlich wie Sindroma Guillain Barré-MKK fix.pptx (20)

Modul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdfModul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdf
 
164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila164844572 114530743-case-sgb-rila
164844572 114530743-case-sgb-rila
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptxTatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
 
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptxPenatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik & Gangguan Elektrolit.pptx
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
 
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptxdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Pusing Berputar.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Pusing Berputar.pptx
 
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdfPresentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
 
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...
 
Hie referat
Hie referatHie referat
Hie referat
 
peripheral arterial disease_desyrusianaa
peripheral arterial disease_desyrusianaaperipheral arterial disease_desyrusianaa
peripheral arterial disease_desyrusianaa
 
245883344 asma-pada-anak vina
245883344 asma-pada-anak vina245883344 asma-pada-anak vina
245883344 asma-pada-anak vina
 
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwanaEpilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
 
Clinical study oksa
Clinical study oksaClinical study oksa
Clinical study oksa
 
mati batang otak.pptx
mati batang otak.pptxmati batang otak.pptx
mati batang otak.pptx
 
Jurnal ppt
Jurnal pptJurnal ppt
Jurnal ppt
 
Kumpulan Spirometri Cases Final.pptx
Kumpulan Spirometri Cases Final.pptxKumpulan Spirometri Cases Final.pptx
Kumpulan Spirometri Cases Final.pptx
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
PPT Referat.pptx
PPT Referat.pptxPPT Referat.pptx
PPT Referat.pptx
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
 

Kürzlich hochgeladen

Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfUlimarthaManurung
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptdodiharyanto42
 
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDFSUDIRO11
 
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnyaLidia941960
 
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxPPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxMadeSuardana20
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Robertus Arian Datusanantyo
 
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianIndikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianhaslinahaslina3
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxdhykz1
 

Kürzlich hochgeladen (8)

Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
 
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
 
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
 
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptxPPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
PPT SOSIALISASI PENGAJUAN SKP KEMENKES IFA.pptx
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
 
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberianIndikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
Indikasi obat dan kontra indikasi di dalam pemberian
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
 

Sindroma Guillain Barré-MKK fix.pptx

  • 1. Sindroma Guillain Barré Presenter : dr. Effi Rohani Nuzul Sari Pembimbing : Dr. dr. Aida Fithrie, Sp.S(K) Departemen Neurologi FK USU/RSUP Haji Adam Malik Medan Kuliah Magister Kedokteran Klinik Neurologi Terintegrasi Kamis, 21 Mei 2020
  • 2. PENDAHULUAN • Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan suatu sindroma yang disebabkan oleh proses autoimun terhadap saraf perifer akut dengan progresifitas cepat dan didominasi oleh gejala polineuropati motorik Gejala klasik  paralisis ascending cepat dengan kelemahan maksimal 4 minggu Didahului infeksi rata-rata 6 minggu sebelumnya 2/3 kasus didahului infeksi saluran nafas atau saluran gastrointestinal (Campilobacter Jejuni) Demam, batuk, nyeri tenggorokan, pilek dan diare
  • 3. EPIDEMIOLOGI lnsidensi SGB 0,81-1,89 kasus per 100.000 penduduk Meningkat seiring pertambahan usia & Jarang pada anak- anak Penelitian di RSCM  𝑥 usia 40 tahun, rasio laki-Laki:perempuan 1,2:1. kasus baru pertahun yang dirawat mencapai 7,6 kasus Lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan  1,7:1
  • 4. KLASIFIKASI SGB SGB 1. Poliradikuloneuropati Demielinating lnflamasi Akut (AIDP) 2. Neuropati Aksonal Motorik-Sensorik Akut (AMSAN) 3. Neuropati Aksonal Motorik Akut (AMAN) Varian SGB 1. Sindroma Miller Fisher 2. Ensefalitis batang otak Bickerstaff 3. Varian Faringeal-servikal- brakial 4. Varian neuropati kranial multipel 5. Diplegia fasial dengan parestesi 6. Paraparesis akut 7. Pandisotonomia akut
  • 5. AIDP Gejala dan tanda minimal yang diperlukan: 1. Kelemahan progresif pada kedua lengan dan tungkai (dapat dimulai dari ekstrimitas bawah) 2. Hiporefleksia atau araflexia 3. Kriteria lain untuk memperkuat diagnosis : a) Perburukan gejala yang mencapai titik nadir< 28 hari (minggu) b) Pola defisit neurologis yang relatif simetris c) Gangguan sensoris minimal d) Gangguan nervus kranialis, terutama kelemahan otot fasialis bilateral e) Disfungsi saraf otonom f) Didahului oleh infeksi saluran nafas atas atau gangguan gastrointestinal g) Disosiasi sitoalbumin pada pemeriksaan Cairan Serebro Spinal (CSS) Kriteria yang merancukan diagnosis AIDP 1. Disfungsi pernapasan berat yang lebih dominan daripada kelemahan ektrimitas pada awal onset 2. Gangguan sensorik yang lebih dominan daripada kelemahan ektrimitas pada awal onset 3. Gangguan miksi atau defekasi pada awal onset yang berat dan menetap 4. Demam pada awal onset 5. Deft sit sensorik dengan level segmental yang jelas 6. Progresivitas kelemahan berlangsung lambat > 4 minggu dengan gangguan motorik minimal tanpa keterlibatan sistim pernafasan (lebih sesuai dengan subakut atau chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy (ClDP)) 7. Kelemahan asimetris yang persisten
  • 6. AMAN 1. Kelemahan ekstremitas simetrik 2. Arefleksia 3. Dapat disertai kelemahan otot wajah bilateral, otot orofaringeal dan/ atau kelemahan otot respirasi • Laboratorium  Antibodi anti Campylobacter jejuni, antibodi antiGMl, antiGDla • Analisis cairan serebrospinal  disosiasi sitoalbumin Kriteria yang merancukan diagnosis AMAN 1. Kelemahan otot ekstra okuler 2. Gangguan sensorik berat
  • 7. AMSAN 1. Kelemahan progresif cepat 2. Arefleksia 3. Hilangnya sensorik distal • Laboratorium  Antibodi anti Campylobacter jejuni, antibodi antiGMl, antiGDla • Analisis cairan serebrospinal  disosiasi sitoalbumin
  • 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG AIDP Minimal 1 tanda berikut pada 2 saraf atau lebih: • Kecepatan hantar saraf (KHS) motorik < 70% batas bawah normal • Latensi distal motorik > 130% batas atas normal • Durasi CMAP distal > 120% batas atas normal • Rasio durasi CMAP proksimal : CMAP distal > 130% • Latensi gelombang F > 120% batas atas normal Atau didapati salah 1 kriteria tsb pada 1 saraf disertai: • Tidak muncul gelombang F pada dua saraf dengan amplitude CMAP distal >20% batas bawah normal • Amplitude SNAP N.Ulnaris abnormal namun amplitude SNAP Nervus Suralis normal ATAU
  • 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG AMAN Pada pemeriksaan awal didapati minimal 1 kriteria ini pada saraf: • Amplitude CMAP distal< 80% batas bawah normal • Rasio amplitude CMAP proksimal: CMAP distal< 0.7 kecuali N.Tibialis • Gelombang F tidak muncul atau persistensi <20% namun pemeriksaan konduksi saraf dalam batas normal
  • 10. PEMERIKSAAN PENUNJANG AMAN Pada pemeriksaan kedua, minimal tdp 1 kriteria yg menunjukkan tanda degenerasi aksonal pd 2 saraf: – Penurunan lebih lanjut amplitude CMAP distal atau menetap – Perbaikan Rasio amplitude CMAP proksimal : CMAP distal <0,7 pada pemeriksaan awal yang disebabkan oleh penurunan amplitude CMAP distal tanpa peningkatan dispersi temporal (durasi CMAP distal 120% batas atas normal dan rasio durasi CMAP proksimal : CMAP distal 130%} Lanjutan pemeriksaan kedua, minimal tdp 1 dr kriteria berikut yg menunjukkan blok konduksi reversibel pd 2 saraf – Peningkatan amplitude CMAP distal > 150% tanpa peningkatan durasi CMAP distal (120% batas atas normal) – Rasio amplitude CMAP proksimal: CMAP distal< 0,7 pada pemeriksaan awal akan menunjukan perbaikan > 0,2 yang disebabkan oleh peningkatan amplitude CMAP proksimal tanpa dispersi temporal (rasio durasi CMAP proksimal : CMAP distal 130%) – Gelombang F tidak muncul atau persistensi < 20% pada pemeriksaan awal mengalami perbaikan tanpa peningkatan latensi minimal gelombang F 120% batas atas normal