Teks tersebut membahas pertanyaan yang menjebak yaitu apakah ada nash yang secara jelas menyebut kewajiban mendirikan khilafah. Artikel tersebut menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut merupakan jebakan karena wajibnya khilafah tidak hanya ditentukan oleh adanya nash yang secara harfiah menyebutnya, tetapi oleh konsep yang terkandung di balik istilah khilafah yaitu kepemimpinan um
Pertanyaan yang menjebak _ mana nash yang menyebut wajibnya Khilafah
1. www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/pertanyaan-yang-menjebak-mana-nash-yang-menyebut-wajibnya-khilafah.html 1/4
PEMBELA KHILAFAHCatatan Seputar khilafah Syariah dan Pemikiran Islam
Sebuah Pertanyaan Yang Menjebak
“Apakah ada nash (teks) Al-Qur’an atau As-Sunnah yang secara jelas menyebut kewajiban mendirikan khilafah?”
Pertanyaan seperti ini sebenarnya merupakan jebakkan dan cenderung menyesatkan (misleading). Sang penanya
sengaja bertolak dari sebuah fallacy untuk menggiring lawan bicara ke arah pusaran yang sulit diatasi. Bentuk
“sesat pikir” yang sengaja ditampilkan adalah bahwa: “Wajibnya khilafah harus dinyatakan oleh nash secara
literal. Jika tidak ada nash yang secara literal mewajibkan sesuatu yang bernama khilafah, maka khilafah itu tidak
wajib”.
Cara berfikir yang sama pernah diungkap oleh Syaikh Ali Abdur Raziq dalam al-Islam wa Ushulul Hukm. Setelah
dia merasa dapat “mematahkan” semua dalil yang digunakan oleh para ulama untuk menyatakan wajibnya
khilafah, ulama al-Azhar yang juga seorang hakim di Mahkamah Syar’iyyah ini mengatakan:
“Anda telah mengetahui bahwa al-Kitab al-Karim tidak pernah menyebut khilafah atau sekedar memberi
isyarat ke sana, sunnah Nabi saw juga tidak menyinggungnya dan ijma’ juga tidak menetapkannya. Lantas
apakah masih tersisa dalil agama selain Kitab, Sunnah dan ijma’?”[1]
Pernyataan sejenis juga diungkapkan oleh tokoh Mesir yang lain, Muhammad Sa’id al-‘Asymawi yang berkata:
“Maka apabila memang khilafah atau imamah atau imarah (atau bentuk pemerintahan apa pun) merupakan
suatu hal yang termuat di dalam Akidah Islam, niscaya merupakan suatu hal yang urgen bagi Al-Qur’an untuk
memuatnya dalam suatu nash”[2]
Menurut hemat saya, untuk menangani hal semacam ini, kita tidak usah terburu-buru memakan umpannya.
Artinya, jangan terpancing untuk segera memenuhi “permintaan” penanya agar menunjukkan nash-nash yang
Home
Daftar isi blog
Buku Tamu
Kitab-kitab Mutabannat
Karya-karya Syabab
Kitab-kitab Tentang Demokrasi
Pertanyaan Yang Menjebak: Mana Nash Yang Menyebut
Wajibnya Khilafah?
— APRIL 25, 2013 BY TITOK
1
2. www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/pertanyaan-yang-menjebak-mana-nash-yang-menyebut-wajibnya-khilafah.html 2/4
← Ijtihad Ulama Merupakan Hukum Syara’ Khilafah: Perhatikan Konsepnya, Jangan …
secara tersurat menyatakan wajibnya sesuatu yang bernama khilafah. Yang pertama kali harus kita lakukan
adalah merobohkan cara berpikir yang keliru tersebut. Setelah itu, kita harus meletakkan cara berpikir yang
benar di atas puing-puing cara berpikir yang keliru tadi. Tahap selanjutnya adalah memberi dalil dan argumentasi
wajibnya khilafah atas dasar cara berpikir yang benar.
Secara ringkas, kita bisa mengatakan bahwa wajibnya khilafah bukan hanya ditentukan dari ada/tidaknya nash
yang secara lahir menyebut wajibnya sesuatu yang bernama khilafah. Yang lebih penting untuk dilihat adalah:
apakah pengertian atau maksud yang terkandung dalam kata khilafah itu ada dan diwajibkan oleh nash-nash
syara’ atau tidak?
Khilafah dipahami sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh umat Islam di dunia guna menegakkan hukum-
hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tiga hal yang terkandung dalam
pengertian khilafah itu merupakan kewajiban yang disebutkan oleh nash-nash syara’, yakni: kepemimpinan umum
atas seluruh kaum muslimin; kepemimpinan guna menegakkan syariah; dan kepemimpinan guna mengemban misi
penyebaran Islam. Meski orang mengatakan bahwa khilafah tidak wajib, itu tidak masalah. Yang jelas, apa pun
namanya, kepemimpinan umum bagi seluruh umat Islam guna menegakkan syariah dan menyebarkan dakwah itu
jelas wajib. Hanya saja, secara syar’i dan tradisi, ia sering disebut dengan istilah khilafah, meski kita tidak wajib
terikat dengan nama ini. Kita tidak ingin, masalah khilafah ini tereduksi menjadi sekedar masalah istilah.
Pembahasan selengkapnya akan kami paparkan dalam beberapa sub-pembahasan berikut:
1. Jangan terpaku pada istilah semata
2. Konsep yg tersimpan di balik istilah khilafah
3. Kewajiban adanya kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin
4. Kewajiban adanya kepemimpinan guna menegakkan hukum-hukum Islam
5. Kewajiban adanya kepemimpinan guna menebarkan dakwah Islam
6. Kesimpulan
Insyaallah poin-poin di atas akan diposting secara bertahap dalam lima hari kedepan
( 25/4/2013)
[1] Ali Abdur Raziq, al-Islam wa Ushulul Hukmi Bahtsun fil Khilafah wal Hukumah fil Islam (tp: Mathba’ah Mishr,
1925) hal. 33
[2] Al-‘Asymawi, al-Islam as-Siyasiy (Mesir: Mathba’ah Madbuli ash-Shaghir, 1996) hal. 118
This entry was posted in Pemikiran Islam and tagged dalil khilafah, dalil tentang khilafah, kewajiban khilafah, khilafah, khilafah
islamiyah, khilafah wajib. Bookmark the permalink.
ONE THOUGHT ON “PERTANYAAN YANG MENJEBAK: MANA NASH YANG MENYEBUT WAJIBNYA
KHILAFAH?”
Pingback: Khilafah: Perhatikan Konsepnya, Jangan Hanya Lihat Istilahnya | Hamdani Firdaus