1. ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM
PENENTUAN KOMODITI UNGGULAN
KECAMATAN DI KABUPATEN MAROS
Ir. Pangerang, MP
Penyuluh Pertanian Kabupaten Maros
Propinsi Sulawesi Selatan
Tanggal 7 Agustus 2014
Lomba KTI Inovasi Teknologi (Teknis dan Sosial) Bidang Pertanian yang
diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM,
Kementerian Pertanian RI di Jakarta.
2. BAB I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian adalah sektor terpenting dan merupakan penggerak utama
dalam perekonomian Kabupaten Maros. Pemanfaatan lahan yang di bedakan menjadi
lahan pertanian (lahan sawah dan lahan bukan sawah) dan lahan bukan pertanian yang
pada tahun 2012 sebagian besar lahan yang ada. digunakan sebagai lahan pertanian
yaitu sebesar 79,32 persen ( tidak termasuk hutan rakyat). Hal inilah yang menjadikan
sektor pertanian (termasuk kehutanan didalamnya) terhadap peningkatan PDRB
(Product Domestic Regional Bruto) Kabupaten Maros pada tahun 2012 cukup tinggi
yaitu 33,34 persen dan menjadi sektor yang dominan peranannya terhadap struktur
perekonomian Kabupaten Maros dengan nilai pertumbuhan ekonomi selama dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6,21
persen per tahun.
3. Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan
langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep
efisiensi untuk meraih keunggulan konparatif dan kompetitif dalam
menghadapi globalisasi perdagangan yang dihadapi. Langkah menuju
efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi luas panen,
produksi, dan penawaran maupun permintaan.
Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan
ekonomi daerah melalui sektor pertanian pada era otonomi daerah saat ini
adalah melalui pengembangan komoditas unggulan daerah.
Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan diharapkan dapat
memacu pertumbuhan suatu wilayah yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatan potensi daerah
unggulan dan potensial secara optimal dan terpadu merupakan syarat
yang perlu diperhatikan agar kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
dapat dicapai
4. Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan
daerah harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas
yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah
komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat
memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat. Selain itu penetapan komoditas
unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi
suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek
pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni,
2005).
5. •Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisa potensi sumber alam(SDM) dan sumber daya mamanusia
(SDA) dalam mendukung komoditi unggulan Kabupaten Maros;
2. Untuk menganalisa kecamatan yang menjadi wilayah sentra produksi komoditi
unggulan tanaman pangan Kabupaten Maros;
3. Untuk mengetahui jenis komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan
kecamatan di Kabupaten Maros
•Kegunanaan Penelitian
1. Sebagai bahan Informasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan Wilayah
Sentra Produksi Komoditi Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Maros”;
2. Sebagai bahan masukan bagi pelaku yang bergerak dalam sektor pertanian
tanaman pangan di Kabupaten Maros;
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah Kabupaten Maros dalam
menentukan kebijakan pengembangan tanaman pangan melalui pendekatan
komoditas unggulan di Kabupaten Maros.
6. A. Analisis Location Quotient (LQ)
Metode Location Quotient (LQ) bertujuan untuk mengidentifikasi suatu komoditas
unggulan (Miller dan Wright.1991) dalam Darmawansyah(2003). dan metode Analisis
komoditas yang ada pada suatu wilayah apakah termasuk ke dalam suatu basis atau
non basis.
Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan. begitu juga dengan
metode LQ. Kelebihan metode LQ dalam menganalisis komoditas unggulan yaitu
penerapannya yang sederhana. mudah. tidak memerlukan program pengolahan data
yang rumit. memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung serta dapat
diterapkan pada data historik untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung.
Keterbatasan metode LQ antara lain diperlukan akurasi data untuk mendapatkan
hasil yang valid. Selain itu pada saat deliniasi wilayah kajian untuk menetapkan
bahasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas. metode ini tidak memiliki acuan
yang jelas oleh karena itu data yang dijadikan sumber penelitian perlu diklarifikasi agar
mendapatkan hasil yang akurat. Kelemahan lainnya, dalam menggunakan metode LQ
perlu berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola
permintaan bangsa, bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama
dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional dan tingkat ekspor
tergantung pada tingkat disagregasi.
Untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan nilai rata-rata data
series yang cukuip panjang, sehingga sangat dianjurkan untuk menggunakaan data
tidak kurang dari 5 (lima) tahun.
7. POTENSI WILAYAH
KABUPATEN MAROS
DIHARAPKAN DAPAT
DIKEMBANGKAN
1. NILAI MASING-MASING PRODUKSI
TIAP KOMODITI TANAMAN PANGAN
2. NILAI MASING-MASING LUAS PANEN
TIAP KOMODITI TANAMAN PANGAN
KOMODITI TANAMAN
PANGAN :
1. PADI
2. PADI LADANG
3. JAGUNG
4. KEDELAI
5. KACANG TANAH
6. KACANG HIJAU
7. UBI KAYU
8. UBI JALAR
METODE LQ
BAHAN MASUKAN DAN REKOMENSI BAGI
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
KOMODITI UNGGULAN
(BASIS
KOMODITI NON UNGGULAN
(NON BASIS)
8. METODE PENELITIAN
•Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang di
peroleh dari pemerintah daerah Kabupaten Maros, Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Maros, dan buku-buku
referensi . Metode yang digunakan yaitu metode
exploratory dalam menganalisis data literatur. data
sekunder melalui studi pustaka dengan mengkaji
referensi terpilih dan mengumpulkan data dan informasi
terkait dengan bidang penelitian. Masing-masing data 5
tahun terakhir. Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari
bulan Pebruari 2014 sampai bulan April 2014
9. A. Analisis Data
1. Menghitung LQ Produksi dan Luas Panen
Merupakan langkah terahkhir dalam perhitungan nilai LQ yaitu dengan
memasukkan notasi-notasi yang dipe roleh kedalam Rumus LQ yaitu 푝푖 푝푡
sebagai pembilang dan 푃푖 푃푡 sebagai penyebut. Atau dengan Rumus :
푳푸 =
푝푖
푝푡
푃푖
푃푡
dimana:
LQ = Location Quotient
pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat kecamatan
pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan semua komoditas j pada tingkat
kecamatan
Pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat kabupaten
Pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan komoditasi j pada tingkat kabupaten
10. 1. Indikator/Pengambilan keputusan
LQ > 1 menunjukkan terdapat konsentrasi relative disuatu wilayah
dibandingkan dengan keseluruhan wilayah. Hal ini berarti komoditas i
disuatu wilayah merupakan sektor basis yang berarti komoditas i di
wilayah itu memiliki keunggulam komparatif.
LQ = 1 merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak
memiliki keunggulan komparatif. produksi komoditas yang dihasilkan
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah itu.
LQ < 1. merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak
memiliki keunggulan komparatif, produksi komoditas i di wilayah itu
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat
pasokan dari luar wilayah.
Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan strandar normative
untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Dan jika banyak komoditas yang
menghasilkan nilai LQ > 1 maka derajat keunggulan komparatif ditentukan
berdasarkan nilai LQ yang lebih tinggi di suatu wilayah, karena makin tinggi nilai
LQ maka menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas
tersebut..
11. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Sumber Daya Alam
Luas Wilayah Kab. Maros
1.619.12 km2
Sebelah Utara berbatasan
dengan Kab. Pangkep
Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kota Makassar
Sebelah Timur berbatasan
dengan Kab. Bone
Sebelah Barat berbatasan
dengan Selat Makassar
31. Tabel 5.10. Klasifikasi Nilai LQ Rata-Rata Produksi Tanaman Pangan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013
Kecamatan
No. Padi
Padi
Ladang
Jagung Kedelai
Kacang
Tanah
Kacang
Hijau
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar
(2)
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Mandai
Basis Basis Non Basis Non Basis - - Non Basis Non Basis
2 Moncongloe
Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
3 Maros Baru
Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Basis
4 Marusu
Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
5 Turikale
Basis - - Non Basis - Basis - Non Basis
6 L a u
Basis - Non Basis - - Basis - Non Basis
7 Bontoa
Basis - Non Basis - - Non Basis - -
8 Bantimurung
Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
9 Simbang
Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
10 Tanralili
Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
11 Non Basis Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Basis
12 Non Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
13 Basis - Non Basis Non Basis Basis - Non Basis Non Basis
14 Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Sumber Data : Data Sekunder Sudah Diolah, 2014
32.
33. Tabel 5.12. Klasifikasi Nilai LQ Rata-Rata Luas Panen Tanaman Pangan Menurut
Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013
Kecamatan
No. Padi
Padi
Ladang
Jagung Kedelai
Kacang
Tanah
Kacang
Hijau
Ubi
Kayu
Ubi
Jalar
(2)
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Mandai
Basis Basis Non Basis Non Basis - - Non Basis Non Basis
2 Moncongloe
Non Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
3 Maros Baru
Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Basis
4 Marusu
Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
5 Turikale
Basis - - Non Basis - Basis - Non Basis
6 L a u
Basis - Non Basis - - Basis - Non Basis
7 Bontoa
Basis - Non Basis - - Non Basis - -
8 Bantimurung
Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
9 Simbang
Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
10 Tanralili
Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
11 Tompobulu
Non Basis Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Basis
12 Camba
Non Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
13 Basis - Non Basis Non Basis Basis - Non Basis Non Basis
14 Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
Cenrana
Mallawa
Sumber Data : Data Sekunder Sudah Diolah, 2014
34. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Analisis Location Quotients (LQ) dapat disimpulkan bahwa
setiap kecamatan mempunyai komoditi unggulan (One Disctrik and one comodity), yang
diurut berdasarkan nilai LQ tertinggi pada setiap kecamatan dan yang tercetak tebal
adalah komoditi unggulan utama pada setiap kecamatan sebagai berikut :
1. Mandai : Padi Ladang, Padi Sawah;
2. Moncongloe : Ubi Kayu, Ubi Jalar, jagung
3. Maros Baru : Kacang Hijau, Padi Sawah, Ubi Jalar;
4. Marusu : Ubi Jalar, Padi Landang, Ubi kayu, Padi Sawah;
5. Turikale : Kacang Hijau, Padi Sawah;
6. Lau : Kacang Hijau, Padi Sawah;
7. Bontoa : Padi Sawah;
8. Bantimurung : Padi Sawah;
9. Simbang : Kedelai, Padi Sawah;
10. Tanralili : Ubi Jalar ,Ubi Kayu, Jagung, Kedelai, Padi Ladang;
11. Tompobulu : Padi Ladang, Jagung. Kedelai, Ubi Kayu, Kacang Tanah,
Ubi Jalar;
12. Camba : Kacang Tanah, Jagung. Ubi Jalar, Padi Ladang;
13. Cenrana : Kacang Tanah, Padi Sawah;
14. Mallawa : Kacang Tanah, Ubi Jalar, Jagung, Padi Sawah.
35. A. Saran
Berdasarkan analisis-analisis yang diuraikan diatas maka dapat direkomdasikan
sebagai berikut ::
1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan
komoditi yang menjadi unggulan pada setiap kecamatan untuk peningkatan
pendapatan daerah, sehingga komoditi unggulan pertanian diharapkan juga dapat
merangsang komoditi lain yang kurang memberikan kontribusinya terhadap
pembangunan daerah Kabupaten Maros.
2. Komoditi yang belum unggul pada beberapa kecamatan maka perlu dilakukan
identifikasi tentang penyebab merosotnya jumlah luas panen dan nilai produksi
sehingga bisa diketahui masalah-masalah yang dihadapi para petani dan bisa dicari
solusi yang menguntungkan.
3. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengembangkan sarana dan prasarana untuk
pengembangan usaha pertanian yaitu dengan pengembangan teknologi,
membangun sarana irigasi. ketersediaan lahan. Penyediaan, modal bagi pelaku
produsen,dan sarana pendukung seperti transportasi dan komunikasi;
4. Pemerintah daerah hendaknya menggerakkan pembangunan pertanian yaitu
dengan memasarkan hasil-hasil komoditi pertanian seperti menjalin kerjasama atau
kemitraan dengan pengusaha sehingga dapat meningkat nilai tambah dari hasil
pertanian;
5. Meningkatkan SDM Pembina dan pelaku usaha dalam penguasaan teknologi
produksi, teknologi informasi, manajemen usaha atau kewirausahaan kelompok, dan
peningkatan kelas kemampuan kelompok tani, pembentukan gabungan kelompok
tani , fasilitasi kemitraan antara kelompok tani dengan pihak ketiga, studi banding
dengan petani atau daerah yang sudah berhasil dalam manajemen komoditi
unggulan dan mengadakan pelatihan manajemen
6. Informasi ini dapat dipergunakan untuk menentukan komoditi yang menjadi
unggulan atau andalan pada setiap kecamatan sehingga setiap kecamatan minimal
mempunyai satu komoditas unggulan (One Distric One Commodity ), sehingga
dalam pembangunan pertanian yang mengarah spesialisasi komoditas akan
mengefisienkan penggunaan sumberdaya;
7. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari komoditi unggulan di tingkat desa
“One Village One Commodity“