SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1 Pendahuluan
Indonesia adalah negara rawan bencana
alam karena posisinya berada di antara tiga
lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Indo-
Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng
Pasifik. Interaksi antarlempeng tersebut
menyebabkan rentan bencana tektonik
tanah longsor (Indrajaya and Wuri 2008;
Sadisun 2004). Indonesia di dalam
(https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset
2022) terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua
Asia, Benua Australia, lempeng Samudera
Hindia dan Samudra Pasifik. Laman
tersebut mencatat bencana alam yang
terjadi di Provinsi Jawa Barat adalah tanah
longsor, gempa, banjir, kekeringan, puyuh,
gelombang pasang, kebakaran, bencana
lainnya, gunung meletus, dan tsunami.
Total bencana Jawa Barat sejak tahun 2012
s.d. 2021 pada 27 kab/kota sebanyak 11.118
kejadian. Dari angka total tersebut, 51%
(5.662 kejadian) adalah bencana alam tanah
longsor, dan 3 kejadian terbanyak berada di
Kabupaten Sukabumi 890 kali, Kabupaten
Bogor 801 dan Kota Bogor 607 kali.
Kabupaten Sukabumi ini menjadi objek
penelitian multiusaha kehutanan dalam
hubungannya dengan potensi bahaya
bencana alam tanah longsor. Karena
menyangkut multiusaha kehutanan, maka
Pemodelan Persepsi Masyarakat Terhadap Multiusaha Kehutanan
Berbasis Risiko Tanah longsor
Ade Sugiharto_E1601211015
Supervisor: Dr. Ir. Budi Kuncahyo, M.S.
INFO ARTIKEL
Kata Kunci:
Pemodelan
Masyarakat
Bencana alam
Hutan
KPH Sukabumi
ABSTRACT
Natural disasters that occur in West Java Province are landslides,
earthquakes, floods, droughts, quail, tidal waves, fires, other disasters,
volcanic eruptions, and tsunamis. The total disaster in West Java from
2012 to 2021 in 27 regencies/cities was 11,118 incidents.
Of this total figure, 51% (5,662 incidents) were landslide natural
disasters, and the most 890 times occurred in Sukabumi District. The
method was carried out by distributing questionnaires to the forest-
holding village of Perum Perhutani, Sukabumi Forest Management
Unit. In the data from the 2020 SDH Potential Evaluation (Perum
Perhutani 2021), the forest-holding village in KPH Sukabumi consists
of 30 sub-districts and 109 villages, so that questionnaires are
distributed to all villages, 1 questionnaire each. In general, the
perception of the community in the forest-holding village of KPH
Sukabumi on the research variables (forest as a barrier and control for
landslide natural disasters, community expectations, the role of local
government, and multi-business forestry) has met the criteria
requirements for the structural model (R2), cross-validated.
redundancy (Q2), effect size (f) and path coefficients as well as
convergent validity testing models in the form of loading factor and
AVE (Average variance extracted) values. To add more accurate
information about this research, it is hoped that interviews with
community leaders, natural disaster experts and competent officials in
the disaster sector, for example from the National Disaster
Management Agency and the Regional Disaster Management Agency
(BNPB), will be conducted.
2
diambil lokasi kawasan hutan yang ada di
Kabupaten Sukabumi.
Perum Perhutani mengelola 57 Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH), dengan
komposisi 20 KPH di Provinsi Jawa
Tengah, 23 KPH di Jawa Timur dan 14
KPH di Jawa Barat dan Banten. Sebagai
representasi pengelola hutan di Kabupaten
Sukabumi adalah KPH Sukabumi. KPH ini
merupakan salah satu dari 14 KPH yang
secara struktural berada di bawah Divisi
Regional Jawa Barat dan Banten. Luas
kawasan hutan yang dikelola adalah
59.499,06 ha (Perum Perhutani 2021)
dengan 2 Kelas Perusahaan Jati dan Pinus.
KPH ini terbagi ke dalam 6 Bagian
Kesatuan Pemangkutan Hutan (BKPH).
Sehubungan jenis tanaman yang dikelola
cukup beragam mulai dari tanaman kayu
maupun non kayu, sehingga menarik untuk
dilakukan penelitian tentang persepsi
masyarakat terhadap komoditas multiusaha
kehutanan yang daerahnya merupakan
lokasi rawan bencana alam, terutama tanah
longsor.
Maksud penelitian ini adalah untuk
melihat bagaimana persepsi masyarakat
terhadap bencana alam tanah longsor dari
perspektif: (1)keberlanjutan hutan lestari
dapat menahan dan mengendalikan tanah
longsor, (2) harapan masyarakat terhadap
pengendalian bencana alam tanah longsor,
(3) peran Pemerintah Daerah dalam
mendukung pencegahan bencana alam
tanah longsor, dan (4)potensi
pengembangan multiusaha kehutanan
tehadap pengendalian bencana alam.
Rumusan Masalah
Umumnya, kawasan hutan yang dikelola
Perum Perhutani sampai saat ini belum
memperhitungkan bencana alam dalam
pengelolaannya. Hal ini diperlihatkan oleh
beberapa indikator sebagai berikut:
1. Faktor bencana alam tidak masuk
perhitungan rencana pengelolaan.
Indikator tersebut, di antara
penyebabnya antara lain:
- Bencana alam secara umum
terjadi tiba-tiba
- Kondisi musim/cuaca sulit
diprediksi
- Rencana pengelolaan didasarkan
pada asumsi kondisi normal
2. Sistem sertifikasi (mandatory
maupun voluntary) belum secara
spesifik menilai arti hutan sebagai
pencegah bencana alam.
Penyebabnya antara lain:
- Prinsip, kriteria, indikator,
verifier, dan norma belum secara
eksplisit menilai hutan sebagai
pencegah bencana alam.
- Informasi hutan sebagai
pencegah bencana masih belum
terekspose secara
nasional/internasional.
- Parameter penyebab bencana
belum teridentifikasi dengan
jelas
3. Target kelestarian ekologi seolah
berada di bawah target finansial.
- Mitigasi bencana tidak masuk
dalam fixed cost pengelolaan
hutan
- Perusahaan hidup dan
menghidupi karyawannya dari
hasil pengusahaaan sumberdaya
hutan yang diamanatkan untuk
dikelola secara mandiri.
4. Paradigma hutan sebagai
pengendali bencana alam tanah
longsor relatif masih belum
berkembang.
- Kurangnya informasi bahwa
hutan dapat mencegah bencana
alam.
- Minimnya data-data hutan
sebagai pencegah bencana alam.
- Informasi dan data bahwa hutan
dapat mencegah bencana alam
belum tersosialisasikan secara
lengkap kepada khalayak umum.
2 Metode
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini sesuai dengan tujuan yang
diharapkan yaitu metode deskriptif dan
3
verifikatif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri
variabel persepsi mengenai harapan
masyarakat, peran pemerintah daerah,
kepentingan multiusahan kehutanan dan
peran kawasan hutan sebagai penahan dan
pengendali bencana alam tanah longsor.
Sifat penelitian verifikatif pada dasarnya
ingin menguji kebenaran dari suatu
hipotesis yang dilaksanakan melalui
pengumpulan data di lapangan.
Mengingat sifat penelitian ini adalah
deskriptif dan verifikatif, maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode
descriptive survey dan metode explanatory
survey. Tipe investigasi dalam penelitian
ini adalah kausalitas. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah individu yang
mewakili desa, setiap individu mewakili
desa pangkuan hutan KPH Sukabumi.
Metode yang dilakukan melalui
penyebaran kuesioner pada desa pangkuan
hutan Perum Perhutani Kesatuan
Pemangkuan Hutan Sukabumi. Di dalam
data hasil Evaluasi Potensi SDH Tahun
2020 (Perum Perhutani 2021), Desa
pangkuan hutan yang ada di KPH
Sukabumi terdiri dari 30 kecamatan dan
109 desa, sehingga dilakukan penyebaran
kuesioner pada semua desa, masing-masing
1 kuesioner. Lokasi penelitian sebagaimana
dalam Gambar 1.
Untuk mengkuantifikasi, setiap
pertanyaan kuesioner dalam bentuk google
form menggunakan skala “Likert” dengan
ketentuan:
1 sangat tidak setuju
2 tidak setuju
3 cukup setuju
4 setuju
5 sangat setuju
Adapun jumlah desa pangkuan hutan di
KPH Sukabumi adalah sebagai berikut:
BKPH Bojong Lopang : 10 desa
BKPH Cikawung : 25 desa
BKPH Jampang Kulon : 12 desa
BKPH Lengkong : 25 desa
BKPH Pelabuhan Ratu : 16 desa
BKPH Sagaranten : 21 desa
Karakteristik Responden
Responden terdiri dari 102 orang laki-
laki dan 7 orang perempuan. Tingkat
pendidikan untuk perempuan lulusan SMP
ada 2 orang dan lulusan SMA sebanyak 5
orang. Untuk responden laki-laki, lulusan
SD sebanyak 31, SMP ada 27, SMA 34
orang, S1 9 orang dan lulusan S2 hanya 1
orang. Umur responden bervariasi mulai
dari 28 tahun sampai 73 tahun. Terbanyak
adalah umur 52 tahun sebanyak 8 orang dan
umur 50 dan 53 masing-masing 7 orang.
Definisi operasionalisasi variabel (Tabel 1
s.d. 4) dimaksudkan untuk memperjelas
variabel-variabel yang akan diteliti.
Adapun pokok masalah dari penelitian ini
adalah persepsi dari harapan masyarakat
(X1) sebagai variable bebas, peran
pemerintah daerah (X2) dan kepentingan
multiusaha kehutanan (X3) sebagai
variable intervening. Sedangkan variable
terikatnya adalah kawasan hutan sebagai
penahan dan pengendali bencana alam
longsor (Y). Tujuan dari penelitian ini
secara umum adalah untuk melihat
pengaruh antarvariabel sebagai berikut:
1. Pengaruh langsung X1 terhadap Y
2. Pengaruh X1 terhadap Y melalui X2
3. Pengaruh X1 terhadap Y melalui X3
4. Pengaruh langsung X1 terhadap X2
5. Pengaruh langsung X1 terhadap X3
Menurut (Tsai et al. 2016), ketahanan
masyarakat terhadap bencana diukur
menurut empat dimensi: 'kerapuhan
lingkungan', 'keterikatan masyarakat',
'kesadaran pencegahan bencana', dan
'tanggapan adaptif'.
4
Gambar 1 Peta lokasi rawan bencana KPH Sukabumi
Tabel 1 Definisi operasionalisasi variabel untuk Y
5
Tabel 2 Definisi operasionalisasi variabel untuk X1
Tabel 3 Definisi operasionalisasi variabel untuk X2
6
3 Hasil dan Pembahasan
Hasil pengambilan data di lapangan
dilakukan analisa menggunakan Partial
Least Square. Adapun software yang
digunakan untuk mengolah data adalah
SmartPLS (v.3.2.9). Untuk melakukan
pengujian antarkonstruk laten, dilakukan
uji model struktural.
Evaluasi Model
Evaluasi model struktural (Inner
Model) diawali dengan mengecek adanya
kolinearitas antarkonstruk dan kemampuan
model prediktif. Selanjutnya menggunakan
empat kriteria yaitu koefisien determinasi
(R2
), cross-validated redundancy (Q2
),
effect size (f) dan koefisien jalur(Sarstedt et
al. 2021)
Evaluasi model pengukuran (outer
model) dilakukan dengan menguji
validitas dan reliabilitas. Validitas
konstruk adalah penilaian tentang seberapa
baik (tepat dan cermat) seorang peneliti
menerjemahkan teori yang dipergunakan ke
dalam alat ukur, ketepatan tes dalam
mengukur sesuatu yang harus diukur
(Suharsono 2014; Widodo 2006).
Sedangkan reliabilitas adalah pemahaman
tentang kemampuan alat ukur untuk dapat
dipercaya dan menjadi sandara pengam-
bilan keputusan, berarti sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya dengan
Tabel 4 Definisi operasionalisasi variabel untuk X3
7
melihat daya konsistensi dan stabilitas
nilai hasil skala pengukuran tertentu
(Suharsono 2014; Widodo 2006). Hasil
pengujian validitas konvergen berupa
nilai loading factor dan AVE (Average
variance extracted). Nilai loading factor
semua indikator dikatakan valid apabila
>0,5 (Ab Hamid et al. 2017). Model
penelitian dapat dikatakan diterima jika
AVE masing-masing konstruk nilainya >
0,5 dan dianggap sangat baik jika nilainya
di atas 0,7(Alarcón and Sánchez 2015).
Dalam penelitian ini terdapat beberapa
indikator yang harus dihilangkan agar nilai
AVE yang diperoleh > 0,5 dan model
penelitian ini dikatakan valid. Beberapa
indikator harus dihilangkan untuk
mendapatkan AVE > 0,5 dan model
penelitian dapat dikatakan valid. Indikator
pada variabel “HM” semula 10 menjadi 7.
Indikator pada variabel PPL semula 10
menjadi 5. Indikator pada variabel MUK
tidak ada yang dihilangkan, sedangkan
indikator pada variabel PPD semula 11
menjadi 10 (dibuang 1 indikator PPD1:
“Peran Pemerintah dibutuhkan untuk
mencegah bencana tanah longsor”).
Hasil pengujian validitas konvergen
setelah beberapa indikator yang memiliki
AVE <0,5 dikeluarkan tampak pada
Gambar 2 dan pada Tabel 1 s.d. 3 pada
kolom indikator dengan baris berwarna
merah.
Average Variance Extracted (AVE).
Nilai AVE yang diharapkan >0.5. artinya
model indikator reftektif tersebut valid.
Uji reliabilitas diperkuat dengan
Cronbach Alpha. Nilai diharapkan >0.6
untuk semua konstruk. Tabel 5 di atas
menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
Alpha semua variabel berada di atas 0,6.
Nilai Q-kuadrat lebih dari nol
menunjukkan bahwa nilai telah
direkonstruksi dengan baik dan model
memiliki relevansi prediktif. Tabel 6
menunjukkan angka di atas 0 (nol) baik
pada variable multiusaha kehutanan (X3),
peran pemerintah daerah (X2) maupun
pada peran kawasan hutan sebagai penahan
dan pengendali longsor (Y).
Output Pengujian lainnya terhadap model
dilakukan dengan melihat nilai R Square
yang merupakan uji goodness-fit-model
dalam inner model PLS SEM.
Nilai R Square sebesar 0,75 menunjukkan
bahwa model kuat; nilai R Square sebesar
0,50 menunjukkan model moderat dan 0,25
menunjukkan bahwa model lemah (Sarstedt
et al. 2021). Adjusted R Square adalah nilai
R Square yang telah dikoreksi berdasarkan
nilai standar error. Nilai Adjusted R Square
memberikan gambaran yang lebih kuat
dibandingkan R Square dalam menilai
kemampuan sebuah konstruk exogen dalam
menjelaskan konstruk endogen.
Hasil analisis koefisien determinasi di atas,
dapat disimpulkan:
- Nilai R Square X1 terhadap X3 adalah
0,545. Artinya X1 memengaruhi X3
sebesar 54,5%, sedangkan X1
memengaruhi X2 sebesar 45,2% (R
Square 0,452).
Tabel 7 R-square hasil olah data
Tabel 5 Cronbach’s Alpha dan Average
Variance Extracted
Tabel 6 Q-square hasil olah data
8
- Nilai X1, X2, X3 memengaruhi secara
bersama-sama terhadap nilai Y adalah
sebesar 55,7% (R Square 0,557).
Adapun sisanya sebesar 44,30% terdapat
dalam variabel lain yang tidak dilakukan
penelitian.
Salah satu standar nilai f Square yang dapat
digunakan adalah menurut (Cohen, 1988
dalam (Sarstedt et al. 2021). Nilai f Square
0,02 menunjukkan efek kecil, 0,15
mewakili efek sedang, dan dan 0,35
mewakili efek besar. Dari variabel laten
eksogen. Nilai effect size yang kurang dari
0,02 menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh dan dapat diabaikan (Cohen,
1988 dalam (Sarstedt et al. 2021).
Tabel 9 dapat menjelaskan beberapa hal
sebagai berikut:
- Pengaruh langsung X1 terhadap X3
adalah sebesar 0,738. Artinya jika X1
meningkat sebesar satu satuan, maka X3
akan meningkat sebesar 73,8%.
- Pengaruh langsung X1 terhadap X2
adalah sebesar 0,672. Artinya jika X1
meningkat sebesar satu satuan, maka X2
dapat meningkat sebesar 67,2%.
- Pengaruh langsung X1 terhadap Y
adalah sebesar 0,547. Artinya jika X1
meningkat sebesar satu satuan, maka Y
dapat meningkat sebesar 54,7%.
- Pengaruh X3 terhadap Y adalah 0,103.
Artinya jika X3 meningkat sebesar satu
Tabel 8 f-square hasil olah data
Tabel 9 Koefisien jalur
Gambar 2 Hasil pengujian convergent validity
9
satuan, maka Y dapat meningkat sebesar
10,3%.
- Pengaruh langsung X2 terhadap Y
adalah sebesar 0,158. Artinya jika X2
meningkat sebesar satu satuan, maka Y
dapat meningkat sebesar 15,8%.
Semua pengaruh antarvariabel di atas
bersifat positif.
Dari Tabel 10 terlihat bahwa nilai SRMR
0,106. Menurut (Cangur and Ercan 2015)
untuk memenuhi kriteria model fit, nilai
SMSR harus kurang dari 0,05. Namun
demikian, nilai NFI tercatat sebesar 0,659
(saturated model). Artinya model ini
memenuhi model fit sebesar 65,9%.
4 Kesimpulan dan Saran
Persepsi responden pada masyarakat mewakili
desa pangkuan hutan KPH Sukabumi terhadap
variabel-variabel penelitian (hutan sebagai
penahan dan pengendali bencana alam tanah
longsor, harapan masyarakat, peran pemerintah
daerah, dan multiusaha kehutanan) secara
umum sudah memenuhi persyaratan kriteria
untuk model pengukuran maupun model
struktural. Pengembangan komoditas
multiusaha kehutanan dapat berfungsi sebagai
penahan dan pengendali bencana alam
khususnya tanah longsor. Namun demikian,
model fit masih bisa ditingkatkan lagi untuk
pengembangannya apakah dengan penambahan
variabel lain yang belum diteliti atau meneliti
kembali variabel lain yang dianggap lebih
cocok atau pas untuk melihat persepsi ini.
Penelitian tentang persepsi masyarakat
terhadap pengembangan multiusaha
kehutanan berbasis bencana alam tanah
longsor, dibutuhkan pendalaman tentang
variabel dan indikator yang masuk dalam
kriteria untuk dijadikan dasar dalam
pertanyaan kuesioner. Hal ini untuk
memaksimalkan persepsi masyarakat
mengenai multiusaha kehutanan dan
bencana alam tanah longsor.
Untuk menambah informasi yang lebih
akurat tentang penelitian ini, diharapkan
dilakukan wawancara dengan tokoh
masyarakat, para pakar bencana alam
maupun pejabat yang berkompeten di
bidang kebencanaan misalnya dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Referensi
Ab Hamid M, Sami W, Sidek MM. 2017.
Discriminant validity assessment:
Use of fornell & larcker criterion
versus htmt criterion.
Alarcón D, Sánchez JA. 2015. Assessing
convergent and discriminant
validity in the adhd-r iv rating scale:
User-written commands for average
variance extracted (ave), composite
reliability (cr), and heterotrait-
monotrait ratio of correlations
(htmt).
Cangur S, Ercan I. 2015. Comparison of
model fit indices used in structural
equation modeling under
multivariate normality. Journal of
Modern Applied Statistical
Methods. 14(1):152-167.
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset.
2022. Diakses tanggal 23 mei 2022.
Indrajaya Y, Wuri H. 2008. Potensi hutan
pinus merkusii jungh. Et de vriese
sebagai pengendali tanah longsor di
jawa (potency of merkus pine
(pinus merkusii jungh. Et de vriese)
forest as landslide control in java).
Info Hutan. 5(3):231-240.
Perum Perhutani. 2021. Data evaluasi
potensi sdh. Perum perhutani kantor
pusat.
Sadisun IA. 2004. Manajemen bencana:
Strategi hidup di wilayah berpotensi
bencana.
Tabel 10 Model Fit
10
Sarstedt M, Ringle CM, Hair JF. 2021.
Partial least squares structural
equation modeling.
Suharsono Y. 2014. Validitas dan
reliabilitas skala self-efficacy.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.
2(1):144–151-144–151.
Tsai C-H, Wu T-C, Wall G, Linliu S-C.
2016. Perceptions of tourism
impacts and community resilience
to natural disasters. Tourism
Geographies. 18(2):152-173.
Widodo PB. 2006. Reliabilitas dan validitas
konstruk skala konsep diri untuk
mahasiswa indonesia.
Ade Sugiharto_E 1601211015
Tugas Mata Kuliah MNH 746
Pengambilan Keputusan Multiusaha
Kehutanan
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, M.S.

More Related Content

Similar to Pemodelan Persepsi Masyarakat Terhadap Multiusaha Kehutanan Berbasis Risiko Tanah longsor

MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdfMASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
VitusAntonio
 
Prociding 1 tsunami
Prociding 1 tsunamiProciding 1 tsunami
Prociding 1 tsunami
dosido
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistem
Erwin Radom
 

Similar to Pemodelan Persepsi Masyarakat Terhadap Multiusaha Kehutanan Berbasis Risiko Tanah longsor (20)

8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)
 
8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)
 
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdfMASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
MASYARAKAT KAMPUNG URUG, SUKAJAYA, BOGOR.pdf
 
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
 
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
 
ANALISIS RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (RPBD) KABUPATEN KARANGASEM .docx
ANALISIS RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (RPBD) KABUPATEN KARANGASEM .docxANALISIS RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (RPBD) KABUPATEN KARANGASEM .docx
ANALISIS RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (RPBD) KABUPATEN KARANGASEM .docx
 
Masukan untuk Renstra Badan Geologi 2025-2029
Masukan untuk Renstra Badan Geologi 2025-2029Masukan untuk Renstra Badan Geologi 2025-2029
Masukan untuk Renstra Badan Geologi 2025-2029
 
Mitigasi bencana Desa Melung.pdf
Mitigasi bencana Desa Melung.pdfMitigasi bencana Desa Melung.pdf
Mitigasi bencana Desa Melung.pdf
 
Mitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerMitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role player
 
Arga
ArgaArga
Arga
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
 
Paper asc tri cahyono
Paper asc tri cahyonoPaper asc tri cahyono
Paper asc tri cahyono
 
PB 02. Sosped sbg IP_010915.pptx
PB 02. Sosped sbg IP_010915.pptxPB 02. Sosped sbg IP_010915.pptx
PB 02. Sosped sbg IP_010915.pptx
 
8113 16022-1-sm
8113 16022-1-sm8113 16022-1-sm
8113 16022-1-sm
 
Prociding 1 tsunami
Prociding 1 tsunamiProciding 1 tsunami
Prociding 1 tsunami
 
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptxPresentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
 
Artikel desa wisata
Artikel desa wisataArtikel desa wisata
Artikel desa wisata
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistem
 
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup.pptx
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup.pptx1. Pengelolaan Lingkungan Hidup.pptx
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup.pptx
 
Bacaan i ikhtisar bacaan
Bacaan i ikhtisar bacaanBacaan i ikhtisar bacaan
Bacaan i ikhtisar bacaan
 

Pemodelan Persepsi Masyarakat Terhadap Multiusaha Kehutanan Berbasis Risiko Tanah longsor

  • 1. 1 Pendahuluan Indonesia adalah negara rawan bencana alam karena posisinya berada di antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Indo- Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antarlempeng tersebut menyebabkan rentan bencana tektonik tanah longsor (Indrajaya and Wuri 2008; Sadisun 2004). Indonesia di dalam (https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset 2022) terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Laman tersebut mencatat bencana alam yang terjadi di Provinsi Jawa Barat adalah tanah longsor, gempa, banjir, kekeringan, puyuh, gelombang pasang, kebakaran, bencana lainnya, gunung meletus, dan tsunami. Total bencana Jawa Barat sejak tahun 2012 s.d. 2021 pada 27 kab/kota sebanyak 11.118 kejadian. Dari angka total tersebut, 51% (5.662 kejadian) adalah bencana alam tanah longsor, dan 3 kejadian terbanyak berada di Kabupaten Sukabumi 890 kali, Kabupaten Bogor 801 dan Kota Bogor 607 kali. Kabupaten Sukabumi ini menjadi objek penelitian multiusaha kehutanan dalam hubungannya dengan potensi bahaya bencana alam tanah longsor. Karena menyangkut multiusaha kehutanan, maka Pemodelan Persepsi Masyarakat Terhadap Multiusaha Kehutanan Berbasis Risiko Tanah longsor Ade Sugiharto_E1601211015 Supervisor: Dr. Ir. Budi Kuncahyo, M.S. INFO ARTIKEL Kata Kunci: Pemodelan Masyarakat Bencana alam Hutan KPH Sukabumi ABSTRACT Natural disasters that occur in West Java Province are landslides, earthquakes, floods, droughts, quail, tidal waves, fires, other disasters, volcanic eruptions, and tsunamis. The total disaster in West Java from 2012 to 2021 in 27 regencies/cities was 11,118 incidents. Of this total figure, 51% (5,662 incidents) were landslide natural disasters, and the most 890 times occurred in Sukabumi District. The method was carried out by distributing questionnaires to the forest- holding village of Perum Perhutani, Sukabumi Forest Management Unit. In the data from the 2020 SDH Potential Evaluation (Perum Perhutani 2021), the forest-holding village in KPH Sukabumi consists of 30 sub-districts and 109 villages, so that questionnaires are distributed to all villages, 1 questionnaire each. In general, the perception of the community in the forest-holding village of KPH Sukabumi on the research variables (forest as a barrier and control for landslide natural disasters, community expectations, the role of local government, and multi-business forestry) has met the criteria requirements for the structural model (R2), cross-validated. redundancy (Q2), effect size (f) and path coefficients as well as convergent validity testing models in the form of loading factor and AVE (Average variance extracted) values. To add more accurate information about this research, it is hoped that interviews with community leaders, natural disaster experts and competent officials in the disaster sector, for example from the National Disaster Management Agency and the Regional Disaster Management Agency (BNPB), will be conducted.
  • 2. 2 diambil lokasi kawasan hutan yang ada di Kabupaten Sukabumi. Perum Perhutani mengelola 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), dengan komposisi 20 KPH di Provinsi Jawa Tengah, 23 KPH di Jawa Timur dan 14 KPH di Jawa Barat dan Banten. Sebagai representasi pengelola hutan di Kabupaten Sukabumi adalah KPH Sukabumi. KPH ini merupakan salah satu dari 14 KPH yang secara struktural berada di bawah Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Luas kawasan hutan yang dikelola adalah 59.499,06 ha (Perum Perhutani 2021) dengan 2 Kelas Perusahaan Jati dan Pinus. KPH ini terbagi ke dalam 6 Bagian Kesatuan Pemangkutan Hutan (BKPH). Sehubungan jenis tanaman yang dikelola cukup beragam mulai dari tanaman kayu maupun non kayu, sehingga menarik untuk dilakukan penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap komoditas multiusaha kehutanan yang daerahnya merupakan lokasi rawan bencana alam, terutama tanah longsor. Maksud penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap bencana alam tanah longsor dari perspektif: (1)keberlanjutan hutan lestari dapat menahan dan mengendalikan tanah longsor, (2) harapan masyarakat terhadap pengendalian bencana alam tanah longsor, (3) peran Pemerintah Daerah dalam mendukung pencegahan bencana alam tanah longsor, dan (4)potensi pengembangan multiusaha kehutanan tehadap pengendalian bencana alam. Rumusan Masalah Umumnya, kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani sampai saat ini belum memperhitungkan bencana alam dalam pengelolaannya. Hal ini diperlihatkan oleh beberapa indikator sebagai berikut: 1. Faktor bencana alam tidak masuk perhitungan rencana pengelolaan. Indikator tersebut, di antara penyebabnya antara lain: - Bencana alam secara umum terjadi tiba-tiba - Kondisi musim/cuaca sulit diprediksi - Rencana pengelolaan didasarkan pada asumsi kondisi normal 2. Sistem sertifikasi (mandatory maupun voluntary) belum secara spesifik menilai arti hutan sebagai pencegah bencana alam. Penyebabnya antara lain: - Prinsip, kriteria, indikator, verifier, dan norma belum secara eksplisit menilai hutan sebagai pencegah bencana alam. - Informasi hutan sebagai pencegah bencana masih belum terekspose secara nasional/internasional. - Parameter penyebab bencana belum teridentifikasi dengan jelas 3. Target kelestarian ekologi seolah berada di bawah target finansial. - Mitigasi bencana tidak masuk dalam fixed cost pengelolaan hutan - Perusahaan hidup dan menghidupi karyawannya dari hasil pengusahaaan sumberdaya hutan yang diamanatkan untuk dikelola secara mandiri. 4. Paradigma hutan sebagai pengendali bencana alam tanah longsor relatif masih belum berkembang. - Kurangnya informasi bahwa hutan dapat mencegah bencana alam. - Minimnya data-data hutan sebagai pencegah bencana alam. - Informasi dan data bahwa hutan dapat mencegah bencana alam belum tersosialisasikan secara lengkap kepada khalayak umum. 2 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu metode deskriptif dan
  • 3. 3 verifikatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri variabel persepsi mengenai harapan masyarakat, peran pemerintah daerah, kepentingan multiusahan kehutanan dan peran kawasan hutan sebagai penahan dan pengendali bencana alam tanah longsor. Sifat penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Mengingat sifat penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode descriptive survey dan metode explanatory survey. Tipe investigasi dalam penelitian ini adalah kausalitas. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang mewakili desa, setiap individu mewakili desa pangkuan hutan KPH Sukabumi. Metode yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada desa pangkuan hutan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi. Di dalam data hasil Evaluasi Potensi SDH Tahun 2020 (Perum Perhutani 2021), Desa pangkuan hutan yang ada di KPH Sukabumi terdiri dari 30 kecamatan dan 109 desa, sehingga dilakukan penyebaran kuesioner pada semua desa, masing-masing 1 kuesioner. Lokasi penelitian sebagaimana dalam Gambar 1. Untuk mengkuantifikasi, setiap pertanyaan kuesioner dalam bentuk google form menggunakan skala “Likert” dengan ketentuan: 1 sangat tidak setuju 2 tidak setuju 3 cukup setuju 4 setuju 5 sangat setuju Adapun jumlah desa pangkuan hutan di KPH Sukabumi adalah sebagai berikut: BKPH Bojong Lopang : 10 desa BKPH Cikawung : 25 desa BKPH Jampang Kulon : 12 desa BKPH Lengkong : 25 desa BKPH Pelabuhan Ratu : 16 desa BKPH Sagaranten : 21 desa Karakteristik Responden Responden terdiri dari 102 orang laki- laki dan 7 orang perempuan. Tingkat pendidikan untuk perempuan lulusan SMP ada 2 orang dan lulusan SMA sebanyak 5 orang. Untuk responden laki-laki, lulusan SD sebanyak 31, SMP ada 27, SMA 34 orang, S1 9 orang dan lulusan S2 hanya 1 orang. Umur responden bervariasi mulai dari 28 tahun sampai 73 tahun. Terbanyak adalah umur 52 tahun sebanyak 8 orang dan umur 50 dan 53 masing-masing 7 orang. Definisi operasionalisasi variabel (Tabel 1 s.d. 4) dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun pokok masalah dari penelitian ini adalah persepsi dari harapan masyarakat (X1) sebagai variable bebas, peran pemerintah daerah (X2) dan kepentingan multiusaha kehutanan (X3) sebagai variable intervening. Sedangkan variable terikatnya adalah kawasan hutan sebagai penahan dan pengendali bencana alam longsor (Y). Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk melihat pengaruh antarvariabel sebagai berikut: 1. Pengaruh langsung X1 terhadap Y 2. Pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 3. Pengaruh X1 terhadap Y melalui X3 4. Pengaruh langsung X1 terhadap X2 5. Pengaruh langsung X1 terhadap X3 Menurut (Tsai et al. 2016), ketahanan masyarakat terhadap bencana diukur menurut empat dimensi: 'kerapuhan lingkungan', 'keterikatan masyarakat', 'kesadaran pencegahan bencana', dan 'tanggapan adaptif'.
  • 4. 4 Gambar 1 Peta lokasi rawan bencana KPH Sukabumi Tabel 1 Definisi operasionalisasi variabel untuk Y
  • 5. 5 Tabel 2 Definisi operasionalisasi variabel untuk X1 Tabel 3 Definisi operasionalisasi variabel untuk X2
  • 6. 6 3 Hasil dan Pembahasan Hasil pengambilan data di lapangan dilakukan analisa menggunakan Partial Least Square. Adapun software yang digunakan untuk mengolah data adalah SmartPLS (v.3.2.9). Untuk melakukan pengujian antarkonstruk laten, dilakukan uji model struktural. Evaluasi Model Evaluasi model struktural (Inner Model) diawali dengan mengecek adanya kolinearitas antarkonstruk dan kemampuan model prediktif. Selanjutnya menggunakan empat kriteria yaitu koefisien determinasi (R2 ), cross-validated redundancy (Q2 ), effect size (f) dan koefisien jalur(Sarstedt et al. 2021) Evaluasi model pengukuran (outer model) dilakukan dengan menguji validitas dan reliabilitas. Validitas konstruk adalah penilaian tentang seberapa baik (tepat dan cermat) seorang peneliti menerjemahkan teori yang dipergunakan ke dalam alat ukur, ketepatan tes dalam mengukur sesuatu yang harus diukur (Suharsono 2014; Widodo 2006). Sedangkan reliabilitas adalah pemahaman tentang kemampuan alat ukur untuk dapat dipercaya dan menjadi sandara pengam- bilan keputusan, berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dengan Tabel 4 Definisi operasionalisasi variabel untuk X3
  • 7. 7 melihat daya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu (Suharsono 2014; Widodo 2006). Hasil pengujian validitas konvergen berupa nilai loading factor dan AVE (Average variance extracted). Nilai loading factor semua indikator dikatakan valid apabila >0,5 (Ab Hamid et al. 2017). Model penelitian dapat dikatakan diterima jika AVE masing-masing konstruk nilainya > 0,5 dan dianggap sangat baik jika nilainya di atas 0,7(Alarcón and Sánchez 2015). Dalam penelitian ini terdapat beberapa indikator yang harus dihilangkan agar nilai AVE yang diperoleh > 0,5 dan model penelitian ini dikatakan valid. Beberapa indikator harus dihilangkan untuk mendapatkan AVE > 0,5 dan model penelitian dapat dikatakan valid. Indikator pada variabel “HM” semula 10 menjadi 7. Indikator pada variabel PPL semula 10 menjadi 5. Indikator pada variabel MUK tidak ada yang dihilangkan, sedangkan indikator pada variabel PPD semula 11 menjadi 10 (dibuang 1 indikator PPD1: “Peran Pemerintah dibutuhkan untuk mencegah bencana tanah longsor”). Hasil pengujian validitas konvergen setelah beberapa indikator yang memiliki AVE <0,5 dikeluarkan tampak pada Gambar 2 dan pada Tabel 1 s.d. 3 pada kolom indikator dengan baris berwarna merah. Average Variance Extracted (AVE). Nilai AVE yang diharapkan >0.5. artinya model indikator reftektif tersebut valid. Uji reliabilitas diperkuat dengan Cronbach Alpha. Nilai diharapkan >0.6 untuk semua konstruk. Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha semua variabel berada di atas 0,6. Nilai Q-kuadrat lebih dari nol menunjukkan bahwa nilai telah direkonstruksi dengan baik dan model memiliki relevansi prediktif. Tabel 6 menunjukkan angka di atas 0 (nol) baik pada variable multiusaha kehutanan (X3), peran pemerintah daerah (X2) maupun pada peran kawasan hutan sebagai penahan dan pengendali longsor (Y). Output Pengujian lainnya terhadap model dilakukan dengan melihat nilai R Square yang merupakan uji goodness-fit-model dalam inner model PLS SEM. Nilai R Square sebesar 0,75 menunjukkan bahwa model kuat; nilai R Square sebesar 0,50 menunjukkan model moderat dan 0,25 menunjukkan bahwa model lemah (Sarstedt et al. 2021). Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah dikoreksi berdasarkan nilai standar error. Nilai Adjusted R Square memberikan gambaran yang lebih kuat dibandingkan R Square dalam menilai kemampuan sebuah konstruk exogen dalam menjelaskan konstruk endogen. Hasil analisis koefisien determinasi di atas, dapat disimpulkan: - Nilai R Square X1 terhadap X3 adalah 0,545. Artinya X1 memengaruhi X3 sebesar 54,5%, sedangkan X1 memengaruhi X2 sebesar 45,2% (R Square 0,452). Tabel 7 R-square hasil olah data Tabel 5 Cronbach’s Alpha dan Average Variance Extracted Tabel 6 Q-square hasil olah data
  • 8. 8 - Nilai X1, X2, X3 memengaruhi secara bersama-sama terhadap nilai Y adalah sebesar 55,7% (R Square 0,557). Adapun sisanya sebesar 44,30% terdapat dalam variabel lain yang tidak dilakukan penelitian. Salah satu standar nilai f Square yang dapat digunakan adalah menurut (Cohen, 1988 dalam (Sarstedt et al. 2021). Nilai f Square 0,02 menunjukkan efek kecil, 0,15 mewakili efek sedang, dan dan 0,35 mewakili efek besar. Dari variabel laten eksogen. Nilai effect size yang kurang dari 0,02 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dan dapat diabaikan (Cohen, 1988 dalam (Sarstedt et al. 2021). Tabel 9 dapat menjelaskan beberapa hal sebagai berikut: - Pengaruh langsung X1 terhadap X3 adalah sebesar 0,738. Artinya jika X1 meningkat sebesar satu satuan, maka X3 akan meningkat sebesar 73,8%. - Pengaruh langsung X1 terhadap X2 adalah sebesar 0,672. Artinya jika X1 meningkat sebesar satu satuan, maka X2 dapat meningkat sebesar 67,2%. - Pengaruh langsung X1 terhadap Y adalah sebesar 0,547. Artinya jika X1 meningkat sebesar satu satuan, maka Y dapat meningkat sebesar 54,7%. - Pengaruh X3 terhadap Y adalah 0,103. Artinya jika X3 meningkat sebesar satu Tabel 8 f-square hasil olah data Tabel 9 Koefisien jalur Gambar 2 Hasil pengujian convergent validity
  • 9. 9 satuan, maka Y dapat meningkat sebesar 10,3%. - Pengaruh langsung X2 terhadap Y adalah sebesar 0,158. Artinya jika X2 meningkat sebesar satu satuan, maka Y dapat meningkat sebesar 15,8%. Semua pengaruh antarvariabel di atas bersifat positif. Dari Tabel 10 terlihat bahwa nilai SRMR 0,106. Menurut (Cangur and Ercan 2015) untuk memenuhi kriteria model fit, nilai SMSR harus kurang dari 0,05. Namun demikian, nilai NFI tercatat sebesar 0,659 (saturated model). Artinya model ini memenuhi model fit sebesar 65,9%. 4 Kesimpulan dan Saran Persepsi responden pada masyarakat mewakili desa pangkuan hutan KPH Sukabumi terhadap variabel-variabel penelitian (hutan sebagai penahan dan pengendali bencana alam tanah longsor, harapan masyarakat, peran pemerintah daerah, dan multiusaha kehutanan) secara umum sudah memenuhi persyaratan kriteria untuk model pengukuran maupun model struktural. Pengembangan komoditas multiusaha kehutanan dapat berfungsi sebagai penahan dan pengendali bencana alam khususnya tanah longsor. Namun demikian, model fit masih bisa ditingkatkan lagi untuk pengembangannya apakah dengan penambahan variabel lain yang belum diteliti atau meneliti kembali variabel lain yang dianggap lebih cocok atau pas untuk melihat persepsi ini. Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pengembangan multiusaha kehutanan berbasis bencana alam tanah longsor, dibutuhkan pendalaman tentang variabel dan indikator yang masuk dalam kriteria untuk dijadikan dasar dalam pertanyaan kuesioner. Hal ini untuk memaksimalkan persepsi masyarakat mengenai multiusaha kehutanan dan bencana alam tanah longsor. Untuk menambah informasi yang lebih akurat tentang penelitian ini, diharapkan dilakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, para pakar bencana alam maupun pejabat yang berkompeten di bidang kebencanaan misalnya dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Referensi Ab Hamid M, Sami W, Sidek MM. 2017. Discriminant validity assessment: Use of fornell & larcker criterion versus htmt criterion. Alarcón D, Sánchez JA. 2015. Assessing convergent and discriminant validity in the adhd-r iv rating scale: User-written commands for average variance extracted (ave), composite reliability (cr), and heterotrait- monotrait ratio of correlations (htmt). Cangur S, Ercan I. 2015. Comparison of model fit indices used in structural equation modeling under multivariate normality. Journal of Modern Applied Statistical Methods. 14(1):152-167. https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset. 2022. Diakses tanggal 23 mei 2022. Indrajaya Y, Wuri H. 2008. Potensi hutan pinus merkusii jungh. Et de vriese sebagai pengendali tanah longsor di jawa (potency of merkus pine (pinus merkusii jungh. Et de vriese) forest as landslide control in java). Info Hutan. 5(3):231-240. Perum Perhutani. 2021. Data evaluasi potensi sdh. Perum perhutani kantor pusat. Sadisun IA. 2004. Manajemen bencana: Strategi hidup di wilayah berpotensi bencana. Tabel 10 Model Fit
  • 10. 10 Sarstedt M, Ringle CM, Hair JF. 2021. Partial least squares structural equation modeling. Suharsono Y. 2014. Validitas dan reliabilitas skala self-efficacy. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2(1):144–151-144–151. Tsai C-H, Wu T-C, Wall G, Linliu S-C. 2016. Perceptions of tourism impacts and community resilience to natural disasters. Tourism Geographies. 18(2):152-173. Widodo PB. 2006. Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa indonesia. Ade Sugiharto_E 1601211015 Tugas Mata Kuliah MNH 746 Pengambilan Keputusan Multiusaha Kehutanan Dosen Pengampu: Dr. Ir. Budi Kuncahyo, M.S.