Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di sekitar Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan. Prasasti-prasasti tersebut menyebutkan nama-nama raja Kutai seperti Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Raja Mulawarman dikenal sebagai raja terbesar Kutai yang me
1. 1
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
Kerajaan Kutai di Indonesia
Letak Kerajaan Kutai : Berdasarkan sumber-sumber beruta yang berhasil ditemukan
menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, yaitu di hulu Sungai Mahakam. Nama
kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini
disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan
tersebut. Oleh karena itu, para ahli memberi nama kerajaan itu Kutai. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup
wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa
kejayaannya, Kerajaan Kutai memiliki wilayah yang sangat luas, yaitu hampir sebagian wilayah
Kalimantan.
Raja-raja Kerajaan Kutai : Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai adalah sebagai
berikut :
1. Raja Kudungga : Raja Kudungga adalah raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai.
Akan tetapi, apabila dilihat dari nama raja yang masih menggunakan nama Indonesia, para ahli
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke
wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan
masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan
menangkat dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun-temurun.
2. Raja Aswawarman : Prasati Yupa menyatakan pula bahwa Raja Aswawarman merupakan
seorang raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai
diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini
pernah dilakukan di india pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas
wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan
batas kekuasaan Kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai di mana ditemukan tapak kaki kuda,
maka sampai di siulah batas Kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit
Kerajaan Kutai.
3. Raja Mulawarman : Raja Aswawarman digantikan oleh putranya yaitu bernama Raja
Mulawarman. Ia adalah raja terbesar di Kerajaan kuta. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan
Kutai mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup tenteram dan sejatera. Dengan keadaan
seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.
Kehidupan Ekonomi : Tentang kehidupan perekonomian masyarakat Kutai tidak banyak yang
bisa diketahui dari prasati-prasasti Kutai. Namun melihat letaknya, Kutai sangat strategis, yaitu terletak
pada jalur aktivitas pelayaran dan perdagangan antara dunia barat dan dunia timur. Di tambah lagi, letak
Kutai yang jauh kea rah pendalaman, sangat baik sebagai tempat peristirahatan bagi para pelayar yang
melakukan perjalanan jauh. Secara langsung hal ini berpengaruh besar terhadap perkembangan
perekonomian masyarakat, di mana perdagangan juga dijadikan mata pencaharian utama.
Kehidupan Budaya : Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai. Yupa
merupakan sebuah tugu batu untuk mengikat kurban yang dipersembakan kepada para dewa. Namun,
sebenarnya tugu batu itu merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum,
yaitu kebudayaan menhir. Salah satu yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata Vaprakecvara.
Seorang ahli bernama Ny. Sulaiman mengatakan bahwa kata “Vaprakecvara” itu dihubungkan dengan
Dewa Siwa. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama SIwa. Hal ini
didukung oleh beberapa faktor berikut:
1. Besarnya pengaruh kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenal
di Kutai.
2. 2
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
2. Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam
agama Siwa terutama mengenai upacara korban.
(source : Sejarah untuk SMA jilid 2 Program Ilmu Sosial ㅡ Bab 2. Kerajaan-Kerajaan Hindu
Buddha di Indonesia | July 17, 2013)
Letak Kerajaan Kutai : Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,
Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari
nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh
para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang
sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa
prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja
pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang
disebut sebagai Wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh
Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya
menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut
membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Kehidupan Ekonomi : Tidak diketahui secara pasti tentang kehidupan ekonomi, kecuali
disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas
dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara
pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain,
bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak geografis,
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat
yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan
perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Kehidupan Budaya : Dapat disimpulkan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan
melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma.
Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan
ciri-ciri Indonesia, sedangkan yang memimpin upacara tersebut menurut para ahli dipastikan adalah para
pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara
penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana
asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan
terhadap bahasa Sansekerta yang pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan
lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
Raja Kerajaan Kutai :
1. Raja Kudungga : Raja Kudungga adalah raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai.
Tetapi, apabila dilihat dari nama raja yang masih menggunakan nama Indonesia, para ahli
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke
wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya
pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadikerajaan dan mengangkat
dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun-temurun.
2. Raja Aswawarman : Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang
bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar
Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan
salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui
bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan.
3. 3
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup
sejahtera dan makmur. Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena
kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
3. Raja Mulawarman : Beliau adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama
Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat
dari cara penulisannya. Sementara itu Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa
(Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Hindu.
Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan
Kutai mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup tenteram dan sejahtera.
Hanya ketiga raja tersebut yang tertulis dalam prasasti Yupa. Sementara itu raja-raja lain setelah
Mulawarman belum diketahui secara pasti karena keterbatasan sumber sejarah.
(source : http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-kutai.html | July 17, 2013)
Letak Kerajaan Kutai : Kerajaan Kutai terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Berdasarkan bukti-bukti berupa yupa yang ditemukan, Kutai merupakan kerajaan tertua di
Indonesia. Yupa tersebut berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa. Dalam salah yupa dinyatakan
nama-nama raja Kutai seperti Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Yupa-yupa tersebut
merupakan peringatan upacara kurban yang dilakukan kaum brahmana. Dilihat dari bentuk tulisan diduga
yupa itu dibuat pada abad ke- 4 Masehi, pada masa Raja Mulawarman.
Mulawarman adalah raja terkenal dari Kutai, seperti diungkapkan pada salah satu yupa
berikut: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur bernama
Aswawarman. (Dia) mempunyai tiga orang putra yang seperti api. Yang terkemuka di antara ketiga
putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah
upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan.”
Mulawarman, menurut yupa tersebut, sering diwujudkan dengan Ansuman, yaitu Dewa Matahari.
Raja Mulawarman dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan
kaum brahmana yang datang ke Kutai. Diceritakan bahwa Mulawarman sangat dermawan. Ia
memberikan sedekah berupa minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 lembu kepada
brahmana di suatu tempat yang disebut Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Siwa).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Mulawarman menganut Hindu-Siwa. Dari besarnya
sedekah raja Mulawarman ini memperlihatkan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur.
Kemakmuran ini didukung oleh peranan yang besar Kutai dalam pelayaran dan perdagangan di sekitar
Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena letak Kutai yang strategis, yaitu berada dalam jalur
perdagangan utama Cina−India.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa raja pertama Kutai yang bernama Kudungga
diyakini belum dipengaruhi agama Hindu, setidaknya terlihat dari namanya yang masih asli. Kudungga
diperkirakan adalah seorang pemimpin suku setempat yang kemudian mendirikan kerajaan pada saat
pengaruh Hindu−Buddha mulai masuk ke Indonesia. Putra Kudungga, Aswawarman, kemungkinan
adalah raja pertama Kutai yang beragama Hindu.
Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti sehingga diberi gelar Wangsakerta yang artinya
pembentuk keluarga. Dalam masa pemerintahannya wilayah Kutai makin diperluas. Hal ini diketahui dari
diadakannya upacara Aswamedha, yaitu upacara pelepasan kuda.
4. 4
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
Setelah Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putra Aswawarman. Dari prasasti yang
ditemukan diketahui bahwa dalam masa pemerintahan Mulawarman pada abad ke−4 M, Kutai
mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hamper seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Pada masa pemerintahannya pula, rakyat Kutai hidup makmur.
Kehidupan Agama : Dari penggunaan bahasa Sansekerta dan pemberian hadiah sapi,
disimpulkan bahwa dalam masyarakat Kutai terdapat golongan Brahmana, golongan yang sebagaimana
juga di India memegang monopoli penyebaran dan upacara keagamaan.
Selain golongan Brahmana, terdapat pula kaum Ksatria. Golongan yang terdiri dari kerabat dekat
raja. Di luar kedua golongan ini, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan
kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, namun masih
terdapat kebebasan bagi masyarakat untuk menjalankan kepercayaan aslinya.
Kehidupan Ekonomi : Diperkirakan bahwa pertanian, baik sawah maupun ladang, merupakan
mata pencarian utama masyarakat Kutai. Melihat letak di sekitar Sungai Mahakam sebagai jalur
transportasi laut, diperkirakan perdagangan masyarakat Kutai berjalan cukup ramai. Bagi pedagang luar
yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus memberikan “hadiah” kepada raja agar diizinkan berdagang.
Pemberian “hadiah” ini biasanya berupa barang dagangan yang cukup mahal harganya; dan
pemberian ini dianggap sebagai upeti atau pajak kepada pihak Kerajaan. Melalui hubungan dagang
tersebut, baik melalui jalur transportasi sungai-laut maupan transportasi darat, berkembanglah hubungan
agama dan kebudayaan dengan wilayah-wilayah sekitar. Banyak pendeta yang diundang datang ke Kutai.
Banyak pula orang Kutai yang berkunjung ke daerah asal para pendeta tersebut.
(source : http://ssbelajar.blogspot.com/2012/05/kerajaan-kutai-dan-kehidupan.html | July 17, 2013)
Letak Kerajaan : Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini
terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
Pendiri Dinasti : Diperkirakan Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4 M prasasti tersebut
didirikan oleh Raja Mulawarman. Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh
prasasti yang berbentuk yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta.
Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga.
Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai Wamsakerta (pembentuk
keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman
dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu
dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli
yang telah memeluk agama Hindu.
Kehidupan Ekonomi : Dapat diketahui dari dua hal yaitu letak geografis Kerajaan Kutai
berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik
untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian. Dan keterangan tertulis pada
prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Kehidupan Budaya : Kehidupan Budaya masyarakat Kutai adalah:
5. 5
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
1. Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyang.
2. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
3. Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
Lalu masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia mengalami
perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan raja
sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala
suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan
tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa
Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.
Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk
pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman
digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Pada prasasti itu juga diceritakan bahwa Raja Mulawaraman memerintah dengan bijaksna. Ia
pernah menghadiahkan ± 20.000 ekor sapi untuk korban kepada para brahmana / pendeta. Dan dalam
prasasti itu pun menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti, bukan Kudungga alias
ayah dari Adwawarman. Karena Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu sehingga ia tidak bisa
menjadi pendiri dinasti Hindu.
Dari Raja Aswawarman menurunlah sampai Mulawarman, karena Mulawarman pun memeluk
agama Hindu. Hal itu diketahui dari penyebutan bangunan suci untuk Dewa Trimurti. Bangunan itu
disebut bangunan Wapraskewara dan di Gua Kembeng di Pedalaman Kutai ada sejumlah arca-arca
agama Hindu seperti Siwa dan Ganesa.
Serta, bukti sejarah Kerajaan Kutai ini adalah ditemukannya tujuh buah prasasti yang berbentuk
Yupa (tiang batu).
(source : http://nesaci.com/sejarah-kerajaan-kutai-di-indonesia | July 17, 2013)
Letak geografis Kutai : Letak yang berada menjorok ke daerah pedalaman,menyebabkan Kutai
menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India. Hal inilah
yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat di Kutai.
Kehidupan Ekonomi : Karena letak daerah Kutai yang berada disekitar aliran Sungai
Mahakam, potensi sebesar bagi penduduk adalah melakukan kegiatan bertani.
Kehiduapn Budaya : Masyarakat di kerajaan Kutai tertata, tertib, dan teratur. Hal ini
disebabkan adanya sistem pemerintahan raja. Selain itu mereka juga sangat menjaga akar tradisi budaya
nenek moyangnya. Dalam kaitan ini, mereka melestarikan tradisi Megalithikum melalui pembuatan tiang
batu (yupa) untuk mengenang apa yang mereka buat.
Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan serta kemajuan
budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yang menerima dan mengadaptasi
budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.
6. 6
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
Kehidupan Agama : Masyarakat Kutai dikenal menjunjung tinggi spirit keagamaan dalam
kehidupan kebudayanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam
yupa-prasasti yang mereka tulis dahulu, menguatkan kesimpulan itu.
(source : http://www.scribd.com/doc/35228924/kerajaan-kutai | July 17, 2013)
Letak Kerajaan Kutai : Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini
terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur dan di dekat kota Tenggarong.
Raja Kutai : Sejak muncul dan berkembang Pengaruh Hindu di Kerajaan Kutai,
terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi sistem
pemerintahan Raja atau feodal. Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai adalah sebagai
berikut:
1. Kudungga : Raja ini adalah Founding Father Kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja
pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama lokal atau nama yang belum dipengaruhi
oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa kekuasaan
Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara, kedudukan Kudungga pada awalnya
adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia megubah struktur
pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian
raja dilakukan secara turun temurun.
2. Aswawarman : Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan raja yang
cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas lagi.
Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah
dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan
batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda,
maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit
kerajaan Kutai saat itu.
3. Mulawarman : Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke
puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan
upacara korban emas yang amat banyak.
Kehidupan Budaya : Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya
nenek moyangnya.
1. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
2. Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dan kemajuan budaya.
Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yang menerima dan mengadaptasi budaya luar
(India) ke dalam kehidupan masyarakat.Selain dari itu, masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat
yang menjunjung tinggi spirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana
sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis menguatkan
kesimpulan itu
Kehidupan Ekonomi : Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal
berikut ini, yaitu letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai,
disamping pertanian. Dan juga, keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja
Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
7. 7
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
(source : http://ratnafitri11ips517.blogspot.com/2012/11/makalah-kerajaan-kutai.html | July 17,
2013)
Kehidupan Budaya : Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya
Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem
pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya
dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan
tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa
Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.
Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk
pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman
digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Pada prasasti itu juga diceritakan bahwa Raja Mulawaraman memerintah dengan bijaksna. Ia
pernah menghadiahkan ± 20.000 ekor sapi untuk korban kepada para brahmana / pendeta. Dan dalam
prasasti itu pun menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti, bukan ayahnya
Kudungga yang menjadi pendiri dinasti tetapi anaknya Aswawarman. Hal itu karena pada saat itu Raja
Kudungga belum memeluk agama Hindu, sehingga ia tidak bisa menjadi pendiri dinasti Hindu.
Dari Raja Aswawarman menurunlah sampai Mulawarman, karena Mulawarman pun memeluk
agama Hindu. Hal itu diketahui dari penyebutan bangunan suci untuk Dewa Trimurti. Bangunan itu
disebut bangunan Wapraskewara dan di Gua Kembeng di Pedalaman Kutai ada sejumlah arca-arca
agama Hindu seperti Siwa dan Ganesa.
Pemerintahan Kutai : Berikut adalah beberapa orang raja paling berpengaruh yang pernah
memerintah Kerajaan Kutai.
1. Raja Kudungga : Adalah raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Kutai. Jika dilihat
dari namanya yang masih menggunakan nama Indonesia, para ahli berpendapat bahwa pada masa
pemerintahan Kudungga pengaruh Agama Hindu belum terlalu kuat. Hal ini dikarenakan para raja
kerajaan Hindu pada zaman dulu selalu menggunakan nama-nama India. Para ahli juga memperkirakan
bahwa Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Namun setelah masuknya pengaruh Hindu
dari India, maka berubahlah sistem pemerintahan dari kepala suku menjadi kerajaan. Kudungga lalu
mendeklarasikan dirinya sebagai raja dan memutuskan bahwa pergantian kekuasaan harus dilakukan
secara turun temurun sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya.
2. Raja Aswawarman : Aswawarman adalah putra dari Kudungga. Aswawarman disebut
sebagai seorang raja yang cakap dan kuat. Aswawarman pulalah yang memiliki jasa paling besar atas
perluasan wiayah Kerajaan Kutai. Perluasan wilayah diakukan oleh Aswawarman dengan cara
melakukan upacara Asmawedha, yaitu upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah
kerajaan. Kuda-kuda yang dilepaskan ini akan diikuti oleh prajurit kerajaan yang akan menentukan
wilayah kerajaan sesuai dengan sejauh mana jejak telapak kaki kuda dapat ditemukan.
3. Raja Mulawarman : Merupakan putra Aswawarman sekaligus raja terbesar Kerajaan Kutai
yang membawa Kutai mencapai puncak kejayaannya. Dibawah pemerintahannya, rakyat Kutai dapat
hidup aman dan sejahtera. Pada prasasti Yupa, Mulawarman disebut sebagai seorang raja yang sangat
dermawan karena telah memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
(source : http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-kutai.html | July 17, 2013)
8. 8
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
Kehidupan Ekonomi : Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti, kecuali
disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas
dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.
Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi
tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan
dagang.
Kehidupan Budaya : Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju.
Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut
upacara Vratyastoma.
Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih
mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para
ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan
sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli.
Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan
intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya
bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana
untuk masalah keagamaan.
(source : http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=118&fname=sej106_06.htm | via :
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/kerajaan-kutai.html | July 17, 2013)
Kehidupan Budaya : Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya
nenek moyangnya. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
Masuknya Pengaruh Budaya : Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya
Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem
pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya
dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan
tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa
Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.
Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk
pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman
digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Pada prasasti itu juga diceritakan bahwa Raja Mulawaraman memerintah dengan bijaksna. Ia
pernah menghadiahkan ± 20.000 ekor sapi untuk korban kepada para brahmana / pendeta. Dan dalam
prasasti itu pun menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti, Hal itu karena pada
saat itu Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu, sehingga ia tidak bisa menjadi pendiri dinasti
Hindu.
(source : http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120811144854AAjM3ko | July
17, 2013)
9. 9
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
Letak Kutai : Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan
muncul pada abad 5 M atau ± 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita
yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.
Tempat penemuan prasasti Yupa tersebut adalah daerah Muarakaman tepi sungai Mahakam,
Kalimantan Timur, sehingga oleh para ahli kerajaan tersebut diberi nama Kutai, karena dalam prasasti
tidak dijelaskan nama kerajaan untuk itu diberi nama sesuai tempat penemuan prasasti tersebut. Dari isi
yang tertera dalam prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut,
dapat disimpulkan tentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara
lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Kehidupan Ekonomi : Sedangkan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini tidak dijelaskan secara
pasti dalam prasasti, tetapi para ahli sejarah berpendapat bahwa dengan adanya sedekah 20.000 ekor
sapi membuktikan perekonomian Kutai sudah kuat pada masa itu, yang didasarkan kepada pertanian,
peternakan dan perdagangan. Mata pencaharian tersebut di atas dimungkinkan karena raja Mulawarman
menghadiahkan kepada kaum Brahmana 20.000 ekor sapi. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa populasi
ternak cukup besar pada waktu itu. Ia juga menghadiahkan segunung minyak kental dengan lampu,
seperti yang tertulis dalam prasasti.
(source : http://catatan-pril.blogspot.com/2012/03/karakteristik-kehidupan-sosial-dan.html | July 17,
2013)
Kehidupan Ekonomi : Ketujuh Yupa yang ditemukan di sekitar Muarakaman tidak
menyebutkan secara spesifik kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai. Hanya salah satu Yupa menyebutkan
bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak
20.000 ekor sapi untuk golongan brahmana. Tidak ada sumber yang pasti tentang asal usul emas dan
sapi yang biasa digunakan untuk upacara-upacara kerajaan. Tetapi dari situ kita bisa menduga bahwa
Kerajaan Kutai telah melakukan aktivitas perdagangan.
Kehidupan Budaya : Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu, maka
kehidupan agamanya telah lebih maju. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan upacara penghinduan
atau pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang disebut Vratyastoma.
Upacara tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman dan dipimpin oleh para
pendeta atau brahmana dari India. Baru pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara tersebut
dipimpin oleh kaum brahmana dari Indonesia. Dari situ kita bias melihat bahwa kaum brahmana dari
Indonesia ternyata telah memiliki tingkat intelektual yang tinggi karena mampu menguasai bahasa
Sanskerta. Karena, bahasa ini bukanlah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh rakyat India melainkan
bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan.
(source : http://pelajaran-disekolah.blogspot.com/2012/11/Sistem-Negara-Kerajaan-Kutai-Sebagai-
Kerajaan-Hindu-Buddha.html | July 17, 2013)
Ada sejumlah informasi yang dapat diketahui dari prasasti-prasasti Kutai, antara lain sebagai
berikut :
1. Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Nama itu jelas bukan nama Hindu,
melainkan nama Indonesia asli.
2. Raja Kudungga memiliki putera bernama Aswawarman. Dalam salah satu prasasti, Aswawarman
disebut sebagai vamsakarta, artinya pembentuk keluarga (dinasti). Berdasarkan nama dan gelar
yang disandangnya, Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan
Aswawarman.
10. 10
Ika Ramadhani Setiyohadi Putri/X IPS B/15
3. Raja Aswawarman mempunyai tiga orang putera, yang terkenal di antaranya adalah Sang
Mulawarman.
4. Raja Mulawarman disebut sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik budinya.
Kebaikan raja itu diwujudkan dalam pemberikan hadiah atau sedekah yang berlimpah. Untuk
memperingati kemurahan raja itulah, para brahmana mendirikan yupa.
5. Besarnya hadiah Mulawarman itu tercantum dalam yupa. Dikatakan, sang raja yang mulia dan
terkemuka, telah memberikan sedekah 1000 ekor sapi.
Dari keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa Kerajaan Kutai pada masa pemerintahan Raja
Mulawarman merupakan kerajaan yang kaya dan makmur. Lalu, ketujuh yupa Kutai membuat rincian
upacara kurban yang serupa dengan upacara kurban Hindu kuno di India.
(source : Sejarah SMP Jilid 1 ㅡ Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia | July 18,
2013)