4. PITUITARI ANTERIOR (Adenohipofisis)
KEL. /
HORMON PENGATURAN FUNGSI
Growth
- Dikontrol oleh GHRH dan
Hormon
GHIH
(GH)
Organ Target Seluruh tubuh
- Meningkatkan pembelahan sel
- Meningkatkan pertumbuhan sel,
tulang dan jaringan lunak
- Meningkatkan glukosa darah dg
menghambat pengambilan glukosa
(Insulin antagonis)
- Meningkatkan sintesis protein
- Meningkatkan volume cairan
extraceluler dan retensi elektrolit.
- Meningkatkan lipolisis,
- Bekerja pd. semua jar. tubuh untuk
merangsang kerja somatomedin .
5. Lanj.
KEL. /
HORMON PENGATURAN FUNGSI
Prolactin - Dikontrol oleh PRH dan PIH Organ target : Payudara, gonads
- Menstimulasi perkembangan
payudara selama kehamilan dan
sekresi ASI sesudah kehamilan.
- Mengatur fungsi reproduksi pada
wanita dan pria.
6. Lanj.
KEL. /
HORMON PENGATURAN FUNGSI
Thyroid
Stimulating
Homone
(TSH)
-Di kontrol oleh ; TRH dan
mekanisme negative feed back
dari kadar T4 dalam plasma.
Peningkatan T4 menurunkan TSH
dan sebaliknya.
Organ target : Kelenjar tiroid
Dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
fungsi kelenjar tiroid , mengontrol
semua fungsi kelenjar tiroid.
Metabolisme
7. Lanj.
KEL. /
HORMON PENGATURAN FUNGSI
·Adrenoco
-Dikontrol oleh CRH dan mekanisme feed back
rticotropi
negative dari kadar kortisol dalam darah.
-
n hormon
(ACTH)
Organ Target : Kortex adrenal
Dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan mempertahankan ukuran
dari kortex adrenal
Mengontrol pengeluaran
glukokorticoid (cortisol) dan
androgen adrenal.
Berfungsi minimal dalam
melepaskan aldosteron
8. Lanj.
KEL. /
HORMON PENGATURAN FUNGSI
Gonadotro
-Sekresinya
pin
dikontrol oleh
- FSH
GnRH
- LH
FSH: - Menstimulasi perkembangan
follikel2 ovarium dan sekresi estrogen.
- Mentimulasi tubulus seminiferus testis
untuk tubuh dan hasilkan sperma .
LH bersama dengan FSH:
Menstimulasi maturasi follikel ovarium
dan ovum.
Menstimulasi sekresi estogen, memicu
ovulasi.
Menstimulasi perkembangan
korpiluteum (Luteinization)
Menstimulasi sel-sel interstisial testis
untuk sekresi testoteron
10. ADH
Stimulator Inhibitor Fungsi
- Rangsangan utama ;
- Rangsangan utama ;
meningkatnya serum
menurunya serum
osmolalitas melalui
osmolalitas melalui
osmoreseptor
osmoreseptor
hipothalamic.
hipothalamic.
- Hipotensi moderat melalui
- Peningkatan volume dan
baroreseptor
tekanan darah moderat
- Stresor ; psikologis, nyeri
melalui baroreseptor
mual dan muntah
- Kimia ; Alkohol
- Kimia ; nikotine,
morphine, agent
cholinergik
ORGAN TARGET : Ginjal
- Pengatur utama
osmolaritas dan volume
cairan tubuh
- Meningkatkan
permeabilitas ductus
colectikus ginjal sehingga
menyebabkan peningkatan
reabsorbsi air.
- Merangsang intake cairan
melalui mekanisme haus.
11. OKSITOSIN
Stimulator Inhibitor Fungsi
-Menyusui melalui
- Rangsangan alfa
conduksi refleks
adrenergik
neurologis dari serat
afferent pada puting susu
ke hypothalamus
- Contraksi Uterus
ORGAN TARGET ;
PAYUDARA DAN UTERUS
- Menstimulasi
perkembangan payudara
selama kehamilan dan
sekresi ASI sesudah
kehamilan.
- Meningkatkan kontraksi
uterus pada proses
persalinan.
14. Hal-hal yang perlu didapatkan dari
Anamnesis
Data Demografi
Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan dan Keperawatan klien
- Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Peninjauan Sistem/ Pola (Pola makan dan minum, Pola eliminasi, pola
tidur/ istirahat dll)
Riwayat Sosial dan Riwayat Pribadi
15. 1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan
data dasar yang penting
tempat tinggal juga juga perlu
dikaji epidemiologi
Contoh: DM tipe II lebih banyak
mengenai usia > 40 thn, dll
16. 2. Keluhan Utama
Informasi terpenting
Memberikan wawasan vital mengenai
keluhan yang menurut pasien paling
penting
Lakukan:
- Biarkan Pasien Berbicara
- Pertanyaan yang lebih spesifik
- Memfokuskan perhatian pada masalah
utama
17. 3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Hal yang perlu diungkapkan pada gejala:
- Lama timbulnya (Durasi), Sifat Mula Timbulnya (Onset)
- Lokasi & Penjalarannya (terutama u/ Nyeri)
- Sifat Keluhan (karakter), berat ringannya
- Faktor2 yang meringankan/ memperberat
- Gejala-gejala yang menyertai
- Pengobatan Terakhir
18. 3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien (Con’t)
mengkaji kondisi yang pernah dialami klien yang dirasakan
sekarang-perjalanan penyakit,
gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama, Penyakit-penyakit
dahulu, Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi
RPS dan RPD
19. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan yang
berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal seperti :
• Obesitas
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
• Kelainan pada kelenjar tiroid
• Diabetes melitus
• Intertilitas.
Genogram
20. 5. Peninjauan Sistem/ Pola
Pola makan dan minum
Cth: - Pada Diabetes Insipidus ( Defisiensi ADH) akan Polidipsi
- Pada Tirotoksikosis selera makan meningkat, dll
Pola Eliminasi
Cth: - Pada Diabetes Insipidus akan Poliuri
- Pada Defisiensi Hormon Tiroid (Miksedema) mengalami Konstipasi
Pola Istirahat tidur
dll
21. 6. Riwayat Sosial dan Pribadi
Lingkungan dan keadaan sosial, rumah, ekonomi dan pekerjaan
pasien
Kebiasaan pasien: gaya hidup, merokok, alkohol, obat-obat
analgesik dll
23. Prinsip-prinsip Pemeriksaan Fisik
Jelaskan pada pasien apa yg akan Anda lakukan
Pastikan pasien merasa nyaman, hangat dan ada privasi
Pencahayaan cukup
Gunakan semua indera yag Anda miliki: Penglihatan,
pendengaran, penciuman dan perabaan. Dengan Cara:
Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
25. Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Endokrin
Melalui Pemeriksaan Fisik ada 2 Aspek yang dapat digambarkan:
- Kondisi kelenjar endokrin
- Kondisi kelenjar/ organ sebagai dampak dari gangguan
endokrin
26. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan Kepala dan leher
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan Dada
Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan muskuloskeletal dan ekstremitas
Pemeriksaan genetelia
27. Teknik Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Disfungsi kelenjar endokrin akan menyebabkan perubahan
fisik sebagai dampak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit, seks
dan reproduksi, metabolisme dan energi
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah
tampak kelemahan (berat, sedang dan ringan) dan
sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh.
Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas
struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi,
rahang dan bibir.
Pada mata amati adanya odem periorbita dan exophtalmus
serta apakah ekspresi wajah datar atau tumpul.
Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan perubahan,
ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan.
28. Inspeksi
Di daerah leher
- Amati bentuk leher, apakah leher tampak membesar (goiter) atau
tidak, cek goiter bergerak ketika menelan/ tdk. (Untuk lebih
meyakinkan pembesaran kelenjar tiroid perlu melakukan palpasi)
- Amati adanya distensi atau bendungan pada vena jugularis yang
dapat mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan
jantung.
- Amati warna kulit pada leher, catat lokasinya. Bila dijumpai
kelainan pada kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang
lain ditubuh sekaligus. Infeksi jamur, penyembuhan luka yang
lama, bersisik dan petechie lebih (sering dijumpai pada klien
dengan hiperfungsi adrenokortikal).
Amati bentuk dan ukuran dada. Pergerakan dan simetris tidaknya.
Amati keadaan rambut axilla dan dada.
Pada pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga
klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
29. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dapat diperiksa melalui rabaan.
Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran,
apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada saat
melakukan pemeriksaan pasien bisa duduk atau berdiri.
Palpasi testis dilakukan dengan posisi tidur dan tangan
Pemeriksa harus dalam keadaan hangat. Pemeriksa
memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain,
bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap
ukuran atau besarnya, simetris tidaknya, konsistensi dan
ada tidaknya nadul.
Normalnya testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan
kenyal seperti karet.
Pada Mixedema/ hipotiroid: pitting edema
30. Perkusi
Bagian atas manubrium dari satu sisi
ke sisi lainnya. Perubahan dari sonor
menjadi redup menunjukkan
kemungkinan goiter retrosternal
31. Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan
stetoskop dengan menggambarkan berbagai
perubahan dalam tubuh.
Auskultasi pada daerah leher diatas kelenjar tiroid
dapat mengidentifikasi “bruit”. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea.
Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti
tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat
menggambarkan gangguan keseimbangan cairan
perangsangan katekolamin dan perubahan
metabolisme tubuh.
32. Pemeriksaan Per Kelenjar
Walaupun Pemeriksaan Lengkap
seluruh sistem endokrin kadang-kadang
dilakukan, tetapi lebih sering
hanya memeriksa adanya tanda-tanda
kelainan yg spesifik saja. Biasanya
inspeksi umum dapat memberikan
petunjuk cara pendekatan yang akan
dipakai.
33. TIROID
Kelenjar Tiroid (Letaknya di leher bagian depan
dan mudah dicapai)
Inspeksi
- Lihat penampilan umum (postur, gerakan dll)
- Cek kepala- wajah: adanya edema periorbital,
eksoptalmus/ proptosis , lidlag (keterlambatan
kelopak mata untuk menutup)
- Perhatikan bagian depan dan samping leher dan
tentukan pembesaran setempat atau menyeluruh
• Cek adanya pembesaran kelenjar yg disebut
GOITER, dan perhatikan adanya gerakan dari
goiter ketika menelan
• Inspeksi kulit leher untuk melihat parut:
tiroidektomi. Dan cari adanya pelebaran vena
jugularis eksterna
34. Tiroid
Palpasi: Untuk memperoleh hasil yang baik
pemeriksa berada di belakang klien dengan
posisi kedua ibu jari berada di belakang
leher dan jari-jari lain ada di atas kel tiorid.
Tentukan hal-hal berikut:
Ukuran
Bentuk
Konsistensi
Nyeri Tekan
Mobilitas
35. Tiroid
Perkusi
Bagian atas dari manubrium diperkusi
dari 1 sisi ke sisi lainnya: perubahan
dari sonor menjadi redup
menunjukkan ada goiter retrosternal
Auskultasi:
Dengarkan pada setiap lobus adanya
bruit (tanda dari suplai darah yang
meningkat)
36.
37. HIPOFISIS
Panhipopituitarisme (defisiensi dari seluruh
hormon hipofisis) Produksi Hormon yang
terganggu GH (dwarfisme pd anak2),
sensitivitas insulin pada dewasa, prolaktin
(kegagalan laktasi postpartum),
gonadotropin (hilangnya karakteristik seks
sekunder), TSH (hipotiroidisme), ACTH
(hipoadrenalisme dan Hipopigmentasi)
Akromegali (sekresi GH yang berlebihan,
biasanya dikarenakan oleh adenoma
hipofisis)
38. Hipofisis: Inspeksi
Umum
- Memiliki postur badan yg pendek (GH
), kulit pucat (k/ hilangnya aktivitas
melanosit pd def ACTH), kurangnya
rambut badan dan kulit yg mengkerut
serta kegagalan seks sekunder (def
gonadotropin) panhipopituitarisme
- Penampilan wajahnya khas
Akromegali
40. Lanj. Hipofisis
Wajah: perhatikan wajah lebih dekat: cek
adanya parut hipofisektomi. Periksa
kedua mata: defek lapang pandang. Cek
rambut fasial pada pria (jenggot?)
Panhipopituitarisme
Cari adanya penonjolan frontal, defek
lapang pandang, periksa lidah yang
membesar, rahang membesar
akromegali
Dada: cek kulit apakah pucat, pigmentasi
putting susu berkurang, rambut aksila
berkurang, perempuan atrofi mammae
Panhipopituitarisme
Cek rambut badan yang kasar dan
ginekomastia Akromegali
41. Kelenjar Adrenal
Sindrom Cushing disebabkan oleh
kelebihan glukokortikoid, steroid
(ACTH) yang berlebihan.
Penyakit Addison: hipofungsi korteks
adrenal dengan berkurangnya sekresi
glukokortikoid dan mineralokortikoid
44. Pemeriksaan Penunjang
Foto tengkorak (kranium) : Dilakukan untuk melihat
kondisi sella tursika dapat terjadi tumor atau juga
atropik. Tidak dibutuhkan persiapn fisik secara khusus,
namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.
Foto tulang (osteo) : Dilakukan untuk melihat kondisi
tulang. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.
CT scan otak : Dilakukan untuk melihat kemungkinan
adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui
komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak
bergerak selama prosedur.
Pemeriksaan darah dan urine
45. Pemeriksaan Darah dan Urin
1.Kadar growth Hormon : Nilai normal 10 mg ml baik pada anak dan orang
dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat
kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc.persiapan
khusus secara fisik tidak ada.
2. Kadar ACTH : Pengukuran dilakukan dengan test supresi
deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih
kurang 5 cc dan urine 24 jam.
Persiapan Pasien ACTH:
Tidak ada pembatasan makan dan minum.
Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya
dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkanjenis onat dan dosisnya pada
lembaran pengiriman spesimen.
Cegah stres fisik dan psikologis.
Pelaksanaan Pemeriksaan :
Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari.
Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc.
Urine ditampung selama 24 jam.
Kirim spesimen(darah atau urine) ke laboratorium.
ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5
ml/dl.
17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17 OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari
46. Pemeriksaan Diagnostik Pada
Kelenjar Tiroid
Up take Radioaktif (RAI) Tujuan pemeriksaan adalah untuk
mengukur kelenjar tiroid dalam menangkap iodida.
Persiapan.
Klien puasa 6-8 jam.
Jelaskan tujuan dan prosedur.
Pelaksanaan.
Klien diberi radioaktof Jodium (I131) per oral sebanyak 50
microcuri.
Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid
diukur radioaktif yang tertahan.
Juga dapat diukur clearenceI131 melalui ginjal dengan
mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar
radioaktif jodiumnya. Banyaknya I131 yang ditahan oleh
kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut
• Normal : 10-35 %.
• Kurang dari : 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.
• Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisiensi
iodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertirodisme
47. LAnj. Untuk Tiroid
T3 T4 Serum : Persiapan fisik secara khusus
tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena Nilai normal pada orang
dewasa :
Jodium bebas : 0,1-0,6 ml/dl
T3 : 0,2-0,3 ml/dl
T4 : 6-12 ml/dl
Nilai normal pada bayi / anak :
T3 : 180-240 mg/dl
48. Lanj
Up take T3 Resin : Bertujuan untuk mengukur
jumlah hormon tiroid (T3) atau TBG tak jenuh. Bila
TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat.
Dibuthkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc.
Klien puasa selama 6-8 jam.
Protein Bound Iodine (PBI) : Bertujuan mengukur
jodium yang terkait pada protein plasma. Nilai
normal 4-8 mg% dalam 100ml darah. Spesimen
yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.
49. Pemeriksaan Diagnostik pada
Kelenjar Pankreas
Pemeriksaan glukosa : Jenis pemeriksaannya
adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk
menilai kadar gula darah setelah puasa
selama 8-10 jam.
Nilai Normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/dl
Anak-anak : 60-100 mg/dl
Persiapan
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan
dilakukan
Jelaskan tujuan pemeriksaan
50. Selain Alasan Klien datang Ke RS, Perlu
diidentifikasi hal-hal yg berhubungan
dengan Fungsi Hormon Secara Umum,
Seperti:
Tingkat Aktivitas
Intake Nutrisi dan Cairan
Pola Eliminasi dan Keseimbangan cairan
Tingkat Energi
Perubahan Karakteristik Tubuh
Fungsi Seksual dan Reproduksi
Toleransi Terhadap stress
Pertumbuhan dan Perkembangan
Hospitalisasi
52. Pengkajian
Status Comfort
Dari discomfort abdomen dan pruritis.
Biasanya klien mengeluh discomfort pada
kuadran kanan abdomen (nyeri hebat).
Nyeri tersebut biasanya dihubungkan
dengan adanya infeksi. Sedangkan gatal
atau pruritis dihubungkan dengan adanya
joundice
Status Nutrisi
Gangguan status nutrisi berupa
anorexsia, nausea dan vomiting. Kaji pula
faktor presipitatus, hubungan dengan
intake alkohol atau makanan.
53. Lanj. Pengkajian
Status cairan dan elektrolit
Kurangnya volume cairan dan elektrolit
akibat mual, muntah atau perdarahan akut
dari sirosis. Ada juga retensi cairan dari
sodium abnormal dan tertahannya air
(cairan).
Pola eliminasi
Jika obstruksi empedu, urine klien putih
keabuan, dari feses dan urine warnanya
gelap. Catat menurunya urine output
sebagai akibat dari tertahannya air dan Na.
54. Lanj. Pengkajian
Status energi/kelemahan
Dengan intake nutrisi yang inadekuat, cairan yang
inadekuat, sehingga klien tidak mampu melakukan
aktivitas secara baik karena lemah, sehingga butuh
waktu untuk memulihkan energinya tersebut.
Terpapar terhadap toxin
Misalnya : alkohol, obat-obatan, zat kimia, dan
virus. Riwayat obat-obatan dan alkohol yang perlu
dikaji intakenya dan kapan konsumsi terakhirnya.
Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji lingkungan
kerja juga bisa sebagai sumber virus
55. Pemeriksaan Fisik
Penampilan umum ( sakit berat atau
ringan ) Inspeksi
Secara umum perawat perlu melihat
status cairannya, tanda vitalnya,
suhu, turgor, kelembaban mukosa
membran, edema dan perilakunya.
Secara khusus inspeksi dilakukan
terhadap luas abdomen, distensi
atau dilatasi versa peri umbilikus
dan asites.
56. Lanj.
Palpasi dan perkusi
Untuk melihat adanya nyeri dan adanya
cairan. Kaji pula ukuran, massa di hati,
lunaknya hati dan biasanya terjadi
pembesaran limfa pada klien yang
kronik saat di palpasi atau diperkusi dan
ukur pula lingkar perut klien.
57.
58. Pemeriksaan Diagnostik
Fungsi dan Test Prosedur dan
persiapan
Interprestasi
Metabolisme Lemak,
Kolesterol (total
dan ester)
Darah - pasien
puasa
Normal 140-220 mg/dl,
menurun pada orang
dengan penyakit hepar.
Obstuksi, ester menurun,
cholesterol meningkat
sesuai dengan
meningkatnya usia.
Blood urea nitrogen
(BUN)
Darah - tidak ada
persiapan yang
khusus
Normal 10-20 mg/dl,
pada orang dengan
penyakit hati dan
pengkonsumsian obat,
maka ini menurun.
59. Lanj
Protein Serum
Albumun
BUN
Kadar darah amonia
Total Bilirubin
Urin Bilirubin
Feses Urobilinogen
Enzim-enzim darah: AST (Asparate Amino
Transferase)/ SGOT (Serum Glutamic Oxaloacefic
Transaminase), ALT (Alanin Amino Transferase)/
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)
60. Test Khusus
Biopsi liver
Endoscopy
Parasintesis cairan asites: untuk
sitologi dan pemeriksaan lab,
sekaligus untuk pengaliran cairan
asites
USG
Lavage Peritoneal