1. MAKALAH
SISTEM POLITIK ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing : Jibran Hanif
Mata Kuliah : Kewarganegaraan
Anggota Kelompok :
1 | P a g e
• Ahmad Rijal
• Gita Witarsa
• Haerul Akbar
• M. Rizky Kosasih
• M. Nasih
2. Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................3
SISTEM POLITIK ISLAM.................................................................................................................3
A.Sejak Kapan Politik Ada?.......................................................................................................3
B. Adakah lstilah Politik dalam Al-Quran?................................................................................4
C. Apa yang Rasul Pahami dari Kata Politik?.............................................................................4
D. Makna lslam Bisakah Bersanding dengan Politik?................................................................5
BAB II ...........................................................................................................................................7
SEJARAH POLITIK RASULULLAH....................................................................................................7
A.Politik Arab; Antara orang desa dan orang kota....................................................................7
B.Karakter Masyarakat Mekah; Bintang-Bintang yang terkubur..............................................8
C.Cita-cita Peradaban Islam; Misi dan Sarananya.....................................................................9
D.Sisi Politik Sejarah Rasul; Membangun unsur Negara.........................................................10
a)Politik Rasul di Mekah.....................................................................................................11
b)Politik Rasul di Madinah..................................................................................................13
E.Tegaknya Semua Unsur Negara...........................................................................................15
2 | P a g e
3. BAB I
SISTEM POLITIK ISLAM
A. Sejak Kapan Politik Ada?
Politik merupakan Salah satu aktivitas manusia terpenting sepanjang sejarah
manusia. Dengannya, manusia saling mengelola potensi yang berserakan di antara
mereka; saling bersinergi dalam tujuan yang sama; saling memahami dalam perbedaan
yang ada; juga saling menjaga peraturan yang disepakati bersama Ada yang dipimpin,
ada yang memimpin, ada yang memikirkan sederet konsep mutakhir, ada juga yang
merealisir, ada yang memerintah dan ada pula yang diperintah. Semua ini adalah
aktivitas umat manusia. Semakin skala aktivitas tersebut membesar, semakin tinggi
bendera politik itu berkibar. Ini jelas dipahami mayoritas masyarakat muslim modern.
Namun saat kata politik bergandengan dengan Islam, muncul sahutan penolakan
dari manusia-manusia sekuler, bahwa politik itu jauh dari agama, sejauh hitam dan
putih. Mereka berpendapat, bahwa manusia selalu ada 2 jenis, yaitu agamawan atau
politikus dan kelompok pun ada 2 macam, yaitu kelompok agama atau kelompok
politik, haram bagi seseorang yang beragama terjun kedalam politik, sebagaimana
haramnya seorang politikus mengurus agama dan tidak ada dosa yang lebih besar
daripada seorang beragama atau kelompok agama yang terlibat dalam urusan politik.
Sebelum menyelami pembahasan sistem politik Islam, yang pertama kali perlu
diluruskan adalah pengertian dari sistem politik Islam itu sendiri, karena sikap dan
pernyataan sesungguhnya merupakan produk dari pemahaman, sedangkan pengantar
menuju pemahaman yang benar adalah pengetahuan akan makna bahasa dan istilah.
Secara bahasa, politik yang dalam bahasa Arab disebut as-siyasah berati
mengelola, mengatur, memerintah, dan melarang sesuatu. Atau secara definisi berarti
prinsip-prinsip dan seni mengelola persoalan publik. Menurut Yusuf Qardhawi yang
dinukil dari kamus Al-Kamil bahwa politik adalah semua yang berhubungan dengan
pemerintahan dan pengelolaan masyarakat madani. Dalam referensi Barat, politik juga
3 | P a g e
4. berarti pengelolaan urusan manusia. Politik dalam bahasa Inggris adalah policy, sedang
versi Prancisnya adalah politique, namun aslinya berasal dari Yunani, yaitu police.
B. Adakah lstilah Politik dalam Al-Quran?
Dalam 114 surah Al-Quran, dalam ayat-ayatnya yang lebih dari enam ribu itu
istilah politik tidak akan didapati sama sekali. Bahkan jika pun mencari dalam Mu’jam
Mufahras Ii alfazh Al-Quran AI-Karim atau Mu’jam alfazh Al-Quran yang diterbitkan
pusat riset bahasa arab, ia tak akan pernah ditemui, namun apakah itu berarti konsep
politik itu tidak ada?
Memang politik sama sekali tidak tercantum di ayat mana pun dalam Al-Quran;
tapi itu tidak berarti bahwa Islam tidak mengenal konsep politik dan tidak memiliki
esensi. Esensi politik dengan makna pemerintahan dan pengelolaan manusia sangat
banyak terdapat di dalam Al-Quran. Seperti surah An-Nisa: 54, Al-Hajj: 41, An-Nisa:
58
Apa yang mungkin dipahami dari makna kerajaan, kedudukan, hukum, dan
keadilan? Adakah kata lain yang lebih tepat untuk mewakili seluruh makna tersebut
selain politik? Politik yang berarti pengelolaan urusan manusia sangat memadai untuk
kalimat-kalimat tersebut, juga untuk makna-makna serupa yang Sangat banyak di dalam
Al-Quran. Betul bahwa istilah politik atau as-siyasah tidak tercantum di dalam Al-
Quran, tetapi prinsip-prinsip politik sangat ditekankan di dalamnya Sebagai pegangan
manusia dalam berinteraksi di tengah masyarakatnya.
C. Apa yang Rasul Pahami dari Kata Politik?
Dalam Sunah politik dalam konteks pengelolaan manusia terdapat dalam hadits
riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a.: “....(Zaman dahulu) bani Israil itu
dipimpin oleh para Nabi.” Kata yasusu yang menjadi akar kata as-siyasah dalam hadits
sahih tersebut menunjukkan bahwa masyarakat harus memiliki seseorang yang
mengelola dan memimpin mereka ke jalan yang benar, dan membela yang teraniaya
dari para pelanggar hak, sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab
Fathu Al-Bari.
4 | P a g e
5. Umar bin Khattab ketika ditanya tentang penyebab yang potensial
menghancurkan kaum Arab, ia menjawab, “ketika yang mengelola (yasusu) urusan
pemerintahannya, orang-orang yang belum merdeka dari belenggu kejahiliyahan dan
tidak dekat dengan rasul”
D. Makna lslam Bisakah Bersanding dengan Politik?
Politik tidak lahir di masa Rasul saw., karena sejak pertama kali manusia saling
berinteraksi dan mengangkat pemimpin diantara mereka itu artinya politik sudah ada.
Namun karakter dunia politik yang terjadi di masa sebelum dan semasa Rasul saw. Itu
penuh dengan kelicikan dan kebusukan. Walau begitu, semua aktifitas tersebut tetaplah
bernama politik karena memang makna utama politik adalah pengelolaan urusan
manusia, sedangkan baik atau buruknya pengelolaan, itu urusan lain.
Perbedaan utama antara politik umum dengan politik Islam itu ada pada standar
syariah Islam. Sejak awal dakwahnya, Rasulullah saw. Sangat intens mengajarkan
prinsip-prinsip politik, khususnya setelah hijrah ke kota Madinah. Rasulullah saw.
Membangun ulang konsep politik yang selama ini tersebar di umat-umat lain,
Membangunnya dengan sentuhan Islam yang lebih manusiawi, bernilai, dan rasional.
Penuh batasan dan arahan.
Rasulullah saw. sangat ketat dalam melakukan standarisasi kejujuran yang
berkaitan dengan keuangan bagi setiap pemimpin; Rasul mengajarkan persaudaraan dan
persatuan masyarakat suatu negara; Rasul mengirimkan utusan yang mempresentasikan
Islam ke negeri-negeri tetangga; Rasul melarang memerangi kaum kecuali jika mereka
yanq mulai mengintervensi dan memerangi; dan masih banyak permata prinsip politik
Islam yang terkandung di dalam rahim samudra Iiteratur Islam. Semua arahan, batasan,
perintah, dan larangan yang diberikan Rasul itulah yang disebut syariat, sehingga,
“Tidak ada politik,” kata Imam Syafii, “kecuali jika sesuai dengan syariat,”
Untuk menghadapi permasalahan politik yang lebih kompleks pada zaman
sekarang ini, politik sesuai dengan syariat Islam menurut Ibnu Aqil, bahwa as-siyasah
asy-syar’iyyah atau politik Islam adalah, “segala aktivitas yang membuat manusia lebih
dekat kepada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan, walaupun tidak dibuat oleh Rasul
5 | P a g e
6. dan tidak ada pula wahyu yang diturunkan untuknya.” Sebagaimana dinukil oleh Ibnu
Qayyim dalam kitab At-Thuruq Al-Hukmiyyah.
Misalnya peraturan negara yang melarang pornografi, Ini merupakan peraturan
baru dalam negara Indonesia, tetapi hal baru ini jelas sesuai dengan syariat Islam yang
melarang umatnya mendekati zina, walaupun peristilahan-peristilahan seperti
perundangan-undangan tidak disebutkan dalam syariat Islam di Zaman Rasul yang
sudah lama. Jadi pada dasarnya politik islam dapat bersanding dan diterapkan dengan
politik modern yang sesuai dengan tuntutan zaman dan problematika kontemporer,
tetapi harus satu standar yang tidak mungkin berubah selamanya adalah harus sesuai
dengan syariat.
6 | P a g e
7. BAB II
SEJARAH POLITIK RASULULLAH
Rasulullah sebagai manusia sempurna yang Allah utus untuk umat manusia dan
menjadi teladan bagi seluruh umat islam dari segala aspek kehidupan dari mulai ibadah,
bernegara, bermasyarakat, berumah tangga sampai dalam terkecil pun semuanya sudah
ada tuntunannya dari sejarah hidup Rasulullah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Rasulullah akan menjadi contoh yang wajib diikuti jika seorang muslim terjun dalam
berpolitik, sehingga umat islam perlu memahami perjalanan politik islam yang
dilakukan semasa Rasulullah karna hanya dengan seperti itu seorang muslim dapat
mengamalkan politik islam sesuai dengan ajarannya, bacaan primer muslim para
politikus muslim adalah sejarah politik agamanya, karena dari sanalah pemimpin
muslim akan mendapatkan sumber inspirasi dalam menjalankan politik islam.
A. Politik Arab; Antara orang desa dan orang kota
Masyarakat arab dibagi menjadi dua, yaitu masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu
masyarakat perkotaan dan pedesaan.orang pedesaan yang biasa disebut badui yang
tinggal di padang pasir yang gersang dan pekerjaan mereka adalah pengembala.
Selanjutnya masyarakat perkotaan adalah mereka yang tinggal di tengah-tengah
bisingnya hiruk-pikuk aktivitas social dan ekonomi yang super padat dan pekerjaan
mereka adalah ekonomom, petani atau industrialais. Perbedaan mendasar pada karakter
alam dikeduanya sangat mempengaruhi watak dan pergaulan mereka dalam beberapa
hal, namun tidak dalam bidang politik, sebagai contoh pada masyarakat pedesaan ikatan
yang terbangun diantara mereka adalah ikatan kesukuan dan darah. Ikatan ini yang
menjadikan mereka menganggap bahwa orang yang tidak sesuku dan sedarah dengan
mereka sebagai musuh. Mereka tidak mengenal keorganisasian standar, apalagi sistem
politik; termasuk mereka juga tidak membentuk institusi atau lembaga yang mengatur
urusan mereka, sehingga hak dankewajiban mereka disama ratakan. Bahkan kepala suku
mereka tidak memepunyai kekuasaan apa-apa kecuali sekadar tokoh masyarakat yang
menjaga persatuan sukunya, bagaimana dengan masyarakat arab perkotaan seperti
7 | P a g e
8. mekah atau yastrib misalnya? Menurut Dr. Muhammad Salim Al-Awwa, jika dilihat
dari segi politik, kondisi mereka tidak lebih baik dari masyarakat pedesaan atau badui.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat arab sebelum Rasul saw. Diutus sama
sekali tidak menguasai politik. Bahkan masyarakat arab tidak berpikir untuk
mengangkat salah seorang pemimpin untuk menyatukan puluhan suku yang ada di arab.
Apalagi sistem politik masyarakat arab tidak mengatahuinya sama sekali baik yang
tinggal diperkotaan, apalagi yang di pedesaan. Ikatan yang ada di antara mereka
hanyalah ikatan suku dan darah.
B. Karakter Masyarakat Mekah; Bintang-Bintang yang terkubur
Masyarakat yang dikenal jahil atau bodoh itu sebetulnya sangat pandai dalam
bersyair, sebagian besar masyarakat arab memang tidak bisa membaca apalagi menulis.
Akan tetapi, memori otak mereka seperti alat perekam. Mereka mendengar pembicaraan
selama satu jam penuh dan mampu menghafal serta mengulanginya satu jam penuh
tanpa ada pengurangan, dan mereka juga mempunyai dasar-dasar karakter , seperti
dermawan, hingga rela menghidangkan satu-satunya unta miliknya untuk dihidangkan
kepada tamunya, mereka juga dikenal dengan keberaniannya dalam medang
peperangan, kesabaran mereka akan kesederhanaan bahkan penderitaan hidup di
gersangnya padang pasir semakin menunjukkan bahwa mereka adalah kaum yang siap
hidup dalam segala kondisi. Akan tetapi mutiara kebaikan dan keunggulan yang Allah
berikan dan anugerahkan kepada mereka itu terkotori oleh tingkah laku mereka sendiri.
Gemerlap mutiaranya terbungkus lumpur kebodohan. Mereka menumpulkan ketajaman
akalnya dengan meniman keras yang tidak hanya mereka minum, bahkan mereka juga
mandi dengan minuman keras, mereka menyia-nyiakan kekokohan fisik mereka dengan
rumah-rumah pelacuran, para wanita tinggal memilih bapak dari anaknya yang lahir dari
sekian banyak lelaki yang pernh bersamanya dan andai pun mereka berkeluarga dengan
pernikahan yang sah mereka tidak rela melahirkan seorang gadis. Sesembahan mereka
adalah batu, kayu bahkan roti yang mereka buat sesuka hati.
Semua kebaikan yang ada pada masyarakat arab menjadi melenceng dari kondrat
kemanusiaan yang Allah telah anugrahkan, dari keberanian menjadi kebuasan karena
balapan kuda saja menyebabkan perang antarkabilah selama empat puluh tahun, dari
8 | P a g e
9. kecerdasan menjadi makar dan kelicikan, dari kedermawanan menjadi pemnghamburan
rezeki Allah untuk kenikmatan badan, semua tingkah laku itulah yang menjadikan
mereka disebut masyarakat jahiliah oleh karena itu terkuburlah bintang-bintang
peradaban yang potensial memimpin peradaban itu dan terkuburlah potensi-potensi
yang Allah anugrahkan kepada mereka, hingga datanglah seorang reformer. Dialah
Muhammad Sang Nabi dan Rasul terakhir yang membawa perubahan pada peradaban
masyarakat arab dan menghilangkan permusuhan antar suku-suku arab menjadi
kedamain dibawa ajaran-ajaran islam. Sehingga terwujudlah peradaban islam pada
masyarakat arab yang menjadi titik awal mengeluarkan umat manusia dari kegelapan
dan kedzaliman menjadi terang menderang dibawah kedamaian.
C. Cita-cita Peradaban Islam; Misi dan Sarananya
Rasulullah saw. Menyadari bahwa risalah islam tidak akan pernah menyebar
keseluruh dunia tanpa institusi yang memadai untuk memprentasikan konsep islam
secara integral di seluruh aspek seluruh aspek kehidupan umat manusia bukan semata
urusan perilaku apalagi sekedar ibadah ritual. Cita-cita jangka panjang peradaban islam
ialah internasionalisasi Islam untuk seluruh umat manusia, cita-cita jangka panjang
inilah yang seharusnya menempel diseluruh otak umat islam dan yang tidak kalah
penting ialah bagaimana cita-cita yang besar ini diterjemahkan kedalam misi yang jelas
dan terukur. Misi-misi tersebut juga harus diimplementasikan melalui sarana-sarana
yang sesuain dengan karakter zamannya, berdasarkan langkah peradaban yang
Rasulullah lakukan maka dapat dikategorikan ada dua langkah yang beliau lakukan,
yaitu:
Pertama: mendeklarasikan cita-cita islam yaitu islam meliputi seluruh sisi kehidupan
Kedua: menegakkan negara Nubuwwah di madinah yang dari sini beliau rekatkan
ikatan social yang sempurna di bawah sistem islam, kemudian dilanjutkan oleh oleh
para Khulafa’urrasyidin yang mengokohkan kesatuan politiknya di bawah sistem
kekhalifahan.
Dalam konteks sejarah peradaban, dua langkah inilah yang dibangun oleh
Rasulullah sejak awal dakwahnya.hal inilah yang menjadikan Rasulullah saw.
Bersikeras dalam tekad, mencurahkan segala kemampuan, kekuatan dan pikiran dan
9 | P a g e
10. tentunya dibawah bimbingan wahyu ilahi, untuk menegakkan sebuah negara islam.
Sehingga umat islam dituntut untuk memahami strategi yang Rasul telah lakukan untuk
cita-cita besar umat islam. Negara untuk dakwahnya. Negara yang di sana diatur
berdasarkan ajaran islam yang murni.
D. Sisi Politik Sejarah Rasul; Membangun unsur Negara
Konsep politik islam terbentuk melalui sejarah sang pembawa risalah kenabian,
Muhamad Rasulullah SAW. Kisah perjuanagan nya dalam berdakwah menjadi acuan
dan bahan pembelajaran dalam politik islam. Perpolitikan islam sendiri merupakan hal
urgen yang harus dikaji dalam rangka dakwah islam di era modern seperti saat ini.
Selain karena denganya hukum islam dapat dilaksanakan terdapat juga ancaman bagi
siapa saja yang tidak mendukung terhadap politik islam. Menurut Dr. Yusuf Qardhawi
dalam bukunya Fiqh negara mengatakan :
“Bai’at yang dapat menyelamatkan seseorang dari dosa adalah bai’at yang dilakukan
terhadap penguasa yang memerintah dengan apa yang di turunkan allah. Haram
hukumnya bagi seorang muslim untuk berbai’at atau mengucap sumpah setia kepada
penguasa yang tidak komitmen dengan islam”
Tujuan dari politik islam sendiri adalah membentuk sebuah tatanan sosial
dimana islam menjadi pedoman yang tidak hanya dipakai oleh orang muslim tapi juga
oleh seluruh umat manusia. Rasulullah saw sangat menyadari bahwa penerapan islam
secara sempurna tidaklah dapat dilakukan melainkan dengan sebuah institusi yang kuat.
Selain itu dalam surah An-nisa ayat 58-59 secara tegas dikatakan bahwa sebagai orang
beriman seseorang harus menaati Allah, Rasul dan Ulil Amri. Ulil amri sendiri dapat
diartikan sebagai kepala negara. Yang memutuskan sebuah perkara dan menegakan
keadilan. Menurut Dr. Yusuf Qarhawi masyarakat muslim harus memiliki negara
sendiri, jika tidak maka ayat diatas tidak mungkin di realisasikan. Selain itu, seorang
penguasa memegang peranan sangat penting dalam menegakan aturan islam. Seperti
yang dikatakan imam Utsman bin Affan, khalifah ketiga mengatakan : “Sesungguhnya
Allah Mencegah dengan penguasa apa yang tidak bisa dicegah dengan al-quran. Hal ini
mengindikasikan bahwa terkadang ada suatu permasalah yang belum pernah terjadi
10 | P a g e
11. sebelumnya dimasa nabi, sehingga diperlukan seseorang yang memiliki kapasitas untuk
menghukumi sebuah perkara tersebut atas nama hukum islam.
a) Politik Rasul di Mekah
Mekah menjadi saksi sejarah ketika untuk pertama kalianya seorang muhammad
diangkat menjadi nabi dan rasul. Pengangkatan tersebut terjadi di sebuah gua bernama
gua hira. Seorang muhammad sudah lama mencemaskan keadaan zaman jahiliah
dimana terjadi banyak kedzaliaman dan ketidakadilan. Kehinaan perempuan,
kebobrokan laki-laki, kecurangan pedagang, kebiadaban ayah, kelancangan anak,
kelemehan hati orang-orang baik dan sholeh pengikut agama ibrahim. Dalam
pengangkatan tersebut wahyu pertama yang di turunkan melalui malaikat Jibril adalah
Iqra. Dengan datangnya wahyu tersebut maka dimulailah babak baru perjalan hidup
seorang muhammad menjadi penyeru seluruh umat manusia.
Pada fase dakwah di mekah, untuk pertama kalinya perempuan berperan dalam
politik islam. Adalah sang Khadijah istri tercinta baginda rasul Muhammad Saw yang
memeluk dan menenangkan perasaan muhammad ketika tubuhnya bergetar ketakutan
setelah menerima wahyu. Selanjutya ia Menjadi tameng pelindung sang rasul dan kaum
muslim dan penyembuh dari segala keresahan, sakit hati, ketakutan muhammad saw. Ia
memberikan hartanya, mempertaruhkan reputasinya dan segala hal yang ia miliki untuk
perjuangan dakwah islam.
Dakwah rasul dimulai kepada keluarga dan kerabat dekatnya dan menanamkan
visinya bahwa Islam datang sebagai penyelamat untuk seluruh umat manusia, sebagai
guru bagi semesta alam. Seperti yang termaktub dalam kitab suci al-quran
“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pembawa peringatan, tapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” (QS As-saba’ : 28)
Ketika rasul ditanya oleh salah seorang pengikutnya “mau kau bawa kemana kami?”
Rasul menjawab, Aku menyeru kalian beribadah kepada allah tanpa sekutu, agar kalian
meninggalkan segala bentuk penyemahan kepada berhala-berhala yang tidak bisa
11 | P a g e
12. mendengar,melihat,dan tidak pula mendatangkan manfaat ataupun mudharat. Aku juga
mengajak kalian berbakti kepada orang tua kalian, tidak membunuh anak-anak kalian
hanya karena takut miskin,tidak melakukan sesuatu yang tercela,baik secara sembunyi-
sembunyi atau terang-terangan,tidak membunuh orang yang diharamkan kecuali demi
kebenaran,tidak memakan harta anak yatim dengan dzhalim, adil dalam menimbang dan
agar memenuhi janji yang telah disepakati.
Perkataan tersebut menurut Khudhari dalam kitabnya Nurul Yaqin membuat
beberapa tokoh penting kaum Quraish masuk islam. Dimana salah satunya berhasil
mengajak Abu bakar masuk islam dan mengajak 5 orang lainnya masuk islam. Bahkan
5 sahabat ini termasuk dalam 10 sahabat yang dijamin masuk surga tanpa hisab oleh
rasul. Mereka adalah utsman bin affan, Zubair bin Awwam, abdurrahman bin Auf,
Saad Bin abi Waqash dan Thalhah bin zubair. Dan disusul dengan assabiqunal awwalin
sejumlah 40 orang. (Munir al-ghodan : 2008) Setelah masuknya kader dakwah pilihan
tersebut, dakwah mereka dibagi dalam dua fase, fase pertama yaitu mereka berdakwah
secara diam-diam kepada kerabatnya, kepada kaumnya, pemuka kaum dan lain-lain.
Selain itu mereka pun meningkatkan spiritualitasnya melalui shalat dan memperkokoh
akidah. Juga tetap merahasiakan struktur organisasi kerja dakwah mereka. Mereka
menjalankan dakwah sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. Fase kedua yaitu berdakwah
secara terang-terangan. Dalam fase ini mereka mulai berani menyerukan orang orang di
tempat umum kepada agama yang hak, kepada kemurnian tauhid dan secara tegas
menyatakan kekeliruan orang-orang menyembah berhala-berhala.
Fase dakwah secara terang-terangan mengakibatkan tindakan kekerasan berupa
ancaman bahkan penyiksaan terhadap kaum muslimin ketika itu. Khususnya kepada
mereka yang tidak memiliki backing orang ternama di suku Quraish. Sehingga untuk
menyelamatkan kaumnya, rasul merancang strategi agar sebagian muslim berhijrah ke
Habasyah. Hijrah tersebut terjadi pada tahun kelima kenabian. Dalam perjalanan hijrah
tersebut rombongan terdiri dari 12 muslim dan 4 muslimah. Dan tidak lama setelah
gelombang pertama berangkat hijrah lah gelombang kedua yang terdiri dari 83 muslim
dan 18 muslimah. Hal itu di karenakan penyiksaan dan penyerangan terhadap kaum
muslimin sudah menjadi jadi. Upaya kaum kafir Quraish untuk menghancurkan islam
12 | P a g e
13. tidak selesai sampai disana, mereka mengetahui bahwa kaum muslimin berhijrah ke
Habasyah dan mereka menyusulnya dan meminta raja Najasyi untuk menyerahkan
kaum muslimin ke mekkah namun usaha tersebut gagal karena pertolongan allah
melalui negosiasi kaum muslimin dengan pihak kerajaan.
Seiring dengan kegagalan kaum kafir Quraish memulangkan kaum muslimin di
Habasyah mereka membuat makar baru yaitu membuat rencana pembunuhan kepada
rasul Muhammad saw. Mereka memanggil perwakilan setiap suku untuk mengirimkan
seorang pemuda terbaiknya untuk membunuh Muhammad Saw. Dengan terlibatnya
setiap suku dalam memerangi muhammad otomatis jika keluarga Muhammad ingin
menuntut maka akan berhadapan dengan setiap suku di mekah. Setelah semuanya di
persiapkan dengan baik atas izin dan karunia allah nabi muhammad berhasil
menghindari pembunuhan tersebut bersama Abu bakar dan bersembunyi dalam sebuah
gua. Meski tidak sulit untuk melacak perginya seseorang di gurun pasir,namun kaum
kafir tetap tidak bisa menemukannya atas pertolongan allah.
Lolosnya nabi muhammad dari makar tersebut menjadi kebahagiaan bagi seiap
orang, terutama orang-orang madinah yang telah menunggu kedatangan nabi di kotanya.
Mereka meyambut dan menyanyikan syair syair pujian kepada nabi. Dan saat itulah
dimulai babak baru dakwah nabi.
b) Politik Rasul di Madinah
Setelah pasca hijrah dari Mekkah ke Madinah, dimana setelah 13 tahun lamanya
Nabi beserta para sahabat berdakwah baik tersembunyi maupun terbuka. Dakwah di
Madinah merupakan episode dan babak baru bagi umat Islam setelah melalui
penggemblengan dalam membangun ketangguhan aqidah di awal Islam pada periode
Mekkah. Fase dakwah Madinah lebih luas menyangkut aspek social, ekonomi, dan
politik. Nabi Muhammad merupakan seorang pionir sekaligus pencetus dalam
perumusan dan pembangunan social, ekonomi, dan politik di kota Madinah, di bidang
social nabi mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, dan yang tidak
kalah penting yaitu mendamaikan antara kaum Auz dan Khajraj yang sudah sekian lama
bertikai akibat adu domba yang dilancarkan oleh kaum Yahudi Madinah. Dengan
suasana yang kondusif dan ikatan persaudaraan yang dibingkai dengan tali aqidah yang
kuat, maka tidak mungkin untuk membangun ekonomi yang kuat.
13 | P a g e
14. Nabi Muhammad faham betul dalam menjalankan ibadah serta mewujudkan cita-cita
Internasionalisasi Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, tanpa didukung dengan
cita-cita politik yang kuat. Sebagai Nabi utusan Allah SWT, beliau faham betul
langkah-langkah dalam membangun negara yang merupakan sumber kekuatan politik,
yaitu tanah, manusia atau masyarakat, dan system pemerintahan.
Pertama; Tanah dan infrastruktur Negara
Nabi Muhammad SAW, meletakan dasar pembangunan tanah atau insfrastruktur, yaitu
membangun masjid di kota Madinah, yang sekarang kita kenal sebagai masjid
Nabawiah. Mesjid merupakan tonggak peradaban bagi umat Islam, masjid tidak hanya
diguanakan sebagai sarana ibadah mahdlah seperti hal nya shalat, dzikir, dan pengajian,
akan tetapi nabi menjadikan masjid sebagai sentral pergerakan dalam emmabangun
peradaban Islam.
Orang-orang datang dan bertanya langsung menuju masjid, di masjid itulah tempat di
mana membahas strategi perang sekaligus tempat berkumpulnya para askar Islam, di
masjid juga tempat untuk membicarakan kebijakan yang menyangkut hak hidup banyak
orang seperti hal nya bidang social, ekonmomi, dan politik. Di masjid juga Nabi
Muhammad memberikan arahan serta bimbingan sebagai lembaga pendidikan serta
dakwah.
Kedua; Membentuk Kekuatan Politik
Setelah terbentukanya para manusia yang mengemban risalah serta nilai Islam
serta setelah terbentuknya tanah serta infrastruktur lainnya, maka hal yang selanjutnya
yang dibangun yaitu kekuatan politik, dimana setiap penduduk kota Madinah, harus taat
serta tunduk terhadap kesepakatan bersama yang dimuat dalam sebuah undang-undang.
Kekuatan pemerintahan tidak akan berarti tanpa ada ketaatan serta kepatuhan dari
penduduknya, karena di sanalah merupakan letak kewibawaan dan kekuatan politki
sebuah pemerintahan. Tidak akan tegaknya sebuah bangsa atau negara tanpa ada
kekuatan plotik serta kewibawaan pemerintahannya yang ditaati dan dihormati, maka
dalam hal itu terbentuklah piagam Madinah yang mencangkup kepentingan seluruh
unsur warga serta bangsa yang terdapat di mota Madinah yang terdiri dari 47 pasal.
14 | P a g e
15. E. Tegaknya Semua Unsur Negara
Dua periode masa dakwah Rasulullah menjadi awal mula sejarah
berkembangnya Islam sekaligus sebagai acuan awal keberlangsungan terbentuknya
sistem pemerintahan madani yang saat ini sudah bermetamorfosis menjadi berbagai
bentuk sistem pemerintahan di seluruh Negara di seluruh muka bumi ini, . Periode
Makkah yang bisa dikatakan sebagai periode dakwah yang berorientasi pada
pencetakan-pencetakan manusianya sebagai sekumpulan orang yang nantinya akan
mengisi Negara dibentuk dengan penguatan akidah yang saat itu menghabiskan hampir
seluruh usia dakwah Rasulullah saw diajarkan agar keyakinan itu bisa mengakar pada
setiap palung hati generasi Muslim saat itu.
Pada kenyataannya periode Makkah ini belum bisa dianggap masyarakat politik
yang berdiri sendiri, selain masih minimnya jumlah masyarakat muslim saat itu, juga
tidak didukung dengan adanya wilayah sebagai suatau syarat sah terbentuknya suatu
pemerintahan karena wilayah mekkah saat itu masih dikuasai mayoritas kaum Quraisy.
Namun hal itu tidak lantas mengurungkan ide Rasulullah untuk mendirikan sebuah
pemerintahan yang menjadi payung hukum sebagai tempat bemukim dibawah aturan
Allah.
Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah mulai menata bangunan sebuah Negara.
Setelah sumber daya manusianya telah beliau siapkan, nilai-nilai akidah telah tertanam,
ditambah adanya sebuah wilayah yang bisa ditempati melalui jalur politik yang sudah
bisa digenggam melalui sebuah piagam madinah yang jadi kesepakatan seluruh
masyarakat Madinah maka berdirilah Negara Islam itu yang dipimpin oleh seorang Nabi
Allah swt. Namun ini bukanlah tujuan akhir dari serangkaian dakwah yang dilakuan
Rasuullah saw. Dengan diterima dan diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi
pemimpin penduduk kota Madinah, babak baru sejarahpun dimulai. Nabi Muhammad
SAW mempunyai keduduka, bukan hanya sebagai kepala Agama, tetapi juga sebagai
kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan
spiritual dan kekuasaan duniawi, kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis
merupakan kepala Negara.
15 | P a g e
16. Dalam rangka memperkokoh sistem pemerintahan yang telah terbentuk, Nabi
Muhammad berupaya meletakkan dasar-dasar kehidupan dalam bermasyarakat.
Diantaraya:
1. Membuat sarana-sarana sebagai cara untuk mewujudkan rasa persaudaraan,
karena dengan dibuatnya sarana-sarana tersebut bisa dijadikan sebagai tempat
pertemuan, ibadah secara berjamaah, pendidikan yang kesemuanya itu bisa
menunjang terbentuknya kegiatan-kegiatan pemerintahan.
2. Memunculkan Ukhuwah Islamiyah antara kaum-kaum masyarakat yang saat itu
ada di Madinah dengan cara mempersaudarakan individu-individu dari
golongan-golongan yang ada.
3. Memunculkan toleransi dengan pihak-pihak yang tidak beragama Islam dengan
mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Salah satu contohnya dengan
pembuatan piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang yang
diluar Agama Islam.
Adapun terkait tegaknya unsur-unsur negara dalam kajian politik Islam,
meskipun tidak secara spesifik dibahas dalam AL-Qur’an dan Al-Sunnah, namun
terdapat sebuah isyarat yang menunjukkan keharusan bagi sebuah Negara memenuhi
unsur-unsur tersebut. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah Ta’ala surah al-Hajj
Ayat 41:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka (at-tamkin) di muka
bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”.
Unsur pertama: Pemerintahan.
Disebutkan dalam ayat ini melalui istilah “al-tamkin” atau peneguhan kedudukan, yang
berarti adanya kekuasaan (pemerintah) yang hukumnya mengikat. Dalam sistem Islam,
pemerintah kebanyakan diartikan sebagai khalifah, raja atau sultan yang bekerja
mengatur segala persoalan yang menyangkut urusan rakyat dan negara. Adapun dalam
sistem negara modern pemerintah merupakan organisasi yang berwenang memutuskan
16 | P a g e
17. dan melaksanakan keputusan-keputusan mengikat bagi seluruh penduduk yang berada
dalam wilayahnya. Dan pemerintah jika diartikan secara luas mencakup semua badan-
badan negara.
Unsur Kedua: Wilayah. disebutkan melalui ibarat “al-ardhi” atau permukaan bumi.
Kata al-ardhi dalam ayat ini diarahkan pada makna negeri atau al-daar. Maksud dari
wilayah adalah daerah dimana kekuasaan negera itu berlaku; termasuk pada wilayah-
wilayah yang berada di bawah kekuasaannya.
Masalah wilayah ini pada prinsipnya merupakan batas geografis dimana negara
masih dapat memaksakan kekuasaannya, baik untuk menggunakan kekerasan fisik
secara sah, jangkauan monopoli, maupun pemberlakuan ketentuan perundang-undangan
yang mengikat. Mudah dipahami bahwasanya masalah yang secara langsung berkaitan
dengan kewilayahan adalah tapal batas.
Unsur ketiga: yakni rakyat maka ia tercakup dalam kata sambung (isim maushul) dan
kata ganti (dhomir) pada firman Allah “alladzina” yakni orang-orang dan
“makkannahum”, “hum” merupakan kata ganti orang ketiga jamak yang artinya mereka,
yakni para sahabat Rasulullah SAW dan setiap orang yang mengikuti jalan mereka.
Rakyat atau penduduk merupakan seseorang atau sekelompok orang yang karena
keberadaannya dalam wilayah tertentu, diwajibkan untuk mematuhi segenap ketentuan
perundangan yang berlaku dalam wilayah tersebut.
Unsur Keempat: yakni kesanggupan mewujudkan hubungan dengan negara (orang)
lain, tercakup dalam penggalan akhir dari ayat, “menyuruh berbuat ma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar”, atau biasa diistilahkan sebagai amar ma’ruf
nahi mungkar, yang merupakan konsekuensi logis dari sebuah kehidupan sosial yang
melibatkan banyak pihak.
Hakikat dari amar ma’ruf nahi mungkar tersebut adalah upaya
mewujudkan mashlahat bagi umat serta mencegah mereka dari kerusakan. Disamping
itu, kajian tentang mashlahat dan mafsadat, khususnya dalam lingkup sebuah sistem
kenegaraan sifatnya sangat luas, termasuk di dalamnya upaya-upaya menjalin hubungan
dengan dunia luar, baik dalam situasi damai maupun perang. Adapun praktek dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang bertindak sebagai “Kepala Negara
17 | P a g e
18. Madinah” saat itu, sangat jelas dalam banyak riwayat melalui korespondensi, utusan-
utusan diplomatik dan lain sebagainya. Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang
memberi isyarat akan unsur-unsur negara tersebut.
Demikianlah, semua unsur-unsur yang menentukan eksistensi sebuah negara
itu telah diwujudkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam khususnya setelah
peristiwa hijrah ke Madinah. Wilayah kaum muslimin adalah kota Madinah, rakyatnya
adalah kaum muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta kaum Yahudi,
pemimpinnya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta tegaknya hukum
berupa ajaran-ajaran Islam dimana kaum muslimin tunduk padanya. Disamping itu,
adanya kesanggupan dari Rasulullah SAW untuk menjalin hubungan dengan negeri,
kabilah, suku dan agama yang berada di sekitar negara Madinah, dalam wujud
korespondensi dan pengutusan duta-duta, baik pada kondisi damai maupun perang.
18 | P a g e