SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
Nomor : HK.00.05.4.2411
T e n t a n g
KETENTUAN POKOK PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN
OBAT BAHAN ALAM INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat telah mendorong perkembangan obat bahan alam,
meliputi peningkatan mutu, keamanan, penemuan
indikasi baru dan formulasi.
b. bahwa masyarakat perlu mengenal bentuk
perkembangan obat bahan alam sebagaimana dimaksud
pada butir a, sehingga penggunaan obat bahan alam
menjadi lebih efektif.
c. bahwa untuk itu perlu diadakan penandaan yang mudah
dikenal berupa logo untuk kelompok obat bahan alam.
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen. Sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden nomor 46 tahun 2002;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 110 Tahun
2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5 tahun
2002;
4. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 02001/SK/KBPOM/2002 tentang Organisasi dan
Tatakerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN TENTANG KETENTUAN POKOK
PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT BAHAN
ALAM INDONESIA.
Pasal 1
(1). Yang dimaksud dengan Obat Bahan Alam Indonesia adalah Obat Bahan Alam
yang diproduksi di Indonesia;
(2). Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi :
a. Jamu
b. Obat Herbal Terstandar
c. Fitofarmaka
Pasal 2
(1). Jamu harus memenuhi kriteria :
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris;
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
(2). Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium;
(3). Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata – kata : “ Secara tradi-
sional digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang disetujui pada
pendaftaran.
Pasal 3
(1). Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria :
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik;
c. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi;
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
(2). Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium.
Pasal 4
(1) Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik;
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi;
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
(2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.
Pasal 5
(1) Kelompok Jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk
pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”
sebagaimana contoh terlampir;
(2). Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah
kiri dari wadah / pembungkus/brosur :
(3) Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo;
(4). Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain
yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”;
Pasal 6
Produk obat bahan alam kelompok jamu yang telah memperoleh izin edar sebelum
keputusan ini ditetapkan masih diperbolehkan menggunakan penandaan dengan
logo lama
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 7
(1) Obat Herbal Terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus
mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” sebagaimana
contoh terlampir;
(2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI – JARI DAUN (3 PA-
SANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah /pembungkus /brosur;
(3) Logo (jari – jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo;
(4) Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada Ayat (1) harus
jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”.
Pasal 8
(1) Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus
mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh
terlampir;
(2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN (YANG
KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah /pembungkus / brosur;
(3) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo;
(4) Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada Ayat (1) harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna
lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.
Pasal 9
Semua ketentuan mengenai persyaratan dan penandaan obat bahan alam tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 10
Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 17 Mei 2004
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA
H. SAMPURNO
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia No. HK. 00.05.4.2411 Tanggal : 17 Mei 2004
1. Logo untuk Kelompok Jamu
2. Logo untuk kelompok Obat Herbal Terstandar
3. Logo untuk kelompok Fitofarmaka
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA
H. SAMPURNO

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Monitoring efek samping obat (MESO)
Monitoring efek samping obat (MESO) Monitoring efek samping obat (MESO)
Monitoring efek samping obat (MESO) saninuraeni
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikChafa Nick
 
Senyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekunderSenyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekundermiomadre
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical careDokter Tekno
 
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxameetria
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitKANDA IZUL
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaSapan Nada
 
9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptxadaptifakhlak
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmasemaviaza
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Ulfah Hanum
 
Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker Surya Amal
 

Was ist angesagt? (20)

Monitoring efek samping obat (MESO)
Monitoring efek samping obat (MESO) Monitoring efek samping obat (MESO)
Monitoring efek samping obat (MESO)
 
Denah apotek utama
Denah apotek utamaDenah apotek utama
Denah apotek utama
 
KFT
KFTKFT
KFT
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinik
 
Terpenoid
TerpenoidTerpenoid
Terpenoid
 
Senyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekunderSenyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekunder
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical care
 
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
 
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakit
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
 
9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
 
farmasetika dasar
farmasetika dasarfarmasetika dasar
farmasetika dasar
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013
 
Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker Pedoman Visite Untuk Apoteker
Pedoman Visite Untuk Apoteker
 
Fitofarmaka
FitofarmakaFitofarmaka
Fitofarmaka
 
OWA
OWAOWA
OWA
 

Ähnlich wie Bahan Obat Alam BPOM no HK.00.05.4.2411

PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalPMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalCIkumparan
 
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOBPeraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOBBambang Priyambodo
 
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat Tradisional
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat TradisionalBahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat Tradisional
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat TradisionalMaria Finit
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorUlfah Hanum
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotIinSuhesti1
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalSainal Edi Kamal
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011kurniabanta
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Inna Muthma
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdftulus14
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...winda milani
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFSainal Edi Kamal
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apoteklaniatmadja
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfzelsapuspitasari1
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apoteklaniatmadja
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPetrusTogarma
 
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)AgaricPro Backlink
 
Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen
Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalenPeraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen
Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalenBambang Priyambodo
 

Ähnlich wie Bahan Obat Alam BPOM no HK.00.05.4.2411 (20)

PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalPMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
 
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOBPeraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOB
 
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat Tradisional
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat TradisionalBahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat Tradisional
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Obat Tradisional
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiot
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
 
Praktikum Farmasi.pptx
Praktikum Farmasi.pptxPraktikum Farmasi.pptx
Praktikum Farmasi.pptx
 
Permenkes 1010 Registrasi Obat 2008
Permenkes 1010   Registrasi Obat 2008Permenkes 1010   Registrasi Obat 2008
Permenkes 1010 Registrasi Obat 2008
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
 
Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
 
Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen
Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalenPeraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen
Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen
 

Mehr von Pharmacist

Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisPharmacist
 
Suppositoria.docx
Suppositoria.docxSuppositoria.docx
Suppositoria.docxPharmacist
 
Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Pharmacist
 
Analisis morfologi daun tunggal
Analisis morfologi daun tunggalAnalisis morfologi daun tunggal
Analisis morfologi daun tunggalPharmacist
 
Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhanHormon tumbuhan
Hormon tumbuhanPharmacist
 
Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Pharmacist
 
Inokulasi koloni bakteri
Inokulasi koloni bakteriInokulasi koloni bakteri
Inokulasi koloni bakteriPharmacist
 

Mehr von Pharmacist (9)

Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Suppositoria.docx
Suppositoria.docxSuppositoria.docx
Suppositoria.docx
 
Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.
 
Analisis morfologi daun tunggal
Analisis morfologi daun tunggalAnalisis morfologi daun tunggal
Analisis morfologi daun tunggal
 
Cholesterol
CholesterolCholesterol
Cholesterol
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhanHormon tumbuhan
Hormon tumbuhan
 
Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)
 
Inokulasi koloni bakteri
Inokulasi koloni bakteriInokulasi koloni bakteri
Inokulasi koloni bakteri
 

Bahan Obat Alam BPOM no HK.00.05.4.2411

  • 1. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : HK.00.05.4.2411 T e n t a n g KETENTUAN POKOK PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah mendorong perkembangan obat bahan alam, meliputi peningkatan mutu, keamanan, penemuan indikasi baru dan formulasi. b. bahwa masyarakat perlu mengenal bentuk perkembangan obat bahan alam sebagaimana dimaksud pada butir a, sehingga penggunaan obat bahan alam menjadi lebih efektif. c. bahwa untuk itu perlu diadakan penandaan yang mudah dikenal berupa logo untuk kelompok obat bahan alam. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden nomor 46 tahun 2002; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 2002; 4. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM/2002 tentang Organisasi dan Tatakerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
  • 2. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG KETENTUAN POKOK PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA. Pasal 1 (1). Yang dimaksud dengan Obat Bahan Alam Indonesia adalah Obat Bahan Alam yang diproduksi di Indonesia; (2). Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : a. Jamu b. Obat Herbal Terstandar c. Fitofarmaka Pasal 2 (1). Jamu harus memenuhi kriteria : a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris; c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. (2). Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium; (3). Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata – kata : “ Secara tradi- sional digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran. Pasal 3 (1). Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria : a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; b. Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik; c. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi; Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
  • 3. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA (2). Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Pasal 4 (1) Fitofarmaka harus memenuhi kriteria : a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik; c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi; d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. (2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi. Pasal 5 (1) Kelompok Jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU” sebagaimana contoh terlampir; (2). Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah / pembungkus/brosur : (3) Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo; (4). Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”; Pasal 6 Produk obat bahan alam kelompok jamu yang telah memperoleh izin edar sebelum keputusan ini ditetapkan masih diperbolehkan menggunakan penandaan dengan logo lama
  • 4. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 7 (1) Obat Herbal Terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” sebagaimana contoh terlampir; (2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI – JARI DAUN (3 PA- SANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah /pembungkus /brosur; (3) Logo (jari – jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo; (4) Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada Ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”. Pasal 8 (1) Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh terlampir; (2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN (YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah /pembungkus / brosur; (3) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo; (4) Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada Ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”. Pasal 9 Semua ketentuan mengenai persyaratan dan penandaan obat bahan alam tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini.
  • 5. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 10 Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 17 Mei 2004 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA H. SAMPURNO
  • 6. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia No. HK. 00.05.4.2411 Tanggal : 17 Mei 2004 1. Logo untuk Kelompok Jamu 2. Logo untuk kelompok Obat Herbal Terstandar 3. Logo untuk kelompok Fitofarmaka BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA H. SAMPURNO