SlideShare a Scribd company logo
1 of 115
Download to read offline
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003



                              SKRIPSI




                               Oleh:


              Nama                 : Oki Mardina Aji
              Nomor Mahasiswa      : 00313024
              Program Studi        : Ekonomi Pembangunan




            UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
                FAKULTAS EKONOMI
                   YOGYAKARTA
                        2005
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003




                              SKRIPSI


        Disusun dan diajukan untk memenuhi syarat ujian akhir
           guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
                Program Studi Ekonomi Pembangunan,
                         pada Fakultas Ekonomi
                     Universitas Islam Indonesia




                                 Oleh:


         Nama                 : Oki Mardina Aji
         Nomor Mahasiswa : 00313024
         Program Studi        : Ekonomi Pembangunan




            UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
                FAKULTAS EKONOMI
                   YOGYAKARTA
                        2005

                                   i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME



“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman

/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”




                                                  Yogyakarta, …...….…. 2005


                                                            Penyusun,




                                                       (Oki Mardina Aji)




                                        ii
PENGESAHAN

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
                           Periode Tahun 1984-2003




           Nama                 : Oki Mardina Aji
           Nomor Mahasiswa : 00313024
           Program Studi        : Ekonomi Pembangunan




                Yogyakarta ,    Agustus 2005
                Telah disetujui dan disahkan oleh
                     Dosen Pembimbing,




                   Drs. Sahabudin Sidiq, MA




                                    iii
PENGESAHAN UJIAN



         Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk

             memenuhi syarat guna memperoleh gelar

             Sarjana Strata 1 pada Fakultas Ekonomi

                   Universitas Islam Indonesia



              Nama              : Oki Mardina Aji

              No. Mahasiswa : 00313024

              Program Studi     : Ekonomi Pembangunan



                 Yogyakarta, 15 September 2005

                          Disahkan oleh,

Pembimbing Skripsi : Drs. Sahabudin Sidiq, MA              .............

Penguji I            : Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec ............

Penguji II           : Dra. Sarastri Mumpuni R, M.Si       .............




                           Mengetahui

                     Dekan Fakultas Ekonomi

                   Universitas Islam Indonesia



                      Drs. Suwarsono, MA.


                                 iv
REFLEKSI

Dalam hidup ini ada 3 hari, yaitu :


Yang pertama :
Hari kemarin. (Past)
Anda tak bisa mengubah apapun yang telah terjadi
Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan
Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan
dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin
Biarkan hari kemarin lewat, lepaskan saja…


Yang kedua :
Hari esok. (Future)
Hingga mentari esok hari terbit
Anda tak tahu apa yang akan terjadi
Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari
Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba, biarkan saja…


Yang tersisa kini hanyalah :
Hari ini. (Present)
Pintu masa lalu telah tertutup
Pintu masa depan pun belum tiba
Pusatkan saja diri anda untuk hari ini
Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini
Bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok
hari
Hiduplah hari ini, karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran
yang rumit
Hiduplah apa adanya ,Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.



                                         v
PERSEMBAHAN
        ALLAH SWT, Yang Maha Pintar, Yang Maha Dalang dari segala dalang,

Yang Maha Tak Terhingga dan sama sekali tidak memiliki ketergantungan

apapun terhadap kebodohan kita. Terima kasih atas segala cinta, sayang serta

kesabaran yang telah Engkau berikan kepada hambamu selama ini.

        Muhammad SAW Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang

setia hingga akhir jaman.

        Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, yang telah

membesarkan, memelihara, membiayai, mendoakan dan mendidik Oki, serta atas

nasehat, kasih sayang dan perhatian yang tercurah buat Oki selama ini, sehingga

Oki dapat menemukan sesuatu yang indah di dalam hidup Oki. Mudah-mudahan

dengan selesainya skripsi ini Bapak dan Ibu bisa bahagia, mungkin selama ini Oki

belum bisa membahagiakan Bapak dan Ibu secara lebih. Tetapi Oki masih tetap

membutuhkan do’anya, karena perjalanan yang akan Oki tempuh masih sangat

jauh.

        Mbak Rina dan Mas Aro, Mbak Deni dan Mas Bambang, Mbak Usi

dan Mas Ito yang telah memberikan do’a, bantuan, dorongan, kesempatan, kasih

sayang, serta perhatian kalian semua selama ini, sehingga akhirnya Oki bisa

menyelesaikan studi dengan baik.

        Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Aldo, Dio, Fio dan Tio, terima

kasih telah memberikan keramaian dan canda tawa kalian. Semoga kalian dapat

menjalani kehidupan di hari depan dengan baik.


                                       vi
Saudara-saudaraku yang berada di Kendal, Pakde-pakdeku, Bude-

budeku, Om-omku, Bulek-bulekku, kakak-kakak dan adik–adikku sepupu, terima

kasih atas segala bantuan yang telah diberikan untuk Oki.

       Sobatku, Muhammad Shodiq Firmanto, SE yang telah memberikan

pengertian, pemahaman, dan petunjuk sehingga Oki dapat menyelesaikan skripsi

ini, terima kasih ya Diq.

       Pandu Pahlawan Kurnia, SE “dosen” ku di dalam belajar Ujian

Komprehensif, Terima kasih Ndu, Oki lulus pendadaran berkat gemblenganmu.

Sulit membayangkan kalau Oki belajar sendirian, mungkin Oki tidak akan lulus.

Trims yach...

       Sohibku Doddy Wijayanto penasehat spiritualku didalam masalah-

masalah percintaan dan penguatan mental di diriku, makasih ya “mblunk”, atas

nasehat-nasehat dan petuah-petuahnya.

       Kawanku Dedy Suprihatin yang banyak memberikan masukan terhadap

penulisan skripsi ini, dan memberikan warna yang lain di “rumah” kita. Turnuwun

ya ndul..

       Teman-temanku satu atap di Base Camp 00 EP :Gundul, Kancil,

Jemblunk, Kebo, Pandu, Mamri, Doni, Jacky.....Makasih atas semua bantuan

yang kalian berikan, apalagi semenjak proses skripsi ini, banyak sekali bantuan

yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kenangan indah kita !!! Kalian

semua telah memberi kenangan baru dalam kehidupanku.......!!!




                                        vii
Buat temen-temen seperjuangan di IESP’00, yang aku yakin enggak

bakal aku temuin di jurusan manapun, dari kekompakannya, persatuannya,

kesetiakawanannya.

Sobat-sobatku dikala senang dan susah yang selama ini telah menemani hari-

hariku, baik yang ada di Yogyakarta maupun yang ada di Kendal.




                                     viii
KATA PENGANTAR



       Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun

1984 - 2003” dapat diselesaikan dalam waktu yang diharapkan. Adapun tujuan

penulisan skipsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia.

       Penulis sangat menyadari dalam penyusunan skripsi ini baik susunan

maupun isinya masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki penulis, banyak kekurangan dan kelemahan-

kelemahannya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan

adanya saran-saran maupun kritik-kritik dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun demi tercapainya kesempurnaan skipsi ini.

       Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala

bantuan dan dorongan, kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. Suwarsono, MA., selaku pimpinan Fakultas

  Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Drs. Agus Widarjono, MA., yang telah

  memberikan pengarahan kepada penulis.

3. Abdul Hakim. SE., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.




                                      ix
4. Drs. Sahabudin Sidiq, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan

  waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan juga arahan

  selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Tenaga Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

  Indonesia yang telah memberikan sumbangan ilmu pengetahuannya baik secara

  langsung maupun tidak langsung selama penulis menyelesaikan studi.

6. Kedua orang tuaku : Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, serta

  kakak-kakaku : Mbak Rina, Mbak Deni, Mbak Usi, Mas Aro, Mas Bambang

  dan Mas Ito yang selama ini telah memberikan doa dan semangat.

7. Sahabat-sahabatku : Sodiq, Pandu, Dedi (Gundul), Doddy (Jemblunk), Eko

  (kebo), Oky (kancil) yang telah banyak membantu penulis.

8. Rekan-rekan Mahasiswa IESP Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

  angkatan ’00 yang sangat bersahabat dan kekeluargaan.

       Akhirnya penulis hanya dapat mengharap semoga Tuhan Yang Maha Esa

membalas semua kebaikan dan ketulusan semuanya dalam memberikan dukungan

serta bantuan baik moril maupun materiil penulis selama ini. Amin.

       Dengan penuh kerendahan hati disadari masih adanya kekurangan karena

keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Namun

demikian semoga penulisan skipsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang memerlukannya.




                                       x
DAFTAR ISI



                                                                                                            Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................              i

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...................................                                               ii

HALAMAN PENGESAHAAN SKRIPSI .......................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................ iv

REFLEKSI ..........................................................................................................   v

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7

       1.4.1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

       1.4.2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................. 9

BAB II GAMBARAN UMUM......................................................................... 11

2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...................................... 11



                                                           xi
2.2 Perkembangan Investasi di Indonesia ......................................................... 17

2.3 Perkembangan Ekspor Indonesia ................................................................ 22

2.4 Perkembangan Pekerja di Indonesia ........................................................... 27

2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia ........................................... 30

BAB III KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 34

3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor-Faktor

       yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa                                         Barat Periode

       1983-1996”.................................................................................................. 34

3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor-Faktor

       yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode

       1984-2000”.................................................................................................. 34

Bab IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS............................................... 36

4.1 Landasan Teori............................................................................................ 36

      4.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 36

      4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri ................................................................. 37

      4.1.3. Teori Investasi ................................................................................... 38

      4.1.4. Teori Ekspor ...................................................................................... 40

      4.1.5. Teori Ketenagakerjaan....................................................................... 45

4.2 Kesimpulan dari Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

       Ekonomi ...................................................................................................... 47

4.3 Hipotesis...................................................................................................... 50

BAB V METODE PENELITIAN..................................................................... 51

5.1. Metode Penelitian ....................................................................................... 51



                                                          xii
5.1.1. Jenis dan Deskripsi Data ................................................................. 51

       5.1.2. Sumber Data..................................................................................... 51

5.2. Metode Analisis .......................................................................................... 51

      5.2.1. Metode Analisis Data........................................................................ 51

               a. Analisis Deskriptif......................................................................... 52

               b. Analisis Regresi ............................................................................ 52

               c. Model yang Diusulkan .................................................................. 53

               d. Uji Linearitas................................................................................. 53

       5.2.2. Alat Uji Yang Digunakan ............................................................... 54

                 5.2.3. Kriteria Statistik ................................................................... 55

                             5.2.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ................................ 55

                             5.2.3.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F) ............ 56

                             5.2.3.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ........ 56

                  5.2.4. Asumsi Klasik ...................................................................... 58

                              5.2.4.1. Pengujian Autokorelasi ...................................... 58

                              5.2.4.2. Pengujian Multikolinearitas ............................... 59

                              5.2.4.3 Pengujian Heterokesdastisitas............................. 60

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 62

6.1. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................. 62

               a. Uji Linieritas ................................................................................. 62

               b. Uji Model Linier atau Model Log Linier ...................................... 63

               c. Uji Regresi..................................................................................... 65

       6.1.1. Kriteria Ekonometrika / Uji Asumsi Klasik................................... 66



                                                        xiii
6.1.1.1. Uji Autokorelasi............................................................... 66

                   6.1.1.2. Uji Multikolinearitas ........................................................ 67

                   6.1.1.3. Uji Heterokesdastisitas..................................................... 67

        6.1.2. Kriteria Statistik .............................................................................. 70

                   6.1.2.1 Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 70

                   6.1.2.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F)......................... 71

                   6.1.2.3       Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ..................... 73

                                 a. Uji-t Terhadap Variabel Ekspor (EX)....................... 74

                                 b. Uji-t Terhadap Variabel Investasi (I) ........................ 75

                                 c. Uji-t Terhadap Variabel Tenaga Kerja (L)................ 76

                                 d. Uji-t Terhadap Variabel Hutang Luar

                                      Negeri(FD) ................................................................ 77

6.2. Pembahasan Masing-Masing Variabel......................................................... 78

        6.2.1. Pembahasan Variabel Ekspor Terhadap PDB riil ............................ 78

        6.2.2. Pembahasan Variabel Investasi Terhadap PDB riil ......................... 79

        6.2.3. Pembahasan Variabel Tenaga Kerja Terhadap PDB riil.................. 80

        6.2.4. Pembahasan Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap PDB riil ....... 81

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................. 83

7.1. Kesimpulan .................................................................................................. 83

7.2. Implikasi....................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN




                                                          xiv
DAFTAR TABEL



Tabel                                                                                                   Halaman

1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode

       1984 – 2003.............................................................................................. 3

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan................................................... 12

2.2. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Periode

       1993 – 2003.............................................................................................. 15

2.3. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri di Indonesia Yang

       Disetujui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi...................................... 19

2.4. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri Yang Telah

       Disetujui Pemerintah Menurut Lokasi ..................................................... 21

2.5. Perkembangan Ekspor Indonesia, Periode 1984 – 2003.......................... 23

2.6. Jumlah Angkatan Kerja dan TPAK Menurut Umur di indonesia ............ 29

2.7. Penerimaan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri Pemerintah .................. 32

6.1. Uji Linearitas............................................................................................. 63

6.2. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Linier Model :

      PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD + β 5Z1+ ε................................... 64

6.3. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Log Linier Model : LnPDB =

      β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD + β 5Z2+ ε .................................. 64

6.4. Pengujian Koefisien Regresi.................................................................... 65

6.5. Hasil Pengujian Multikolinearitas............................................................ 67

6.6. Hasil Pengujian Heterokesdastisitas ........................................................ 68


                                                         xv
6.7. Hasil Regresi Perbaikan Heterokesdastisitas ........................................... 69

6.8. Hasil Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial/Individu (uji-t) .......... 74




                                               xvi
DAFTAR GAMBAR



Gambar                                                                                                Halaman

4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

       ekonomi di Indonesia .............................................................................. 48

5.1. Kriteria Pengujian Autokorelasi............................................................... 59

6.1. Uji Autokorelasi........................................................................................ 66

6.2. Uji-t Variabel Ekspor Terhadap Variabel Dependen

       Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 75

6.3. Uji-t Variabel Investasi Terhadap Variabel Dependen

       Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 76

6.4. Uji-t Variabel Tenaga Kerja Terhadap Variabel

       Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 77

6.5. Uji-t Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap Variabel

       Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 78




                                                       xvii
1




                                    BAB I

                              PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Masalah

          Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam

   jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

   yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets,

   seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh

   hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut

   dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut,

   dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata

   apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke-

   18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem,

   dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor

   pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413)

          Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses

   pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa

   dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output

   perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi

   barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin

   meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2)

          Pertumbuhan     ekonomi    juga   bersangkut   paut   dengan   proses

   peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
2




Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang

berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan

pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan

nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

       Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun

1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap,

tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional

mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang

pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menerangkan bahwa

pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari

tahun ke tahun.

       Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan

perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998

menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini

disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada

pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga

membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998,

pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya

walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.
3




                                TABEL 1.1.

     PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
      PERIODE 1984 – 2003 MENURUT HARGA KONSTAN 1993
                              (dalam persen)
                                   PDB                     Pertumbuhan
           Tahun
                              (miliar rupiah)              Ekonomi (%)
          1984                     195.730,0                            -
          1985                     200.564,6                         2,47
          1986                     212.498,2                         5,95
          1987                     222.613,1                         4,76
          1988                     236.014,4                         6,02
          1989                     253.597,5                         7,46
          1990                     271.958,0                         7,24
          1991                     290.859,1                         6,95
          1992                     309.648,6                         6,46
          1993                     329.775,8                         6,50
          1994                     354.640,8                         7,54
          1995                     383.792,3                         8,22
          1996                     413.797,9                         7,82
          1997                     433.245,9                         4,70
          1998                     376.374,9                      -13,12
          1999                     379.557,7                         0,84
          2000                     398.016,9                         4,86
          2001                     411.753,5                         3,45
          2002                     426.942,9                         3,66
          2003                     444.453,5                         4,10
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi (data diolah)

       Dari tabel 1.1 terlihat, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

tahun 1985, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,47 %. Hal ini terjadi,

karena Indonesia harus menghadapi tantangan yang cukup berat, yaitu

kelesuan kegiatan ekonomi dalam negeri, ditambah lagi dengan penurunan

harga minyak bumi yang cukup tajam, serta melemahnya daya saing barang-

barang produksi dalam negeri, sehingga penerimaan devisa dari ekspor

menurun.
4




         Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka

yang tertinggi, yakni sebesar 8,22 %. Kenaikan ini sebagian besar didorong

oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang

terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US

Dolar.

         Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun

1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi

mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %.

Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia

mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-

negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi

di Indonesia relatif lebih lambat.

         Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa

optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya

nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga

pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih

tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai

dengan 4,0 %. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan tahun 2001,

berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 1993, laju

pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3,66 %, dan laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,45 %, Sedangkan pada

tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,10 %.
5




         Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan

lebih stabil selama 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan

ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi yang

terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja

sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas

perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume

ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas, relatif rendah. Dalam

situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh

meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional

sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada 2003 masih mengalami

kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus

transaksi berjalan selama 2003. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 4-5)

         Namun, dengan perkembangan perekonomian yang dicapai saat ini,

Indonesia masih harus menghadapi permasalahan yang mungkin juga dialami

negara    lain,   khususnya   negara   sedang    berkembang,        yang   sedang

melaksanakan pembangunan. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan

dana dalam jumlah yang besar.

         Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak

tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi

pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi

yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat

produktivitas investasi tersebut. (M. P. Todaro, 1993, : 65 – 66)
6




          Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang

   modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan

   nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju

   pembangunan ekonomi.

1.2.Perumusan Masalah

          Apabila kita membicarakan pertumbuhan, tentunya kita pahami bahwa

   yang dimaksud adalah peningkatan output nasional. Untuk meningkatkan

   output nasional tersebut terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan

   saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Pertumbuhan ekonomi

   tersebut bersifat dinamis, artinya adakalanya pertumbuhan ekonomi

   berkembang dengan cepat, dan adakalanya pula pertumbuhan ekonomi itu

   mengalami kemunduran, bahkan mencapai angka minus dan menyebabkan

   perekonomian mengalami kondisi stagnasi.

          Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, seperti yang kita

   lihat dalam tabel 1.1, selama tahun penelitian sangat fluktuatif. Apalagi jika

   kita lihat pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mencapai angka minus

   13,12 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

   dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi

   oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor

   ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung

   pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi dan

   sebagainya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga ditunjang oleh faktor
7




   non ekonomi, seperti lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi

   politik, dan kelembagaan dari negara tersebut.

          Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diajukan

   dalam penelitian ini adalah :

   a. Bagaimana pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil?

   b. Bagaimana pengaruh variabel Investasi terhadap PDB riil?

   c. Bagaimana pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil?

   d. Bagaimana pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil?

   e. Seberapa besar pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB rill?

1.3. Pembatasan Masalah

          Demikian luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

   ekonomi, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi, sehingga harus

   dilakukan pembatasan masalah agar analisis yang dilakukan dapat mencapai

   sasaran yang diinginkan. Pada penelitian ini analisis hanya dibatasi pada

   faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan

   seberapa besar pengaruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

   ekonomi tersebut dibatasi pada investasi, ekspor , tenaga kerja dan hutang luar

   negeri periode, 1984-2003.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

 1.4.1. Tujuan Penelitian

        Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

        a. Untuk menganalisis pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil.

        b. Untuk menganalisis pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil.
8




      c. Untuk menganalisis pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB

          riil.

      d. Untuk menganalisis pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap

          PDB riil.

      e. Untuk menganalisis pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap

          PDB riil.

1.4.2. Manfaat Penelitian

      Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

      a. Pemerintah (policy maker), sebagai bahan pertimbangan dalam

          menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijaksanaan

          yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

     b. Ilmu Pengetahuan

        1. Memperkaya dan memperdalam khasanah penelitian sejenis yang

            telah ada sebelumnya

        2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi semua pihak yang

            berkepentingan.

     c. Peneliti

        1. Untuk menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana

            ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.

        2. Penelitian ini merupakan wujud nyata penerapan teori-teori yang

            telah di dapat di bangku kuliah serta sebagai wahana latihan dalam

            memperluas khasanah keilmuan.
9




1.5. Sistematika Penulisan

     -   BAB I : PENDAHULUAN

         Berisi mengenai latar belakang permasalahan yang akan diangkat,

         kemudian merumuskan serta manfaat dan tujuan apa yang bisa dipetik

         dari penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

         Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1984-2003

     -   BAB II : TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

         Berisi uraian atau gambaran secara umum mengenai subyek penelitian

         yang bersumber pada data yang bersifat umum. Deskripsi dilakukan

         dengan merujuk pada fakta yang bersumber pada data yang bersifat

         umum sebagai wacana pemahaman secara makro yang berkaitan tentang

         penelitian.

     -   BAB III : KAJIAN PUSTAKA

         Berisi kajian penelitian-penelitian terdahulu pada area yang sama, untuk

         membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut sekaligus untuk

         menghindari adanya duplikasi.

     -   BAB IV : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

         Berisi mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan

         yang diteliti. Menteorikan hubungan antar variabel yang terlibat dalam

         permasalahan yang diangkat. Sedangkan hipotesis merupakan jawaban

         sementara atas rumusan masalah.
10




-   BAB V : METODE PENELITIAN

    Berisi metode analisis yang digunakan dan data-data yang digunakan

    beserta sumber data.

-   BAB VI : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan

    analisis statistik.

-   BAB VII : SIMPULAN DAN IMPLIKASI

    Pada bagian simpulan berisi tentang simpulan-simpulan yang langsung

    diturunkan dari analisis yang telah dilakukan serta menjawab semua

    pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah. Sedangkan pada bagian

    implikasi muncul sebagai hasil simpulan jawaban atas rumusan masalah

    serta masukan bagi pihak terkait.

            .
11



                                   BAB II

                           GAMBARAN UMUM



2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

          Selama kurun waktu 1987 – pertengahan 1997, perkembangan kondisi

   perekonomian Indonesia sangat menggembirakan dan membanggakan. Hal ini

   ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan secara terus menerus

   jauh diatas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia. Fenomena inilah yang

   menyebabkan Indonesia bersama negara-negara Asia lainnya (Korea Selatan,

   Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina) dikatakan

   sebagai suatu keajaiban ekonomi. Indonesia bersama negara-negara lainnya

   telah menjadi satu pilar penentu perekonomian dunia mengimbangi negara-

   negara maju. (Proyeksi Ekonomi Indonesia Tahun 2000, : 3)

          Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 %, meningkat

   dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 %. Seluruh

   komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen –

   komponen tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat (Tabel 2.1).

   pertumbuhan ekonomi masih dimotori oleh konsumsi. Sementara investasi

   dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun

   perannya sebagai penggerak perekonomian relatif masih terbatas.
12



                                   TABEL 2.1.

               PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN
                         Rata-rata
      Komponen                           2000      2001     2002      2003
                         1989-1997
Pertumbuhan (%)
Total Konsumsi
                             8,2          2,0      3,9       4,7       4,6
  Rumah Tangga
                             8,9          1,6      3,4       3,8       4,0
  Pemerintah
                             3,6          6,5      9,0      12,8       9,8
Investasi
                            11,7         16,7      6,5       0,2       1,4
Ekspor barang dan jasa
                             9,1         26,5      2,9      -0,6       4,0
Impor barang dan jasa
                            14,0         25,9      8,2      -5,0       2,0
Produk Domestik Bruto
                             7,8          4,9      3,5       3,7       4,1
Kontribusi    Terhadap
Pertumbuhan (%)
Total Konsumsi
                             5,5         1,6       3,0       3,6       3,6
 Rumah Tangga
                             5,2         1,1       2,3       2,6       2,8
 Pemerintah
                             0,4         0,5       0,7       1,0       0,8
Investasi
                             3,1         3,4       1,5       0,1       0,3
Ekspor barang dan jasa
                             2,3         6,4       0,9      -0,2       1,1
Impor barang dan jasa
                             3,4         5,4       2,0      -1,3       0,5

Sumber : Laporan Bank Indonesia, 2003

          Pertumbuhan Ekonomi di negara Indonesia, tidak dapat dilepaskan

   dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem perekonomian dunia.

   Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah mempercepat laju

   pertumbuhan negara-negara tersebut. Perubahan tersebut yang disertai

   teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan-

   hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara.

          Perbaikan indikator makroekonomi pada tahun laporan, sebagaimana

   tercermin dari turunnya tingkat suku bunga dan turunnya laju kenaikan harga,

   lebih direspon oleh kegiatan konsumsi. Sementara itu, kegiatan investasi yang

   memiliki efek pengganda yang lebih besar dibandingkan konsumsi, mulai

   meningkat seiring dengan turunnya tingkat suku bunga. Namun, laju kenaikan
13



investasi relatif masih rendah yang disebabkan oleh beberapa masalah yang

belum diselesaikan, sehingga belum kondusifnya iklim berinvestasi.

Sementara itu, kegiatan barang dan jasa, selain masih menghadapi

permasalahan produksi di dalam negeri, juga masih menghadapi permintaan

dunia yang masih lemah. (laporan Bank Indonesia, 2003 : 27)

          Konsumsi rumah tangga tumbuh positif dan terus menanjak, dilihat

dari tabel 2.1 pada tahun 2003 tumbuh 4,0 % lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan tahun 2002 yang pertumbuhannya hanya 3,8 %. Hal ini

disebabkan karena naiknya penghasilan riil masyarakat, membaiknya

keyakinan konsumen, dan ketersediaan sumber – sumber pembiayaan

konsumsi.

             Pada   tahun   2000,   perekonomian      Indonesia   menunjukkan

pemulihan ekonomi yang semakin kuat dengan pola pertumbuhan ekonomi

yang seimbang. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 mencapai angka 4,9

%, lebih tinggi dari perkiraan awal tahunan Bank Indonesia sebesar      3,00 % -

4,00 %. Tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengalami penurunan

sebesar 3,5 %, dan ditahun 2002 naik tipis menjadi 3,7 %. Sejumlah kemajuan

juga dicapai dalam proses penyelesaian utang luar negeri pemerintah, telah

selesainya    program   rekapitalisasi   perbankan,   serta   telah   dicapainya

kesepakatan dan penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

(BLBI).

       Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 menjadi lebih

seimbang dengan didukung oleh nilai tukar yang kompetitif, peningkatan
14



ekspor non migas dan juga kegiatan investasi yang mulai meningkat, sejalan

dengan perbaikan tingkat pendapatan pada sebagian lapisan masyarakat, baik

berasal dari upah / gaji, maupun ekspor.

       Kondisi ekonomi makro yang membaik pada tahun 2003 antara lain

didukung oleh pelaksanaan kebijakan ekonomi makro yang senantiasa

diarahkan pada upaya pencapaian kestabilan jangka panjang sambil tetap

memelihara momentum pemulihan ekonomi. (Laporan Bank Indonesia, 2003 :

5)

       Pertumbuhan ekonomi selama ini telah memberikan dampak

perubahan terhadap kontribusi maupun laju pertumbuhan sektor-sektor

ekonomi. struktur perekonomian Indonesia terus mengalami perubahan

mengikuti struktur perekonomian yang lazim di negara-negara maju, dimana

kontribusi sektor-sektor tradisional, seperti sektor pertanian dan sektor

pertambangan terhadap PDB semakin lama semakin berkurang, digantikan

oleh sektor-sektor modern, seperti industri pengolahan dan jasa-jasa, seperti

perdagangan, hotel, dan restoran.

       Tabel 2.2 menunjukan, bahwa selama kurun waktu 1993 –2003, sektor

industri sumbangannya terhadap pembentukan PDB nilainya selalu lebih besar

dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini berbeda pada masa-masa

sebelumnya,    dimana    sektor     pertanian   masih   mendominasi   terhadap

pembentukan PDB.
15



                                                       TABEL 2.2.

                           PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA
                                    MENURUT LAPANGAN USAHA
                                               PERIODE 1993-2003
                                               (dalam milyar rupiah)

 Lapangan      1993       1994       1995       1996       1997       1998       1999       2000       2001       2002       2003
   Usaha
 Pertanian,
  Petern,
              58.963,4   59.291,2   61.885,2   63.827,8   66.468,0   63.609,5   64.985,3   66.208,9   67.318,5   68.669,7   70.374,6
 Kehut, dan
 Perikanan

 Pertamban
  gan dan     31.497,3   33.261,6   35.502,2   37.739,4   38.538,2   37.474,0   36.865,8   38.896,4   39.401,3   40.404,8   40.590,8
 penggalian

  Industri
 Pengolaha    73.556,3   82.649,0   91.637,1   102.259,7 107.629,7   95.320,6   99.058,5   104.986,9 108.272,3 111.982,5 115.900,7
     n

  Listrik,
  Gas dan      3.290,2   3.702,7    4.291,9     4.876,8   5.479,9    5.646,1    6.112,9     6.524,2   7.111,9    7.538,4     8.052,2
 Air Bersih

 Bangunan     22.512,9   25.857,5   29.197,8   32.923,7   35.346,4   22.465,3   22.035,6   23.278,7   24.308,2   25.488,4   27.196,2

 Perdagang
  an, Hotel
    dan       55.512,9   59.504,1   64.230,8   69.475,0   73.523,8   60.130,7   60.293,9   63.198,3   65.824,6   68.333,3   70.891,3
  Restoran

 Pengangku
  tan dan
 Komunikas    23.248,9   25.188,6   27.328,6   29.701,1   31.782,5   26.975,1   26.772,1   29.072,1   31.338,9   33.855,1   37.475,5
     i

 Keuangan,
 Persewaan
    Jasa      28.047,8   30.901,0   34.313,0   36.384,2   38.543,0   28.278,7   26.244,6   27.449,4   28.932,3   30.590,8   32.512,5
  Perush

   Jasa
  Lainnya     33.361,4   34.285,1   35.405,7   36.610,2   37.934,5   36.475,0   37.184,0   38.051,5   39.245,4   40.080,1   41.459,9


              329.775,8 354.640,8 383.792,3 413.797,9 433.245,9 376.374,9 379.557,7 397.666,3 411.753,5 416.942,9 444.453,5
   PDB
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi

                   Dalam tabel 2.2 terlihat, bahwa PDB sektor industri pada tahun 1993

         sebesar Rp 73.556,3 milyar, tahun 1994 sebesar Rp 82.649,0 milyar, tahun
16



1995 sebesar Rp 91.637,1 milyar, tahun 1996 sebesar Rp 102.254,7 milyar,

tahun 1997 sebesar Rp 107.629,7 milyar, tahun 1998 sebesar Rp 95.320,6

milyar, tahun 1999 sebesar Rp 98.949,4 milyar, tahun 2000 sebesar

Rp 104.986,9 milyar, tahun 2001 sebesar Rp108.272,3 milyar, tahun 2002

sebesar Rp 111.982,5 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 115.900,7 milyar.

Industri yang terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar, yakni sebesar Rp

115.900,7 milyar. Pada tahun 1998 dan 1999, sektor industri mengalami

penurunan nilai yang sangat tajam, dari Rp 107.629,7 pada tahun 1997,

menjadi hanya Rp 95.320,6 milyar ditahun 1998 dan Rp 98.949,4 ditahun

1999. Walaupun mengalami penurunan, tetapi sumbangannya terhadap

pembentukan PDB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.

Penurunan nilai sumbangan sektor industri pada tahun 1998 dan 1999 terjadi

karena pada tahun tersebut, Indonesia sedang berada pada kondisi krisis

moneter dan krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.

Ditahun 1999 dan 2000 sektor industri mengalami kenaikan yang cukup besar

dari Rp 99.058,5 milyar menjadi sebesar Rp 104.986,9 milyar. Dan mulai

perubahan ditahun 1999 ke tahun 2000, sektor industri mengalami kenaikan,

tahun 2001 sebesar Rp 108.272,3 milyar, pada tahun 2002 sebesar Rp

111.982,5 milyar dan ditahun 2003 naik menjadi Rp 115.900,7 milyar.

       Pada sektor Industri pengolahan pada tahun 2003 tumbuh sebesar

3,5 % dan memberikan sumbangan 0,9 % terhadap pertumbuhan PDB. Angka

pertumbuhan ini sedikit menanjak apabila dibandingkan pertumbuhan tahun

lalu yang hanya mencapai 3,4 %. Rendahnya pertumbuhan sektor industri ini
17



   menyebabkan kenaikan permintaan konsumsi tidak dapat sepenuhnya

   dipenuhi oleh produksi domestik. Kesenjangan antara produksi dengan

   permintaan ini diisi oleh barang-barang yang berasal dari impor sebagaimana

   terindikasikan oleh impor barang konsumsi. Rendahnya pertumbuhan sektor

   industri ini juga terkait dengan permasalahan daya saing produk domestik

   yang lemah. Selanjutnya, sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 2,5

   %, lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar

   2,0 %. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami

   pertumbuhan sebesar 3,7 % turun dibandingkan tahun lalu sebesar 3,8 %.

   dengan pertumbuhan yang melambat tersebut, kontribusi sektor ini terhadap

   pertumbuhan PDB hanya mencapai 0,6 %. Pertumbuhan pada sektor ini

   terutama didorong oleh subsektor perdagangan besar dan eceran seiring

   dengan peningkatan konsumsi masyarakat. (Laporan Tahunan BI Tahun 2003,

   : 35 – 36)

2.2. Perkembangan Investasi di Indonesia

          Seperti diketahui, bahwa ciri-ciri negara berkembang ialah kekurangan

   modal atau rendahnya tingkat tabungan dan investasi. Tidak hanya persediaan

   modal yang sangat kecil, tetapi juga laju tabungan yang sangat rendah. Rata-

   rata investasi kotornya hanya 5 % - 6 % dari pendapatan nasional kotor,

   sedangkan negara maju berkisar antara 15 % - 20 %. Laju tabungan yang

   rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk pertumbuhan penduduk yang

   cepat. (M.L. Jhingan , 2000, : 480)
18



       Negara berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal

overhead   ekonomi    yang    secara   langsung   diperlukan   untuk    lebih

mempermudah investasi. (M.L. Jhingan , 2000,: 481). Peranan investasi ini

setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat memacu pemerataan

dan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas kesempatan tenaga kerja, Dalam

upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan

memberikan prosedur yang sederhana dan terkendali, sarana dan prasarana

yang menunjang, serta peraturan yang konsisten, sehingga terjamin kepastian

berusaha dan keamanan untuk berinvestasi. Langkah-langkah tersebut telah

dirintis oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi,

debirokratisasi, dan disentralisasi dalam bidang investasi. Deregulasi sektor

riil yang menyangkut masalah investasi diwujudkan dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah No. 20 / tahun 1994 yang memungkinkan setiap

penanam modal     memiliki 95 % saham usahanya di Indonesia. (Laporan

Tahunan BI Tahun 2000).

       Kegiatan Investasi pada 2003 tumbuh sebesar 1,4 %, meningkat

dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,2 %. Indikasi kenaikan

investasi tercermin dari naiknya impor barang modal, penjualan truk dan

persetujuan PMA/PMDN. Walaupun demikian, peran investasi dalam

mengangkat pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas sebagaimana

tercermin dari pertumbuhannya yang masih di bawah rata-rata pertumbuhan

sebelum krisis yang mampu mencapai sekitar 12 % pertahun. Hal ini terkait

dengan berbagai permasalahan yang menyelimuti dunia usaha, seperti masih
19



                       belum kondusifnya iklim berinvestasi di Indonesia. (Laporan Tahunan Bank

                       Indonesia, 2003 : 30)

                                 Tabel 2.3, menyajikan persetujuan penanaman modal luar negeri yang

                       disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi pada tahun 1993 – 2003. Dalam

                       tabel yang disajikan dapat kita lihat seberapa besar nilai investasi menurut

                       sektor perekonomian.

                                                                    TABEL 2.3.
                                PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI DI
                                       INDONESIA YANG DISETUJUI PEMERINTAH
                                                 MENURUT SEKTOR EKONOMI
                                                                (Juta US $)
       Lapangan Usaha            1993      1994       1995       1996       1997       1998       1999       2000      2001      2002      2003
 Pertanian,kehutanan,dan
                                 160,1     729,9     1384,3     1521,5      463,7      998,2      482,4     152,2     389,7     458,9      178,9
 perikanan
 Pertambangan dan
                                   -         -          -       1696,7       1,6        0,3       14,2        2,2     118,7      49,3      17,8
 penggalian
 Perindustrian                  3.421,4   18.738,8   26.891,9   16.072,2   23.017,3   8.388,2    6.929,2    5.179,6   5.131,4   3252,6    6.457,4
 Konstruksi                      96,9       76,5      205.,8      296,8     306,8      197,8      153,4      87,8      47,6     282,1      787,7
 Perhotelan                      394,4     343,6      998,8      1716,6     462,6      451,1      228,6      29,4      891,6    254,6      488,2
 Transport,pergudangan,dan
                                 85,4      145,1     5.539,5     694,6     5.900,0     79,0       102,7     138,1     378,2     3.713,3   4.160,2
 pehubungan
 Lembaga
 keuangan,peransuransian,real    598,0    1.027,8    1.192,0    3.000,3    1.397,6    1.270,9     171,2     104,6     177,4       7,3      10,3
 estate dan perusahaan
 Jasa masyarakat,sosial,dan
                                3.385,6   2.622,6    3.702,3    4.932,8    2.282,9    2.177,6    2.800,2    393,1     1516,0    804,9      279,7
 perorangan
 Jumlah                         8.141,8   23.724,3   39.914,7   29.931,4   33.832,5   13.563,1   10.881,8   6.087,0   9.027,5   9.789,1   13.207,2
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, berbagai edisi

                                 Dari tabel 2.3 di atas terlihat, bahwa pada tahun 1993 nilai investasi di

                       sektor industri sebesar 3.421,4 juta US Dollar, lebih besar dibandingkan

                       dengan sektor-sektor lainnya. Pada tahun 1994 nilai investasi di sektor industri

                       meningkat menjadi 18.738,8 juta US Dollar. Perkembangan tahun berikutnya,

                       yang paling menonjol adalah tahun 1995, dimana nilai investasi di sektor

                       industri mencapai angka yang terbesar yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar,

                       kenaikan tersebut disebabkan oleh proses industrialisasi yang terjadi di
20



Indonesia, dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai

investasi disektor industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2

juta US Dollar pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999

serta 5.179,6 US Dollar pada tahun 2000 karena para investor melihat

keamanan pada tahun 1998 tidak stabil, akibat adanya krisis moneter dan

krisis ekonomi.

       Pada tahun 1995, nilai investasi memiliki angka yang sangat tinggi,

yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar, pada tahun berikutnya nilai investasi

menurun drastis menjadi sebesar 16.072,2 juta US Dollar pada tahun 1996,

dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai investasi disektor

industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2 juta US Dollar

pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999 serta 5.179,6 US

Dollar pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena adanya krisis moneter dan

krisis ekonomi yang berujung menjadi krisis multidimensi, sehingga para

investor dalam menginvestasikan dana atau modalnya sangat memperhatikan

aspek keamanan dan kestabilan di sektor ekonomi maupun pada sektor sosial

dan politik. Perkembangan penyebaran modal di daerah, dengan disertai nilai

investasi per daerah, dan juga dapat dilihat perkembangan nilai investasi dari

tahun 1993 hingga tahun 2003, pada tabel berikut :
21



                                              TABEL 2.4.
                          PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI YANG
                             TELAH DISETUJUI PEMERINTAH MENURUT LOKASI
                                               (Juta US $)

                          1993       1994         1995          1996       1997       1998       1999       2000         2001               2002       2003
Jawa                      6.569,5    14.356,3     27.491,9      17.908,4   20.535,0   10.840,4    2.635,9   5.576,9       5.741,8           4.794,1     7.430,6
D.K.I. Jakarta            1.669,1     1.822,3      4.030,8       4.403,9    6.136,1    1.700,1     783,8     627,2        1.154,5           3.373,5     5.611,6
  Jawa Barat              2.508,0     4.446,3     12.474,4       7.760,1    7.973,3    5.504,1    1.498,2   1.835,6       1.190,9            897,4       911,0
  Jawa Tengah               50,3      1.830,2        726,7       3.273,7    2.195,7    3.066,7       69,7   2.989,0         117,1             71,6         89,7
  D.I.Y                     56,3          0,2         79,5          69,0       14,3        6,0       10,5       1,2            10,2           19,9         17,4
  Jawa Timur              2.285,8     6.247,3     10.207,5       2.401,7    4.215,6     563,5      273,7     123,9        1.680,6            271,1       417,7
  Banten                         -          -               -          -          -          -          -          -      1.588,5            160,6       383,2


Sumatera                  1.362,3     5.515,0      5.464,0       4.297,6   11.163,9    1.415,7    7.652,6    335,5        2.356,7           2.069,6     1.541,2
  D.I. Aceh                528,6      1.050,2      1.624,8        525,8      771,9         6,2      51,8        0,6              6,0               -      82,5
  Sumatera utara            72,3       225,3         658,1        614,7     3.514,6     229,6      102,7     124,8          106,5             44,4         57,6
  Sumatera Barat            65,7         97,7        118,4          79,3        7,1     175,8      344,9      14,0             38,2           10,0         45,3
  Riau                     609,4      3.964,3        598,8       1.664,5    6.743,0     537,1     6.956,9    146,2        2.095,5           1.152,3     1.175,3
  Jambi                       0,3        39,3         24,1           9,0          -     201,9        42,0     34,5             10.2           21,6          0,6
  Sumatera Selatan               -       82,9      1.968,3       1.292,3       73,2     129,3        39,7       6,5            42,3             77          1,1
   Bengkulu                 34,0          8,6         19,7          64,2          -       37,7      18,4           -             1,9               -     159,2
  Lampung                   52,0         46,7        451,8          47,8       54,1      98,1       96,2        8,9            53,8             62            -
Kelpulauan       Bangka
Belitung                                                                                                                         2,3          31,2        19,6


Kalimantan                  12,8      2.058,3      1.649,2       2.876,6    1.056,1     722,7      226,8      54,7          246,6           2.237,0      780,7
  Kalimantan Barat            2,0         7,7        175,3        547,1       28,2      251,2      102,0           -           21,8             1,4       33,0
  Kalimantan Timur            1,0        99,6      1.315,6       2.170,1     583,2      397,7        44,2     40,9          203,2           2.192,7      713,4
  Kalimantan Tengah              -          -         73,4        140,2         6,0        0,4       50,3     10,7             11,9             8,9        32,2
  Kalimantan Selatan          9,8     1.951,0         84,9          19,2     438,7        73,4       30,3       3,1              9,7          34,0          2,1


Sulawesi                    40,2      1.448,4      2.394,4       2.552,6     426,0      192,7      141,8      42,8             81,1          420,2       225,2
  Sulawesi Utara            32,0         40,5        164,3          72,3     358,8      157,4        24,1       3,6              1,2          41,2       181,3
  Sulawesi Tengah                -        6,3        105,6          10,0        5,5        6,9        2,7       0,3              0,5         373,7            -
  Sulawesi Tenggara              -        6,3             0,5        2,8        3,5        0,6     102,5        4,3              0,5            0,3        43,8
  Sulawesi Selatan            8,2     1.395,3      2.114,0       2.467,5       58,3       27,8       12,5     34,6             78,9             5,0
  Gorontalo                      -          -               -          -          -          -          -          -               -               -        0,1


Bali & Nusa
Tenggara                    51,6         36,5        328,6        1,765      129,2      365,7      208,8      38,5     524,9                 208,5      3.004,5


Maluku, Papua, dan
Timor-Timor                105,4       309,9    2,596,4           531,2      522,2        25,9       24,9     38,6     6.104,8                59,7       225,0


Jumlah                    8.141,8    23.724,4     39.914,7      29.931,4   33.832,5   13.563,1   10.890,8   6.087,0       9.027,5           9.789,1    13.207,2
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi
22



          Dapat diketahui, bahwa tahun 1997, daerah Jawa masih mendominasi

   nilai investasi secara keseluruhan dengan nilai investasi sebesar 20.535,0 juta

   US Dollar, meninggalkan daerah yang lain dan tetap bertahan pada nilai

   investasi ditahun-tahun berikutnya. Begitu pula pada tahun 1995 dan 1996,

   dengan nilai investasi yang tertinggi di propinsi Jawa Barat sebesar 12.474,4

   juta US Dollar pada tahun 1995 dan 7.760,1 juta US Dollar pada tahun 1996.

   Pada tahun 2001, dengan bertambahnya Propinsi Banten, dapat menambah

   nilai investasi pulau Jawa. Jumlah total nilai investasi di Pulau Jawa pada

   tahun 1999, menduduki jumlah nilai investasi terendah, dengan nilai sebesar

   2.635,9 juta US Dollar. Pada tahun 1998, mulai mengalami penurunan hingga

   tahun berikutnya, yang disebabkan kondisi perekonomian Indonesia tidak

   berada di posisi stabil, karena adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang

   berlanjut menjadi krisis multidimensi.

2.3. Perkembangan Ekspor Indonesia

          Pesatnya perkembangan perekonomian Indonesia kurang lebih dua

   dasawarsa terakhir menunjukkan keberhasilan dan kemampuan pemerintah

   dalam mengerahkan dana-dana Investasi, yang berupa dana dalam bentuk

   bantuan untuk pembangunan. Disisi lain, dengan meningkatnya harga minyak

   bumi dalam tahun 1980-an merupakan salah satu penunjang perekonomian

   pada saat itu, sumber utama untuk pengembangan ekspor lebih lanjut.

          Ada sejumlah indikator yang umum digunakan untuk mengetahui

   perkembangan struktur ekspor, diantaranya adalah proporsi ekspor migas dan

   non migas terhadap total ekspor.
23



                              TABEL 2.5
             PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA
                         PERIODE 1984 – 2003
                               (Juta US $)
 Tahun         Ekspor Migas               Ekspor Non Migas        Total
              Nilai        % Peran         Nilai       % Peran   Ekspor
  1984        16.018,1       73,18         5.869,7       26,82   21.887,8
  1985        12.717,9       68,43         5.868,8       31,57   18.586,7
  1986         8.276,6       55,90         6.528,4       44,10   14.805,0
  1987         8.556,0       49.93         8.579,6       50,07   17.135,6
  1988         7.681,4       39,97        11.537,1       60,03   19.218,5
  1989         8.680,2       39,17        13.480,0       60,83   22.160,2
  1990        11.071,1       43,12        14.604,2       56,88   25.675,3
  1991        10.894,9       37,39        18.247,5       62,61   29.142,4
  1992        10.670,9       31,42        23.296,1       68,58   33.967,0
  1993         9.745,8       26,47        27.077,2       73,53   36.823,0
  1994         9.693,6       24,20        30.359,8       75,80   40.053,4
  1995        10.464,4       23,04        34.953,6       76,96   45.418,0
  1996        11.722,0       23,53        38.092,9       76,47   49.814,9
  1997        11.622,5       21,75        41.821,1       78,25   53.443,6
  1998         7.872,1       16,12        40.975,5       83,88   48.847,6
  1999         9.792,3       20,12        38.873,2       79,88   48.665,5
  2000        14.237,2       22,96        47.779,2       77,04   62.016,4
  2001        43.684,5       77,56        12.636,3       22,43   56.320,9
  2002        45.406,1       79,43        12.112,7       21,19   59.158,8
  2003        13.651,7       22,36        47.406,7       77,64   61.058,3
Sumber : Badan pusat statistik, berbagai edisi, data diolah

       Dari tabel 2.5 dapat terlihat, bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia

pada periode 1984 sampai dengan 1986 masih mendominasi oleh ekspor

migas, seiring dengan harga minyak bumi yang masih menjanjikan. Pada

periode Februari 1983, harga minyak bumi sebesar 29,53 US Dolar per barrel.

Kemudian pada periode Februari 1985, harga minyak turun menjadi 28,53 US

Dolar per barrel. Dari tabel 2.5 terlihat bahwa pertumbuhan ekspor migas

cenderung menurun dari tahun ke tahun sampai tahun 2000, dan mulai

mengalami kenaikan tajam pada tahun 2001 dari sebesar 14.237,2 US Dolar
24



pada tahun 2000, menjadi sebesar 43.684,5 US Dolar. Pada tahun 2002 naik

lagi menjadi sebesar 45.406,1 US Dolar dengan persentase peranan terhadap

total ekpor keseluruhan sebesar 79,43 %, tetapi pada tahun 2003 harga minyak

dunia menurun pada 30 US Dolar per barel. Hal ini disebabkan oleh belum

pulihnya pasokan minyak dari Irak, menurunnya cadangan minyak AS, dan

kuatnya disiplin kuota OPEC. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8)

       Sedangkan pada ekspor non migas pada tahun 1998 mengalami

presentase peranan terhadap total ekspor yang cukup tinggi yaitu sebesar

83,88 %. Pada periode selanjutnya peranan ekspor non migas mengalami

kecenderungan menurun. Pada tahun 1999 turun menjadi 79,88 %, tahun 2000

turun menjadi sebesar 77,04 %. Pada periode setelah tahun 2000, peranan

ekspor non migas mengalami penurunan yang sangat drastis, pada tahun 2001

peranan ekspor non migas turun menjadi 22,43 % dan mengalami penurunan

kembali pada tahun 2002 menjadi sebesar 21,19 %, tetapi pada tahun 2003

ekspor non migas mengalami kenaikan sebesar 77,64 %. Hal ini disebabkan

oleh pemulihan kegiatan produksi, adanya upaya produsen untuk memperbaiki

harga ke tingkat yang lebih tinggi setelah menurun tajam pada periode 1998-

2002, dan dampak dari depresiasi dolar. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8)

       Mulai pada tahun 2001 sampai tahun 2002, peranan antara ekspor

migas dan non migas menjadi terbalik drastis setelah tahun 2000. Pada tahun

2000, peranan ekspor migas sebesar 22,96 %, sedangkan peranan ekspor non

migas sebesar 77,04 %, di tahun berikutnya peranan ekpor migas menjadi

sebesar 77,56 %, dan peranan pada ekspor non migas menjadi sebesar 22,43
25



%, tetapi pada tahun 2003 peranan ekspor non migas berperan lagi menjadi

77,64 % dan ekspor migas sebesar 22,36 %.

         Pertumbuhan ekspor sejak tahun 1987 didominasi oleh ekspor non

migas, menggantikan ekspor migas, seiring dengan berakhirnya era oil boom,

Pertumbuhan ekspor non migas yang cepat pada tahun 1980-an dan 1990-an,

selain   didorong     oleh   meningkatnya    permintaan luar negeri karena

berkurangnya hambatan-hanbatan dalam perdagangan, juga tidak dapat

dilepaskan dari deregulasi ekonomi yang dijalankan di dalam negeri.

         Perkembangan ekspor non migas tersebut, terutama didorong oleh

ekspor produk manufaktur yang memiliki keunggulan komparatif, seperti

kayu olahan, tekstil, dan produk tekstil. Sektor manufaktur tetap menjadi

andalan utama ekspor non migas, diikuti oleh sektor pertanian dan

pertambangan.       Sektor   pertanian,   meskipun   mengandung    keunggulan

komparatif, tetapi sangat rentan terhadap fluktuasi harga internasional. Selain

itu, term of trade produk-produk pertanian semakin lama semakin turun jika

dibandingkan dengan produk manufaktur.

         Dengan melihat perkembangan ekspor Indonesia selama kurun waktu

1984 – 2003, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekspor

yang ditandai dengan pergeseran peran ekspor produk migas kearah ekspor

produk non migas pada kisaran tahun 1984 – 1999, sedangkan pada periode

tahun 2000 – 2003 peranannya silih berganti dari ekspor non migas ke ekspor

migas
26



       Perubahan sektor ekspor ini selain disebabkan oleh perubahan harga

minyak bumi di pasaran dunia yang sangat fluktuatif dan terbatasnya produksi

dalam negeri, juga disebabkan karena diperlakukannya berbagai perubahan

kebijakan (policy reform) yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan

pada ekspor migas, dan juga sebagai upaya penggalakan ekspor non migas.

Dengan kondisi tersebut, ketergantungan pada devisa migas akan semakin

berkurang.

       Menurut negara-negara tujuan ekspor, Jepang merupakan negara

terbesar yang mampu menyerap komoditi ekspor terbesar Indonesia. Selain itu

ekspor Indonesia juga ditujukan ke Amerika Serikat, negara-negara dalam Uni

Eropa (dahulu MEE), dan negara-begara ASEAN.

       Bagi negara-negara sedang berkembang, yang perekonomianya masih

sangat tergantung pada pinjam / bantuan luar negeri, ekspor untuk produk-

produk dengan nilai tambah yang tinggi sangatlah penting. Khususnya

Indonesia, akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang membuat negara

nyaris bangkrut, ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak proses

pemulihan ekonomi nasional. Sayangnya, harapan ini tampaknya sangat tidak

mudah diwujudkan, tidak dalam waktu pendek ini.

       Ekspor selama periode 1998 – 1999, termasuk produk-produk

unggulan, seperti tekstil dan kayu lapis, tidak menunjukkan pertumbuhan yang

berarti. Kinerja ekspor yang tidak terlalu baik itu menandakan bahwa dalam

masa sekarang, tingkat daya saing suatu produk di dalam perdagangan

internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh perbedaan harga, tetapi juga
27



   ditentukan oleh aspek lain, seperti kualitas, penampilan produk, warna,

   bentuk, pelayanan purna jual (service after sale), dan sebagainya.

2.4. Perkembangan Tenaga Kerja di Indonesia

          Penduduk Indonesia pada tahun 1985, berdasarkan sensus penduduk

   tahun 1980 diperkirakan berjumlah 165 juta jiwa. Hal ini menempatkan

   Indonesia pada urutan kelima dari negara-negara yang berpenduduk besar,

   sesudah China, India, Rusia, dan Amerika Serikat. (Statistik Indonesia, 1985, :

   31). Sementara itu, penduduk pada tahun 2002 sebesar 212.003.000 jiwa, data

   ini merupakan hasil dari sensus penduduk tahun 2002. Tingkat pertumbuhan

   penduduk telah turun cepat sejak tahun 1980, dari 1,97 % pada periode

   1980 – 1990 menjadi sebesar 1,49 % per tahun selama periode 1990 – 2000.

   Penurunan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 1980 sampai sekarang ini

   berkaitan dengan keberhasilan program keluarga berencana.

   (Statistik Indonesia, 2000 : 25)

          Penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar tersebut sebagian

   besar merupakan tenaga kerja yang biasa memanfaatkan bagi proses

   pembangunan, demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Namun,

   jumlah tenaga kerja yang relatif besar itu harus menjadi suatu masalah karena

   terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Permasalahan lainnya dalam

   ketenagakerjaan di Indonesia adalah keahlian atau spesialisasi dan

   profesionalisme yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, pendidikan

   merupakan usaha untuk menaikan mutu sumber daya manusia sebagai tenaga

   kerja. Jika dilihat dari komposisi pendidikan penduduk yang bekerja menurut
28



lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja masih

berpendidikan sangat rendah.

        Sektor-sektor perekonomian yang cukup besar peranannya dalam

ketenagakerjaan adalah sektor pertanian. Hampir sebagian tenaga kerja

tercatat di sektor ini. hal ini merupakan pencerminan negara agraris di

Indonesia. Hampir di semua propinsi, sebagian tenaga kerjanya berada

di sektor pertanian, kecuali DKI Jakarta yang lebih terkonsentrasi di sektor

perdagangan dan jasa. Sektor-sektor berikutnya yang cukup besar peranannya

dalam bidang ketenagakerjaan adalah sektor perdagangan, sektor industri, dan

jasa-jasa.

        Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di

Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK menurut

umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angkatan TPAK ini rendah pada umur-

umur muda, dikarenakan pada usia tersebut, kebanyakan penduduk nasih

sekolah, kursus, kuliah, dan lain-lain. Kemudian, angka TPAK tersebut naik,

sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada umur

40 – 44 tahun, dan selanjutnya turun lagi secara perlahan-lahan pada umur-

umur berikutnya, karena masa pensiun dan telah mencapai usia tua.

        Untuk melihat perkembangan angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) menurut umur di Indonesia, dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :
29



                                                            TABEL 2.6.
                              JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN TPAK
                                     MENURUT UMUR DI INDONESIA
 UMUR    1985          1990         1995         1996        1997          1998         1999        2000         2001         2002            2003
 10-14    2.051.827    2.955.518    2.131.145    1.922.810    1.722.076       -           -            -            -             -                -
 15-19    6.013.427    7.868.741    8.766.283    8.402.533    8.199.926    8.368.985    8.554.349   7.746.221    8.138.571     8.208.419        7.221.857
 20-24    8.260.029    8.864.168   11.384.181   11.235.405   11.047.125   11.364.444   11.643.217 12.077.515    12.201.236     12.488.55       13.262.096
 25-29    9.344.248    7.445.143   11.671.664   11.945.274   12.173.897   12.423.862   12.589.200 13.390.138    13.678.117    13.325.417       13.543.972
 30-34    7.849.306    9.405.570   11.042.297   11.496.192   11.422.554   11.722.118   12.014.253 12.456.416    12.943.605    13.175.756      13.568.1411
 35-39    6.930.642    8.904.878   10.718.086   11.575.462   11.747.904   12.196.828   12.616.203 12.215.831    13.107.530    13.048.177       12.760.627
 40-44    5.929.367    6.950.767    8.676.164    9.355.044    9.857.191    9.946.573   10.453.396 10.661.377    11.043.148    11.679.938       11.443.223
 45-49    5.501.597    7.006.392    6.342.665    7.237.018    7.724.858    8.324.611    8.777.117   8.612.741    8.966.743     9.406.053        9.097.617
 50-54    4.291.760    5.491.387    5.367.234    6.053.323    5.953.825    6.390.035    6.358.496   6.427.222    6.712.550     7.258.722        7.288.969
 55-59    3.203.139    3.871.885    4.137.428    4.284.672    4.467.969    4.619.739    4.592.685   4.473.856    4.626.354     4.668.699        4.323.821
  60+     4.449.655    5.310.611    6.123.514    6.601849     7.007.586    7.377.737    7.248.262   7.589.644     213.582      7.519.534        7.805.684

Jumlah   63.824.997   77.802.264   86.361.261   90.109.582   91.324.911   92.734.932   94.847.178 95.650.961    98.812.448   100.779.270      100.316.007

 TPAK        53,02        57,33        56,62        58,34        58,02        66,93        67,22       67,76        68,60             67,76            65,72
  (%)
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, berbagai edisi

                      Dari tabel 2.6 dapat dilihat, bahwa jumlah angkatan kerja dari tahun ke

         tahun semakin meningkat, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin

         bertambah. Pada tahun 1985 jumlah angkatan kerja sebesar 63,8 juta jiwa,

         dengan TPAK sebesar 53,02 %. Ini berarti dari 100 penduduk usia kerja

         terdapat 53 orang angkatan kerja. Pada tahun 1990, jumlah angkatan kerja

         meningkat menjadi 77,8 juta jiwa, dengan TPAK sebesar 57,3 %. Akan tetapi

         pada tahun 1995, angka TPAK menurun menjadi 56,62 %. Hal ini terjadi

         karena semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang

         mengurus rumah tangga, sehingga jumlah angkatan kerja relatif kecil

         kenaikannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, pada tahun

         1998, jumlah angkatan kerja mencapai 92,7 juta jiwa atau naik 1,5 %

         dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut antara lain

         mencakup penganggur lama, pencari kerja baru, dan korban Pemutusan
30



   Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor sebagai akibat dari krisis moneter

   dan krisis ekonomi, Kondisi kelebihan penawaran tenaga kerja telah

   menyebabkan sebagian pencari kerja terpaksa menerima upah dan pekerjaan

   yang tidak sesuai dengan keinginannya (ill-paying jobs). Selanjutnya jumlah

   angkatan kerja mengalami peningkatan, dari 94,8 juta jiwa pada tahun 1999

   menjadi 95,7 juta jiwa pada tahun 2000. TPAK mengalami sedikit

   peningkatan dari 67,76 % pada tahun 2000. Kondisi TPAK pada tahun 2003,

   mengalami penurunan sebesar 2,04 % dari tahun 2002 yang besarnya 67,76%.

          Pada tahun 2003, di Indonesia terdapat 148,7 juta penduduk usia kerja,

   sekitar 60 % dari mereka berada di pulau Jawa. Tingkat partisipasi tenaga

   kerja (TPAK), merupakan ukuran jumlah angkatan kerja untuk setiap 100

   tenaga kerja. (statistik Indonesia, 2003). Terjadinya fluktuasi TPAK ini

   kemungkinan disebabkan kondisi sosial ekonomi nasional yang belum stabil,

   sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia.

   Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak

   terhadap tinggi rendahnya faktor demand dan supply tenaga kerja.

   Peningkatan TPAK ini salah satunya dikarenakan semakin mambaiknya mutu

   sumber daya manusia, dan semakin aktifnya wanita berperan di luar rumah

   tangganya.

2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia

          Krisis nilai tukar rupiah yang terjadi sejak Juli 1997 yang lalu telah

   memberikan dampak yang berat dan bahkan telah menyebabkan krisis utang

   luar negeri Indonesia. Krisis ini tidak terlepas dari kondisi utang luar negeri
31



swasta Indonesia di luar perbankan yang merupakan bagian terbesar dari utang

luar negeri Indonesia. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa

serangan spekulasi terhadap nilai tukar sering terjadi pada negara yang

mempunyai utang luar negeri swasta yang besar, dengan porsi utang jangka

pendek.

       Inefisiensi dalam pemanfaatan utang tersebut sebagai akibat lemahnya

corporate governance, baik dari tingkat pemerintah maupun swasta, yang

mendorong timbulnya sentimen pasar, sehingga memberikan tekanan terhadap

nilai tukar. Selanjutnya dengan semakin pesatnya pembangunan dan

terbatasnya kemampuan pemerintah, peran swasta dalam perekonomian

semakin meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan langkah – langkah

deregulasi di berbagai bidang yang ditempuh oleh pemerintah, terutama sejak

tahun 1980-an. Besarnya minat investasi swasta, sementara sumber – sumber

dana di dalam negeri masih terbatas, telah mendorong swasta memanfaatkan

modal luar negeri, baik dalam bentuk penanaman modal langsung dan

pinjaman komersial maupun invertasi portofolio dalam surat berharga yang

diterbitkan oleh swasta domestik. Persyaratan pinjaman luar negeri swasta

baik suku bunga maupun jangka waktu, pada umumnya tidak lunak.

       Dalam usahanya untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak

terlepas pula menerima bantuan pembangunan dalam bentuk bantuan program

dan bantuan proyek. Bantuan ini pada hakikatnya adalah merupakan utang

luar negeri pemerintah Indonesia, meskipun porsinya tidak terlalu besar

dibandingkan dengan swasta.
32



                           TABEL 2.7.
                  PENERIMAAN PINJAMAN
      DAN BANTUAN LUAR NEGERI PEMERINTAH
                           (Juta US $)
   Tahun                      Hutang Luar Negeri
    1994                               9.838
    1995                               9.009
    1996                              11.900
    1997                              14.386
    1998                              30.225
    1999                              43.633
    2000                              71.882
    2001                              74.232
    2002                              66.746
    2003                              69.130
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi

    Dari Tabel 2.7 dapat dilihat, bahwa pada tahun 1994, hutang luar

negeri yang diterima pemerintah adalah sebesar Rp 9.838 milyar. Pada

tahun – tahun berikutnya, nilai bantuan tersebut mengalami peningkatan.

Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2001, yakni sebesar Rp 74.232

milyar. Sedangkan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan dari

tahun 2001, yaitu Rp 69.130 milyar pada tahun 2003 dan Rp 66.746

milyar pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena berbagai langkah

penanganan masalah hutang luar negeri telah dilakukan untuk membantu

mengurangi beban Neraca Pembayaran Indonesia dan memperbaiki

struktur hutang luar negeri Indonesia. Sebagai hasilnya, beberapa indikator

beban hutang, seperti rasio utang terhadap ekspor dan rasio hutang

terhadap PDB, cenderung terus menurun dan telah berada pada tingkat

yang relatif aman. Perkembangan positif ini telah meningkatkan daya

tahan perekonomian Indonesia terhadap gejolak pasar keuangan

internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain : proses
33



restrukturisasi hutang pemerintah melalui Paris Club dan London Club,

perjanjian debt swapt, restrukturisasi hutang luar negeri swasta melalui

Prakarsa Jakarta (JITF), serta program Exchange Offer. (Laporan Bank

Indonesia, 2003 : 25)
34



                                    BAB III

                             KAJIAN PUSTAKA



3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor – Faktor

   Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat periode

   1983 – 1996

              Ace Kusnadi (1998), Melakukan penelitian tentang faktor-faktor

   yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat selama periode

   1983 – 1996, menyimpulkan bahwa variabel investasi, ekspor, dan angkatan

   kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

   Sementara itu, variabel subsidi daerah otonom mempunyai pengaruh yang

   signifikan pula terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Hal ini

   menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat masih mempunyai ketergantungan

   yang besar terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat. Kondisi ini harus

   segera mendapat perhatian yang besar, karena pada umumnya, dimasa

   otonomi daerah seperti sekarang ini, Pemerintah Daerah dituntut harus lebih

   mandiri, khususnya Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat.

3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor – Faktor

   Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode

   1984 – 2000

             Penelitian yang dilakukan oleh Ari Iskandar (2000), mengenai

   faktor-faktor yang mempengaruhi PDB di Indonesia periode 1986 – 2000,

   menyimpulkan bahwa variabel investasi asing langsung, ekspor barang dan
35



jasa, utang luar negeri, dan angkatan kerja secara bersama-sama berpengaruh

nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi

asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan,

sedangkan utang luar negeri berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa kenaikan

investasi asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja akan mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi, sementara kenaikan utang luar negeri mempunyai

pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

menurut hasil penelitiannya variabel yang mempunyai pengaruh terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1984 – 2000

diantara variabel-variabel yang diteliti adalah angkatan kerja. Karena dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja yang digunakan, akan menambah jumlah

produksi yang dihasilkan.
36



                                     BAB IV

                      LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS



4.1. Landasan Teori

4.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

                Teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Harrod-Domar

    merupakan perluasan dari analisa Keynes mengenai kegiatan ekonomi

    nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Teori Harrod-Domar pada

    hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar

    pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefinisikan

    sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya

    alat-alat modal yang akan selalu berlaku dalam perekonomian.

                Teori Harrod-Domar memperhatikan dua aspek dari pembentukan

    modal dalam kegiatan ekonomi yaitu : mempertinggi pengeluaran masyarakat

    dan mempertinggi jumlah alat-alat modal dalam masyarakat. Dalam teori

    Harrod-Dommar pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang

    akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan

    barang-barang     maupun   sebagai   pengeluaran   yang   akan   menambah

    permintaan efektif seluruh masyarakat. Teori Harrod-Domar menganggap

    pula bahwa pertambahan dalam kesanggupan memproduksi ini tidak secara

    sendirinya akan menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan

    nasional.
37



             Harrod-Domar menyatakan bahwa pertambahan produksi dan

    pendapatan nasional bukan ditentukan oleh pertambahan dalam kapasitas

    memproduksi masyarakat, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat.

    Dengan demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan

    nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi tercipta. Analisa

    Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan supaya

    dalam jangka panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari masa

    ke masa (yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya)

    akan selalu sepenuhnya digunakan.

4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri

             Aliran modal dari luar negeri dinamakan bantuan luar negeri

   apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut : pertama, ia merupakan aliran

   modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan,

   kedua, dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan

   dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasar internasional.

             Berdasarkan kepada kedua ciri tersebut, aliran modal dari luar

   negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian (grant)

   dan pinjaman luar negri (loan). Besarnya unsur bantuan yang terkandung

   dalam pinjaman luar negri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali

   dari bantuan tersebut, yaitu tergantung pada tenggat waktu (grace period),

   jangka masa pembayaran kembali (maturity), dan tingkat bunga dari pinjaman

   yang diberikan. Pinjaman bersyarat ringan (soft loan), apabila tenggat waktu

   bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan
38



    tingkat bunganya bertambah rendah, pinjaman bersyarat berat (hard loan)

    apabila tenggat waktu dan jangka masa pembayaran kembali relatif singkat

    dan tingkat bunganya relatif tinggi.

              Hutang luar negeri erat hubungannya dengan pertumbuhan

    ekonomi, hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan program

    pembangunan di negara – negara berkembang, biasanya negara tersebut

    menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan tingkat

    penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

    Apabila tabungan yang dapat dikerahkan di dalam negeri melebihi

    penanaman modal yang akan dilaksanakan tersebut, maka pembangunan yang

    direncanakan dapat dicapai tanpa hutang luar negeri. Akan tetapi, pada

    umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan

    sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu

    dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997:

    371)

4.1.3. Teori Investasi

              Investasi   dilaksanakan     oleh   pemilik-pemilik   modal   untuk

   mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilaksanakannya. Peranan

   modal dalam pembangunan ekonomi mutlak diperlukan untuk pembiayan

   pembangunan yang akan dilaksanakan. Karena jika modal yang tersedia cukup

   besar maka pembangunan akan lebih lancar sebab dapat dilakukan investasi

   kepada beraneka macam sektor ekonomi. Modal merupakan faktor penting,

   sebab dengan tersedianya modal maka faktor-faktor produksi lainnya akan
39



dapat terpenuhi. Investasi yang diinvestir dalam pembangunan ekonomi

mengutamakan kepada service motive yakni pemberian pelayanan, dorongan-

dorongan kepada mesyarakat walaupun pertimbangan ekonomi juga

diperhatikan. (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 107 - 108)

          Thesis usaha minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi

tingkat    penanaman   modal   untuk   mengusahakan     agar   negara-negara

berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat

keseimbangan rendah (the low level equilibrium trap). Teori perangkap

tingkat keseimbangan rendah menjelaskan bahwa pada tingkat pendapatan

perkapita yang rendah, tingkat penanaman modal juga rendah dan juga

menyebabkan pertumbuhan dalam pendapatan nasional lebih rendah daripada

tingkat pertambahan penduduk. Dalam keadaan seperti ini tingkat

kesejahteraan masyarakat cenderung untuk kembali ke tingkat subsistence.

Oleh sebab itu diperlukan penanaman modal yang lebih besar, yang dapat

menjamin agar dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan ekonomi selalu

lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga akan

menciptakan perbaikan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat. (Sadono

Sukirno,1985 :303)

          Kalau diperhatikan bagaimana eratnya hubungan antara tingkat

investasi dengan besarnya tingkat pendapatan inilah agaknya yang menjadi

dasar bagi teori pembangunan ekonomi modern. Salah satu sebab mengapa

pembentukan modal atau capital formation menduduki tempat yang begitu
40



   penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi bangsa adalah disebabkan

   oleh :

   1. Bahwa pengarahan modal/dana itu sendiri akan menaikan pendapatan serta

      akan memperluas lapangan kerja yang selanjutnya memungkinkan adanya

      investasi berikutnya dan seterusnya.

   2. Bahwa pengarahan modal/dana untuk investasi dapat dan cenderung untuk

      menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas (J.M. Keynes).

   3. Bahwa modal yang baru diciptakan sebagai akibat investasi dan kenaikan

      pendapatan tidak mungkin dipakai dalam waktu berikutnya apabila total

      spending tidak diperbesar (Prof. Harrod).

   4. Bahwa investasi adalah merupakan suatu alat untuk mempercepat

      pertambahan tingkat produksi dalam ekonomi yang baru berkembang.

   Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa “pentingnya dan strategisnya

   peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam menciptakan

   pertumbuhan ekonomi.” (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 132)

4.1.4. Teori Ekspor

            Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan

   barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi

   ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang

   dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang,

   ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu.

   (Bambang Triyoso, 1984). Fungsi penting adalah mengatasi masalah
41



terbatasnya pasar di dalam negeri. perkembangan ekspor akan menggalakan

perkembangan sektor dalam negeri karena :

a. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor,

   seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan

   fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam

   negeri.

b. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan

   mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan

   untuk meningkatkan produktivitas. (Sadono Sukirno,1985 : 310)

       Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi

klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan pendapatnya bahwa

perdagangan luar negeri melalui ekspor memberikan sumbangan yang pada

akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara.

(Sadono Sukirno, 1985 : 224-225)

       Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor

dalam pembangunan ekonomi meliputi : (Sadono Sukirno, 1985 : 225)

1. Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,

   maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai

   tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa

   adanya kegiatan ekspor.

2. Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional.

3. Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.
42



       Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah

satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar

dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan

sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan

permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor

dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Dengan perdagangan luar

negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan

orang-orang yang kegiatannya di sektor liar negeri akan bertambah. Makin

cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan

masyarakat bertambah.

       Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri

adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar

penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal

(capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan

bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan

yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

       Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka

harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya

status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor

lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu : (H.

Halwani dan P. Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65)
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003
Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003

More Related Content

What's hot

permintaan dan penawaran agregat
permintaan dan penawaran agregatpermintaan dan penawaran agregat
permintaan dan penawaran agregatHasnah Rhiriesad
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesiaSugeng Budiharsono
 
Bab 11 permintaan-penawaran uang
Bab 11   permintaan-penawaran uangBab 11   permintaan-penawaran uang
Bab 11 permintaan-penawaran uangYusron Blacklist
 
Pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandung
Pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandungPengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandung
Pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandungAulia Paloh
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatYesica Adicondro
 
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi agustinvidya
 
9 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
9 industrialisasi  dan perkembangan sektor industri9 industrialisasi  dan perkembangan sektor industri
9 industrialisasi dan perkembangan sektor industrimuhammad muhaimin
 
Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)
Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)
Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)pakguruku.site
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalDadang Solihin
 
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalKeseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalYesica Adicondro
 
perekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorperekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorSucifitria
 
HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN
HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURANHUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN
HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURANVisky Thesophomore
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatHaidar Bashofi
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 

What's hot (20)

permintaan dan penawaran agregat
permintaan dan penawaran agregatpermintaan dan penawaran agregat
permintaan dan penawaran agregat
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesia
 
Bab 11 permintaan-penawaran uang
Bab 11   permintaan-penawaran uangBab 11   permintaan-penawaran uang
Bab 11 permintaan-penawaran uang
 
Pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandung
Pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandungPengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandung
Pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah mega puspita sari uin bandung
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
 
Agregat demand Penjelasan
Agregat demand PenjelasanAgregat demand Penjelasan
Agregat demand Penjelasan
 
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
 
9 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
9 industrialisasi  dan perkembangan sektor industri9 industrialisasi  dan perkembangan sektor industri
9 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)
Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)
Perekonomian sederhana dua sektor (ppt ekonomi)
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen Nasional
 
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalKeseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan Nasional
 
Perubahan paradigma ekonomi
Perubahan paradigma ekonomiPerubahan paradigma ekonomi
Perubahan paradigma ekonomi
 
Manajemen investasi (softskill)
Manajemen investasi (softskill)Manajemen investasi (softskill)
Manajemen investasi (softskill)
 
perekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorperekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektor
 
Perekonomian terbuka
Perekonomian terbukaPerekonomian terbuka
Perekonomian terbuka
 
HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN
HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURANHUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN
HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN
 
Tugas ekonomi pembangunan
Tugas ekonomi pembangunanTugas ekonomi pembangunan
Tugas ekonomi pembangunan
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 

Viewers also liked

Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomiFaktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomiSiti Mugi Rahayu
 
Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor leste
Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor lesteMakalah analisis pertumbuhan ekonomi timor leste
Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor lesteMarobo United
 
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----Pratama Ariawan
 
Materi pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerahMateri pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerahDarwin Damanik
 
P26 potensi wilayah ntb(1)
P26 potensi wilayah ntb(1)P26 potensi wilayah ntb(1)
P26 potensi wilayah ntb(1)Atiek Hafifah
 
Roadmap umkm final
Roadmap umkm finalRoadmap umkm final
Roadmap umkm finaltalktoceo
 
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaBab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaxNet8
 
Unit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi
Unit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomiUnit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi
Unit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomihusnuzan84
 
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesiaAnalisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesiaSuaditya Dika
 
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14chairun ahmad
 
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurKajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurOswar Mungkasa
 

Viewers also liked (13)

Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomiFaktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
 
Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor leste
Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor lesteMakalah analisis pertumbuhan ekonomi timor leste
Makalah analisis pertumbuhan ekonomi timor leste
 
Makalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimiMakalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimi
 
Pma di indonesia
Pma di indonesiaPma di indonesia
Pma di indonesia
 
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
 
Materi pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerahMateri pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerah
 
P26 potensi wilayah ntb(1)
P26 potensi wilayah ntb(1)P26 potensi wilayah ntb(1)
P26 potensi wilayah ntb(1)
 
Roadmap umkm final
Roadmap umkm finalRoadmap umkm final
Roadmap umkm final
 
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaBab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
 
Unit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi
Unit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomiUnit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi
Unit 12 faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi
 
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesiaAnalisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi di indonesia
 
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
 
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurKajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
 

Similar to Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003

Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangkaAnalisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangkayogieardhensa
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahyogieardhensa
 
materi tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdf
materi tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdfmateri tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdf
materi tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdfsitumorangerikan
 
materi tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdf
materi tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdfmateri tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdf
materi tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdfsitumorangerikan
 
Laporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelenLaporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelen130422
 
PTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdf
PTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdfPTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdf
PTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdfasmidah93
 
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Hayyul Qoyyumuslima
 
Pengaruh kompetensi dan independensi auditor
Pengaruh kompetensi dan independensi auditorPengaruh kompetensi dan independensi auditor
Pengaruh kompetensi dan independensi auditoryogieardhensa
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongyogieardhensa
 
1 Cover dll.pdf
1 Cover dll.pdf1 Cover dll.pdf
1 Cover dll.pdfMayangAM1
 
Skripsi vuri putri y
Skripsi vuri putri ySkripsi vuri putri y
Skripsi vuri putri yismail mail
 

Similar to Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003 (20)

Faktor alokasi kuk
Faktor alokasi kukFaktor alokasi kuk
Faktor alokasi kuk
 
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangkaAnalisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
 
materi tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdf
materi tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdfmateri tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdf
materi tugas INDIVIDU DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.pdf
 
materi tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdf
materi tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdfmateri tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdf
materi tugasSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS.pdf
 
Laporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelenLaporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelen
 
PTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdf
PTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdfPTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdf
PTK PJOK pasiing bawah BOLA VOLY KELAS IX.pdf
 
Bab i%2 c iv
Bab i%2 c ivBab i%2 c iv
Bab i%2 c iv
 
Mbs
MbsMbs
Mbs
 
Laporan KKN.pdf
Laporan KKN.pdfLaporan KKN.pdf
Laporan KKN.pdf
 
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
 
Laporan KKN.pdf
Laporan KKN.pdfLaporan KKN.pdf
Laporan KKN.pdf
 
Pengaruh kompetensi dan independensi auditor
Pengaruh kompetensi dan independensi auditorPengaruh kompetensi dan independensi auditor
Pengaruh kompetensi dan independensi auditor
 
Proposal ptk new
Proposal ptk newProposal ptk new
Proposal ptk new
 
proposal PTK
proposal PTKproposal PTK
proposal PTK
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
pbl 2.pdf
pbl 2.pdfpbl 2.pdf
pbl 2.pdf
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potong
 
1 Cover dll.pdf
1 Cover dll.pdf1 Cover dll.pdf
1 Cover dll.pdf
 
Skripsi vuri putri y
Skripsi vuri putri ySkripsi vuri putri y
Skripsi vuri putri y
 

More from yogieardhensa

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahyogieardhensa
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahyogieardhensa
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganyogieardhensa
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamyogieardhensa
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangyogieardhensa
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimyogieardhensa
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapyogieardhensa
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiyogieardhensa
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansiyogieardhensa
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiyogieardhensa
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdayogieardhensa
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanyogieardhensa
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...yogieardhensa
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanyogieardhensa
 
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuFaktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuyogieardhensa
 
Faktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio sahamFaktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio sahamyogieardhensa
 
Faktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shopFaktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shopyogieardhensa
 

More from yogieardhensa (20)

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
 
Situs skripsi
Situs skripsiSitus skripsi
Situs skripsi
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuangan
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp saham
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatim
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagai
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansi
 
Nasabahbanksyariah
NasabahbanksyariahNasabahbanksyariah
Nasabahbanksyariah
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransi
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otda
 
Ipo dan underpriced
Ipo dan underpricedIpo dan underpriced
Ipo dan underpriced
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaan
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
 
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuFaktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
 
Faktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio sahamFaktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio saham
 
Faktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shopFaktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shop
 

Analisis Faktor Ekonomi Indonesia 1984-2003

  • 1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003 SKRIPSI Oleh: Nama : Oki Mardina Aji Nomor Mahasiswa : 00313024 Program Studi : Ekonomi Pembangunan UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2005
  • 2. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003 SKRIPSI Disusun dan diajukan untk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1 Program Studi Ekonomi Pembangunan, pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Oleh: Nama : Oki Mardina Aji Nomor Mahasiswa : 00313024 Program Studi : Ekonomi Pembangunan UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2005 i
  • 3. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME “ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.” Yogyakarta, …...….…. 2005 Penyusun, (Oki Mardina Aji) ii
  • 4. PENGESAHAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 1984-2003 Nama : Oki Mardina Aji Nomor Mahasiswa : 00313024 Program Studi : Ekonomi Pembangunan Yogyakarta , Agustus 2005 Telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pembimbing, Drs. Sahabudin Sidiq, MA iii
  • 5. PENGESAHAN UJIAN Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Nama : Oki Mardina Aji No. Mahasiswa : 00313024 Program Studi : Ekonomi Pembangunan Yogyakarta, 15 September 2005 Disahkan oleh, Pembimbing Skripsi : Drs. Sahabudin Sidiq, MA ............. Penguji I : Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec ............ Penguji II : Dra. Sarastri Mumpuni R, M.Si ............. Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Drs. Suwarsono, MA. iv
  • 6. REFLEKSI Dalam hidup ini ada 3 hari, yaitu : Yang pertama : Hari kemarin. (Past) Anda tak bisa mengubah apapun yang telah terjadi Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin Biarkan hari kemarin lewat, lepaskan saja… Yang kedua : Hari esok. (Future) Hingga mentari esok hari terbit Anda tak tahu apa yang akan terjadi Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari. Esok hari belum tiba, biarkan saja… Yang tersisa kini hanyalah : Hari ini. (Present) Pintu masa lalu telah tertutup Pintu masa depan pun belum tiba Pusatkan saja diri anda untuk hari ini Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini Bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari Hiduplah hari ini, karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit Hiduplah apa adanya ,Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi. v
  • 7. PERSEMBAHAN ALLAH SWT, Yang Maha Pintar, Yang Maha Dalang dari segala dalang, Yang Maha Tak Terhingga dan sama sekali tidak memiliki ketergantungan apapun terhadap kebodohan kita. Terima kasih atas segala cinta, sayang serta kesabaran yang telah Engkau berikan kepada hambamu selama ini. Muhammad SAW Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir jaman. Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, yang telah membesarkan, memelihara, membiayai, mendoakan dan mendidik Oki, serta atas nasehat, kasih sayang dan perhatian yang tercurah buat Oki selama ini, sehingga Oki dapat menemukan sesuatu yang indah di dalam hidup Oki. Mudah-mudahan dengan selesainya skripsi ini Bapak dan Ibu bisa bahagia, mungkin selama ini Oki belum bisa membahagiakan Bapak dan Ibu secara lebih. Tetapi Oki masih tetap membutuhkan do’anya, karena perjalanan yang akan Oki tempuh masih sangat jauh. Mbak Rina dan Mas Aro, Mbak Deni dan Mas Bambang, Mbak Usi dan Mas Ito yang telah memberikan do’a, bantuan, dorongan, kesempatan, kasih sayang, serta perhatian kalian semua selama ini, sehingga akhirnya Oki bisa menyelesaikan studi dengan baik. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Aldo, Dio, Fio dan Tio, terima kasih telah memberikan keramaian dan canda tawa kalian. Semoga kalian dapat menjalani kehidupan di hari depan dengan baik. vi
  • 8. Saudara-saudaraku yang berada di Kendal, Pakde-pakdeku, Bude- budeku, Om-omku, Bulek-bulekku, kakak-kakak dan adik–adikku sepupu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan untuk Oki. Sobatku, Muhammad Shodiq Firmanto, SE yang telah memberikan pengertian, pemahaman, dan petunjuk sehingga Oki dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih ya Diq. Pandu Pahlawan Kurnia, SE “dosen” ku di dalam belajar Ujian Komprehensif, Terima kasih Ndu, Oki lulus pendadaran berkat gemblenganmu. Sulit membayangkan kalau Oki belajar sendirian, mungkin Oki tidak akan lulus. Trims yach... Sohibku Doddy Wijayanto penasehat spiritualku didalam masalah- masalah percintaan dan penguatan mental di diriku, makasih ya “mblunk”, atas nasehat-nasehat dan petuah-petuahnya. Kawanku Dedy Suprihatin yang banyak memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini, dan memberikan warna yang lain di “rumah” kita. Turnuwun ya ndul.. Teman-temanku satu atap di Base Camp 00 EP :Gundul, Kancil, Jemblunk, Kebo, Pandu, Mamri, Doni, Jacky.....Makasih atas semua bantuan yang kalian berikan, apalagi semenjak proses skripsi ini, banyak sekali bantuan yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kenangan indah kita !!! Kalian semua telah memberi kenangan baru dalam kehidupanku.......!!! vii
  • 9. Buat temen-temen seperjuangan di IESP’00, yang aku yakin enggak bakal aku temuin di jurusan manapun, dari kekompakannya, persatuannya, kesetiakawanannya. Sobat-sobatku dikala senang dan susah yang selama ini telah menemani hari- hariku, baik yang ada di Yogyakarta maupun yang ada di Kendal. viii
  • 10. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 1984 - 2003” dapat diselesaikan dalam waktu yang diharapkan. Adapun tujuan penulisan skipsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Penulis sangat menyadari dalam penyusunan skripsi ini baik susunan maupun isinya masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis, banyak kekurangan dan kelemahan- kelemahannya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan adanya saran-saran maupun kritik-kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan skipsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan dorongan, kepada : 1. Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. Suwarsono, MA., selaku pimpinan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Drs. Agus Widarjono, MA., yang telah memberikan pengarahan kepada penulis. 3. Abdul Hakim. SE., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis. ix
  • 11. 4. Drs. Sahabudin Sidiq, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan juga arahan selama penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan Tenaga Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan sumbangan ilmu pengetahuannya baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menyelesaikan studi. 6. Kedua orang tuaku : Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, serta kakak-kakaku : Mbak Rina, Mbak Deni, Mbak Usi, Mas Aro, Mas Bambang dan Mas Ito yang selama ini telah memberikan doa dan semangat. 7. Sahabat-sahabatku : Sodiq, Pandu, Dedi (Gundul), Doddy (Jemblunk), Eko (kebo), Oky (kancil) yang telah banyak membantu penulis. 8. Rekan-rekan Mahasiswa IESP Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia angkatan ’00 yang sangat bersahabat dan kekeluargaan. Akhirnya penulis hanya dapat mengharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan ketulusan semuanya dalam memberikan dukungan serta bantuan baik moril maupun materiil penulis selama ini. Amin. Dengan penuh kerendahan hati disadari masih adanya kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Namun demikian semoga penulisan skipsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. x
  • 12. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................... ii HALAMAN PENGESAHAAN SKRIPSI .......................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................ iv REFLEKSI .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 5 1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7 1.4.1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7 1.4.2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8 1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................. 9 BAB II GAMBARAN UMUM......................................................................... 11 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...................................... 11 xi
  • 13. 2.2 Perkembangan Investasi di Indonesia ......................................................... 17 2.3 Perkembangan Ekspor Indonesia ................................................................ 22 2.4 Perkembangan Pekerja di Indonesia ........................................................... 27 2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia ........................................... 30 BAB III KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 34 3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat Periode 1983-1996”.................................................................................................. 34 3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1984-2000”.................................................................................................. 34 Bab IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS............................................... 36 4.1 Landasan Teori............................................................................................ 36 4.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 36 4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri ................................................................. 37 4.1.3. Teori Investasi ................................................................................... 38 4.1.4. Teori Ekspor ...................................................................................... 40 4.1.5. Teori Ketenagakerjaan....................................................................... 45 4.2 Kesimpulan dari Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................................... 47 4.3 Hipotesis...................................................................................................... 50 BAB V METODE PENELITIAN..................................................................... 51 5.1. Metode Penelitian ....................................................................................... 51 xii
  • 14. 5.1.1. Jenis dan Deskripsi Data ................................................................. 51 5.1.2. Sumber Data..................................................................................... 51 5.2. Metode Analisis .......................................................................................... 51 5.2.1. Metode Analisis Data........................................................................ 51 a. Analisis Deskriptif......................................................................... 52 b. Analisis Regresi ............................................................................ 52 c. Model yang Diusulkan .................................................................. 53 d. Uji Linearitas................................................................................. 53 5.2.2. Alat Uji Yang Digunakan ............................................................... 54 5.2.3. Kriteria Statistik ................................................................... 55 5.2.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ................................ 55 5.2.3.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F) ............ 56 5.2.3.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ........ 56 5.2.4. Asumsi Klasik ...................................................................... 58 5.2.4.1. Pengujian Autokorelasi ...................................... 58 5.2.4.2. Pengujian Multikolinearitas ............................... 59 5.2.4.3 Pengujian Heterokesdastisitas............................. 60 BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 62 6.1. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................. 62 a. Uji Linieritas ................................................................................. 62 b. Uji Model Linier atau Model Log Linier ...................................... 63 c. Uji Regresi..................................................................................... 65 6.1.1. Kriteria Ekonometrika / Uji Asumsi Klasik................................... 66 xiii
  • 15. 6.1.1.1. Uji Autokorelasi............................................................... 66 6.1.1.2. Uji Multikolinearitas ........................................................ 67 6.1.1.3. Uji Heterokesdastisitas..................................................... 67 6.1.2. Kriteria Statistik .............................................................................. 70 6.1.2.1 Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 70 6.1.2.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F)......................... 71 6.1.2.3 Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ..................... 73 a. Uji-t Terhadap Variabel Ekspor (EX)....................... 74 b. Uji-t Terhadap Variabel Investasi (I) ........................ 75 c. Uji-t Terhadap Variabel Tenaga Kerja (L)................ 76 d. Uji-t Terhadap Variabel Hutang Luar Negeri(FD) ................................................................ 77 6.2. Pembahasan Masing-Masing Variabel......................................................... 78 6.2.1. Pembahasan Variabel Ekspor Terhadap PDB riil ............................ 78 6.2.2. Pembahasan Variabel Investasi Terhadap PDB riil ......................... 79 6.2.3. Pembahasan Variabel Tenaga Kerja Terhadap PDB riil.................. 80 6.2.4. Pembahasan Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap PDB riil ....... 81 BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................. 83 7.1. Kesimpulan .................................................................................................. 83 7.2. Implikasi....................................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv
  • 16. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1984 – 2003.............................................................................................. 3 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan................................................... 12 2.2. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Periode 1993 – 2003.............................................................................................. 15 2.3. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri di Indonesia Yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi...................................... 19 2.4. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri Yang Telah Disetujui Pemerintah Menurut Lokasi ..................................................... 21 2.5. Perkembangan Ekspor Indonesia, Periode 1984 – 2003.......................... 23 2.6. Jumlah Angkatan Kerja dan TPAK Menurut Umur di indonesia ............ 29 2.7. Penerimaan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri Pemerintah .................. 32 6.1. Uji Linearitas............................................................................................. 63 6.2. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Linier Model : PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD + β 5Z1+ ε................................... 64 6.3. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Log Linier Model : LnPDB = β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD + β 5Z2+ ε .................................. 64 6.4. Pengujian Koefisien Regresi.................................................................... 65 6.5. Hasil Pengujian Multikolinearitas............................................................ 67 6.6. Hasil Pengujian Heterokesdastisitas ........................................................ 68 xv
  • 17. 6.7. Hasil Regresi Perbaikan Heterokesdastisitas ........................................... 69 6.8. Hasil Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial/Individu (uji-t) .......... 74 xvi
  • 18. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi di Indonesia .............................................................................. 48 5.1. Kriteria Pengujian Autokorelasi............................................................... 59 6.1. Uji Autokorelasi........................................................................................ 66 6.2. Uji-t Variabel Ekspor Terhadap Variabel Dependen Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 75 6.3. Uji-t Variabel Investasi Terhadap Variabel Dependen Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 76 6.4. Uji-t Variabel Tenaga Kerja Terhadap Variabel Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 77 6.5. Uji-t Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap Variabel Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 78 xvii
  • 19. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets, seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut, dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke- 18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem, dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413) Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2) Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
  • 20. 2 Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.
  • 21. 3 TABEL 1.1. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE 1984 – 2003 MENURUT HARGA KONSTAN 1993 (dalam persen) PDB Pertumbuhan Tahun (miliar rupiah) Ekonomi (%) 1984 195.730,0 - 1985 200.564,6 2,47 1986 212.498,2 5,95 1987 222.613,1 4,76 1988 236.014,4 6,02 1989 253.597,5 7,46 1990 271.958,0 7,24 1991 290.859,1 6,95 1992 309.648,6 6,46 1993 329.775,8 6,50 1994 354.640,8 7,54 1995 383.792,3 8,22 1996 413.797,9 7,82 1997 433.245,9 4,70 1998 376.374,9 -13,12 1999 379.557,7 0,84 2000 398.016,9 4,86 2001 411.753,5 3,45 2002 426.942,9 3,66 2003 444.453,5 4,10 Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi (data diolah) Dari tabel 1.1 terlihat, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1985, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,47 %. Hal ini terjadi, karena Indonesia harus menghadapi tantangan yang cukup berat, yaitu kelesuan kegiatan ekonomi dalam negeri, ditambah lagi dengan penurunan harga minyak bumi yang cukup tajam, serta melemahnya daya saing barang- barang produksi dalam negeri, sehingga penerimaan devisa dari ekspor menurun.
  • 22. 4 Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka yang tertinggi, yakni sebesar 8,22 %. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US Dolar. Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara- negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia relatif lebih lambat. Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan tahun 2001, berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 1993, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3,66 %, dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,45 %, Sedangkan pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,10 %.
  • 23. 5 Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil selama 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas, relatif rendah. Dalam situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada 2003 masih mengalami kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus transaksi berjalan selama 2003. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 4-5) Namun, dengan perkembangan perekonomian yang dicapai saat ini, Indonesia masih harus menghadapi permasalahan yang mungkin juga dialami negara lain, khususnya negara sedang berkembang, yang sedang melaksanakan pembangunan. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan dana dalam jumlah yang besar. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut. (M. P. Todaro, 1993, : 65 – 66)
  • 24. 6 Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pembangunan ekonomi. 1.2.Perumusan Masalah Apabila kita membicarakan pertumbuhan, tentunya kita pahami bahwa yang dimaksud adalah peningkatan output nasional. Untuk meningkatkan output nasional tersebut terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Pertumbuhan ekonomi tersebut bersifat dinamis, artinya adakalanya pertumbuhan ekonomi berkembang dengan cepat, dan adakalanya pula pertumbuhan ekonomi itu mengalami kemunduran, bahkan mencapai angka minus dan menyebabkan perekonomian mengalami kondisi stagnasi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, seperti yang kita lihat dalam tabel 1.1, selama tahun penelitian sangat fluktuatif. Apalagi jika kita lihat pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mencapai angka minus 13,12 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi dan sebagainya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga ditunjang oleh faktor
  • 25. 7 non ekonomi, seperti lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik, dan kelembagaan dari negara tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil? b. Bagaimana pengaruh variabel Investasi terhadap PDB riil? c. Bagaimana pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil? d. Bagaimana pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil? e. Seberapa besar pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB rill? 1.3. Pembatasan Masalah Demikian luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi, sehingga harus dilakukan pembatasan masalah agar analisis yang dilakukan dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Pada penelitian ini analisis hanya dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut dibatasi pada investasi, ekspor , tenaga kerja dan hutang luar negeri periode, 1984-2003. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil. b. Untuk menganalisis pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil.
  • 26. 8 c. Untuk menganalisis pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil. d. Untuk menganalisis pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil. e. Untuk menganalisis pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB riil. 1.4.2. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi : a. Pemerintah (policy maker), sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijaksanaan yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. b. Ilmu Pengetahuan 1. Memperkaya dan memperdalam khasanah penelitian sejenis yang telah ada sebelumnya 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi semua pihak yang berkepentingan. c. Peneliti 1. Untuk menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. 2. Penelitian ini merupakan wujud nyata penerapan teori-teori yang telah di dapat di bangku kuliah serta sebagai wahana latihan dalam memperluas khasanah keilmuan.
  • 27. 9 1.5. Sistematika Penulisan - BAB I : PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang permasalahan yang akan diangkat, kemudian merumuskan serta manfaat dan tujuan apa yang bisa dipetik dari penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1984-2003 - BAB II : TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN Berisi uraian atau gambaran secara umum mengenai subyek penelitian yang bersumber pada data yang bersifat umum. Deskripsi dilakukan dengan merujuk pada fakta yang bersumber pada data yang bersifat umum sebagai wacana pemahaman secara makro yang berkaitan tentang penelitian. - BAB III : KAJIAN PUSTAKA Berisi kajian penelitian-penelitian terdahulu pada area yang sama, untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut sekaligus untuk menghindari adanya duplikasi. - BAB IV : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Berisi mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan yang diteliti. Menteorikan hubungan antar variabel yang terlibat dalam permasalahan yang diangkat. Sedangkan hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah.
  • 28. 10 - BAB V : METODE PENELITIAN Berisi metode analisis yang digunakan dan data-data yang digunakan beserta sumber data. - BAB VI : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisis statistik. - BAB VII : SIMPULAN DAN IMPLIKASI Pada bagian simpulan berisi tentang simpulan-simpulan yang langsung diturunkan dari analisis yang telah dilakukan serta menjawab semua pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah. Sedangkan pada bagian implikasi muncul sebagai hasil simpulan jawaban atas rumusan masalah serta masukan bagi pihak terkait. .
  • 29. 11 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama kurun waktu 1987 – pertengahan 1997, perkembangan kondisi perekonomian Indonesia sangat menggembirakan dan membanggakan. Hal ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan secara terus menerus jauh diatas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia. Fenomena inilah yang menyebabkan Indonesia bersama negara-negara Asia lainnya (Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina) dikatakan sebagai suatu keajaiban ekonomi. Indonesia bersama negara-negara lainnya telah menjadi satu pilar penentu perekonomian dunia mengimbangi negara- negara maju. (Proyeksi Ekonomi Indonesia Tahun 2000, : 3) Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 %, meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 %. Seluruh komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen – komponen tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat (Tabel 2.1). pertumbuhan ekonomi masih dimotori oleh konsumsi. Sementara investasi dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun perannya sebagai penggerak perekonomian relatif masih terbatas.
  • 30. 12 TABEL 2.1. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN Rata-rata Komponen 2000 2001 2002 2003 1989-1997 Pertumbuhan (%) Total Konsumsi 8,2 2,0 3,9 4,7 4,6 Rumah Tangga 8,9 1,6 3,4 3,8 4,0 Pemerintah 3,6 6,5 9,0 12,8 9,8 Investasi 11,7 16,7 6,5 0,2 1,4 Ekspor barang dan jasa 9,1 26,5 2,9 -0,6 4,0 Impor barang dan jasa 14,0 25,9 8,2 -5,0 2,0 Produk Domestik Bruto 7,8 4,9 3,5 3,7 4,1 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan (%) Total Konsumsi 5,5 1,6 3,0 3,6 3,6 Rumah Tangga 5,2 1,1 2,3 2,6 2,8 Pemerintah 0,4 0,5 0,7 1,0 0,8 Investasi 3,1 3,4 1,5 0,1 0,3 Ekspor barang dan jasa 2,3 6,4 0,9 -0,2 1,1 Impor barang dan jasa 3,4 5,4 2,0 -1,3 0,5 Sumber : Laporan Bank Indonesia, 2003 Pertumbuhan Ekonomi di negara Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem perekonomian dunia. Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah mempercepat laju pertumbuhan negara-negara tersebut. Perubahan tersebut yang disertai teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan- hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara. Perbaikan indikator makroekonomi pada tahun laporan, sebagaimana tercermin dari turunnya tingkat suku bunga dan turunnya laju kenaikan harga, lebih direspon oleh kegiatan konsumsi. Sementara itu, kegiatan investasi yang memiliki efek pengganda yang lebih besar dibandingkan konsumsi, mulai meningkat seiring dengan turunnya tingkat suku bunga. Namun, laju kenaikan
  • 31. 13 investasi relatif masih rendah yang disebabkan oleh beberapa masalah yang belum diselesaikan, sehingga belum kondusifnya iklim berinvestasi. Sementara itu, kegiatan barang dan jasa, selain masih menghadapi permasalahan produksi di dalam negeri, juga masih menghadapi permintaan dunia yang masih lemah. (laporan Bank Indonesia, 2003 : 27) Konsumsi rumah tangga tumbuh positif dan terus menanjak, dilihat dari tabel 2.1 pada tahun 2003 tumbuh 4,0 % lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2002 yang pertumbuhannya hanya 3,8 %. Hal ini disebabkan karena naiknya penghasilan riil masyarakat, membaiknya keyakinan konsumen, dan ketersediaan sumber – sumber pembiayaan konsumsi. Pada tahun 2000, perekonomian Indonesia menunjukkan pemulihan ekonomi yang semakin kuat dengan pola pertumbuhan ekonomi yang seimbang. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 mencapai angka 4,9 %, lebih tinggi dari perkiraan awal tahunan Bank Indonesia sebesar 3,00 % - 4,00 %. Tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengalami penurunan sebesar 3,5 %, dan ditahun 2002 naik tipis menjadi 3,7 %. Sejumlah kemajuan juga dicapai dalam proses penyelesaian utang luar negeri pemerintah, telah selesainya program rekapitalisasi perbankan, serta telah dicapainya kesepakatan dan penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 menjadi lebih seimbang dengan didukung oleh nilai tukar yang kompetitif, peningkatan
  • 32. 14 ekspor non migas dan juga kegiatan investasi yang mulai meningkat, sejalan dengan perbaikan tingkat pendapatan pada sebagian lapisan masyarakat, baik berasal dari upah / gaji, maupun ekspor. Kondisi ekonomi makro yang membaik pada tahun 2003 antara lain didukung oleh pelaksanaan kebijakan ekonomi makro yang senantiasa diarahkan pada upaya pencapaian kestabilan jangka panjang sambil tetap memelihara momentum pemulihan ekonomi. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 5) Pertumbuhan ekonomi selama ini telah memberikan dampak perubahan terhadap kontribusi maupun laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. struktur perekonomian Indonesia terus mengalami perubahan mengikuti struktur perekonomian yang lazim di negara-negara maju, dimana kontribusi sektor-sektor tradisional, seperti sektor pertanian dan sektor pertambangan terhadap PDB semakin lama semakin berkurang, digantikan oleh sektor-sektor modern, seperti industri pengolahan dan jasa-jasa, seperti perdagangan, hotel, dan restoran. Tabel 2.2 menunjukan, bahwa selama kurun waktu 1993 –2003, sektor industri sumbangannya terhadap pembentukan PDB nilainya selalu lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini berbeda pada masa-masa sebelumnya, dimana sektor pertanian masih mendominasi terhadap pembentukan PDB.
  • 33. 15 TABEL 2.2. PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA PERIODE 1993-2003 (dalam milyar rupiah) Lapangan 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Usaha Pertanian, Petern, 58.963,4 59.291,2 61.885,2 63.827,8 66.468,0 63.609,5 64.985,3 66.208,9 67.318,5 68.669,7 70.374,6 Kehut, dan Perikanan Pertamban gan dan 31.497,3 33.261,6 35.502,2 37.739,4 38.538,2 37.474,0 36.865,8 38.896,4 39.401,3 40.404,8 40.590,8 penggalian Industri Pengolaha 73.556,3 82.649,0 91.637,1 102.259,7 107.629,7 95.320,6 99.058,5 104.986,9 108.272,3 111.982,5 115.900,7 n Listrik, Gas dan 3.290,2 3.702,7 4.291,9 4.876,8 5.479,9 5.646,1 6.112,9 6.524,2 7.111,9 7.538,4 8.052,2 Air Bersih Bangunan 22.512,9 25.857,5 29.197,8 32.923,7 35.346,4 22.465,3 22.035,6 23.278,7 24.308,2 25.488,4 27.196,2 Perdagang an, Hotel dan 55.512,9 59.504,1 64.230,8 69.475,0 73.523,8 60.130,7 60.293,9 63.198,3 65.824,6 68.333,3 70.891,3 Restoran Pengangku tan dan Komunikas 23.248,9 25.188,6 27.328,6 29.701,1 31.782,5 26.975,1 26.772,1 29.072,1 31.338,9 33.855,1 37.475,5 i Keuangan, Persewaan Jasa 28.047,8 30.901,0 34.313,0 36.384,2 38.543,0 28.278,7 26.244,6 27.449,4 28.932,3 30.590,8 32.512,5 Perush Jasa Lainnya 33.361,4 34.285,1 35.405,7 36.610,2 37.934,5 36.475,0 37.184,0 38.051,5 39.245,4 40.080,1 41.459,9 329.775,8 354.640,8 383.792,3 413.797,9 433.245,9 376.374,9 379.557,7 397.666,3 411.753,5 416.942,9 444.453,5 PDB Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi Dalam tabel 2.2 terlihat, bahwa PDB sektor industri pada tahun 1993 sebesar Rp 73.556,3 milyar, tahun 1994 sebesar Rp 82.649,0 milyar, tahun
  • 34. 16 1995 sebesar Rp 91.637,1 milyar, tahun 1996 sebesar Rp 102.254,7 milyar, tahun 1997 sebesar Rp 107.629,7 milyar, tahun 1998 sebesar Rp 95.320,6 milyar, tahun 1999 sebesar Rp 98.949,4 milyar, tahun 2000 sebesar Rp 104.986,9 milyar, tahun 2001 sebesar Rp108.272,3 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 111.982,5 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 115.900,7 milyar. Industri yang terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar, yakni sebesar Rp 115.900,7 milyar. Pada tahun 1998 dan 1999, sektor industri mengalami penurunan nilai yang sangat tajam, dari Rp 107.629,7 pada tahun 1997, menjadi hanya Rp 95.320,6 milyar ditahun 1998 dan Rp 98.949,4 ditahun 1999. Walaupun mengalami penurunan, tetapi sumbangannya terhadap pembentukan PDB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Penurunan nilai sumbangan sektor industri pada tahun 1998 dan 1999 terjadi karena pada tahun tersebut, Indonesia sedang berada pada kondisi krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Ditahun 1999 dan 2000 sektor industri mengalami kenaikan yang cukup besar dari Rp 99.058,5 milyar menjadi sebesar Rp 104.986,9 milyar. Dan mulai perubahan ditahun 1999 ke tahun 2000, sektor industri mengalami kenaikan, tahun 2001 sebesar Rp 108.272,3 milyar, pada tahun 2002 sebesar Rp 111.982,5 milyar dan ditahun 2003 naik menjadi Rp 115.900,7 milyar. Pada sektor Industri pengolahan pada tahun 2003 tumbuh sebesar 3,5 % dan memberikan sumbangan 0,9 % terhadap pertumbuhan PDB. Angka pertumbuhan ini sedikit menanjak apabila dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang hanya mencapai 3,4 %. Rendahnya pertumbuhan sektor industri ini
  • 35. 17 menyebabkan kenaikan permintaan konsumsi tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh produksi domestik. Kesenjangan antara produksi dengan permintaan ini diisi oleh barang-barang yang berasal dari impor sebagaimana terindikasikan oleh impor barang konsumsi. Rendahnya pertumbuhan sektor industri ini juga terkait dengan permasalahan daya saing produk domestik yang lemah. Selanjutnya, sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 2,5 %, lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 2,0 %. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar 3,7 % turun dibandingkan tahun lalu sebesar 3,8 %. dengan pertumbuhan yang melambat tersebut, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan PDB hanya mencapai 0,6 %. Pertumbuhan pada sektor ini terutama didorong oleh subsektor perdagangan besar dan eceran seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat. (Laporan Tahunan BI Tahun 2003, : 35 – 36) 2.2. Perkembangan Investasi di Indonesia Seperti diketahui, bahwa ciri-ciri negara berkembang ialah kekurangan modal atau rendahnya tingkat tabungan dan investasi. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil, tetapi juga laju tabungan yang sangat rendah. Rata- rata investasi kotornya hanya 5 % - 6 % dari pendapatan nasional kotor, sedangkan negara maju berkisar antara 15 % - 20 %. Laju tabungan yang rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk pertumbuhan penduduk yang cepat. (M.L. Jhingan , 2000, : 480)
  • 36. 18 Negara berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. (M.L. Jhingan , 2000,: 481). Peranan investasi ini setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat memacu pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas kesempatan tenaga kerja, Dalam upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan memberikan prosedur yang sederhana dan terkendali, sarana dan prasarana yang menunjang, serta peraturan yang konsisten, sehingga terjamin kepastian berusaha dan keamanan untuk berinvestasi. Langkah-langkah tersebut telah dirintis oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi, debirokratisasi, dan disentralisasi dalam bidang investasi. Deregulasi sektor riil yang menyangkut masalah investasi diwujudkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 20 / tahun 1994 yang memungkinkan setiap penanam modal memiliki 95 % saham usahanya di Indonesia. (Laporan Tahunan BI Tahun 2000). Kegiatan Investasi pada 2003 tumbuh sebesar 1,4 %, meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,2 %. Indikasi kenaikan investasi tercermin dari naiknya impor barang modal, penjualan truk dan persetujuan PMA/PMDN. Walaupun demikian, peran investasi dalam mengangkat pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas sebagaimana tercermin dari pertumbuhannya yang masih di bawah rata-rata pertumbuhan sebelum krisis yang mampu mencapai sekitar 12 % pertahun. Hal ini terkait dengan berbagai permasalahan yang menyelimuti dunia usaha, seperti masih
  • 37. 19 belum kondusifnya iklim berinvestasi di Indonesia. (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2003 : 30) Tabel 2.3, menyajikan persetujuan penanaman modal luar negeri yang disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi pada tahun 1993 – 2003. Dalam tabel yang disajikan dapat kita lihat seberapa besar nilai investasi menurut sektor perekonomian. TABEL 2.3. PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI DI INDONESIA YANG DISETUJUI PEMERINTAH MENURUT SEKTOR EKONOMI (Juta US $) Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian,kehutanan,dan 160,1 729,9 1384,3 1521,5 463,7 998,2 482,4 152,2 389,7 458,9 178,9 perikanan Pertambangan dan - - - 1696,7 1,6 0,3 14,2 2,2 118,7 49,3 17,8 penggalian Perindustrian 3.421,4 18.738,8 26.891,9 16.072,2 23.017,3 8.388,2 6.929,2 5.179,6 5.131,4 3252,6 6.457,4 Konstruksi 96,9 76,5 205.,8 296,8 306,8 197,8 153,4 87,8 47,6 282,1 787,7 Perhotelan 394,4 343,6 998,8 1716,6 462,6 451,1 228,6 29,4 891,6 254,6 488,2 Transport,pergudangan,dan 85,4 145,1 5.539,5 694,6 5.900,0 79,0 102,7 138,1 378,2 3.713,3 4.160,2 pehubungan Lembaga keuangan,peransuransian,real 598,0 1.027,8 1.192,0 3.000,3 1.397,6 1.270,9 171,2 104,6 177,4 7,3 10,3 estate dan perusahaan Jasa masyarakat,sosial,dan 3.385,6 2.622,6 3.702,3 4.932,8 2.282,9 2.177,6 2.800,2 393,1 1516,0 804,9 279,7 perorangan Jumlah 8.141,8 23.724,3 39.914,7 29.931,4 33.832,5 13.563,1 10.881,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, berbagai edisi Dari tabel 2.3 di atas terlihat, bahwa pada tahun 1993 nilai investasi di sektor industri sebesar 3.421,4 juta US Dollar, lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Pada tahun 1994 nilai investasi di sektor industri meningkat menjadi 18.738,8 juta US Dollar. Perkembangan tahun berikutnya, yang paling menonjol adalah tahun 1995, dimana nilai investasi di sektor industri mencapai angka yang terbesar yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar, kenaikan tersebut disebabkan oleh proses industrialisasi yang terjadi di
  • 38. 20 Indonesia, dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai investasi disektor industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2 juta US Dollar pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999 serta 5.179,6 US Dollar pada tahun 2000 karena para investor melihat keamanan pada tahun 1998 tidak stabil, akibat adanya krisis moneter dan krisis ekonomi. Pada tahun 1995, nilai investasi memiliki angka yang sangat tinggi, yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar, pada tahun berikutnya nilai investasi menurun drastis menjadi sebesar 16.072,2 juta US Dollar pada tahun 1996, dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai investasi disektor industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2 juta US Dollar pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999 serta 5.179,6 US Dollar pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang berujung menjadi krisis multidimensi, sehingga para investor dalam menginvestasikan dana atau modalnya sangat memperhatikan aspek keamanan dan kestabilan di sektor ekonomi maupun pada sektor sosial dan politik. Perkembangan penyebaran modal di daerah, dengan disertai nilai investasi per daerah, dan juga dapat dilihat perkembangan nilai investasi dari tahun 1993 hingga tahun 2003, pada tabel berikut :
  • 39. 21 TABEL 2.4. PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH MENURUT LOKASI (Juta US $) 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Jawa 6.569,5 14.356,3 27.491,9 17.908,4 20.535,0 10.840,4 2.635,9 5.576,9 5.741,8 4.794,1 7.430,6 D.K.I. Jakarta 1.669,1 1.822,3 4.030,8 4.403,9 6.136,1 1.700,1 783,8 627,2 1.154,5 3.373,5 5.611,6 Jawa Barat 2.508,0 4.446,3 12.474,4 7.760,1 7.973,3 5.504,1 1.498,2 1.835,6 1.190,9 897,4 911,0 Jawa Tengah 50,3 1.830,2 726,7 3.273,7 2.195,7 3.066,7 69,7 2.989,0 117,1 71,6 89,7 D.I.Y 56,3 0,2 79,5 69,0 14,3 6,0 10,5 1,2 10,2 19,9 17,4 Jawa Timur 2.285,8 6.247,3 10.207,5 2.401,7 4.215,6 563,5 273,7 123,9 1.680,6 271,1 417,7 Banten - - - - - - - - 1.588,5 160,6 383,2 Sumatera 1.362,3 5.515,0 5.464,0 4.297,6 11.163,9 1.415,7 7.652,6 335,5 2.356,7 2.069,6 1.541,2 D.I. Aceh 528,6 1.050,2 1.624,8 525,8 771,9 6,2 51,8 0,6 6,0 - 82,5 Sumatera utara 72,3 225,3 658,1 614,7 3.514,6 229,6 102,7 124,8 106,5 44,4 57,6 Sumatera Barat 65,7 97,7 118,4 79,3 7,1 175,8 344,9 14,0 38,2 10,0 45,3 Riau 609,4 3.964,3 598,8 1.664,5 6.743,0 537,1 6.956,9 146,2 2.095,5 1.152,3 1.175,3 Jambi 0,3 39,3 24,1 9,0 - 201,9 42,0 34,5 10.2 21,6 0,6 Sumatera Selatan - 82,9 1.968,3 1.292,3 73,2 129,3 39,7 6,5 42,3 77 1,1 Bengkulu 34,0 8,6 19,7 64,2 - 37,7 18,4 - 1,9 - 159,2 Lampung 52,0 46,7 451,8 47,8 54,1 98,1 96,2 8,9 53,8 62 - Kelpulauan Bangka Belitung 2,3 31,2 19,6 Kalimantan 12,8 2.058,3 1.649,2 2.876,6 1.056,1 722,7 226,8 54,7 246,6 2.237,0 780,7 Kalimantan Barat 2,0 7,7 175,3 547,1 28,2 251,2 102,0 - 21,8 1,4 33,0 Kalimantan Timur 1,0 99,6 1.315,6 2.170,1 583,2 397,7 44,2 40,9 203,2 2.192,7 713,4 Kalimantan Tengah - - 73,4 140,2 6,0 0,4 50,3 10,7 11,9 8,9 32,2 Kalimantan Selatan 9,8 1.951,0 84,9 19,2 438,7 73,4 30,3 3,1 9,7 34,0 2,1 Sulawesi 40,2 1.448,4 2.394,4 2.552,6 426,0 192,7 141,8 42,8 81,1 420,2 225,2 Sulawesi Utara 32,0 40,5 164,3 72,3 358,8 157,4 24,1 3,6 1,2 41,2 181,3 Sulawesi Tengah - 6,3 105,6 10,0 5,5 6,9 2,7 0,3 0,5 373,7 - Sulawesi Tenggara - 6,3 0,5 2,8 3,5 0,6 102,5 4,3 0,5 0,3 43,8 Sulawesi Selatan 8,2 1.395,3 2.114,0 2.467,5 58,3 27,8 12,5 34,6 78,9 5,0 Gorontalo - - - - - - - - - - 0,1 Bali & Nusa Tenggara 51,6 36,5 328,6 1,765 129,2 365,7 208,8 38,5 524,9 208,5 3.004,5 Maluku, Papua, dan Timor-Timor 105,4 309,9 2,596,4 531,2 522,2 25,9 24,9 38,6 6.104,8 59,7 225,0 Jumlah 8.141,8 23.724,4 39.914,7 29.931,4 33.832,5 13.563,1 10.890,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2 Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi
  • 40. 22 Dapat diketahui, bahwa tahun 1997, daerah Jawa masih mendominasi nilai investasi secara keseluruhan dengan nilai investasi sebesar 20.535,0 juta US Dollar, meninggalkan daerah yang lain dan tetap bertahan pada nilai investasi ditahun-tahun berikutnya. Begitu pula pada tahun 1995 dan 1996, dengan nilai investasi yang tertinggi di propinsi Jawa Barat sebesar 12.474,4 juta US Dollar pada tahun 1995 dan 7.760,1 juta US Dollar pada tahun 1996. Pada tahun 2001, dengan bertambahnya Propinsi Banten, dapat menambah nilai investasi pulau Jawa. Jumlah total nilai investasi di Pulau Jawa pada tahun 1999, menduduki jumlah nilai investasi terendah, dengan nilai sebesar 2.635,9 juta US Dollar. Pada tahun 1998, mulai mengalami penurunan hingga tahun berikutnya, yang disebabkan kondisi perekonomian Indonesia tidak berada di posisi stabil, karena adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang berlanjut menjadi krisis multidimensi. 2.3. Perkembangan Ekspor Indonesia Pesatnya perkembangan perekonomian Indonesia kurang lebih dua dasawarsa terakhir menunjukkan keberhasilan dan kemampuan pemerintah dalam mengerahkan dana-dana Investasi, yang berupa dana dalam bentuk bantuan untuk pembangunan. Disisi lain, dengan meningkatnya harga minyak bumi dalam tahun 1980-an merupakan salah satu penunjang perekonomian pada saat itu, sumber utama untuk pengembangan ekspor lebih lanjut. Ada sejumlah indikator yang umum digunakan untuk mengetahui perkembangan struktur ekspor, diantaranya adalah proporsi ekspor migas dan non migas terhadap total ekspor.
  • 41. 23 TABEL 2.5 PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA PERIODE 1984 – 2003 (Juta US $) Tahun Ekspor Migas Ekspor Non Migas Total Nilai % Peran Nilai % Peran Ekspor 1984 16.018,1 73,18 5.869,7 26,82 21.887,8 1985 12.717,9 68,43 5.868,8 31,57 18.586,7 1986 8.276,6 55,90 6.528,4 44,10 14.805,0 1987 8.556,0 49.93 8.579,6 50,07 17.135,6 1988 7.681,4 39,97 11.537,1 60,03 19.218,5 1989 8.680,2 39,17 13.480,0 60,83 22.160,2 1990 11.071,1 43,12 14.604,2 56,88 25.675,3 1991 10.894,9 37,39 18.247,5 62,61 29.142,4 1992 10.670,9 31,42 23.296,1 68,58 33.967,0 1993 9.745,8 26,47 27.077,2 73,53 36.823,0 1994 9.693,6 24,20 30.359,8 75,80 40.053,4 1995 10.464,4 23,04 34.953,6 76,96 45.418,0 1996 11.722,0 23,53 38.092,9 76,47 49.814,9 1997 11.622,5 21,75 41.821,1 78,25 53.443,6 1998 7.872,1 16,12 40.975,5 83,88 48.847,6 1999 9.792,3 20,12 38.873,2 79,88 48.665,5 2000 14.237,2 22,96 47.779,2 77,04 62.016,4 2001 43.684,5 77,56 12.636,3 22,43 56.320,9 2002 45.406,1 79,43 12.112,7 21,19 59.158,8 2003 13.651,7 22,36 47.406,7 77,64 61.058,3 Sumber : Badan pusat statistik, berbagai edisi, data diolah Dari tabel 2.5 dapat terlihat, bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia pada periode 1984 sampai dengan 1986 masih mendominasi oleh ekspor migas, seiring dengan harga minyak bumi yang masih menjanjikan. Pada periode Februari 1983, harga minyak bumi sebesar 29,53 US Dolar per barrel. Kemudian pada periode Februari 1985, harga minyak turun menjadi 28,53 US Dolar per barrel. Dari tabel 2.5 terlihat bahwa pertumbuhan ekspor migas cenderung menurun dari tahun ke tahun sampai tahun 2000, dan mulai mengalami kenaikan tajam pada tahun 2001 dari sebesar 14.237,2 US Dolar
  • 42. 24 pada tahun 2000, menjadi sebesar 43.684,5 US Dolar. Pada tahun 2002 naik lagi menjadi sebesar 45.406,1 US Dolar dengan persentase peranan terhadap total ekpor keseluruhan sebesar 79,43 %, tetapi pada tahun 2003 harga minyak dunia menurun pada 30 US Dolar per barel. Hal ini disebabkan oleh belum pulihnya pasokan minyak dari Irak, menurunnya cadangan minyak AS, dan kuatnya disiplin kuota OPEC. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8) Sedangkan pada ekspor non migas pada tahun 1998 mengalami presentase peranan terhadap total ekspor yang cukup tinggi yaitu sebesar 83,88 %. Pada periode selanjutnya peranan ekspor non migas mengalami kecenderungan menurun. Pada tahun 1999 turun menjadi 79,88 %, tahun 2000 turun menjadi sebesar 77,04 %. Pada periode setelah tahun 2000, peranan ekspor non migas mengalami penurunan yang sangat drastis, pada tahun 2001 peranan ekspor non migas turun menjadi 22,43 % dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2002 menjadi sebesar 21,19 %, tetapi pada tahun 2003 ekspor non migas mengalami kenaikan sebesar 77,64 %. Hal ini disebabkan oleh pemulihan kegiatan produksi, adanya upaya produsen untuk memperbaiki harga ke tingkat yang lebih tinggi setelah menurun tajam pada periode 1998- 2002, dan dampak dari depresiasi dolar. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8) Mulai pada tahun 2001 sampai tahun 2002, peranan antara ekspor migas dan non migas menjadi terbalik drastis setelah tahun 2000. Pada tahun 2000, peranan ekspor migas sebesar 22,96 %, sedangkan peranan ekspor non migas sebesar 77,04 %, di tahun berikutnya peranan ekpor migas menjadi sebesar 77,56 %, dan peranan pada ekspor non migas menjadi sebesar 22,43
  • 43. 25 %, tetapi pada tahun 2003 peranan ekspor non migas berperan lagi menjadi 77,64 % dan ekspor migas sebesar 22,36 %. Pertumbuhan ekspor sejak tahun 1987 didominasi oleh ekspor non migas, menggantikan ekspor migas, seiring dengan berakhirnya era oil boom, Pertumbuhan ekspor non migas yang cepat pada tahun 1980-an dan 1990-an, selain didorong oleh meningkatnya permintaan luar negeri karena berkurangnya hambatan-hanbatan dalam perdagangan, juga tidak dapat dilepaskan dari deregulasi ekonomi yang dijalankan di dalam negeri. Perkembangan ekspor non migas tersebut, terutama didorong oleh ekspor produk manufaktur yang memiliki keunggulan komparatif, seperti kayu olahan, tekstil, dan produk tekstil. Sektor manufaktur tetap menjadi andalan utama ekspor non migas, diikuti oleh sektor pertanian dan pertambangan. Sektor pertanian, meskipun mengandung keunggulan komparatif, tetapi sangat rentan terhadap fluktuasi harga internasional. Selain itu, term of trade produk-produk pertanian semakin lama semakin turun jika dibandingkan dengan produk manufaktur. Dengan melihat perkembangan ekspor Indonesia selama kurun waktu 1984 – 2003, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekspor yang ditandai dengan pergeseran peran ekspor produk migas kearah ekspor produk non migas pada kisaran tahun 1984 – 1999, sedangkan pada periode tahun 2000 – 2003 peranannya silih berganti dari ekspor non migas ke ekspor migas
  • 44. 26 Perubahan sektor ekspor ini selain disebabkan oleh perubahan harga minyak bumi di pasaran dunia yang sangat fluktuatif dan terbatasnya produksi dalam negeri, juga disebabkan karena diperlakukannya berbagai perubahan kebijakan (policy reform) yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor migas, dan juga sebagai upaya penggalakan ekspor non migas. Dengan kondisi tersebut, ketergantungan pada devisa migas akan semakin berkurang. Menurut negara-negara tujuan ekspor, Jepang merupakan negara terbesar yang mampu menyerap komoditi ekspor terbesar Indonesia. Selain itu ekspor Indonesia juga ditujukan ke Amerika Serikat, negara-negara dalam Uni Eropa (dahulu MEE), dan negara-begara ASEAN. Bagi negara-negara sedang berkembang, yang perekonomianya masih sangat tergantung pada pinjam / bantuan luar negeri, ekspor untuk produk- produk dengan nilai tambah yang tinggi sangatlah penting. Khususnya Indonesia, akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang membuat negara nyaris bangkrut, ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak proses pemulihan ekonomi nasional. Sayangnya, harapan ini tampaknya sangat tidak mudah diwujudkan, tidak dalam waktu pendek ini. Ekspor selama periode 1998 – 1999, termasuk produk-produk unggulan, seperti tekstil dan kayu lapis, tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti. Kinerja ekspor yang tidak terlalu baik itu menandakan bahwa dalam masa sekarang, tingkat daya saing suatu produk di dalam perdagangan internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh perbedaan harga, tetapi juga
  • 45. 27 ditentukan oleh aspek lain, seperti kualitas, penampilan produk, warna, bentuk, pelayanan purna jual (service after sale), dan sebagainya. 2.4. Perkembangan Tenaga Kerja di Indonesia Penduduk Indonesia pada tahun 1985, berdasarkan sensus penduduk tahun 1980 diperkirakan berjumlah 165 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia pada urutan kelima dari negara-negara yang berpenduduk besar, sesudah China, India, Rusia, dan Amerika Serikat. (Statistik Indonesia, 1985, : 31). Sementara itu, penduduk pada tahun 2002 sebesar 212.003.000 jiwa, data ini merupakan hasil dari sensus penduduk tahun 2002. Tingkat pertumbuhan penduduk telah turun cepat sejak tahun 1980, dari 1,97 % pada periode 1980 – 1990 menjadi sebesar 1,49 % per tahun selama periode 1990 – 2000. Penurunan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 1980 sampai sekarang ini berkaitan dengan keberhasilan program keluarga berencana. (Statistik Indonesia, 2000 : 25) Penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar tersebut sebagian besar merupakan tenaga kerja yang biasa memanfaatkan bagi proses pembangunan, demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Namun, jumlah tenaga kerja yang relatif besar itu harus menjadi suatu masalah karena terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Permasalahan lainnya dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah keahlian atau spesialisasi dan profesionalisme yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan usaha untuk menaikan mutu sumber daya manusia sebagai tenaga kerja. Jika dilihat dari komposisi pendidikan penduduk yang bekerja menurut
  • 46. 28 lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja masih berpendidikan sangat rendah. Sektor-sektor perekonomian yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan adalah sektor pertanian. Hampir sebagian tenaga kerja tercatat di sektor ini. hal ini merupakan pencerminan negara agraris di Indonesia. Hampir di semua propinsi, sebagian tenaga kerjanya berada di sektor pertanian, kecuali DKI Jakarta yang lebih terkonsentrasi di sektor perdagangan dan jasa. Sektor-sektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam bidang ketenagakerjaan adalah sektor perdagangan, sektor industri, dan jasa-jasa. Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK menurut umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angkatan TPAK ini rendah pada umur- umur muda, dikarenakan pada usia tersebut, kebanyakan penduduk nasih sekolah, kursus, kuliah, dan lain-lain. Kemudian, angka TPAK tersebut naik, sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada umur 40 – 44 tahun, dan selanjutnya turun lagi secara perlahan-lahan pada umur- umur berikutnya, karena masa pensiun dan telah mencapai usia tua. Untuk melihat perkembangan angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut umur di Indonesia, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
  • 47. 29 TABEL 2.6. JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN TPAK MENURUT UMUR DI INDONESIA UMUR 1985 1990 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 10-14 2.051.827 2.955.518 2.131.145 1.922.810 1.722.076 - - - - - - 15-19 6.013.427 7.868.741 8.766.283 8.402.533 8.199.926 8.368.985 8.554.349 7.746.221 8.138.571 8.208.419 7.221.857 20-24 8.260.029 8.864.168 11.384.181 11.235.405 11.047.125 11.364.444 11.643.217 12.077.515 12.201.236 12.488.55 13.262.096 25-29 9.344.248 7.445.143 11.671.664 11.945.274 12.173.897 12.423.862 12.589.200 13.390.138 13.678.117 13.325.417 13.543.972 30-34 7.849.306 9.405.570 11.042.297 11.496.192 11.422.554 11.722.118 12.014.253 12.456.416 12.943.605 13.175.756 13.568.1411 35-39 6.930.642 8.904.878 10.718.086 11.575.462 11.747.904 12.196.828 12.616.203 12.215.831 13.107.530 13.048.177 12.760.627 40-44 5.929.367 6.950.767 8.676.164 9.355.044 9.857.191 9.946.573 10.453.396 10.661.377 11.043.148 11.679.938 11.443.223 45-49 5.501.597 7.006.392 6.342.665 7.237.018 7.724.858 8.324.611 8.777.117 8.612.741 8.966.743 9.406.053 9.097.617 50-54 4.291.760 5.491.387 5.367.234 6.053.323 5.953.825 6.390.035 6.358.496 6.427.222 6.712.550 7.258.722 7.288.969 55-59 3.203.139 3.871.885 4.137.428 4.284.672 4.467.969 4.619.739 4.592.685 4.473.856 4.626.354 4.668.699 4.323.821 60+ 4.449.655 5.310.611 6.123.514 6.601849 7.007.586 7.377.737 7.248.262 7.589.644 213.582 7.519.534 7.805.684 Jumlah 63.824.997 77.802.264 86.361.261 90.109.582 91.324.911 92.734.932 94.847.178 95.650.961 98.812.448 100.779.270 100.316.007 TPAK 53,02 57,33 56,62 58,34 58,02 66,93 67,22 67,76 68,60 67,76 65,72 (%) Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, berbagai edisi Dari tabel 2.6 dapat dilihat, bahwa jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Pada tahun 1985 jumlah angkatan kerja sebesar 63,8 juta jiwa, dengan TPAK sebesar 53,02 %. Ini berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat 53 orang angkatan kerja. Pada tahun 1990, jumlah angkatan kerja meningkat menjadi 77,8 juta jiwa, dengan TPAK sebesar 57,3 %. Akan tetapi pada tahun 1995, angka TPAK menurun menjadi 56,62 %. Hal ini terjadi karena semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, sehingga jumlah angkatan kerja relatif kecil kenaikannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, pada tahun 1998, jumlah angkatan kerja mencapai 92,7 juta jiwa atau naik 1,5 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut antara lain mencakup penganggur lama, pencari kerja baru, dan korban Pemutusan
  • 48. 30 Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor sebagai akibat dari krisis moneter dan krisis ekonomi, Kondisi kelebihan penawaran tenaga kerja telah menyebabkan sebagian pencari kerja terpaksa menerima upah dan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya (ill-paying jobs). Selanjutnya jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan, dari 94,8 juta jiwa pada tahun 1999 menjadi 95,7 juta jiwa pada tahun 2000. TPAK mengalami sedikit peningkatan dari 67,76 % pada tahun 2000. Kondisi TPAK pada tahun 2003, mengalami penurunan sebesar 2,04 % dari tahun 2002 yang besarnya 67,76%. Pada tahun 2003, di Indonesia terdapat 148,7 juta penduduk usia kerja, sekitar 60 % dari mereka berada di pulau Jawa. Tingkat partisipasi tenaga kerja (TPAK), merupakan ukuran jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. (statistik Indonesia, 2003). Terjadinya fluktuasi TPAK ini kemungkinan disebabkan kondisi sosial ekonomi nasional yang belum stabil, sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor demand dan supply tenaga kerja. Peningkatan TPAK ini salah satunya dikarenakan semakin mambaiknya mutu sumber daya manusia, dan semakin aktifnya wanita berperan di luar rumah tangganya. 2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia Krisis nilai tukar rupiah yang terjadi sejak Juli 1997 yang lalu telah memberikan dampak yang berat dan bahkan telah menyebabkan krisis utang luar negeri Indonesia. Krisis ini tidak terlepas dari kondisi utang luar negeri
  • 49. 31 swasta Indonesia di luar perbankan yang merupakan bagian terbesar dari utang luar negeri Indonesia. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa serangan spekulasi terhadap nilai tukar sering terjadi pada negara yang mempunyai utang luar negeri swasta yang besar, dengan porsi utang jangka pendek. Inefisiensi dalam pemanfaatan utang tersebut sebagai akibat lemahnya corporate governance, baik dari tingkat pemerintah maupun swasta, yang mendorong timbulnya sentimen pasar, sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar. Selanjutnya dengan semakin pesatnya pembangunan dan terbatasnya kemampuan pemerintah, peran swasta dalam perekonomian semakin meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan langkah – langkah deregulasi di berbagai bidang yang ditempuh oleh pemerintah, terutama sejak tahun 1980-an. Besarnya minat investasi swasta, sementara sumber – sumber dana di dalam negeri masih terbatas, telah mendorong swasta memanfaatkan modal luar negeri, baik dalam bentuk penanaman modal langsung dan pinjaman komersial maupun invertasi portofolio dalam surat berharga yang diterbitkan oleh swasta domestik. Persyaratan pinjaman luar negeri swasta baik suku bunga maupun jangka waktu, pada umumnya tidak lunak. Dalam usahanya untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak terlepas pula menerima bantuan pembangunan dalam bentuk bantuan program dan bantuan proyek. Bantuan ini pada hakikatnya adalah merupakan utang luar negeri pemerintah Indonesia, meskipun porsinya tidak terlalu besar dibandingkan dengan swasta.
  • 50. 32 TABEL 2.7. PENERIMAAN PINJAMAN DAN BANTUAN LUAR NEGERI PEMERINTAH (Juta US $) Tahun Hutang Luar Negeri 1994 9.838 1995 9.009 1996 11.900 1997 14.386 1998 30.225 1999 43.633 2000 71.882 2001 74.232 2002 66.746 2003 69.130 Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi Dari Tabel 2.7 dapat dilihat, bahwa pada tahun 1994, hutang luar negeri yang diterima pemerintah adalah sebesar Rp 9.838 milyar. Pada tahun – tahun berikutnya, nilai bantuan tersebut mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2001, yakni sebesar Rp 74.232 milyar. Sedangkan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan dari tahun 2001, yaitu Rp 69.130 milyar pada tahun 2003 dan Rp 66.746 milyar pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena berbagai langkah penanganan masalah hutang luar negeri telah dilakukan untuk membantu mengurangi beban Neraca Pembayaran Indonesia dan memperbaiki struktur hutang luar negeri Indonesia. Sebagai hasilnya, beberapa indikator beban hutang, seperti rasio utang terhadap ekspor dan rasio hutang terhadap PDB, cenderung terus menurun dan telah berada pada tingkat yang relatif aman. Perkembangan positif ini telah meningkatkan daya tahan perekonomian Indonesia terhadap gejolak pasar keuangan internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain : proses
  • 51. 33 restrukturisasi hutang pemerintah melalui Paris Club dan London Club, perjanjian debt swapt, restrukturisasi hutang luar negeri swasta melalui Prakarsa Jakarta (JITF), serta program Exchange Offer. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 25)
  • 52. 34 BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat periode 1983 – 1996 Ace Kusnadi (1998), Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat selama periode 1983 – 1996, menyimpulkan bahwa variabel investasi, ekspor, dan angkatan kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Sementara itu, variabel subsidi daerah otonom mempunyai pengaruh yang signifikan pula terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat masih mempunyai ketergantungan yang besar terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat. Kondisi ini harus segera mendapat perhatian yang besar, karena pada umumnya, dimasa otonomi daerah seperti sekarang ini, Pemerintah Daerah dituntut harus lebih mandiri, khususnya Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. 3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 1984 – 2000 Penelitian yang dilakukan oleh Ari Iskandar (2000), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PDB di Indonesia periode 1986 – 2000, menyimpulkan bahwa variabel investasi asing langsung, ekspor barang dan
  • 53. 35 jasa, utang luar negeri, dan angkatan kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan utang luar negeri berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa kenaikan investasi asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi, sementara kenaikan utang luar negeri mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. menurut hasil penelitiannya variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1984 – 2000 diantara variabel-variabel yang diteliti adalah angkatan kerja. Karena dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang digunakan, akan menambah jumlah produksi yang dihasilkan.
  • 54. 36 BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisa Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Teori Harrod-Domar pada hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya alat-alat modal yang akan selalu berlaku dalam perekonomian. Teori Harrod-Domar memperhatikan dua aspek dari pembentukan modal dalam kegiatan ekonomi yaitu : mempertinggi pengeluaran masyarakat dan mempertinggi jumlah alat-alat modal dalam masyarakat. Dalam teori Harrod-Dommar pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Teori Harrod-Domar menganggap pula bahwa pertambahan dalam kesanggupan memproduksi ini tidak secara sendirinya akan menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan nasional.
  • 55. 37 Harrod-Domar menyatakan bahwa pertambahan produksi dan pendapatan nasional bukan ditentukan oleh pertambahan dalam kapasitas memproduksi masyarakat, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi tercipta. Analisa Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan supaya dalam jangka panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari masa ke masa (yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya) akan selalu sepenuhnya digunakan. 4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri Aliran modal dari luar negeri dinamakan bantuan luar negeri apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut : pertama, ia merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan, kedua, dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasar internasional. Berdasarkan kepada kedua ciri tersebut, aliran modal dari luar negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian (grant) dan pinjaman luar negri (loan). Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman luar negri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali dari bantuan tersebut, yaitu tergantung pada tenggat waktu (grace period), jangka masa pembayaran kembali (maturity), dan tingkat bunga dari pinjaman yang diberikan. Pinjaman bersyarat ringan (soft loan), apabila tenggat waktu bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan
  • 56. 38 tingkat bunganya bertambah rendah, pinjaman bersyarat berat (hard loan) apabila tenggat waktu dan jangka masa pembayaran kembali relatif singkat dan tingkat bunganya relatif tinggi. Hutang luar negeri erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan program pembangunan di negara – negara berkembang, biasanya negara tersebut menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan tingkat penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila tabungan yang dapat dikerahkan di dalam negeri melebihi penanaman modal yang akan dilaksanakan tersebut, maka pembangunan yang direncanakan dapat dicapai tanpa hutang luar negeri. Akan tetapi, pada umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997: 371) 4.1.3. Teori Investasi Investasi dilaksanakan oleh pemilik-pemilik modal untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilaksanakannya. Peranan modal dalam pembangunan ekonomi mutlak diperlukan untuk pembiayan pembangunan yang akan dilaksanakan. Karena jika modal yang tersedia cukup besar maka pembangunan akan lebih lancar sebab dapat dilakukan investasi kepada beraneka macam sektor ekonomi. Modal merupakan faktor penting, sebab dengan tersedianya modal maka faktor-faktor produksi lainnya akan
  • 57. 39 dapat terpenuhi. Investasi yang diinvestir dalam pembangunan ekonomi mengutamakan kepada service motive yakni pemberian pelayanan, dorongan- dorongan kepada mesyarakat walaupun pertimbangan ekonomi juga diperhatikan. (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 107 - 108) Thesis usaha minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi tingkat penanaman modal untuk mengusahakan agar negara-negara berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat keseimbangan rendah (the low level equilibrium trap). Teori perangkap tingkat keseimbangan rendah menjelaskan bahwa pada tingkat pendapatan perkapita yang rendah, tingkat penanaman modal juga rendah dan juga menyebabkan pertumbuhan dalam pendapatan nasional lebih rendah daripada tingkat pertambahan penduduk. Dalam keadaan seperti ini tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung untuk kembali ke tingkat subsistence. Oleh sebab itu diperlukan penanaman modal yang lebih besar, yang dapat menjamin agar dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan ekonomi selalu lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga akan menciptakan perbaikan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat. (Sadono Sukirno,1985 :303) Kalau diperhatikan bagaimana eratnya hubungan antara tingkat investasi dengan besarnya tingkat pendapatan inilah agaknya yang menjadi dasar bagi teori pembangunan ekonomi modern. Salah satu sebab mengapa pembentukan modal atau capital formation menduduki tempat yang begitu
  • 58. 40 penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi bangsa adalah disebabkan oleh : 1. Bahwa pengarahan modal/dana itu sendiri akan menaikan pendapatan serta akan memperluas lapangan kerja yang selanjutnya memungkinkan adanya investasi berikutnya dan seterusnya. 2. Bahwa pengarahan modal/dana untuk investasi dapat dan cenderung untuk menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas (J.M. Keynes). 3. Bahwa modal yang baru diciptakan sebagai akibat investasi dan kenaikan pendapatan tidak mungkin dipakai dalam waktu berikutnya apabila total spending tidak diperbesar (Prof. Harrod). 4. Bahwa investasi adalah merupakan suatu alat untuk mempercepat pertambahan tingkat produksi dalam ekonomi yang baru berkembang. Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa “pentingnya dan strategisnya peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.” (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 132) 4.1.4. Teori Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. (Bambang Triyoso, 1984). Fungsi penting adalah mengatasi masalah
  • 59. 41 terbatasnya pasar di dalam negeri. perkembangan ekspor akan menggalakan perkembangan sektor dalam negeri karena : a. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor, seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam negeri. b. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. (Sadono Sukirno,1985 : 310) Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. (Sadono Sukirno, 1985 : 224-225) Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor dalam pembangunan ekonomi meliputi : (Sadono Sukirno, 1985 : 225) 1. Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa adanya kegiatan ekspor. 2. Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional. 3. Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.
  • 60. 42 Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Dengan perdagangan luar negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan orang-orang yang kegiatannya di sektor liar negeri akan bertambah. Makin cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan masyarakat bertambah. Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal (capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu : (H. Halwani dan P. Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65)