1. Pengembangan Kurikulum Buku 1
I. PENDAHULUAN
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya
menentukan macam kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Itu sebabnya
setiap institusi pendidikan, baik formal maupun non formal, harus memiliki
kurikulum yang sesuai dan serasi, tepat guna dengan kedudukan, fungsi, dan
peranan serta tujuan lembaga tersebut.
Suatu studi menunjukkan bahwa umumnya hambatan yang ditemui dalam
implementasi suatu kurikulum adalah kurangnya kompetensi guru-guru. Seringkali
terjadi bahwa implementasi suatu kurikulum baru tidak diikuti dengan
pertimbangan kemampuanguru dan tindakan bagaimana meningkatkan
kemampuan guru-guru sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum
dimaksud (Hargreaves, 1995).
Hal ini didukung oleh Fennema dan Franke (1992) yang menyatakan bahwa
kemampuan baik secara keterampilan dan pengetahuan seorang guru akan
mempengaruhi proses pembelajaran di kelas dan menentukan sejauh mana
kurikulum dapat diterapkan.
Untuk mengetahui apakah kebijakan baru mengenai kurikulum telah
menyebabkan adanya perubahan, dapat dievaluasi oleh setidak-tidaknya tiga
indikator (Fullan, 2001) Pertama, sejauh mana materi-materi baru atau yang
direvisi digunakan oleh guru-guru. Kedua, sejauh mana pendekatan-pendekatan
pengajaran yang baru telah diterapkan dalam proses kegiatan-kegiatan belajar di
kelas. Ketiga, sejauh mana guru-guru berkeyakinan bahwa kebijakan berdampak
kepada perbaikan mutu dan roses pembelajaran. Ketiga indikator tersebut secara
bersama-sama akan menentukan tercapai tidaknya tujuan-tujuan perubahan
pendidikan.
2. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Hasil penelitian Mukhidin (2009) , dkk Universitas Pendidikan Indonesia
(Kajian Penyelenggaran SMK 3+1) secara garis besar di peroleh bahwa berdasarkan
studi dokumen RPP yang ada pada guru-guru mata pelajaran kejuruan, umumnya
guru-guru telah membuat RPP, akan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yakni :
1. Menggunakan metoda mengajar yang tidak sesuai dengan karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran.Guru-guru tidak mencantumkan metoda mengajar yang mengarah
siswa aktif seperti metoda diskoveri inkuiri dalam bentuk tugas terstruktur dan
madiri tidak terstruktur. Guru tidak menggunakan metoda mengajar yang
bervariatif.
2. Pada komponen pembelajaran tidak dijelaskan adanya kegiatan pembukaan
atau awal, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan kegiatan penutup
atau kegiatan akhir.
3. RPP yang disusun tidak opersional dan hanya sebagai pelengkap administrasi
guru
4. Pengembangan indikator tidak relevan dengan Kompetenasi Dasar. Indikator
tidak dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur dan diamati yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
5. Tujuan pembelajaran tidak Menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Pada komponen penilaian tidak memuat soal yang akan digunakan dan dan
tidak mencantumkan rambu-rambu penialaiannya serta kunci jawaban dari
soal.
Untuk membuat pembelajaran memiliki arti kata kuncinya adalah guru
mampu mengembangkan kurikulum yang bersifat operasional. Kurikulum sebagai
rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh
kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK) merupakan bagian integral dari sistem
3. Pengembangan Kurikulum Buku 1
pendidikan nasional. Pendidikan tersebut mempunyai orientasi yang cukup luas
pada saat ini dan mendatang, yaitu memenuhi harapan masyarakat dalam rangka
mempersiapkan individu untuk dapat berpartisipasi secara profesional dalam dunia
pendidikan teknologi dan kejuruan sebagai guru yang mempunyai kemampuan
mewariskan budaya kerja industri. Kemampuan profesional terbentuk melalui suatu
proses pembelajaran dalam suatu lingkungan yang terkondisi melalui pengalaman
belajar pada mata kuliah teknologi kejuruan, pendidikan serta penunjangnya yang
dipadukan dalam suatu keahlian keguruan, yang termanifestasikan dalam mata
kuliah. Di era global ini, seorang pekerja harus memeliki keahlian profesi yang
merupakan andalan utama dalam menentukan keunggulannya. Kurikulum yang
efektif harus dikembangkan dalam pendidikan guru Teknologi dan Kejuruan guna
menciptakan guru yang mampu mengatasi kendala pendidikan di era global ini.
Untuk mencetak mutu lulusan yang berkualitas, guru pun harus merancang
pembelajaran yang baik pula. Pembelajaran yang baik adalah bagaimana
mengkondisikan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang mampu
menimbulkan pengembangan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, psikomorik,
dan afektif dari pengalaman belajarnya dan itu menjadi pengalaman yang
membawanya menemukan pengalaman yang lebih baik dalam implementasi
dibidangnya. Hal ini dapat ditempuh dengan menyiapkan model pembelajaran
salah satunya melalui model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung
didasarkan dari pemikiran pentingnya pembekalan siswa untuk mengetahui
pengetahuan deklaratif dan procedural sebagai dasar pengalaman belajar.
Sebagai implementasi prencanaan pengembangan kurikulum kami berikan
sebuah contoh pembuatan model pembelajaran Membuat Kuda-Kuda Kayu pada
kompetensi Teknik Konstruksi Kayu, sehingga memiliki landasan yang jelas baik
secara konseptual maupun operasional, sehingga fungsi dari pembelajaran dapat
tercapai.
4. Pengembangan Kurikulum Buku 1
II. MAKSUD PENULISAN
Adapun maksud dalam pembuatan makalah ini adalah bagaimana guru
dapat melakukan pengembangan kurikulum dalam mengimplementasikan
pembelajaran membuat kuda-kuda kayu dengan pelajaran awal membuat prosedur
perakitan kuda-kuda kayu dengan menggunakan model pembelajaran langsung
dengan memlibatkan keterampilan siswa dalam berfikir dan membentuk karakter.
III. BATASAN PENULISAN
Adapun batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
A. Bagaimana konsep dan prinsip dasar pengembangan kurikulum ?
B. Bagaimana cara mengembangkan kurikulum ?
C. Bagaimanakah model pengembangan kurikulum ?
D. Bagaimanakah penerapan pembelajaran model pembelajaran langsung dalam
mata pelajaran membuat kuda-kuda kayu di bidang keahlian Teknik
Konstruksi Bangunan, Kompetensi Teknik Konstruksi Kayu ?
IV. TUJUAN PENULSAN
A. Untuk mengetahui prinsip dasar dan konsep kurikulum.
B. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dan cara mengembangkan
kurikulum.
C. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum.
D. Untuk membuat implementasi pembelajaran model pembelajaran langsung
5. Pengembangan Kurikulum Buku 1
V. PENGERTIAN KURIKULUM
Menurut UU No.20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Menurut pendapat para ahli kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. S. Nasution (2008)
Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.
Kurikulum : adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak
formal.
2. Nana Sudjana (2005)
Kurikulum : niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau
program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah.
Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah
pelaksanaanya. Dalam proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru
dan siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru adalah dubjek yang
membina.
Curriculum dalam bahasa Yunan kuno berasal dari kata Curir yang artinya
pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak
yang harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan
rumusan masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik
untuk memperoleh ijasah.
6. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis
dan logis, di berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai
program belajar, kurikulum adalah niat, rencana atau harapan.
Kurikulum adalah hasil belajar yang diniati atau intended learning out comes.
Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar
yang di harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang
tersusun secara sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab
sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan
kompetensi sosial anak didik.
Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah
pelaksanaan atau operasionalisasi dari rencana atau program.
Kurukulum adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan pendidikan melalui
proses pengajaran.
Kurikulum adalah sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan untuk anak didik.
Artinya, hasil belajar yang diinginkan yang diniati agar dimiliki anak.
3. Wina Sanjaya (2005)
Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa
kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik diluar maupun di
dalam sekolah asal kegiatan tersebut berasal di bawah tanggung jawab guru
(sekolah).
Dari pendapat para ahli yang dikutip diatas dan masih banyak lagi pendapat
tentang kurikulum yang kadang bisa membuat kita menjadi sulit untuk
mengerti seutuhnya karena terkait dengan siapa yang paling berhak untuk
mendefinisikankurikulum dan karena saling keterkaitan antara satu konteks
dengan konteks yang lainnya, dapat kita buatkan arahan bahwa :
Konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang
meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3)
7. Pengembangan Kurikulum Buku 1
kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman
belajar bagi peserta didik. (5) kurikulum sebagai penilaian.
VI. PENGEMBANGAN KURIKULUM PTK
A. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif,
didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan
kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja
kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan
Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi
kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk
menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian
program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu
sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang
terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan
banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta
unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat
menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-
hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin
terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang
8. Pengembangan Kurikulum Buku 1
digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak
sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengetengahkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
1. Prinsip- prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
efektivitas;
2. prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
3. prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,
4. prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di
antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi,
organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-
komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta
didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan
masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar
yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman
9. Pengembangan Kurikulum Buku 1
belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan,
baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara
jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain
yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan
wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu,
serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan
tepat antarsubstansi.
10. Pengembangan Kurikulum Buku 1
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara
penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-
prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih
terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari
kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku)
guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan
kurikulum.
B. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Finch & Crunkilton (1984 ), mengemukakan pendapatnya bahwa
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan merupakan sistem yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum
pendidikan teknologi dan kejuruan memiliki karakteristik dan kekhususan
tersendiri yang membedakannya dengan sub sistem pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi, dan tujuan
pendidikannya saja, tetapi terlihat dari aspek lainnya yang berkaitan dengan
aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik-karakteristik dasar dari kurikulum
pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu :
1. Orientasi
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan, bukan saja diukur dari pencapaian hasil belajar berupa
kelulusan, tetapi pada kemampuan para lulusan kelak di dunia kerja.
Asumsi tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan kejuruan
yang merupakan pendidikan untuk penyiapan tenaga kerja, maka dengan
sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju pada output atau lulusan.
12. Pengembangan Kurikulum Buku 1
2. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan didasarkan pada
identifikasi kebutuhan berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan.
Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan
perlu diselenggarakan. Justifikasi keberadaan pendidikan teknologi dan
kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan tenaga kerja di lapangan.
Oleh karena itu, yang dimaksud justifikasi di sini adalah justifikasi untuk
eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan tidak layak ada jika di lapangan
tidak dibutuhkan tenaga kerja yang akan dididik di sekolah tersebut.
3. Fokus
Fokus kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan tidak hanya
pada aspek skill (psikomotorik) seperti yang dipahami sebagian
masyarakat, akan tetapi kurikulum membantu siswa untuk
mengembangkan diri dalam seluruh aspek yaitu pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai yang tujuan akhirnya untuk memberikan
kontribusi untuk keberhasilan sebagai pekerja atau dengan kata lain siswa
dididik untuk memiliki kemampuan yang komprehensif dan simultan
sehingga mampu menjadi pekerja yang produktif. Mengembangkan salah
satu aspek saja bertentangan dengan hakikat anak didik sebagai suatu
totalitas pribadi.
4. Kriteria Keberhasilan di Sekolah dan Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya
menerapkan ukuran ganda, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school
success) dan keberhasilan di luar sekolah (out-of-school success). Kriteria
yang pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam menempuh proses
pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang kedua
13. Pengembangan Kurikulum Buku 1
diindikasikan oleh keberhasilan performance lulusan setelah berada di
dunia kerja.
5. Hubungan antara Sekolah, Masyarakat dan Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah dan masyarakat lebih khususnya dengan
dunia industri merupakan karakteristik yang sangat penting dalam konteks
pendidikan teknologi dan kejuruan. Peran masyarakat dan pemerintah
dalam hal ini sama pentingnya. Masyarakat dan pemerintah memiliki
tanggung jawab untuk mengembangkan pendidikan teknologi dan
kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini
mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum
advisory committee), kesediaan dunia usaha menampung siswa
pendidikan teknologi dan kejuruan dalam program kerjasama yang
memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, informasi
kecenderungan ketenagakerjaan yang selalu dijabarkan ke dalam
perencanaan dan implementasi program pendidikan.
6. Kepekaan
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan memiliki karakteristik
lain yaitu kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan
masyarakat pada umumnya dan dunia kerja pada khususnya, hal ini
dimungkinkan karena komitmen pendidikan teknologi dan kejuruan yang
tinggi untuk selalu berorientasi kepada dunia kerja.
Perkembangan ilmu dan teknologi, pasang surutnya suatu bidang
pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan terbaru dalam bidang
produksi dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap
kecenderungan pendidikan teknologi dan kejuruan. Tidak terkecuali
adalah mobilitas kerja baik vertikal maupun horisontal sebagai akibat
perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya harus diantisipasi
14. Pengembangan Kurikulum Buku 1
secara cermat guna menjamin relevansi yang tinggi antara isi pendidikan
teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja.
7. Logistik/ Sarana Prasarana dan Pembiayaan
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi dan
kejuruan , ketersediaan sarana prasarana merupakan sesuatu yang sangat
penting. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu
mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan
situasi dunia kerja secara lebih realistis dan edukatif.
Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan yang umum
menyertai keberadaan / eksistensi pendidikan teknologi dan kejuruan,
selain pengalaman lapangan yang biasanya tercantum dalam kerangka
kurikulumnya. Dalam konteks ini, sering dipertanyakan apakah investasi
yang besar di pendidikan teknologi dan kejuruan cukup efisien
dibandingkan dengan hasilnya.
C. Pendidikan Kejuruan Berbasis Kompetensi
Tulisan berikut ini adalah rangkuman materi-materi seminar yang
diterbitkan oleh InWEnt gGmbH, Jerman. Materi-materi tersebut dirangkum
oleh Sumadi dan saya tulis ulang kembali tanpa ada perubahan yang mendasr
untuk kita perbandingkan dengan penerapan yang ada di Indonesia, sebagai
berikut :
1. Konsep Dasar
a. Pengertian Kompetensi
Secara fungsional kompetensi berkenaan dengan sekelompok
keterampilan dan pengetahuan yang diterapkan untuk melakukan
tugas dan fungsi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan oleh suatu
bidang pekerjaan. Konsep ini berasal dari Inggris yang didasari atas
15. Pengembangan Kurikulum Buku 1
pembahasan mengenai evolusi dari unjuk kerja sesuai dengan norma
yang ada.
Berawal pada kritik terhadap pedagogis berbasis pengetahuan
teoritis secara scholastik tradisional, Perancis mendefinisikan
kompetensi dengan fokus konstruktifis, yaitu pengertian individual dan
kolektif terhadap situasi produktif yang tergantung dari kompleksitas
masalah yang mengakibatkan evolusinya.Di Jerman pembahasan
kompetensi berkaitan dengan definisi global tentang profesi yang lebih
menekankan pada perbaikan proses training yang lebih bersifat holistik
dan integratif.
Menurut Bunk (1994), sesesorang dikatakan mempunyai
keompetensi profesional atau kemahiran untuk bekerja, jika orang
tersebut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
untuk melakukan pekerjaannya atau orang tersebut bisa melakukan
tugasnya secara mandiri dan fleksibel serta bersedia dan mampu untuk
melakukan perencanaan sebelumnya di tempat kerjanya atau di dalam
struktur organisasi kerjanya.
b. Berbasis kompetensi
Di kebanyakan negera Eropa, Jerman, Spanyol, Perancis, Inggris
dan sebagainya beberapa tahun yang lalu telah diadakan reformasi
pendidikan kejuruan agar terjadi link and match dengan kebutuhan
pasar kerja dan sistem ketenagakerjaan.
Perubahan struktur pasar kerja, inovasi teknologi dan cara baru
mengelola pekerjaan membutuhkan pengetahuan baru dan
pengembangan bidang kompetensi, yang hingga kini jarang menjadi
bagian sistem pendidikan kejuruan.
16. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor ini meliputi
transformasi teknologi skala besar dan perubahan pengorganisasian
yang mengakibatkan pola-pola kualifikasi profesional yang baru.
Pendefinisan profesional sebagai regulator sistem, tidak lagi hanya
megacu pada kemahiran untuk bekerja, tetapi juga mencakup
kemampuan para pekerja untuk berinisitaif sendiri dan mempengaruhi
secara mandiri sifat dari pekerjaan yang mendadi tugas dan
tanggungjawabnya.
Perlunya pengembangan kualifikasi profeional baru
dimaksudkan untuk menunjang kemampuan tenaga kerja dalam
bidang:
1). Kerjasama tim (teamwork)
2). Kemampuan untuk mengambil keputusan secara mandiri
3). Komunikasi dalam kerja kelompok
4). Kesadaran akan mutu sebagai kriteria
5). Kerjsama dalam kelompok secara multifungsional.
Jelaslah bahawa konsep komptensi dipengaruhi oleh proses
perubahan yang berkelanjutan dan gagasan-gagasan yang berbeda
yang dikembangkan pada waktu yang sama. Meskipun demikian
semua ini mencermikan bahwa kebutuhan yang beragam akan
kualifikasi berubah-ubah.
c. Kompetensi yang dibutuhkan
1). Kompetensi Teknik
Kompetensi teknik adalah perpaduan dari kemampuan
kognitif dan keterampilan motorik yang diperlukan untuk suatu
17. Pengembangan Kurikulum Buku 1
jabatan yang merupakan syarat pekerjaan itu. Ada dua aspek
penekanan, yaitu aspek normatif dan aspek tuntutan jabatan.
Di Jerman, secara normatif aspek kognitif didefinisikan dan
divalidasikan oleh peraturan pendidikan kejuruan
(Ausbildungsordnung) bidang pekerjaan yang bersangkutan.
Sedangkan secara analisis jabatan, kompetensi teknik didefinisikan
sebagai suatu cara yang standar yang bisa diterapkan pada situasi
profesional atau di tempat kerja.
2). Kompetensi Metodologis
Kompetensi metodologis adalah kemampuan untuk mencari
informasi secara mandiri dan menguasai teknik belajar yang
fundamental dan teknik di tempat kerja. Selain itu seorang pekerja
harus mengetahui bagaimana bereaksi terhadap keadaan di
tempat kerja dan menerapkan prosedur yang sesuai dengan tugas
yang diberkikan kepadanya.
3). Kemapuan beradaptasi
Perubahan teknologi berjalan begitu lajunya, sehingga kita
tidak bisa mengharapkan bahwa sesesorang yang telah dididik satu
kali dalam satu bidang, bisa melakukan tugasnya secara
berkelanjutan tanpa batas. Pendidikan kejuruan harus dilihat
sebagai pendidikan berkelanjutan dan bukan sebagai pendidikan
pada satu tahap kehidupan seseorang. Ini memerlukan
kemampuan untuk memprakarsai dan ditambah investasi pada
pembaharuan pengetahuan yang berkelanjutan. Dengan demikian,
sangatlah penting mengembangkan strategi didaktis yang baru dan
inovatif yang merupakan basis metode belajar yang baru.
18. Pengembangan Kurikulum Buku 1
4). Kompetensi Sosial
Komptensi sosial merupakan kemampuan untuk
bekerjasama dan berurusan dengan orang lain atas dasar
perpaduan kemampuan untuk bekerjasama dan berkomunikasi.
Dalam dunia kerja, bekerja dalam kelompok merupakan hal yang
sangat penting. Salah satu faktor keberhasilan perusahaan di masa
mendatang adalah: karyawan yang sangat terapil dan bermotivasi
tinggi yang diorganisasikan dalam kelompok-kelompok!
5). Kompetensi Individual
Kemampuan untuk mengevaluasi diri, tanggung jawab,
mengembangkan minat pribadi dan rencana hidup adalah bagian
dari kemapuan individual. Kemampuan ini sangat penting bukan
sebagai suatu pendelegasian fungsi-fungsi, melaikan bahwa setiap
anggota organisasi harus bertanggungjawab sendiri untuk
bagiannya.
6). Refleksi Unjuk Kerja
Refleksi unjuk kerja dan kemampuan untuk bekerjasama
merupakan hal yang sangat penting, yaitu untuk menganalisis
kebutuhan perbaikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a). rencana dan target
b). motivasi
c). hasrat untuk melihat prospek ke depan, dan
d). komitmen profesional.
2. Kemampuan Profesional
G. Bungk (1994) menyatakan bahwa hingga permulaan tahun
1960-an, diklat kejuruan lazimnya berbasis kemampuan untuk bekerja
(ocuppational ability) dalam pengertian suatu rangkaian pengetahuan,
19. Pengembangan Kurikulum Buku 1
keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-
tugas yang berhubungan dengan jabatan tertentu. Kemudian pada akhir
dekade ini, di Jerman diperkenalkan konsep kualifikasi untuk bekerja
(ocuppational qualifikation) yang dimaksudkan sebagai langkah pertama
dalam adaptasi diklat kejuruan pada perubahan teknologi, ekonomi dan
sosial. Cakupan kualifikasi untuk bekerja lebih luas, hingga meliputi
fleksibilitas dan kemandirian.
Langkah pergeseran dari kemampuan untuk bekerja menjadi
kualifikasi untuk bekerja bersifat kuantiatif, sedangkan langkah pergeseran
dari kualifikasi untuk bekerja menjadi kompetensi profesional bersifat
kualitatif. Peran pekerja yang kompetens berubah dari „diorganisasikan
dari luar“ manjadi „mengorganisasikan diri sendiri“.
Jelaslah bahwa apa yang dimaksud sebagai „bentuk organisasi
baru“ adalah memaksakan pemanfaatan keterampilan orang-orang dari
sudut pandang teori organisasi dan pengelolaan bisnis. Cara yang terbaik
untuk “menguangkan“ potensi dalam organisasi adalah dengan cara
mensosialisaikan dan menstimulasi kemampuan sosial dengan diklat
kejuruan awal.
a. Fungsi baru pekerja yang berkualifikasi
Pekerja yang mempunyai kompetensi teknik akan mampu
melakukan kegiatan dan tugas-tugas dalam bidang kerjanya secara
bertanggungjawab dan kompeten serta mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya.
Dengan kemampuan metodologis, seorang pekerja mampu
untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya dan penyimpangan
yang terjadi. Dengan memanfaatkan pengalaman yang telah
diperoleh, seorang pekerja dapat secara mandiri mendapatkan solusi
untuk masalah yang dihadapinya.
20. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Komptensi sosial diperlukan seseorang pekerja untuk mampu
bekerja secara komunikatif dan kooperatif dengan orang lain. Pekerja
dengan komptensi sosial yang tinggi akan menunjukkan perilaku yang
berorientasi pada kelompok (team oriented) dan saling mengerti
dalam kelompok (inter-personal understanding).
Pekerja dengan komptensi untuk berpartisipasi akan mampu
memberikan kontribusi untuk menyusun lingkungan kerja di tempat
kerja dan sekitarnya, mampu membuat perencanaan, mampu
menerima tugas-tugas organisasi, mampu membuat keputusan dan
bersedia untuk memikul tanggungjawab.
b. Organisasi belajar
Kebutuhan yang semakin bertambah akan diklat berbasis
kompetensi bukan saja berlaku pada jenjang fasilitator, tetapi juga
pada pasar kerja. Kompetensi bukan berarti menguasai keterampilan
belaka, tetapi juga kemampuan menerapkan secara praktik di tempat
kerja.
Kompetensi untuk bertindak dalam pekerjaan bisa
didefinisikan sebagai kombinasi hubungan antara kompetensi teknik,
metodologis, sosial dan individual. Ini adalah tipe pekerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan moderen. Kerja dalam produksi, quality
control, maintenance dan process control membentuk suatu
organisasi baru, organisasi yang sangat maju: organisasi belajar.
c. Kualifikasi Kunci
Adalah mustahil untuk bisa meramalkan, kualifikasi teknik
yang bagaimana yang dibutuhkan pada masa yang datang? Oleh
karena itu agar keterampilan yang diajarkan tidak cepat
21. Pengembangan Kurikulum Buku 1
“kadaluwarsa” dalam waktu yang pendek, maka dimulai satu konsep
baru, yaitu kualifikasi kunci (key qualifications).
Kualifikasi kunci adalah pengetahuan, kemampuan dan
kompetensi yang membuat seseorang :
1). Mampu untuk melakukan pekerjaan dan fungsi dalam bidang
yang luas sebagai opsi alternatif pada waktu yang sama, dan
2). Mampu untuk menghadapi dan mengatasi perubahan dalam
kebutuhan akan akan kualifikasi yang biasanya tidak bisa
diramalkan sebelumnya (Mertens, 1974).
Kualifikasi kunci merupakan basis dari pola diklat kejuruan
yang lebih luas yang difokuskan pada tingkat kompetensi yang lebih
tinggi daripada yang ditetapkan pada kualifikasi jangka menengah dan
jangka panjang. Tugas utama kualifikasi kunci adalah untuk
membentuk kerangka proses training yang bisa melengkapi,
memperbaharui dan mengatisipasi secara dinamis kebutuhan akan
kualifikasi baru.
d. Kulifikasi kunci dalam kerangka kompetensi tenkik
Adalah tidak benar anggapan yang menyatakan bahwa
kualifikasi kunci- misalnya komunikasi, kerjasama, pengorganisasian
dan team spirirt- bisa tercapai secara abstrak atau terpisah dari
kompetensi teknik. Kemampuan sosial, metodologis dan individual
harus menjadi bagian dari lingkungan teknik.
22. Pengembangan Kurikulum Buku 1
3. Metode untuk Mengembangkan Kompetensi
a. Mengenal berbagai metode yang beragam
Supaya siswa mencapai kompetensi dalam bidang yang
berbeda dalam konteks „dunia kerja nyata“, haruslah dipilih metode
belajar mengajar yang cocok. Tentu saja setiap pembelajar lebih
menyukai metode tertentu, tetapi yang perlu digarisbawahai disini
adalah, bahwa metode belajar mengajar yang efektif adalah metode
yang berbeda dan beranekaragam.
Keadaan yang paling baik adalah jika setiap pembelajar
mengenal dan menguasai semua metode yang ada supaya pembelajar
bisa mengidentifikasikan metode yang paling cocok untuk setiap jenis
kompetensi. Dengan kata lain pembelajar harus mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari setiap metode pembelajaran.
b. Kebutuhan baru para pembelajar
Tidak semua bisa diwujudkan dalam praktek, jika pembelajar
hanya menggunakan metode ceramah/ presentasi di depan kelas
secara tradisional. Adalah sangat penting bahwa pembelajar harus
bisa membantu pelajar untuk mengembangkan kompetensi dasar,
misalnya kemampuan berprakarsa dan bekerja dalam kelompok,
berkomunikasi, membuat keputusan dan memecahkan masalah.
c. Contoh praktis (dari Perusahaan Jerman: SIEMENS)
Kebanyakan perusahaan di Jerman telah memiliki sendiri
metode yang khas untuk memastikan calon-calon tenaga kerjanya
memenuhi syarat kualifikasi. Siemens bisa dijadikan contoh
bagaimana mengitegrasikan profil-profil kompetensi ke dalam
23. Pengembangan Kurikulum Buku 1
rencana pembelajarannya. Siemens membagi kompetensi untuk
bertindak dalam pekerjaan kedalam empat bidang, yaitu:
1). Kompetensi Spesifik
Kompetensi spesifik adalah kemampuan untuk
menganalisis dan mengenal hubungan antar dan lintas mata
pelajaran, meralisasikan kreativitas khusus dan tugas secara
mandiri. Definisi ini mengandung konsep yang penting dan
inovatif, yaitu bahwa kepentingan pelanggan harus cocok dengan
kepentingan pelatihan seseorang.
2). Kompetensi Individual
Yang dimaksud komptensi individual adalah kemampuan
untuk menciptakan kesan yang bisa dipercayai dan meyakinkan
melalui pikiran dan kreatifitas yang mandiri. Perlu digarisbawahi,
bahwa kreatifitas adalah salah satu kualifikasi kunci yang sangat
penting, misalnya untuk diterapkan pada pemecahan
masalah.Kompetensi Sosial
Kemampuan sosial antara lain adalah kemapuan untuk
mencapai persetujuan dengan orang lain dan menjadi bagian dari
satu tim, mengembangkan kemahiran untuk berdialog untuk
mencapai target melalui pekerjaan, dan kemampuan menjadi
moderator dalam kegiatan kelompok. Teamwork dan
kemampuan berdialog menjadi prioritas bagi semua organisasi
moderen.
3). Kompetensi Metodologis
Kompetensi ini meliputi kemapuan untuk menganalisis
dan mengenal struktur kegiatan, mencari informasi secara
24. Pengembangan Kurikulum Buku 1
mandiri, memilih dan menerapkan informasi yang dibutuhkan
untuk satu keadaan kerja, menangani beranekaragam metode
untuk bekerja dan analisis, semuanya berdasarkan target yang
diberikan dari luar atau disusun sendiri. Dalam konteks ini,
belajar mandiri adalah hal yang sangat penting, karena
merupakan prisnip dasar untuk menstimulasi atau mecapai
kompetensi metodologis.
d. Perubahan dalam pengertian komptensi
Faktor Komptensi Pengertian Lama Pengertian Baru
Tanggung jawab Berdasarkan
perilaku, misalnya
upaya dan disiplin
Berbasis
memprakarsai
Keahlian Berhubungan dengan
pengalaman
Kognitif dan
memecahkan
masalah
Saling
ketergantungan
Urutan, hierarkis Menurut sistem:
kerja kelompok
Pendidikan dan
pelatihan
Dicapai sekali untuk
seterusnya
Berkelanjutan
Belajar Pasif, dilatih Tanggungjawab
untuk belajar secara
mandiri, belajar
sepanjang hayat
25. Pengembangan Kurikulum Buku 1
VII. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Fungsi Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru
Menurut pendapat Oemar Hamalik (2009). Pengembangan kurikulum
adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk
membawa siswa ke arah peubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan
kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah direncanakan
dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan
dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua
kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya
adalah ”kurikulum itu sendiri”.
Oleh karena itu dalam memahami pengembangan kurikulum dengan
lebih baik lagi guru dapat terlebih dahulu mempelajari model-model
pengembangan kurikulum agar lebih mudah mempelajari bagaimana cara
mengembangkan kurikulum tersebut.
Model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk
mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyuluruh. Hal
ini berarti model pengembangan kurikulum yang baik adalah model yang dapat
membantu para pengembang kurikulum dalam mengembangkan kurikulum
dilapangan. Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum, maka
fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru adalah :
1. Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang
sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan.
2. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah
kurikulum tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di
lapangan, yang mungkin selama ini guru hanya mengetahui bahwa
kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap saji., padahal melalui proses yang
26. Pengembangan Kurikulum Buku 1
panjang sesuai dengan model mana yang dipilih oleh pengembang
kurikulum atau pengambil kebijaksanaan.
3. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi,
karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau
dibutuhkan oleh siswa.
4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian
tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai guru.
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang
model pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang
nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan.
B. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan
Gay dalam Finch (1984) mengemukakan ada empat model desain dalam
proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential model,
pragmatic model, dan technical model.
1. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan
logika ilmiah sebagai basis dalam penetapan kurikulum. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan pendekatan struktur yang sesuai dengan
disiplin ilmu atau disiplin ilmu untuk membentuk isi kurikulum. Model ini
cocok untuk para calon-calon profesional dalam suatu bidang tertentu.
2. Experiential Model : berorientasi pada ”learned centered and activity-
oriented” person and process oriented. Model ini cocok untuk
pengembangan individu/guru
3. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan
dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi
kegiatan perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum
harus disesuaikan dengan kondisi lokal tidak boleh keluar dari ”school
27. Pengembangan Kurikulum Buku 1
setting”. Model ini cocok relevan untuk diterapkan dalam konteks
pelatihan bisnis atau industry
4. Technical Model : dalam model ini pembelajaran dipandang sebagai suatu
”sistem”. ”Sistem” dapat dipahami terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan. Sebuah sistem akan efektif dan efisien apabila dikontrol
dengan manajemen yang bagus. Dalam model ini, komponen-komponen
seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan yang spesifik, pemilihan
materi, metode, dan penetapan evaluasi merupakan bagian yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Model ini cocok diterapkan untuk proses
belajar mengajar dalam pendidikan teknologi dan kejuruan .
C. Tinjauan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum
Gambar 1: Vocational Program System
TRANSFORM ATION
(Vocational Program )
ENVIRONM ENT
(School, Com m unity, Business,
Industry, Goverm entn Etc)
INPUT
(Student)
OUTPUT
(Program G raduates)
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)
28. Pengembangan Kurikulum Buku 1
VIII. IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN
A. Mengenal Direct Instruction
Direct instruction dapat diartikan sebagai model pengajaran langsung.
Akan tetapi banyak orang lebih suka mengganti kata pengajaran dengan
pembelajaran, sehingga lebih lazim disebut model pembelajaran langsung.
Penggunaan kata pembelajaran lebih disukai karena terkesan bahwa dalam
kegiatan belajar, siswa aktif terlibat. Beberapa orang menganggap kata
pengajaran lebih berkesan hanya guru yang aktif dalam kegiatan belajar,
sementara siswa pasif.
Robert E. Slavin dalam bukunya Educational Psychology dari Johns
Hopkins University yang diterbitkan oleh Needham Height Allyn and Bacon,
Boston mendefinisikan direct instruction sebagai sebuah pendekatan mengajar
di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan
distrukturisasi oleh guru. (Direct istruction is an approach to teaching in which
lessons are goal-oriented and structured by the teacher – p.231).
Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model
pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat
melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah
demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat
dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model
yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows,
1985 menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung) ini dengan
istilah pengajaran aktif. Atau diistilahkan sebagai mastery teaching (mengajar
tuntas) oleh Hunter, 1982. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986
disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction).
29. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction
(model pembelajaran langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode
ceramah, metode kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama
(tidak sinomim). Model pembelajaran langsung atau direct instruction
menuntut siswa untuk mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung ini tentu saja dapat dibedakan dari
model pembelajaran lainnya karena ia memiliki karakteristik atau ciri-ciri
tersendiri. Berikut beberapa karakteristik model pembelajaran langsung :
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian hasil belajar.
2. Adanya sintaks atau pola keseluruhan kegiatan pembelajaran.
3. Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.
Pada umumnya, para ahli teori pembelajaran pada umumnya
membedakan pengetahuan ke dalam dua (2) jenis, yaitu pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan mengenai sesuatu dan dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Contoh pengetahuan deklaratif misalnya bahwa presiden RI dipilih melalui
pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Contoh lain pada sebuah
konstruksi kuda-kuda terdapat bermacam komponen. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sessuatu. Contoh pengetahuan prosedural misalnya, bagaimana tata cara dan
langkah-langkah pelaksanaan pemilu di Indonesia. Atau, bagaimana cara
melakukan perkaitan kuda-kuda kayu.
Kembali ke tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai bila
mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction),
model pembelajaran ini dirancang khusus untuk mengembangkan
30. Pengembangan Kurikulum Buku 1
pembelajaran siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural
maupun pengetahuan deklaratif yang tersusun dengan baik dan dapat
diajarkan selangkah demi selangkah.
B. Alasan-Alasan Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran Langsung
1. Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction Pada Tahap
Perencanaannya Menggunakan Analisis Tugas (Task Analysis) yang
Merupakan Perwujudan dari Analisis Sistem (System Analysis).
Analisis sistem adalah suatu teknik yang mempelajari bagaimana
cara menguraikan bagian-bagian dari sesuatu yang utuh, sehingga bagian-
bagian itu dapat diajarkan melalui langkah-langkah yang jauh lebih
pendek. Analisis sistem merupakan landasan teori mengapa model
pembelajaran langsung disarankan untuk digunakan dalam sebuah
pembelajaran di kelas.
Sejatinya, analisis sistem berawal dari bermacam bidang
pengetahuan, yang telah mempengaruhi pola berpikir saat melaksanakan
berbagai penelitian dan pengembangan. Beberapa bidang yang sering
menggunakan analisis sistem adalah bidang biologi, proses belajar, teori
organisasi, dan teori sosial. Dalam melakukan analisis sistem, dipelajari
hubungan-hubungan dan keterkaitan-keterkaitan yang terdapat antar
komponen-komponen bagian yang saling bergantung yang telah
menyusun suatu kesatuan. Pada bidang biologi kita mengenal sistem yang
disebut ekosistem, terdiri dari komponen biotik (makhluk hidup) dan
komponen abiotik (makhluk tak hidup). Komponen biotik dan abiotik
menyusun ekosistem dan saling bergantung satu sama lain. Contoh sistem
yang lain misalnya perdagangan internasional.
Secara khusus dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di kelas-
kelas, analisis sistem mengkaji bagaimana organisasi pengetahuan dan
31. Pengembangan Kurikulum Buku 1
keterampilan, kemudian bagaimana sebuah keterampilan kompleks
diuraikan menjadi komponen-komponen bagian yang lebih sederhana
sehingga memudahkan guru dan siswa untuk mengajarkan/mempelajari
komponen-komponen bagian keterampilan kompleks tersebut secara urut
dan logis. Penerapan analisis sistem saat melakukan perencanaan
pembelajaran langsung disebut sebagai analisis tugas (task analysis).
2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Didasarkan pada Teori
Pemodelan Tingkah Laku (Teori Belajar Sosial)
Albert Bandura (1977) dalam buku Social Learning Theory yang
diterbitkan oleh Englewood Cliffs – Prentice Hall, telah mengemukakan
gagasan yang sangat logis: “proses belajar akan sangat menguras energi
dan waktu, bahkan berbahaya, bilamana manusia harus menggantungkan
diri mereka sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri (menemukan
sendiri). Untung saja, sebagian besar tingkah laku seseorang dapat
diperoleh/dipelajari melalui pengamatan (observasi), lalu dilakukan
pemodelan (peniruan) terhadap tingkah laku orang lain, kemudian orang
yang belajar tersebut akan dapat membentuk pemahamannya sendiri
tentang bagaimana melakukan tingkah laku baru yang ditirunya itu. Oleh
sebab pebelajar (orang yang belajar) dapat belajar dari contoh (model)
yang ditirunya, paling tidak dalam bentuk yang mendekati atau mirip
sebelum mereka melakukan tingkah laku (kegiatan) tertentu yang sifatnya
baru bagi mereka, maka pebelajar dapat terhindar dari melakukan
kekeliruan-kekeliruan yang tidak perlu.
Para ahli psikologi pendidikan penganut Teori Pemodelan Tingkah
Laku meyakini bahwa suatu tingkah laku dipelajari apabila pebelajar
(pengamat) memperhatikan dengan sadar tingkah laku yang ingin
dipelajarinya. Misalnya, jika anda sedang makan mie bersama seseorang
yang menggunakan sumpit sebagai alat makan, dan anda tidak pernah
32. Pengembangan Kurikulum Buku 1
menggunakan sumpit sebelumnya, maka anda akan memperhatikan
dengan sadar dan sungguh-sungguh bagaimana orang tersebut memegang
sumpit di sela-sela jarinya, lalu memperhatikan bagaimana ia mulai
mencapit helaian-helaian mie dengan ujung sumpit. Saat melakukan
pengamatan secara sadar itu, anda akan menyimpan cara menggunakan
sumpit itu di ingatan jangka panjang (long-term memory). Saat itu anda
belum melakukan tingkah laku yang diamati itu (memegang sumpit dan
mencapit mie), oleh sebab itu belum ada konsekuensi secara tingkah laku
(reinforcement), yang diperlukan sebagai langkah selanjutnya agar proses
belajar makan mie dengan sumpit dapat terjadi.
Teori belajar sosial atau teori belajar pemodelan tingkah laku ini
dianggap sebagai penyumbang terbesar landasan penerapan model
pembelajaran langsung (direct instruction) di kelas.
Ada 3 (tiga) tahap pemodelan tingkah laku menurut Bandura,
yaitu: (a) perhatian atau atensi; (b) retensi; dan (c) produksi.
a. Tahap Atensi atau Perhatian
Berdasarkan hasil penelitian, pengamat (pebelajar) akan dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku itu
dapat diamati dengan jelas dan tidak terlalu kompleks. Di sinilah
peranan analisis tugas (task analysis) letaknya. Guru yang
menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) di
kelasnya harus dapat :
1). Memperoleh Perhatian Siswa.
Untuk memperoleh perhatian atau atensi awal dari siswa, guru
dapat menggunakan isyarat-isyarat seperti tepuk tangan,
benda-benda aneh dan atau menarik. Selanjutnya, guru dapat
33. Pengembangan Kurikulum Buku 1
pula mengarahkan perhatian saat berbicara tentang pokok-
pokok penting yang sedang dibicarakannya dengan
mengatakan ”lihatlah ke arah saya, perhatikan baik-baik” dan
sebagainya.
2). Memudahkan Pengamatan Siswa
Suatu tingkah laku yang kompleks akan sulit diamati siswa
walaupun telah dimodelkan dengan amat baik. Karena itu, guru
perlu melakukan analisis tugas (task analysis). Misalnya saat
mengajarkan bagaimana melakukan dribble dalam permainan
basket (sebuah keterampilan yang cukup kompleks), maka guru
dapat mengajarkan per komponen, misalnya bagaimana cara
menyentuh atau memegang bola pada saat melakukan dribble,
bagaimana posisi badan, bagaimana posisi kaki dan langkah-
langkah kaki, bagaimana arah pandangan mata, dan
sebagainya, sedemikian rupa sehingga keterampilan itu lebih
mudah diamati untuk ditiru. Memperkenalkan melulu
keseluruhan keterampilan yang kompleks, tanpa melakukan
analisis tugas, dapat memberatkan kemampuan dan kapasitas
perhatian siswa dan mengakibatkan terjadinya kesalahan-
kesalahan.
b. Retensi
Retensi (ingatan) terhadap sebuah perilaku yang teramati
dapat dimantapkan bila saja pengamat (pebelajar) mampu membuat
hubungan pengamatannya tadi dengan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Untuk melakukan ini, guru yang mengimplementasikan
model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya dapat:
34. Pengembangan Kurikulum Buku 1
1). Memberikan Kaitan Keterampilan Baru yang akan Dipelajari
dengan Pengetahuan (Bekal) Awal Siswa
Untuk melakukan pengaitan keterampilan baru yang akan
dipelajari dengan pengetahuan (bekal) awal siswa, misalnya
terkait pembelajaran melakukan dribble pada permainan bola
basket, guru dapat meminta siswa mengingat-ingat kembali
bagaimana bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang
harus dilakukannya saat melakukan shoot ke ring (bila sudah
diajarkan).
2). Meyakinkan Bahwa Telah Terbentuk Retensi Jangka Panjang
Untuk meyakinkan bahwa telah terbentuk retensi jangka
panjang pada diri siswa, guru bisa memberikan pelatihan
lanjutan, sehingga siswa mempunyai kesempatan mengulang-
ulang keterampilan baru yang dipelajarinya baik secara fisik
maupun mental. Siswa dapat melakukannya setahap demi
setahap sebagaimana hasil analisis tugas yang diberikan guru.
c. Produksi
Pada model pembelajaran langsung dikenal suatu istilah
pemodelan korektif. Pemodelan korektif adalah bahwa ketika siswa
memodelkan ulang tingkah laku (keterampilan) yang dsedang
dipelajarinya, maka dilakukan umpan balik yang sifatnya segera untuk
memperbaiki bila terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam meniru
(memodelkan) tingkah laku (keterampilan) baru tersebut. Untuk
melakukan pemodelan korektif ini guru dapat:
35. Pengembangan Kurikulum Buku 1
1). Memastikan Sikap Positif Terhadap Keterampilan Baru
Guru yang baik saat siswa memodelkan (menirukan) tingkah
laku atau keterampilan baru harus selalu mendapatkan pujian-
pujian yang sifatnya positif, dan bila sisw dan melakukan
kekeliruan-kekeliruan hendaknya segera diberikan koreksi
dengan menunjukkan letak masalah dan bagaimana cara
memperbaiki kekeliruan-kekeliruan itu.
2). Memperbaiki Subketerampilan yang Salah
Pada suatu pemodelan keterampilan kompleks seperti
melakukan dribble bola, mungkin siswa masih belum
melakukannya dengan sempurna. Bila tidak sempurna, tentu
saja ada bagian-bagian komponen keterampilan
(subketerampilan) yang masih salah. Untuk mengatasi hal ini
guru harus kembali memberikan contoh lalu meminta siswa
mengamati dan memodelkan ulang hingga subketerampilan itu
benar-benar ia kuasai dengan baik.
C. Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang baik harus berpatokan pada beberapa syarat
berikut:
a. Mengacu pada siswa
b. tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) jelas
c. Mengandung kriteria keberhasilan (tingkat pencapaian kinerja yang
diharapkan)
d. Bersifat spesifik (khusus)
e. Uraian Memilih Materi Pembelajaran
36. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus mengacu
kepada tuntutan kurikulum. Cara pemilihan materi seperti ini merupakan
cara paling mudah dan terjamin efektivitasnya, karena kurikulum telah
disusun oleh para pakar psikologi pendidikan terkait dengan pengetahuan
awal prasyarat. Kurikulum sekolah telah dirancang sedemikian rupa
sehingga strukturnya (urutan, kedalaman, dan keluasannya) sesuai dengan
perkembangan peserta didik (siswa).
Walaupun demikian, sebaiknya guru, dalam memilih materi
pembelajaran harus memahami : (a) prinsip ekonomi ; dan (b) prinsip
power. Hal ini telah lama dikemukakan oleh pakar psikologi pendidikan
Jerome Brunner dalam bukunya yang berjudul On Knowing: Essays for The
Left Hand yang diterbitkan oleh Cambridge, Mass: Harvard University pada
tahun 1962.
1). Prinsip Ekonomi dalam Menentukan Materi Pembelajaran
Kenyataan di kelas, berdasarkan banyak hasil penelitian, guru
telah menyajikan banyak presentasi dan demonstrasi yang tidak
efektif. Guru seringkali menyajikan terlalu banyak informasi yang
sifatnya justru tidak relevan dan tidak penting. Akibatnya justru
sangat buruk. Presentasi dan demostrasi yang terlalu panjang dan
bertele-tele justru membuat siswa akan mengalami kesulitan untuk
memahami ide-ide dan keterampilan pokok yang harus mereka
pelajari.
Penggunaan prinsip ekonomi dalam menentukan materi
pembelajaran maksudnya, guru harus betul-betul
mempertimbangkan seberapa banyak informasi yang akan disajikan
selama alokasi waktu tertentu. Prinsip ekonomi apabila digunakan
oleh guru saat merencanakan pembelajaran langsung, akan
membuat guru lebih terdorong untuk memberikan rangkuman
37. Pengembangan Kurikulum Buku 1
singkat mengenai ide-ide atau keterampilan-keterampilan pokok
saja dan dilakukan beberapa kali selama kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan prinsip ekonomi dalam penentuan materi pembelajaran
untuk model pembelajaran langsung ini akan memberikan
kemungkinan kepada guru untuk memilih suatu konsep yang penting
dan sulit kemudian menjadikannya jelas dan mudah bagi siswa.
Prinsip ekonomi tidak menghendaki guru memilih konsep-konsep
mudah lalu justru menjadikan konsep itu kabur dan menjadi tampak
sulit karena penjelasan yang bertele-tele.
Jadi kesimpulannya, dengan menerapkan prinsip ekonomi
dalam menentukan materi pembelajaran pada model pembelajaran
langsung (direct instruction), guru melakukan pembatasan tujuan
pembelajaran untuk mengoptimalkan alokasi waktu, sarana
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, atau hal-hal lainnya
saat memberikan penjelasan secara lisan (verbal) atau selama
demonstrasi.
2). Prinsip Power dalam Menentukan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang disajikan oleh guru akan memiliki
power (kekuatan) bila materi pembelajaran yang telah dipilih
disajikan secara lugas dan logis. Materi pembelajaran harus
diorganisasikan secara logis sehingga siswa memperoleh kemudahan
untuk mempelajari hubungan antara fakta-fakta, prinsip-prinsip,
atau konsep-konsep kunci dalam suatu pokok bahasan.
Perlu dicatat bahwa prinsip ekonomi dan prinsip power dapat
diterapkan oleh semua guru dan tidak dibatasi oleh kemampuan dan
cara mengajar guru. Prinsip ekonomi dan prinsip power lebih
ditentukan oleh aspek-aspek perencanaan. Jadi kunci kesuksesan
model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menerapkan
38. Pengembangan Kurikulum Buku 1
kedua prinsip ini adalah perencanaan. Sebuah presentasi atau
demonstrasi yang monoton sekalipun akan jauh memberikan hasil
yang lebih baik dibanding presentasi dan demontsrasi yang
menyenangkan dan dinamis tetapi kacau balau dan bertele-tele.
2. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)
Sebelum melakukan pembelajaran yang mengimple-mentasikan
model pembelajaran langsung (direct instruction), guru harus selalu
melakukan analisis tugas (task analysis). Tahapan ini bukanlah sebuah
pekerjaan yang sulit. Analisis tugas (task analysis) hanya memerlukan
kecermatan seorang guru saat merencanakan model pembelajaran
langsung.
Apa yang dimaksud dengan analisis tugas? Analisis tugas (task
analysis) adalah sebuah teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru
membagi-bagi suatu keterampilan yang kompleks menjadi komponen-
komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan dengan pola sesuai
urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.
Pada kenyataannya, sebuah keterampilan yang kompleks tidak
dapat dipelajari dengan mudah dalam satu waktu tertentu melalui
pemodelan (demonstrasi). Keterampilan tersebut harus diajarkan bagian
per bagian secara berurutan. Pengetahuan atau keterampilan yang
kompleks harus dipecah menjadi komponen-komponen bagian,tahap
demi tahap. Bayangkan, bagaimana siswa dapat menarikan Tari Pendet
dengan baik bila setiap bagian gerakan tidak diajarkan atau
didemonstrasikan satu per satu secara berurutan? Atau, siswa tentu tidak
akan dapat melakukan pengamatan benda-benda mikroskopis bila mereka
tidak diajarkan sub-sub keterampilan melakukan pengamatan dengan
mikroskop.
39. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Guru, pada saat melakukan perencanaan model pembelajaran
langsung (direct instruction) dengan mudah dapat melakukan analisis
tugas (task analysis) dengan cara:
a. Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat
melakukan keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang
tersebut melakukan keterampilan tersebut. Bila guru sendiri juga
menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi. Guru tinggal
melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
b. Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi
komponen-komponen bagian (keterampilan-keterampilan bagian).
c. Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan
yang logis sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian
akan menjadi keterampilan prasyarat bagi keterampilan balian yang
lain.
d. Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau
mendemonstrasikan setiap keterampilan bagian tersebut, lalu
mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh yang
harus dipelajari siswa tersebut.
3. Merencanakan Alokasi Waktu
Perencanaan alokasi waktu dalam implementasi model
pembelajaran langsung (direct instruction) adalah sangat vital.
Kemampuan guru mengenali seberapa kemampuan dan bakat siswa untuk
mengikuti suatu pembelajaran langsung dengan materi tertentu akan
sangat membantu penetuan alokasi waktu yang sesuai. Pada umumnya
guru yang kurang berpengalaman (guru yang masih muda) cenderung
memberikan alokasi waktu yang terlalu sedikit. Mereka menaksir terlalu
40. Pengembangan Kurikulum Buku 1
rendah jumlah jam yang dibutuhkan untuk mengajarkan suatu
pengetahuan atau keterampilan.
Sewaktu melakukan perencanaan alokasi waktu, guru harus
mempertimbangkan :
a. Apakah waktu yang disediakan cukup, sesuai dengan kemampuan
siswa?
b. Pemberian motivasi kepada siswaa, sehingga semua tetap berada
dalam tugas belajarnya dengan atensi (perhatian) yang optimal. Ingat,
model pembelajaran langsung (direct instruction) sebagai model
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menuntuk
siswa selalu memiliki perhatian yang optimal terhadap penjelasan atau
demontrasi yang diberikan oleh guru.
4. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas
Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction)
membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang melakukan
presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas juga menjadi
sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi tempat duduk dan
pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah mengamati
semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada
posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat
dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas
tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model pembelajaran
langsung (direct instruction).
41. Pengembangan Kurikulum Buku 1
D. Cara Mengimplementasikan Model Pembelajaran Langsung
Model pengajaran langsung atau yang lebih dikenal sebagai model
pembelajaran langsung tentu saja pengelolaan pelaksanaannya berbeda
dengan model pembelajaran lain seperti model pembelajaran kooperatif atau
model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Berikut ada beberapa tips
yang dapat kita ikuti untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini di
kelas.
1. Tips agar Implementasi Model Pembelajaran Langsung Sukses
a. Pusatkan Perhatian Siswa
Siswa harus memiliki perhatian yang terpusat kepada guru pada saat
guru melakukan presentasi atau demonstrasi. Ini adalah kunci sukses
yang harus diyakinkan dipegang oleh guru selama pembelajaran
dengan model direct instruction berlangsung. Terpusatnya perhatian
(atensi) siswa akan membantu siswa untuk mengetahui detail-detail
dari keterampilan atau pengetahuan yang sedang dipresentasikan
atau didemonstrasikan oleh guru. Ingat, model pembelajaran
langsung didasarkan pada Teori Pemodelan Tingkah Laku atau Teori
Pembelajaran Sosial. Pembicaraan antar siswa hanya diperbolehkan
pada saat diberikan kesempatan untuk berdiskusi. Tidak pada saat
presentasi atau demonstrasi oleh guru.
b. Lakukan Presentasi atau Demonstrasi dengan Baik dan Efektif
Guru harus melakukan presentasi dan demonstrasi dengan baik.
Penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction)
mensyaratkan ini. Prinsip ekonomi dan prinsip power sebagaimana
telah diuraikan pada tulisan Merencanakan Implementasi Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) harus diterapkan.
42. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Prensentasi dan demonstrasi harus dilakukan secara singkat, per sub
komponen keterampilan, dengan urutan yang logis. Guru harus
bersikap aktif, agar siswa tidak kehilangan atensi terhadap presentasi
dan demonstrasi yang sedang dilakukan.
c. Jaga Motivasi Siswa agar Selalu dalam Level yang Cukup
Membuat siswa tetap termotivasi selama kegiatan pembelajaran
bukanlah hal yang mudah. Tetapi, dalam implementasi model
pembelajaran langsung (direct instruction) hal ini sangatlah penting
dan krusial, lebih-lebih siswa harus memperhatikan setiap presentasi
dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Karena itu guru harus
mengatur tempo pembelajaran, penanganan siswa yang mengganggu
proses pembelajaran sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain,
dan untuk melakukan ini diperlukan teknik-teknik tersendiri.
d. Sediakan Lingkungan Belajar yang Baik
Sedikit sudah disebut di tips ketiga di atas bahwa guru harus
membuat suasana kelas kondusif untuk membuat siswa tetap fokus
pada presentasi atau demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Selain
mengatur tingkah laku siswa yang mungkin dapat mengganggu
kelancaran pembelajaran atau perhatian siswa lain maka penataan
ruangan dan susunan tempat duduk juga menjadi kunci penting
kesuksesan pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct
instruction) ini. Lingkungan belajar dengan ruangan yang memiliki
penerangan yang cukup, pengaturan tempat duduk yang
memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan presentasi atau
demonstrasi dari guru, hingga hal-hal kecil lainnya dapat
mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran
langsung.
43. Pengembangan Kurikulum Buku 1
e. Terapkan Strategi-Strategi Mengajar yang Baik
Strategi-strategi mengajar yang baik diperlukan untuk menjamin
keadaan lingkungan belajar yang sesuai untuk pelaksanaan model
pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Guru perlu memiliki
kemampuan mengatur giliran keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan guru,
melakukan latihan, dan sebagainya. Selain itu strategi-strategi
khsusus untuk penanganan siswa yang suka berbicara, siswa yang
menyimpang tingkah lakunya dari kegiatan pembelajaran juga sangat
penting. Di bawah ini akan dibahas secara khusus strategi-strategi
mengajar yang penting diterapkan pada model pembelajaran
langsung (direct instruction).
2. Strategi-Strategi Mengajar yang Penting Diterapkan pada Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Beberapa strategi penting untuk diterapkan pada model
pembelajaran langsung (direct instruction) antara lain: (a) penanganan
siswa yang suka berbicara; (b) pengaturan tempo pembelajaran; (c)
penanganan penyimpangan tingkah laku siswa; dan (d) pengaturan
partisipasi (giliran).
a. Penanganan Siswa yang Suka Berbicara
Siswa yang suka berbicara dan bertanya di luar waktu yang
tepat yang telah disediakan guru dapat mengganggu kemulusan
presentasi atau demonstrasi guru. Siswa yang seperti ini dapat
memperlanbat tempo pembelajaran. Tingkat keseriusan masalah
yang diakibatkan oleh siswa yang suka bicara dan bertanya bisa
macam-macam, mulai dari yang sekedar mengganggu presentasi atau
44. Pengembangan Kurikulum Buku 1
demonstrasi guru, hingga yang mengganggu keseluruhan kelas
(termasuk siswa lain) yang sedang memperhatikan guru.
Untuk pencegahan terjadi perilaku siswa yang kontraproduktif
dengan pembelajaran langsung ini, maka guru harus mempunyai
peraturan untuk diberlakukan, misalnya, untuk bertanya siswa harus
memanfaatkan waktu yang diberikan guru, di luar itu pertanyaan
akan diabaikan. Selain itu, juga harus ada aturan berbicara di kelas.
Peraturan harus dilaksanakan secara konsisten sehingga siswa akan
terbiasa dengannya.
b. Pengaturan Tempo Pembelajaran
Tempo pembelajaran langsung harus diatur sedemikian rupa
sehingga seluruh rangkaian sintaks (fase-fase) pembelajaran langsung
ini dapat berjalan dengan mulus dan efektif. Guru harus memiliki
sensitivitas terhadap tingkah laku siswa yang mungkin akan
mengganggu tempo pembelajaran. Guru juga harus konsisten dengan
sintaks model pembelajaran ini karena seringkali ditemukan di
lapangan guru yang sedang melakukan demonstrasi misalnya, tiba-
tiba menghentikannya walaupun belum selesai karena melontarkan
pertanyaan kepada siswa. Guru juga seringkali lupa fragmentasi
presentasinya sehingga tidak lagi sesuai dengan perencanaan.
Penjelasan yang terlalu panjang lebar di suatu kelas mungkin berguna,
tetapi justru tidak efektif di kelas lain.
c. Penanganan Penyimpangan Tingkah Laku Siswa
Model pembelajaran langsung biasanya diterapkan di dalam
kelas dengan jumlah siswa yang cukup banyak. Di antara sekian
banyak siswa ini biasanya selalu ada yang melakukan berbagai tingkah
laku yang menyimpang dari kegiatan belajar efektif. Mereka dengan
45. Pengembangan Kurikulum Buku 1
tingkah lakunya dapat mengganggu siswa lain di sekitarnya atau
bahkan mengganggu seluruh siswa dan juga guru di kelas itu. Pada
saat seperti ini, tidak penting untuk mencari penyebab penyimpangan
tingkah laku tersebut, karena akan menyita waktu yang cukup
banyak. Hal yang sangat urgen dilakukan guru adalah menghentikan
sesegera mungkin penyimpangan tingkah laku tersebut.
Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mencegah munculnya
perilaku menyimpang yang parah pada siswa. Teknik-teknik seperti:
(1) being with it; (2) overlappingness; dan (3) menghentikan segera
perilaku menyimpang, harus dikuasai oleh guru.
1). Being With It
Being with it adalah suatu istilah untuk memerikan bagaimana
seorang guru selalu awas dengan seluruh siswa yang ada di
kelasnya, bahkan ketika ia sedang berada dalam posisi
memunggungi mereka. Kebanyakan guru berpengalaman
memiliki keterampilan ini. Guru-guru seperti ini seakan
mempunyai “mata” di bagian belakang kepala mereka. Guru-
guru dengan kemampuan being-with-it-ness mampu mengenali
dengan segera siswa yang mulai menunjukkan perilaku
menyimpang dari kegiatan belajar. Bila terjadi sedikit kekacauan
di salah satu sudut kelas, dengan tepat ia akan mampu
mengenali siswa yang harus bertanggung jawab atas kekacauan
itu. Latihanlah yang membuat guru menguasai keterampilan ini.
2). Overlappingness
Guru yang efektif harus mampu melakukan teknik
overlappingness. Artinya guru, mampu melakukan lebih dari
satu kegiatan sekaligus saat melaksanakan model pembelajaran
46. Pengembangan Kurikulum Buku 1
langsung di kelasnya. Contoh overlappingness misalnya, ketika
guru sedang melakukan presentasi tetapi di saat yang sama
mengetahui ada siswa dengan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan aktivitas pembelajaran, maka sembari terus melakukan
presentasi ia berjalan ke arah siswa yang melakukan tingkah
laku menyimpang tadi untuk menghentikannya dengan cara
menyentuh bahunya, tanpa perlu menegur atau menasihatinya.
Dengan demikian guru melaksanakan sekaligus dua kegiatan:
pertama melakukan presentasi dan kedua menghentikan
perilaku menyimpang. Pengalaman dan latihan yang baik juga
membuat keterampilan overlappingness ini akan terasah
sempurna.
3). Menghentikan Segera Perilaku Menyimpang
Kadangkala, di dalam pelaksanaan model pembelajaran
langsung (direct instruction) ada saja siswa yang benar-benar
susah dihentikan perilaku menyimpangnya dengan cara-cara
halus (misalnya mendekati dan menyentuh bahunya, atau
memandang lurus ke arah siswa tersebut untuk memberi isyarat
agar ia berhenti dengan tingkah lakunya yang tidak sesuai itu).
Karena itu siswa tersebut harus segera dihentikan sebelum
gangguan yang ditimbulkannya semakin parah. Untuk ini, guru
dapat melakukannya dengan memberikan langsung peringatan
lisan(walaupun akan mengganggu sesaat kegiatan
pembelajaran) dengan menunjukkan kejelasan maksud dan
ketegasan. Perlu diingat bahwa teguran secara langsung untuk
menghentikan dengan segera perilaku menyimpang ini tidak
boleh dilakukan dengan kata-kata kasar. Ketegasan dan
kejelasan tidak sama dengan kekasaran. Contoh kata-kata yang
47. Pengembangan Kurikulum Buku 1
dapat diucapkan guru untuk menghentikan perilaku
menyimpang siswa selama pelaksanaan model pembelajaran
langsung (direct instruction) misalnya: “Jangan berbicara selagi
saya sedang menjelaskan sesuatu!” Atau “Hentikan segera,
sangat tidak menyukai perbuatan seperti itu!”
3. Pengaturan Partisipasi (Giliran)
Model pembelajaran langsung (direct instruction) seringkali dikritik
karena salah satu kelemahannya adalah peran guru yang terlalu dominan
dalam kegiatan pembelajaran (teacher centered). Akibatnya, seringkali
siswa menjadi sangat pasif. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika guru
benar-benar mempersiapkan pembelajaran langsung dengan baik.
Pengaturan giliran dalam berpartisipasi oleh guru sangat penting. Ia harus
melakukannya secara acak dan tidak boleh terjebak untuk memberikan
kesempatan partisipasi yang terlalu besar kepada siswa-siswa yang duduk
di deretan depan. Guru dapat pula mengubah-ubah posisi berdirinya
dengan tidak melulu berada di depan, tetapi juga sesekali ke sudut-sudut
kelas atau ke bagian belakang jika memungkinkan.
IX. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip-prinsip dasar dalam mengembangkan kurikulum adalah sebagai
berikut :
a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik.
b. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil
pelaksanaan kurikulum.
48. Pengembangan Kurikulum Buku 1
c. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga,
waktu, dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh.
d. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan
jenjangpendidikan disusun secara berkesinambungan.
e. Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlaku untuk semua
anak terdapat pula kesempatan bagi anak mengambil program-
program pilihan.
f. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan
antara berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan
kepribadian yang terpadu.
2. Ada beerapa cara atau langkah dalam mengembangkan kurikulum
diantaranya, mengadakan penilaian umum tentang sekolah, menyelididki
berbagai kebutuhan, Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya,
Mengajukan saran perbaikan, Menyiapkan desai perencanaanya yang
mencakup tujuan, Memeilih anggota panitaia, sedapat mungkin sesuai
dengan kompetensi masing-masing, mengawasi pekerjaan panitia,
melaksanakan hasil panitia oleh guru dalam kelas, menerapkan cara-cara
evaluasi, memantapkan perbaikan.
3. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang
menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku
dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai
berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2)
pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran
yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5)
distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan
dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai,
misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya.
Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
49. Pengembangan Kurikulum Buku 1
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau
pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa
fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan
model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu
dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
4. Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung sebagai berikut:
a. Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan
sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan
orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk
orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3)
memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan
dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)
menginformasikan kerangka pelajaran.
b. Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik
berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat
berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga
materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2)
pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-
langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang
sulit.
c. Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk
melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini
adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan
50. Pengembangan Kurikulum Buku 1
memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
d. Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan
terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
e. Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan
secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-
tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
B. Rekomendasi
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok
untuk diterapkan dalam pembelajaran :
1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep
kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
2. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang
memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang
berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
4. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan
intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung
oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung
pada jawaban yang logis)
51. Pengembangan Kurikulum Buku 1
5. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk
dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan
penerapan.
6. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
7. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu
sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
8. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk
memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau
independen.
9. Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi
dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
10. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat
pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
53. Pengembangan Kurikulum Buku 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Hargreaves. A. 1995. A changing teachers, changing times. New York, NY: Teachers ,
College Press.
2. Fennema, E. & Franke, M.L. 1992. “Teachers’ knowledge and its impact.” Dalam
Grouws, D.A. (Ed.). Handbook of research on mathematics teaching
andlearning (pp. 147-164). New York, United States: MacMillan.
3. Mukhidin (2009) , dkk , Kajian Penyelenggaran SMK 3+1, Universitas Pendidikan
Indonesia
4. ……………UU No. 20 tahun 2003 Sistim Pendidikan Nasional, Depdiknas
5. S. Nasution, 2008, Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara
6. Nana Sudjana, 2005, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar
Baru Algensindo
7. Wina Sanjaya, 2005 Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, ………………
8. Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung
9. Akhmad Sudraj http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-
pengembangan-kurikulum/
10. …………..Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jenjang
Pendidikan Dasardan Menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan
11. Curtis R.Finch dan John R.Crunkilton, 1984, CURRICULUM DEVELOPMENT IN
VOCATIONAL and TECHNICAL EDUCATION : Planning, Content, and
Implementation, Allyn and Bacon Inc
12. Sumadi..http://sumadiklaten.wordpress.com/2009/04/14/pendidikan-kejuruan-
berbasis-kompetensi
54. Pengembangan Kurikulum Buku 1
13. Tippelt, Rudolf dan Amoros, Antonio (2003), Pendidikan Kejuruan Berbasis
Komptensi, Kumpulan Materi Seminar: Pembelajaran bagi Para Pembelajar,
Terjemahan oleh Wenny Schmidt, Mannheim-Jerman: Internationalle
Weiterbildung und Entwicklung (InWEnt) gGmbH.
14. Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya.
15. Muhammad Faiq ..http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/direct-
instruction-model-pembelajaran-langsung.html
16. Mohamad Nur, 2011, Model Pengajaran Langsung, Pusat Sains dan Matematika
Sekolah, Surabaya
17. BNSP, 2006, Panduan Penyusunan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan, Depdiknas
18. Trianto, 2012, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta
19. Ratna Wilis Dahar, 1988, Teori-Teori Belajar, Depdikbud, Jakarta
20. ……………Kurikulum SMK Negri 2 Samarinda, edisi 2010
21. Arifah A. Riyanto, 2009, Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Pengembangan Serta Implementasinya, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
55. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas bimbingan Nya tulisan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami berharap mudah-mudahan tulisan ini
dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pengembangan peserta didik dalam
pembelajaran.
Kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan sebagai
akibat dari kemajuan IPTEK menuntut pendidikan pada jenjang persekolahan harus
menyesuaikan dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Materi dan
pengalaman belajar yang diberikan di sekolah harus bermanfaat untuk bekal kehidupan
peserta didik. Perubahan-perubahan tersebut bukan hanya menuntut perbaikan kualitas,
akan tetapi juga perlu penyesuaian kurikulum. Kurikulum yang bersifat content oriented
dan berisi materi pelajaran yang bersifat fakta lepas-lepas perlu direvisi. Revisi atau
perubahan tersebut diarahkan pada proses pendidikan yang lebih berorientasi kepada
penyediaan bagi peserta didik kompetensi-kompetensi yang berguna bagi kehidupannya.
Perubahan di bidang pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya kurikulum
yang dapat mengakomodasi perubahan yang terjadi itu. Kurikulum berbasis kompetensi
merupakan upaya untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan intelektual,
emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Kompetensi yang dikembangkan
adalah keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan,
ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.
Jika dalam tulisan ini banyak terdapat kekurangannya dengan senang hati akan
kami terima sebagai kritik yang membangun dan dapat untuk memperbaiki menjadi lebih
baik.
Surabaya, 25 Mei 2013
Penulis
56. Pengembangan Kurikulum Buku 1
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………………… ii
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………. 1
II. MAKSUD PENULISAN ………………………………………………………………………… 4
III. BATASAN PENULISAN …………………………………………………………………………. 4
IV. TUJUAN PENULSAN ………………………………………………………………………….. 4
V. PENGERTIAN KURIKULUM ………………………………………………………………… 5
VI. PENGEMBANGAN KURIKULUM PTK
A. Pengembangan Kurikulum ………………………………………………………. 7
B. Karakteristik Kurikulum PTK ……………………………………………………. 11
C. Pendidikan Kejuruan Berbasis Kompetensi …………………………………. 14
VII. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Fungsi Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru …………………… 25
B. Model Desain Pengembangan Kurikulum ………………………………….. 26
C. Tinjauan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum ………………….. 27
VIII. IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN
A. Mengenal Direct Instruction ………………………………………………………. 28
B. Alasan-Alasan Mengapa ……………………………………………………………. 30
C. Perencanaan Model (Direct Instruction) …………………………………… 36
D. Cara Mengimplementasikan Model ………………………………………….. 41
IX. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………. 47
B. Rekomendasi ……………………………………………………………………………….. 50
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………… 53
LAMPIRAN CONTOH MODEL (Buku 2)
58. Pengembangan Kurikulum Buku 1
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Studi Kasus untuk Standar Kompetensi
MEMBUAT KUDA-KUDA KAYU
Prosedur Perakitan Kuda-Kuda
Dengan Metode Pembelajaran Langsung
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Teknologi Kejuruan
Dosen Pengampu :
Dr. Tri Rijanto, M.Pd, MT
Dr. Soerjanto, M.Pd
Disusun oleh:
Mohammad Yasin NIM.127895035
PASCA SARJANA
PROGRAM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013