1. A. AL-QUR’AN
1. Pengertian Al-Qur‟an
Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab qara‟a yang berarti bacaan, sedangkan menurut istilah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan pelantara Malaikat Jibril menjadi
mukjizatnya tertulis dalam bahasa Arab dan membacanya merupakan ibadah.
2. Peristiwa Turunnya Al-Qur‟an
Al-Qur‟an diturunkan pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Milady yaitu tahun
kelahiran Nabi Muhammad, maka peristiwa itu disebut Nuzulul Qur‟an.
Cara diturunkannya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
a. Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hatinya.
b. Malaikat Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dalam wujud laki-laki yang
mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau hafal dan mengetahui.
c. Wahyu yang datang diiringi bunyi gemerincing lonceng. Cara ini paling berat dirasakan oleh
Rasulullah. Ayat Al-Qur‟an yang diturunkan pertama kali adalah QS. Al-„Alaq ; 1-5 dan yang
terakhir adalah QS. Al-Maidah:3
3. Nama lain Al-Qur‟an
a. Al-Kitab
b. Al-Huda (petunjuk)
c. Al-Furqon (Pembeda)
d. Az-Zikr (peringatan)
e. Al-Bayan (Keterangan/bukti nyata)
f. As-Suhuf (lembaran)
4. Fungsi Al-Qur‟an
Manfaat Al-Qur‟an diturunkan kepada manusia adalah sebagai berikut :
a. Sebagai petunjuk bagi menusia agar hidupnya diatas jalan yang benar dan diridhai Allah.
b. Nikmat dan karunia dari Allah bagi orang yang beriman.
c. Kabar gembira bagi orang yang beriman.
d. Peringatan bagi manusia yang ingkar tentang siksa api neraka.
5. Kedudukan Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum utama dan pertama atau sumber dari segala sumber hukum
islam.Adapun isi dalam Al-Qur‟an tersebut mengatur hukum-hukum yang berkaitan dengan
kehidupan manusia, baik hubungan antara manusia dengan Allah atau hubungan antara manusia
dengan sesamanya. Seandainya orang beriman menghadapi suatu masalah hendaknya dikembalikan
pada hukum Al-Qur‟an dan sunnah. Sebagaimana firman Allah :
2.
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Berdasarkan ayat tersebut apabila kita mempunyai masalah, maka sebagai prinsip atau pegangan
dalam menyelesaikannya adalah Al-Qur‟an dan sunnah. Selain itu, kita harus taat pada aturan yang dibuat
oleh pemimpin kita. Berpegang pada Al-Qur‟an dan sunnah merupakan jalan menuju keselamatan dan
kebahagiaan dunia akhirat.
B. HADIS
1. PengertianHadis
Menurut bahasa, hadis artinya baru, dekat, dan berita. Adapun menurut istilah, hadis adalah segala
ucapan,perbuatan dan keadaan Rasulullah SAW atau segala berita yang bersumber dari Allah.
2. Fungsi Hadis
Berikut ini adalah fungsi hadis bagi manusia,
A. Bayan at-taqrir, yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-quran. Jadi
fungsi hadis hanya memperkukuh kedudukan Al-quran.
“Apabila kalian melihat bulan,maka berpuasalah dan jika kalian melihatnya (yang keduakalinya) maka
berbukalah” (H.R Muslim)
Hadis tersebut memperkuat ayat Al-quran sebagai berikut :
3. …karena itu, Barang siapa di antara kamu hadir di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa… (QS. Al-
Baqarah ; 185)
B. Bayan at-tafsir, yaitu hadis yang berfungsi untuk memberikan penjelasan dalam bentuk sebagai
berikut.
1. Memerinci keglobalan ayat.
Salatlah sebagaimana engkau melihat aku salat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut menjelaskan bagaimana cara mendirikan salat. Dalam Al-quran hanya terdapat perintah
salat, sedangkan caranya tidak ada.
Artinya: “dan laksanakan salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (Q.S. Al-
Baqarah :43)
2. Hadis yang membatasi ayat-ayat Al-quran yang bersifat mutlak.
“Janganlah potong tangan seorang pencuri, melainkan pada (pencurian senilai) seperempat dirham atau
lebih.” (H.R. Muslim)
Hadis tersebut menjelaskan pada ayat berikut.
Artinya : “Adapun orang laki-laki yang mencuri ataupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Ma‟idah : 38)
3. Mengkhusukan terhadap ayat-ayat Al-quran yang bersifat umum.
“Pembunuh tidak berhak mewarisi dari orang yang dibunuh.” (H.R. Ahmad)
4. Hadis tersebut mengkhususkan dari ayat berikut.
Artinya : “Allah mensyaratkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-
anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan…..” (Q.S.
An-Nisa :11)
C. Bayan at-tasyri, yaitu penjelasan hadis yang berupa mewujudkan, mengadakan, atau menetapkan
suatu hukum/syarak yang tidak didapati nasnya dalam Al-quran.
Hadis yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain , hadis tentang penetapan haramnya
mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara istri dan bibinya) hukum merajam pezina wanita yang
masih perawan, dan hukum tentang hak waris seorang anak . Contoh hadis ini sebagai berikut.
“Dan keharaman mengawini wanita karena sebab susuan, sama dengan keharaman mengawini wanita
karena pertalian darah.” (H.R. Muttafaq „Alaih)
3. Kedudukan Hadis.
Dalam hukum islam, hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-quran. Penerimaan hadis
sama dengan penerimaan Al-quran karena dalam islam aturan Allah adalah Al-quran, sedangkan kita juga
diwajibkan menaati Rasul-Nya. Maka dengan pasti kita juga menaati ucapan atau perkataan Rasul yang
berupa hadis. Selain itu, hingga saat ini perlakuan umat islam sama antara Al-quran dan hadis yaitu
memercayai, menerima, mengamalkan, bahkan menghafal dan menyebarluaskan.
Artinya : “…..Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S.
Al-Hasyr :7) Selain ayat Al-quran tersebut kedudukan hadis juga dijelaskan pada hadis berikut :
5. “Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekali yang kalian tidak akan tersesat selagi berpegang teguh pada
keduanya yaitu kitab Allah dan sunah-Ku.” (H.R. Malik)
Dalam bermasyarakat kita diharapkan dengan berbagai persoalan, maka sebagai umat Islam kita
harus memakai hukum Al-quran dan hadis sebagai sumber hukum.
Macam-macam Hadist:
ditinjau dari bentuknya
1. Fi‟li (perbuatan Nabi)
2. Qauli (perkataan Nabi)
3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)
ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya
1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat
mutawir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
ditinjau dari kualitasnya
1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya
yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu‟, yaitu hadits yang palsu.
ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
1. Maqbul, yang diterima.
2. Mardud, yang ditolak.
3. Ijtihad
6. Menurut bahasa : bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, menggunakan pikiran, dan bekerja seoptimal
mungkin.
Menurut istilah : Berusaha bersungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada
ketetapannya, baik dalam hukum Al-Qur‟an maupun hadist yang berpedoman pada cara-cara menetapkan
hukum yang telah ditentukan.
Pembagian Ijtihad
Dilihat dari segi mujtahidnya :
1. Ijtihad Fardi (individu)
Ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid saja.
2. Ijtihad Jama‟i (kolektif)
Ijtihad yang dilakukan oleh sekelompok mujahidin secara bersama-sama.
Menurut Syekh Mahmud Syaltout, kemampuanpun dibagi menjadi 2 :
1. Ijtihad dalam arti menggunakan seluruh kemampuan berpikir untuk menentukan hukum suatu
perkara yang tidak ditentukan secara eksolisit oleh Al-Qur‟an / Sunnah Rasul.
Contoh : Berijtihad dalam menentukan hukum transplantasi (pencangkokan) tubuh manusia.
2. Ijtihad dalam arti menggunakan seluruh kemampuan berpikir sekadar untuk mengartikan,
menafsirkan, dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau hadist yang ada.
Contoh : menafsirkan/menyimpulkan ayat “Au Lamastumum Nisa” (atau kamu menyentuh
wanita). Ayat ini berkaitan dengan hal-hal yang menyebabkan berhadas atau membatalkan
wudhu.
Menurut Imam Syafi‟I, menyentuh wanita yang bukan mahram adalah membatalkan wudhu tetapi
menurut Imam Abu Hanifah, menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu.
A. Kedudukan Ijtihad
Ijtihad dilakukan jika ada suatu permasalahan yang dalam Al-Qur‟an tidak dijelaskan secara
terperinci, demikian pula dalam hadist tidak dijelaskan. Ijtihad adalah sumber dasar ketiga setelah
Al-Qur‟an dan Hadist
B. Lapangan Ijtihad
7. 1. Perkara yang tidak ada dan tidak jelas ketentuan hukumnya di dalam Al-Qur‟an.
Contohnya : Bayi tabung, transplantasi tubuh manusia.
2. Ayat-ayat Al-Qur‟an tertentu atau Hadist Nabi yang tidak begitu jelas maksudnya.
C. Syarat-Syarat Ijtihad
1. Syarat umum :
-Islam, dewasa, berakal sehat, kuat daya tangkap dan ingatannya (IQ-nya tinggi).
2. Syarat pokok :
-Menguasai Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu Al-Qur‟an, terutama ayat-ayat hukumnya, asbabun
nuzulnya, dan nasikh mansukhnya.
-Menguasai Hadist dan ilmu-ilmu Hadist.
-Menguasai bahasa Arab dan ilmu bahasa Arab seperti : Nahwu, Sharaf, Balaghah, dsb.
-Menguasai Ilmu Ushul Fiqih.
-Menguasai tujuan-tujuan pokok Syari‟at Islam.
-Memahami Qawaki Kulliyah atau Qawaidul Fiqhiyah.
3. Syarat Pelengkap :
-Mengetahui tidak adanya dalil yang qath‟I tentang kasus yang dihadapi.
-Mengetahui masalah-masalah yang telah tercapai consensus, masalah-masalah yang masih
khilafian dan masalah-masalah yang belum ada kepastian hukumnya.
-Shaleh dan taqwa.
4. Bentuk-bentuk Ijtihad :
-Ijma‟ : kesepakatan seluruh ulama dalam menetapkan suatu masalah dengan cara
musyawarah.Contohnya : keputusan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang masih berserakan
kemudian dibukukan dalam suatu mushaf.
-Qiyas : menganalogi atau menghubungkan suatu hukum / masalah tertentu dengan hukum/
masalah lain yang memiliki kesamaan sifat.
Contohnya : mengharamkan bir dan wiski diqiyaskan dengan khamr dalam Al-Qur‟an.
-Istihsan : menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran agama
Islam yang didasarkan atas kepentingan umum dan demi keadilan.
Contohnya : mengambil dua alternatife perbuatan yang keduanya memiliki kelemahan atau
kekurangan, tetapi ambil salah satu yang ringan kelemahannya.
-Maslahah mursalah : menetapkan hukum suatu masalah yang tidak ada nasnya dalam Al-Qur‟an
dan hadist untuk mencapai kebaikan.
Contohnya :mengangkat seorang sebagai ketua dalam perkumpulan.
8. -„Urf : pengambilan hukum berdasarkan kebiasaan umum atau adat istiadat yang tidak
bertentangan dengan akidah Islam.
Contohnya : pengurus yang berumur 60 tahun ke atas digantikan oleh pengurus baru yang lebih
muda.