SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
Muhammad Hidayanto   11520135
Ramdhan Laba Ole     11520091
Domingbus P. Huki    11520092
Nobertus Roland.H    11520102
Gusti Arifinsyah     11520097
 Partai politik sebagai jembatan penghubung
  antara negara dan rakyat
 Indonesia dengan tradisi politiknya yang relatif
  masih muda , tetapi telah merekam jejak sejarah
  yang dapat dikatakan luar biasa dinamis
  berkenaan dengan sejarah partai dan sistem
  kepartaiannya
 Kelahiran ribuan kelompok kepentingan dan NGO
  menjadi tantangan tersendiri bagi partai politik.
 Bagaimana pengaruh Partai Politik sebagai
  kekuatan politik ?
 Bagaimana Peta Perjalanan Partai Politik di
  Indonesia diawal kemerdekaan sampai sekarang
  ini ?
 Pandangan klasik , kelemahan partai pada dasarnya
  merupakan fungsi dari sistem politik yang pada
  dasarnya juga masih lemah.
 Sistem partai yang lemah akan sangat mudah
  dipengaruhi dan dikendalikan oleh kekuatan-
  kekuatan disintegratif masyarakat masing-masing
 Huntington mengklarifikasikan pertumbuhan dan
  perkembangan partai ke dalam empat tahap, yakni,
  tahap faksionalisasi, tahap polarisasi, tahap perluasaan
  (ekspansi), dan tahap pelembagaan
 Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik
  adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-
  anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-
  cita.
 Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh
  kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik.
 Di negara demokrasi, partai relatif dapat menjalankan
  fungsinya sesuai harkat pada saat kelahirannya
 Sebaliknya di negara otoriter, partai lebih banyak
  menjalankan kehendak penguasa
 Partai dan parlemen dianggap tidak lagi mewakili
  rakyat banyak, karena kehidupan politik modern telah
  menjadi begitu kompleks dengan bertumbuhnya
  globalisasi dibidang ekonomi dan bidang-bidang
  lainnya, baik nasional maupun internasional
 Anggota Partai Politik sering korup, cenderung
  mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada
  kepentingan umum dan mengutamakan kedekatan
  dengan pusat-pusat kekuasaan
 Terdapat dua kubu yang bersaing sengit terkait
  pandangan mereka tentang partai politik, yakni kubu
  Soekarno dkk, dan kubu Hatta dan Syharir
 Dalam membangun sistem politik yang mapan, tahun
  1950 para politisi sepakat mengadopsi sistem
  pemerintahan parlementer
 Pengamat politik: momentum demokrasi parlementer
  itu adalah momentum di mana sebenarnya partai-
  partai politik memiliki kesempatan yang sangat luas
  untuk merumuskan jati dirinya, memposisikan diri ke
  dalam sistem politik, dan mendefinisikan fungsi yang
  bisa mereka lakukan
 Namun, sayangnya partai-partai politik gagal
 memanfaatkan ruang yang tersedia yang
 dipergunakan untuk semata-mata perjuangan
 merebut kekuasaan politk tanpa dilandasi agenda
 bersama yang jelas dan terarah
 Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali menegaskan
    bahwa eksistensi partai politik sangat tergantung
    kemauan negara
   Peran dominan Presiden mulai muncul
   Partai kemudian dicoba untuk disederhanakan dengan
    mengurangi jumlah partai
   Permainan politik Soekarno mengakibatkan kondisi
    Indonesia makin tidak menentu
   Akhirnya, ketegangan yang sekian lama dipendam
    mucul juga melalui Gerakan Gestapu (Gerakan
    September Tiga Puluh).
 Orde Baru kemudian menggandeng idiom
  “pembangunan sebagai panglima” yang bermakna
  segala upaya dan kebijakan pemerintah lebih
  diprioritaskan untuk mengatasi masalah-masalah
  ekonomi dan sosial
 Orde Baru menganggap Partai Politik sebagai biang
  kerok instabilitas dan keributan-keributan di
  Indonesia
 Soeharto membentuk Sekertariat Bersama dari
  Organisasi-Organisasi Fungsional, Golkar, sebagai
  kendaraan perang setelah difungsikan menjadi
  semacam partai politik
 Targetnya jelas, Golkar harus menang, bagaimanapun
  caranya
 Kemenangan pada Pemilu pertama dalam sejarah
  Orde Baru merupakan hal yang sangat penting
  artinya, karena akan menjadi legitimasi bagi program
  penataan kehidupan politik selanjutnya, seperti
  floating mass, fusi parpol, dan azas tunggal
 Di masa Orde Baru, Golkar selalu mendominasi
  pemilu
Tahun     PPP                  Golkar               PDI

Pemilu
          Suara        Kursi   Suara        Kursi   Suara        Kursi


   1971   14.833.750   96      34.348.367   236     5.516.894    30


   1977   18.722.138   99      39.313.354   232     5.459.987    29


   1982   20.871.880   94      48.334.724   242     5.919.702    24


   1987   13.701.428   61      62.783.680   299     9.324.708    40


   1992   16.624.647   62      66.599.331   282     14.565.556   56


   1997   25.340.028   89      84.187.907   325     3.463.225    11
 Posisi partai menjadi dominan dan sentral dalam
  menentukan merah-hitamnya kebijakan dalam sebuah
  sistem politik, dengan menempatkan sebanyak mungkin
  orang mereka dalam lembaga legislatif
 Partai juga menjadi kontributor terpenting dalam
  mensuplai sumber daya manusia untuk menempati posisi
  puncak dalam departemen pemerintahan
 Dari kacamata Schumpetarian yang cenderung
  mekanistik-prosedural, pemilu memang menjadi satu
  ritual yang tak terpisahkan dari demokrasi. Pemilu adalah
  starting point bagi partai guna mendapatkan legitimasi
  dari rakyat untuk membentuk pemerintahan. Pemilu juga
  merupakan suatu realitas objektf untuk mengukur sejauh
  mana suatu partai politik mendapat dukungan rakyat.
 Kehadiran partai politik perlu diletakkan dalam
  kerangka yang lebih luas dan tidak terbatas pada
  kelompok ideologis mereka saja
 Baik buruknya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam
  tubuh organisasi partai politik akan menentukkan
  kualitas calon pemimpin bangsa.
 Persoalan kemunduran pengaruh partai politik
  seyogyanya menjadi pacuan bagi partai politik untuk
  berbenah
Terima Kasih Atas Perhatiannya

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Partai Politik di Indonesia

Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA
Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA
Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di IndonesiaPeran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesiavina irodatul afiyah
 
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA  PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA vina irodatul afiyah
 
Perjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesiaPerjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesiadedyprasetyo01
 
Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...
Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...
Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...barat ujang
 
Kaderisasi dalam Partai Politik
Kaderisasi dalam Partai PolitikKaderisasi dalam Partai Politik
Kaderisasi dalam Partai PolitikLestari Moerdijat
 
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.PdMateri akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pdhaidzarzamany21
 
161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota
161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota
161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kotaA Boyoz
 
Kelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxKelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxSnn27
 

Ähnlich wie Partai Politik di Indonesia (20)

Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA
Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA
Perkembangan politik di indonesia STIP KABUPATEN MUNA
 
Perkembangan politik di indonesia
Perkembangan politik di indonesiaPerkembangan politik di indonesia
Perkembangan politik di indonesia
 
Partai politik
Partai politikPartai politik
Partai politik
 
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di IndonesiaPeran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
 
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA  PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
 
Ari purnamasari
Ari purnamasariAri purnamasari
Ari purnamasari
 
Makalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartaiMakalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartai
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Perjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesiaPerjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesia
 
Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...
Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...
Tugas pkn-kedudukan-dan-peranan-partai-politik-sebagai-komponen-pelaksanaan-d...
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
Kaderisasi dalam Partai Politik
Kaderisasi dalam Partai PolitikKaderisasi dalam Partai Politik
Kaderisasi dalam Partai Politik
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Hubungan warga negara(mustina 2)
Hubungan warga negara(mustina 2)Hubungan warga negara(mustina 2)
Hubungan warga negara(mustina 2)
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.PdMateri akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
 
Skripsi heri
Skripsi heriSkripsi heri
Skripsi heri
 
161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota
161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota
161218 id-pendidikan-politik-partai-golkar-di-kota
 
Kelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxKelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptx
 
Transfusi parpol
Transfusi parpolTransfusi parpol
Transfusi parpol
 

Partai Politik di Indonesia

  • 1. Muhammad Hidayanto 11520135 Ramdhan Laba Ole 11520091 Domingbus P. Huki 11520092 Nobertus Roland.H 11520102 Gusti Arifinsyah 11520097
  • 2.  Partai politik sebagai jembatan penghubung antara negara dan rakyat  Indonesia dengan tradisi politiknya yang relatif masih muda , tetapi telah merekam jejak sejarah yang dapat dikatakan luar biasa dinamis berkenaan dengan sejarah partai dan sistem kepartaiannya  Kelahiran ribuan kelompok kepentingan dan NGO menjadi tantangan tersendiri bagi partai politik.
  • 3.  Bagaimana pengaruh Partai Politik sebagai kekuatan politik ?  Bagaimana Peta Perjalanan Partai Politik di Indonesia diawal kemerdekaan sampai sekarang ini ?
  • 4.  Pandangan klasik , kelemahan partai pada dasarnya merupakan fungsi dari sistem politik yang pada dasarnya juga masih lemah.  Sistem partai yang lemah akan sangat mudah dipengaruhi dan dikendalikan oleh kekuatan- kekuatan disintegratif masyarakat masing-masing  Huntington mengklarifikasikan pertumbuhan dan perkembangan partai ke dalam empat tahap, yakni, tahap faksionalisasi, tahap polarisasi, tahap perluasaan (ekspansi), dan tahap pelembagaan
  • 5.  Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita- cita.  Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik.  Di negara demokrasi, partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkat pada saat kelahirannya  Sebaliknya di negara otoriter, partai lebih banyak menjalankan kehendak penguasa
  • 6.  Partai dan parlemen dianggap tidak lagi mewakili rakyat banyak, karena kehidupan politik modern telah menjadi begitu kompleks dengan bertumbuhnya globalisasi dibidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya, baik nasional maupun internasional  Anggota Partai Politik sering korup, cenderung mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan umum dan mengutamakan kedekatan dengan pusat-pusat kekuasaan
  • 7.  Terdapat dua kubu yang bersaing sengit terkait pandangan mereka tentang partai politik, yakni kubu Soekarno dkk, dan kubu Hatta dan Syharir  Dalam membangun sistem politik yang mapan, tahun 1950 para politisi sepakat mengadopsi sistem pemerintahan parlementer  Pengamat politik: momentum demokrasi parlementer itu adalah momentum di mana sebenarnya partai- partai politik memiliki kesempatan yang sangat luas untuk merumuskan jati dirinya, memposisikan diri ke dalam sistem politik, dan mendefinisikan fungsi yang bisa mereka lakukan
  • 8.  Namun, sayangnya partai-partai politik gagal memanfaatkan ruang yang tersedia yang dipergunakan untuk semata-mata perjuangan merebut kekuasaan politk tanpa dilandasi agenda bersama yang jelas dan terarah
  • 9.  Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali menegaskan bahwa eksistensi partai politik sangat tergantung kemauan negara  Peran dominan Presiden mulai muncul  Partai kemudian dicoba untuk disederhanakan dengan mengurangi jumlah partai  Permainan politik Soekarno mengakibatkan kondisi Indonesia makin tidak menentu  Akhirnya, ketegangan yang sekian lama dipendam mucul juga melalui Gerakan Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh).
  • 10.  Orde Baru kemudian menggandeng idiom “pembangunan sebagai panglima” yang bermakna segala upaya dan kebijakan pemerintah lebih diprioritaskan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi dan sosial  Orde Baru menganggap Partai Politik sebagai biang kerok instabilitas dan keributan-keributan di Indonesia  Soeharto membentuk Sekertariat Bersama dari Organisasi-Organisasi Fungsional, Golkar, sebagai kendaraan perang setelah difungsikan menjadi semacam partai politik
  • 11.  Targetnya jelas, Golkar harus menang, bagaimanapun caranya  Kemenangan pada Pemilu pertama dalam sejarah Orde Baru merupakan hal yang sangat penting artinya, karena akan menjadi legitimasi bagi program penataan kehidupan politik selanjutnya, seperti floating mass, fusi parpol, dan azas tunggal  Di masa Orde Baru, Golkar selalu mendominasi pemilu
  • 12. Tahun PPP Golkar PDI Pemilu Suara Kursi Suara Kursi Suara Kursi 1971 14.833.750 96 34.348.367 236 5.516.894 30 1977 18.722.138 99 39.313.354 232 5.459.987 29 1982 20.871.880 94 48.334.724 242 5.919.702 24 1987 13.701.428 61 62.783.680 299 9.324.708 40 1992 16.624.647 62 66.599.331 282 14.565.556 56 1997 25.340.028 89 84.187.907 325 3.463.225 11
  • 13.  Posisi partai menjadi dominan dan sentral dalam menentukan merah-hitamnya kebijakan dalam sebuah sistem politik, dengan menempatkan sebanyak mungkin orang mereka dalam lembaga legislatif  Partai juga menjadi kontributor terpenting dalam mensuplai sumber daya manusia untuk menempati posisi puncak dalam departemen pemerintahan  Dari kacamata Schumpetarian yang cenderung mekanistik-prosedural, pemilu memang menjadi satu ritual yang tak terpisahkan dari demokrasi. Pemilu adalah starting point bagi partai guna mendapatkan legitimasi dari rakyat untuk membentuk pemerintahan. Pemilu juga merupakan suatu realitas objektf untuk mengukur sejauh mana suatu partai politik mendapat dukungan rakyat.
  • 14.  Kehadiran partai politik perlu diletakkan dalam kerangka yang lebih luas dan tidak terbatas pada kelompok ideologis mereka saja  Baik buruknya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh organisasi partai politik akan menentukkan kualitas calon pemimpin bangsa.  Persoalan kemunduran pengaruh partai politik seyogyanya menjadi pacuan bagi partai politik untuk berbenah
  • 15. Terima Kasih Atas Perhatiannya