Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan hipospadia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hipospadia adalah kelainan bawaan dimana muara uretra terletak di bagian ventral penis. Laporan ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, perkembangan embrionik, masalah, pemeriksaan penunjang, prinsip terapi, dan manajemen keperawatan pasien hipospadia.
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
Lp hipospadia
1. LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPOSPADIA
DI RUANG GBST RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM
Disusun Oleh:
SANTO TRI WAHYUDI
06/194809/EIK/00530
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2009
2. HIPOSPADIA
DEFINISI
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang terletak di sebelah
ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis. Hipospadia merupakan salah satu dari
kelainan congenital paling sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350
kelahiran laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali
ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter.
ETIOLOGI
Penyebeb kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi
yang prematur dari sel interstitial testis.
MANIFESTASI KLINIS
Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan
tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands
penis. Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan
tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai
suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.
KLASIFIKASI
Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus uretra yaitu tipe
glandular, distal penile, penile, penoskrotal, skrotal dan perineal.
Semakin ke proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin
rendah frekuensinya. Pada kasus ini 90% terletak di distal di mana meatus terletak di
ujung batang penis atau di glands penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal
yaitu ditengah batang penis, skrotum atau perineum.
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Brown membagi
hipospadia dalam 3 bagian : (1) Hipospadia anterior : tipe glanular, subkoronal, dan
penis distal. (2) Hipospadia Medius : midshaft, dan penis proksimal (3) Hipospadia
Posterior : penoskrotal, scrotal, dan perineal.
3. PERKEMBANGAN EMBRIONIK DARI HIPOSPADIA
Perkembangan dari penis dan skrotum dipengaruhi oleh testis. Tanpa adanya testis,
maka struktur wanita seperti klitoris, labia minora dan labia mayora dominan, tetapi
dengan adanya testis, klitoris membesar menjai penis, sulkus antara labia minora
terbentuk menjadi uretra dan labia mayora berkembang menjadi skrotum, ke dalam sana
testis kemudian turun. Hipospadia terjadi jika sel testis yang berkembang secara
premature berhenti memproduksi androgen, karena itu menimbulkan interupsi konversi
penuh dari genitalia eksterna menjadi bentuk laki laki.
MASALAH PADA HIPOSPADIA
1. Masalah psikologis pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis yang
berbeda dengan teman bermainnya.
2. Masalah reproduksi karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis
susah masuk ke dalam vagina saat kopulasi, cairan semen yang disemprotkan
melalui saluranuretra pada tempat abnormal.
3. kesulitan penentuan jenis kelamin terutama jika meatu uretra terletak di
perineum dan skrotum terbelah dengan disertai kriptorkismus.
4. Biaya yang cukup besar karena prosedur operasi yang bertahap
5. Kemungkinan adanya kelainan congenital yang lain seperti kelainan ginjal
sehingga perlu dianjurkan untuk pemerikaan foto polos abdomen dan pielografi
intravena.
PENATALAKSANAAN
Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee
dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan
menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat
keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan
NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasty
4. Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis
bagian ventral yang di insisi secara longitudinal pararel di kedua sisi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap, urine lengkap
Uretroskopi
PRINSIP TERAPI DAN MANAGEMEN PERAWATAN
1. Koreksi bedah.
2. Persiapan prabedah
3. Penatalaksanaan pasca bedah
Anak harus dalam tirah baring
Baik luka penis dan tempat luka donor harus dijaga tetap bersih dan kering
Perawatan kateter
Pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan bakteri
Masukan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan
mengencerkan toksin
Pengangkatan jahitan kulit setelah 5-7 hari
KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan
meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
Pra Bedah
1. Cemas b/d krisis situasional
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan
b/d keterbatasan kognitif
Pasca Bedah
1. Resiko Infeksi b/d tindakan invasif
5. 2. Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Cemas b/d krisis
situasional
Definisi :
Perasaan gelisah yang
tak jelas dari
ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan
disebabkan dari
antisipasi terhadap
bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan
adanya ancaman yang
akan datang dan
memungkinkan individu
untuk mengambil
langkah untuk
menyetujui terhadap
tindakan
Ditandai dengan
− Gelisah
− Insomnia
− Resah
− Ketakutan
− Sedih
− Fokus pada diri
− Kekhawatiran
− Cemas
NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan
menunjukkan
tehnik untuk
mengontol cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan
kecemasan)
• Gunakan pendekatan
yang menenangkan
• Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
pasien
• Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
• Pahami prespektif
pasien terhdap situasi
stres
• Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
• Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
• Dorong keluarga untuk
menemani anak
• Lakukan back / neck rub
• Dengarkan dengan
penuh perhatian
• Identifikasi tingkat
kecemasan
• Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
• Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
• Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
• Barikan obat untuk
6. mengurangi kecemasan
2 Resiko Infeksi b/d
tindakan invasive
Definisi : Peningkatan
resiko masuknya
organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan lingkungan
- Ruptur membran
amnion
- Agen farmasi
(imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan
imum buatan
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia,
penekanan respon
inflamasi)
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi
pH, perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
NOC :
Immune Status
Knowledge :
Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit, factor
yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaann
ya,
Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit
dalam batas
normal
Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
• Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
• Pertahankan teknik
isolasi
• Batasi pengunjung bila
perlu
• Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
• Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
• Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
• Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
• Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
• Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
• Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
• Tingktkan intake nutrisi
• Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
• Monitor tanda dan
7. gejala infeksi sistemik
dan lokal
• Monitor hitung
granulosit, WBC
• Monitor kerentanan
terhadap infeksi
• Batasi pengunjung
• Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
• Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
• Pertahankan teknik
isolasi k/p
• Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
• Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
• Ispeksi kondisi luka/
insisi bedah
• Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
• Dorong masukan cairan
• Dorong istirahat
• Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
• Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
• Ajarkan cara
menghindari infeksi
• Laporkan kecurigaan
infeksi
• Laporkan kultur positif
3 Nyeri akut b/d cidera
fisik akibat pembedahan
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan dan
pengalaman emosional
yang muncul secara
NOC :
Pain
Level,
Pain
control,
Comfort
level
Kriteria Hasil :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi
8. aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri
Internasional): serangan
mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi
dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
- Laporan secara verbal
atau non verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-
hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek,
sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Mampu mengontrol
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
9. - Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis)
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4 Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
prognosis, kebutuhan
pengobatan b/d
keterbatasan kognitif.
Definisi :
Tidak adanya atau
kurangnya informasi
kognitif sehubungan
dengan topic spesifik.
NOC :
Kowlwdge :
disease process
Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit,
NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
10. Batasan karakteristik :
memverbalisasikan
adanya masalah,
ketidakakuratan
mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
Faktor yang
berhubungan :
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan
untuk mencari informasi,
tidak mengetahui
sumber-sumber
informasi.
kondisi, prognosis
dan program
pengobatan
Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
11. DAFTAR PUSTAKA
Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd
ed. Mosby Year
Book.
IDAI, 2005, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Badan Pnerbit IDAI, Jakarta.
Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby.
NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification. Philadhelphia.
Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta , Sagung Seto