SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPOSPADIA
DI RUANG GBST RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM
Disusun Oleh:
SANTO TRI WAHYUDI
06/194809/EIK/00530
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2009
HIPOSPADIA
DEFINISI
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang terletak di sebelah
ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis. Hipospadia merupakan salah satu dari
kelainan congenital paling sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350
kelahiran laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali
ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter.
ETIOLOGI
Penyebeb kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi
yang prematur dari sel interstitial testis.
MANIFESTASI KLINIS
Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan
tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands
penis. Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan
tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai
suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.
KLASIFIKASI
Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus uretra yaitu tipe
glandular, distal penile, penile, penoskrotal, skrotal dan perineal.
Semakin ke proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin
rendah frekuensinya. Pada kasus ini 90% terletak di distal di mana meatus terletak di
ujung batang penis atau di glands penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal
yaitu ditengah batang penis, skrotum atau perineum.
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Brown membagi
hipospadia dalam 3 bagian : (1) Hipospadia anterior : tipe glanular, subkoronal, dan
penis distal. (2) Hipospadia Medius : midshaft, dan penis proksimal (3) Hipospadia
Posterior : penoskrotal, scrotal, dan perineal.
PERKEMBANGAN EMBRIONIK DARI HIPOSPADIA
Perkembangan dari penis dan skrotum dipengaruhi oleh testis. Tanpa adanya testis,
maka struktur wanita seperti klitoris, labia minora dan labia mayora dominan, tetapi
dengan adanya testis, klitoris membesar menjai penis, sulkus antara labia minora
terbentuk menjadi uretra dan labia mayora berkembang menjadi skrotum, ke dalam sana
testis kemudian turun. Hipospadia terjadi jika sel testis yang berkembang secara
premature berhenti memproduksi androgen, karena itu menimbulkan interupsi konversi
penuh dari genitalia eksterna menjadi bentuk laki laki.
MASALAH PADA HIPOSPADIA
1. Masalah psikologis pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis yang
berbeda dengan teman bermainnya.
2. Masalah reproduksi karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis
susah masuk ke dalam vagina saat kopulasi, cairan semen yang disemprotkan
melalui saluranuretra pada tempat abnormal.
3. kesulitan penentuan jenis kelamin terutama jika meatu uretra terletak di
perineum dan skrotum terbelah dengan disertai kriptorkismus.
4. Biaya yang cukup besar karena prosedur operasi yang bertahap
5. Kemungkinan adanya kelainan congenital yang lain seperti kelainan ginjal
sehingga perlu dianjurkan untuk pemerikaan foto polos abdomen dan pielografi
intravena.
PENATALAKSANAAN
Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee
dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan
menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat
keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan
NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasty
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis
bagian ventral yang di insisi secara longitudinal pararel di kedua sisi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah lengkap, urine lengkap
 Uretroskopi
PRINSIP TERAPI DAN MANAGEMEN PERAWATAN
1. Koreksi bedah.
2. Persiapan prabedah
3. Penatalaksanaan pasca bedah
 Anak harus dalam tirah baring
 Baik luka penis dan tempat luka donor harus dijaga tetap bersih dan kering
 Perawatan kateter
 Pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan bakteri
 Masukan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan
mengencerkan toksin
 Pengangkatan jahitan kulit setelah 5-7 hari
KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan
meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
Pra Bedah
1. Cemas b/d krisis situasional
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan
b/d keterbatasan kognitif
Pasca Bedah
1. Resiko Infeksi b/d tindakan invasif
2. Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Cemas b/d krisis
situasional
Definisi :
Perasaan gelisah yang
tak jelas dari
ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan
disebabkan dari
antisipasi terhadap
bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan
adanya ancaman yang
akan datang dan
memungkinkan individu
untuk mengambil
langkah untuk
menyetujui terhadap
tindakan
Ditandai dengan
− Gelisah
− Insomnia
− Resah
− Ketakutan
− Sedih
− Fokus pada diri
− Kekhawatiran
− Cemas
NOC :
 Anxiety control
 Coping
 Impulse control
Kriteria Hasil :
 Klien mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas
 Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan
menunjukkan
tehnik untuk
mengontol cemas
 Vital sign dalam
batas normal
 Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan
kecemasan)
• Gunakan pendekatan
yang menenangkan
• Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
pasien
• Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
• Pahami prespektif
pasien terhdap situasi
stres
• Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
• Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
• Dorong keluarga untuk
menemani anak
• Lakukan back / neck rub
• Dengarkan dengan
penuh perhatian
• Identifikasi tingkat
kecemasan
• Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
• Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
• Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
• Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2 Resiko Infeksi b/d
tindakan invasive
Definisi : Peningkatan
resiko masuknya
organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan lingkungan
- Ruptur membran
amnion
- Agen farmasi
(imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan
imum buatan
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia,
penekanan respon
inflamasi)
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi
pH, perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
NOC :
 Immune Status
 Knowledge :
Infection control
 Risk control
Kriteria Hasil :
 Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
 Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit, factor
yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaann
ya,
 Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit
dalam batas
normal
 Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
• Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
• Pertahankan teknik
isolasi
• Batasi pengunjung bila
perlu
• Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
• Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
• Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
• Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
• Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
• Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
• Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
• Tingktkan intake nutrisi
• Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
• Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
• Monitor hitung
granulosit, WBC
• Monitor kerentanan
terhadap infeksi
• Batasi pengunjung
• Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
• Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
• Pertahankan teknik
isolasi k/p
• Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
• Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
• Ispeksi kondisi luka/
insisi bedah
• Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
• Dorong masukan cairan
• Dorong istirahat
• Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
• Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
• Ajarkan cara
menghindari infeksi
• Laporkan kecurigaan
infeksi
• Laporkan kultur positif
3 Nyeri akut b/d cidera
fisik akibat pembedahan
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan dan
pengalaman emosional
yang muncul secara
NOC :
 Pain
Level,
 Pain
control,
 Comfort
level
Kriteria Hasil :
Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
 Observasi reaksi
aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri
Internasional): serangan
mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi
dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
- Laporan secara verbal
atau non verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-
hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek,
sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
 Mampu mengontrol
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
 Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
 Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
 Tanda vital dalam
rentang normal
nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
 Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis)
manajemen nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4 Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
prognosis, kebutuhan
pengobatan b/d
keterbatasan kognitif.
Definisi :
Tidak adanya atau
kurangnya informasi
kognitif sehubungan
dengan topic spesifik.
NOC :
 Kowlwdge :
disease process
 Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
 Pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit,
NIC :
Teaching : disease Process
 Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
 Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan
adanya masalah,
ketidakakuratan
mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
Faktor yang
berhubungan :
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan
untuk mencari informasi,
tidak mengetahui
sumber-sumber
informasi.
kondisi, prognosis
dan program
pengobatan
 Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
 Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
 Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
 Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
 identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Hindari harapan yang
kosong
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd
ed. Mosby Year
Book.
IDAI, 2005, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Badan Pnerbit IDAI, Jakarta.
Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby.
NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification. Philadhelphia.
Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta , Sagung Seto

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeKANDA IZUL
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)Menanti Senja
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infuspjj_kemenkes
 
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointDokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointPutriPamungkas8
 
MODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.ppt
MODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.pptMODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.ppt
MODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.pptsilviyamaharani
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanChristian Paomey
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urinepjj_kemenkes
 
Ppt hipospadia
Ppt hipospadiaPpt hipospadia
Ppt hipospadiaMidwife
 
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikAskep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikFransiska Oktafiani
 
Jalan lahir normal & kala 3 & 4
Jalan lahir normal & kala  3 & 4Jalan lahir normal & kala  3 & 4
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
 
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatanNilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatanCahya
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanAnna Nisa
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanAde Rahman
 

Was ist angesagt? (20)

Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan stroke
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointDokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
 
MODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.ppt
MODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.pptMODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.ppt
MODEL EVIDENCE BASED PRACTICE.ppt
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
 
Huknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendahHuknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendah
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
 
Ppt hipospadia
Ppt hipospadiaPpt hipospadia
Ppt hipospadia
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikAskep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
 
Jalan lahir normal & kala 3 & 4
Jalan lahir normal & kala  3 & 4Jalan lahir normal & kala  3 & 4
Jalan lahir normal & kala 3 & 4
 
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatanNilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
SISTEM REPRODUKSI WANITA
SISTEM REPRODUKSI WANITASISTEM REPRODUKSI WANITA
SISTEM REPRODUKSI WANITA
 
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 

Andere mochten auch

Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Nindi Yulianti
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikAnna Lestari
 
Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa
Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa
Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa Ayşe Betül Kılıç
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptkas mulyadi
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1indri yetti
 
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)basil_miaw
 

Andere mochten auch (8)

Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Hipospadia
HipospadiaHipospadia
Hipospadia
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa
Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa
Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
 

Ähnlich wie Lp hipospadia

Hirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptxHirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptxAnestesi21FKUB
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidnor rahmah
 
Komplikasi pada luka
Komplikasi pada lukaKomplikasi pada luka
Komplikasi pada lukaAsnani Baru
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihFahmiIkhtiar
 
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaNindi Yulianti
 
1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologi1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologiJoko Wiwied
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxestikuliah21
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxGaniDwiCahya2
 
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptxPPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptxNurHajijah11
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogyudhasetya01
 
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxTRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxssuseraa2493
 

Ähnlich wie Lp hipospadia (20)

Hirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptxHirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptx
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
 
Komplikasi pada luka
Komplikasi pada lukaKomplikasi pada luka
Komplikasi pada luka
 
Hipospadia.pptx
Hipospadia.pptxHipospadia.pptx
Hipospadia.pptx
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
Presentation perdarahan masa nifas
Presentation perdarahan masa nifasPresentation perdarahan masa nifas
Presentation perdarahan masa nifas
 
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
 
1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologi1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologi
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
 
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptxPPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
 
Sistem reproduksi part 3
Sistem reproduksi part 3Sistem reproduksi part 3
Sistem reproduksi part 3
 
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxTRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
 

Mehr von Yabniel Lit Jingga (20)

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Skoliosis shb
Skoliosis shbSkoliosis shb
Skoliosis shb
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Perawatan luka
Perawatan lukaPerawatan luka
Perawatan luka
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
 
Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1
 

Kürzlich hochgeladen

presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxghinaalmiranurdiani
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptTriUmiana1
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfMeboix
 

Kürzlich hochgeladen (16)

presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
 

Lp hipospadia

  • 1. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPOSPADIA DI RUANG GBST RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Disusun Oleh: SANTO TRI WAHYUDI 06/194809/EIK/00530 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UGM YOGYAKARTA 2009
  • 2. HIPOSPADIA DEFINISI Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis. Hipospadia merupakan salah satu dari kelainan congenital paling sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350 kelahiran laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter. ETIOLOGI Penyebeb kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi yang prematur dari sel interstitial testis. MANIFESTASI KLINIS Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands penis. Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee. KLASIFIKASI Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus uretra yaitu tipe glandular, distal penile, penile, penoskrotal, skrotal dan perineal. Semakin ke proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini 90% terletak di distal di mana meatus terletak di ujung batang penis atau di glands penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum atau perineum. Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Brown membagi hipospadia dalam 3 bagian : (1) Hipospadia anterior : tipe glanular, subkoronal, dan penis distal. (2) Hipospadia Medius : midshaft, dan penis proksimal (3) Hipospadia Posterior : penoskrotal, scrotal, dan perineal.
  • 3. PERKEMBANGAN EMBRIONIK DARI HIPOSPADIA Perkembangan dari penis dan skrotum dipengaruhi oleh testis. Tanpa adanya testis, maka struktur wanita seperti klitoris, labia minora dan labia mayora dominan, tetapi dengan adanya testis, klitoris membesar menjai penis, sulkus antara labia minora terbentuk menjadi uretra dan labia mayora berkembang menjadi skrotum, ke dalam sana testis kemudian turun. Hipospadia terjadi jika sel testis yang berkembang secara premature berhenti memproduksi androgen, karena itu menimbulkan interupsi konversi penuh dari genitalia eksterna menjadi bentuk laki laki. MASALAH PADA HIPOSPADIA 1. Masalah psikologis pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis yang berbeda dengan teman bermainnya. 2. Masalah reproduksi karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis susah masuk ke dalam vagina saat kopulasi, cairan semen yang disemprotkan melalui saluranuretra pada tempat abnormal. 3. kesulitan penentuan jenis kelamin terutama jika meatu uretra terletak di perineum dan skrotum terbelah dengan disertai kriptorkismus. 4. Biaya yang cukup besar karena prosedur operasi yang bertahap 5. Kemungkinan adanya kelainan congenital yang lain seperti kelainan ginjal sehingga perlu dianjurkan untuk pemerikaan foto polos abdomen dan pielografi intravena. PENATALAKSANAAN Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum. 2. Operasi uretroplasty
  • 4. Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang di insisi secara longitudinal pararel di kedua sisi. PEMERIKSAAN PENUNJANG  Darah lengkap, urine lengkap  Uretroskopi PRINSIP TERAPI DAN MANAGEMEN PERAWATAN 1. Koreksi bedah. 2. Persiapan prabedah 3. Penatalaksanaan pasca bedah  Anak harus dalam tirah baring  Baik luka penis dan tempat luka donor harus dijaga tetap bersih dan kering  Perawatan kateter  Pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan bakteri  Masukan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan mengencerkan toksin  Pengangkatan jahitan kulit setelah 5-7 hari KOMPLIKASI Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL Pra Bedah 1. Cemas b/d krisis situasional 2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif Pasca Bedah 1. Resiko Infeksi b/d tindakan invasif
  • 5. 2. Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) 1 Cemas b/d krisis situasional Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan Ditandai dengan − Gelisah − Insomnia − Resah − Ketakutan − Sedih − Fokus pada diri − Kekhawatiran − Cemas NOC :  Anxiety control  Coping  Impulse control Kriteria Hasil :  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas  Vital sign dalam batas normal  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan NIC : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) • Gunakan pendekatan yang menenangkan • Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien • Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur • Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres • Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut • Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis • Dorong keluarga untuk menemani anak • Lakukan back / neck rub • Dengarkan dengan penuh perhatian • Identifikasi tingkat kecemasan • Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan • Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi • Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi • Barikan obat untuk
  • 6. mengurangi kecemasan 2 Resiko Infeksi b/d tindakan invasive Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen Faktor-faktor resiko : - Prosedur Infasif - Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen - Trauma - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Ruptur membran amnion - Agen farmasi (imunosupresan) - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Ketidakadekuatan imum buatan - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) - Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) - Penyakit kronik NOC :  Immune Status  Knowledge : Infection control  Risk control Kriteria Hasil :  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaann ya,  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Jumlah leukosit dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat NIC : Infection Control (Kontrol infeksi) • Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain • Pertahankan teknik isolasi • Batasi pengunjung bila perlu • Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien • Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan • Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan • Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung • Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat • Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum • Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing • Tingktkan intake nutrisi • Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) • Monitor tanda dan
  • 7. gejala infeksi sistemik dan lokal • Monitor hitung granulosit, WBC • Monitor kerentanan terhadap infeksi • Batasi pengunjung • Saring pengunjung terhadap penyakit menular • Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko • Pertahankan teknik isolasi k/p • Berikan perawatan kuliat pada area epidema • Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase • Ispeksi kondisi luka/ insisi bedah • Dorong masukkan nutrisi yang cukup • Dorong masukan cairan • Dorong istirahat • Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep • Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi • Ajarkan cara menghindari infeksi • Laporkan kecurigaan infeksi • Laporkan kultur positif 3 Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara NOC :  Pain Level,  Pain control,  Comfort level Kriteria Hasil : Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi  Observasi reaksi
  • 8. aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan. Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal - Fakta dari observasi - Posisi antalgic untuk menghindari nyeri - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhati- hati - Muka topeng - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tanda vital dalam rentang normal nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang
  • 9. - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) manajemen nyeri Analgesic Administration  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi  Cek riwayat alergi  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) 4 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif. Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik. NOC :  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, NIC : Teaching : disease Process  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
  • 10. Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai. Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. kondisi, prognosis dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat  identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat  Hindari harapan yang kosong  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd ed. Mosby Year Book. IDAI, 2005, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Badan Pnerbit IDAI, Jakarta. Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby. NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification. Philadhelphia. Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta , Sagung Seto