1. Ramlan : Kajian Kelimpahan Dan Keanekaragaman Artropoda Pada Pertanaman Kedelai
KAJIAN KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN ARTROPODA
PADA PERTANAMAN KEDELAI
Ramlan
Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
ABSTRAK
Kabupaten Polewali Mandar termasuk salah satu sentra produksi kedelai di Sulawesi Barat. Luas panen
dan produksi kedelai di Kabupaten Polewali Mandar adalah masing-masing 1.124 dan 1.825 atau
produktivitas 1,62 t/ha. Dari data tersebut, tingkat produktivitas tanaman tersebut masih rendah
bila dibandingkan dengan potensi hasilnya yang dapat mencapai 2,5 t/ha sampai 3,9 t/ha. Rendahnya
produktivitas kedelai di Kabupaten tersebut, selain disebabkan oleh penggunaan varietas yang potensi
hasilnya masih rendah, juga karena adanya serangan organisme pengganggu Tumbuhan (OPT). Tanaman
kedelai merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peluang besar terserang hama sejak mulai
tumbuh hingga menjelang panen. Hama utama pada tanaman kedelai adalah Lalat Bibit (Ophiomya
phaseoli), Ulat Grayak (Spodoptera litura), Ulat pemakan polong (Helicoverpa armigera), hama
pengisap polong (Riptortus linearis), dan penggerek polong (Etiella zinckenella). Hama kedelai sebagian
besar termasuk serangga. Namun sebaliknya tidak semua serangga berstatus sebagai hama. Pada
agroekosistem kedelai terdapat berbagai jenis serangga baik sebagai herbivora, predator, parasitoid,
maupun sebagai saprofag. Ada 266 jenis serangga yang berasosiasi dengan tanaman kedelai yang
terdiri atas 111 jenis hama, 53 jenis serangga bukan sasaran, 61 jenis predator dan 41 jenis
parasitoid. Kegiatan kajian ini bertujuan untuk pempelajari kelimpahan dan keanekaragaman spesies
artropoda pada pertanaman kedelai. Pengkajian dilaksanakan di Desa Bumi Ayu, Kecamatan
Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar. Dimulai Mei hingga September 2008. Pengambilan sampel
artropoda dilakukan dengan menggunakan perangkap pitfal (pitfall trap) dan jaring ayun (Sweepnet).
Pengambilan sampel artropoda dengan menggunakan pitfall trap dilakukan tiga kali yaitu pada saat
tanaman kedelai berumur 28, 59 dan 90 HST. Sedangkan pengambilan sampel artropoda dengan
menggunakan sweepnet hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur 90 HST. Hasil
yang diperoleh yaitu terdapat 7.877 individu artropoda yang terdiri atas 16 ordo, 94 famili, dan 273
spesies ditemukan pada pertanaman kedelai. Ordo Hymenoptera dan Orthoptera merupakan
kelimpahan individu terbesar yang ditemukan, yang didominasi oleh ordo Hymenoptera. Kekayaan
spesies terbesar ditemukan pada ordo Hymenoptera dan Coleoptera.
Kata Kunci: Kelimpahan, keanekaragaman, artropoda, tanaman kedelai
ABSTRACT
Polewali Mandar is one of soybean production centers in West Sulawesi. The total harvested area
and production of soybean in Polewali Mandar is respectively 1,124 hectar and 1,825 tons or
productivity of 1.62 t ha-1. The crop productivity is still low when compared to the potential yield
that can be reached is about 2.5 t/ha to 3.9 t/ha. The low productivity of soybean in the District
were caused by the use of varieties that have low potential yield,and pests infested since initial
growth until late harvest. The main pest were fly Seeds (Ophiomya phaseoli), armyworm (Spodoptera
litura), pod-eating caterpillars (Helicoverpa armigera), pod sucking (Riptortus linearis), and pod borer
(Etiella zinckenella). The pests of soybean are insects mostly. But on the contrary, not all of insects
are as pests. In soybean agroecosystem there are different kinds of insects groupped as herbivores,
35
2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011
predators, parasitoids, and saprofag. There are 266 species of insects associated with soybean plant
consisting of 111 species as pests, 53 species are non target insects, 61 species are predators and 41
species are parasitoids. The aims of study are to know the abundance and the diversity of arthropod
species in soybean. Assessments were conducted in Bumi Ayu village, Wonomulyo district, Polewali
Mandar regency, on May to September 2008. Arthropod sampling was collected by using pitfall
traps and a Sweepnet. Arthropods sampling from pitfall traps carried out three times, namely when
the soybean crop was 28, 59 and 90 DAT. Whereas the sampling arthropods using sweepnet was done
once, namely when the soybean crops was 90 DAT. The result showed that there were 7.877
individual arthropods; consists of 16 orders, 94 families, and 273 species were found in soybean
crops. Orders Hymenoptera and Orthoptera were found the greatest individuals abundance, which
was dominated by the orde of Hymenoptera. The greatest species were found on the order
Hymenoptera and Coleoptera.
Keyword: Abundance, diversity, arthropoda, soybean plant
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung, juga
merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein dan memiliki arti penting dalam industri pangan dan
pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan
gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu,
tempe, kecap, susu kedelai, tauco dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 1998 sebesar 8,13 kg
meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai
cenderung meningkat setiap tahun (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Kabupaten Polewali Mandar termasuk salah satu sentra produksi tanaman pangan di Sulawesi
Barat khususnya kedelai. Luas panen dan produksi kedelai di Kabupaten Polewali Mandar adalah masing
masing 1.124 ha dan 1.825 ha atau produktivitas 1,62 t/ha (BPS Kabupaten Polman, 2008). Dari data
tersebut, tingkat produktivitas tanaman tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan potensi
hasilnya yang dapat mencapai 2,5 t/ha sampai 3,9 t/ha (Puslitbangtan, 2007). Rendahnya produktivitas
kedelai di Kabupaten tersebut, selain disebabkan oleh penggunaan benih yang potensi hasilnya masih
rendah, juga karena adanya serangan organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) khususnya hama.
Kendala peningkatan produksi kedelai dewasa ini semakin beragam. Tanaman kedelai merupakan
salah satu tanaman yang mempunyai peluang besar terserang hama sejak mulai tumbuh hingga menjelang
panen. Hama kedelai sebagian besar termasuk serangga. Namun sebaliknya tidak semua serangga
berstatus sebagai hama. Pada agroekosistem kedelai terdapat berbagai jenis serangga baik sebagai
herbivora, predator, parasitoid, maupun sebagai saprofag. Ada 266 jenis serangga yang berasosiasi
dengan tanaman kedelai yang terdiri atas 111 jenis hama, 53 jenis serangga bukan sasaran, 61 jenis
predator dan 41 jenis parasitoid (Marwoto, 1992).
Di Indonesia tercatat tidak kurang dari 17 organisme yang dapat menjadi hama pada tanaman
kedelai (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 2004). Hama utama pada tanaman kedelai antara lain
Lalat Bibit (Ophiomya phaseoli), Ulat Grayak (Spodoptera litura), Ulat pemakan polong (Helicoverpa
armigera), hama pengisap polong (Riptortus linearis), dan penggerek polong (Etiella zinckenella)
(Puslitbangtan, 2007). Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Nuctuidae) memillki potensi
menimbulkan kerugian besar bila menyerang tanaman kedelai pada fase pembungaan, awal pembentukan
polong atau fase perkembangan polong serta pengisian biji (Tengkano & Soehardjan, 1985).
Kegiatan kajian ini bertujuan untuk pempelajari kelimpahan dan keanekaragaman spesies
artropoda pada pertanaman kedelai.
36
3. Ramlan : Kajian Kelimpahan Dan Keanekaragaman Artropoda Pada Pertanaman Kedelai
BAHAN DAN METODE
Pengkajian dilaksanakan di Desa Bumi Ayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.
Dimulai Mei hingga Desember 2008.
Pengambilan sampel artropoda dilakukan dengan menggunakan perangkap pitfal (pitfall trap) dan
jaring ayun (Sweepnet). Pengambilan sampel artropoda dengan menggunakan pitfall trap dilakukan tiga
kali yaitu pada saat tanaman kedelai berumur 28, 59 dan 90 HST. Sedangkan pengembilan sampel
artropoda dengan menggunakan sweepnet hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur 90
HST.
Pitfall trap terbuat dari gelas plastik dipasang secara sistematis yaitu dalam petak pengkajian
sebanyak 40 buah gelas perangkap. Setiap gelas berisi campuran formalin dan air sabut. Formalin
berfungsi sebagai bahan pengawet sementara agar serangga tidak cepat membusuk, sedangkan air
sabut berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air sehingga artropoda yang terperangkap
langsung tenggelam.
Perangkap pitfall dibenamkan ke dalam tanah dengan permukaannya sejajar dengan permukaan
tanah, sehingga artropoda yang merayap di permukaan tanah akan terperangkap jatuh ke dalam gelas.
Artropoda yang diperoleh disaring dengan kain kasa, dibersihkan dari serasah atau kotoran lain dan
dimasukkan ke dalam botol film berisi alkohol 70% dan dilakukan identifikasi.
Sweep net berbentuk kekrucut, mulut jaring terbuat dari kawat melingkar dan jaring terbuat
dari kain kasa. Pengambilan sampel artropoda dilakukan dengan mengayunkan jaring ke kiri dan ke kanan
secara bolak balik sebanyak 20 kali pada setiap petak. Artropoda yang diperoleh dibersihkan dan
diawetkan dalam botol film yang berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi.
Semua artropoda yang diperoleh dipisahkan berdasarkan ordonya. Keragaman dan kelimpahan
spesies artropoda dianalisis dengan menggunakan Indeks Keragaman Shannon-Wienner dan Indeks
Keragaman Simpson (Magurran, 1988; Krebs, 1989).
Indeks Keragaman Shannon-Wienner yaitu H’ = ∑ pi ln pi sedangkan sebaran evenness dihitung
dengan menggunakan rumus E = H’/ln S.
Indeks Keragaman Simpson yaitu D = ∑ pi2 sedangkan nilai evenness dihitung dengan
menggunakan rumus E = (1/D)/S.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada manfaat yang cukup banyak dengan mengetahui keanekaragaman artropoda pada suatu
daerah. Menurut Altieri (1999), dengan mengetahui keanekaragaman penyusun suatu agroekosistem
maka dapat dilakukan suatu pengelolaan terhadap hama yaitu dengan peningkatan musuh alami.
Hasil kajian dari tiga kali pemasangan perangkap pitfall dan satu kali sweepnet pada pertanaman
kedelai diperoleh 7.877 individu artropoda yang terdiri atas 16 ordo, 94 famili, dan 273 spesies (Tabel
1). Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar artropoda yang ditemukan adalah golongan
serangga, dan di luar serangga yang ditemukan adalah ordo Arachnida dan Collembola.
Pada Gambar 1 dapat dilihat kelimpahan individu (abundace) dan kekayaan spesies (species
richness) artropoda yang diperoleh. Kelimpahan individu terbesar adalah pada Ordo Hymenoptera dan
selanjutnya Orthoptera. Dari keseluruhan individu artropoda yang diperoleh 52,16% didominasi oleh
Ordo Hymenoptera. Ordo ini individu yang paling banyak ditemukan adalah dari Famili Formicidae
(semut). Hal ini terjadi karena dengan menggunakan perangkasp pitfall banyak Formicidae yang
terperangkap di dalamnya. Demikian pula dengan kekayaan spesies, tertinggi juga terlihat pada Ordo
Hymenoptera dengan jumlah spesies 30,4% dari keseluruhan spesies yang ditemukan.
Perolehan artropoda tiap perangkap yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah individu
dan spesies terbanyak diperoleh dari perangkap pitfall. Hal ini terjadi karena pemasangan perangkap
pitfall dilakukan sebanyak 3 kali, sedangkan sweepnet hanya satu kali. Selain itu perangkap pitfall
37
4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011
merupakan perangkap artropoda tanah yang mampu memerangkap dalam jumlah besar. Dengan
menggunakan perangkap pitfall artropoda tanah dan tanaman dapat tertangkap, sedangkan dengan
sweepnet hanya artropoda pada kanopi tanaman yang tertangkap.
Keanekaragaman artropoda yang diperoleh pada kedua perangkap ini berdasarkan indeks
Shannon hampir sama, akan tetapi nilai evennes sweepnet lebih tinggi yaitu 0,7676 yang berarti dari
masing-masing spesies yang ditemukan melalui sweepnet adalah 76% jumlah individunya seragam.
Berdasarkan indeks Simpson, keanekaragaman artropoda tertinggi terlihat pada perangkap pitfall, hal
ini karena indeks Simpson melihat keanekaragaman berdasarkan kelimpahan individu sedangkan indeks
Shannon berdasarkan kekayaan spesies. Pengambilan sampel artropoda dengan perangkap pitfall
sebanyak tiga kali menyebabkan kelimpahan individu yang diperoleh cukup besar.
Predator banyak ditemukan pada Ordo Arachnida, Coleoptera, dan Hymenoptera dengan jumlah
individu terbanyak ditemukan pada Ordo Hymenoptera dari Famili Formicidae. Menurut Marc et al.,
(1999) bahwa predator dari Ordo Arachnida (Araneae) efektif untuk menekan perkembangan hama
pada lahan pertanian akan tetapi juga mempunyai dampak negatif pada populasi musuh alami lain. Coppel
& Mertins (1977) menyatakan bahwa predator yang folifag memiliki kemampuan yang tinggi dalam
beradaptasi terhadap lingkungan, dan memiliki kemampuan memencar yang cepat serta mampu beralih
mangsa apabila mangsa utama berkurang.
Kelompok fitofag juga terlihat cukup banyak ditemukan, yaitu terlihat dari persentase spesies
dan individu yang ditemukan. Fitofag merupakan jenis artropoda yang umum ditemukan pada tanaman
pertanian yang dibudidayakan. Pada pengkajian ini fitofag banyak ditemukan pada Ordo Coleoptera,
Diptera, Hemiptera, Homoptera, Lepidoptera, Orthoptera, dan Thysanoptera (Tabel 1). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Sembel (1990) bahwa dengan menggunakan sweepnet, fitofag yang umum
ditemukan pada pertanaman kedelai adalah dari Ordo Lepidopera (Noctuidae dan Pyralidae), Hemiptera
(Pentatomidae dan Coreidae) dan Dipera (Agromyzidae).
Data mengenai musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid terlihat sangat menarik.
Persentase musuh alami yang terkoleksi cukup tinggi baik dari persentase spesies dan individunya,
seperti pada Ordo Hymenoptera sebagian besar spesies yang ditemukan merupakan parasitoid (Tabel 1).
Pada pertanaman kedelai walaupun hama menjadi faktor utama dalam penurunan hasil, dari kajian ini
terlihat bahwa serangga parasitoid dan predator banyak ditemukan. Hal ini diduga disebabkan adanya
faktor tertentu yang menekan perkembangan musuh alami tersebut di lapangan yang menyebabkan
perannya tidak dapat maksimal dalam hal penurunan populasi hama.
38
7. Ramlan : Kajian Kelimpahan Dan Keanekaragaman Artropoda Pada Pertanaman Kedelai
Gambar 1. Persentase kelimpahan individu dan kekayaan spesies setiap
Ordo artropoda yang diperoleh pada pertanaman kedelai
Tabel 2. Jumlah ordo, famili, spesies, individu, indeks Shannon, indeks Simpson
dan evenness pada setiap perangkap
Perangkap
Uraian Total
Pitfall Sweepnet
Orodo (O) 14 12 16
Famili (F) 81 40 94
Spesies (S) 243 80 273
Individu (N) 7.264 613 7.877
Indeks Shannon (H’) 3,2587 3,3638 3,4490
Nilai Evenness (E) 0,0532 0,7676 0,6149
Indeks Simpson (I/D) 0,1192 0,0012 0,1053
Nilai Evenness (E) 0,0005 0,0001 0,0004
KESIMPULAN
• Terdapat 7.877 individu artropoda yang terdiri atas 16 ordo, 94 famili, dan 273 spesies ditemukan
pada pertanaman kedelai.
• Ordo Hymenoptera dan Orthoptera merupakan kelimpahan individu terbesar yang ditemukan, yang
didominasi oleh ordo Hymenoptera.
• Kekayaan spesies terbesar ditemukan pada ordo Hymenoptera dan Coleoptera.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri MA. 199. The ecological role of biodiversity in agroecosystems. J Agric Ecos & Env. 74: 19-31.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan arah pengembangan agribisnis kedelai.
Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 77 hal.
41
8. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian. 2007. Puslitbangtan, Badan Litbang
Pertanian. 54 hal.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros. 2008. Sulawesi Barat dalam angka. BPS Sulawesi Barat.
Coppel HC., Mertins JW. 1977. Biological insect pest suppression. Springer Verlag. Berlin, Heidelberg.
New York. 314p.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 2004. Paket teknologi pengendalian hama kedelai. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: 12-28.
Marc P., Canard A., Ysnel F. 1999. Spiders (Araneae) useful for pest limitation and bioindication. J
Agric Ecos & Env. 74: 229-273.
Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama kedelai di tingkat petani. In: Marwoto, Saleh N., Sumamrdi,
Wiranto A., penyunting. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai, di
Balittan Malang, 8-10 Agustus 1991.
Sembel DT. 1990. Insect and agricultural systems in the Dumoga Valley. J Rain Forest Insec of
Wallacea, 29: 313-318.
Tengkano W., Soehardjan M. 1985. Jenis hama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. In:
Somaatmadja S., Ismunadji M., Sumarno, Syam M., Manurung SO., Yuswadi, penyunting. Kedelai.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbangtan, Bogor: 295-318.
42