Integrasi bangsa di Indonesia belum berjalan dengan baik karena masih terjadi berbagai konflik sosial antar kelompok seperti antar suku, agama, dan ras. Untuk mencapai integrasi yang utuh diperlukan pengembangan identitas kebhinekaan sebagai jati diri bangsa dan penerapan toleransi antar kelompok untuk mempertahankan integritas bangsa.
2. Pengertian
• Sunyoto Usman ( 1994:1) mengartikan integrasi bangsa
sebagai suatu proses ketika kelompok sosial dalam
masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk
mewujudkan kedekatan hubungan sosial, ekonomi dan
politik.
• Sartono Kartodirdjo ( 1982:241 ) mengartikan integrasi
nasional sebagai proses mempersatukan bagian-bagian yang
terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat,
sehingga menjadi satu nasion.
3. Nazaruddin Sjamsuddin ( 1989:11-12 dan Sartono Kartodirdjo,
1982:247 ) membedakan integrasi menjadi dua dimensi yaitu :
1. Dimensi vertikal, integrasi nasional bertujuan mengintegrasi-
kan persepsi dan perilaku elite dan massa yaitu dengan
menghilangkan atau mengurangi kesenjangan antara
kelompok yang berpengaruh dengan kelompok yang
dipengaruhi.
2. Dimensi horizontal, proses integrasi pada upaya
menjembatani perbedaan yang dilahirkan oleh faktor
teritorial ( termasuk cultural ) dengan jalan mengurangi
kesenjangan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor.
4. Faktor-faktor pendorong integrasi
nasional sebagai berikut:
• Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
• Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928.
• Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana
dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi
kemerdekaan.
• Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur
di medan perjuangan.
5. • Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan
Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera
Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan
bahasa Indonesia.
• Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila,
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
• Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia secara turun temurun.
6. Bagaimana integrasi bangsa
bisa terjadi?
• Masyarakat dapat terintegrasi di atas kesepakatan sebagian
besar anggotanya terhadap nilai-nilai sosial tertentu yang
bersifat fundamental. Integrasi semacam itu lebih sering
tercipta dalam kehidupan masyarakat yang tergolong
majemuk atau lazim disebut “ POLY COMMUNAl” yaitu
suatu masyarakat yang ditandai oleh segmentasi berbagai
macam kelompok sosial dengan sub-kebudayaan yang unik.
7. • Proses integrasi saat penting bagi bangsa Indonesia guna
menyatukan masyarakatnya yang majemuk menjadi satu
kaesatuan yang utuh yang berdasarkan Pancasila,bila proses
integrasi tersebut gagal maka akan menimbulkan konflik-
konflik yang menjadi disintegrasi bangsa.
8. Faktor-faktor yang dapat menghambat
proses integrasi nasional
• Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam
faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan
daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya.
• Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang
dikelilingi oleh lautan luas.
• Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan
bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
9. • Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan
dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak
puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
• Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa
yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
• Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik
melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
• Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,
sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak
(majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film,
internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas
lengkap).
10. Kondisi Integrasi
Bangsa Indonesia
• Banyak peristiwa yang menunjukkan gejala-gejala adanya
disintegrasi bangsa,seperti konflik antar pemeluk agama,
konflik antar etnis/ras, konflik antar kelompok politik, dan
antar ideologi
• Kondisi integrasi Indonesia saat ini belum baik karena gejala
disintegrasi meningkat cukup tajam, misalnya konflik antar
etnis/ras yang berbaur dengan konflik antar pemeluk agama
di Pasuruan, Tasik Malaya, Sambas, Ketapang, Kupang,
Ambon,dsb.
11. Selama 1998-1999 terjadi berbagai konflik sosial antar
golongan seperti konflik sosial antar ras berupa penjarahan
pertokoan, pembunuhan, dan pemerkosaan nonpribumi pada
bulan Mei 1998 di Jakarta yang diikuti peristiwa sama di
daerah lain ; konflik sosial antar kelompok beragama, berupa
pembakaran gereja (peristiwa Situbondo,Ketapang),
pembakaran masjid (Kupang) ; konflik antar suku,berupa
perkelaian dengan pembunuhan antar suku
(Sambas,Ambon) ; juga konflik antar daerah dengan
pusat,antara Aceh,Riau, Irian Jaya,dengan pemerintah pusat
termasuk ABRI atau TNI (1998) ; konflik antar kelompok
politik, seperti terdapat dalam kasus santet (Jawa
Timur,1998), bentrok antar partai selama pemilu 1999, juga
bentrok antar kelompok yang berbeda kepentingannya yang
melahirkan peristiwa Semanggi ; maraknya konflik agama
yang berbaur dengan ideologi, politik, dan ras yang ditandai
dengan berbagai teror bom, misalnya Bom Malam Natal
(2000), Bom Bali (2002), Bom Mariot (2003) serta Bom
12. Sumber Konflik dan Pemecahannya
• Konflik yang terjadi dikarenakan masyarakat Indonesia yang
majemuk akan tetapi mereka tidak dapat saling menjaga
keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan hubungan sosial,
ekonomi dan politik.
• Dalam bangsa yang majemuk seperti Indonesia ini, ruang
lingkup harus diberikan kepada semua suku, agama, ras,dan
antar golongan (SARA) untuk mengembangkan rasa sekuritas,
identitas, kemajuan diri dan perlakuan adil agar kelompok
SARA ini tidak merasa terancam oleh kelompok lain.
Pemerintah dituntut bersikap mengayomi semua agama, ras,
dan golongan.
13. Pentingnya memahami identitas
bangsa bagi integritas bangsa
Dengan memupuk dan mengembangkan terus menerus
Kebhinekaan sebagai identitas bangsa, dapat mengatasi
berbagai macam konflik sosial yang ada di Indonesia, karena
sila-sila yang terkandung diyakini mampu menumbuhkan dan
mempertahankan rasa kebersamaan dalam kebhinekaan, selain
itu perlu adanya penerapan sikap toleransi sehingga integritas
bangsa tetap terjaga.