SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 33
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian
Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5170);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN FASILITAS
DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan
buah, sayuran, bahan obat nabati, florikultura, termasuk
di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang
berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau
bahan estetika.
2. Usaha Hortikultura adalah semua kegiatan untuk
menghasilkan produk dan/atau menyelenggarakan jasa
yang berkaitan dengan Hortikultura.
3. Pelaku …
- 2 -
3. Pelaku Usaha Hortikultura, selanjutnya disebut Pelaku
Usaha, adalah petani, organisasi petani, orang
perseorangan lainnya, atau perusahaan yang melakukan
Usaha Hortikultura, baik berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia.
4. Prasarana Hortikultura adalah segala sesuatu yang
menjadi penunjang utama Usaha Hortikultura.
5. Sarana Hortikultura adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan
dalam Usaha Hortikultura.
6. Pengolahan adalah proses mengubah secara fisik, kimiawi,
dan biologis bahan komoditas Hortikultura menjadi suatu
bentuk produk turunan.
7. Fasilitas adalah kemudahan yang diberikan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Pelaku
Usaha untuk meningkatkan kegiatan Usaha Hortikultura.
8. Insentif adalah stimulan yang diberikan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah kepada Pelaku Usaha untuk
meningkatkan motivasi dan kinerja Usaha Hortikultura.
9. Sistem Informasi adalah serangkaian prosedur untuk
melaksanakan suatu fungsi dan kegiatan yang mencakup
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan,
penyajian, dan penyebaran data dan informasi.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggungjawabnya
di bidang Hortikultura.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan mengenai pemberian Fasilitas dan
Insentif dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi:
a. jenis ...
- 3 -
a. jenis dan kriteria Usaha Hortikultura penerima Fasilitas
dan Insentif;
b. bentuk Fasilitas dan Insentif;
c. syarat dan tata cara pemberian Fasilitas dan Insentif; dan
d. pengawasan.
BAB II
JENIS DAN KRITERIA USAHA HORTIKULTURA
YANG MENERIMA FASILITAS DAN INSENTIF
Pasal 3
(1) Usaha Hortikultura meliputi:
a. perbenihan;
b. budidaya;
c. panen dan pascapanen;
d. pengolahan;
e. distribusi, perdagangan, dan pemasaran;
f. penelitian; dan
g. wisata agro.
(2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengutamakan
pemberian fasilitas dan insentif kepada Usaha
Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan:
a. Usaha Hortikultura mikro dan kecil;
b. Usaha Hortikultura yang ramah lingkungan;
c. Usaha Hortikultura yang mengembangkan komoditas
unggulan nasional dan daerah;
d. usaha budidaya organik; dan/atau
e. Usaha Hortikultura yang bergerak di bidang penelitian
dan pengembangan.
Pasal 4
Usaha Hortikultura mikro dan kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a harus memenuhi kriteria:
a. nilai ...
- 4 -
a. nilai kekayaan bersih; atau
b. hasil penjualan tahunan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pasal 5
(1) Usaha Hortikultura yang ramah lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b harus memenuhi
kriteria:
a. tidak membahayakan kesehatan manusia;
b. melindungi keselamatan manusia,
c. tidak membahayakan hewan, tumbuhan, dan sumber
daya Hortikultura lainnya; dan
d. mengikuti kaidah konservasi lahan dan air .
(2) Usaha Hortikultura yang tidak membahayakan kesehatan
manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan Usaha Hortikultura yang menghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan keamanan pangan.
(3) Usaha Hortikultura yang melindungi keselamatan
manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan Usaha Hortikultura yang tidak menimbulkan
cemaran kimia, fisik, dan biologis terhadap pekerja dan
masyarakat.
(4) Usaha Hortikultura yang tidak membahayakan hewan,
tumbuhan, dan sumberdaya hortikultura lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
Usaha Hortikultura yang tidak menimbulkan cemaran
kimia, fisik, dan biologis terhadap hewan, tumbuhan, dan
sumberdaya hortikultura lainnya.
(5) Usaha Hortikultura yang mengikuti kaidah konservasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
Usaha Hortikultura yang tidak merusak fungsi lingkungan
akibat pemanfaatan lahan dan penggunaan air yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Usaha ...
- 5 -
(6) Usaha Hortikultura yang memenuhi kriteria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c
dilaksanakan pada saat budidaya, panen dan pascapanen,
dan/atau Pengolahan sesuai dengan tata cara budidaya
yang baik, tata cara panen dan pasca panen yang baik,
dan tata cara Pengolahan yang baik.
(7) Usaha Hortikultura yang memenuhi kriteria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan sesuai
dengan perlindungan, pemeliharaan, pemulihan, dan
peningkatan fungsi lahan budidaya Hortikultura.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara budi daya yang
baik, tata cara panen dan pasca panen yang baik, dan tata
cara pengolahan yang baik serta perlindungan,
pemeliharaan, pemulihan, dan peningkatan fungsi lahan
budidaya Hortikultura diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 6
(1) Usaha Hortikultura yang mengembangkan komoditas
unggulan nasional dan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c harus memiliki kriteria:
a. menghasilkan produk Hortikultura yang memiliki daya
saing; dan
b. memperhatikan kearifan lokal.
(2) Daya saing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kesesuaian agroekosistem, nilai strategis, potensi
komersial, dan keunggulan spesifik.
(3) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi nilai dan cara atau kebiasaan hidup yang
dipelihara dan diwarisi secara turun temurun.
(4) Komoditas unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh:
a. Menteri, untuk komoditas unggulan nasional;
b. Gubernur, untuk komoditas unggulan provinsi; dan
c. Bupati/walikota, untuk komoditas unggulan
kabupaten/kota.
Pasal ...
- 6 -
Pasal 7
(1) Usaha budidaya organik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat ayat (2) huruf d harus memenuhi kriteria:
a. menggunakan bahan alami;
b. memenuhi aspek keamanan bagi kesehatan produsen
dan konsumen; dan
c. menjaga keseimbangan lingkungan serta siklus
alaminya.
(2) Penggunaan bahan alami sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a harus dilakukan berdasarkan standar
pangan organik.
(3) Keamanan bagi kesehatan produsen dan konsumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan menjaga
keseimbangan lingkungan serta siklus alaminya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c harus
dilaksanakan berdasarkan tata cara budidaya yang baik.
Pasal 8
Usaha Hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan
pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf e harus memenuhi kriteria baru, aplikatif, memberi nilai
tambah, bermanfaat bagi masyarakat dan tidak bertentangan
dengan nilai sosial, budaya, dan lingkungan.
BAB III
BENTUK FASILITAS DAN INSENTIF
Bagian Kesatu
Bentuk Fasilitas
Paragraf 1
Umum
Pasal 9
Bentuk Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
b paling sedikit meliputi:
a. Kemudahan ...
- 7 -
a. kemudahan perizinan;
b. pemanfaatan lahan;
c. penjaminan;
d. akses permodalan;
e. pemasaran; dan/atau
f. kemudahan kerja sama/kemitraan.
Paragraf 2
Kemudahan Perizinan
Pasal 10
Bentuk kemudahan perizinan Usaha Hortikultura
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a meliputi:
a. informasi perizinan; dan
b. pelayanan perizinan.
Pasal 11
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya memberikan kemudahan informasi
perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
kepada Pelaku Usaha menengah dan besar.
(2) Informasi perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi informasi mengenai:
a. jenis izin usaha;
b. persyaratan;
c. tata cara pemberian izin;
d. biaya; dan
e. jangka waktu penerbitan izin.
(3) Informasi perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dimuat dalam media cetak dan/atau media elektronik.
Pasal 12
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya memberikan kemudahan pelayanan
perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b
kepada Pelaku Usaha menengah dan besar.
(2) Pelayanan ...
- 8 -
(2) Pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi izin usaha:
a. perbenihan;
b. budidaya;
c. panen dan pascapanen;
d. Pengolahan;
e. penelitian;
f. wisata agro; dan
g. distribusi, perdagangan, dan pemasaran.
(3) Kemudahan pelayanan perizinan meliputi:
a. penyederhanaan persyaratan;
b. ketepatan waktu pelayanan;
c. keringanan biaya; dan
d. penyederhanaan prosedur.
(4) Ketentuan mengenai pedoman kemudahan pelayanan
perizinan berupa izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f diatur dengan
Peraturan Menteri.
(5) Ketentuan mengenai pedoman kemudahan pelayanan
perizinan berupa izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf g diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan.
Paragraf 3
Pemanfaatan Lahan
Pasal 13
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya memfasilitasi pemanfatan lahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b kepada
Pelaku Usaha mikro dan kecil untuk pengembangan
Hortikultura meliputi tanah yang sudah diberikan hak
oleh negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan atau
dasar penguasaan atas tanah, yang tidak diusahakan,
tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai
dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak
atau dasar penguasaannya.
(2) Pemanfaatan ...
- 9 -
(2) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak termasuk:
a. tanah yang sudah diberikan hak oleh Negara berupa
Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama
perseorangan yang secara tidak sengaja tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan, atau sifat dan
tujuan pemberian haknya; dan
b. tanah yang dikuasai Pemerintah, baik secara langsung
maupun tidak langsung dan sudah berstatus atau
belum berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang
tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan
keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya.
(3) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan di lahan yang belum dimanfaatkan sesuai
dengan peruntukannya sepanjang dengan perjanjian atau
persetujuan pemegang hak.
(4) Fasilitasi pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dalam bentuk mediasi dan
pemberian informasi.
(5) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 4
Penjaminan
Pasal 14
(1) Penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c
diberikan dalam bentuk:
a. imbal jasa penjaminan; dan
b. pembagian risiko.
(2) Imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a diberikan oleh lembaga penjamin berdasarkan
penugasan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(3) Pembagian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b disediakan secara proporsional oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah kepada bank yang ditugasi
oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(4) Imbal …
- 10 -
(4) Imbal jasa penjaminan dan pembagian risiko sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) Imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) diberikan kepada Pelaku Usaha mikro
dan kecil yang :
a. layak usaha tetapi belum layak bank;
b. berlokasi di kawasan Hortikultura yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah; dan/atau
c. mengembangkan komoditas unggulan yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
(2) Kriteria kelayakan usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasil keuntungan, modal
pokok dan kewajiban membayar bunga bank serta biaya
operasional lainnya.
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan
informasi kelayakan Usaha Hortikultura Pelaku usaha
mikro dan kecil kepada Perbankan.
Pasal 16
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan
bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil
yang belum dan yang sudah mendapatkan kredit
dan/atau pembiayaan.
(2) Bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil
yang belum mendapatkan kredit dan/atau pembiayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bimbingan
teknis dalam pemenuhan dasar kelayakan usaha,
persyaratan pengajuan kredit dan/atau pembiayaan, dan
penyusunan proposal pengajuan pinjaman.
(3) Bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil
yang sudah mendapatkan kredit dan/atau pembiayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bimbingan
teknis dalam pengelolaan penggunaan dana kredit
dan/atau pembiayaan sesuai dengan proposal,
pelaksanaan usaha, dan pengembalian kredit dan/atau
pembiayaan.
Paragraf …
- 11 -
Paragraf 5
Akses Permodalan
Pasal 17
(1) Akses permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil
oleh lembaga keuangan yang ditugasi Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.
(2) Akses permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa kemudahan:
a. mendapatkan subsidi bunga dan/atau yang
dipersamakan dalam praktik lembaga keuangan
syariah; dan/atau
b. pinjaman dengan Penjaminan dan/atau pinjaman
tanpa agunan.
Paragraf 6
Pemasaran
Pasal 18
(1) Fasilitas pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf e dilakukan untuk kelancaran pemasaran produk
Hortikultura.
(2) Fasilitas pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. sistem informasi pasar;
b. promosi;
c. kemudahan ekspor;
d. pendampingan pemasaran;
e. kelembagaan; dan/atau
f. pasar Hortikultura.
Pasal …
- 12 -
Pasal 19
(1) Pemerintah memfasilitasi pemasaran Hortikultura melalui
penyediaan informasi pasar kepada Pelaku Usaha dalam
sistem informasi pasar.
(2) Sistem informasi pasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf a dikelola oleh Menteri.
(3) Sistem informasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit menyediakan informasi mengenai:
a. jenis komoditas Hortikultura;
b. permintaan dan penyediaan;
c. harga komoditas; dan
d. peluang dan tantangan pasar.
(4) Sistem informasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) merupakan bagian dari sistem informasi Hortikultura.
(5) Ketentuan mengenai pengumpulan, pengolahan,
penganalisisan, penyimpanan, penyajian, serta
penyebaran data dan informasi Hortikultura diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 20
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya melakukan promosi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b baik di dalam
negeri maupun di luar negeri secara terencana dan
berkelanjutan kepada Pelaku Usaha.
(2) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit dilakukan dalam bentuk:
a. pameran;
b. misi dagang; dan
c. iklan melalui media cetak, elektronik, dan teknologi
informasi dan komunikasi.
Pasal 21
(1) Pemerintah memberikan kemudahan ekspor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c kepada Pelaku
Usaha dengan memperhatikan kebutuhan dan
ketersediaan produk Hortikultura di dalam negeri.
(2) Kemudahan …
- 13 -
(2) Kemudahan ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi:
a. penyediaan sarana dan prasarana pendukung ekspor;
b. penguatan rantai pasok produk Hortikultura Indonesia
ke luar negeri; dan
c. pemenuhan persyaratan teknis perdagangan
internasional.
(3) Penyediaan sarana dan prasarana pendukung ekspor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
oleh Menteri dan menteri terkait.
(4) Penguatan rantai pasok produk Hortikultura Indonesia ke
luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan oleh Menteri dan menteri terkait.
(5) Pemenuhan persyaratan teknis perdagangan internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan
oleh Menteri.
Pasal 22
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya melakukan pendampingan pemasaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf d
kepada Pelaku Usaha.
(2) Pendampingan pemasaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam rangka:
a. mengenal perilaku pasar;
b. memperlancar proses pemasaran;
c. menjual produk secara efektif;
d. menjaga pasar yang telah tercipta; dan
e. memperluas pasar.
(3) Pendampingan pemasaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam bentuk:
a. keterlibatan langsung sumber daya manusia
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha; dan
b. advokasi di bidang pemasaran.
Pasal …
- 14 -
Pasal 23
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya memfasilitasi kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf e kepada Pelaku
Usaha.
(2) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas kelompok tani, gabungan kelompok tani, badan
usaha milik petani atau pedagang, asosiasi, dan gabungan
asosiasi.
(3) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan untuk meningkatkan soliditas dan
kerjasama dalam rangka mengefisienkan rantai pasok
Hortikultura.
(4) Peningkatan soliditas dan kerjasama kelembagaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam
bentuk:
a. pembinaan kelembagaan; dan
b. pembinaan sumber daya manusia.
Pasal 24
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya menyelenggarakan pasar Hortikultura
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf f
kepada Pelaku Usaha.
(2) Pasar Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan dalam bentuk pengaturan, pembangunan,
pengelolaan, dan pengawasan pasar fisik dan non fisik.
(3) Pasar fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. pasar Hortikultura berkala di lokasi strategis;
b. pasar tradisional;
c. pasar induk Hortikultura di kawasan Hortikultura; dan
d. pasar lelang.
(4) Pasar non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. bursa komoditi;
b. perdagangan secara elektronik; dan
c. kontrak budidaya.
(5) Pemerintah …
- 15 -
(5) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya menyelenggarakan pembangunan dan
pengelolaan pasar fisik.
(6) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya melaksanakan pengaturan dan
pengawasan pasar fisik dan pasar non fisik.
Paragraf 7
Kemudahan Kerja Sama/Kemitraan
Pasal 25
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan
kemudahan kerja sama/kemitraan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f kepada Pelaku Usaha.
(2) Kemudahan kerja sama/kemitraan yang diberikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kerja
sama/kemitraan yang dilakukan atas dasar kesetaraan,
keterkaitan usaha, saling menguntungkan, saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling
mempercayai.
(3) Kemudahan kerja sama/kemitraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. memfasilitasi pertemuan para pihak yang akan
melakukan kerja sama/kemitraan;
b. memberikan standar mengenai perjanjian/kontrak
yang baik termasuk di dalamnya hak dan kewajiban,
jangka waktu perjanjian, serta penyelesaian apabila
terjadi perselisihan;
c. mengadvokasi dan memberikan arah penyelesaian
dalam perselisihan;
d. memberikan informasi mengenai harga, mutu, dan
komoditas Hortikultura; dan
e. bimbingan, pembinaan, pengawasan, dan edukasi
terhadap Pelaku Usaha.
(4) Kemudahan kerja sama/kemitraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian ...
- 16 -
Bagian Kedua
Bentuk Insentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 26
Bentuk Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
meliputi:
a. keringanan pajak dan retribusi;
b. peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura;
c. bantuan Sarana Hortikultura;
d. bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat;
e. penghargaan; dan/atau
f. keringanan biaya penerbitan sertipikat hak atas tanah.
Paragraf 2
Keringanan Pajak dan Retribusi
Pasal 27
(1) Keringanan pajak dan retribusi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf a dapat berupa keringanan pajak,
pajak daerah, dan retribusi.
(2) Keringanan pajak, pajak daerah, dan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Pelaku
Usaha mikro dan kecil sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 3
Peningkatan Kualitas Prasarana Hortikultura
Pasal 28
(1) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf b berupa pengembalian
dan/atau peningkatkan mutu dan kapasitas prasarana
pada kegiatan Usaha Hortikultura.
(2) Prasarana …
- 17 -
(2) Prasarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. jaringan irigasi;
b. pasar;
c. jalan penghubung dari lokasi budidaya ke lokasi
pascapanen sampai ke pasar;
d. pelabuhan dan area transit;
e. tenaga listrik dan jaringannya sampai ke lokasi
pascapanen;
f. jaringan komunikasi sampai ke lokasi budidaya;
g. gudang yang memenuhi persyaratan teknis;
h. rumah atau penaung tanaman yang memenuhi
persyaratan teknis;
i. gudang berpendingin;
j. bangsal penanganan pascapanen yang memenuhi
persyaratan teknis; dan
k. pengolah limbah.
(3) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f
diberikan kepada Pelaku Usaha.
(5) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf g sampai dengan huruf k
hanya diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil.
Paragraf 4
Bantuan Sarana Hortikultura
Pasal 29
(1) Bantuan Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf c dapat berupa natura, natura
bersubsidi, dana pengadaan, atau pengaturan rantai
pasok.
(2) Sarana …
- 18 -
(2) Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. benih bermutu dari varietas unggul;
b. pupuk yang tepat dan ramah lingkungan;
c. zat pengatur tumbuh yang tepat dan ramah
lingkungan;
d. bahan pengendali organisme pengganggu tumbuhan
yang ramah lingkungan; dan
e. alat dan mesin yang menunjang Hortikultura.
(3) Bantuan Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Bantuan Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) hanya diberikan kepada Pelaku Usaha mikro
dan kecil.
Paragraf 5
Bantuan Pendanaan Bagi Penerbitan Sertifikat
Pasal 30
(1) Bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d diberikan
untuk :
a. sertifikasi jaminan mutu dan keamanan pangan;
b. sertifikasi organik; dan/atau
c. sertifikasi kompetensi.
(2) Bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan
kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil.
(3) Bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf …
- 19 -
Paragraf 6
Penghargaan
Pasal 31
(1) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
huruf e diberikan dalam bentuk:
a. piagam;
b. pelatihan; dan/atau
c. bentuk lainnya yang bersifat stimulan.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada Pelaku Usaha yang berhasil dan
memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian dan
pemberian penghargaan diatur dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 7
Keringanan Biaya Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah
Pasal 32
(1) Keringanan biaya penerbitan sertipikat hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f diberikan
dalam bentuk pengurangan atau pembebasan biaya.
(2) Keringanan biaya penerbitan sertipikat hak atas tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terutama
kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil.
(3) Bentuk keringanan biaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan.
BAB …
- 20 -
BAB IV
SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN
FASILITAS DAN/ATAU INSENTIF
Bagian Kesatu
Syarat Pemberian Fasilitas dan/atau Insentif
Pasal 33
(1) Usaha Hortikultura mikro dan kecil dapat diberikan
fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 15,
Pasal 16, Pasal 17, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 dan/atau Insentif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal
29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 apabila memenuhi
persyaratan:
a. memiliki tanda pendataan;
b. diselenggarakan oleh warga negara Indonesia atau
badan usaha yang dimiliki oleh warga negara
Indonesia; dan
c. memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4.
(2) Usaha Hortikultura menengah dan besar dapat diberikan
fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 dan/atau Insentif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf a sampai dengan huruf f,
dan Pasal 31 apabila memenuhi persyaratan:
a. memiliki izin usaha;
b. diselenggarakan oleh warga negara Indonesia atau
badan usaha yang dimiliki oleh warga negara
Indonesia;
c. memiliki sertifikat yang berkaitan dengan bidang
usahanya; dan
d. memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5, Pasal 6, Pasal 7, dan/atau Pasal 8.
Bagian …
- 21 -
Bagian Kedua
Tata Cara Pemberian Fasilitas dan/atau Insentif
Pasal 34
Tata cara pemberian Fasilitas dan Insentif oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah meliputi:
a. perencanaan;
b. pengusulan;
c. penetapan; dan
d. penyaluran.
Pasal 35
(1) Perencanaan pemberian fasilitas dan insentif dimuat pada
perencanaan Hortikultura.
(2) Perencanaan Hortikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan bagian integral dari perencanaan
pembangunan nasional, perencanaan pembangunan
daerah, dan perencanaan pembangunan sektoral.
Pasal 36
(1) Pengusulan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif oleh
Pemerintah dilakukan melalui tahap:
a. inventarisasi calon penerima Fasilitas dan/atau
Insentif oleh bupati/walikota untuk diusulkan kepada
gubernur.
b. verifikasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif
oleh gubernur untuk diusulkan kepada Menteri atau
menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait; dan
c. validasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh
Menteri atau menteri/pimpinan lembaga pemerintah
terkait.
(2) Pengusulan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif oleh
Pemerintah Daerah Provinsi dilakukan melalui tahap:
a. inventarisasi calon penerima Fasilitas dan/atau
Insentif oleh bupati/walikota untuk diusulkan kepada
gubernur; dan
b. verifikasi dan validasi calon penerima Fasilitas
dan/atau Insentif oleh gubernur.
(3) Pengusulan . . .
- 22 -
(3) Pengusulan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dilakukan melalui
tahap inventarisasi, verifikasi, dan validasi calon penerima
Fasilitas dan/atau Insentif oleh bupati/walikota.
Pasal 37
Penetapan pemberian Fasilitas dan Insentif dilakukan oleh
Menteri atau menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait,
gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan pengusulan
sebagaiman dimaksud dalam Pasal 36.
Pasal 38
Penyaluran kepada penerima Fasilitas dan Insentif yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud Pasal 37 dilakukan oleh
Menteri atau menteri /pimpinan lembaga pemerintah terkait,
gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 39
Ketentuan mengenai tata cara inventarisasi, verifikasi, validasi,
penetapan Fasilitas dan/atau Insentif serta penyaluran
Fasilitas dan/atau Insentif diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 40
Pelaku Usaha penerima Fasilitas dan/atau Insentif wajib:
a. memanfaatkan Fasilitas dan/atau Insentif sesuai
peruntukan; dan
b. melaporkan pemanfaatan kepada pemberi Fasilitas
dan/atau Insentif.
Pasal 41
(1) Pengawasan dilakukan untuk menjamin pemanfaatan
Fasilitas dan/atau Insentif sesuai dengan peruntukannya.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Menteri, menteri/pimpinan lembaga
pemerintah terkait, gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Pengawasan . . .
- 23 -
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dalam
bentuk pelaporan.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi.
(5) Jika diperlukan, pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap
pemanfaatan Fasilitas dan/atau Insentif.
Pasal 42
Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh
Menteri, menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait,
gubernur, bupati/walikota, Pelaku Usaha tidak memanfatkan
Fasilitas dan/atau Insentif sesuai peruntukannya, dikenai
sanksi berupa:
a. peringatan;
b. pengurangan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif;
dan/atau
c. pencabutan Fasilitas dan/atau Insentif.
Pasal 43
Ketentuan mengenai pedoman pengawasan dan pengenaan
sanksi diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Peraturan Menteri dan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
harus telah ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
Pasal 45
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar ...
- 24 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 April 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 April 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 83
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014 2013
TENTANG
PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA
I. UMUM
Pembangunan subsektor Hortikultura memberikan sumbangan yang cukup
berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Sumbangan
tersebut dapat dilihat pada produk domestik bruto, besarnya jumlah
rumah tangga yang bergantung pada subsektor Hortikultura, penyerapan
tenaga kerja, dan pengaruhnya pada perekonomian regional. Selain
mempunyai sumbangan yang cukup berarti pada sektor pertanian,
Hortikultura juga berperan penting dalam sektor pariwisata dan budaya.
Sumbangan dan peran Hortikultura tersebut di atas dapat lebih
ditingkatkan dengan pemberian Fasilitas dan Insentif yang sesuai dan
memadai. Sumbangan dan peran yang dapat ditingkatkan mencakup
bidang-bidang yang terkait dengan:
a. Usaha Hortikultura mikro dan kecil yang merupakan bagian terbesar
dari Usaha Hortikultura di Indonesia saat ini.
b. Usaha Hortikultura ramah lingkungan yang tidak menggunakan bahan
kimia yang berlebihan dan sejalan dengan prinsip konservasi lahan dan
air.
c. Usaha Hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan
nasional dan daerah, baik yang telah banyak dibudidayakan maupun
yang baru merupakan potensi dan belum banyak dikembangkan.
d. usaha budidaya organik yang saat ini permintaannya semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya semangat back to nature.
e. Usaha Hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan
pengembangan yang harus ditumbuhkembangkan seiring dengan
semakin kompleksnya permasalahan baik di bidang teknologi maupun
di bidang sosial ekonomi yang memerlukan penelitian yang mendalam.
Pemberian Fasilitas dan Insentif yang sesuai dan memadai sebagaimana
diulas pada alinea di atas, memerlukan landasan hukum yang dapat
digunakan sebagai dasar pemberian Fasilitas dan Insentif tersebut. Untuk
itu perlu disusun Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Fasilitas dan
Insentif Usaha Hortikultura. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang
jenis dan kriteria Usaha Hortikultura yang diberi Fasilitas dan Insentif,
bentuk Fasilitas dan Insentif, syarat dan tata cara pemberian Fasilitas dan
Insentif, dan pengawasan.
II. PASAL . . .
- 2 -
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Yang dimaksud dengan “baru” adalah belum pernah ada sebelumnya
dan belum beredar.
Yang dimaksud dengan “aplikatif” adalah dapat diterima dan mudah
diterapkan oleh masyarakat.
Yang dimaksud dengan “nilai tambah” adalah memberikan
keuntungan diantaranya melalui penurunan kehilangan hasil dan
mempertahankan dan meningkatkan mutu.
Pasal 9
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kemudahan perizinan” adalah
kemudahan di dalam pelayanan perizinan kepada Pelaku Usaha,
yang jelas syarat dan tatalaksananya, cepat, dan murah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf . . .
- 3 -
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ”media cetak” antara lain koran,
spanduk, papan pengumuman, dan brosur.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan
tujuan pemberian haknya” adalah Pemegang Hak
perseorangan dimaksud tidak memiliki kemampuan dari
segi ekonomi untuk mengusahakan, mempergunakan,
atau memanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat
dan tujuan pemberian haknya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan
tujuan pemberian haknya” adalah karena keterbatasan
anggaran negara/daerah untuk mengusahakan,
mempergunakan, atau memanfaatkan sesuai dengan
keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian haknya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal . . .
- 4 -
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “penjaminan” adalah kegiatan
pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial
penerima kredit dan/atau pembiayaan.
Pemberian imbal jasa penjaminan dalam ketentuan ini berupa
pembayaran imbal jasa/premi tanpa menanggung risiko atas
gagal bayar kredit usaha dan/atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah.
Pembagian risiko (risk sharing) disediakan dengan menanggung
risiko apabila Pelaku Usaha gagal bayar atas kredit usaha
dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “layak usaha” adalah kondisi
suatu usaha yang dapat menghasilkan pendapatan di
atas modal pokok dan biaya-biaya lainnya.
Yang dimaksud dengan “layak bank” adalah kondisi
suatu usaha memiliki agunan tambahan berupa
sertipikat tanah atau dokumen yang dipersamakan
dan/atau surat bukti kepemilikan aset yang dapat
diagunkan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Subsidi bunga dan/atau yang dipersamakan dalam
praktik lembaga keuangan syariah diberikan kepada
Pelaku Usaha mikro dan kecil yang layak bank tetapi
belum layak usaha.
Huruf . . .
- 5 -
Huruf b
Khusus untuk lembaga keuangan bank, yang dimaksud
dengan “tanpa agunan” adalah tanpa agunan tambahan.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan, menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perhubungan, dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan, menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perhubungan, dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal ...
- 6 -
Pasal 26
Huruf a
Yang dimaksud dengan “keringanan pajak” adalah insentif
dan/atau fasilitas pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “peningkatan kualitas Prasarana
Hortikultura” adalah upaya untuk meningkatkan mutu dan
kapasitas Prasarana Hortikultura yang diperlukan untuk
mendukung peningkatan produksi, produktivitas, mutu,
menekan kehilangan hasil, dan meningkatkan daya saing
produk Hortikultura.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf . . .
- 7 -
Huruf k
Pengolah limbah terdiri dari pengolah limbah padat dan
pengolah air limbah. Hasil pengolahan limbah padat dan
pengolahan air limbah dapat dibuang ke media
lingkungan setelah memenuhi baku mutu lingkungan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Bahan pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) yang ramah lingkungan antara lain agensia hayati
dan pestisida nabati.
Huruf e
Alat dan mesin yang menunjang Hortikultura antara lain
brongsong, ajir, power sprayer, keranjang panen, dan alat
panen.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “sertifikat jaminan mutu dan
keamanan pangan” antara lain: sertifikat tata cara
budidaya yang baik (good agricultural practices), tata cara
penanganan pascapanen yang baik (good handling
practices), tata cara Pengolahan yang baik (good
manufacturing practices), tata cara distribusi yang baik
(good distribution practices), serta Sertifikat Analisis
Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
and Critical Control Point).
Huruf ...
- 8 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan “sertifikat organik” adalah
keterangan yang menjelaskan bahwa proses produksi
dan produk hortikultura yang dihasilkan memenuhi
standar kualifikasi oganik yang ditetapkan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sertifikat kompetensi” antara
lain sertifikat kompetensi sumber daya manusia sesuai
dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “tanda pendataan” yaitu suatu
keterangan yang memuat antara lain tentang Pelaku
Usaha, nama usaha, jenis usaha, lokasi usaha dan
alamat usaha yang menjadi bukti bahwa usaha mikro
dan kecil telah didata oleh Pemerintah Daerah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “izin usaha” adalah izin yang
telah dilengkapi antara lain izin lingkungan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal ...
- 9 -
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5532

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
 
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumPermenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumArina Priyanka
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...infosanitasi
 
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minum
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minumOcr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minum
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minumMRFerguson
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumJoy Irman
 
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Oswar Mungkasa
 
P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...
P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...
P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...Anjas Asmara, S.Si
 
Permenkes No. 1018 Ttg Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
Permenkes  No. 1018  Ttg  Strategi Adaptasi  Perubahan IklimPermenkes  No. 1018  Ttg  Strategi Adaptasi  Perubahan Iklim
Permenkes No. 1018 Ttg Strategi Adaptasi Perubahan IklimAdelina Hutauruk
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...infosanitasi
 
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttdPmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttdYudhe Ahmad
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianAdelina Hutauruk
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaUFDK
 

Was ist angesagt? (15)

Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
 
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumPermenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
 
55 permenkes 416
55 permenkes 41655 permenkes 416
55 permenkes 416
 
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minum
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minumOcr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minum
Ocr permenkes 492 2010 persyaratan kualitas air minum
 
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasabogaKmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
 
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
 
P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...
P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...
P.102 pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup bagi usaha danatau kegiatan...
 
Permenkes No. 1018 Ttg Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
Permenkes  No. 1018  Ttg  Strategi Adaptasi  Perubahan IklimPermenkes  No. 1018  Ttg  Strategi Adaptasi  Perubahan Iklim
Permenkes No. 1018 Ttg Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
 
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttdPmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 
01. permenkes no-416
01. permenkes no-41601. permenkes no-416
01. permenkes no-416
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 

Ähnlich wie Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura

Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanamanPp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanamanPeople Power
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Inna Muthma
 
Permendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdf
Permendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdfPermendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdf
Permendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdfAgusMSuleman
 
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdfRamliMohAli
 
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaAnwar Junaedi
 
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkesPmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkesUlfah Hanum
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalSainal Edi Kamal
 
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanUu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanRizki Fitrianto
 
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdalPermen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdalAbdullah Alfarabi
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012Andi Kurniawansyah
 
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012Fitri Hady Amrullah
 
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...egyd welyn
 
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfPermen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfDISKANMALRA
 
Menkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotikMenkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotikJohn Leyy
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Nusdianto Triakoso
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupLAKSMI WIJAYANTI
 
Kebijakan KL-PL November 2020.pptx
Kebijakan KL-PL November 2020.pptxKebijakan KL-PL November 2020.pptx
Kebijakan KL-PL November 2020.pptxUtamiRizki4
 
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitPMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitUFDK
 

Ähnlich wie Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura (20)

Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanamanPp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
 
Permendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdf
Permendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdfPermendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdf
Permendagri-Nomor-52-Tahun-2014.pdf
 
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
1. UU NO. 13 TAHUN 2010 (Hortikultura).pdf
 
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkesPmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
 
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanUu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
 
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdalPermen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
 
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
 
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
 
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfPermen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
 
17 Tahun 2020.pdf
17 Tahun 2020.pdf17 Tahun 2020.pdf
17 Tahun 2020.pdf
 
Menkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotikMenkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotik
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
 
PER-UU-HSP - Copy.PPT
PER-UU-HSP - Copy.PPTPER-UU-HSP - Copy.PPT
PER-UU-HSP - Copy.PPT
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
 
Kebijakan KL-PL November 2020.pptx
Kebijakan KL-PL November 2020.pptxKebijakan KL-PL November 2020.pptx
Kebijakan KL-PL November 2020.pptx
 
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitPMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
 

Mehr von Winarto Winartoap

Pp 32 th 2015 gaji polri 2915
Pp 32 th 2015 gaji polri 2915Pp 32 th 2015 gaji polri 2915
Pp 32 th 2015 gaji polri 2915Winarto Winartoap
 
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015Winarto Winartoap
 
Pp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tni
Pp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tniPp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tni
Pp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tniWinarto Winartoap
 
Pp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polri
Pp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polriPp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polri
Pp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polriWinarto Winartoap
 
Pp 36 th 2015 tunjangan anggota knip
Pp 36 th 2015 tunjangan anggota knipPp 36 th 2015 tunjangan anggota knip
Pp 36 th 2015 tunjangan anggota knipWinarto Winartoap
 
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaanPp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaanWinarto Winartoap
 
Permendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budaya
Permendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budayaPermendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budaya
Permendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budayaWinarto Winartoap
 
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0Winarto Winartoap
 
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputer
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputerKeputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputer
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputerWinarto Winartoap
 
Permendikbud no.4 tahun 2015
Permendikbud no.4 tahun 2015Permendikbud no.4 tahun 2015
Permendikbud no.4 tahun 2015Winarto Winartoap
 
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...Winarto Winartoap
 
6045 kst-administrasi perkantoran
6045 kst-administrasi perkantoran6045 kst-administrasi perkantoran
6045 kst-administrasi perkantoranWinarto Winartoap
 

Mehr von Winarto Winartoap (20)

Pp 30 th 2015 gaji pns 2015
Pp 30 th 2015 gaji pns 2015Pp 30 th 2015 gaji pns 2015
Pp 30 th 2015 gaji pns 2015
 
Pp 31 th 2015 gaji tni 2015
Pp 31 th 2015 gaji tni 2015Pp 31 th 2015 gaji tni 2015
Pp 31 th 2015 gaji tni 2015
 
Pp 32 th 2015 gaji polri 2915
Pp 32 th 2015 gaji polri 2915Pp 32 th 2015 gaji polri 2915
Pp 32 th 2015 gaji polri 2915
 
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
 
Pp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tni
Pp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tniPp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tni
Pp 34 th 2015 pokok pensiun purnawirawan tni
 
Pp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polri
Pp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polriPp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polri
Pp 35 th 2015 pokok pensiun purnawirawan polri
 
Pp 36 th 2015 tunjangan anggota knip
Pp 36 th 2015 tunjangan anggota knipPp 36 th 2015 tunjangan anggota knip
Pp 36 th 2015 tunjangan anggota knip
 
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaanPp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
 
Pp 38 th 2015 gaji ke 13
Pp 38 th 2015 gaji ke 13Pp 38 th 2015 gaji ke 13
Pp 38 th 2015 gaji ke 13
 
Permendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budaya
Permendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budayaPermendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budaya
Permendikbud tahun2015 nomor002_standar kompetensi khusus ahli cagar budaya
 
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 hep2015 0
 
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputer
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputerKeputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputer
Keputusan kepala balitbang kemendikbud nomor 017 un basis komputer
 
Pos ujian sekolah 2015
Pos ujian sekolah 2015Pos ujian sekolah 2015
Pos ujian sekolah 2015
 
Pos us sd 2015
Pos us sd 2015Pos us sd 2015
Pos us sd 2015
 
Permendikbud no.4 tahun 2015
Permendikbud no.4 tahun 2015Permendikbud no.4 tahun 2015
Permendikbud no.4 tahun 2015
 
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
 
6063 kst-perbankan syariah
6063 kst-perbankan syariah6063 kst-perbankan syariah
6063 kst-perbankan syariah
 
6045 kst-administrasi perkantoran
6045 kst-administrasi perkantoran6045 kst-administrasi perkantoran
6045 kst-administrasi perkantoran
 
6054 kst-pemasaran
6054 kst-pemasaran6054 kst-pemasaran
6054 kst-pemasaran
 
6027 kst-perbankan
6027 kst-perbankan6027 kst-perbankan
6027 kst-perbankan
 

Kürzlich hochgeladen

Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxyovi2305
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...iman333159
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 

Kürzlich hochgeladen (14)

Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 

Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. 2. Usaha Hortikultura adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyelenggarakan jasa yang berkaitan dengan Hortikultura. 3. Pelaku …
  • 2. - 2 - 3. Pelaku Usaha Hortikultura, selanjutnya disebut Pelaku Usaha, adalah petani, organisasi petani, orang perseorangan lainnya, atau perusahaan yang melakukan Usaha Hortikultura, baik berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia. 4. Prasarana Hortikultura adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama Usaha Hortikultura. 5. Sarana Hortikultura adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan dalam Usaha Hortikultura. 6. Pengolahan adalah proses mengubah secara fisik, kimiawi, dan biologis bahan komoditas Hortikultura menjadi suatu bentuk produk turunan. 7. Fasilitas adalah kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Pelaku Usaha untuk meningkatkan kegiatan Usaha Hortikultura. 8. Insentif adalah stimulan yang diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Pelaku Usaha untuk meningkatkan motivasi dan kinerja Usaha Hortikultura. 9. Sistem Informasi adalah serangkaian prosedur untuk melaksanakan suatu fungsi dan kegiatan yang mencakup pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data dan informasi. 10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang Hortikultura. Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan mengenai pemberian Fasilitas dan Insentif dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi: a. jenis ...
  • 3. - 3 - a. jenis dan kriteria Usaha Hortikultura penerima Fasilitas dan Insentif; b. bentuk Fasilitas dan Insentif; c. syarat dan tata cara pemberian Fasilitas dan Insentif; dan d. pengawasan. BAB II JENIS DAN KRITERIA USAHA HORTIKULTURA YANG MENERIMA FASILITAS DAN INSENTIF Pasal 3 (1) Usaha Hortikultura meliputi: a. perbenihan; b. budidaya; c. panen dan pascapanen; d. pengolahan; e. distribusi, perdagangan, dan pemasaran; f. penelitian; dan g. wisata agro. (2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengutamakan pemberian fasilitas dan insentif kepada Usaha Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang merupakan: a. Usaha Hortikultura mikro dan kecil; b. Usaha Hortikultura yang ramah lingkungan; c. Usaha Hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional dan daerah; d. usaha budidaya organik; dan/atau e. Usaha Hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan. Pasal 4 Usaha Hortikultura mikro dan kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a harus memenuhi kriteria: a. nilai ...
  • 4. - 4 - a. nilai kekayaan bersih; atau b. hasil penjualan tahunan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah. Pasal 5 (1) Usaha Hortikultura yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b harus memenuhi kriteria: a. tidak membahayakan kesehatan manusia; b. melindungi keselamatan manusia, c. tidak membahayakan hewan, tumbuhan, dan sumber daya Hortikultura lainnya; dan d. mengikuti kaidah konservasi lahan dan air . (2) Usaha Hortikultura yang tidak membahayakan kesehatan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan Usaha Hortikultura yang menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan keamanan pangan. (3) Usaha Hortikultura yang melindungi keselamatan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Usaha Hortikultura yang tidak menimbulkan cemaran kimia, fisik, dan biologis terhadap pekerja dan masyarakat. (4) Usaha Hortikultura yang tidak membahayakan hewan, tumbuhan, dan sumberdaya hortikultura lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan Usaha Hortikultura yang tidak menimbulkan cemaran kimia, fisik, dan biologis terhadap hewan, tumbuhan, dan sumberdaya hortikultura lainnya. (5) Usaha Hortikultura yang mengikuti kaidah konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan Usaha Hortikultura yang tidak merusak fungsi lingkungan akibat pemanfaatan lahan dan penggunaan air yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Usaha ...
  • 5. - 5 - (6) Usaha Hortikultura yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dilaksanakan pada saat budidaya, panen dan pascapanen, dan/atau Pengolahan sesuai dengan tata cara budidaya yang baik, tata cara panen dan pasca panen yang baik, dan tata cara Pengolahan yang baik. (7) Usaha Hortikultura yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan sesuai dengan perlindungan, pemeliharaan, pemulihan, dan peningkatan fungsi lahan budidaya Hortikultura. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara budi daya yang baik, tata cara panen dan pasca panen yang baik, dan tata cara pengolahan yang baik serta perlindungan, pemeliharaan, pemulihan, dan peningkatan fungsi lahan budidaya Hortikultura diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal 6 (1) Usaha Hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional dan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c harus memiliki kriteria: a. menghasilkan produk Hortikultura yang memiliki daya saing; dan b. memperhatikan kearifan lokal. (2) Daya saing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kesesuaian agroekosistem, nilai strategis, potensi komersial, dan keunggulan spesifik. (3) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi nilai dan cara atau kebiasaan hidup yang dipelihara dan diwarisi secara turun temurun. (4) Komoditas unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh: a. Menteri, untuk komoditas unggulan nasional; b. Gubernur, untuk komoditas unggulan provinsi; dan c. Bupati/walikota, untuk komoditas unggulan kabupaten/kota. Pasal ...
  • 6. - 6 - Pasal 7 (1) Usaha budidaya organik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat ayat (2) huruf d harus memenuhi kriteria: a. menggunakan bahan alami; b. memenuhi aspek keamanan bagi kesehatan produsen dan konsumen; dan c. menjaga keseimbangan lingkungan serta siklus alaminya. (2) Penggunaan bahan alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus dilakukan berdasarkan standar pangan organik. (3) Keamanan bagi kesehatan produsen dan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan menjaga keseimbangan lingkungan serta siklus alaminya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c harus dilaksanakan berdasarkan tata cara budidaya yang baik. Pasal 8 Usaha Hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e harus memenuhi kriteria baru, aplikatif, memberi nilai tambah, bermanfaat bagi masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai sosial, budaya, dan lingkungan. BAB III BENTUK FASILITAS DAN INSENTIF Bagian Kesatu Bentuk Fasilitas Paragraf 1 Umum Pasal 9 Bentuk Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b paling sedikit meliputi: a. Kemudahan ...
  • 7. - 7 - a. kemudahan perizinan; b. pemanfaatan lahan; c. penjaminan; d. akses permodalan; e. pemasaran; dan/atau f. kemudahan kerja sama/kemitraan. Paragraf 2 Kemudahan Perizinan Pasal 10 Bentuk kemudahan perizinan Usaha Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a meliputi: a. informasi perizinan; dan b. pelayanan perizinan. Pasal 11 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan kemudahan informasi perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a kepada Pelaku Usaha menengah dan besar. (2) Informasi perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi informasi mengenai: a. jenis izin usaha; b. persyaratan; c. tata cara pemberian izin; d. biaya; dan e. jangka waktu penerbitan izin. (3) Informasi perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat dalam media cetak dan/atau media elektronik. Pasal 12 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan kemudahan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b kepada Pelaku Usaha menengah dan besar. (2) Pelayanan ...
  • 8. - 8 - (2) Pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi izin usaha: a. perbenihan; b. budidaya; c. panen dan pascapanen; d. Pengolahan; e. penelitian; f. wisata agro; dan g. distribusi, perdagangan, dan pemasaran. (3) Kemudahan pelayanan perizinan meliputi: a. penyederhanaan persyaratan; b. ketepatan waktu pelayanan; c. keringanan biaya; dan d. penyederhanaan prosedur. (4) Ketentuan mengenai pedoman kemudahan pelayanan perizinan berupa izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f diatur dengan Peraturan Menteri. (5) Ketentuan mengenai pedoman kemudahan pelayanan perizinan berupa izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. Paragraf 3 Pemanfaatan Lahan Pasal 13 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi pemanfatan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil untuk pengembangan Hortikultura meliputi tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan atau dasar penguasaan atas tanah, yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya. (2) Pemanfaatan ...
  • 9. - 9 - (2) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk: a. tanah yang sudah diberikan hak oleh Negara berupa Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama perseorangan yang secara tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan, atau sifat dan tujuan pemberian haknya; dan b. tanah yang dikuasai Pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung dan sudah berstatus atau belum berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya. (3) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan di lahan yang belum dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya sepanjang dengan perjanjian atau persetujuan pemegang hak. (4) Fasilitasi pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dalam bentuk mediasi dan pemberian informasi. (5) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 4 Penjaminan Pasal 14 (1) Penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c diberikan dalam bentuk: a. imbal jasa penjaminan; dan b. pembagian risiko. (2) Imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan oleh lembaga penjamin berdasarkan penugasan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (3) Pembagian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disediakan secara proporsional oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada bank yang ditugasi oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (4) Imbal …
  • 10. - 10 - (4) Imbal jasa penjaminan dan pembagian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 (1) Imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil yang : a. layak usaha tetapi belum layak bank; b. berlokasi di kawasan Hortikultura yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau c. mengembangkan komoditas unggulan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (2) Kriteria kelayakan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasil keuntungan, modal pokok dan kewajiban membayar bunga bank serta biaya operasional lainnya. (3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan informasi kelayakan Usaha Hortikultura Pelaku usaha mikro dan kecil kepada Perbankan. Pasal 16 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil yang belum dan yang sudah mendapatkan kredit dan/atau pembiayaan. (2) Bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil yang belum mendapatkan kredit dan/atau pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bimbingan teknis dalam pemenuhan dasar kelayakan usaha, persyaratan pengajuan kredit dan/atau pembiayaan, dan penyusunan proposal pengajuan pinjaman. (3) Bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil yang sudah mendapatkan kredit dan/atau pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bimbingan teknis dalam pengelolaan penggunaan dana kredit dan/atau pembiayaan sesuai dengan proposal, pelaksanaan usaha, dan pengembalian kredit dan/atau pembiayaan. Paragraf …
  • 11. - 11 - Paragraf 5 Akses Permodalan Pasal 17 (1) Akses permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil oleh lembaga keuangan yang ditugasi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (2) Akses permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kemudahan: a. mendapatkan subsidi bunga dan/atau yang dipersamakan dalam praktik lembaga keuangan syariah; dan/atau b. pinjaman dengan Penjaminan dan/atau pinjaman tanpa agunan. Paragraf 6 Pemasaran Pasal 18 (1) Fasilitas pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e dilakukan untuk kelancaran pemasaran produk Hortikultura. (2) Fasilitas pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. sistem informasi pasar; b. promosi; c. kemudahan ekspor; d. pendampingan pemasaran; e. kelembagaan; dan/atau f. pasar Hortikultura. Pasal …
  • 12. - 12 - Pasal 19 (1) Pemerintah memfasilitasi pemasaran Hortikultura melalui penyediaan informasi pasar kepada Pelaku Usaha dalam sistem informasi pasar. (2) Sistem informasi pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a dikelola oleh Menteri. (3) Sistem informasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit menyediakan informasi mengenai: a. jenis komoditas Hortikultura; b. permintaan dan penyediaan; c. harga komoditas; dan d. peluang dan tantangan pasar. (4) Sistem informasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dari sistem informasi Hortikultura. (5) Ketentuan mengenai pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian, serta penyebaran data dan informasi Hortikultura diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 20 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b baik di dalam negeri maupun di luar negeri secara terencana dan berkelanjutan kepada Pelaku Usaha. (2) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit dilakukan dalam bentuk: a. pameran; b. misi dagang; dan c. iklan melalui media cetak, elektronik, dan teknologi informasi dan komunikasi. Pasal 21 (1) Pemerintah memberikan kemudahan ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c kepada Pelaku Usaha dengan memperhatikan kebutuhan dan ketersediaan produk Hortikultura di dalam negeri. (2) Kemudahan …
  • 13. - 13 - (2) Kemudahan ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. penyediaan sarana dan prasarana pendukung ekspor; b. penguatan rantai pasok produk Hortikultura Indonesia ke luar negeri; dan c. pemenuhan persyaratan teknis perdagangan internasional. (3) Penyediaan sarana dan prasarana pendukung ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan oleh Menteri dan menteri terkait. (4) Penguatan rantai pasok produk Hortikultura Indonesia ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan oleh Menteri dan menteri terkait. (5) Pemenuhan persyaratan teknis perdagangan internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan oleh Menteri. Pasal 22 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pendampingan pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf d kepada Pelaku Usaha. (2) Pendampingan pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka: a. mengenal perilaku pasar; b. memperlancar proses pemasaran; c. menjual produk secara efektif; d. menjaga pasar yang telah tercipta; dan e. memperluas pasar. (3) Pendampingan pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk: a. keterlibatan langsung sumber daya manusia Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha; dan b. advokasi di bidang pemasaran. Pasal …
  • 14. - 14 - Pasal 23 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf e kepada Pelaku Usaha. (2) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kelompok tani, gabungan kelompok tani, badan usaha milik petani atau pedagang, asosiasi, dan gabungan asosiasi. (3) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk meningkatkan soliditas dan kerjasama dalam rangka mengefisienkan rantai pasok Hortikultura. (4) Peningkatan soliditas dan kerjasama kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam bentuk: a. pembinaan kelembagaan; dan b. pembinaan sumber daya manusia. Pasal 24 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pasar Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf f kepada Pelaku Usaha. (2) Pasar Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam bentuk pengaturan, pembangunan, pengelolaan, dan pengawasan pasar fisik dan non fisik. (3) Pasar fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. pasar Hortikultura berkala di lokasi strategis; b. pasar tradisional; c. pasar induk Hortikultura di kawasan Hortikultura; dan d. pasar lelang. (4) Pasar non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. bursa komoditi; b. perdagangan secara elektronik; dan c. kontrak budidaya. (5) Pemerintah …
  • 15. - 15 - (5) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pembangunan dan pengelolaan pasar fisik. (6) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pengaturan dan pengawasan pasar fisik dan pasar non fisik. Paragraf 7 Kemudahan Kerja Sama/Kemitraan Pasal 25 (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan kemudahan kerja sama/kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f kepada Pelaku Usaha. (2) Kemudahan kerja sama/kemitraan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kerja sama/kemitraan yang dilakukan atas dasar kesetaraan, keterkaitan usaha, saling menguntungkan, saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling mempercayai. (3) Kemudahan kerja sama/kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. memfasilitasi pertemuan para pihak yang akan melakukan kerja sama/kemitraan; b. memberikan standar mengenai perjanjian/kontrak yang baik termasuk di dalamnya hak dan kewajiban, jangka waktu perjanjian, serta penyelesaian apabila terjadi perselisihan; c. mengadvokasi dan memberikan arah penyelesaian dalam perselisihan; d. memberikan informasi mengenai harga, mutu, dan komoditas Hortikultura; dan e. bimbingan, pembinaan, pengawasan, dan edukasi terhadap Pelaku Usaha. (4) Kemudahan kerja sama/kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian ...
  • 16. - 16 - Bagian Kedua Bentuk Insentif Paragraf 1 Umum Pasal 26 Bentuk Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi: a. keringanan pajak dan retribusi; b. peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura; c. bantuan Sarana Hortikultura; d. bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat; e. penghargaan; dan/atau f. keringanan biaya penerbitan sertipikat hak atas tanah. Paragraf 2 Keringanan Pajak dan Retribusi Pasal 27 (1) Keringanan pajak dan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a dapat berupa keringanan pajak, pajak daerah, dan retribusi. (2) Keringanan pajak, pajak daerah, dan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 3 Peningkatan Kualitas Prasarana Hortikultura Pasal 28 (1) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b berupa pengembalian dan/atau peningkatkan mutu dan kapasitas prasarana pada kegiatan Usaha Hortikultura. (2) Prasarana …
  • 17. - 17 - (2) Prasarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. jaringan irigasi; b. pasar; c. jalan penghubung dari lokasi budidaya ke lokasi pascapanen sampai ke pasar; d. pelabuhan dan area transit; e. tenaga listrik dan jaringannya sampai ke lokasi pascapanen; f. jaringan komunikasi sampai ke lokasi budidaya; g. gudang yang memenuhi persyaratan teknis; h. rumah atau penaung tanaman yang memenuhi persyaratan teknis; i. gudang berpendingin; j. bangsal penanganan pascapanen yang memenuhi persyaratan teknis; dan k. pengolah limbah. (3) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f diberikan kepada Pelaku Usaha. (5) Peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g sampai dengan huruf k hanya diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil. Paragraf 4 Bantuan Sarana Hortikultura Pasal 29 (1) Bantuan Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c dapat berupa natura, natura bersubsidi, dana pengadaan, atau pengaturan rantai pasok. (2) Sarana …
  • 18. - 18 - (2) Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. benih bermutu dari varietas unggul; b. pupuk yang tepat dan ramah lingkungan; c. zat pengatur tumbuh yang tepat dan ramah lingkungan; d. bahan pengendali organisme pengganggu tumbuhan yang ramah lingkungan; dan e. alat dan mesin yang menunjang Hortikultura. (3) Bantuan Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Bantuan Sarana Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil. Paragraf 5 Bantuan Pendanaan Bagi Penerbitan Sertifikat Pasal 30 (1) Bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d diberikan untuk : a. sertifikasi jaminan mutu dan keamanan pangan; b. sertifikasi organik; dan/atau c. sertifikasi kompetensi. (2) Bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil. (3) Bantuan pendanaan bagi penerbitan sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf …
  • 19. - 19 - Paragraf 6 Penghargaan Pasal 31 (1) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e diberikan dalam bentuk: a. piagam; b. pelatihan; dan/atau c. bentuk lainnya yang bersifat stimulan. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Pelaku Usaha yang berhasil dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. (3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian dan pemberian penghargaan diatur dengan Peraturan Menteri. Paragraf 7 Keringanan Biaya Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah Pasal 32 (1) Keringanan biaya penerbitan sertipikat hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f diberikan dalam bentuk pengurangan atau pembebasan biaya. (2) Keringanan biaya penerbitan sertipikat hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terutama kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil. (3) Bentuk keringanan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. BAB …
  • 20. - 20 - BAB IV SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS DAN/ATAU INSENTIF Bagian Kesatu Syarat Pemberian Fasilitas dan/atau Insentif Pasal 33 (1) Usaha Hortikultura mikro dan kecil dapat diberikan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 dan/atau Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 apabila memenuhi persyaratan: a. memiliki tanda pendataan; b. diselenggarakan oleh warga negara Indonesia atau badan usaha yang dimiliki oleh warga negara Indonesia; dan c. memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Usaha Hortikultura menengah dan besar dapat diberikan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 dan/atau Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a sampai dengan huruf f, dan Pasal 31 apabila memenuhi persyaratan: a. memiliki izin usaha; b. diselenggarakan oleh warga negara Indonesia atau badan usaha yang dimiliki oleh warga negara Indonesia; c. memiliki sertifikat yang berkaitan dengan bidang usahanya; dan d. memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan/atau Pasal 8. Bagian …
  • 21. - 21 - Bagian Kedua Tata Cara Pemberian Fasilitas dan/atau Insentif Pasal 34 Tata cara pemberian Fasilitas dan Insentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah meliputi: a. perencanaan; b. pengusulan; c. penetapan; dan d. penyaluran. Pasal 35 (1) Perencanaan pemberian fasilitas dan insentif dimuat pada perencanaan Hortikultura. (2) Perencanaan Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan pembangunan sektoral. Pasal 36 (1) Pengusulan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif oleh Pemerintah dilakukan melalui tahap: a. inventarisasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh bupati/walikota untuk diusulkan kepada gubernur. b. verifikasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh gubernur untuk diusulkan kepada Menteri atau menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait; dan c. validasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh Menteri atau menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait. (2) Pengusulan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif oleh Pemerintah Daerah Provinsi dilakukan melalui tahap: a. inventarisasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh bupati/walikota untuk diusulkan kepada gubernur; dan b. verifikasi dan validasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh gubernur. (3) Pengusulan . . .
  • 22. - 22 - (3) Pengusulan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dilakukan melalui tahap inventarisasi, verifikasi, dan validasi calon penerima Fasilitas dan/atau Insentif oleh bupati/walikota. Pasal 37 Penetapan pemberian Fasilitas dan Insentif dilakukan oleh Menteri atau menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan pengusulan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 36. Pasal 38 Penyaluran kepada penerima Fasilitas dan Insentif yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud Pasal 37 dilakukan oleh Menteri atau menteri /pimpinan lembaga pemerintah terkait, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Pasal 39 Ketentuan mengenai tata cara inventarisasi, verifikasi, validasi, penetapan Fasilitas dan/atau Insentif serta penyaluran Fasilitas dan/atau Insentif diatur dengan Peraturan Menteri. BAB V PENGAWASAN Pasal 40 Pelaku Usaha penerima Fasilitas dan/atau Insentif wajib: a. memanfaatkan Fasilitas dan/atau Insentif sesuai peruntukan; dan b. melaporkan pemanfaatan kepada pemberi Fasilitas dan/atau Insentif. Pasal 41 (1) Pengawasan dilakukan untuk menjamin pemanfaatan Fasilitas dan/atau Insentif sesuai dengan peruntukannya. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri, menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (3) Pengawasan . . .
  • 23. - 23 - (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dalam bentuk pelaporan. (4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi. (5) Jika diperlukan, pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap pemanfaatan Fasilitas dan/atau Insentif. Pasal 42 Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Menteri, menteri/pimpinan lembaga pemerintah terkait, gubernur, bupati/walikota, Pelaku Usaha tidak memanfatkan Fasilitas dan/atau Insentif sesuai peruntukannya, dikenai sanksi berupa: a. peringatan; b. pengurangan pemberian Fasilitas dan/atau Insentif; dan/atau c. pencabutan Fasilitas dan/atau Insentif. Pasal 43 Ketentuan mengenai pedoman pengawasan dan pengenaan sanksi diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 Peraturan Menteri dan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini harus telah ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. Pasal 45 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar ...
  • 24. - 24 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 April 2014 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 April 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 83
  • 25. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 2013 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA I. UMUM Pembangunan subsektor Hortikultura memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Sumbangan tersebut dapat dilihat pada produk domestik bruto, besarnya jumlah rumah tangga yang bergantung pada subsektor Hortikultura, penyerapan tenaga kerja, dan pengaruhnya pada perekonomian regional. Selain mempunyai sumbangan yang cukup berarti pada sektor pertanian, Hortikultura juga berperan penting dalam sektor pariwisata dan budaya. Sumbangan dan peran Hortikultura tersebut di atas dapat lebih ditingkatkan dengan pemberian Fasilitas dan Insentif yang sesuai dan memadai. Sumbangan dan peran yang dapat ditingkatkan mencakup bidang-bidang yang terkait dengan: a. Usaha Hortikultura mikro dan kecil yang merupakan bagian terbesar dari Usaha Hortikultura di Indonesia saat ini. b. Usaha Hortikultura ramah lingkungan yang tidak menggunakan bahan kimia yang berlebihan dan sejalan dengan prinsip konservasi lahan dan air. c. Usaha Hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional dan daerah, baik yang telah banyak dibudidayakan maupun yang baru merupakan potensi dan belum banyak dikembangkan. d. usaha budidaya organik yang saat ini permintaannya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya semangat back to nature. e. Usaha Hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan yang harus ditumbuhkembangkan seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan baik di bidang teknologi maupun di bidang sosial ekonomi yang memerlukan penelitian yang mendalam. Pemberian Fasilitas dan Insentif yang sesuai dan memadai sebagaimana diulas pada alinea di atas, memerlukan landasan hukum yang dapat digunakan sebagai dasar pemberian Fasilitas dan Insentif tersebut. Untuk itu perlu disusun Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang jenis dan kriteria Usaha Hortikultura yang diberi Fasilitas dan Insentif, bentuk Fasilitas dan Insentif, syarat dan tata cara pemberian Fasilitas dan Insentif, dan pengawasan. II. PASAL . . .
  • 26. - 2 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Yang dimaksud dengan “baru” adalah belum pernah ada sebelumnya dan belum beredar. Yang dimaksud dengan “aplikatif” adalah dapat diterima dan mudah diterapkan oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan “nilai tambah” adalah memberikan keuntungan diantaranya melalui penurunan kehilangan hasil dan mempertahankan dan meningkatkan mutu. Pasal 9 Huruf a Yang dimaksud dengan “kemudahan perizinan” adalah kemudahan di dalam pelayanan perizinan kepada Pelaku Usaha, yang jelas syarat dan tatalaksananya, cepat, dan murah. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf . . .
  • 27. - 3 - Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan ”media cetak” antara lain koran, spanduk, papan pengumuman, dan brosur. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya” adalah Pemegang Hak perseorangan dimaksud tidak memiliki kemampuan dari segi ekonomi untuk mengusahakan, mempergunakan, atau memanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian haknya. Huruf b Yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya” adalah karena keterbatasan anggaran negara/daerah untuk mengusahakan, mempergunakan, atau memanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian haknya. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal . . .
  • 28. - 4 - Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “penjaminan” adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit dan/atau pembiayaan. Pemberian imbal jasa penjaminan dalam ketentuan ini berupa pembayaran imbal jasa/premi tanpa menanggung risiko atas gagal bayar kredit usaha dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pembagian risiko (risk sharing) disediakan dengan menanggung risiko apabila Pelaku Usaha gagal bayar atas kredit usaha dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan “layak usaha” adalah kondisi suatu usaha yang dapat menghasilkan pendapatan di atas modal pokok dan biaya-biaya lainnya. Yang dimaksud dengan “layak bank” adalah kondisi suatu usaha memiliki agunan tambahan berupa sertipikat tanah atau dokumen yang dipersamakan dan/atau surat bukti kepemilikan aset yang dapat diagunkan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Subsidi bunga dan/atau yang dipersamakan dalam praktik lembaga keuangan syariah diberikan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil yang layak bank tetapi belum layak usaha. Huruf . . .
  • 29. - 5 - Huruf b Khusus untuk lembaga keuangan bank, yang dimaksud dengan “tanpa agunan” adalah tanpa agunan tambahan. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan, dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. Ayat (4) Yang dimaksud dengan “menteri terkait” antara lain menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan, dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal ...
  • 30. - 6 - Pasal 26 Huruf a Yang dimaksud dengan “keringanan pajak” adalah insentif dan/atau fasilitas pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “peningkatan kualitas Prasarana Hortikultura” adalah upaya untuk meningkatkan mutu dan kapasitas Prasarana Hortikultura yang diperlukan untuk mendukung peningkatan produksi, produktivitas, mutu, menekan kehilangan hasil, dan meningkatkan daya saing produk Hortikultura. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Huruf i Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas. Huruf . . .
  • 31. - 7 - Huruf k Pengolah limbah terdiri dari pengolah limbah padat dan pengolah air limbah. Hasil pengolahan limbah padat dan pengolahan air limbah dapat dibuang ke media lingkungan setelah memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 29 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Bahan pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang ramah lingkungan antara lain agensia hayati dan pestisida nabati. Huruf e Alat dan mesin yang menunjang Hortikultura antara lain brongsong, ajir, power sprayer, keranjang panen, dan alat panen. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 30 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan “sertifikat jaminan mutu dan keamanan pangan” antara lain: sertifikat tata cara budidaya yang baik (good agricultural practices), tata cara penanganan pascapanen yang baik (good handling practices), tata cara Pengolahan yang baik (good manufacturing practices), tata cara distribusi yang baik (good distribution practices), serta Sertifikat Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis and Critical Control Point). Huruf ...
  • 32. - 8 - Huruf b Yang dimaksud dengan “sertifikat organik” adalah keterangan yang menjelaskan bahwa proses produksi dan produk hortikultura yang dihasilkan memenuhi standar kualifikasi oganik yang ditetapkan. Huruf c Yang dimaksud dengan “sertifikat kompetensi” antara lain sertifikat kompetensi sumber daya manusia sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan “tanda pendataan” yaitu suatu keterangan yang memuat antara lain tentang Pelaku Usaha, nama usaha, jenis usaha, lokasi usaha dan alamat usaha yang menjadi bukti bahwa usaha mikro dan kecil telah didata oleh Pemerintah Daerah. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan “izin usaha” adalah izin yang telah dilengkapi antara lain izin lingkungan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal ...
  • 33. - 9 - Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5532