SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
MEMBANGUN KEBERADAPAN BANGSA MELALUI PENDIDIKAN
                       KARAKTER
                          DI SMA NEGERI 1 KEMBANG


I.      Pendahuluan

          Pendidikan merupakan pilar tegaknya suatu bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa
akan tegak mampu menjaga martabat. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya
system pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
       Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:
     1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
        bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia ;
     2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
        usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar ;
     3. Meningkatkan    kesiapan    masukan       dan   kualitas   proses   pendidikan   untuk
        mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral ;
     4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
        pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
        berdasarkan standar nasional dan global dan
     5. Memberdayakan     peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
        berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.


              Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
          Selain itu juga bertujuan untuk pembentukan karakter peserta didik yang terwujud
dalam kesatuan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Karena karakter merupakan
sesuatu yang mengkualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi
pengalaman kontingen yang selalu berubah, dan dari kematangan karakter inilah kualitas
seorang pribadi diukur.
           Pendidikan karakter sebagai sebuah paedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi
semakin menghayati individualitasnya, maupun menggapai kebebasan yang dimilikinya,
sehingga ia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun warga negara yang bebas dan
bertanggung jawab, bahkan sampai pada tingkat tanggung jawab moral integral atas
kebersamaam hidup dengan warga yang lain. Dan pendidikan karakter telah menjadi
tanggung jawab bersama orang tua, guru dan anggota masyarakat, yang datang bersama-sama
untuk mendukung pembangunan karakter yang positif.


Apa Pendidikan Karakter Itu?

Pendidikan karakter adalah pendidikan     yang tujuannya membentuk kepribadian peserta
didiknya supaya memiliki karakter yang baik.

Model pendidikan karakter merupakan jawaban atas sistem pendidikan di Indonesia yang
lebih menekankan aspek kognitif ketimbang aspek kecerdasan emosi, sosial, motorik,
kreativitas, imajinasi, dan spiritual.

Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses
pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter
merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme
pedagogis Deweyan.

Lebih dari itu, pedagogi puerocentris lewat perayaan atas spontanitas anak-anak (Edouard
Claparède, Ovide Decroly, Maria Montessori) yang mewarnai Eropa dan Amerika Serikat
awal abad ke-19 kian dianggap tak mencukupi lagi bagi formasi intelektual dan kultural
seorang pribadi.

Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan
esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter
merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang
mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah,
kualitas seorang pribadi diukur.
Empat karakter

Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan
interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman
normatif setiap tindakan.

Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak
mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar
yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan
kredibilitas seseorang.

Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi
nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa
terpengaruh atau desakan pihak lain.

Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan
atas komitmen yang dipilih.

Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap
individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara
individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi
eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala
tindakannya.

Pengalaman Indonesia

Di tengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas
retorika politik, dan perilaku keseharian, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-
religius menjadi relevan untuk diterapkan.

Pendidikan karakter ala Foerster yang berkembang pada awal abad ke-19 merupakan
perjalanan panjang pemikiran umat manusia untuk mendudukkan kembali idealisme
kemanusiaan yang lama hilang ditelan arus positivisme. Karena itu, pendidikan karakter tetap
mengandaikan pedagogi yang kental dengan rigorisme ilmiah dan sarat muatan
puerocentrisme yang menghargai aktivitas manusia.
Tradisi pendidikan di Indonesia tampaknya belum matang untuk memeluk pendidikan
karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat. Pedagogi aktif
Deweyan baru muncul lewat pengalaman sekolah Mangunan tahun 1990-an.

Kebiasaan berpikir kritis melalui pendasaran logika yang kuat dalam setiap argumentasi juga
belum menjadi habitus. Guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka
membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap ujian cuma mengulang apa yang
dikatakan guru.

Loncatan sejarah

Apakah mungkin sebuah loncatan sejarah dapat terjadi dalam tradisi pendidikan kita?
Mungkinkah pendidikan karakter diterapkan di Indonesia tanpa melewati tahap-tahap
positivisme dan naturalisme lebih dahulu?

Pendidikan karakter yang digagas Foerster tidak menghapus pentingnya peran metodologi
eksperimental maupun relevansi pedagogi naturalis Rousseauian yang merayakan spontanitas
dalam pendidikan anak-anak. Yang ingin ditebas arus ”idealisme” pendidikan adalah
determinisme dan naturalisme yang mendasari paham mereka tentang manusia.

Bertentangan dengan determinisme, melalui pendidikan karakter manusia mempercayakan
dirinya pada dunia nilai (bildung). Sebab, nilai merupakan kekuatan penggerak perubahan
sejarah. Kemampuan membentuk diri dan mengaktualisasikan nilai-nilai etis merupakan ciri
hakiki manusia. Karena itu, mereka mampu menjadi agen perubahan sejarah.

Jika nilai merupakan motor penggerak sejarah, aktualisasi atasnya akan merupakan sebuah
pergulatan dinamis terus-menerus. Manusia, apa pun kultur yang melingkupinya, tetap agen
bagi perjalanan sejarahnya sendiri. Karena itu, loncatan sejarah masih bisa terjadi di negeri
kita. Pendidikan karakter masih memiliki tempat bagi optimisme idealis pendidikan di negeri
kita, terlebih karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya.

Manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasi untuk menjadi agen
perubahan dalam masyarakat, bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan
mampu berbagi nilai-nilai kerohanian bersama yang mengatasi keterbatasan eksistensi natural
manusia yang mudah tercabik oleh berbagai macam konflik yang tak jarang malah
mengatasnamakan religiusitas itu sendiri.
Di tengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas
retorika politik, dan perilaku keseharian, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-
religius menjadi relevan untuk diterapkan.

Pendidikan karakter ala Foerster yang berkembang pada awal abad ke-19 merupakan
perjalanan panjang pemikiran umat manusia untuk mendudukkan kembali idealisme
kemanusiaan yang lama hilang ditelan arus positivisme. Karena itu, pendidikan karakter tetap
mengandaikan pedagogi yang kental dengan rigorisme ilmiah dan sarat muatan
puerocentrisme yang menghargai aktivitas manusia.

Tradisi pendidikan di Indonesia tampaknya belum matang untuk memeluk pendidikan
karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat. Pedagogi aktif
Deweyan baru muncul lewat pengalaman sekolah Mangunan tahun 1990-an.

Kebiasaan berpikir kritis melalui pendasaran logika yang kuat dalam setiap argumentasi juga
belum menjadi habitus. Guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka
membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap ujian cuma mengulang apa yang
dikatakan guru.

Terdapat sembilan pilar karakter nilai-nilai luhur universal yang ditanamkan kepada anak
sejak dini usia prasekolah. Pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaaan-Nya; Kedua,
kemandirian dan tanggungjawab; Ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; Keempat, hormat
dan santun; Kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
Keenam, percaya diri dan pekerja keras; Ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; Kedelapan,
baik dan rendah hati, dan; Kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.


Kesembilan pilar karakter diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik
menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the
good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the
good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai
kebajikan menjadi engine yang selalu bekerja membuat orang mau selalu berbuat sesuatu
kebaikan. Orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku
kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan acting the good berubah menjadi
kebiasaan.
Penanaman Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1 Kembang

            Awalnya, model pendidikan karakter dikembangkan untuk anak-anak usia dini
seperti TK atau pra sekolah. Pembangunan karakter di usia itu memang sangat menentukan.
Pembentukan otak di usia itu biasanya mencapai 90 persen. Sayangnya, data pemerintah
menyebutkan, hanya 15 persen dari 12,23 juta anak usia dini yang bisa bersekolah di TK

Rumusan karakter tak hanya diaplikasikan dalam metode pengajaran, tapi juga kurikulum
dan diintegrasikan dalam satuan pelajaran. Nah bagaimana penerapan pendidikan karakter
yang dapat dilakukan di SMA Negeri 1 Kembang ?
           Seiring dengan MISI SMA yaitu menjadikan SMA Negeri 1 Kembang sebagai
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang Profesional dan Mandiri Dalam
Mewujudkan Lulusan yang Kompeten, Berdedikasi, kasih sayang, peduli dan berakhlak
mulia, maka berikut ini adalah budaya- budaya yang telah dan akan dilakukan di SMA
Negeri 1 Kembang dalam membangun karakter siswa.


1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
    Setiap akhir tahun ajaran , setiap sekolah membuka Penerimaan Siswa Baru ,demikian
    juga dengan SMKN 36 Jakarta. Namun ada hal lain yang diungkap disini berkaitan
    dengan pembangunan karakter yang dilakukan di SMKN 36 Jakarta. Yaitu pada saat
    mendaftar anak harus berani masuk mendaftar sendiri tanpa didampingi orang tuanya.
    Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan karakter kemandirian dan kebaranian siswa.


2. MOS
Masa Orientasi Siswa (MOS) dilakukan pada awal tahun ajaran baru setelah pelaksanaan
   Penerimaan Siswa Baru . Kegiatan MOS bertujuan untuk memperkenalkan siswa baru
   pada lingkungan baru agar dapat beradaptasi , membentuk sikap dan karakter yang
   dibutuhkan oleh sekolah maupun industry , memupuk sikap kreativitas dan semangat
   berkarya, serta menumbuhkan sikap dan karakter kepemimpinan.


3. Pelatihan Baris Berbaris




   Adapun tujuannya, yaitu dapat menanamkan rasa nasionalisme, rasa persatuan dan
   kesatuan dikalangan generasi muda, dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
   di bidang pemuda, serta dapat memupuk jiwa generasi muda yang tangguh dan
   meningkatkan animo pelajar dalam hal baris-berbaris.


4. Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah (LDKS)
Sekolah merupakan salah satu sarana yang tepat untuk membangun system pengkaderan
   yang terpadu. Lingkungan sekolah dalam konteks wawasan wiyata mandala merupakan
   lingkungan yang kondusif untuk membentuk kader-kader pemimpin bangssa dimasa
   depan. Lewat pembelajaran kontektual yang sedang digalakkan , pendidikan politik
   secara konseptual akan terasa sangat signifikan. Pemehaman dasar politik, organisasi dan
   kepemimpinan dikalanga siswa perlu ditanamkan sejak dini. Hal itu penting dilakukan
   mengingat siswa merupakan generasi muda yang menjadi tumpuan dan harapan bangsa
   dimasa depan.

5. OSIS
      OSIS merupakan satu-satunya wadah untuk menampung dan menyalurkan kreativitas
   baik melalui kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya
   keberhasilan kegiata kurikuler bertujuan meningkatkan peran serta inisiatif siswa untuk:
      Mempertebal ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa;
      Menjaga dan menciptakan           sekolah sebagai Wiyatamandala         (lingkungan
          pendidikan)agar terhindar dari usaha dan pengaruh yang bertentangan dengan
          tujuan pendidkan nasional sehingga terciptanya suasana kehidupan belajar
          mengajar yang efektif dan efisien, serta tertanamnya rasa hormat dan cinta
          terhadap orang tua, guru, dan almamater dikalangan siswa.
      Menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa, agar menjujung tinggi kebudayaan
          nasional dan mampu menjaring pengaruh kebudayaan yang datang dari luar yang
          bertentangan dengan kepribadian Indonesia.
      Meningkatkan persepsi, apresiasi, dan kreasi seni dalam rangka tercapainya
          keselarasan, dan keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan kepuasan batiniah
          serta menumbuhkan rasa indah dan halus sebagai dasar pembentukan kepribadian
          dan budi pekerti luhur.
      Menumbuhkan dan membina sikap berbangsa dan bernegara.
      Meneruskan dan mengembangkan semangat, serta nilai-nilai 45; dan
      Meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kreasi guna tercapainya keseimbangan
          antara pertumbuhan jasmani dan rohani.
Ge an bakat dan kema
6. Apel Pagi .
   Saat pelaksanaan apel pagi , para Pembina secara bergiliran tampil sebagai pemimpin
   apel dapat menyampaikan pengarahan khusus. Hal-hal yang diarahkan kepada siswa,
umumnya mengenai disiplin, etika, dan akademik. Dapat pula menyampaikan
  pengumuman penting secara lisan yang menyangkut perencanaan dan persiapan kegiatan
  sekolah. Seringkali para Pembina perlu mengulang kembali apa maksud dan tujuan
  pentingnya dilaksanakannya apel pagi, dalam menggalang kebersamaan dan menegakkan
  disiplin. Apel yang dilakukan secara rutin, merupakan salah satu cara pembentukan
  karakter penegakan disiplin siswa, disamping perlu didukung mekanisme penertiban
  administrasi.

7. Upacara Bendera




  Upacara bendera biasa dialakukan pada hari Senin, dan hari-hari besar Nasional. Upacara
  sebenarnya juga bagian dari interaksi edukatif dan instrument/alat yang cukup efektif
  untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter tertentu         mengaktualkan potensi-
  potensi peserta didik. Nilai-nilai tersebut diantaranya :
   Potensi Kepemimpinan
     Setiap siswa secara bergilir diberi kesempatan untuk tampil memimpin upacara.
     Sebagai pemimpin upacara dituntut untuk melakukan aba-aba/tindakan-tindakan
     tertentu, dalam satu tahun ajaran seorang siswa dapat memperoleh 2 – 3 kali
     memimpim teman-temannya
   Tertib Sosial Normatif lmperatif
     Ada aba-aba dan tata cara yang baku yang memimpin maupun yang dipimpin. Ketika
     seseorang berperan memimpin harus bisa memainkan peran sesuai posisinya. Begitu
     juga yang berposisi yang dipimpin. Dari sini diharapkan tumbuh kesadaran bahwa
     pada setiap kelompok sosial demi tertib sosial terdapat aturan-aturan/norma-norma
yang bersifat imperative/memaksa sebagai konsekuensi seseorang memasuki suatu
   kelompok sosial.
 Rasa Percaya Diri
   Pengalaman membuktikan sebagian siswa masih mengalami demam tampil/ndredeg
   ketika harus tampil memimpin. Namun, umumnya hilang ketika giliran kedua atau
   seterusnya.
 Kebersamaan/Jiwa Korsa/Esprit de Carps
   Dalam posisi upacara, untuk melanjutkan ke gerakan/aba-aba berikutnya ditempuh
   jika aba-aba/perintah sebelumnya telah sepenuhnya dilaksanakan. Manakala ada satu/
   sebagian siswa lalai/tidak mematuhi aba-aba, maka “tersanderalah” seluruhnya.
   Melalui pembiasaan yang demikian, diharapkan tumbuh kesadaran akan kebersamaan.
   Diri seseorang adalah bagian dari kelompok-(nya).
 Tanggungjawab
   Ada sejumlah hal yang harus dilaporkan seperti jumlah, kurang, hadir, dan keterangan
   masing-masing      yang   berhalangan     hadir.   Pemimpin   harus     secara      akurat
   melaporkannya kepada guru. Yang demikian dimaksudkan untuk menumbuh-
   kembangkan sikap koreksi dan tanggungjawab
 Tenggang Rasa
   Sekali lagi pengalaman membuktikan meski seseorang sebelumnya sudah
   mempersiapkan diri namun ketika tampil memimpin acapkali masih melakukan
   kekeliruan.   Temyata     berperan      sebagai    pemimpin   tak     semudah        yang
   menerima/melaksanakan      aba-aba.     Pengalaman-pengalaman       seperti   ini    akan
   menumbuh-kembangkan kesadaran tenggang rasa.
 Loyalitas Kritis Berjiwa Merdeka
   Ketika sang pemimpin melakukan kesalahan (misal : dalam memberi aba-aba,
   laporan, gerakan tertentu) maka anak buah (teman-teman sekelasnya) yang dalam
   posisi dipimpin wajib memberikan koreksi dengan ucapan “ulangi” pernyataan
   korektif tersebut dilakukan sebanyak kesalahan yang dilakukan pemimpin dan baru
   tidak dilakukan lagi manakala sudah benar.
   Dari tradisi yang demikian diharapkan tertanam kesadaran sikap loyal sekaligus kritis
   bukan mentalitas “yes man” atau loyalitas tanpa reserves. Anak buah dan/atau staf
   yang loyal adalah yang bisa mendukung sekaligus mengingatkan/mengoreksi.
   Loyalitas yang benar adalah loyalitas kepada person/pribadi orang yang kebetulan
   menjabat. Kepatuhan yang sehat dan rasional adalah kepatuhan bersyarat yaitu selama
perintah/kebijakan pimpinan tidak keluar dan merusak misi organisasi dan secara
     hakiki bisa dipertanggungjawabkan secara horisontal (kepada sesama manusia)
     maupun vertikal (kepada Tuhan).
     Karena itu kita juga harus bisa membedakan wilayah kedinasan/wilayah publik
     dengan wilayah privat/pribadi. Jika ini terwujud maka tidak hanya oleh negara secara
     formal melainkan juga secara riil dimiliki setiap masyarakat. Setiap warga negara
     dalam kondisi seperti ini secara teoritik kesalahan-kesalahan kolektif dapat
     dihindarkan, baik dalam konteks organisasi yang kecil maupun besar (negara).


8. Tadarusan sebelum KBM
   Tadarusan yang dilakukan siswa setiap pagi di sekolah, memiliki tujuan           untuk
   membentuk karakter siswa yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan           menjadikannya
   memiliki hati yang lembut, mudah menerima nasehat kebaikan serta tidak mudah
   terpancing emosi yang berakibat pada tawuran pelajar.




9. Mengidupkan Ekstra kurikuler
   Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan
   kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya
   masing-masing (ada sekitar 34 jenis ekskul yang terangkum dalam buku panduan
   ekskul), dan Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga.
   Kegiatan     Pramuka, Paskibraka dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya yang
   menumbuhkan kecintaan kepada bangsa merupakan pendidikan budaya dan karakter
   bangsa yang selama ini telah diimplementasikan dan menjadi sesuatu kesatuan dari
kurikulum pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. "Pendidikan budaya
   dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktekkan sehingga titik
   beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti "hidden curiculum",
   mengungkapkan bahwa nilai-nilai terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa
   sudah ada sejak lama. "Kebiasaan mengucapkan salam kepada guru saat datang dan
   pulang dari sekolah, mengucapkan doa sebelum memulai pelajaran, atau kegiatan yang
   menumbuhkan kecintaan kepada bangsa seperti Pramuka, kegiatan Paskibra dan lain-
   lain," katanya. Oleh karena itu kegiatan yang menumbuh kembangkan pendidikan
   budaya dan karakter bangsa seperti pramuka, usaha kesehatan sekolah (UKS) dan
   ektrakurikuler lainnya seperti menari, musik angklung dan lainnya harus dihidupkan lagi
   di sekolah-sekolah. Soal implementasinya yang mulai mengendur bisa saja terjadi, tetapi
   masih banyak sekolah-sekolah yang mampu memadukan antara kegiatan belajar
   mengajar dengan implementasi dalam kehidupan sosial sehari-hari di sekolah.


10. Senam Kesegaran Jasmani
   Olah raga senam tiap hari jum'at dapat dimanfaatkan selain untuk berolah raga mencari
   kebugaran, juga bisa dimanfaatkan untuk sosialisasi atau silaturahmi antar murid, guru
   dan karyawan. Sehingga dapat bertukar fikiran/tukar pengalaman, dan yang lebih penting
   lagi yaitu untuk melepaskan kepenatan, karena dengan berolahraga dialam terbuka kita
   dapat menghirup udara segar sehingga dapat menghilangkan rasa jenuh atau strees dan
   bahkan bisa bersorak dan berteriak dengan lepas.
11. Apresiasif Konstruktif




   Beberapa kebiasaan atau budaya yang perlu ditumbuh kembangkan di antaranya adalah
   budaya apresiasif konstruktif. Siapa pun yang dapat memberikan kontribusi positif di
   lingkungannya perlu diberikan apresiasi. Semisal peserta didik yang mendapat rangking
   1 di kelasnya diberikan beasiswa selama 3 bulan, demikian juga untuk para peserta didik
   yang menang dalam lomba baik di tingkat Kota Madya, Propinsi, dan Nasional di
   berikan apresiasi yang sesuai. Kebiasaan memberikan apresiasi itu akan membangun
   lingkungan untuk tumbuh suburnya orang berprestasi. Kalau lingkungan sendiri tidak
   mendukung seseorang berprestasi maka nanti akan terus menerus negatif.


12. Objektif Komprehensif,
   Yakni dengan mentradisikan, bahwa melihat segala sesuatu secara utuh menyeluruh.
   Selanjutnya, menumbuhkan rasa penasaran intelektual (intellectual curiosity) dan
   kesediaan untuk belajar dari orang lain. Tidak perlu gengsi untuk belajar ke yang lebih
   muda misalnya jika menemui suatu persoalan. Tidak perlu malu bertanya, malu bertanya
   sesat di jalan.


13. Menghidupkan Kembali Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
    Di sekolah justru yang penting adalah bagaimana memasukkannya dalam proses belajar
   mengajar bukan semata meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler. "Hal ini bisa terjadi jika
   guru menyadari dirinya bukan sekedar mengajar tetapi mendidik sehingga ketika
mengajar mata pelajaran apapun dia akan mengkaitkannya dengan pendidikan karakter.
   Misalnya, ulangan tidak boleh nyontek, harus jujur pada diri sendiri dan mampu
   mengukur kemampuan. Peran guru adalah untuk mengingatkan murid tentang semua hal
   itu sangat penting. Menurut dia, sejak masih dibangku kuliah, para calon guru seharusnya
   sudah menguasai pendidikan budaya dan karakter bangsa ini sehingga mereka menyadari
   bahwa tugasnya mengajar adalah mendidik anak untuk menjadi akhlak mulia bukan
   sekedar mengajar.


14. Peran Guru


   Untuk menuju akhlak mulia dan hal itu bisa diterapkan secara menyeluruh dalam setiap
   mata pelajaran, bukan menjadi pendidikan yang terpisah.             "Dengan demikian
   implementasinya tidak perlu ada modul karena guru harus melakukan pendekatan yang
   strategis bagaimana mengelola kelas, berkomunikasi dengan baik pada anak didik,
   mengembangkan kepribadian anak dengan baik. "UU Sisdiknas sudah mengamanatkan
   bahwa pendidikan itu agar anak memiliki akhlak mulia jadi berarti dalam hal syarat
   kelulusanpun menentukan. Anak yang tidak memiliki akhlak mulia, meskipun pinter
   jangan dibiarkan lulus. "Guru dan siswa harus paham bahwa kejujuran, kedisiplinan,
   ketekunan, toleransi adalah kendaraan .



                                 DAFTAR PUSTAKA

Ace,   S. 1995. Keterkaitan dan Kesepadanan Antara Struktur Pendidikan
       Dengan   Struktur Tenaga Kerja Terdidik. Kajian Dikbud No. 002 . Balitbang
       Dikbud.

Aqip, Z. 2007.Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Yrama Widya.

Christine Fald. Rumah, Sekolah Unggulan Karakter Pemimpin.2007. Majalah Nebula.
Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004.      Direktorat
       Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah
       Kejuruan. 2004.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMKN
       36 Jakarta, Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi DKI Jakarta.
Hilda Sabri Sulistyo, 2010. Membangun Karakter dan Budaya di Sekolah. Harian Bisnis
       Indonesia. Jakarta.

Ratna Megawangi. 2008. Pendidikan Karakter. http//www. Jakarta

Siti Juwairiyah, 2007. Makalah Penerapan Metode Belajar Aktif Sebagai Upaya
       Peningkatan Prestasi Belajar Kelas 6 SD, Probolinggo.

Sonhadji Kh, A. 2000. Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan
      Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Makalah disajikan pada: Studi
      Tentang Pengkajian Pendidikan Kejuruan dan Teknologi, pada tanggal 23 Oktober
      2000 di Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan
      Pengembangan, Pusat Penelitian Kebijakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2005 tentang Sistem
      Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) . Bandung: CV Nuansa Mulia.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karaktermutia123
 
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSAHUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSAAprilia putri
 
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterPresentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterAnis Rahman
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1hepi gustia
 
pendidikan karakter
pendidikan karakterpendidikan karakter
pendidikan karakterU Nuril
 
Pengembangan pendidikan karakter
Pengembangan pendidikan karakterPengembangan pendidikan karakter
Pengembangan pendidikan karakterMumun Mulyana
 
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakterCoky Fauzi Alfi
 
Pendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan Karakter BangsaPendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan Karakter BangsaAli Fanani
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterSutikno Java
 
0 a seminar karakter pasca-baru
0 a seminar karakter pasca-baru0 a seminar karakter pasca-baru
0 a seminar karakter pasca-baruElsa Ningsih
 
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanModul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanFitri Yusmaniah
 
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa IndonesiaPancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesiabellamiaariella3
 

Was ist angesagt? (20)

Pendidikan Karakter
Pendidikan KarakterPendidikan Karakter
Pendidikan Karakter
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSAHUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
 
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterPresentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1
 
Pendidikan karakter bangsa
Pendidikan karakter bangsaPendidikan karakter bangsa
Pendidikan karakter bangsa
 
pendidikan karakter
pendidikan karakterpendidikan karakter
pendidikan karakter
 
Pengembangan pendidikan karakter
Pengembangan pendidikan karakterPengembangan pendidikan karakter
Pengembangan pendidikan karakter
 
PPK Kurikulum 2013
PPK Kurikulum 2013PPK Kurikulum 2013
PPK Kurikulum 2013
 
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
 
Perpres 87/2017
Perpres 87/2017Perpres 87/2017
Perpres 87/2017
 
Pendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan Karakter BangsaPendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan Karakter Bangsa
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakter
 
0 a seminar karakter pasca-baru
0 a seminar karakter pasca-baru0 a seminar karakter pasca-baru
0 a seminar karakter pasca-baru
 
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanModul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaan
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa IndonesiaPancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
 

Ähnlich wie Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxPENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxQoniahHilya
 
2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan
2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan
2. Falsafah Pendidikan KebangsaanNormala Mehat
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Fandy Neta
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaSugeng Riadi
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamAnang Sarbaini
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikananitaairhi
 
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa KlasikTransformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa KlasikSlamet Readi
 
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfMATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfahmadchumaedi2
 
Konsep guru islam, timur dan barat 1
Konsep guru  islam, timur dan barat 1Konsep guru  islam, timur dan barat 1
Konsep guru islam, timur dan barat 1firo HAR
 
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan LokalKonsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan LokalIndra Lasmana
 
Pak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER Kelompok 2 NEW.doc
Pak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER  Kelompok 2 NEW.docPak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER  Kelompok 2 NEW.doc
Pak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER Kelompok 2 NEW.docAniRindiani
 

Ähnlich wie Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang (20)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxPENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
 
2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan
2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan
2. Falsafah Pendidikan Kebangsaan
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa KlasikTransformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
 
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfMATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Konsep guru islam, timur dan barat 1
Konsep guru  islam, timur dan barat 1Konsep guru  islam, timur dan barat 1
Konsep guru islam, timur dan barat 1
 
Ppd
PpdPpd
Ppd
 
Pendidikan holistik
Pendidikan holistikPendidikan holistik
Pendidikan holistik
 
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan LokalKonsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
 
Pak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER Kelompok 2 NEW.doc
Pak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER  Kelompok 2 NEW.docPak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER  Kelompok 2 NEW.doc
Pak HUSNI dan Bu ANI Makalah CORE ETHICAL CHARACTER Kelompok 2 NEW.doc
 

Mehr von Vivi Vey

Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011Vivi Vey
 
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerjaPeranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerjaVivi Vey
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingVivi Vey
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingVivi Vey
 
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010Vivi Vey
 
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011Vivi Vey
 
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswa
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswaPeran wali-kelas dlm membentuk karakter siswa
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswaVivi Vey
 
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterPenerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterVivi Vey
 
Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007Vivi Vey
 

Mehr von Vivi Vey (9)

Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011
 
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerjaPeranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
 
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
 
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswa
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswaPeran wali-kelas dlm membentuk karakter siswa
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswa
 
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterPenerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
 
Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007
 

Kürzlich hochgeladen

Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfVenyHandayani2
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Tina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptx
Tina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptxTina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptx
Tina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptxTINAFITRIYAH
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaMonaAmelia
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Tina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptx
Tina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptxTina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptx
Tina fitriyah - Uji Sampel statistik.pptx
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 

Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang

  • 1. MEMBANGUN KEBERADAPAN BANGSA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 KEMBANG I. Pendahuluan Pendidikan merupakan pilar tegaknya suatu bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia ; 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar ; 3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral ; 4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global dan 5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu juga bertujuan untuk pembentukan karakter peserta didik yang terwujud dalam kesatuan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Karena karakter merupakan sesuatu yang mengkualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi
  • 2. pengalaman kontingen yang selalu berubah, dan dari kematangan karakter inilah kualitas seorang pribadi diukur. Pendidikan karakter sebagai sebuah paedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, maupun menggapai kebebasan yang dimilikinya, sehingga ia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun warga negara yang bebas dan bertanggung jawab, bahkan sampai pada tingkat tanggung jawab moral integral atas kebersamaam hidup dengan warga yang lain. Dan pendidikan karakter telah menjadi tanggung jawab bersama orang tua, guru dan anggota masyarakat, yang datang bersama-sama untuk mendukung pembangunan karakter yang positif. Apa Pendidikan Karakter Itu? Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tujuannya membentuk kepribadian peserta didiknya supaya memiliki karakter yang baik. Model pendidikan karakter merupakan jawaban atas sistem pendidikan di Indonesia yang lebih menekankan aspek kognitif ketimbang aspek kecerdasan emosi, sosial, motorik, kreativitas, imajinasi, dan spiritual. Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan. Lebih dari itu, pedagogi puerocentris lewat perayaan atas spontanitas anak-anak (Edouard Claparède, Ovide Decroly, Maria Montessori) yang mewarnai Eropa dan Amerika Serikat awal abad ke-19 kian dianggap tak mencukupi lagi bagi formasi intelektual dan kultural seorang pribadi. Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.
  • 3. Empat karakter Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya. Pengalaman Indonesia Di tengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik, dan perilaku keseharian, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis- religius menjadi relevan untuk diterapkan. Pendidikan karakter ala Foerster yang berkembang pada awal abad ke-19 merupakan perjalanan panjang pemikiran umat manusia untuk mendudukkan kembali idealisme kemanusiaan yang lama hilang ditelan arus positivisme. Karena itu, pendidikan karakter tetap mengandaikan pedagogi yang kental dengan rigorisme ilmiah dan sarat muatan puerocentrisme yang menghargai aktivitas manusia.
  • 4. Tradisi pendidikan di Indonesia tampaknya belum matang untuk memeluk pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat. Pedagogi aktif Deweyan baru muncul lewat pengalaman sekolah Mangunan tahun 1990-an. Kebiasaan berpikir kritis melalui pendasaran logika yang kuat dalam setiap argumentasi juga belum menjadi habitus. Guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap ujian cuma mengulang apa yang dikatakan guru. Loncatan sejarah Apakah mungkin sebuah loncatan sejarah dapat terjadi dalam tradisi pendidikan kita? Mungkinkah pendidikan karakter diterapkan di Indonesia tanpa melewati tahap-tahap positivisme dan naturalisme lebih dahulu? Pendidikan karakter yang digagas Foerster tidak menghapus pentingnya peran metodologi eksperimental maupun relevansi pedagogi naturalis Rousseauian yang merayakan spontanitas dalam pendidikan anak-anak. Yang ingin ditebas arus ”idealisme” pendidikan adalah determinisme dan naturalisme yang mendasari paham mereka tentang manusia. Bertentangan dengan determinisme, melalui pendidikan karakter manusia mempercayakan dirinya pada dunia nilai (bildung). Sebab, nilai merupakan kekuatan penggerak perubahan sejarah. Kemampuan membentuk diri dan mengaktualisasikan nilai-nilai etis merupakan ciri hakiki manusia. Karena itu, mereka mampu menjadi agen perubahan sejarah. Jika nilai merupakan motor penggerak sejarah, aktualisasi atasnya akan merupakan sebuah pergulatan dinamis terus-menerus. Manusia, apa pun kultur yang melingkupinya, tetap agen bagi perjalanan sejarahnya sendiri. Karena itu, loncatan sejarah masih bisa terjadi di negeri kita. Pendidikan karakter masih memiliki tempat bagi optimisme idealis pendidikan di negeri kita, terlebih karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya. Manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat, bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai kerohanian bersama yang mengatasi keterbatasan eksistensi natural manusia yang mudah tercabik oleh berbagai macam konflik yang tak jarang malah mengatasnamakan religiusitas itu sendiri.
  • 5. Di tengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik, dan perilaku keseharian, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis- religius menjadi relevan untuk diterapkan. Pendidikan karakter ala Foerster yang berkembang pada awal abad ke-19 merupakan perjalanan panjang pemikiran umat manusia untuk mendudukkan kembali idealisme kemanusiaan yang lama hilang ditelan arus positivisme. Karena itu, pendidikan karakter tetap mengandaikan pedagogi yang kental dengan rigorisme ilmiah dan sarat muatan puerocentrisme yang menghargai aktivitas manusia. Tradisi pendidikan di Indonesia tampaknya belum matang untuk memeluk pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat. Pedagogi aktif Deweyan baru muncul lewat pengalaman sekolah Mangunan tahun 1990-an. Kebiasaan berpikir kritis melalui pendasaran logika yang kuat dalam setiap argumentasi juga belum menjadi habitus. Guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap ujian cuma mengulang apa yang dikatakan guru. Terdapat sembilan pilar karakter nilai-nilai luhur universal yang ditanamkan kepada anak sejak dini usia prasekolah. Pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaaan-Nya; Kedua, kemandirian dan tanggungjawab; Ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; Keempat, hormat dan santun; Kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; Keenam, percaya diri dan pekerja keras; Ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; Kedelapan, baik dan rendah hati, dan; Kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilan pilar karakter diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang selalu bekerja membuat orang mau selalu berbuat sesuatu kebaikan. Orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan acting the good berubah menjadi kebiasaan.
  • 6. Penanaman Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1 Kembang Awalnya, model pendidikan karakter dikembangkan untuk anak-anak usia dini seperti TK atau pra sekolah. Pembangunan karakter di usia itu memang sangat menentukan. Pembentukan otak di usia itu biasanya mencapai 90 persen. Sayangnya, data pemerintah menyebutkan, hanya 15 persen dari 12,23 juta anak usia dini yang bisa bersekolah di TK Rumusan karakter tak hanya diaplikasikan dalam metode pengajaran, tapi juga kurikulum dan diintegrasikan dalam satuan pelajaran. Nah bagaimana penerapan pendidikan karakter yang dapat dilakukan di SMA Negeri 1 Kembang ? Seiring dengan MISI SMA yaitu menjadikan SMA Negeri 1 Kembang sebagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang Profesional dan Mandiri Dalam Mewujudkan Lulusan yang Kompeten, Berdedikasi, kasih sayang, peduli dan berakhlak mulia, maka berikut ini adalah budaya- budaya yang telah dan akan dilakukan di SMA Negeri 1 Kembang dalam membangun karakter siswa. 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Setiap akhir tahun ajaran , setiap sekolah membuka Penerimaan Siswa Baru ,demikian juga dengan SMKN 36 Jakarta. Namun ada hal lain yang diungkap disini berkaitan dengan pembangunan karakter yang dilakukan di SMKN 36 Jakarta. Yaitu pada saat mendaftar anak harus berani masuk mendaftar sendiri tanpa didampingi orang tuanya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan karakter kemandirian dan kebaranian siswa. 2. MOS
  • 7. Masa Orientasi Siswa (MOS) dilakukan pada awal tahun ajaran baru setelah pelaksanaan Penerimaan Siswa Baru . Kegiatan MOS bertujuan untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan baru agar dapat beradaptasi , membentuk sikap dan karakter yang dibutuhkan oleh sekolah maupun industry , memupuk sikap kreativitas dan semangat berkarya, serta menumbuhkan sikap dan karakter kepemimpinan. 3. Pelatihan Baris Berbaris Adapun tujuannya, yaitu dapat menanamkan rasa nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan dikalangan generasi muda, dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pemuda, serta dapat memupuk jiwa generasi muda yang tangguh dan meningkatkan animo pelajar dalam hal baris-berbaris. 4. Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah (LDKS)
  • 8. Sekolah merupakan salah satu sarana yang tepat untuk membangun system pengkaderan yang terpadu. Lingkungan sekolah dalam konteks wawasan wiyata mandala merupakan lingkungan yang kondusif untuk membentuk kader-kader pemimpin bangssa dimasa depan. Lewat pembelajaran kontektual yang sedang digalakkan , pendidikan politik secara konseptual akan terasa sangat signifikan. Pemehaman dasar politik, organisasi dan kepemimpinan dikalanga siswa perlu ditanamkan sejak dini. Hal itu penting dilakukan mengingat siswa merupakan generasi muda yang menjadi tumpuan dan harapan bangsa dimasa depan. 5. OSIS OSIS merupakan satu-satunya wadah untuk menampung dan menyalurkan kreativitas baik melalui kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya keberhasilan kegiata kurikuler bertujuan meningkatkan peran serta inisiatif siswa untuk:  Mempertebal ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa;  Menjaga dan menciptakan sekolah sebagai Wiyatamandala (lingkungan pendidikan)agar terhindar dari usaha dan pengaruh yang bertentangan dengan tujuan pendidkan nasional sehingga terciptanya suasana kehidupan belajar mengajar yang efektif dan efisien, serta tertanamnya rasa hormat dan cinta terhadap orang tua, guru, dan almamater dikalangan siswa.  Menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa, agar menjujung tinggi kebudayaan nasional dan mampu menjaring pengaruh kebudayaan yang datang dari luar yang bertentangan dengan kepribadian Indonesia.  Meningkatkan persepsi, apresiasi, dan kreasi seni dalam rangka tercapainya keselarasan, dan keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan kepuasan batiniah serta menumbuhkan rasa indah dan halus sebagai dasar pembentukan kepribadian dan budi pekerti luhur.  Menumbuhkan dan membina sikap berbangsa dan bernegara.  Meneruskan dan mengembangkan semangat, serta nilai-nilai 45; dan  Meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kreasi guna tercapainya keseimbangan antara pertumbuhan jasmani dan rohani. Ge an bakat dan kema 6. Apel Pagi . Saat pelaksanaan apel pagi , para Pembina secara bergiliran tampil sebagai pemimpin apel dapat menyampaikan pengarahan khusus. Hal-hal yang diarahkan kepada siswa,
  • 9. umumnya mengenai disiplin, etika, dan akademik. Dapat pula menyampaikan pengumuman penting secara lisan yang menyangkut perencanaan dan persiapan kegiatan sekolah. Seringkali para Pembina perlu mengulang kembali apa maksud dan tujuan pentingnya dilaksanakannya apel pagi, dalam menggalang kebersamaan dan menegakkan disiplin. Apel yang dilakukan secara rutin, merupakan salah satu cara pembentukan karakter penegakan disiplin siswa, disamping perlu didukung mekanisme penertiban administrasi. 7. Upacara Bendera Upacara bendera biasa dialakukan pada hari Senin, dan hari-hari besar Nasional. Upacara sebenarnya juga bagian dari interaksi edukatif dan instrument/alat yang cukup efektif untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter tertentu mengaktualkan potensi- potensi peserta didik. Nilai-nilai tersebut diantaranya :  Potensi Kepemimpinan Setiap siswa secara bergilir diberi kesempatan untuk tampil memimpin upacara. Sebagai pemimpin upacara dituntut untuk melakukan aba-aba/tindakan-tindakan tertentu, dalam satu tahun ajaran seorang siswa dapat memperoleh 2 – 3 kali memimpim teman-temannya  Tertib Sosial Normatif lmperatif Ada aba-aba dan tata cara yang baku yang memimpin maupun yang dipimpin. Ketika seseorang berperan memimpin harus bisa memainkan peran sesuai posisinya. Begitu juga yang berposisi yang dipimpin. Dari sini diharapkan tumbuh kesadaran bahwa pada setiap kelompok sosial demi tertib sosial terdapat aturan-aturan/norma-norma
  • 10. yang bersifat imperative/memaksa sebagai konsekuensi seseorang memasuki suatu kelompok sosial.  Rasa Percaya Diri Pengalaman membuktikan sebagian siswa masih mengalami demam tampil/ndredeg ketika harus tampil memimpin. Namun, umumnya hilang ketika giliran kedua atau seterusnya.  Kebersamaan/Jiwa Korsa/Esprit de Carps Dalam posisi upacara, untuk melanjutkan ke gerakan/aba-aba berikutnya ditempuh jika aba-aba/perintah sebelumnya telah sepenuhnya dilaksanakan. Manakala ada satu/ sebagian siswa lalai/tidak mematuhi aba-aba, maka “tersanderalah” seluruhnya. Melalui pembiasaan yang demikian, diharapkan tumbuh kesadaran akan kebersamaan. Diri seseorang adalah bagian dari kelompok-(nya).  Tanggungjawab Ada sejumlah hal yang harus dilaporkan seperti jumlah, kurang, hadir, dan keterangan masing-masing yang berhalangan hadir. Pemimpin harus secara akurat melaporkannya kepada guru. Yang demikian dimaksudkan untuk menumbuh- kembangkan sikap koreksi dan tanggungjawab  Tenggang Rasa Sekali lagi pengalaman membuktikan meski seseorang sebelumnya sudah mempersiapkan diri namun ketika tampil memimpin acapkali masih melakukan kekeliruan. Temyata berperan sebagai pemimpin tak semudah yang menerima/melaksanakan aba-aba. Pengalaman-pengalaman seperti ini akan menumbuh-kembangkan kesadaran tenggang rasa.  Loyalitas Kritis Berjiwa Merdeka Ketika sang pemimpin melakukan kesalahan (misal : dalam memberi aba-aba, laporan, gerakan tertentu) maka anak buah (teman-teman sekelasnya) yang dalam posisi dipimpin wajib memberikan koreksi dengan ucapan “ulangi” pernyataan korektif tersebut dilakukan sebanyak kesalahan yang dilakukan pemimpin dan baru tidak dilakukan lagi manakala sudah benar. Dari tradisi yang demikian diharapkan tertanam kesadaran sikap loyal sekaligus kritis bukan mentalitas “yes man” atau loyalitas tanpa reserves. Anak buah dan/atau staf yang loyal adalah yang bisa mendukung sekaligus mengingatkan/mengoreksi. Loyalitas yang benar adalah loyalitas kepada person/pribadi orang yang kebetulan menjabat. Kepatuhan yang sehat dan rasional adalah kepatuhan bersyarat yaitu selama
  • 11. perintah/kebijakan pimpinan tidak keluar dan merusak misi organisasi dan secara hakiki bisa dipertanggungjawabkan secara horisontal (kepada sesama manusia) maupun vertikal (kepada Tuhan). Karena itu kita juga harus bisa membedakan wilayah kedinasan/wilayah publik dengan wilayah privat/pribadi. Jika ini terwujud maka tidak hanya oleh negara secara formal melainkan juga secara riil dimiliki setiap masyarakat. Setiap warga negara dalam kondisi seperti ini secara teoritik kesalahan-kesalahan kolektif dapat dihindarkan, baik dalam konteks organisasi yang kecil maupun besar (negara). 8. Tadarusan sebelum KBM Tadarusan yang dilakukan siswa setiap pagi di sekolah, memiliki tujuan untuk membentuk karakter siswa yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan menjadikannya memiliki hati yang lembut, mudah menerima nasehat kebaikan serta tidak mudah terpancing emosi yang berakibat pada tawuran pelajar. 9. Mengidupkan Ekstra kurikuler Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing (ada sekitar 34 jenis ekskul yang terangkum dalam buku panduan ekskul), dan Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga. Kegiatan Pramuka, Paskibraka dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya yang menumbuhkan kecintaan kepada bangsa merupakan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang selama ini telah diimplementasikan dan menjadi sesuatu kesatuan dari
  • 12. kurikulum pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. "Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktekkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti "hidden curiculum", mengungkapkan bahwa nilai-nilai terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa sudah ada sejak lama. "Kebiasaan mengucapkan salam kepada guru saat datang dan pulang dari sekolah, mengucapkan doa sebelum memulai pelajaran, atau kegiatan yang menumbuhkan kecintaan kepada bangsa seperti Pramuka, kegiatan Paskibra dan lain- lain," katanya. Oleh karena itu kegiatan yang menumbuh kembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa seperti pramuka, usaha kesehatan sekolah (UKS) dan ektrakurikuler lainnya seperti menari, musik angklung dan lainnya harus dihidupkan lagi di sekolah-sekolah. Soal implementasinya yang mulai mengendur bisa saja terjadi, tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang mampu memadukan antara kegiatan belajar mengajar dengan implementasi dalam kehidupan sosial sehari-hari di sekolah. 10. Senam Kesegaran Jasmani Olah raga senam tiap hari jum'at dapat dimanfaatkan selain untuk berolah raga mencari kebugaran, juga bisa dimanfaatkan untuk sosialisasi atau silaturahmi antar murid, guru dan karyawan. Sehingga dapat bertukar fikiran/tukar pengalaman, dan yang lebih penting lagi yaitu untuk melepaskan kepenatan, karena dengan berolahraga dialam terbuka kita dapat menghirup udara segar sehingga dapat menghilangkan rasa jenuh atau strees dan bahkan bisa bersorak dan berteriak dengan lepas.
  • 13. 11. Apresiasif Konstruktif Beberapa kebiasaan atau budaya yang perlu ditumbuh kembangkan di antaranya adalah budaya apresiasif konstruktif. Siapa pun yang dapat memberikan kontribusi positif di lingkungannya perlu diberikan apresiasi. Semisal peserta didik yang mendapat rangking 1 di kelasnya diberikan beasiswa selama 3 bulan, demikian juga untuk para peserta didik yang menang dalam lomba baik di tingkat Kota Madya, Propinsi, dan Nasional di berikan apresiasi yang sesuai. Kebiasaan memberikan apresiasi itu akan membangun lingkungan untuk tumbuh suburnya orang berprestasi. Kalau lingkungan sendiri tidak mendukung seseorang berprestasi maka nanti akan terus menerus negatif. 12. Objektif Komprehensif, Yakni dengan mentradisikan, bahwa melihat segala sesuatu secara utuh menyeluruh. Selanjutnya, menumbuhkan rasa penasaran intelektual (intellectual curiosity) dan kesediaan untuk belajar dari orang lain. Tidak perlu gengsi untuk belajar ke yang lebih muda misalnya jika menemui suatu persoalan. Tidak perlu malu bertanya, malu bertanya sesat di jalan. 13. Menghidupkan Kembali Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Di sekolah justru yang penting adalah bagaimana memasukkannya dalam proses belajar mengajar bukan semata meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler. "Hal ini bisa terjadi jika guru menyadari dirinya bukan sekedar mengajar tetapi mendidik sehingga ketika
  • 14. mengajar mata pelajaran apapun dia akan mengkaitkannya dengan pendidikan karakter. Misalnya, ulangan tidak boleh nyontek, harus jujur pada diri sendiri dan mampu mengukur kemampuan. Peran guru adalah untuk mengingatkan murid tentang semua hal itu sangat penting. Menurut dia, sejak masih dibangku kuliah, para calon guru seharusnya sudah menguasai pendidikan budaya dan karakter bangsa ini sehingga mereka menyadari bahwa tugasnya mengajar adalah mendidik anak untuk menjadi akhlak mulia bukan sekedar mengajar. 14. Peran Guru Untuk menuju akhlak mulia dan hal itu bisa diterapkan secara menyeluruh dalam setiap mata pelajaran, bukan menjadi pendidikan yang terpisah. "Dengan demikian implementasinya tidak perlu ada modul karena guru harus melakukan pendekatan yang strategis bagaimana mengelola kelas, berkomunikasi dengan baik pada anak didik, mengembangkan kepribadian anak dengan baik. "UU Sisdiknas sudah mengamanatkan bahwa pendidikan itu agar anak memiliki akhlak mulia jadi berarti dalam hal syarat kelulusanpun menentukan. Anak yang tidak memiliki akhlak mulia, meskipun pinter jangan dibiarkan lulus. "Guru dan siswa harus paham bahwa kejujuran, kedisiplinan, ketekunan, toleransi adalah kendaraan . DAFTAR PUSTAKA Ace, S. 1995. Keterkaitan dan Kesepadanan Antara Struktur Pendidikan Dengan Struktur Tenaga Kerja Terdidik. Kajian Dikbud No. 002 . Balitbang Dikbud. Aqip, Z. 2007.Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Yrama Widya. Christine Fald. Rumah, Sekolah Unggulan Karakter Pemimpin.2007. Majalah Nebula. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2004. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMKN 36 Jakarta, Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi DKI Jakarta.
  • 15. Hilda Sabri Sulistyo, 2010. Membangun Karakter dan Budaya di Sekolah. Harian Bisnis Indonesia. Jakarta. Ratna Megawangi. 2008. Pendidikan Karakter. http//www. Jakarta Siti Juwairiyah, 2007. Makalah Penerapan Metode Belajar Aktif Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Kelas 6 SD, Probolinggo. Sonhadji Kh, A. 2000. Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Makalah disajikan pada: Studi Tentang Pengkajian Pendidikan Kejuruan dan Teknologi, pada tanggal 23 Oktober 2000 di Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian Kebijakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) . Bandung: CV Nuansa Mulia.