SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 18
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Menurut Winkel (Riyati,2007:24) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar (Riyati,2007:24) belajar adalah
suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman.
Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke arah yang lebih
baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
1. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca
indera), dan aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam sikap, misalnya
dalam beradaptasi dengan teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam
mengikuti pelajaran serta punya kemauan besar untuk belajar dan mempunyai
motivasi untuk belajar baik individu maupun dalam kelompok.
2. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (pendidik, teman, masyarakat,
12
dan keluarga) dan faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat
tinggal, alat belajar, cuaca dan waktu belajar).
2.2 Gaya Belajar
2.2.1 Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara yang cenderung digunakan oleh seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya
belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) yang tidak
dapat diubah dan faktor lingkungan yang dapat dilatih dan disesuaikan.
Rita Dunn dalam DePorter (Purnasari, 2009), seorang pelopor dibidang
gaya belajar telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar
orang. Hal itu mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan. Misalnya, sebagian orang dapat belajar paling baik dengan
berkelompok, sedangkan yang lainnya lebih memilih adanya figur otoriter seperti
pendidik dan orang tua, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah cara yang
paling efektif bagi mereka. Sebagaian orang memerlukan musik sebagai latar
belakangnya, sedangkan yang lainnya tidak dapat berkonsentrasi, kecuali dalam
ruangan yang sepi. Ada orang-orang yang memerlukan lingkungan kerja yang
teratur dan rapih, tapi ada yang lainnya lebih suka menggelar semua supaya
semua dapat terlihat.
Para peneliti gaya belajar membuat kesepakatan secara umum bahwa ada
dua kategori utama mengenai gaya belajar seseorang, yaitu:
1. Bagaimana menyerap informasi dengan mudah (modalitas)
13
2. Cara mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak)
Gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari keduanya, baik dalam
menyerap informasi dan kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut
(Okrani M., 2009).
2.2.2 Gaya Belajar-VAK
Gaya belajar-VAK menggunakan tiga indera utama penerima: Visual,
Auditory, dan Kinestetik (gerakan) untuk menentukan gaya belajar yang
dominan. VAK (Visual-Auditory-Kinestetik) berasal dari dunia belajar cepat dan
populer karena kesederhanaannya. Seseorang akan mempunyai satu atau dua gaya
VAK yang dominan, hal inilah yang dapat dikembangkan sebagai cara belajar
yang efektif bagi seseorang dalam mempelajari informasi baru. Menurut ahli teori
VAK, perlunya menyajikan informasi dengan menggunakan ketiga gaya. Hal ini
memungkinkan semua pelajar mempunyai kesempatan untuk terlibat, tidak peduli
apa gaya pilihan mereka.
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Dr. Vernon Magnesen dalam
DePorter (Purnasari, 2008), yaitu “Kita belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20%
dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita
lihat dan dengar, 79% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita
katakan dan lakukan”.
Berikut adalah penjelasan masing-masing tentang VAK:
1. Visual
Pembelajar visual memiliki dua saluran yaitu linguistik dan spasial. Pelajar
vi sual -l i ngui st i k belajar melalui bahasa tertulis, seperti baca dan menulis
14
tugas. Mereka ingat apa yang telah ditulis, bahkan jika mereka tidak membacanya
lebih dari sekali. Pembelajar yang vi sua l -spasi al biasanya memiliki
kesulitan dengan bahasa tertulis dan lebih baik dengan grafik, demonstrasi, video,
dan bahan visual lainnya. Mereka mudah memvisualisasikan wajah dan tempat
dengan menggunakan imajinasi mereka dan jarang tersesat di lingkungan baru.
Pada intinya pelajar visual menggunakan apa yang mereka lihat untuk
menyerap informasi yang didapatnya. Berikut adalah karakteristik khas pelajar
visual (Halikin, 2009):
1) Bicara agak cepat
2) Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3) Tidak mudah terganggu oleh keributan
4) Mengingat yang dilihat, daripada yang didengar
5) Lebih suka membaca daripada dibacakan
6) Pembaca cepat dan tekun
7) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai
memilih kata-kata
8) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato
9) Lebih suka musik daripada seni
10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,
dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
15
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
DePorter (2010:216) menyatakan bahwa, “Pelajar visual akan terdorong
untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam
pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam
pemahaman mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi pelajar
visual dalam mata pelajaran apapun. Karena para pelajar visual belajar terbaik
saat mereka mulai dengan “gambaran keseluruhan”, melakukan tinjauan umum
mengenai bahan pelajaran akan sangat membantu. Misal dengan membaca bahan
secara sekilas, akan memberikan gambaran umum mengenai bahan bacaan
sebelum mereka terjun ke dalam perinciannya”.
2. Auditory
Gaya belajar ini lebih mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami
dan mengingat suatu informasi, seperti musik, nada, irama, dan dialog internal.
Pelajar auditori sering berbicara sendiri. Mereka memiliki kesulitan dengan
membaca dan menulis tugas. Mereka sering berbuat lebih baik berbicara dengan
seorang rekan atau tape recorder dan mendengarkan apa yang dikatakan. Berikut
karakteristi khas pelajar auditori (Halikin, 2009):
1) Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
2) Penampilan rapi
3) Mudah terganggu oleh keributan
4) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari
16
pada yang dilihat
5) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
7) Biasanya ia pembicara yang fasih
8) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11) Berbicara dalam irama yang terpola
12) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia
untuk mendengarkannya sebelum tidur.
DePorter (2010:216) menyatakan bahwa, “Mendengarkan, contoh, dan
cerita serta mengulang informasi adalah cara-cara belajar utama mereka. Para
pelajar auditory mungkin lebih suka merekam pada kaset daripada mencatat,
karena mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang. Mereka mungkin
17
mengulang sendiri dengan keras apa yang dikatakan pendidik. Mereka tentu saja
menyimak, hanya saja mereka suka mendengarkanya lagi”.
3. Kinestetik
Yaitu lebih mengandalkan kepada sentuhan seperti gerak dan emosi untuk
dapat mengingat suatu informasi. Mereka memiliki dua saluran yaitu kinestetik
(gerakan) dan taktil (sentuhan). Mereka cenderung kehilangan konsentrasi jika
ada sedikit atau tidak ada stimulasi eksternal atau gerakan. Ketika mendengarkan
ceramah mereka tidak selalu mencatat. Ketika membaca, mereka suka untuk
mengamati materi terlebih dahulu, dan kemudian fokus pada rincian
(mendapatkan gambaran besar pertama). Berikut karakteristik khas pelajar
kinestesti (Haliki, 2009):
1) Berbicara perlahan
2) Penampilan rapi
3) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4) Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8) Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan
tubuh saat membaca
9) Menyukai permainan yang menyibukkan
10) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah
berada di tempat itu
18
11) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. Menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
(contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya
untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak.
DePorter (2010:216) menyatakan bahwa, “Pelajar-pelajar kinestetik
menyukai proyek terapan. Lakon pendek dan lucu dapat membantu mereka. Para
pelajar kinestetika suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal
informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta”.
Melalui kombinasi yang baik antara visual-auditory-kinestetik dalam
belajar, akan mempermudah siswa menyerap, menyaring, dan mengolah informasi
serta dalam memahami konsep-konsep matematis yang mereka dapatkan selama
proses belajar berlangsung.
19
2.3 Pendekatan Kontekstual
2.3.1 Pengertian Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada
tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan
minat dan pengalaman siswa. Kontekstual dikembangkan oleh The Washington
State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di
Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan
“pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghapal.
Dalam kelas kontekstual, tugas pendidik adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas pendidik mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengkaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Landasan filosofi pendekatan kontekstual adalah kontruktivisme, yaitu
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal.
Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi
20
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan
(Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama dalam Supinah, 2008:8).
2.3.2 Komponen/Prinsip Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah sebuah strategi yang membantu pendidik
menghubungkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pendekatan kontekstual, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquary), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Terdapat tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh
pendidik (Dwi,2005:19-21), yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Sedangkan pendidik bertugas untuk memfasilitasi
sehingga pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Tugas pendidik
adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
b. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
21
c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan
inquiry adalah:
a. Keterlibatan siswa secara maksimal, yang melibatkan mental intelektual
sosial emosional siswa.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran.
c. Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukannya
dalam proses inquiry.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung
secara informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif
dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini menurut Nurhadi (2002) berguna untuk:
1) menggali informasi, baik administratif maupun akademis,
2) mengecek pemahaman siswa,
3) membangkitkan respon kepada siswa,
22
4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki pendidik,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,
8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari „sharing‟
antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu.
„Masyarakat belajar‟ bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan
masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan
sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu maksudnya adalah adanya model yang ditiru. Model yang dimaksud bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang
benar. Model tak hanya dari pendidik tapi juga dari siswa atau ahli.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima. Pengetahuan yang dimilki siswa diperluas melalui konteks
pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Pendidik membantu
23
siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan demikian siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian yang dilakukan
bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas, tapi
juga kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic.
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain:
proyek kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi,
dan tes tulis.
Kelebihan Pendekatan Kontekstual
Mencermati pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual
di atas, maka kelebihan yang bisa dikemukakan antara lain:
a. Siswa lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
b. Materi yang disajikan lebih lama membekas di pikiran siswa karena siswa
dilibatkan aktif dalam pembelajaran.
c. Siswa berpikir alternatif dalam pemodelan.
Kekurangan Pendekatan Kontekstual
a. Tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan kontekstual,
atau kadang mengalami kesulitan dalam mengaitkannya.
24
b. Membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses kegiatan belajar
mengajarnya.
2.4 Pemahaman Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, paham berarti mengerti
benar (akan), tahu benar (akan); pemahaman berarti proses, perbuatan, cara
memahami atau memahamkan. Sedangkan menurut Suherman (Jannah, 2007:8)
konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek
ke dalam contoh dan non contoh.
Berdasarkan Kurikulum 2004 Matematika SMP Depdiknas menetapkan
(Shadiq, 2009:13) terdapat tiga aspek penilaian matematika yaitu:
1. Pemahaman konsep
2. Penalaran dan komunikasi
3. Pemecahan masalah.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, pada kurikulum 2004 Standar
Kompetensi Pembelajaran Matematika SMP/MTS (dalam Tim PPPG Matematika,
2005 : 86) dinyatakan bahwa kemampuan yang perlu diperhatikan dalam
penilaian pembelajaran matematika antara lain adalah pemahaman konsep dan
prosedur (algoritma). Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.
506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009:13), bahwa pemahaman konsep merupakan
kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.
25
Indikator dari kemampuan pemahaman konsep berdasarkan Tim PPPG
Matematika (Jannah, 2007:18) adalah:
1. menyatakan ulang sebuah konsep;
2. mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya;
3. memberi contoh dan non contoh dari konsep;
4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep;
6. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu;
7. mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah.
Indikator kemampuan pemahapan konsep dalam penelitian ini berdasarkan
Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009:13) yaitu:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
6. Megembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
Selanjutnya, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut
Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004
26
2.5 Pendekatan Kontekstual dengan Gaya Belajar-VAK
Penggabungan antara pendekatan kontekstual dengan gaya belajar-VAK
menjadi sebuah jembatan agar pembelajaran pendekatan kontekstual dapat
digunakan secara maksimal. Dalam pembelajaran kontekstual, pendidik dituntut
untuk dapat memahami karakteristik belajar siswa sehingga siswa dapat belajar
dengan gaya belajarnya masing-masing. Hal inilah yang sering dilupakan
pendidik dalam pembelajaran konvensional, sehingga yang terjadi adalah apa
yang dikatakan Oleh Paulo Freire sebagai pemaksaan kehendak.
Dalam penelitian ini akan dilihat gaya belajar-VAK masing-masing siswa
untuk pembentukkan kelompok dalam pembelajaran pendekatan kontekstual. Hal
ini agar setiap siswa dalam kelompok dapat bekerjasama dan saling melengkapi
dengan baik. Salah satu contohnya, siswa yang bergaya belajar visual sulit dalam
mengungkapkan ide-ide, hal ini dapat dilengkapi oleh temannya yang bergaya
belajar auditory, dimana pembelajar auditory adalah seorang yang pembicara
fasih.
2.6 Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh:
Agustina Dwi Saputri (2005), meneliti penerapan pembelajaran matematika
kontekstual pada materi teorema phytagoras untuk meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas siswa MTs AL Ashor Semarang. Penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian tindakkan kelas. Hasil penelitian
27
menunjukkan bawa pada setiap siklus terjadi peningkaran hasil belajar dan
peningkatan aktivitas siswa.
Rizki Gurdayanti (2010), meneliti pembelajaran matematika dengan
menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP. Penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di SMP
Negeri 26 Bandung pada pokok bahasan bangun ruang. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan adanya perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa dan daya serap klasikal yang lebih besar.
Dina Maulida (2008), meneliti pengaruh gaya belajar-VAK terhadap
prestasi belajar siswa kelas I Penjualan SMK Muhammadiyah 2 Malang.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksplanasi dengan metode
pengumpulan data menggunakan keusioner dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara gaya
belajar terhadap prestasi belajar.
Splichatun (2007), meneliti implementasi pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
motivasi belajar siswa SMP. Penilitian dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang
dan merupakan penelitian tindakkan kelas. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep
setelah mendapat pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dan
implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi siswa
terhadap pelajaran matematika.
28
2.7 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori, dan kajian-kajian
yang relevan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Adanya Perbedaan
Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa antara
pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan
gaya belajar-VAK dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori”.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Rancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatif
Rancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatifRancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatif
Rancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatifKean Hagen
 
DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017
DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017
DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017Mohd Suhaimin Isnen
 
Mengenal Pasti Fokus Kajian
Mengenal Pasti Fokus KajianMengenal Pasti Fokus Kajian
Mengenal Pasti Fokus Kajianmilatusamsi
 
Rancangan pengajaran harian (amali solat)
Rancangan pengajaran harian (amali solat)Rancangan pengajaran harian (amali solat)
Rancangan pengajaran harian (amali solat)abdulhalimismail
 
RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)
RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)
RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)Nfa Ismail
 
Penerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaran
Penerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaranPenerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaran
Penerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaranBen Devon
 
Peranan guru dalam pengurusan bilik darjah
Peranan guru dalam pengurusan bilik darjahPeranan guru dalam pengurusan bilik darjah
Peranan guru dalam pengurusan bilik darjahKaizen Kohana
 
Pendekatan & strategi pengajaran tematik
Pendekatan & strategi pengajaran tematikPendekatan & strategi pengajaran tematik
Pendekatan & strategi pengajaran tematikMoon Joanne
 
Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2
Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2
Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2Ku Adzrie Ku Adnan
 
Kepimpinan fungsi kepimpinan pengurusan
Kepimpinan   fungsi kepimpinan pengurusanKepimpinan   fungsi kepimpinan pengurusan
Kepimpinan fungsi kepimpinan pengurusanQaseh Rindu
 
Kepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaran
Kepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaranKepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaran
Kepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaranNadwah Khalid
 
Riasec panduan perancangan kerjaya
Riasec panduan perancangan kerjayaRiasec panduan perancangan kerjaya
Riasec panduan perancangan kerjayaSanuddin Warisi
 
Kaedah main peranan
Kaedah main perananKaedah main peranan
Kaedah main perananANiS ADiBaH
 
Tajuk 4 bahan bantu mengajar
Tajuk 4 bahan bantu mengajarTajuk 4 bahan bantu mengajar
Tajuk 4 bahan bantu mengajarSalini Dharan
 
Rph pemulihan jawi
Rph pemulihan jawiRph pemulihan jawi
Rph pemulihan jawisirbrigadier
 
Melaksanakan perubahan kurikulum
Melaksanakan perubahan kurikulumMelaksanakan perubahan kurikulum
Melaksanakan perubahan kurikulumadah awie
 

Was ist angesagt? (20)

Rancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatif
Rancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatifRancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatif
Rancangan pengajaran harian kaedah pembelajaran koperatif
 
Model+addie
Model+addieModel+addie
Model+addie
 
DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017
DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017
DSKP PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 1(SK) SEMAKAN 2017
 
contoh rph
contoh rphcontoh rph
contoh rph
 
Mengenal Pasti Fokus Kajian
Mengenal Pasti Fokus KajianMengenal Pasti Fokus Kajian
Mengenal Pasti Fokus Kajian
 
Rancangan pengajaran harian (amali solat)
Rancangan pengajaran harian (amali solat)Rancangan pengajaran harian (amali solat)
Rancangan pengajaran harian (amali solat)
 
RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)
RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)
RPH PENDIDIKAN ISLAM (NIAT IHRAM)
 
Penerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaran
Penerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaranPenerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaran
Penerapan nilai murni dalam pengajaran dan pembelajaran
 
Peranan guru dalam pengurusan bilik darjah
Peranan guru dalam pengurusan bilik darjahPeranan guru dalam pengurusan bilik darjah
Peranan guru dalam pengurusan bilik darjah
 
Pendekatan & strategi pengajaran tematik
Pendekatan & strategi pengajaran tematikPendekatan & strategi pengajaran tematik
Pendekatan & strategi pengajaran tematik
 
penilaian untuk pembelajaran
penilaian untuk pembelajaranpenilaian untuk pembelajaran
penilaian untuk pembelajaran
 
Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2
Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2
Proses proses penyeliaan ok ( 1.11am) 2
 
Kepimpinan fungsi kepimpinan pengurusan
Kepimpinan   fungsi kepimpinan pengurusanKepimpinan   fungsi kepimpinan pengurusan
Kepimpinan fungsi kepimpinan pengurusan
 
Kepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaran
Kepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaranKepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaran
Kepentingan permainan bahasa didalam pengajaran dan pembelajaran
 
Riasec panduan perancangan kerjaya
Riasec panduan perancangan kerjayaRiasec panduan perancangan kerjaya
Riasec panduan perancangan kerjaya
 
Kaedah main peranan
Kaedah main perananKaedah main peranan
Kaedah main peranan
 
Manual Kajian Tindakan
Manual Kajian Tindakan Manual Kajian Tindakan
Manual Kajian Tindakan
 
Tajuk 4 bahan bantu mengajar
Tajuk 4 bahan bantu mengajarTajuk 4 bahan bantu mengajar
Tajuk 4 bahan bantu mengajar
 
Rph pemulihan jawi
Rph pemulihan jawiRph pemulihan jawi
Rph pemulihan jawi
 
Melaksanakan perubahan kurikulum
Melaksanakan perubahan kurikulumMelaksanakan perubahan kurikulum
Melaksanakan perubahan kurikulum
 

Andere mochten auch

Mata jendela hati
Mata jendela hatiMata jendela hati
Mata jendela hatiNAC POLRI
 
Gaya pembelajaran vak
Gaya  pembelajaran  vakGaya  pembelajaran  vak
Gaya pembelajaran vakHas Mira
 
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswaPtk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswaEika Matari
 
53 metode pembelajaran (e-book)
53 metode pembelajaran (e-book)53 metode pembelajaran (e-book)
53 metode pembelajaran (e-book)Sifa Siti Mukrimah
 
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematikaPemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematikaosnimaure
 
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...PPs Unsri
 

Andere mochten auch (7)

Mata jendela hati
Mata jendela hatiMata jendela hati
Mata jendela hati
 
Gaya pembelajaran vak
Gaya  pembelajaran  vakGaya  pembelajaran  vak
Gaya pembelajaran vak
 
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswaPtk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
 
53 metode pembelajaran (e-book)
53 metode pembelajaran (e-book)53 metode pembelajaran (e-book)
53 metode pembelajaran (e-book)
 
Bahan kreativiti
Bahan kreativitiBahan kreativiti
Bahan kreativiti
 
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematikaPemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika
 
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PEND...
 

Ähnlich wie BELAJAR GAYA

Laili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptx
Laili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptxLaili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptx
Laili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptxLailinr1
 
Makalah kelompok 2 tentang Gaya Belajar
Makalah kelompok 2 tentang Gaya BelajarMakalah kelompok 2 tentang Gaya Belajar
Makalah kelompok 2 tentang Gaya Belajarrestu sri rahayu
 
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasGAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasdayuprasanda
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajarDedi Yulianto
 
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaPengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaNando A-stlye
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajarthearif1971
 
Strategi Belajar : Karakteristik Belajar
Strategi Belajar : Karakteristik BelajarStrategi Belajar : Karakteristik Belajar
Strategi Belajar : Karakteristik Belajarachmad syukkur
 
Gaya belajar (General)
Gaya belajar (General)Gaya belajar (General)
Gaya belajar (General)Dessy Maria
 
IDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptxIDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptxUMN AL WASHLIYAH
 
uas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdfuas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdfridafarida14
 
Tugas Bimbingan konseling tentang gaya belajar
Tugas Bimbingan konseling tentang gaya belajarTugas Bimbingan konseling tentang gaya belajar
Tugas Bimbingan konseling tentang gaya belajarNida Chofiya
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Marliena An
 
TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"
TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"
TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"SABDA
 
uas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfuas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfridafarida14
 

Ähnlich wie BELAJAR GAYA (20)

Laili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptx
Laili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptxLaili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptx
Laili Nur Rufaidah - Bedah Buku.pptx
 
Power Point Gaya Belajar
Power Point Gaya BelajarPower Point Gaya Belajar
Power Point Gaya Belajar
 
Makalah kelompok 2 tentang Gaya Belajar
Makalah kelompok 2 tentang Gaya BelajarMakalah kelompok 2 tentang Gaya Belajar
Makalah kelompok 2 tentang Gaya Belajar
 
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasGAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajar
 
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaPengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajar
 
Strategi Belajar : Karakteristik Belajar
Strategi Belajar : Karakteristik BelajarStrategi Belajar : Karakteristik Belajar
Strategi Belajar : Karakteristik Belajar
 
Presentasi Tugas BK
Presentasi Tugas BKPresentasi Tugas BK
Presentasi Tugas BK
 
GAYA BELAJAR.pptx
GAYA BELAJAR.pptxGAYA BELAJAR.pptx
GAYA BELAJAR.pptx
 
Gaya belajar (General)
Gaya belajar (General)Gaya belajar (General)
Gaya belajar (General)
 
IDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptxIDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN.pptx
 
uas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdfuas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdf
 
Tugas Bimbingan konseling tentang gaya belajar
Tugas Bimbingan konseling tentang gaya belajarTugas Bimbingan konseling tentang gaya belajar
Tugas Bimbingan konseling tentang gaya belajar
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
 
Gaya belajar visual
Gaya belajar visualGaya belajar visual
Gaya belajar visual
 
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
 
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan BerbahasaKeterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa
 
TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"
TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"
TA KBBS : Seminar "Gaya Belajar"
 
uas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfuas the strategi.pdf
uas the strategi.pdf
 

BELAJAR GAYA

  • 1. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Menurut Winkel (Riyati,2007:24) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar (Riyati,2007:24) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke arah yang lebih baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. 1. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam sikap, misalnya dalam beradaptasi dengan teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam mengikuti pelajaran serta punya kemauan besar untuk belajar dan mempunyai motivasi untuk belajar baik individu maupun dalam kelompok. 2. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (pendidik, teman, masyarakat,
  • 2. 12 dan keluarga) dan faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca dan waktu belajar). 2.2 Gaya Belajar 2.2.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar adalah cara yang cenderung digunakan oleh seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) yang tidak dapat diubah dan faktor lingkungan yang dapat dilatih dan disesuaikan. Rita Dunn dalam DePorter (Purnasari, 2009), seorang pelopor dibidang gaya belajar telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Hal itu mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Misalnya, sebagian orang dapat belajar paling baik dengan berkelompok, sedangkan yang lainnya lebih memilih adanya figur otoriter seperti pendidik dan orang tua, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah cara yang paling efektif bagi mereka. Sebagaian orang memerlukan musik sebagai latar belakangnya, sedangkan yang lainnya tidak dapat berkonsentrasi, kecuali dalam ruangan yang sepi. Ada orang-orang yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapih, tapi ada yang lainnya lebih suka menggelar semua supaya semua dapat terlihat. Para peneliti gaya belajar membuat kesepakatan secara umum bahwa ada dua kategori utama mengenai gaya belajar seseorang, yaitu: 1. Bagaimana menyerap informasi dengan mudah (modalitas)
  • 3. 13 2. Cara mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak) Gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari keduanya, baik dalam menyerap informasi dan kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut (Okrani M., 2009). 2.2.2 Gaya Belajar-VAK Gaya belajar-VAK menggunakan tiga indera utama penerima: Visual, Auditory, dan Kinestetik (gerakan) untuk menentukan gaya belajar yang dominan. VAK (Visual-Auditory-Kinestetik) berasal dari dunia belajar cepat dan populer karena kesederhanaannya. Seseorang akan mempunyai satu atau dua gaya VAK yang dominan, hal inilah yang dapat dikembangkan sebagai cara belajar yang efektif bagi seseorang dalam mempelajari informasi baru. Menurut ahli teori VAK, perlunya menyajikan informasi dengan menggunakan ketiga gaya. Hal ini memungkinkan semua pelajar mempunyai kesempatan untuk terlibat, tidak peduli apa gaya pilihan mereka. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Dr. Vernon Magnesen dalam DePorter (Purnasari, 2008), yaitu “Kita belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 79% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”. Berikut adalah penjelasan masing-masing tentang VAK: 1. Visual Pembelajar visual memiliki dua saluran yaitu linguistik dan spasial. Pelajar vi sual -l i ngui st i k belajar melalui bahasa tertulis, seperti baca dan menulis
  • 4. 14 tugas. Mereka ingat apa yang telah ditulis, bahkan jika mereka tidak membacanya lebih dari sekali. Pembelajar yang vi sua l -spasi al biasanya memiliki kesulitan dengan bahasa tertulis dan lebih baik dengan grafik, demonstrasi, video, dan bahan visual lainnya. Mereka mudah memvisualisasikan wajah dan tempat dengan menggunakan imajinasi mereka dan jarang tersesat di lingkungan baru. Pada intinya pelajar visual menggunakan apa yang mereka lihat untuk menyerap informasi yang didapatnya. Berikut adalah karakteristik khas pelajar visual (Halikin, 2009): 1) Bicara agak cepat 2) Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi 3) Tidak mudah terganggu oleh keributan 4) Mengingat yang dilihat, daripada yang didengar 5) Lebih suka membaca daripada dibacakan 6) Pembaca cepat dan tekun 7) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata 8) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato 9) Lebih suka musik daripada seni 10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : 1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. 2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
  • 5. 15 3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. 4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). 5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. DePorter (2010:216) menyatakan bahwa, “Pelajar visual akan terdorong untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam pemahaman mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi pelajar visual dalam mata pelajaran apapun. Karena para pelajar visual belajar terbaik saat mereka mulai dengan “gambaran keseluruhan”, melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran akan sangat membantu. Misal dengan membaca bahan secara sekilas, akan memberikan gambaran umum mengenai bahan bacaan sebelum mereka terjun ke dalam perinciannya”. 2. Auditory Gaya belajar ini lebih mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat suatu informasi, seperti musik, nada, irama, dan dialog internal. Pelajar auditori sering berbicara sendiri. Mereka memiliki kesulitan dengan membaca dan menulis tugas. Mereka sering berbuat lebih baik berbicara dengan seorang rekan atau tape recorder dan mendengarkan apa yang dikatakan. Berikut karakteristi khas pelajar auditori (Halikin, 2009): 1) Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri 2) Penampilan rapi 3) Mudah terganggu oleh keributan 4) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari
  • 6. 16 pada yang dilihat 5) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 6) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 7) Biasanya ia pembicara yang fasih 8) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 9) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik 10) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual 11) Berbicara dalam irama yang terpola 12) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori : 1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. 2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak. 4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal. 5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. DePorter (2010:216) menyatakan bahwa, “Mendengarkan, contoh, dan cerita serta mengulang informasi adalah cara-cara belajar utama mereka. Para pelajar auditory mungkin lebih suka merekam pada kaset daripada mencatat, karena mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang. Mereka mungkin
  • 7. 17 mengulang sendiri dengan keras apa yang dikatakan pendidik. Mereka tentu saja menyimak, hanya saja mereka suka mendengarkanya lagi”. 3. Kinestetik Yaitu lebih mengandalkan kepada sentuhan seperti gerak dan emosi untuk dapat mengingat suatu informasi. Mereka memiliki dua saluran yaitu kinestetik (gerakan) dan taktil (sentuhan). Mereka cenderung kehilangan konsentrasi jika ada sedikit atau tidak ada stimulasi eksternal atau gerakan. Ketika mendengarkan ceramah mereka tidak selalu mencatat. Ketika membaca, mereka suka untuk mengamati materi terlebih dahulu, dan kemudian fokus pada rincian (mendapatkan gambaran besar pertama). Berikut karakteristik khas pelajar kinestesti (Haliki, 2009): 1) Berbicara perlahan 2) Penampilan rapi 3) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan 4) Belajar melalui memanipulasi dan praktek 5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat 6) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca 7) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita 8) Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca 9) Menyukai permainan yang menyibukkan 10) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
  • 8. 18 11) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: 1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam. 2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru). 3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. 4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. 5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik. Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. DePorter (2010:216) menyatakan bahwa, “Pelajar-pelajar kinestetik menyukai proyek terapan. Lakon pendek dan lucu dapat membantu mereka. Para pelajar kinestetika suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta”. Melalui kombinasi yang baik antara visual-auditory-kinestetik dalam belajar, akan mempermudah siswa menyerap, menyaring, dan mengolah informasi serta dalam memahami konsep-konsep matematis yang mereka dapatkan selama proses belajar berlangsung.
  • 9. 19 2.3 Pendekatan Kontekstual 2.3.1 Pengertian Pendekatan kontekstual Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghapal. Dalam kelas kontekstual, tugas pendidik adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas pendidik mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Landasan filosofi pendekatan kontekstual adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi
  • 10. 20 yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama dalam Supinah, 2008:8). 2.3.2 Komponen/Prinsip Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual adalah sebuah strategi yang membantu pendidik menghubungkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pendekatan kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquary), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Terdapat tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh pendidik (Dwi,2005:19-21), yaitu: 1. Konstruktivisme (Constructivism) Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Sedangkan pendidik bertugas untuk memfasilitasi sehingga pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Tugas pendidik adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, b. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
  • 11. 21 c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 2. Menemukan (Inquiry) Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan inquiry adalah: a. Keterlibatan siswa secara maksimal, yang melibatkan mental intelektual sosial emosional siswa. b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran. c. Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukannya dalam proses inquiry. 3. Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini menurut Nurhadi (2002) berguna untuk: 1) menggali informasi, baik administratif maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa,
  • 12. 22 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki pendidik, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari „sharing‟ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. „Masyarakat belajar‟ bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. 5. Pemodelan (Modeling) Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu maksudnya adalah adanya model yang ditiru. Model yang dimaksud bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang benar. Model tak hanya dari pendidik tapi juga dari siswa atau ahli. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang dimilki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Pendidik membantu
  • 13. 23 siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. 7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian yang dilakukan bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas, tapi juga kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis. Kelebihan Pendekatan Kontekstual Mencermati pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual di atas, maka kelebihan yang bisa dikemukakan antara lain: a. Siswa lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait dengan kehidupan sehari-hari. b. Materi yang disajikan lebih lama membekas di pikiran siswa karena siswa dilibatkan aktif dalam pembelajaran. c. Siswa berpikir alternatif dalam pemodelan. Kekurangan Pendekatan Kontekstual a. Tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan kontekstual, atau kadang mengalami kesulitan dalam mengaitkannya.
  • 14. 24 b. Membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. 2.4 Pemahaman Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, paham berarti mengerti benar (akan), tahu benar (akan); pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan. Sedangkan menurut Suherman (Jannah, 2007:8) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Berdasarkan Kurikulum 2004 Matematika SMP Depdiknas menetapkan (Shadiq, 2009:13) terdapat tiga aspek penilaian matematika yaitu: 1. Pemahaman konsep 2. Penalaran dan komunikasi 3. Pemecahan masalah. Sejalan dengan pernyataan tersebut, pada kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pembelajaran Matematika SMP/MTS (dalam Tim PPPG Matematika, 2005 : 86) dinyatakan bahwa kemampuan yang perlu diperhatikan dalam penilaian pembelajaran matematika antara lain adalah pemahaman konsep dan prosedur (algoritma). Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009:13), bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.
  • 15. 25 Indikator dari kemampuan pemahaman konsep berdasarkan Tim PPPG Matematika (Jannah, 2007:18) adalah: 1. menyatakan ulang sebuah konsep; 2. mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; 3. memberi contoh dan non contoh dari konsep; 4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; 6. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu; 7. mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah. Indikator kemampuan pemahapan konsep dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009:13) yaitu: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep. 2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). 3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep. 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. 6. Megembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. Selanjutnya, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004
  • 16. 26 2.5 Pendekatan Kontekstual dengan Gaya Belajar-VAK Penggabungan antara pendekatan kontekstual dengan gaya belajar-VAK menjadi sebuah jembatan agar pembelajaran pendekatan kontekstual dapat digunakan secara maksimal. Dalam pembelajaran kontekstual, pendidik dituntut untuk dapat memahami karakteristik belajar siswa sehingga siswa dapat belajar dengan gaya belajarnya masing-masing. Hal inilah yang sering dilupakan pendidik dalam pembelajaran konvensional, sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan Oleh Paulo Freire sebagai pemaksaan kehendak. Dalam penelitian ini akan dilihat gaya belajar-VAK masing-masing siswa untuk pembentukkan kelompok dalam pembelajaran pendekatan kontekstual. Hal ini agar setiap siswa dalam kelompok dapat bekerjasama dan saling melengkapi dengan baik. Salah satu contohnya, siswa yang bergaya belajar visual sulit dalam mengungkapkan ide-ide, hal ini dapat dilengkapi oleh temannya yang bergaya belajar auditory, dimana pembelajar auditory adalah seorang yang pembicara fasih. 2.6 Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh: Agustina Dwi Saputri (2005), meneliti penerapan pembelajaran matematika kontekstual pada materi teorema phytagoras untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa MTs AL Ashor Semarang. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakkan kelas. Hasil penelitian
  • 17. 27 menunjukkan bawa pada setiap siklus terjadi peningkaran hasil belajar dan peningkatan aktivitas siswa. Rizki Gurdayanti (2010), meneliti pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 26 Bandung pada pokok bahasan bangun ruang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dan daya serap klasikal yang lebih besar. Dina Maulida (2008), meneliti pengaruh gaya belajar-VAK terhadap prestasi belajar siswa kelas I Penjualan SMK Muhammadiyah 2 Malang. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksplanasi dengan metode pengumpulan data menggunakan keusioner dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara gaya belajar terhadap prestasi belajar. Splichatun (2007), meneliti implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa SMP. Penilitian dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang dan merupakan penelitian tindakkan kelas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep setelah mendapat pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dan implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika.
  • 18. 28 2.7 Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori, dan kajian-kajian yang relevan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Adanya Perbedaan Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa antara pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan gaya belajar-VAK dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori”.