Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi dalam pembelajaran fisika, mencakup pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa pengukuran adalah proses menentukan fakta kuantitatif suatu objek, penilaian adalah proses menafsirkan hasil pengukuran, dan evaluasi digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran.
1. 1
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
MASALAH DAN PEMECAHANNYA TENTANG
PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI
PENDIDIKAN FISIKA
DOSEN :
Dr.Ir. Vina Serevina
Mahasiswa S2 :
Wawan Gunawan
7836130841
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu
melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-
jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Hal ini dapat dilihat mulai dari
berpakaian, setelah berpakaian kemudian dihadapkan ke kaca apakah
penampilannya sudah baik atau belum.
Dari kalimat tersebut kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi,
pengukuran, dan penilaian. Sementara orang cenderung lebih mengartikan ketiga
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam pemakaiannya
tergantung dari kata mana yang siap diucapkannya.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari
proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik atau tidak
baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat dan sebagainya. Apabila pembelajaran
yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan
berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian sebaliknya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi
yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pembelajaran. (Evelin, Siregar, 2010:39)(dalam Suhendar, 2011)
Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran menuntut guru untuk mengetahui
tujuan, dan aspek yang diukur dalam penilaian terhadap siswa disekolah. Dalam
makalah ini penyusun hanya membahas tentang pengukuran, penilaian, dan
evaluasi dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran, penilaian, dan evaluasi?
2. Apa saja aspek yang diukur dalam penilaian ?
3. Apa saja prinsip penilaian pendidikan ?
4. Apa saja prinsip dari evaluasi ?
3. 3
C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari makalah ini yaitu,
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi.
2. Menjelaskan aspek yang diukur dalam penilaian.
3. Menjelaskan prinsip penilaian pendidikan.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dibuat dari berbagai sumber, yaitu:
1. Buku sumber.
2. Internet.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran
Sebelum seorang evaluator menilai tentang proses sebuah pendidikan,
maka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan sebuah pengukuran.
Dalam penilaian pendidikan, evaluator harus mengatahui standar penilaian yang
telah telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan dasar, sehingga dari situ
evaluator mampu melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang seharusnya
diakur dalam bidang pendidikan. Umumnya sebuah pengukuran, akan dapat
dilakukan dengan baik apabila evaluator mengetahui dengan pasti objek apa
yang akan diukur, dengan begitu evaluator dapat menentukan instrument yang
digunakan dalam pengukuran.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa
dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa
sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan
angka-angka (Salsabilla, Farri. 2011).
Menurut Ign. Masidjo (1995: 14) (dalam Khairudin, 2011) pengukuran sifat
suatu objek adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui
aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili
sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh
Wiersma & Jurs (1990) (dalam Khairudin, 2011) bahwa pengukuran adalah
penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut
criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai
proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan
tertentu. (Djaali & Pudji Muljono, 2007: 25)
Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008: 4) (dalam Khairudin, 2011)
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda,
sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
5. 5
Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau
mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang
dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam
angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih kompleks lagi apabila digunakan
dalam mengukur aspek psikologis seseorang, seperti kecerdasan, keahlian dan
latihan tertentu. Demikian juga halnya pengukuran dalam bidang pendidikan, kita
hanya mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Misalkan,
seorang guru dapat mengukur penguasaan peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang
telah dilatih.
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas
Sudijono (1996: 4) (dalam Syilvi, 2012) ada tiga macam yaitu :
1. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang
mengukur jarak dua buah kota,
2. Pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar,
3 Pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan
jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain
sebagainya.
Menurut Mahrens; pengukuran dapat diartikan sebagai informasi berupa
angka yang diperoleh melalui proses tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto;
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Menurut
Lien; pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan
alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana
disampaikan Cangelosi (1995: 21) (dalam Dewi Fadhilah,2010) adalah proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini
dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti
pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati
kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan
informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
6. 6
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta
kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek
yang akan diukur.
B. Penilaian
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution (dalam Dewi Fadhilah,2010)
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik
yang menggunakan tes maupun nontes.
Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) (dalam Dewi Fadhilah,2010) penilaian
adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut
Akhmat Sudrajat (dalam Dewi Fadhilah,2010) penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan
dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara
khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan
penentuan kenaikan kelas.
Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru,
serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat
keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan
yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP.
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
7. 7
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses
pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 64 ayat :
a. Dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas.
b. Menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk
(1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
(2) Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
(3) Memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar
(rapor)
Pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan
tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk.
Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor
semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-
tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan
analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.
Pendekatan Penilaian
Menurut Anas Sudijono (1996:15) (dalam Syilvi, 2012) seorang pendidik
melakukan pendekatan penilaian dalam proses pembelajaran disekolah dapat
melakukan beberapa hal diantaranya adalah :
1. Menggunakan berbagai teknik
2. Menekankan hasil (outcomes), dengan memperhatikan input dan proses
3. Menilai perkembangan : kognitif, afektif dan psikomotor sesuai karakteristik
mata pelajaran
8. 8
4. Menerapkan standar kompetensi lulusan (exit outcomes)
5. Menerapkan system penilaian acuan criteria (criterion-referenced
assessment) dan standar pencapaian (performance standard) yang
konsisten.
6. Menerapkan penilaian otentik untuk menjamin pencapaian kompetensi
Acuan Penilaian
Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan kriteria. Sebagai
criteria digunakan asumsi bahwa hampir semua orang belajar apapun akan
mampu. Hanya kecepatan dan waktu yang berbeda. Asumsi tersebut
mengindikasikan perlunya program perbaikan atau remedial.
Belajar tuntas (mastery learning) = siswa tak diperkenankan mengerjakan
pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
prosedur yang benar dan hasil baik.
Agar sistem penilaian memenuhi prinsip kesahihan dan keandalan, maka
hendaknya memperhatikan : Anas Sudijono (1996: 25) (dalam Syilvi, 2012)
1. Menyeluruh
2. Berkelanjutan
3. Berorientasi pada indicator ketercapaian
4. Sesuai dengan pengalaman belajar siswa
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) (dalam Dewi Fadhilah,2010) ada dua
acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma
dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian dibidang pendidikan, kedua
acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan
seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal.
Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang
namun waktunya bisa berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui
dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang
mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana
posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut.
Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang
dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan
9. 9
kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa
melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan
sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Aspek yang diukur dalam Penilaian
1. Kognitif
Menurut Bloom dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives (1956 ) (dalam Salsabilla, Fari, 2011) membagi ranah kognitif
menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Pengetahuan (recalling), kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota,
rumus)
b. Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami (misalnya:
menyimpulkan suatu paragraf)
c. Aplikasi (application), kemampuan penerapan (misalnya : menggunakan
suatu informasi/pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan
masalah).
d. Analisis (Analysis), kemampuan menganalisa suatu informasi yang luas
menjadi bagian-bagian kecil (misalnya : menganalisis bentuk, jenis atau
arti suatu puisi).
e. Sintesis (syntesis). Kemampuan menggabungkan beberapa informasi
menjadi suatu kesimpulan (misalnya : memformulasikan hasil penelitian di
laboratorium)
f. Evaluasi (Evaluation), kemampuan mempertimbangkan mana yang baik
dan mana yang burukl dan memutuskan untuk mengambil tindakan
tertentu.
2. Afektif
Menurut Bloom dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives (1956 ) (dalam Salsabilla, Farri. 2011) membagi ranah Afektif
menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulus, respon, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b. Menanggapi (responding): reaksi yang diberiokan: ketepatan aksi,
perasaan, kepuasan dll.
c. Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, system nilai dll.
10. 10
d. Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai organisasi
system nilai
e. Membentuk watak (characterization): system nilai yang terbentuk
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku
3. Psikomotor
Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi penjiwaan atas
dasar teori yang dipahami dalam suatu mata pelajaran.
Menurut Bloom dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives (1956 ) (dalam Salsabilla, Farri. 2011) membagi ranah
Psikomotor menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Meniru (perception)
b. Menyusun (Manipulating)
c. Melakukan dengan prosedur (precision)
d. Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
e. Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
Prinsip Penilaian
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
pendidikan membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan
teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Dalam pasal 63 ayat 1 PPb tersebut
dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah. Penilaian yang di lakukan oleh pendidik, satuan
pendidik merupakan penilaian internal, contohnya ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas,
sedangkan penilaian yang diselanggarakan pemerintah termasuk penilaian
eksternal, contoh UAS danUN.
Penilaian hasil belajar dimaksudkan unutk memantau proses, kemajuan dan
perbaikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan juga ulangan kenaikan kelas. Penilaian Kelas merupakan
penilaian internal terhadap proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
oleh pendidik atas nama satuan pendidikan.
11. 11
Penilain kelas dilakukan melalui langkah langkah: perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang
menunjukan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan informasi
tentang hasil belajar peserta didik.
Prinsip penilaian kelas harus mengacu pada standar penilaian
pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut mencakup : Purwanto & Ngalim (2002 : 25)
(dalam Anwar,2012).
1. Valid
Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi, sehingga
penilaian tersebut menghasilkan informasi yang akurat tentang aktivitas
belajar. Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian
kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan
kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Misalnya apabila
pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan
eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang di nilai.
Contoh : Dalam pelajaran penjaskes, guru menilai kompetensi permainan
badminton siswa, penilaian dianggap valid jika menggunakan test praktek
langsung, jika menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak valid.
2. Obyektif
Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-bedakan
latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh
peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian harus
dilaksanakan secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai.
Contoh : Guru memberi nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan
tetangga dari guru tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik,
mendapatkan nilai hanya 80. Ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan
tidak disarankan. Pemberian nilai haruslah berdasarkan kemampuan siswa
tersebut.
3. Adil
Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil belajar tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial, ekonomi, fisik, dan gender.
12. 12
Contoh : guru penjaskes laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa
dari murid perempuan yang cantik kemudian memberi perlakuan khusus,
semua murid berhak diperlakukan sama saat KBM maupun dalam pemberian
nilai. Nilai yang diberikan sesuai dengan kenyataan hasil belajar siswa
tersebut.
4. Terbuka
Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait harus tahu
bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut
didapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai
tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima.
Contoh: pada tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang
kesepakatan pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek, misal,
Partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, Tugas individu dan kelompok 20%,
Ujian tengah semester 25%, ujian akhir semester 35%. Sehingga disini terjadi
keterbukaan penilaian antara murid dan guru.
5. Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan manfaat yang
dapat ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta didik, orang
tua, dan masyarakat.
Contoh : bagi guru, hasil penilaian dapat bermakna untuk melihat seberapa
besar keberhasilan metode pembelajaran yang digunakan, sebagai evaluasi
untuk perbaikan kedepan, serta memberikan pengukuran prestasi belajar
kepada siswa.
6. Mendidik
Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina peserta didik
maupun pendidik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara
memperbaiki kualitas belajar mengajar.
Contoh : Budi mendapatkan nilai 60 untuk pelajaran matematika, 50 untuk
bahasa Indonesia, dan 65 untuk Fisika, namun dalam kegiatan ekstrakurikuler
futsal, ia meraih prestasi yang membanggakan. Budi sadar bahwa ia harus
menyeimbangkan prestasi akademik dan non akademiknya, Kemudian budi
terpacu untuk mengevaluasi kesalahannya dan memperbaiki kualitas belajar
dan hidupnya, memperoleh nilai yang baik, juga memperoleh prestasi yang
baik.
13. 13
7. Menyeluruh
Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek kompetensi peserta didik
dan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, termasuk
mengumpulkan berbagai bukti aktivitas belajar peserta didik. Penilaian
meliputi pengetahuan (cognitif), keterampilan (phsycomotor), dan sikap
(affectif).
Contoh: Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni Budaya mengumpulkan
berbagai bukti aktivitas siswa dalam catatan sebelumnya, penilaian yang
dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang seni budaya, keterampilan
menari, menggambar, bermusik, kehadiran dalam KBM, dan penilaian sikap
peserta didik, semua hal tersebut digabungkan menjadi satu dan
menghasilkan nilai.
8. Berkesinambungan
Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana, bertahap,
dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
belajar peserta didik.
Contoh : guru matematika melakukan KBM secara terencana, guru
menjelaskan materi tiap pertemuan, memberikan tugas, mengadakan ulangan
harian, ujian tengah semester, serta ujian akhir semester, semua
dilaksanakan secara terus menerus dan bertahap, dan dari setiap tahap
tersebut, guru mengumpulkan informasi yang akan diolah untuk menghasilkan
nilai.
9. Akuntabel
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggung jawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Contoh : guru bahasa mandarin dapat menjelaskan secara benar kepada
pihak terkait, tentang proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil
yang sesuai dengan kenyataan kemampuan hasil belajar peserta didiknya.
C. Evaluasi
Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.
Chabib Thoha (2002), (dalam Khairudin, 2011) beliau mengatakan bahwa
Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai
14. 14
atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Evaluasi
pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan
informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan
mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau
kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat
berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Menurut Norman E. Grounloud (dalam Khairudin, 2011) evaluasi dalah
suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien
kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang
telah ditetapkan. Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang.
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan.
Dari pendapat di atas Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) (dalam Dewi
Fadhilah,2010), ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu:
1. Sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan
secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya
dievaluasi disetiap akhir program tersebut,
2. Dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk
menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka.
bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan
3. Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan
goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi
pembelajaran.
Evaluasi sebagai suatu istilah teknis dalam dunia pendidikan masih
merupakan suatu fenomena baru. Usaha evaluasi yang sistematis seperti yang
dikembangkan pada saat ini belum berlangsung lama. Kegiatan sistematis untuk
evaluasi belum berusia satu abad penuh (100 tahun) ketika usaha tersebut
pertama kali dilakukan oleh Rice pada akhir abad ke-19. Pada waktu
15. 15
itu Rice melakukan penelitian mengenai hasil belajar siswa menurut model yang
kita kenal seperti saat kini.
Istilah tersebut menjadi bertambah terkenal setelah belahan kedua abad ke-
20 ini. Tyler yang pada mulanya masih mempergunakan istilah pengukuran
(measurementa) kemudian mempergunakan istilah evaluasi. Sejak saat itu
istilah evaluasi menguasai buku-buku teks pendidikan. Sejalan dengan
popularitas pemakaian istilah itu berkembang pula bermacam-macam pengertian
terhadap kata evaluasi. Tidak jarang pengertian yang dianut oleh setiap penulis
terhadap istilah itu bertentangan satu dengan lainnya (Renzuli,1974:49; Jenkins,
1976:6). (dalam Khairudin, 2011)
Meskipun kini kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya
evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang
pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) (dalam Khairudin, 2011)
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan.
Menurut Nur Kancana (2010) (dalam Ziza, 2009) bukunya yang berjudul
Teknik Evaluasi. Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembelajaran bagi masyrakat/siswa.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilakukan
dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwenang untuk memberikan
rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya
membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman
untuk pendalaman metode penggalian informasi.
16. 16
8. Evaluasi akan baik apabila dilakukan dengan instrumen dan teknik yang
applicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi
formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi program.
10.Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan
sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah
proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan
hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.
Menurut Ahmad Muri Yusuf dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan
(2005 : 25) ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu
adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen mencakup :
1. Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar
disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara
keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu
pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan
langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
2. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana
tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal
dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam
menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
TUJUAN
KBM EVALUASI
17. 17
3. Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun
dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula
dalam poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada
tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau
disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan
belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada
keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa,
bukannya aspek pengetahuan.
Menurut Zainul & Nasution (2001:26) (dalam Dewi Fadhilah,2010) dalam
dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, evaluasi (penilaian)
mempunyai makna ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1. Makna bagi siswa
Dengan diadakannya evaluasi, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang
diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan:
a. Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan,
tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain.
Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar
lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi.
Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan
hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali.
b. Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar
lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia lalu belajar giat. Namun
demikian, keadaan sebaliknya bisa terjadi. Ada beberapa siswa yang
lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang
memuaskan yang telah diterimanya.
2. Makna bagi guru
a. Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui
siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena
sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang
18. 18
belum menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih
memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil.
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi
siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang
tidak perlu diadakan perubahan.
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau
belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh angka jelek pada
penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan
atau metode yang kurnag tepat. Apabila demikian halnya, maka guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
3. Makna bagi sekolah
a. Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil
belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang
diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil
belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
b. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu
dapat merupakan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-
masa yang akan datang.
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah
memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya
angka-angka yang diperoleh siswa.
Menurut Purwanto & M. Ngalim (2002) (dalam Anwar,2012) untuk
memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara pengukuran,
penilaian, dan evaluasi dapat dipahami melalui contoh-contoh berikut ini:
1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita
disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu
saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek”
kecuali ada alasan khusus.
2. Apabila seseorang ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning,
dan kulitnya halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut
pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan
manis. Sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar,
biasanya masam rasanya.
19. 19
Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan,
kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Dalam
contoh pertama kita memilih mana pensil yang lebih panjang, sedangkan dalam
contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik, yaitu
yang rasanya manis.
Untuk mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu.
Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih
panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan mengadakan penilaian
dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita
menyatakan “ Ini pensil panjang, dan ini pensil pendek “. Mana pensil yang
panjang, itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak
menggunakan “ukuran manis”, tetapi menggunakan ukuran besar, kuning, dan
kulitnya halus. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang
sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada
dengan ukuran tertentu. Setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana jeruk
yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 22) (dalam Dewi Fadhilah,2010) kita
mengenal tiga macam ukuran, yakni ukuran terstandar (meter, kilogram,
takaran, dan sebagainya), ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dan
sebagainya), dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis
adalah yang kuning, besar, dan halus kulitnya).
Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita,
itulah yang disebut dengan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak
dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
20. 20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta
kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek
yang akan diukur.
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Sedangkan evaluasi adalah
proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai
seseorang.
Menurut Ahmad Muri Yusuf ( 2005 :25) prinsip umum dan penting dalam
kegiatan evaluasi yaitu adanya triangulasi (hubungan erat tiga komponen) yaitu
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran (KBM), dan evaluasi.
Menurut Purwanto & Ngalim (2002 : 25) (dalam Anwar,2012) prinsip penilaian
kelas harus mengacu pada standar penilain pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut
mencakup :
1. Valid 5. Mendidik
2. Obyektif 6. Menyeluruh
3. Adil 7. Berkesinambungan
4. Bermakna 8. Akuntabel
5. Terbuka
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui pencapaian penguasaan
kompetensi oleh setiap siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh
guru mata pelajaran. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa mencakup
koginitif, psikomotorik dan afektif.
B. Saran
Dengan mengetahui kegiatan evaluasi (penilaian dan pengukuran) diharapkan
bisa membantu memberikan pengetahuan kepada guru dan calon guru agar bisa
memahami cara mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa termasuk metode
yang digunakan apakah sudah tepat atau belum agar lebih baik lagi.
21. 21
DAFTAR PUSTAKA
A. Muri Yusuf. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang : Universitas Negeri Padang.
Anwar. 2012. Prinsip-prinsip atau Kriteria Penilaian.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2248162 kriteria-penilaian/
Dewi fadhillah. 2010. Pengertian Tujuan dan Prinsip Penilaian Hasil Belajar.
http://www.scribd.com/doc/27950433/Hasil-Belajar
H. Djaali, Puadji Muljono. 2004. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPS UNJ.
Khairudin. 2011. Evaluasi, Pengukuran, Tes, dan Penilaian. www.wikiberita.net
PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Salsabilla, Farri. 2011. Pengertian Konsep Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi.
http://faesalsabilla.blogspot.com/
Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara
Suhendar.2011. Evaluasi Hasil Belajar.
http://www.scribd.com/doc/15440094/Evaluasi-Hasil-Belajar
Sylvie. 2011. Prinsip Dasar, Tujuan, Fungsi, Teknik, Prosedur Evaluasi Pendidikan.
http://sylvie.edublog.org
Zhiza. 2009. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar.
http://zhizhachu.wordpress.com/tag/prinsip-prinsip-penilaian-hasil-belajar/