1. Dialog Antar Umat Beragama
DIS US UN O L E H
C I N D I A A N D RY • D A N I E L P E R D A N A •
T O M M Y W I N ATA • VA N N Y A N D R I A N I •
VINCENT
AG AMA B UDDH A
2. Biodata Pendiri Agama Buddha
Pendiri agama Buddha ialah Siddhārtha Gautama, yang
merupakan seorang pangeran dari kerajaan Kapilavastu
di negara Sakhya, India Utara.
AyahNya ialah Sri Baginda Raja Suddhodana dari suku
Sakhya dan ibuNya adalah Ratu Mahā Māyā Dewi. Tujuh
hari setelah Siddharta lahir, ibuNya meninggal dan
Beliau diasuh oleh bibiNya, Ratu Mahā Pajāpati.
Para ilmuwan memperkirakan Siddharta lahir saat bulan
purnama sidhi dan aliran Mahayana memperkirakan
beliau lahir pada tanggal 8 April 566 SM di Taman
Lumbini.
3. Sekilas Riwayat Hidup Siddharta Gautama
Seorang petapa Asita Kaldewala meramalkan bahwa Siddharta dapat menjadi
Maharaja Dunia atau menjadi seorang Buddha. Raja Suddhodana yang
menginginkan Siddharta mewarisi takhtanya pun cemas.
Sang petapa memberi nasihat, Siddharta akan menjadi Buddha apabila Ia mellihat
empat peristiwa. Peristiwa tersebut adalah orang tua, orang sakit, orang mati, dan
petapa.
Maka dari itu, Raja Suddhodana menyingkirkan segala bentuk penderitaan.
Siddharta dilayani oleh pelayan dan dayang yang muda dan cantik rupawan di
istana yang megah.
Suatu hari, Siddharta bersama kusirNya, Channa, berkeliling ke luar istana. Di sana,
Ia melihat empat peristiwa tersebut.
Di usia 16 tahun, Siddharta menikah dengan Putri Yasodhara dan memiliki tiga
istana megah, yaitu Istana Musim Dingin (Ramma), Istana Musim Panas
(Suramma), dan Istana Musim Hujan (Subha).
Setelah hidup dengan pergolakan batin selama 10 tahun, Pangeran Siddharta
memutuskan meninggalkan istanaNya, tepatnya saat putra tunggalnya, Rahula,
lahir. Ia pergi ditemani dengan kusirnya, Channa dan bertekad menjadi pertapa.
Suatu hari saat ia bermeditasi di bawah pohon Bodhi, Ia mendapatkan Penerangan
Sempurna. Penerangan Sempurna menjadikanNya Samyaksam-Buddha tepat pada
bulan Purnama Raya di bulan Vesak ketika Ia berusia 35 tahun.
4. Kitab Suci Agama Buddha
Tripitaka
Abhidhamma
Vinaya Piṭaka Sutta Piṭaka
Piṭaka
5. Vinaya Piṭaka
Secara garis besar membahas peraturan bagi Bikkhu dan Bikkhuni.
Terdiri dari tiga bagian, yaitu
1. Sutta Vibhanga
Kitab ini berisi tentang peraturan bagi para Bikkhu dan Bikkhuni yang
mencakup empat pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya
Bikkhu/Bikkhuni dari Sangha.
2. Khandhaka
Kitab ini terbagi atas Mahâvagga dan Cullavagga. Kitab Mahâvagga berisi
tentang peraturan dan uraian penahbisan Bikkhu/Bikkhuni, upacara
Uposatha, dan penjabaran jalannya aktivitas Sangha. Sedangkan kitab
Cullavagga berisi tentang peraturan penanganan pelanggaran peraturan
dan uraian penahbisan Bikkhu/Bikkhuni, upacara Uposatha, dan
penjabaran jalannya aktivitas Sangha lainnya.
3. Parivâra
Kitab ini memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan Vinaya Piṭaka
yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam
pengajaran.
6. Sutta Piṭaka
Terdiri dari lima buku atau nikâya, yaitu
1. Digha Nikâya
Merupakan buku yang terdiri atas 34 Sutta panjang yang berisi
pokok ajaran agama Buddha dan terbagi menjadi tiga vagga,
yaitu Sîlakkhandhavagga, Mahâvagga dan Pâtikavagga.
2. Majjhima Nikâya
Merupakan buku yang memuat khotbah-khotbah menengah.
Buku ini terdiri atas tiga bagian dan total suttanya 152 sutta.
3. Anguttara Nikâya
Merupakan buku yang memuat sebelas bagian yang meliputi
9.557 sutta.
4. Samyutta Nikâya
Merupakan buku yang memuat 7.762 sutta dan terbagi atas lima
vagga utama.
5. Khuddaka Nikâya
Merupakan buku yang terdiri dari lima belas kitab.
7. Abhidhamma Piṭaka
Kitab ini berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara
analitis. Uraian tersebut meliputi ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika.
Kitab ini mencakup tujuh buah Pakarana atau buku, yaitu
1. Dhammasangaṇȋ, menguraikan etika dilihat dari sudut pandang ilmu
jiwa.
2. Vibangha, menguraikan secara detail isi dari Dhammasangaṇȋ dengan
metode yang berbeda.
3. Dhâtukathâ, yang membicarakan unsur-unsur batin yang terbagi
menjadi empat belas bagian.
4. Puggalapaññatti, menguraikan jenis watak manusia (puggala) yang
dikelompokkan.
5. Kathâvatthu, berisikan kumpulan percakapan (kathâ) dan sanggahan
atas pandangan salah oleh berbagai sekte tentang theologi dan
metafisika.
6. Yamaka, kitab yang terbagi menjadi sepuluh bab, yaitu Mûla, Khandha,
Âyatana, Dhâtu, Sacca, Sankhârâ, Anusaya, Citta, Dhamma dan Indriya.
7. Paṭṭhana, menerangkan penyebab yang berkenaan tentang dua puluh
empat Paccaya atau hubungan batin dan jasmani.
8. Tempat Ibadat Agama Buddha
Tempat Ibadat
Karma Arupa Rupa
Vihara Vihara Vihara
tempat mempersiapkan terdiri dari empat, yaitu Maitri meliputi Vihara, Cetya,
diri menuju Vihara (Cinta Kasih), Karuna (Welas Dharma Prasadha,
Asih/ Kasih Sayang). Mudita
sesungguhnya (Membagi rasa kegembiraan dan
Kuti, Sasana, Dharma
turut bersimpati atas kesusahan), Sala, Dharma Loka,
dan Upeka (Keseimbangan Batin) dan Samadhi Loka
9. Hari Raya Agama Buddha
• memperingati lahirnya Siddharta Gautama,
pencapaiannya menjadi Buddha, dan
Vesak pencapaian ParinibanṇaNya.
• dengan cara melakukan Puja Bhakti,
membantuk fakir miskin, melepas hewan, dan
merenung/ bermeditasi.
• Memperingati pembabaran Dhamma pertama kali
oleh Buddha, pembentukan Ariya Sangha dengan
Asadha
lima teman petapaNya, dan pembentukan Sangha
untuk melengkapi Triratna.
• dengan cara mengadakan khotbah Dhamma Cakka
Pavattana Sutta mengenai Cattari Ariya Saccani
atau Empat Kebenaran Mulia.
10. Hari Raya Agama Buddha
• hari pemberian persembahan pada Sangha pelindung
Dhamma sebagai wujud bakti umat.
Kathina • dengan cara memberi dana persembahan berupa
Cattupacaya yang meliputi jubah, tempat tinggal,
makanan, dan obat-obatan. Juga dapat diberi
pelengkapnya seperti saringan air dan mangkuk.
• memperingati peristiwa berkumpulnya 1250 orang
Magha Bikkhu yang berkemampuan Abhinna tanpa
pemberitahuan dan ditahbiskan oleh sang Buddha,
dilanjutkan dengan pembabaran Ovadapatimokkha oleh
Puja sang Buddha.
• Isi Ovadapatimokkha meliputi pelaksanaan kedisiplinan
dalam bersila dan kehidupan suci.
11. Ajaran Pokok Agama Buddha
• Tiga Mustika yang dimaksud dalam agama Buddha ialah Buddha, Dhamma, dan
Sangha.
• Buddha dapat diartikan sebagai sang Buddha Gautama yang bertindak sebagai guru,
dan juga dapat diartikan sebagai sifat ke-Buddha-an yang ditanamkan dan dimiliki
oleh setiap manusia.
• Dhamma, di mana Dhamma yang dimaksud sebagai ajaran sang Buddha yang
Triratna atau merupakan kebenaran mutlak.
Tiga Mustika • Sangha, di mana Sangha seringkali dikaitkan sebagai pengawal dan pelindung
Dhamma.
• Annica atau Ketidakkekalan, yang menunjukkan semua kondisi
yang nantinya akan hilang dan digantikan atau terus bersiklus.
• Dukkha atau Penderitaan, yang dimaksudkan sebagai
ketidakpuasan manusia akan sesuatu yang tidak didapatkan.
Tiga Kesunyataan
• Anatta atau Ketiadaakuan, yang menunjukkan ketiadaan ego
Mulia atau pada Skanda atau diri umat.
Tilakkhana
12. Ajaran Pokok Agama Buddha
• Dukkha Ariyasacca, merupakan kebenaran yang dibabarkan sang Buddha
mengenai unsur kehidupan jasmani dan batin adalah Dukkha. Dukkha
dimaksudkan sebagai sakit, kecewa, tidak sempurna, tidak kekal, kosong dan
sebagainya.
• Dukkhasamudaya Ariyasacca, mengenai Tanha atau keinginan atau keserakahan
atau kemelekatan yang menyebabkan Dukkha.
Empat Kesunyataan • Dukkhanirodha Ariyasacca, lenyapnya Dukkha dapat diusahakan dengan
Suci atau melenyapkan Tanha yang akan menghasilkan Nirvana atau kebahagiaan abadi.
Cattari Ariya Saccani • Dukkhanirodhagamani Patipada, untuk melenyapkan Tanha sebagai penyebab
Dukhha, diperlukan Arya Attahangika Magga atau Delapan Jalan Utama.
• Nibbana yang dimaksud adalah keadaan di mana
keinginan, ikatan, nafsu, dan kekotoran batin lenyap.
Singkatnya, Nibbana adalah Kesunyataan Abadi, tidak
Kebahagiaan termusnahkan dan tidak bersyarat. Nibbana dapat
Tertinggi atau
Nibbana dialami jika Dukkha dan Tanha lenyap.
13. Macam-macam Aliran Agama Buddha
ajaran/pengajaran
terdahulu yang
Theravāda merupakan inti ajaran
agama Buddha yang
masih bertahan
dalam ajarannya lebih
merujuk kepada tingkat
Agama Buddha Mahāyāna motivasi spiritual atau
Bodhisattvayana
penganut akan latihan
Vajrayana atau bermeditasi dan
dibarengi visualisasi
Tantrayana dengan menekankan
pada pembacaan mantra
14. Pentingnya Dialog Antar Umat Beragama
Agama merupakan salah satu pembatas peradaban.
Artinya potensi konflik antar umat beragama tidak bisa
dihindari. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pecahnya
konflik antar umat beragama, diperlukan upaya dialog untuk
menimalisir perbedaan antar agama. Dialog yang dilakukan
dapat menjembatani antar agama dan merupakan sarana
yang efektif antar umat beragama.
Adanya dialog ini bukan untuk dimaksudkan
membentuk peleburan agama atau sinkretisme, menciptakan
ajaran agama baru, supremasi bahwa suatu agama benar, dan
meniadakan perbedaan agama. Hal ini dilakukan demi
tumbuhnya saling pengertian antar umat, menumbuhkan rasa
kerja sama demi kepentingan bersama, menumbuhkan
kepedulian antar sesame umat, menciptakan ketenteraman,
dan menjamin terbinanya kerukunan dan kedamaian.
15. Bentuk-bentuk Dialog
3 konsep untuk berdialog menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA yaitu
1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing sehingga
agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan untuk
saling menghancurkan.
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah peribadatan tetapi lebih
ke masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dan nilai spiritual. Supaya efektif dalam dialog antar
umat beragama, sebaiknya menghindari mengeksklusifkan latar belakang agama dan kehendak untuk
memdominasi pihak lain.
5 jenis dialog keagamaan menurut Klmball, yaitu
1. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ), dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokoh-
tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah mengembangkan kerjasama dan perdamaian
antar umat beragama di dunia.
2. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ), dialog ini melibatkan organisasi-organisasi
keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan memecahkan persoalan keumatan dan
mengembangkan komunikasi di antara organisasi keagamaan.
3. Dialog Teologi ( theological dialogue ), dialog yang bertujuan untuk membahas persoalan teologis
filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif.
4. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ), dialog yang dilakukan dalam bentuk kerjasama
dari komunitas agama yang plural dalam menyelesaikan masalah praktis dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Dialog Kerohanian ( spiritual dialogue ), dialog yang dilakukan dengan tujuan mengembangkan
dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai agama.
16. Hambatan Dialog Antar Umat Beragama
1. Dialog yang dilakukan hanya berlangsung di tingkat elit terpelajar, sedangkan
lapisan awam yang jumlahnya lebih besar tidak mendapatkan akses dialog. Dialog
sudah selayaknya mulai menyertakan kaum awam.
2. Sebagian besar aktivis yang terlibat dalam dialog kurang begitu agresif
memperjuangkan jalan keluar masalah. Hal ini diperkirakan akibat kurangnya
pembiayaan kegiatan dialog antar agama.
3. Dalam dialog, justru pensosialisasi ajaran agama lebih banyak dikuasai juru agama
yang kurang paham dan kurang menyadari pentingnya isu dialog antar agama.
4. Kurangnya sarana prasarana kelembagaan yang menunjang dialog. Akibatnya
dialog makin sulit menjangkau masyarakat kalangan bawah dan makin rumitnya
penyelesaian suatu konflik.
5. Adanya sejumlah prasangka yang berkembang di antara sejumlah aktivis yang
bekerja untuk dialog antar agama. Akibatnya, dialog yang diadakan akan meng-alot
dan sulit berlangsung.
6. Terjadinya kesenjangan sosial dan ketidakadilan selama proses dialog. Akibatnya
persoalan tidak akan terselesaikan. Malah, dapat meningkatkan kecurigaan antar
agama atas persoalan yang didialogkan.
7. Adanya pertikaian antar agama akibat adanya perbedaan yang tajam. Akibatnya
dialog antar agama akan makin sulit dibangun dalam masyarakat.
17. Usaha Mewujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama
Sesama
Pribadi Masyarakat Umat Pemerintah
Beragama
1. menghilangkan 1. memperdalam 1. memberdayakan
1. hidup saling institusi keagamaan
tenggang rasa perasaan curiga dan agama kita dan sehingga dapat
permusuhan memahami atau mempercepat proses
2. tidak penyelesaian konflik
2. mengubah rasa mentoleransi
memaksakan curiga dan benci 2. melayani dan
agama lainnya
agama kita menjadi rasa menyediakan
penasaran yang 2. rasa saling kemudahan bagi umat
3. melaksanakan beragama
positif menghormati
ibadah sesuai 3. melindungi agama
3. tidak tanpa melihat
agama masing- dari penyalahgunaan
menyalahkan agama latar belakang dan penodaan
masing
tertentu atas sebuah agama dan tanpa 4. memfasilitasi
4. mematuhi permasalahan menilai mayoritas penciptaan dialog dan
peraturan agama 4. tidak mengolok- atau minoritas kerjasama antar
pimpinan majelis dan
dengan baik olok agama lain agama tersebut organisasi keagamaan
18. Alasan Terjadinya Kerusuhan Antar Umat Beragama
The increase of conservative fundamentalism. Meningkatnya orang-orang
berpikiran radikal dapat memicu konflik umat antar agama. Kebanyakan
orang-orang ini berpandangan liberalism dan permissive progressive.
The conviction in the multi single interpretation in the absolute truth.
Mereka adalah orang-orang yang memegang kepercayaan mereka dengan
fanatiknya. Mereka hanya percaya pada satu ajaran dan berslogan „Right or
Wrong, is my Ulama‟.
Immaturity of religious followers. Hal ini dipicu penganut agama yang
tidak dewasa dan akhirnya memicu konflik dengan membangkitkan emosi.
Lack of interreligion dialogue. Artinya, peperangan ini disebabkan oleh
kurangnya pemahaman antar agama. Contohnya seperti tragedi Poso.
Lack of public spaces. Hal ini diakibatkan kurangnya dialog karena
kurangnya kemauan kedua belah pihak aama untuk duduk bersama di
ruang publik, seperti Muslim Tahunan dan Halal bi Halal.
Hunger of Power. Sebagian penganut agama menganggap ketika
kekuasaan berada di bawah kekuatan agama terbesar, maka masalah dapat
dipastikan menurut kekuatan terbesar.
19. Alasan Terjadinya Kerusuhan Antar Umat Beragama
Inseparation between religion and state. Hal ini menggambarkan bahwa
kekuatan terbesar terdapat pada pemerintah. Suatu pemerintah yang
berdiri di pihak suatu agama/kepercayaan otomatis akan memperkuat
kedudukan agama tersebut. Akibatnya suatu negara peraturannya akan
didominasi oleh doktrin agama tersebut.
No religious freedom. Perpecahan ini diakibatkan adanya pelarangan
berdiri dan berkembangnya suatu agama di suatu wilayah atau negara.
Religious violation goes unpunished. Hal ini dapat digambarkan sebagai
kekerasan yang dilakukan oleh kelompok agama yang terkenal radikal dan
sering melakukan aksi brutal. Dengan mengatasnamakan agama, mereka
akan membenarkan aksi mereka. Parahnya, tidak ada kejelasan hukum
bagi mereka. Sehingga tindakan ini terus berlangsung di masyarakat.
Poverty and injustice. Hal ini dilakukan akibat tunduknya kaum minoritas
terhadap kekuatan mayoritas. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
beberapa wilayah yang dikuasai oleh suatu agama tertentu dapat menukar
kemiskinan seseorang dengan kepercayaan suatu agama.
Moral/akhlaq is more important than fiqih. Banyak orang beragama yang
menganggap figih lebih penting dibanding moral/akhlaq. Sementara dalam
suatu kalangan agama tertentu, perbedaan fiqih dapat menimbulkan
konflik.
20. Fungsi Diturunkannya Agama ke Dunia
1. Memberi pandangan dunia pada manusia.
Hal ini dikarenakan agama senantiasa memberi penerangan
mengenai kedudukan manusia di dunia secara keseluruhan.
2. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dihawab
manusia.
Maksudnya, pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang tidak
mampu dijawab oleh akal manusia. Contohnya mengenai
pertanyaan kehidupan setelah meninggal, tujuan hidup, nasib,
dan sebagainya.
3. Memberi rasa kebersamaan pada suatu kelompok manusia.
Agama di sini berperan sebagai pembentuk kelompok manusia
dan menimbulkan keseragaman kepercayaan, tingkah laku,
pandangan dunia, dan nilai-nilai.
4. Berfungsi dalam peranan sosial.
Semua agama di dunia menyarankan umatnya pada kebaikan.
Dalam ajarannya, agama menuntun umatnya untuk mengikuti
kode etik yang ada.
21. Teks Kitab Suci Agma Buddha
Dhammapada ayat 6
“Mereka tidak tahu bahwa dalam pertikaian mereka akan hancur dan musnah,
tetapi mereka yang melihat dan menyadari hal ini damai dan tenang,”
Dhammapada ayat 5
“Di dunia ini kebenciam beljum pernah berakhir jika dibalas dengan membenci,
tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih. Ini adalah
hukum kekal abadi,”
Digha Nikaya I:3
"Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, (3) 'kalian tidak
boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak
senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika
orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang,
dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?' ,'Tidak,
Bhagava.' 'Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus
menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan Apa yang Bukan
Ajaran mengatakan: "Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, itu tidak ada
pada kami.”
22. Doa
Marilah kita berdoa dengan khidmat.
Namo tassa bhagavato arahato sammȃsambuddhassa
(Terpujilah Sang Bhagavȃ, Yang Mahȃsuci, Yang telah Mencapai Penerangan
Sempurna)
Di hari yang indah ini, kami memohom kepada-Mu,
Ampunilah dosa kami dan kesalahan kami,
Lindungilah mereka yang telah meninggal maupun yang masih hidup,
Bimbinglah kami agar tetap rukun,
Jangan jadikan perbedaan agama memercikkan perselisihan,
Dan kami mohon,
Lindungilah kami dalam tindakan kami,
Agar tidak menyakiti dan berguna bagi sesama.
Sabbe sattȃ bhavantu sukhitattȃ,
(semoga semua makhluk berbahagia)
Saddhu, Saddhu, Saddhu.
23. Puisi- Untukmu Agamamu dan Untukku Agamaku
Manusia lahir ke dunia tanpa melekat apa-apa pada dirinya. Lalu, mengapa cara manusia menyembah Tuhan bisa berbeda?
Orok, janin, entah apa namanya, Apakah Tuhan lebih dari satu?
Tak bisa meminta pada Tuhan,
Pada sidang tertutup atau terbuka,
Tanpa voting, tanpa suara, Tidak.
Dari rahim siapa dia akan dilahirkan. Sesungguhnya Tuhan adalah tunggal, satu-satunya pencipta
manusia.
Dari ayah dan ibu yang tak henti berdoa siang malam, Yang membedakannya adalah keyakinan.
Demi kehadirannya ke dunia,
Atau dari ibu yang bahkan tak tahu siapa,
Laki-laki yang telah meninggalkan bibit kehidupan, Ketika manusia lahir dan membuka mata untuk kali pertama,
Yang menghadiahinya gelar anak haram, Ia mendapatkan segalanya,
Padahal mereka lah orangtua haram. Orangtua, keluarga, sandang, pangan, papan bahkan
keyakinan.
Pun manusia tak bisa meminta,
Terlahir dari keluarga berada atau papa, Keyakinan?
Dari kalangan terhormat atau hina, Iya, keyakinan. Sesuatu yang paling hakiki,
Dengan fisik menawan atau serba kekurangan, Sesuatu yang diwarisi,
Dilahirkan di klinik bersalin ternama, Bahkan menjadi doktrin.
Atau hanya di atas dipan buruk rupa.
Manusia lahir tanpa dibekali sandang, Kau pernah mendengar seorang bayi yang baru lahir diazankan
Yang menghangatkan badannya yang telanjang, di telinganya?
Hanya kemampuan pangan selama hitungan jam, Kau pernah melihat seorang bayi yang dibaptis di gereja?
Sebelum mendapatkan makanan dari ibunya.
Ketika lahir manusia bahkan tak bisa memilih akan diazankan
Iya, karena semua adalah hak tunggal Tuhan Sang Maha atau dibaptis atau entah apalagi namanya.
Pencipta.
Ketika manusia beranjak dewasa,
Tuhan? Tuhan yang mana? Tuhan siapa? Perlahan ia mempelajari keyakinannya,
Secara formal maupun informal,
Mereka bilang yang menciptakanku adalah Tuhan, Dari bangku sekolah dasar hingga bangku kuliah,
Lalu mereka juga bilang yang menciptakan dia adalah Bahkan tanpa batasan usia,
Tuhan, Yang kemudian dia kenal bernama agama.
Dan kau juga diciptakan oleh Tuhan.