Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang dapat mengganggu kehidupan. Terdapat dua jenis gagal nafas, yaitu akut yang timbul pada paru normal dan kronik pada penyakit paru. Gejala gagal nafas meliputi penurunan kesadaran, takikardi, gelisah, berkeringat, dan sianosis.
2. Gagal nafas adalah kegagalan sistem
pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida
dalam jumlah yang dapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan (RS Jantung
“Harapan Kita”, 2001).
6. Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan
gagal nafas kronik dimana masing masing
mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas
akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara struktural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal
nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara). Pasien mengalami toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk
secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya
paru-paru kembali keasalnya. Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang irreversibel.
7. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode post operatif dengan anestesi bisa
terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan
pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan
efek dari analgetik opiood. Pneumonia atau dengan penyakit paru-paru
dapat mengarah ke gagal nafas akut.
8. Terapi suportif
Oksigenasi pada kegagalan ventilasi
Pemberian oksigen pada kegagalan
oksigenasi
9. Pemeriksaan gas – gas darah arteri
Pemeriksaan rontgen dada
Hemodinamik
EKG
10. Kasus
Tn W. 35 tahun dibawa oleh keluarganya ke RS.
Cenderawasih pada tanggal 18 mei 2011, pukul 08:00 wib.
Klien masuk dengan keluhan Sesak nafas, nyeri dada sebelah
kanan, nyeri hilang timbul, nyeri bertambah saat menarik
nafas dan saat beraktifitas terasa nyeri pada dada sebelah
kanan, wajah klien tampak menahan nyeri pada saat
bernafas dan klien tampak lemah, bibir klien terlihat
membiru atau cyanosis dan juga membrane mukosanya
kering. Klien juga mengatakan nafsu makannya berkurang
semenjak sakit serta berat badan menurun 2 kg dari 68 kg
menjadi 66 kg. Klien juga mengatakan bahwa perut nya
sering kram semenjak sakit.
11. Keluarga pasien mengatakan bahwa klien 2 tahun lalu telah
mengalami kecelakaan motor dan saat itu klien tidak
sadarkan diri karena kepala klien mengalami benturan yang
keras. 1 minggu yang lalu klien sudah mengalami batuk tapi
masih belum ada sekretnya tapi 2 hari ini belakangan ini
batuk klien semakin memburuk dan terdapat sekret yang
tidak dapat dikeluarkan oleh klien sehingga membuat
pasien jadi susah bernafas.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data :
T/D : 120/70 mmhg,
Nadi 130 x/menit,
Suhu 37 0C,
RR 26 x/menit.
Suara usus klien hiperaktif
terdengar suara crakles pada paru pasien
12. 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
peningkatan produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d proses
penyakit, letak ventilator yang tidak tepat
13. 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan
produksi sekret
Intervensi :
Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila
diperlukan
Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi
Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 –
37,8 C)
14. 2. Gangguan pertukaran gas b.d proses penyakit,
letak ventilator yang tidak tepat
Intervensi :
Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt setelah
perubahan setting ventilator
Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri
selama periode penyapihan
Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
Monitpr tanda dan gejala hipoksia