1. KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan segala
kemudahan sehingga pembuat makalah dapat menyelesaikan makalah filsafat
tentang logika dengan mudah dan lancar. Makalah ini disusun untuk menjelaskan
tentang logika dan peranannya di filsafat. Pembahasan makalah ini meliputi
sejarah logika filsafat, pengertian logika, macam-macam logika, logika sebagai
cabang fisafat, dan kegunaan logika.
Makalah ini disusun secara sistematis tentang logika filsafat dengan tujuan
melengkapi tugas mata kuliah filsafat. Dan makalah ini diharapkan dapat menjadi
media informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai logika filsafat bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Pembuat makalah telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini
dengan sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Seperti kata
pepatah “ tak ada gading yang tak patah”. Semua yang ada dibumi ini tidak ada
yang sempurna. Yang sempurna itu adalah kesempurnaan itu sendiri. Atas dasar
kenyataan tersebut, saran dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik, sangat diharapkan dan diterima tim penyusun dengan tangan
terbuka. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan. Amin
Palembang, November 2014
Penulis
1
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………1
DAFTAR ISI .....................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................4
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................4
BAB II. PEMBAHASAN...................................................................4
A. PENGERTIAN LOGIKA..............................................................4
B. SEJARAH LOGIKA...................................................................5
C. PEMBAGIAN LOGIKA.............................................................8
D. LOGIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT...............................10
E. METODE LOGIKA.....................................................................12
F. LOGIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.....................12
G. KESESATAN DALAM LOGIKA...............................................14
BAB III. PENUTUP...........................................................................16
1. KESIMPULAN............................................................................16
2. SARAN........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................17
2
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang
sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai ciptaan Tuhan
yang paling sempurna memang memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk
lainnya. Sebagai ciptaan-Nya yang sempurna, manusia dibekali akal dan pikiran
untuk bisa dikembangkan, berbeda dengan hewan yang juga memiliki akal dan
pengetahuan tapi hanya sebatas untuk mempertahankan dirinya.
Suhartono ( 2005: 1) menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan
menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam
kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa untuk mengomunikasikan
hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja mempunyai
pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.
Akal dan pikiran merupakan perlengkapan paling sempurna yang
disematkan Tuhan kepada manusia. Dengan akal dan pikiran, manusia dapat
mengubah dan mengembangkan taraf kehidupannya dari tradisional, berkembang,
dan hingga modern. Sifat tidak puas yang secara alamiah ada dalam diri manusia
3
4. mendorong manusia untuk selalu ingin mengubah keadaan. Ketidakpuasan
tersebut menimbulkan perubahan-perubahan sehingga tercipta peradaban dunia
yang maju. Kemajuan yang dihasilkan oleh akal dan pikiran manusia membawa
dampak positif dan negatif.
Untuk meminimalisir atau mengatasi masalah-masalah yang timbul dari
dampak negatif, manusia tetap memerlukan akal untuk berpikir secara benar dan
logis. Berpikir secara logis ialah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja
otak dan akal sesuai dengan ilmu-ilmu logika. Setiap apa yang akan diperbuat
hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang ada pada dirinya masing-masing.
Jika hal tersebut sesuai dengan kenyataan dan apabila dikerjakan mendapat
keuntungan, maka segera dilaksanakan. Berpikir secara logis juga berarti bahwa
selain memikirkan diri kita sendiri juga harus memperhatikan lingkungan, serta
berpikir tentang akibat yang tidak terbawa emosi.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi
pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki,
menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan
mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan
perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan
yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur.
Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan dalam
makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan
mengandung daya positif.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut.:
1. Apakah arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat?
2. Bagaimanakah sejarah terlahirnya logika dalam filsafat?
3. Bagaimanakah pembagian dari logika?
4. Apakah fungsi logika dalam filsafat ilmu?
5. Apa saja Metode dalam logika?
6. Apakah kegunaan logika dalam kehidupan sehari-hari?
4
5. 7. Apa saja kesesatan berpikir dalam Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menganalisis hakikat Logika
2. Untuk menganalisis sejarah lahirnya Logika
3. Untuk menganalisis pembagian Logika
4. Untuk menganalisis peranan Logika
5. Untuk menganalisis metode Logika
6. Untuk menganalisis keguanaan logika
7. Untuk mengetahui kesesatan berpikir dalam ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika
Istilah logika diambil dari bahasa Yunani logikos, yang berarti mengenai
sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu perkembangan akal(pikiran), mengenai
kata, mengenai percakapan, atau berkenaan dengan bahasa (Jan Hendrik Rapar,
2005:52) dalam bahasa latin logika disebut dengan logos, bearti perkataan atau
sabda (Mundiri, 2003:8). Orang arab biasanya menyebut logika ini dengan kata
Mantiq, yang diambil dari kata ‘nataga’ juga diartikan dengan hukum yang
memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.
Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir
lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin:logika
scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus,
tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui
5
6. dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal
seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses
pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan
kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti
akan diturunkan kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum
pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut
dengan filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan,
menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan
yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir.
Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu
pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum
serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang
telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu
pedoman atau pegangan untuk berpikir.
B. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama
yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales
mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian
disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik
kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air
adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan
6
7. pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427
SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang
ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara
khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisiyang benar,
dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari
proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles
adalah silogisme.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi
pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk
pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM -226
SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130
M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut
merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles,
Theoprostus dan Kaum Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa
Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang
menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga
mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam
Nawawi menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan
menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang
yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan
menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam
oleh Al-Farabi.
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika
menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku
logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus,
buku-buku komentar logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas
Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger
Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat
7
8. berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika
modern. Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam
aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran - kebenaran tertinggi.
Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan
pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika
Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan
aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang
berjasa dalam mengembangkan Logika Modern. Pada abad 9 hingga abad 15,
buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,Eisagoge oleh Porphyus dan
karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya
berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
Petrus Hispanus (1210 - 1278);
Roger Bacon (1214-1292); Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan
metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan
semacam aljabar pengertian;
William Ocham (1295 - 1349).
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan
oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke
(1632-1704) dalam An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon
(1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam
bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan
logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar
berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan
menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian;
George Boole (1815-1864);
John Venn (1834-1923);
8
9. Gottlob Frege (1848 - 1925).
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat
yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik
dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang
menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan
terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred
North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel
(1872 - 1970).
C. Pembagian Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata
didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya
adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan
dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika
alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula
bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2. Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus
yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan
adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi.
Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam
pikiran dan akal budi.
9
10. Ada tiga aspek penting untuk memahami logika ini, agar mempunyai
pengertian tentang peanalaran yang merupakan bentuk pemikiran. Ketiga aspek
tersebut adalah:
1. Pengertian
Pegertian adalah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi
tentang kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia
mengenai realitas. Menurut isinya, pengertian dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Kolektif dan distributif, kolektif maksudnya pengertian yang isinya
mencakup barang-barang atau orang secara koleksi atau sekumpulan,
misalnya selusin piring, sekelompok pemuda, dan sebagainya. Sedangkan
distributif adalah kebalikan dari kolektif, yaitu pengertian yang terpisah-pisah,
yang menunjukkan bahwa barang atau orang tersebut terpisah-pisah
sebagai sendiri-sendiri atau satu persatu.
b. Konkret dan abstrak, pengertian yang konkret adalah pengertian yang
memperlihatkan kenyataan atau realitas sebagai pokok subjek yang berdiri
sendiri, sedangkan pengertian yang abstrak adalah pengertian yang
memperlihatkan sifat tanpa memperlihatkan subjeknya, misalnya
dikatakan “gelas itu mahal”.
c. Menyindir dan terus terang, yang dimaksud menyindir ialah menyatakan
sesuatu dengan secara tidak langsungdan tidak terus terang.
2. Proposisi
Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian
yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan
yang terdapat diantara dua buah term. Kedua term tersebut terdiri dari subjek dan
predikat. Subjek adalah term pokok dalam proposisi, dan predikat adalah term
yang menyebut sesuatu mengenai subjek.
3. Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan.
Agar buah pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot
10
11. kebenaran, maka proses berpikir perlu dan harus dilakukan dengan suatu cara atau
metode tertentu. Dalam penalaran proposisi yang menjadi dasar penyimpulan
disebut premis, sedangan kesimpulannya disebut konklusi.
D. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan
atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti
logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama
dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya
serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang
mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika
mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara
tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir.
Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan
tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau
aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil
keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk
memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang
logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti: Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan
pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan
antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan
cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.
11
12. Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat , logika menganalisa
unsur-unsur pemikiran manusia. Materi logika antara lain sebagai berikut:
1. Mengerti PermasalahanYaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang
sedang di hadapi.Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan
misalnya dengan mengamati.
2. Adanya kausualitas keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti
permasalahan adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai fakta.
3. Adanya kesimpulan, Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun
kesimpulan . Kesimpulan ini didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari
mengerti hubungan permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik
kesimpulan.
E. Metode dalam logika
Menurut Poespoprojo(2006) Logika sesuai dengan fungsinya memecahkan
masalah.
1. Metode deduktif yaitu pengkajian dari suatu yang umum (general) untuik
menghasilkan suatu yang khusus. Berpikir dengan Metode deduktif
menggunakan sarana berfikir matematika.
2. Metode induktif yaitu logika berpikir yang bergerak dari hal-hal yang khusus
menghasilkan gegeralisasi yang umum. Berfikir induktif menggunakan
sarana berfikir statistika.
Baik matematika maupun statistika bukanlah ilmu melainkan sarana
berfikir. Kedua Metode berfikir tersebut dapat diterapkan dalam penelitian Ilmiah
yang direalisasikan dalam karya Ilmiah Penelitian.
Logika berfikir deduktif dipakai dalam perumusan hipotesis penelitian
yang dideduksi dari teori-teori yang ada. Logika berfikir Induktif di terapkan
dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan data dan sample. Untuk
menyimpulkan kasus yang berdasarkan data dan sample di perlukan sarana
statistika. Proses Ilmiah yang secara epistemologis adalah paroses ilmiah agar
hasil yang diperoleh dapat di katagorikan sebagai produk ilmiah yaitu Ilmu.
12
13. F. Kegunaan Logika dalam Kehidupan Sehari - hari
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas
berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika
menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan
keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas,
dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. Selain
hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah
mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama
dipakai oleh suatu ilmu.
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai
pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang
diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani
perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan
ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program
komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan
berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau
aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan
argumentasi. Yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah
sebagai berikut:
1. membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita
supaya selalu berpikir benar;
2. meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif;
3. menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam
dan mandiri;
13
14. 4. memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan
asas-asas sistematis;
5. meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpikir kekeliruan serta kesesatan;
6. mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian;
7. sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan
berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi
orang yang selalu benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia
menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan
aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran.
Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin
bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil
keputusan dengan benar. Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat
dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang
paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan daya
analisis kita semakin berkembang.
G. Kesesatan Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Soekadijo dan Ihromi, yang dikutip Karomani (2009)
mengatakan kesesatan berpikir dapat terjadi karena pelanggaran terhadap hukum
logika, dia dapat terjadi karena kecerobohan dalam penalaran yang berakibat
munculnya ambiguitas atau ambivalensi dalam bahasa utama yang digunakan
dalam merumuskan suatu argumentasi. Menurut Karomani (2009) dan Darsono
Prawironegoro (2011), ada lima kesesatan dalam penalaran ilmu pengetahuan
yakni kesesatan formal, kesesatan informal, kesesatan relevansi, kesesatan
paralogis, dan kesesatan sofisme.
Kesesatan formal disebabkan kesesatan karena bahasa. Kesesatan formal
yaitu penalaran bahasa atau penyimpulan yang bentuk premisnya tidak tepat.
14
15. Contohnya: kesesatan karena term tengah tidak terdistribusikan, kesesatan karena
dua premis yang mengingkari.
Selanjutnya, kesesatan informal yaitu kesesatan yang diluar kesesatan
formal, terutama kesesatan logika sebagaimana dikemukakan Soekadijo (1988)
yang dikutip Karomani, diantara kesesatan informal yaitu kesesatan dari segi
bahasa, yaitu ketidaksamaan memberikan arti kata atau kalimat. Ini dapat terjadi
sebagai produk dari kebudayaan, dimana dalam ruang dan waktu yang berbeda,
kata dan kalimat mempunyai arti yang berbeda. Untuk menghilangkan kesesatan
bahasa ini, manusia menciptakan berbagai lambang, seperti: +, -, :, dan x. Contoh
kesesatan informal sebagai berikut: kesesatan karena aksen atau tekanan kata yang
berbeda, kesesatan yang disebabkan oleh arti kata kiasan yang berbeda.
Kesesatan berikutnya, kesesatan relevansi yaitu suatu penalaran atau
penyimpulan di mana tidak ada hubungan logis antara premis dan kesimpulannya
(conclusion), atau kesimpulannya tidak relevan dengan premisnya. Contohnya
sebagai berikut: kesesatan argumentum ad hominem, kesesatan karena non causa
pro causa.
Berikutnya kesesatan paralogis, yaitu suatu kesesatan penalaran atau
penyimpulan yang sesat dimana orang yang membuatnya tidak mengetahuinya
bahwa apa yang disimpulkan itu sesat.
Yang terakhir kesesatan sofisme, yaitu kesesatan dalam penalaran atau
penyimpulan yang sesat di mana orang yang membuatnya dengan sengaja
membuatnya. Kesesatan dalam hal ini yaitu kesesatan yang dengan sengaja
dilakukan oleh peneliti, tentu untuk kepentingan dan maksud tertentu.
15
16. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika
berasal dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara
umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut
sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan
mengenalkan logika sebagai ilmu. Ada tiga aspek dalam memahami logika yaitu
pengertian, proposisi, penalaran. Logika terbagi menjadi dua macam yaitu : logika
alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangannya logika juga disebut sebagai
cabang filsafat. Logika sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir
lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan. ada lima kesesatan dalam penalaran ilmu pengetahuan yakni kesesatan
formal, kesesatan informal, kesesatan relevansi, kesesatan paralogis, dan
kesesatan sofisme.
16
17. B. Saran
Logika sebagai cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk berpikir
benar dan tidak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu berpikir secara
logika mampu melatih kita untuk berpikir secara lurus, efisien, tepat dan teratur
demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam pemecahan
suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://adesmedia.blogspot.sg/2013/02/filsafat-logika-sebagai-cabang-filsafat.html,
(diakses Sabtu, 15 November 2014)
Kattsoof, Louis O. 1953. Elements of Philosofy. New York: The Ronald Press Co.
Poespoprojo, 2006. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Bumi Aksara
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Susanto, A.2011. Filsafat ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis,
Epistimologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo, 2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Suatu
Pengantar. Cet. II. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo, dkk. 2010. Dasar – Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
Lasiyo & Yuwono.1985. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Liberty.
17