3. TOKO DAN RIWAYAT
KONSELING
Teori Gestalt diperkenalkan oleh Frederick (Fritz)
Salomon Perls (1983-1970). Gestalt dalam bahasa
Jerman mempunyai arti bentuk, wujud atau organisasi.
Kata itu mengandung pengertian kebulatan atau
keparipurnaan (Schultz, 1991:171). Simkin dalam
(Gilliand, 1989:92) mengatakan bahwa kata Gestalt
mempunyai makna keseluruhan (whole) atau
konfigurasi (configuaration).
Dengan demikian Perls lebih mengutamakan adanya
integrasi bagian-bagian terkecil kepada suatu hal
penting dan menjadi fungsi dasar bagi manusia.
Sejarah pendekatan Gestalt di awali sejak tahun 1926
ketika Perls mendapatkan gelar medical doctor (MD)
pergi ke Frankfrut-ammain dan menjadi asisten Kurt
Goldstein di The Intitute for Brain Damage Soldier. Di
sinilah Perls bekerjasama dengan profesor Goldsteins
dan Adhemar Gelb serta ia bertemu dengan calon
istrinya, Laura.
4. Pada waktu itu Frankfrut-ammain adalah pusat pergolakan
intelektual dan Perls secara langsung dan tidak langsung terekpos
dengan pengaruh filsafat eksistensial dan psikoanalisis yang menjadi
akar pemikirannya dalam mengembangakan pendekatan Gestalt
(Corey, 1976, p.120; yotnef 1993). Terdapat tiga tokoh yang
mempengaruhi perkembangan intelektual Perls hingga menghasilkan
pendekatan Gestalt. Pertama Filsuf Sigmund Freudlander, dari
dialah Perls mendapatkan konsep tentang diferrential thinking dan
creative indiference, yang ia sebutkan dalam buku pertamanya, Ego,
Hunger and Aggressipn (1947).
Kedua Perls dipengaruhi oleh Jan Smuts, perdana menteri Afrika
Utara dimana Perls pindah bersama keluarganya ketika melarikan
diri dari Nazi German ketika Nazi menguasai Belanda. Sebelum
menjadi perdana menteri, Smuts telah menulis buku utama tentang
Holism and Evolution yang menjadi acuan perspektif Gestalt. Ketiga
Alfred Korzybski, seorang ahli semantik yang berpengaruh pada
perkembangan pemikiran intelektual Perls (Yotnef 1993).
5. KONSEP DASAR PENDEKATAN GESTALT
Pendekatan konseling ini berpandangan
bahwa manusia dalam kehidupanya selalu
aktif sebagai suatu keseluruhan. setiap
individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahan dari bagian bagian organ
seperti:hati,jantung,otak,dan sebagainya.
melainkan merupakan suatu keordinasi
semua bagian tersebut.
6. HAKIKAT MANUSIA MENURUT TEORI
PENDEKATAN GESTALT
Tidak dapat dipahami,kecuali dalam
keseluruhan konteksnya.
Merupakan bagian dari lingkunganya
dan hanya dapat di pahami dalam
kaitanya dengan lingkunganya itu.
Aktor bukan Reaktor.
Berpotensi untuk menyadari
sepenuhnya sensasi,emosi,persepsi,dan
pemikirannya.
Dapat memilih secara sadar dan
bertanggung jawab.
Mampu mengatur dan mengarahkan
hidupnya secara efektif.
8. TUJUAN KONSELING
Membantu klien agar dapat memperoleh
kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta mendapatkan insight secara
penuh.
Membantu klien menuju pencapaian integritas
kepribadiannya
Mengentaskan klien dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
Meningkatkan kesadaran individual agar klien
dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed
bussines) yang muncul dan selalu akan muncul
dapat diatasi dengan baik
9. PERAN
KONSELING
Fokus utama konseling Gestalt adalah terletak ada
bagaimana keadaan konseli sekarang serta hambatan-
hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh
karena itu tugas konselor adalah mendorong konseli
untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya
serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini
perlu diarahkan agar konseli mau belajar menggunakan
perasaannya secara penuh.
10. DESKRIPSI PROSES
KONSELING
Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai
situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada
klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena
masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada
dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :Membangkitkan
motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin tinggi kesadaran klien
terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai
perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja
sama dengan konselor. Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien
dan menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran
konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung
jawab.
Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-
perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini
dan saat ini. Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya
kepada konselor.
11. TEKNIK KONSELING
1.Penekanan
Tanggung Jawab
Klien
2.Orientasi Sekarang
dan Disini
3.Orientasi
Eksperensial
1.Permainan Dialog
2.Latihan Bertanggung
Jawab
3.Bermain Proyeksi
4.Teknik Pembalikan
5.Tetap dengan Perasaan
PRINSIP KERJA
TEKNIK-TEKNIK
KONSELING GESTALT
12. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
PENDEKATAN GESTALT
Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu
teori yang kukuh
Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam
arti kurang memperhitungkan faktor-faktor
kognitif.
Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas
diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung
jawab kita kepada orang lain.
Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis
yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan
menggunakannya secara mekanis sehingga
terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
Para konseli sering bereaksi negative terhadap
sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap
tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada
kerangka yang layak agar tidak tampak hanya
sebagai muslihat-muslihat.
Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan
membawa aspek-aspek masa lampau yang
relevan ke saat sekarang.
Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap
pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak
berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada
konseli untuk menemukan makna dan
penafsiran-penafsiran sendiri.
Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan
mengungkapkan perasaan langsung
menghindari intelektualisasi abstrak tentang
masalah konseli.
Menghasilkan individu atau siswa yang
memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi
KEKURANGAN KELEBIHAN
13. CONTOH PENERAPAN
PENDEKATAN GESTALT
Sebagai contoh, klien adalah seorang ibu yang
terlalu keras mendidik anak perempuannya yang
berusia 13 tahun. Aturan keras dari ibu membuat
anak merasa ketakutan, cemas dan trauma bahakan
beberapa hari tidak pulang kerumah yang tanpa
sepengetahuan ibunya ternyata anaknya menginap di
rumah nenek. Suaminya yang merasa kecewa dan
kewalahan terhadap sikap istrinya yang keras itu
akhirnya meminta cerai. Latar bekang yang
membuat istrinya keras seperti itu adalah didikan
dari orang tua sang istri yang terlalu keras dari kecil
sampai remaja. Istri sebenarnya merasa “sakit hati”
dengan perlakuan itu dan sangant dendam. Dan
didikan keras itulah yang diteruskannya kepada
putrinya.
Dalam kasus seperti ini, konselor dapat menerapkan
teknik permainan dialog yang didalamnya ada teknik
kursi kosong. Klien disuruh untuk berperan sebagai
under dog yang menjadi korban. Klien di arahkan
untuk menjadi sadar akan perbuatannya saat ini
bahwa sikapnya yang keras itu hanya sebagai
ungkapan balas dendam yang di teruskan kepada
putrinya. Selain itu, klien bisa disuruh untuk
melakukan permainan ulangan. Mengulang kembali
apa yang dialaminya dulu atas sikap kasar orang
tuanya dengan upaya meningkatkan kesadaran atas
pengulangan tersebut.
Sebagai contoh, teknik bermain peran di dalam
kelompok. Misalnya seseorang yang merasa khawatir
akan apa yang di pikirkan orang lain terhadapnya, ia
kemudian diminta untuk memerankan orang yang
mungkin menilainya itu. Setelah ia memerankan
orang yang danggapnya menilai dirinya, ia diminta
untuk mengecek kembali pada orang itu. Tidak
jarang terjadi bahwa apa yang dianggapnya itu tidak
nyata. Semua itu hanya penilaian saja, padahal orang
lain tidak menilainya seperti yang dianggapnya.
Dalam setting kelompok seperti ini, biasanya
anggota akan lebih cepat mengenali keyakinan yang
kurang rasional yang selama ini belum pernah
dicocokkannya dengan orang lain.
Setting Individu
Setting Kelompok
14. KESIMPULAN
Pendekatan konseling gestalt merupakan pendekatan dalam layanan konseling yang memandang
manusia sebagai keseluruhan, bukan merupakan jumlah dari bagian-bagian kepribadian. Terapi ini
untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan diri dalam kehidupan
dan lingkungannya, sedang individu tersebut memiliki gangguan psikologis dan potensi yang dimiliki
itu tidak dapat berkembang secar wajar. Inti dari terapi ini adalah penyadaran individu, penyadaran ini
menunjuk kepada suatu jenis pengalaman saat ini dan berkembang karena hubungan individu dengan
lingkungannya dan penyadaran ini mencakup pikiran dan perasaan berdasarkan persepsi individu pada
saat sekarang terhadap situasi sekarang atau atau bahwa yang paling prinsip adalah membantu
individu untuk mencapai kesadaran akan dirinya dan lingkungannya.
Praktek konseling gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke ppribadi antar konselor dengan
konseli. Yang penting adalah konseling secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman
sekarang ketika ia menghadapi konseli disini dan sekarang. Disamping itu konselig memberi umpan
balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh konseli melalui tubuhnya. Konselor
harus menghadapi konseli tanpa menolak konseli sebagai pribadi.
Proses membangkitkan perasaan pada konseli dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan
atau aliansi terapeutik yang kondusif, manusiawi dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli.
Karena jika konseli dapat memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan,
maka mereka akan menemukan jalan yang mudah menuju peemecahan masalah dan mencapai
perkembangan dan aktualisasai diri. Hubungan yang ditekankan dalam konseling gestalt adalah
hubungan yang unik yang mereka sebut “saya dan kamu’ hubungan ini menuntut konselor dan konseli
untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran “disini dan sekarang”. Konselor bekerja dengan
tulus dengan menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta
membangun aklim yang dapat mendorong konseli mengembangkan kepercayaan, kesadaran dan
kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berfikir dan bertindak.