Laporan ini meringkas hasil survei yang dilakukan oleh Pusat Kajian Politik UI untuk mengukur pengetahuan dan kesadaran masyarakat Jakarta mengenai Pemilukada 2012. Survei menemukan bahwa kurang dari setengah responden tahu tanggal pelaksanaan pemilu, dan sumber informasi utama mereka adalah televisi. Sebagian besar sudah terdaftar sebagai pemilih, meski masih ada yang belum. Masyarakat berpendapat
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
JUDUL
1. LAPORAN HASIL SURVEI
ASPIRASI WARGA TENTANG PEMILUKADA
2012 DAN MASALAH-MASALAH KOTA
JAKARTA
Disampaikan Oleh:
PUSAT KAJIAN POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA
(PUSKAPOL UI)
Jakarta, 11 Juni 2012
3. Konteks Survei
3
Survei tatap muka ini merupakan tindak lanjut
dari survei melalui telepon yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Puskapol (12 -17
April 2012).
Bagi Puskapol perbandingan hasil antara
survei tatap muka dengan survei melalui
telepon, merupakan proses triangulasi untuk
memastikan validitas hasil temuan, sekaligus
bagian dari upaya mendekati kebenaran
dalam mengukur parameter populasi pemilih
Jakarta.
4. Tujuan Survei
4
1. Memverifikasi temuan awal survei telepon
Puskapol pada 12-17 April 2012.
2. Memetakan dan memeringkatkan berbagai
masalah di DKI Jakarta.
3. Menghasilkan solusi program versi warga
untuk berbagai permasalahan di DKI Jakarta.
4. Mengukur level awareness warga terhadap
pelaksanaan Pemilukada DKI Jakarta.
5. Mengukur tingkat partisipasi warga dalam
Pemilukada DKI
5. Metode Survey
5
Populasi survei adalah penduduk DKI Jakarta di 5 Kotamadya
(minus kep. Seribu) yang sudah memenuhi persyaratan umum
untuk memilih (berusia di atas 17 tahun, memiliki KTP DKI)
Populasi Penduduk DKI yang memiliki hak pilih = 6.983.692 orang
Pemilihan responden dilakukan secara acak, menggunakan teknik
Multistage stratified random sampling.
Jumlah Sampel = 594 Responden
MoE = +/- 4,02 %
Pemilihan sampel mempertimbangkan perimbangan proporsi
spasial berdasarkan populasi penduduk per wilayah adminsitratif
Jumlah kelurahan yang diambil sebanyak 60 kelurahan
Teknik wawancara tatap muka dengan instrumen berupa kuesioner
Wawancara tatap muka dilakukan pada 24 Mei – 4 Juni 2012.
6. 6 Profil Responden
Jenis kelamin
Suku bangsa
Usia
Kotamadya
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Lama tinggal di Jakarta
8. Suku Bangsa
8
Jawa Betawi Sunda Tionghoa Minang Batak Lainnya
• 35 % • 29.5 % • 17.9 % • 4.4 % • 3.5 % • 2.8 % • 6.7%
Variasi asal suku bangsa menunjukkan keberagaman Jakarta sebagai
kota metropolitan. Terdapat tiga suku bangsa yang dominan yaitu
Jawa, Betawi, dan Sunda.
9. Usia
9
38.15
40
33.61
35
30
25
18.49
20
15
9.75
10
5
0
17-25 Tahun 26-40 Tahun 41-55 Tahun >55 Tahun
10. Kotamadya Domisili
10
35
30.2
30
25
23.3
19.4
20 16.8
15
10.4
10
5
0
Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Barat Jakarta Utara
12. Apakah Saat ini Bekerja?
12
Tidak bekerja 9.7
Ibu rumah tangga 31.4
Pensiunan/Purnawirawan 3.9
Masih Sekolah 2
Ya, Bekerja 52.9
0 10 20 30 40 50 60
13. Pekerjaan Saat ini
13
Lainnya 19.9
Guru/Dosen 4.6
Profesional (Dokter,Pengacara) 1.2
Wiraswasta 30
Pegawai Negeri Sipil 4
Karyawan Swasta 40.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
14. Lama Tinggal di Jakarta
14
70 65.71
60
50
40
30
20 14.45 13.61
10
2.52 3.70
0
0-5 tahun 6-10 tahun 11-20 tahun 21-50 tahun > 50 tahun
15. 15 Temuan Survei #1
PENGETAHUAN TENTANG
TAHAPAN PEMILUKADA DKI JAKARTA
16. Apakah mengetahui kapan dilaksanakan pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta?
16
42.1
57.9 Menjawab Benar
Salah/tidak tahu
Data menunjukkan kurang dari separuh responden (42%) yang dapat menjawab dengan benar pemilihan
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dilaksanakan pada 11 Juli 2012. Sementara lebih separuh tidak
tahu atau salah dalam menyebutkan waktu pelaksanaan pemilukada (58%). Responden cenderung bisa
menjawab bahwa pemilukada dilaksanakan pada bulan Juli, namun salah dalam menyebutkan tanggal
pelaksanaannya (tanggal 11). Temuan ini penting disikapi oleh KPU DKI dalam hal sosialisasi
pelaksanaan pemungutan suara, apalagi akan dilaksanakan pada hari kerja yang diliburkan.
17. Darimana mengetahui informasi waktu
pelaksanaan Pemilukada DKI?
17
96.9 98.5 97.3
100
90 83 81.7
80 74.4
70
60 52.8
50 47.2
40 Ya
30 25.6 Tidak
17 18.3
20
10 3.1 2.7
1.5
0
18. Televisi, sumber informasi
18
utama
Televisi merupakan media yang sering ditonton, setidaknya
sebagian responden (53%) mengaku memperoleh informasi
pelaksanaan pemilukada DKI dari televisi. Namun patut
diduga adanya sejumlah signifikan responden (47%) yang
tidak memperoleh informasi pemilukada melalui televisi
disebabkan belum adanya iklan layanan masyarakat oleh
KPUD yang secara luas disiarkan melalui televisi.
Koran tampaknya bukan sumber informasi utama bagi warga
Jakarta. Hanya sebagian kecil yang mengaku memperoleh
informasi pemilukada dari koran.
Cukup menarik jika dibandingkan dengan media lainnya –
kecuali televisi – terpaan spanduk/baliho relatif cukup baik.
Terbukti sejumlah responden (25%) mengaku mengetahui
informasi pemilukada dari spanduk/baliho di luar ruang.
19. Apakah sudah terdaftar sebagai pemilih pada
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini?
19
79.7
80
70
60
50
40
30
20 12.4
7.9
10
0
Sudah terdaftar Belum Terdaftar Belum Tahu
Sebagian besar (80%) mengaku sudah terdaftar sebagai pemilih. Sementara
sebagian kecil mengaku belum terdaftar, bahkan ada yang mengaku ‘belum tahu’
sudah terdaftar atau belum sebagai pemilih.
20. Jika belum terdaftar, apakah akan mengurus supaya
terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilukada?
20
45.3
50
45 37.7
40 Akan
35
mengurus Tidak
30
akan
25
mengurus 17
20
15
Tidak tahu
10
cara mengurusnya
5
0
Data ini menunjukkan dua hal: pertama, sosialisasi pendaftaran pemilih yang
masih kurang; kedua, adanya sikap apatis warga terhadap proses pemilu;
atau keengganan untuk mengurus secara swadaya hak pilihnya.
21. Jika belum tahu, apakah berkeinginan mencari informasi tentang
sudah terdaftar atau belum terdaftar sebagai pemilih pada
pemilukada DKI Jakarta tahun ini?
21
58.7
60
50
41.3
Ingin cari
40 informasi
30
Belum ada
keinginan
20
10
0
Khusus yang mengaku belum tahu terdaftar atau tidak, umumnya berkeinginan untuk
mencari informasi (59%) tentang cara mendaftar sebagai pemilih. Tetapi ada juga
yang bersikap ‘tidak terlalu peduli’ dengan mengatakan belum ada keinginan untuk
mencari informasi.
22. Apakah informasi pendaftaran pemilih untuk
Pemilukada DKI Jakarta sudah tersosialisasikan
dengan baik kepada masyarakat?
22
46.6 46.1
50
Sudah
40 baik
30
Masih
kurang
20
7.4
10
Tidak tahu
0
Data menunjukkan informasi tentang pendaftaran pemilih masih belum memadai.
Berimbang antara yang menilai sudah baik (47%) dan masih kurang (46%). Hal ini
perlu menjadi catatan bagi penyelenggra pemilu dalam sosialisasi tahapan
pendaftaran pemilih.
23. KPU DKI telah mengumumkan Daftar Pemilih pada
Pemilukada DKI, apakah tahu tentang hal itu?
23
42.7
57.3 Tahu
Tidak Tahu
Hampir sejalan dengan temuan penilaian yang berimbang terhadap kinerja KPUD
dalam sosialisasi pendaftaran pemilih, pengetahuan responden juga berimbang
tentang Daftar Pemilih yang diumumkan KPUD. Sebagian lebih besar (57%)
menjawab tidak tahu, sedang sebagian lebih kecil (43%) menjawab tahu tentang
KPUD mengumumkan Daftar Pemilih.
24. Saat ini ada pasangan calon yang mempermasalahkan Daftar Pemilih
karena masalah pemilih dibawah umur, pemilih ganda, dsb. Apakah
masalah daftar pemilih berpengaruh terhadap pelaksanaan pemilukada
yang jujur dan adil?
24
68
70
60
Ya
50
40
30
17.1
20
10
14.9
0
Tidak
Tidak tahu
Pada tahap pendaftaran pemilih muncul ketidakpuasan para pasangan calon terhadap Daftar Pemilih yang
dianggap bermasalah seperti pemilih ganda, dibawah umur, atau pemilih ‘hantu’ (sudah meninggal masih
tercatat). Sebagian besar menilai masalah data pemiilih yang kurang akurat akan mempengaruhi
pelaksanaan pemilukada yang jujur dan adil (68%). Isu data pemilih dianggap krusial dibereskan KPUD.
Sebagian lainnya menilai tidak ada pengaruhnya (17%), sisanya memilih tidak tahu (15%). Gambaran ini
menunjukkan masih ada pemilih yang merasa data pemilih bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pemilukada yang jujur dan adil.
25. Apakah tahu saat ini KPUD sudah mengumumkan pasangan
calon peserta pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta?
25
Tidak tahu
100 35.7
80
60
40
64.3
20 Tahu
0
KPUD DKI sudah mengumumkan pasangan calon peserta pemilukada sekaligus dengan
nomor urutnya. Sebagian besar responden umumnya tahu tentang tahapan tersebut
(64%). Tetapi yang mengaku tidak tahu juga signifikan (36%), artinya sosialisasi
tentang tahapan pencalonan masih kurang.
26. Apakah tahu jumlah peserta pasangan calon dalam
pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada
tahun ini?
26
34.7
Menjawab
Benar
65.3
Menjawab Salah/
Tidak Tahu
Sebagian besar menjawab tahu KPUD telah mengumumkan pasangan calon
peserta pemilukada DKI, tetapi hanya sebagian yang bisa menjawab dengan
benar jumlah pasangan calon peserta pemilukada DKI secara benar (35%).
Sebagian besar lainnya tidak mengetahui secara benar jumlah peserta
pemilukada. Hingga kini KPUD belum mengumumkan pasangan calon dan
nomor urutnya secara luas. Padahal informasi tersebut penting segera
disebarluaskan KPUD sebagai bagian dari pendidikan pemilih.
27. 27
Siapa saja
pasangan calon
dan nomor
urutnya?
Bagaimana kami
bisa mengenali
mereka?
28. Apakah merasa tertarik mengikuti berbagai informasi
tentang tahapan pemilihan gubernur dan wakil gubernur
DKI Jakarta?
28
50 43.4
40 31.3
30
20.1
20
10 4.5
0.7
0
Sangat Tertarik Tertarik Biasa Saja Tidak Tertarik Sangat Tidak
Tertarik
Antusiasme warga Jakarta mengukuti berbagai informasi tentang tahapan pemiliukada berada
pada kategori ‘biasa saja’ (43%). Artinya sangat cair, bisa tertarik atau tidak tertarik. Hanya
sebagian kecil (4%) yang mengaku sangat tertarik. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa
pemilukada dianggap sebagai peristiwa yang rutin, teknis, sehingga tidak menarik diikuti
secara intens. Rasa ‘kepemilikan’ warga terhadap proses pemilukada termasuk rendah.
29. Penilaian terhadap kinerja KPUD DKI Jakarta dalam
melaksanakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta 2012?
29
45 41.3
40
35
29
30
25
20
17.4
15
8.9
10
5
2.3 1
0
Sangat baik Baik Biasa Saja Tidak Baik Sangat Tidak Tidak Tahu
Baik
Data tabel-tabel sebelumnya menunjukkan level pengetahuan dan antusiasme warga Jakarta
terhadap tahap pemilukada cenderung ‘biasa saja’ ke arah rendah. Temuan tersebut cenderung
konsisten dengan penilaian warga terhadap kinerja KPUD DKI hingga saat ini. Dominan jawaban
responden yang menilai kinerja KPUD DKI adalah ‘biasa saja’ (41%), dan baik (29%). Namun perlu
dicermati signifikannya yang menjawab ‘tidak tahu’ (17%) sebagai cerminan bahwa pemilih tidak
paham tugas penyelenggara pemilu.
30. Apakah yakin bahwa pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil
gubernur DKI Jakarta pada Juli mendatang akan memberikan
dampak bagi kondisi yang lebih baik bagi kehidupan Bapak/Ibu?
30
44.3
45 39.3
40
35 Tidak
30 yakin
Yakin
25
20
16.3
15
10
5 Tidak
0 tahu
Mengkonfirmasi dugaan bahwa pemilukada cenderung dianggap sebagai ‘ritual’ demokrasi
prosedural yang jauh dari harapan memberikan dampak bagi kehidupan yang lebih baik.
Sejumlah signifikan (44%) merasa tidak yakin dengan aspek substansi dari pemilukada yaitu
kondisi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Jika digabung dengan yang menjawab ‘tidak
tahu’, menunjukkan situasi ketiadaan hubungan antara prosedur pemilukada dengan realitas
kondisi masyarakat. Hal ini adalah catatan kritis bagi substansi demokrasi kita.
31. Apakah merasa optimis/yakin bahwa pemilihan gubernur dan
wakil gubernur DKI Jakarta 2012 ini akan menghasilkan pemimpin
yang mampu mengatasi berbagai permasalahan Jakarta?
31
49.1
50 40.4 Tidak
40 yakin
30 Yakin
20 10.6
10 Tidak
tahu
0
Keraguan warga berlanjut dengan signifikannya responden yang tidak yakin bahwa
pemilukada DKI tahun ini akan menghasilkan pemimpin yang bisa mengatasi
permasalahan kota Jakarta (49%). Walau signifikan pula yang menjawab yakin (40%).
32. Jumlah peserta pemilukada yang banyak (lebih dari dua
pasangan calon) akan menghasilkan keadaan yang lebih baik
bagi warga dan kota Jakarta
32
43.7
45
39
40
35
30 Tidak
25 yakin 17.3
20 Yakin
15 Tidak
10
tahu
5
0
Jumlah peserta pemilukada yang banyak (lebih dari dua pasangan calon) di DKI Jakarta
pada 2012 ini ternyata menurunkan keyakinan warga terhadap hasil yang lebih baik bagi
warga dan kota Jakarta. Hanya 39% yang yakin, sementara lebih banyak yang menjawab
tidak yakin atau ragu (44%). Makin banyak alternatif piliihan justru memunculkan keraguan
akan terciptanya hasil yang membawa kebaikan bagi kota Jakarta.
33. Adanya pasangan calon yang berasal dari jalur partai politik dan
jalur perseorangan akan menghasilkan keadaan yang lebih baik
bagi
warga dan kota Jakarta
33
Tidak tahu 22.9
Tidak yakin 36.5
Yakin 40.5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Adanya pasangan calon dari jalur perseorangan dan jalur partai politik cukup
memberikan keyakinan akan adanya kompetisi antarpasangan calon sehingga dapat
menghasilkan keadaan yang lebih baik bagi Jakarta. Sebagian (40%) merasa yakin.
Tetapi sebagian lainnya (36%) merasa tidak yakin perbedaan jalur pencalonan itu
akan memberi dampak positif bagi Jakarta yang lebih baik. Bahkan cukup signifikan
yang menjawab tidak tahu.
34. Kemampuan KPUD DKI saat ini dalam melaksanakan pemilukada
akan menghasilkan keadaan yang lebih baik bagi warga dan kota
Jakarta
34
Tidak tahu 23.6
Tidak yakin 33.8
Yakin 42.5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Cukup penting bahwa sebagian besar warga Jakarta merasa yakin dengan kemampuan KPUD dalam
menyelenggarakan pemilukada akan memberi dampak yang lebih baik (42%). Keyakinan ini
diperlukan sebagai modal sosial KPUD dalam menjalankan tugasnya karena ada sejumlah signifikan
(34%) yang merasa tidak yakin dengan kemampuan KPUD DKI. Sebagian lainnya menjawab tidak
tahu. Artinya ada dukungan terhadap KPUD namun sikap kritis diberikan oleh sebagian besar lainnya.
Signifikannya jumlah yang tidak tahu menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan antara warga
dengan aktivitas KPUD selama ini.
35. Kemampuan Panitia Pengawas Pemilukada DKI dalam
mengawasi pelaksanaan Pemiliukada akan menghasilkan
keadaan yang lebih baik bagi warga dan kota Jakarta
35
100% 24.5 Tidak tahu
80% 30.5 Tidak yakin
60%
40% 45.1 Yakin
20%
0%
Kondisi serupa juga ditujukan untuk Panwaslukada. Ada dukungan keyakinan dari sebagian
warga (45%) akan kiprah Panwaslukada dalam turut berpengaruh menghasilkan keadaan lebih
baik pasca pemilukada. Tetapi sisanya merasa tidak yakin (30%) dan tidak tahu (24%). Kondisi
ini bisa jadi memperberat kerja Panwaslukada dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk
turut mengawasi jalannya pemilukada.
36. Keterlibatan dan antusias masyarakat dalam pemilihan gubernur
dan wakil gubernur akan menghasilkan keadaan yang lebih baik
bagi
warga dan kota Jakarta
36
10.9 Tidak tahu
100% Tidak yakin
24.8
80%
60%
64.3 Yakin
40%
20%
0%
Dibandingkan pernyataan lainnya, keterlibatan dan antusiasme masyarakat Jakarta dalam pemilukada
diyakini sangat berpengaruh terhadap hasil yang lebih baik. Lebih dari separo warga yakin tentang hal
tersebut (64%). Ini merupakan kesepakatan penting untuk melibatkan suara warga dalam proses
pemilukada. Hanya keyakinan tentang antusiasme tersebut berbanding terbalik dengan realita yang
dirasakan warga. Misalnya mengacu data sebelumnya tentang rendahnya ketertarikan warga untuk
mengikuti informasi seputar pemilukada. Ditandai dengan ketidaktahuan warga terhadap beberapa
tahapan pemilukada yang telah dilalui.
37. Janji dan program yang ditawarkan oleh pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur peserta Pemilukada DKI akan
menghasilkan keadaan yang lebih baik bagi warga dan kota
Jakarta
37
Tidak tahu
12.2
100%
80% 61.5 Tidak yakin
60%
40%
26.3 Yakin
20%
0%
Responden cenderung tidak percaya pada janji/program kampanye pasangan calon akan menghasilkan
keadaan yang lebih baik (61%). Ini adalah keyakinan yang paling rendah (hanya 26% yang yakin). Kondisi
tersebut menunjukkan warga merasa apatis dengan janji/program kampanye para pasangan calon, padahal
program calon merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan pilihan agar menghasilkan keadaan
yang lebih baik. Sehingga muncul situasi kontradiksi bagi warga: pesimis jumlah calon banyak, ada optimisme
melihat variasi jalur pencalonan, tetapi tidak yakin dengan program pasangan calon bisa membawa keadaan
yang baik bagi kota Jakarta. Sementara warga merasa keterlibatannya akan memberi dampak positif namun
hal itu tidak terjadi pada tataran prakteknya. Gejala perilaku pemilih seperti apakah ini?
38. 38 Temuan Survei #2
MASALAH & USULAN PROGRAM
DARI WARGA UNTUK DKI
JAKARTA
39. Masalah-masalah yang harus
39
diselesaikan di DKI Jakarta
Kemacetan 26.02
Banjir 24.70
Kesejahteraan (Kemiskinan, Sembako mahal, BBM) 11.92
Keamanan (Curanmor,Premanisme,Genk Motor, Perkosaan) 7.22
Pendidikan (mahal,fasilitas) 5.90
Ketenagakerjaan (upah,pengangguran,lapangan kerja) 5.90
Lingkungan (Sampah,Air,Abrasi,Polusi,Emisi) 5.10
kesehatan 3.95
Transportasi Publik 2.46
Tata Ruang Kota (Pengaturan gedung, taman, pengaturan … 2.29
Birokrasi (Pelayanan,Korupsi) 2.01
Kependudukan 0.92
Lainnya 1.60
0 5 10 15 20 25 30
40. Masalah Paling Prioritas untuk Segera
Diselesaikan di DKI Jakarta
40
Kemacetan 29.41
Kesejahteraan (Kemiskinan, Daya beli) 17.14
Banjir 16.97
Ketenagakerjaan (upah,pengangguran,lapangan kerja) 8.91
Pendidikan (mahal,fasilitas) 8.57
kesehatan 5.04
Keamanan (Curanmor,Premanisme,Genk Motor, Perkosaan) 3.36
Birokrasi (Pelayanan,Korupsi) 2.35
Tata Ruang Kota (Pengaturan gedung, taman, pengaturan … 2.18
Lingkungan (Sampah,Air,Abrasi,Polusi,Emisi) 2.02
Transportasi Publik 1.18
Kependudukan 0.50
Lainnya 1.85
0 5 10 15 20 25 30
41. Masalah Utama yang harus diselesaikan
di tingkat Kecamatan
41
Keamanan (Curanmor,Premanisme,Genk Motor, Perkosaan) 24.91
Banjir 15.92
Lingkungan (Sampah,Air,Abrasi,Polusi,Emisi) 15.80
Kemacetan 13.84
Tata Ruang Kota (Pengaturan gedung, taman, pengaturan PKL, fasilitas … 5.88
Narkoba 5.19
Kesejahteraan (Kemiskinan, Sembako mahal, Daya beli) 4.73
kesehatan 3.23
Ketenagakerjaan (upah,pengangguran,lapangan kerja) 3.00
Birokrasi (Pelayanan,Korupsi) 2.31
Pendidikan (mahal,fasilitas) 1.61
Kependudukan 0.81
0 5 10 15 20 25
42. Masalah Lingkup Jakarta vs
Kecamatan
42
Level Level
Jakarta Kecamatan
Kemacetan Keamanan
Kesejahteraan Banjir
Banjir Lingkungan
43. Peringkat Solusi Program
43
Warga
Regulasi Pembatasan Kendaraan (termasuk pengaturan pajak) 13.61
Pembukaan Lapangan Kerja 10.92
Bantuan Pendidikan dan Sekolah Gratis 8.74
Pembersihan Sungai / saluran air 8.57
Jaminan Kesehatan 5.21
Perbaikan / penambahan transportasi umum (Busway, krl, bus) 4.71
Pembangunan sarana jalan 4.54
Pengaturan Subsudi / Pengaturan harga sembako 3.87
Pengaturan dan Penataan lingkungan (Tata Kota) 3.03
Pengaturan / Penertiban Lalu Lintas 2.69
Penegakkan Hukum 2.35
Membuat / membangun infrastruktur 2.18
Peningkatan Peran Polisi 1.68
Jaminan Sosial 1.68
MRT (Mass Rapid Transport) 1.68
Pengelolaan / Pengolahan Sampah 1.51
Menaikkan Upah 1.18
Perlindungan terhadap pedagang kecil 0.84
Membangun Rusun 0.17
Penertiban Penduduk 0.17
Lainnya 19.66
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
44. Solusi Program dari Warga
44
berdasarkan Masalah Prioritas
Kemacetan
Regulasi
Perbaikan /
Pembatasan
penambahan
Kendaraan Pembangunan
transportasi
(termasuk sarana jalan
umum
pengaturan
(Busway, krl, bus)
pajak)
45. Solusi Program dari Warga
45
berdasarkan Masalah Prioritas
Kesejahteraan
Pengaturan
Pembukaan Subsudi /
Jaminan
Lapangan Pengaturan
Kesehatan
Kerja harga
sembako
46. Solusi Program dari Warga
46
berdasarkan Masalah Prioritas
Banjir
Pengaturan
Pembersihan dan Pengelolaan
Sungai / Penataan / Pengolahan
saluran air lingkungan Sampah
(Tata Kota)
47. Solusi Program dari Warga
47
berdasarkan Masalah Prioritas
Ketenagakerjaan
Perlindungan
Pembukaan
Menaikkan terhadap
Lapangan
Upah pedagang
Kerja
kecil
48. Solusi Program dari Warga
48
berdasarkan Masalah Prioritas
Pendidikan dan Kesehatan
Jaminan
Bantuan Kesehatan
Pendidikan dan
Sekolah Gratis Dan pengobatan
gratis
49. Solusi Program dari Warga
49
berdasarkan Masalah Prioritas
Keamanan
Penegakkan Peningkatan
Siskamling
Hukum Peran Polisi
50. Jakarta (tidak) Nyaman dan
50
Aman
Ada lima masalah paling prioritas yang harus
diselesaikan Gubernur terpilih, baik yang dirasakan
warga di level kota Jakarta maupun di sekitar tempat
tinggalnya (kecamatan). Yaitu:
Kemacetan, Kesejahteraan, Banjir, Keamanan, dan
Lingkungan.
Di sekitar lingkungan, warga merasakan masalah
keamanan sangat krusial, seperti
pencurian, perampokkan, narkoba, perkelahian
kelompok pemuda, hingga perkosaan.
Berdasarkan kondisi tersebut, program calon
gubernur (mestinya) tidak hanya terpaku pada isu
kota, juga mencakup lingkungan tempat tinggal agar
warga Jakarta dapat hidup nyaman dan aman.
51. 51 Temuan Survei #3
PARTISIPASI DALAM PEMILUKADA
52. Apakah bersedia meluangkan
waktu untuk datang ke TPS dan
52 memilih ?
94.5
100
90
80
Bersedia
70
60
50
40
30
20
1.7 3.9
10 Tidak tahu
Tidak
0
bersedia
Mayoritas bersedia untuk datang ke TPS dan memilih (94%). Artinya kesediaan pemilih
sangat tinggi untuk memililih. Bisa diduga bahwa warga melihat fokus keterlibatannya
adalah pada saat memberikan suara. Dan cenderung ‘mengabaikan’ keterlibatannya
pada tahap seperti pendaftaran pemilih dan kampanye. Sebagian kecil menyatakan
pasti tdak bersedia memilih dan tidak tahu.
53. Apakah Program yang dikampanyekan pasangan
calon akan menjadi pertimbangan dalam memilih
Gubernur DKI?
53
YA
(66.9) TIDAK
(33.1)
Ketika ditanyakan apakah program yang dikampanyekan pasangan calaon akan menjadi pertimbangan
dalam memilih calon gubernur, sebagian besar menyatakan YA (66.9). Tetapi signifikan pula (33.1) yang
tidak menganggap program sebagai pertimbangan yang penting. Informasi tabel tersebut
menunjukkan adanya ‘faktor’ lain yang turut menentukan pilihan, ditandai dengan sejumlah signifikan
(33%) yang menganggap bahwa program kampanye tidak menjadi pertimbangannya dalam memilih.
54. Dalam Pemilukada, apa yang menjadi
pertimbangan dalam memilih pasangan
54
calon?
60
73.6
50
40 Non Program
30
20 26.4
10
Program
0
Ketika pertanyaan diarahkan pada pertimbangan dalam memilih pasangan
calon, ternyata mayoritas menekankan pada faktor non program, seperti
unsur-unsur primordial dan figur. Di sisi lain, masih signifikan yang konsisten
pada isu program yang ditawarkan (26.4%).
55. Dari yang sudah punya pilihan, apa yang
menjadi pertimbangan memilih pasangan
55
calon?
Pertimbangan Pertimbangan
Non Program Program
(66.5%) (33.4%)
Ketika responden yang saat ini sudah punya pilihan ditanyakan tentang
apa yang menjadi pertimbangan memilih calon, umumnya
mempertimbangkan faktor figur dan kedekatan emosi secara primordial
(66%) ketimbang program (33%).
56. Adakah pasangan calon yang memiliki
kemampuan mengatasi berbagai permasalahan
di DKI Jakarta? 42.7
Tidak tahu/belum memutuskan
8.2
Tidak ada yang mampu
3.4
Rahasia
45.7
Ada yang mampu 19,6 16,1 4,7 3,2 1,8 0,3
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
56
57. 42.7% Belum Memutuskan
57
Pilihan
Kompetisi antarpasangan calon tampaknya masih ketat.
Sebagian warga (46%) melihat ada pasangan calon yang
memiliki kemampuan mengatasi berbagai permasalahan di
Jakarta.
Sebagian kecil (8%) dengan tegas menyatakan tidak ada
pasangan calon yang mampu atasi masalah Jakarta.
Tetapi sebagian besar lainnya menjawab „tidak tahu‟ atau
belum memutuskan apakah pasangan calon yang berlaga
sekarang ini mampu atau tidak mengatasi masalah Jakarta.
Hal ini bisa ditafsirkan bahwa sebagian (46%) warga sudah
menentukan pilihan, tetapi sebagian besar lainnya masih
belum menentukan pilihan (42.7%).
Masa kampanye yang dimulai 24 Juni bisa jadi menjadi ajang
bagi warga Jakarta untuk melihat kapabilitas calon mengatasi
masalah kota Jakarta.
58. Apakah akan terlibat dalam kampanye pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur di wilayah DKI Jakarta
pada masa kampanye?
58
13.4% 74.9% 11.7%
• Akan terlibat • Tidak akan • Belum
dalam terlibat memutuskan
kampanye dalam
kampanye
Warga merasa tidak antusias terlibat dalam kampanye pasangan calon yang resminya
dimulai pada 24 Juni. Mayoritas mengatakan tidak akan terlibat dalam kampanye
(75%). Hanya sebagian kecail (13%) yang mengaku akan terlibat, dan sebagian
lainnya (12%) yang belum memutuskan. Mengapa hal ini terjadi?
59. Apakah pernah ditawari uang atau imbalan lainnya untuk
memilih calon atau partai politik tertentu dalam pemilu-
pemilu sebelumnya?
59
4 Tidak tahu
Tidak pernah 85.8
10.2
Pernah
0 20 40 60 80 100
Pengalaman warga terhadap politik uang pada pemilu-pemilu sebelumnya
tampaknya tidak menonjol. Mayoritas mengaku tidak pernah ditawari hadiah
berupa uang atau imbalan lainnya untuk memilih (85%). Namun ada
sejumlah responden (10%) yang mengaku pernah ditawari imbalan
menandakan praktek politik uang adalah realita
60. Apakah akan ada pihak yang menawarkan imbalan uang
atau lainnya untuk memilih pasangan calon menjelang hari
pemilihan Gubernur DKI nanti?
60
Sebagian besar (41%)
Ada (40.7%) merasa dalam pemilukada
DKI ini akan ada pihak yang
menawarkan imbalan untuk
mempengaruhi pemilih
dalam menentukan pilihan.
Tidak ada Sebagian lainnya secara
pasti mengatakan tidak ada
(33.2%) (33%), tetapi sebgaian
lainnya mengatakan tidak
tahu (26%). Artinya patut
diduga potensi politik uang
Tidak tahu dalam pemilukada DKI akan
tinggi.
(26.1%)
61. Apakah yakin pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta pada Juli mendatang akan berlangsung
jujur, terbuka, adil,
61
dan tanpa korupsi?
60%
50%
40%
30% 55%
20% 34%
10% 11%
0%
Yakin Tidak yakin Tidak tahu
Potensi dugaan tingginya politik uang berkorelasi dengan tingginya
ketidakyakinan warga bahwa pemilukada DKI akan berlangsung
jujur, terbuka, dan tanpa korupsi. Sebagian besar (55%) menyatakan
ketidakyakinan tersebut.
62. Ada/tidak Calon yang Mampu versus Yakin/tidak
Pemilukada DKI jujur dan tanpa korupsi
Ada yang Tidak Ada Belum tahu
Mampu yang Mampu • 32% yakin
• 40% yakin • 18% yakin • 52% tidak yakin
• 54% tidak yakin • 71% tidak yakin • 16% tidak tahu
• 6% tidak tahu • 10% tidak tahu
63. 63
Kesimpulan &
Rekomendasi
Lemahnya Pengaruh Sosialisasi Pemilukada di kalangan
Pemilih
Pendaftaran Pemilih yang Belum Informatif bagi
Pemilih Kecurangan di Pemilukada
Potensi
Masalah Antusiasme dan Optimisme terhadap
Dampak Positif Pemilukada dan hasil-hasilnya
Hasil Pemilukada yang Baik diyakini berasal dari
antusiasme warga
Masalah pemilih ‘cerdas’
Masalah Program-Solusi dari Warga
64. #1. Lemahnya Pengaruh Sosialisasi Pemilukada
di kalangan Pemilih
64
Masih sangat besar prosentase yang tidak mengetahui secara
tepat jadwal pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur (57,9%).
Sumber informasi sosialisasi terbesar berasal dari Televisi
(52,8%) tetapi tidak cukup banyak sosialisasi KPUD tentang
proses dan tahapan Pemilukada dalam bentuk iklan layanan
masyarakat.
Hanya 25% yang mendapat informasi dari Baliho/Spanduk
KPUD. Masih sedikit yang mengkonsumsi informasi terkait
Pemilukada melalui media lain baik Brosur (18,3%) Koran
(17%), Internet (3,1%), dan majalah (1,5%).
Cukup besar prosentase (64%) yang belum tahu pengumuman
pasangan peserta pemilukada. Sementara itu 65% tidak tepat
mengetahui jumlah pasangan calon.
Mencerminkan masih lemah pula kinerja KPUD mengoptimalkan
sosialisasi kepada pemilih. Warga pemilih di DKI tampaknya
pasif mengakses informasi terkait tahapan,peserta, dan jadwal
Pemilukada.
65. #2. Pendaftaran Pemilih yang Belum Informatif
bagi Pemilih
65
Daftar Pemilih telah diumumkan KPUD tetapi masih lebih dari
setengah (57%) belum tahu.
Mayoritas (80%) mengaku tahu sudah terdaftar, tapi masih
ada (12,4% ) yang tidak tahu sudah terdaftar.
Dari yang mengaku belum terdaftar, hanya 45% yang ingin
mengurus agar terdaftar. Sementara dari yang belum tahu
apakah sudah terdaftar, 59% ingin memastikan kembali
apakah sudah terdaftar.
Masalah pendaftaran pemilih penting karena dapat mengurangi
hak mereka yang seharusnya dapat memilih di Pemilukada.
Sementara warga pun tidak terlalu antusias mencari informasi
terkait status apakah sudah terdaftar.
66. #3. Potensi Kecurangan di Pemilukada
66
Persepsi warga cenderung skeptis dengan
praktek pemberian imbalan yang diakui
sebagai realitas dari pengalaman pemilu-
pemilu terdahulu.
Cukup kuat persepsi responden (55%) yang
cenderung pesimis Pemilukada ini akan minim
kecurangan dan korupsi.
Bahkan 40,7% yakin akan ada praktek
pembagian imbalan untuk memilih para
kandidat menjelang hari pemilihan.
67. #4. Masalah Antusiasme dan Optimisme
terhadap Dampak Positif Pemilukada dan hasil-
67
hasilnya
Tidak besarnya optimisme (39,3%) bahwa pemilukada 2012 ini
akan membawa perubahan kondisi yang lebih baik bagi kehidupan
warga Jakarta.
Sangat besar ketidakpercayaan terhadap janji/program kampanye
kandidat (61,5%) bila dibandingkan hanya 26,3% yang optimis
janji/program kandidat akan membawa hasil perubahan kondisi
warga.
Hanya 40% yang yakin adanya banyak kandidat akan mendorong
kompetisi yang mungkin menghasilkan keadaan lebih baik. Hanya
ada 40,4% yang yakin bahwa pemilukada ini akan menghasilkan
pemimpin yang mampu mengatasi masalah-masalah Jakarta.
Kapasitas KPUD cukup dipercaya membantu hasil pemilukada
yang baik menurut mayoritas warga (42,5%) Masalahnya cukup
besar juga prosentase mereka yang tidak tahu soal kemampuan
KPUD (23,6%). Kondisi serupa tercermin pada persepsi atas
Panwaslu yang diyakini 45,1% responden mempengaruhi hasil
pemilukada yang baik. Tapi juga cukup besar yang tidak tahu soal
Panwaslu (24,5%).
68. #5. Hasil Pemilukada yang Baik diyakini
berasal dari antusiasme warga
68
Opini tentang arti penting sikap antusias warga ternyata tidak
otomatis dapat menggerakkan partisipasi aktif warga dalam
proses Pemilukada kali ini.
Partisipasi pada hari pencoblosan diharapkan tinggi, bila
didasari temuan 94,5% pemilih bersedia akan datang ke TPS
pada hari pemilihan.
Akan tetapi bentuk partisipasi sebelum hari pemilihan masih
mengkhawatirkan.
Mayoritas warga bersikap “biasa saja” (43,4%) untuk
mengikuti berbagai informasi tentang tahapan Pemilukada.
Prosentase yang besar ini tambah mengkhawatirkan bila
digabungkan dengan 20,1% yang tidak tertarik dan 0,7%
yang sangat tidak tertarik. Hanya 4,5% yang sangat
tertarik.
Mayoritas warga menyatakan tidak akan terlibat (74,8%)
dalam kegiatan para kandidat di masa kampanye yang
dimulai 24 Juni.
69. #6. Masalah pemilih ‘cerdas’
69
Antusiasme yang cenderung rendah terhadap janji/program
kandidat dan juga rendahnya keinginan berpartisipasi dalam
tahapan kampanye kandidat mencerminkan pasifnya warga DKI
merespon kontestasi pemilihan kepala daerahnya.
Tinggal sebulan lagi pemilihan dilaksanakan, mayoritas mengaku
belum memutuskan siapa pilihan mereka (42,7%) dan 8,2% lainnya
menganggap semua kandidat tidak mampu mengatasi masalah
DKI.
Kebingungan warga tercermin dari fakta yang di satu sisi mayoritas
responden (66,9%) mengaku program kandidat sebagai
pertimbangan mereka memilih Gubernur DKI. Dari mereka yang
mengaku akan memilih ternyata 73,6% responden menetapkan
faktor-faktor non program sebagai patokan menentukan pilihan
kandidat. Lebih jauh lagi ketika diukur pada mereka yang sudah
tahu dan menetapkan kandidat yang akan mereka
pilih, pertimbangan mayoritas (66.9%) bukan karena program si
kandidat tersebut.
70. Lanjutan
70
Responden yang menganggap ada pasangan calon yang
memiliki kemampuan mengatasi permasalahan DKI baru
45,7% dari total responden. Dimana sebulan sebelum
pemilukada ternyata calon yang dianggap mampu oleh
responden untuk memimpin Jakarta masih memiliki
perbedaan persentase yang saling terkait ketat di antara
beberapa kandidat (temuan preferensi responden terhadap
kandidat yang dianggap mampu mengatasi masalah
DKI, bukan berdasar nomor urut: 19,6%-16,1%-4,7%-3,2%-
1,8%-0,3%).
Kondisi pemilih yang mayoritas belum menentukan pilihan
tampaknya terkait erat dengan kuatnya hubungan antara
mereka yang belum tahu siapa yang haus dipilih dengan
tidak yakinnya pemilu akan berlangsung jujur dan adil (52%).
Bahkan di antara mereka yang menganggap ada kandidat
yang mampu ternyata 54% responden pun tidak yakin pemilu
akan berlangsung jujur dan adil.
71. #7. Masalah Program-Solusi dari Warga
71
Sebagai kelanjutan dari jajak pendapat
terdahulu, semakin diketahui bahwa Warga DKI
mengetahui masalah yang mereka anggap sebagai
prioritas dan juga solusi apa yang harus diterapkan.
Ada lima masalah dan solusi warga:
Kemacetan, kesejahteraan, banjir, ketenagakerjaan, d
an pendidikan dan kesehatan.
Secara umum pola masalah dan solusi yang diajukan
warga menunjukkan keperluan peran pemerintah kota
hasil Pemilukada yang lebih kuat melakukan
perlindungan sosial dan penataan, serta intervensi
memperkuat kepentingan publik yang sudah menjadi
masalah kronis – seperti kemacetan dan banjir.
72. REKOMENDASI
72
1. Peningkatan Kualitas Pemilukada DKI 2012
semakin mendesak memerlukan partisipasi
intensif dari 3 unsur yang vital dalam
Pemilukada: Masyarakat – Penyelenggara dan
Pengawas Pemilukada – Para Pasangan Calon.
2. Warga DKI yang sadar akan berat dan
kompleksnya masalah kotanya masih terlalu
PASIF untuk mendorong pemilukada yang lebih
membangkitkan harapan hasil perubahan
kondisi DKI yang lebih baik. Masyarakat dalam
artian lebih luas, termasuk media massa, harus
lebih berupaya keras mendorong warga untuk
mengenali pilihan program dan kandidat di sisa
waktu menjelang hari pelaksanaan pemilihan.
73. REKOMENDASI
73
3. KPUD harus meningkatkan kinerja sosialisasi Pemilukada
kepada warga DKI. Masih besarnya warga yang tidak
mengetahui dengan baik jadwal dan tahapan pemilukada
dapat berakibat partisipasi yang rendah walaupun
bermodalkan antusiasme yang besar di kalangan warga
secara umum.
4. Pengawasan pemilukada juga harus ditingkatkan karena
mayoritas warga yakin mereka akan melihat money politics
(pemberian imbalan untuk memilih kandidat tertentu di hari
pemilihan).
5. Para kandidat harus mengoptimalkan perjuangan mereka
untuk memperjuangkan Jakarta yang lebih baik dengan
berupaya lebih keras lagi mendekatkan warga dengan
program-program dan masalah-masalah yang dirasakan
warga. Besarnya prosentase pemilih yang belum menentukan
pilihannya adalah sinyalemen warga kesulitan memilih secara
cerdas Gubernur yang mereka yakini dapat memecahkan
masalah kota Jakarta.
74. GEDUNG B, LANTAI 2, KAMPUS FISIP UI
74
DEPOK
TIM PENELITI: Sri Budi Eko Wardani, Irwansyah, Dirga Ardiansa
Muhammad Ridha, Rintis, Budi Prabowo