SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
SALINAN
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 33 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN FASILITASI PENGADUAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI,
Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya penyampaian aspirasi pengaduan
masyarakat kepada pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
sehingga perlu dilakukan pengaturan;
b. bahwa penyampaian aspirasi dan pendapat di muka umum merupakan
wujud kontrol terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan, sehingga perlu mendapat
penanganan secara baik, terpadu dan terkoordinasi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Pedoman Fasilitasi Pengaduan Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri
dan Pemerintahan Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3789);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
2
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899);
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3866);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 317) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 168);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN FASILITASI
PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN
PEMERINTAHAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3
2. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri.
4. Komponen di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri adalah komponen
yang terdiri dari Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa
dan Politik, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Direktorat Jenderal
Otonomi Daerah, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Direktorat Jenderal
Keuangan Daerah, Inspektorat Jenderal, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Badan Pendidikan dan Pelatihan, dan Institut
Pemerintahan Dalam Negeri.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
lembaga perwakilan daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan
kerja perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota.
7. Fasilitasi Pengaduan adalah proses kegiatan yang meliputi penerimaan,
pencatatan, penyaluran, koordinasi, konfirmasi, klarifikasi, pelaporan,
tindak lanjut dan pendokumentasian.
8. Pengaduan adalah penyampaian keluhan oleh individu, masyarakat,
lembaga dan organisasi kepada pemerintah sehubungan dengan adanya
pelayanan atau perlakuan kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
9. Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara demonstratif di muka umum.
10. Di muka umum adalah di hadapan orang banyak, atau orang lain termasuk
juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.
11. Delegasi atau perwakilan adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mewakili atau diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menyampaikan
keluhan kepada Menteri Dalam Negeri, gubernur, bupati/walikota
sehubungan dengan adanya pelayanan atau perlakuan pemerintah yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan cara
mengadakan pertemuan atau mendatangi secara langsung
lembaga/kementerian/kantor pemerintahan provinsi, kabupaten/kota.
BAB II
4
PENGADUAN MASYARAKAT
Pasal 2
Pengaduan masyarakat terdiri atas:
a. pengaduan langsung; dan
b. pengaduan tidak langsung.
Pasal 3
Pengaduan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri dan/atau pemerintahan
daerah melalui:
a. unjuk rasa atau demonstrasi; dan
b. delegasi atau perwakilan.
Pasal 4
Pengaduan tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri dan/atau pemerintahan
daerah melalui sarana:
a. pos surat;
b. PO. BOX;
c. telepon;
d. faksimili;
e. website;
f. media cetak; dan
g. media penyiaran.
Pasal 5
Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagai badan publik
melaksanakan pengelolaan pengaduan masyarakat.
BAB III
MEKANISME FASILITASI PENGADUAN
5
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat
Penerangan dan pemerintahan daerah dalam melakukan fasilitasi pengaduan
sesuai tahapan fasilitasi.
Pasal 7
Tahapan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdiri atas:
a. fasilitasi pengaduan langsung; dan
b. fasilitasi pengaduan tidak langsung.
Pasal 8
Tahapan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 paling sedikit
memuat :
a. penatausahaan;
b. fasilitasi;
c. penerimaan; dan
d. pemantauan tindaklanjut.
Bagian Kedua
Penatausahaan
Pasal 9
Penatausahaan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a
dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung.
Pasal 10
Penatausahaan fasilitasi pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung
di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah paling
sedikit memuat:
a. pencatatan;
b. perumusan;
c. penyaluran; dan
d. pendokumentasian.
6
Pasal 11
(1) Pencatatan pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
meliputi data pengaduan, data pelapor, data terlapor, lokasi kasus dan
materi pengaduan.
(2) Pencatatan pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf a meliputi data pengaduan, data pelapor, data terlapor, lokasi kasus
dan materi pengaduan.
Pasal 12
(1) Perumusan pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf b dilakukan untuk mengkategorikan materi pengaduan sesuai
dengan substansi permasalahannya.
(2) Hasil perumusan pengaduan langsung dan perumusan pengaduan tidak
langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilanjutkan kepada komponen di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri, pemerintahan daerah, dan/atau instansi sesuai dengan
kewenangan, tugas dan fungsinya.
(3) Hasil perumusan pengaduan langsung dan perumusan pengaduan tidak
langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diteruskan kepada SKPD di lingkungan pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, dan instansi terkait sesuai dengan kewenangan, tugas
dan fungsinya.
Pasal 13
(1) Penyaluran pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c
dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung.
(2) Penyaluran pengaduan langsung dan penyaluran pengaduan tidak
langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada komponen di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri, pemerintahan daerah dan instansi terkait berdasarkan
substansi pengaduan.
(3) Penyaluran pengaduan langsung dan penyaluran pengaduan tidak
langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada SKPD di lingkungan pemerintah provinsi,
7
kabupaten/kota, dan instansi terkait berdasarkan substansi pengaduan.
[
Pasal 14
(1) Pendokumentasian pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf d dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak
langsung.
(2) Pendokumentasian pengaduan langsung di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi penataan, pemotretan, perekaman dan penyimpanan dokumen.
(3) Pendokumentasian pengaduan tidak langsung di lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi penataan, inventarisasi dan penyimpanan
dokumen.
Bagian Ketiga
Fasilitasi Pengaduan
Paragraf 1
Fasilitasi Pengaduan Langsung
Pasal 15
(1) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh Kepala
Pusat Penerangan.
(2) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh pimpinan
SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan
masyarakat.
(3) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap unjuk rasa atau
demonstrasi dilakukan oleh Kepala Pusat Penerangan berkoordinasi
dengan Satuan Keamanan Dalam dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
8
(4) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap unjuk rasa atau
demonstrasi dilakukan oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan
fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat berkoordinasi dengan
Satuan Polisi Pamong Praja dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Paragraf 2
Fasilitasi Pengaduan Tidak Langsung
Pasal 16
(1) Fasilitasi pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh
Kepala Pusat Penerangan.
(2) Fasilitasi pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh pimpinan
SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan
masyarakat.
Pasal 17
(1) Pimpinan komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang
menerima pengaduan tidak langsung harus menginformasikan hasil tindak
lanjut penanganannya kepada Sekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat
Penerangan.
(2) Hasil tindak lanjut penanganan pengaduan tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan dikompilasi dengan hasil tindak lanjut
pengaduan yang lain, selanjutnya dilaporkan Kepala Pusat Penerangan
kepada Menteri Dalam Negeri.
Pasal 18
(1) Pimpinan SKPD atau unit kerja yang menerima pengaduan tidak langsung
menginformasikan hasil penanganannya kepada sekretaris daerah melalui
SKPD yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat.
(2) Pimpinan SKPD di lingkungan pemerintahan daerah yang menerima
pengaduan tidak langsung harus menginformasikan hasil tindak lanjut
penanganannya kepada sekretaris daerah melalui SKPD atau unit kerja
yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat.
(3) Hasil tindak lanjut penanganan pengaduan tidak langsung sebagaimana
9
dimaksud pada ayat (1) akan dikompilasi dengan hasil tindak lanjut
pengaduan yang lain, selanjutnya dilaporkan pimpinan SKPD atau unit
kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat
kepada gubernur, bupati/walikota.
( Bagian Keempat
Penerimaan Pengaduan
Paragraf 1
Penerimaan Pengaduan Langsung
Pasal 19
(1) Penerimaan pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c dilaksanakan diruang rapat,
dipimpin oleh Kepala Pusat Penerangan.
(2) Dalam menerima pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Kepala Pusat Penerangan berkoordinasi dengan komponen di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri, instansi dan/atau unit kerja terkait
dengan substansi pengaduan.
(3) Penerimaan pengaduan langsung di lingkungan pemerintahan daerah
dilaksanakan diruang rapat, dipimpin oleh pimpinan SKPD atau unit kerja
yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat.
(4) Dalam menerima pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan
masyarakat berkoordinasi dengan SKPD, instansi atau unit kerja terkait
dengan substansi pengaduan.
(5) Pejabat yang menerima pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (4), merupakan pejabat yang mempunyai kompetensi
untuk memberikan tanggapan dan informasi atas permasalahan yang
disampaikan oleh pengadu.
(6) Hasil penerimaan pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaporkan kepada pimpinan komponen masing-masing.
(7) Hasil penerimaan pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dilaporkan kepada pimpinan SKPD masing-masing
Paragraf 2
Penerimaan Pengaduan Tidak Langsung
Pasal 20
(1) Penerimaan pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c difasilitasi oleh
Kepala Pusat Penerangan, dan dilakukan verifikasi dan telaahan isi laporan
pengaduan.
10
(2) Hasil verifikasi dan telaahan substansi pengaduan di lingkungan
Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri,
pemerintahan daerah, dan/atau instansi terkait sesuai dengan
kewenangan, tugas dan fungsinya, guna mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
(3) Penerimaan pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan
daerah difasilitasi oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan
fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat, dan dilakukan verifikasi
dan telaahan isi laporan pengaduan.
(4) Hasil verifikasi dan telaahan substansi pengaduan tidak langsung di
lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan kepada SKPD di lingkungan pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, dan/atau instansi terkait sesuai dengan kewenangan,
tugas dan fungsinya, guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pasal 21
(1) Setiap komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang menerima
berkas pengaduan tidak langsung apabila tidak sesuai dengan tugas dan
fungsinya, harus menyampaikan berkas pengaduan kepada Kepala Pusat
Penerangan untuk diteruskan kepada komponen yang berwenang, sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(2) Setiap SKPD atau unit kerja di lingkungan pemerintahan daerah yang
menerima berkas pengaduan tidak langsung apabila tidak sesuai dengan
tugas dan fungsinya, harus menyampaikan berkas pengaduan kepada
pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi
pengaduan masyarakat untuk diteruskan kepada SKPD yang berwenang,
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bagian Kelima
Pemantauan Tindak Lanjut
Pasal 22
(1) Pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
d dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk tim
fasilitasi pengaduan yang bertugas memantau hasil tindak lanjut
pengaduan masyarakat.
(3) Hasil pemantauan tindak lanjut pengaduan yang dilaksanakan oleh tim
fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dilaporkan
11
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Kepala Pusat Penerangan.
(4) Hasil tindak lanjut pengaduan yang dilaksanakan oleh tim fasilitasi
pengaduan di lingkungan pemerintah provinsi dilaporkan kepada gubernur.
(5) Hasil pemantauan tindak lanjut pengaduan yang dilaksanakan oleh tim
fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dilaporkan
kepada bupati/walikota.
BAB IV
TIM FASILITASI PENGADUAN
Pasal 23
(1) Untuk mendukung kelancaran fasilitasi pengaduan langsung dan tidak
langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dibentuk tim fasilitasi
pengaduan Kementerian Dalam Negeri.
(2) Untuk mendukung kelancaran fasilitasi pengaduan langsung dan tidak
langsung di lingkungan pemerintah provinsi dibentuk tim fasilitasi
pengaduan provinsi.
(3) Untuk mendukung kelancaran fasilitasi pengaduan langsung dan tidak
langsung di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dibentuk tim fasilitasi
pengaduan kabupaten/kota.
Pasal 24
(1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dikoordinasikan oleh
Sekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat Penerangan yang
keanggotaannya terdiri dari pejabat/staf di lingkungan Pusat Penerangan,
komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan instansi terkait.
(2) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dikoordinasikan oleh
sekretaris daerah provinsi melalui SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi
menangani pengaduan masyarakat yang keanggotaannya terdiri dari
pejabat/ staf di lingkungan sekretariat daerah provinsi, SKPD dan instansi
terkait.
(3) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) dikoordinasikan oleh
sekretaris daerah kabupaten/kota melalui SKPD yang mempunyai tugas
dan fungsi menangani pengaduan masyarakat yang keanggotaannya terdiri
dari pejabat/staf di lingkungan sekretariat daerah kabupaten/kota, SKPD
dan instansi terkait.
12
Pasal 25
(1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Menteri Dalam Negeri.
(2) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) ditetapkan dengan
keputusan gubernur.
(3) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) ditetapkan dengan
keputusan bupati/walikota.
Pasal 26
Tim fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dengan susunan keanggotaan
:
a. Pengarah
b. Penanggung jawab
c. Ketua
d. Wakil Ketua
e. Sekretaris
f. Anggota
:
:
:
:
:
Sekretaris Jenderal
Kepala Pusat penerangan
Kepala Bidang Fasilitasi Pengaduan
Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan Pusat
Penerangan
Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan Pusat
Penerangan
Pejabat atau Staf di lingkungan Sekretariat
Jenderal, lintas komponen di lingkungan
Kementerian dalam Negeri, dan instansi terkait.
Pasal 27
Tim fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintah Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2), dengan susunan keanggotaan :
a. Pengarah
b. Penanggung
:
:
Gubernur
Sekretaris daerah provinsi
13
jawab
c. Ketua
d. Wakil Ketua
e. Sekretaris
f. Anggota
:
:
:
Pimpinan SKPD di lingkungan pemerintah provinsi
yang tugas dan fungsinya memfasilitasi
pengaduan masyarakat.
Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan SKPD
provinsi
Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan SKPD
provinsi
Pejabat atau staf di lingkungan SKPD provinsi.
Pasal 28
Tim fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), dengan susunan
keanggotaan :
a. Pengarah
b. Penanggung jawab
c. Ketua
d. Wakil Ketua
e. Sekretaris
f. Anggota
:
:
:
:
:
Bupati/ Walikota
Sekretaris daerah kabupaten/kota
Pimpinan SKPD di lingkungan pemerintah
kabupaten/kota yang tugas dan fungsinya
memfasilitasi pengaduan masyarakat.
Pejabat eselon III atau IV di lingkungan SKPD
kabupaten/kota
Pejabat eselon III atau IV di lingkungan SKPD
kabupaten/kota
Pejabat atau staf di lingkungan SKPD
kabupaten/kota.
BAB V
PELAPORAN
Pasal 29
(1) Kepala Pusat Penerangan melaporkan pelaksanaan pengelolaan
pengaduan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri kepada Menteri
Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal.
(2) Gubernur melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan di lingkungan
pemerintahan provinsi kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris
Jenderal.
(3) Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan di
lingkungan pemerintahan kabupaten/kota kepada gubernur.
14
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu
bila diperlukan.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
(1) Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal melakukan pembinaan
dan pengawasan pengelolaan pengaduan di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan pemerintahan provinsi.
(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan
pengaduan di lingkungan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
(3) Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan
pengaduan di lingkungan pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 31
(1) Pembinaan dan pengawasan pengelolaan pengaduan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) meliputi,
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta
pemberian pedoman.
(2) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mencakup penyusunan peraturan fasilitasi pengaduan
masyarakat, pelaksanaan, penatausahaan, pemantauan dan evaluasi, dan
tindak lanjut fasilitasi pengaduan masyarakat serta kelembagaan
pengelolaan pengaduan masyarakat yang dilaksanakan secara berkala
dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh kepada seluruh daerah
maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pemberian pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara berkala bagi pengelola pengaduan masyarakat di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah.
(4) Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
penyusunan peraturan fasilitasi pengaduan masyarakat, pelaksanaan,
penatausahaan, pemantauan dan evaluasi, dan tindak lanjut.
15
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 32
Pendanaan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dibebankan pada
Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
provinsi dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kabupaten/kota.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi pengaduan di lingkungan
pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota diatur dengan peraturan kepala
daerah.
Pasal 34
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Agustus 2011
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
GAMAWAN FAUZI
Diundangkan di Jakarta
16
pada tanggal 10 Agustus 2011
MENTERI HUKUM DAN HAM
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 484

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

1. hak atas informasi publik
1. hak atas informasi publik1. hak atas informasi publik
1. hak atas informasi publik~ gustulang
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikLBH Masyarakat
 
BAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSN
BAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSNBAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSN
BAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSNBadan Standardisasi Nasional, BSN
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...infomagetan
 
Praktik pengelolaan informasi publik
Praktik pengelolaan informasi publikPraktik pengelolaan informasi publik
Praktik pengelolaan informasi publikrsd kol abundjani
 
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...Penataan Ruang
 
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikUu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikRaden Andriansyah Sastradjumena
 
Uu keterbukaan informasi publik1
Uu keterbukaan informasi publik1Uu keterbukaan informasi publik1
Uu keterbukaan informasi publik1123admin
 
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikPenataan Ruang
 
Online training Hak Atas Informasi
Online training  Hak Atas InformasiOnline training  Hak Atas Informasi
Online training Hak Atas Informasi~ gustulang
 
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publikUu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publikNandang Sukmara
 
UU Keterbukaan Informasi Publik
UU Keterbukaan Informasi PublikUU Keterbukaan Informasi Publik
UU Keterbukaan Informasi PublikIndrayadi Hatta
 
Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014
Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014
Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014ICT Watch
 

Was ist angesagt? (14)

UU KIP dan situs web pemerintah
UU KIP dan situs web pemerintahUU KIP dan situs web pemerintah
UU KIP dan situs web pemerintah
 
1. hak atas informasi publik
1. hak atas informasi publik1. hak atas informasi publik
1. hak atas informasi publik
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
 
BAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSN
BAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSNBAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSN
BAHAN SOSIALISASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK- LINGKUP BSN
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
 
Praktik pengelolaan informasi publik
Praktik pengelolaan informasi publikPraktik pengelolaan informasi publik
Praktik pengelolaan informasi publik
 
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
 
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikUu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
 
Uu keterbukaan informasi publik1
Uu keterbukaan informasi publik1Uu keterbukaan informasi publik1
Uu keterbukaan informasi publik1
 
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Online training Hak Atas Informasi
Online training  Hak Atas InformasiOnline training  Hak Atas Informasi
Online training Hak Atas Informasi
 
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publikUu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
 
UU Keterbukaan Informasi Publik
UU Keterbukaan Informasi PublikUU Keterbukaan Informasi Publik
UU Keterbukaan Informasi Publik
 
Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014
Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014
Draft Permohonan Keberatan Permenkominfo 19/2014
 

Andere mochten auch

Kepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasional
Kepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasionalKepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasional
Kepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasionaltrianita hermawati
 
Governance of agile SW projects · White Paper
Governance of agile SW projects · White PaperGovernance of agile SW projects · White Paper
Governance of agile SW projects · White PaperpliXos GmbH
 
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kipUu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kiptrianita hermawati
 
Lesson12
Lesson12Lesson12
Lesson12bsed3a
 
Cooperative Learning with the Computer
Cooperative Learning with the ComputerCooperative Learning with the Computer
Cooperative Learning with the ComputerAbraham Malacao
 

Andere mochten auch (8)

Age of enlightenment astronomers
Age of enlightenment astronomersAge of enlightenment astronomers
Age of enlightenment astronomers
 
Lehniger
Lehniger Lehniger
Lehniger
 
Kepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasional
Kepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasionalKepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasional
Kepres pembentukan komite pengarah reformasi birokrasi nasional
 
Governance of agile SW projects · White Paper
Governance of agile SW projects · White PaperGovernance of agile SW projects · White Paper
Governance of agile SW projects · White Paper
 
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kipUu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
 
IT Benchmarking
IT BenchmarkingIT Benchmarking
IT Benchmarking
 
Lesson12
Lesson12Lesson12
Lesson12
 
Cooperative Learning with the Computer
Cooperative Learning with the ComputerCooperative Learning with the Computer
Cooperative Learning with the Computer
 

Ähnlich wie Permen no.33 th_2011 pengaduan

Permen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdf
Permen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdfPermen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdf
Permen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdfpidmilkejatisulsel
 
PERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdf
PERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdfPERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdf
PERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdfPartaiPelitaMaluku
 
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...Penataan Ruang
 
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdfUU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdfDidiSusmianto1
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikMohammad Bagus Sasmita
 
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfoPerbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfoIr. Zakaria, M.M
 
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan RakyatPedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan RakyatOswar Mungkasa
 
99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik
99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik
99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publikHai Kito
 
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan PublikUndang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan PublikPenataan Ruang
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklamePeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklameandika_combat
 
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdfWidyaKurniatiMohi
 
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...ppbkab
 
Perda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampah
Perda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampahPerda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampah
Perda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampahMuammar Fikri Zamani
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan PublikSuprijanto Rijadi
 
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeri
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeriPermendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeri
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeriImtihan Imtihan
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Muh Saleh
 
Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015Angling Darma
 

Ähnlich wie Permen no.33 th_2011 pengaduan (20)

Permen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdf
Permen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdfPermen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdf
Permen ATR-KBPN Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Pengaduan_Garuda.pdf
 
PERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdf
PERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdfPERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdf
PERMENDAGRI Nomor 57 Tahun 2017.pdf
 
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
 
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdfUU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Permen no.11 2010
Permen no.11 2010Permen no.11 2010
Permen no.11 2010
 
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfoPerbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfo
 
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan RakyatPedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
 
99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik
99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik
99 uu nomor-25-tahun-2009-tentang-pelayanan-publik
 
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan PublikUndang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklamePeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
 
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
8 STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA.pdf
 
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
 
Perda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampah
Perda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampahPerda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampah
Perda nomor-10-tahun-2010-tentang-pengelolaan-sampah
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Uu no.25 2009
Uu no.25 2009Uu no.25 2009
Uu no.25 2009
 
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeri
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeriPermendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeri
Permendagri 03 2008 kerjasama daerah dengan luar negeri
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
 
Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015Perpres nomor 11 tahun 2015
Perpres nomor 11 tahun 2015
 
Perpres nomor-11-tahun-2015
Perpres nomor-11-tahun-2015Perpres nomor-11-tahun-2015
Perpres nomor-11-tahun-2015
 

Permen no.33 th_2011 pengaduan

  • 1. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya penyampaian aspirasi pengaduan masyarakat kepada pemerintah pusat dan pemerintahan daerah sehingga perlu dilakukan pengaturan; b. bahwa penyampaian aspirasi dan pendapat di muka umum merupakan wujud kontrol terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, sehingga perlu mendapat penanganan secara baik, terpadu dan terkoordinasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Fasilitasi Pengaduan Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3789); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
  • 2. 2 Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899); 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3866); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 317) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 168); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • 3. 3 2. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri. 4. Komponen di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri adalah komponen yang terdiri dari Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, Inspektorat Jenderal, Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Pendidikan dan Pelatihan, dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. 7. Fasilitasi Pengaduan adalah proses kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan, penyaluran, koordinasi, konfirmasi, klarifikasi, pelaporan, tindak lanjut dan pendokumentasian. 8. Pengaduan adalah penyampaian keluhan oleh individu, masyarakat, lembaga dan organisasi kepada pemerintah sehubungan dengan adanya pelayanan atau perlakuan kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 9. Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. 10. Di muka umum adalah di hadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang. 11. Delegasi atau perwakilan adalah seseorang atau sekelompok orang yang mewakili atau diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menyampaikan keluhan kepada Menteri Dalam Negeri, gubernur, bupati/walikota sehubungan dengan adanya pelayanan atau perlakuan pemerintah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan cara mengadakan pertemuan atau mendatangi secara langsung lembaga/kementerian/kantor pemerintahan provinsi, kabupaten/kota. BAB II
  • 4. 4 PENGADUAN MASYARAKAT Pasal 2 Pengaduan masyarakat terdiri atas: a. pengaduan langsung; dan b. pengaduan tidak langsung. Pasal 3 Pengaduan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri dan/atau pemerintahan daerah melalui: a. unjuk rasa atau demonstrasi; dan b. delegasi atau perwakilan. Pasal 4 Pengaduan tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri dan/atau pemerintahan daerah melalui sarana: a. pos surat; b. PO. BOX; c. telepon; d. faksimili; e. website; f. media cetak; dan g. media penyiaran. Pasal 5 Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagai badan publik melaksanakan pengelolaan pengaduan masyarakat. BAB III MEKANISME FASILITASI PENGADUAN
  • 5. 5 Bagian Kesatu Umum Pasal 6 Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat Penerangan dan pemerintahan daerah dalam melakukan fasilitasi pengaduan sesuai tahapan fasilitasi. Pasal 7 Tahapan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdiri atas: a. fasilitasi pengaduan langsung; dan b. fasilitasi pengaduan tidak langsung. Pasal 8 Tahapan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 paling sedikit memuat : a. penatausahaan; b. fasilitasi; c. penerimaan; dan d. pemantauan tindaklanjut. Bagian Kedua Penatausahaan Pasal 9 Penatausahaan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung. Pasal 10 Penatausahaan fasilitasi pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah paling sedikit memuat: a. pencatatan; b. perumusan; c. penyaluran; dan d. pendokumentasian.
  • 6. 6 Pasal 11 (1) Pencatatan pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi data pengaduan, data pelapor, data terlapor, lokasi kasus dan materi pengaduan. (2) Pencatatan pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi data pengaduan, data pelapor, data terlapor, lokasi kasus dan materi pengaduan. Pasal 12 (1) Perumusan pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b dilakukan untuk mengkategorikan materi pengaduan sesuai dengan substansi permasalahannya. (2) Hasil perumusan pengaduan langsung dan perumusan pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilanjutkan kepada komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, pemerintahan daerah, dan/atau instansi sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya. (3) Hasil perumusan pengaduan langsung dan perumusan pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diteruskan kepada SKPD di lingkungan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan instansi terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya. Pasal 13 (1) Penyaluran pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung. (2) Penyaluran pengaduan langsung dan penyaluran pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, pemerintahan daerah dan instansi terkait berdasarkan substansi pengaduan. (3) Penyaluran pengaduan langsung dan penyaluran pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada SKPD di lingkungan pemerintah provinsi,
  • 7. 7 kabupaten/kota, dan instansi terkait berdasarkan substansi pengaduan. [ Pasal 14 (1) Pendokumentasian pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung. (2) Pendokumentasian pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penataan, pemotretan, perekaman dan penyimpanan dokumen. (3) Pendokumentasian pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penataan, inventarisasi dan penyimpanan dokumen. Bagian Ketiga Fasilitasi Pengaduan Paragraf 1 Fasilitasi Pengaduan Langsung Pasal 15 (1) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh Kepala Pusat Penerangan. (2) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. (3) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap unjuk rasa atau demonstrasi dilakukan oleh Kepala Pusat Penerangan berkoordinasi dengan Satuan Keamanan Dalam dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
  • 8. 8 (4) Fasilitasi pengaduan langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap unjuk rasa atau demonstrasi dilakukan oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Paragraf 2 Fasilitasi Pengaduan Tidak Langsung Pasal 16 (1) Fasilitasi pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh Kepala Pusat Penerangan. (2) Fasilitasi pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. Pasal 17 (1) Pimpinan komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang menerima pengaduan tidak langsung harus menginformasikan hasil tindak lanjut penanganannya kepada Sekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat Penerangan. (2) Hasil tindak lanjut penanganan pengaduan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan dikompilasi dengan hasil tindak lanjut pengaduan yang lain, selanjutnya dilaporkan Kepala Pusat Penerangan kepada Menteri Dalam Negeri. Pasal 18 (1) Pimpinan SKPD atau unit kerja yang menerima pengaduan tidak langsung menginformasikan hasil penanganannya kepada sekretaris daerah melalui SKPD yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. (2) Pimpinan SKPD di lingkungan pemerintahan daerah yang menerima pengaduan tidak langsung harus menginformasikan hasil tindak lanjut penanganannya kepada sekretaris daerah melalui SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. (3) Hasil tindak lanjut penanganan pengaduan tidak langsung sebagaimana
  • 9. 9 dimaksud pada ayat (1) akan dikompilasi dengan hasil tindak lanjut pengaduan yang lain, selanjutnya dilaporkan pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat kepada gubernur, bupati/walikota. ( Bagian Keempat Penerimaan Pengaduan Paragraf 1 Penerimaan Pengaduan Langsung Pasal 19 (1) Penerimaan pengaduan langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c dilaksanakan diruang rapat, dipimpin oleh Kepala Pusat Penerangan. (2) Dalam menerima pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Pusat Penerangan berkoordinasi dengan komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, instansi dan/atau unit kerja terkait dengan substansi pengaduan. (3) Penerimaan pengaduan langsung di lingkungan pemerintahan daerah dilaksanakan diruang rapat, dipimpin oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. (4) Dalam menerima pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat berkoordinasi dengan SKPD, instansi atau unit kerja terkait dengan substansi pengaduan. (5) Pejabat yang menerima pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), merupakan pejabat yang mempunyai kompetensi untuk memberikan tanggapan dan informasi atas permasalahan yang disampaikan oleh pengadu. (6) Hasil penerimaan pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan kepada pimpinan komponen masing-masing. (7) Hasil penerimaan pengaduan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaporkan kepada pimpinan SKPD masing-masing Paragraf 2 Penerimaan Pengaduan Tidak Langsung Pasal 20 (1) Penerimaan pengaduan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c difasilitasi oleh Kepala Pusat Penerangan, dan dilakukan verifikasi dan telaahan isi laporan pengaduan.
  • 10. 10 (2) Hasil verifikasi dan telaahan substansi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, pemerintahan daerah, dan/atau instansi terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya, guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. (3) Penerimaan pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan daerah difasilitasi oleh pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat, dan dilakukan verifikasi dan telaahan isi laporan pengaduan. (4) Hasil verifikasi dan telaahan substansi pengaduan tidak langsung di lingkungan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada SKPD di lingkungan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan/atau instansi terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya, guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pasal 21 (1) Setiap komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang menerima berkas pengaduan tidak langsung apabila tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya, harus menyampaikan berkas pengaduan kepada Kepala Pusat Penerangan untuk diteruskan kepada komponen yang berwenang, sesuai dengan tugas dan fungsinya. (2) Setiap SKPD atau unit kerja di lingkungan pemerintahan daerah yang menerima berkas pengaduan tidak langsung apabila tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya, harus menyampaikan berkas pengaduan kepada pimpinan SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat untuk diteruskan kepada SKPD yang berwenang, sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bagian Kelima Pemantauan Tindak Lanjut Pasal 22 (1) Pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d dilakukan terhadap pengaduan langsung dan pengaduan tidak langsung. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk tim fasilitasi pengaduan yang bertugas memantau hasil tindak lanjut pengaduan masyarakat. (3) Hasil pemantauan tindak lanjut pengaduan yang dilaksanakan oleh tim fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dilaporkan
  • 11. 11 kepada Menteri Dalam Negeri melalui Kepala Pusat Penerangan. (4) Hasil tindak lanjut pengaduan yang dilaksanakan oleh tim fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintah provinsi dilaporkan kepada gubernur. (5) Hasil pemantauan tindak lanjut pengaduan yang dilaksanakan oleh tim fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dilaporkan kepada bupati/walikota. BAB IV TIM FASILITASI PENGADUAN Pasal 23 (1) Untuk mendukung kelancaran fasilitasi pengaduan langsung dan tidak langsung di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dibentuk tim fasilitasi pengaduan Kementerian Dalam Negeri. (2) Untuk mendukung kelancaran fasilitasi pengaduan langsung dan tidak langsung di lingkungan pemerintah provinsi dibentuk tim fasilitasi pengaduan provinsi. (3) Untuk mendukung kelancaran fasilitasi pengaduan langsung dan tidak langsung di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dibentuk tim fasilitasi pengaduan kabupaten/kota. Pasal 24 (1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat Penerangan yang keanggotaannya terdiri dari pejabat/staf di lingkungan Pusat Penerangan, komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan instansi terkait. (2) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dikoordinasikan oleh sekretaris daerah provinsi melalui SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi menangani pengaduan masyarakat yang keanggotaannya terdiri dari pejabat/ staf di lingkungan sekretariat daerah provinsi, SKPD dan instansi terkait. (3) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) dikoordinasikan oleh sekretaris daerah kabupaten/kota melalui SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi menangani pengaduan masyarakat yang keanggotaannya terdiri dari pejabat/staf di lingkungan sekretariat daerah kabupaten/kota, SKPD dan instansi terkait.
  • 12. 12 Pasal 25 (1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri. (2) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) ditetapkan dengan keputusan gubernur. (3) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Pasal 26 Tim fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dengan susunan keanggotaan : a. Pengarah b. Penanggung jawab c. Ketua d. Wakil Ketua e. Sekretaris f. Anggota : : : : : Sekretaris Jenderal Kepala Pusat penerangan Kepala Bidang Fasilitasi Pengaduan Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan Pusat Penerangan Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan Pusat Penerangan Pejabat atau Staf di lingkungan Sekretariat Jenderal, lintas komponen di lingkungan Kementerian dalam Negeri, dan instansi terkait. Pasal 27 Tim fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2), dengan susunan keanggotaan : a. Pengarah b. Penanggung : : Gubernur Sekretaris daerah provinsi
  • 13. 13 jawab c. Ketua d. Wakil Ketua e. Sekretaris f. Anggota : : : Pimpinan SKPD di lingkungan pemerintah provinsi yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan SKPD provinsi Pejabat Eselon III atau IV di lingkungan SKPD provinsi Pejabat atau staf di lingkungan SKPD provinsi. Pasal 28 Tim fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), dengan susunan keanggotaan : a. Pengarah b. Penanggung jawab c. Ketua d. Wakil Ketua e. Sekretaris f. Anggota : : : : : Bupati/ Walikota Sekretaris daerah kabupaten/kota Pimpinan SKPD di lingkungan pemerintah kabupaten/kota yang tugas dan fungsinya memfasilitasi pengaduan masyarakat. Pejabat eselon III atau IV di lingkungan SKPD kabupaten/kota Pejabat eselon III atau IV di lingkungan SKPD kabupaten/kota Pejabat atau staf di lingkungan SKPD kabupaten/kota. BAB V PELAPORAN Pasal 29 (1) Kepala Pusat Penerangan melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal. (2) Gubernur melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan di lingkungan pemerintahan provinsi kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal. (3) Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota kepada gubernur.
  • 14. 14 (4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu bila diperlukan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 30 (1) Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan provinsi. (2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pengaduan di lingkungan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. (3) Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pengaduan di lingkungan pemerintah kabupaten/kota. Pasal 31 (1) Pembinaan dan pengawasan pengelolaan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) meliputi, bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta pemberian pedoman. (2) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penyusunan peraturan fasilitasi pengaduan masyarakat, pelaksanaan, penatausahaan, pemantauan dan evaluasi, dan tindak lanjut fasilitasi pengaduan masyarakat serta kelembagaan pengelolaan pengaduan masyarakat yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan. (3) Pemberian pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berkala bagi pengelola pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah. (4) Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penyusunan peraturan fasilitasi pengaduan masyarakat, pelaksanaan, penatausahaan, pemantauan dan evaluasi, dan tindak lanjut.
  • 15. 15 BAB VII PENDANAAN Pasal 32 Pendanaan fasilitasi pengaduan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah provinsi dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kabupaten/kota. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi pengaduan di lingkungan pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota diatur dengan peraturan kepala daerah. Pasal 34 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Agustus 2011 MENTERI DALAM NEGERI, ttd GAMAWAN FAUZI Diundangkan di Jakarta
  • 16. 16 pada tanggal 10 Agustus 2011 MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, ttd PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 484