SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 45
Nusdianto Triakoso
triakoso.wordpress.com

Penyakit Non
Infeksius
Pada Ternak
Pengabdian Pada Masyarakat BEM
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Asidosis Rumen
• Grain overload, rumen engorgement,
lactic acidosis, acid indigestion, toxic
indigestion atau suddent death syndrome.
• Kausa : pemberian sumber karbohidrat
rendah serat (konsentrat) dalam jumlah
besar.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
↑ KH yang mudah difermentasi
↑ laju pertumbuhan (semua bakteri)
↓ pH < 5

↑ VFA’s
↓ laju pertumbuhan
(sebagian bakteri)

ASIDOSIS
RUMEN

↓ S. bovis
↑ Lactobacillus

↓ pH
↑ laju pertumbuhan S. bovis

↑ asam laktat
↓ pH
Stasis fermentasi
Absorbsi D/L asam laktat
Asidosis Metabolik

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Asidosis rumen
•
•
•
•
•

•
•
•

Gejala klinis
Ada tiga macam gejala : akut berat, subakut dan kronis.
Pada serangan akut gejala akan muncul 12-36 jam setelah
mengkonsumsi makanan.
Gejalanya : tremor, lethargi, depresi, anoreksia dan ataksia. Hewan
juga menunjukkan dehidrasi, daerah mata cekung.
Gejala umum : distensi abdomen dan stasis rumen (rumen tidak
berkontraksi). Suhu tubuh dapat meningkat cepat kemudian turun
drastis. Denyut jantung meningkat dan cepat, hewan tampak
bernafas dangkal dan cepat. Kadang hewan mengalami kebutaan.
Dalam 24 jam hewan akan mengalami diare yang berbau kecut
(masam) dan berlendir, berbuih berwarna coklat kekuningan atau
keabuan. Hewan kemudian ambruk, koma dan mati.
Subakut gejala mirip dengan akut berat hanya lebih ringan.
Kronis akan disertai laminitis, pincang, abses liver, rumenitis kronis.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Asidosis rumen
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Berikan 1gram/kg BB magnesium oksida atau
magnesium hidroksida atau natrium bikarbonat peroral.
• Terapi suportif yang bisa diberikan adalah pemberian
thiamine, kalsium dan anti radang.
• Hewan sebaiknya diajak exercise (bergerak/berjalan)
agar isi perut segera bergerak di dalam saluran
pencernaan.
• Hindari pemberian pakan tinggi karbohidrat rendah serat
dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Indigesti sederhana
• Indigesti adalah penyakit pada saluran
pencernaan. Penyakit ini sering terjadi
pada sapi terutama yang dikandangkan.
• Penyebab utama biasanya adalah pakan
yang terlalu tinggi kandungan seratnya.
• Faktor risiko : perubahan pakan
mendadak, kualitas pakan buruk,
pemberian antibiotika jangka panjang atau
kekurangan minum.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Indigesti sederhana
• Gejala klinis
• Sapi tampak enggan makan bahkan tidak mau makan
sama sekali. Namun adakalanya sapi makan terus. Hal
ini karena tidak ada makanan yang masuk ke dalam
ususnya dan diabsorbsi sehingga tubuh merasa lapar.
• Palpasi atau tinjuan pada daerah flank (rumen) akan
membekas seperti kita menekan tanah liat (sarat
rumen).
• Tanda-tanda vital normal, namun tidak ditemukan
kontraksi rumen. Feses normal atau mengeras,
seringkali jumlahnya menurun bahkan tidak ada masa
feses di dalam saluran pencernaan.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Indigesti sederhana
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Pemberian rumenotorik akan membantu
meningkatkan kontraksi rumen.
• Berikan pakan yang baik, rumput segar dan air.
Pemberian viramin B akan membantu proses
pencernaan mikrobial dan pergerakan rumen.
• Bila mungkin berikan isi rumen hewan lain untuk
membantu memperbaiki fermentasi mikroba di
dalam rumen.
• Pencegahan dilakukan dengan menghindari
pemberian pakan yang terlalu tinggi serat.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Milk fever
• Penyakit ini umumnya terjadi pada sapi perah.
Kalsium esensial untuk hematologi, kontraksi
otot, metabolisme tulang
• Kausa : kadar kalsium darah di bawah normal
(<7 mg/dl).
• Faktor risiko : produksi susu tinggi, tua,
manajemen pakan masa kering.
• Pada domba umumnya terjadi pada akhir
kebutingan, sedang pada kambing terjadi
sebelum partus sebagaimana pada domba atau
pasca partus terutama pada kambing perah
yang berproduksi tinggi.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Milk fever
•
•

Gejala klinis
Stadium awal (stadium eksitasi) hewan tampak kaku, tidak
bergerak. Anoreksia. Gejala ini umumnya tidak begitu tampak
karena berlangsung sangat singkat.
• Stadium dua (stadium sternal) hewan tidak mampu berdiri namun
masih rebah sternal. Depresi, anoreksia, cuping hidung kering, suhu
subnormal, ekstrimitas dingin.
• Stadium tiga (stadium terminal) hewan rebah lateral, lethargi,
takikardia (120/menit), pulsus tidak terdeteksi, bloat. Kesadaran
mulai hilang, tidak responsif terhadap rangsangan, koma.
• Gejala pada domba biasanya ambruk, paralisis. Namun kadang
juga ditemukan tremor dan tetani. Rebah sternal sebagaimana
terjadi pada sapi jarang ditemui pada domba. Gejala pada kambing
mirip seperti pada domba.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Milk fever
•
•
•

•
•
•

Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
Kurangi bloat yang terjadi. Sapi sebaiknya diposisikan rebah
sternal.
Berikan preparat kalsium seperti kalsium glukonat 23% 500 ml
intravena. Pemberian kalsium sebaiknya secara perlahan dan
periksa denyut jantung secara teratur. Bila terapi berhasil, maka
sapi biasanya akan eruktasi, urinasi, defekasi dan berusaha bangun
atau berdiri. Biasanya dalam 30 menit setelah terapi hewan akan
berdiri. Bila perlu pemberian kalsium diulangi dalam12 jam.
Pada domba atau kambing dapat diberikan kalsium buroglukonat
23% sebanyak 50-500 ml.
Pencegahan dengan memberikan diet rendah kalsium saat masa
kering setidaknya seminggu sebelum partus.
Pemberian vitamin D3 menjelang partus. Pemberian kalsium yang
cukup saat laktasi.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Downer Cow Syndrome
• Sindroma ambruk pada sapi umumnya
Downer Cow Syndrome (DCS) merupakan
lanjutan dari milk fever. Bila dalam 24 jam
meski diterapi kalsium, sapi tidak juga bisa
berdiri dapat dikatagorikan menderita
DCS.
• Namun dapat juga DCS tidak berkaitan
dengan kejadian milik fever.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Downer Cow Syndrome
• Gejala klinis
• Hewan tidak menunjukkan gejala sakit, namun
tidak bisa berdiri. Kadang tampak seperti
merangkak atau terduduk (dog sitting position)
karena tidak mampu berdiri.
• Komplikasi terjadi bila terjadi trauma saat
berusaha berdiri, terutama pada panggul.
Hewan juga mengalami dekubitus, fraktur,
kerusakan otot dan lain-lain.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Downer Cow Syndrome
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Terapi penyebab utama penyakit bila mungkin.
Pemberian tambahan sumber fosfat dapat membantu.
Berikan alas yang empuk agar tidak terjadi dekubitus
atau trauma pada bagian tubuh yang lain.
• Pemberian analgesik (aspirin, phenylbutazone, flunixin
meglumin) dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
pada otot.
• Pencegahan dapat dilakukan dengan menempatkan
pada kandang yang nyaman dan alas yang tebal untuk
mencegah trauma saat melahirkan, usahakan cukup
umur dan besarnya induk saat melahirkan serta cegah
terjadinya milk fever.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Grass tetany
• Lactation tetany, hipomagnesia
• Magnesium esensial dalam metabolisme tulang, syaraf
dan muskulus.
• Penyebab : kadar mg darah di bawah normal
(<1,5mg/dl). Output dan input magnesium tidak
seimbang. Kadar kalium rumen meningkat akibat
defisiensi natrium (garam).
• Absorbsi mg menurun bila intake kalium meningkat.
• Predisposisi : produksi susu tinggi, stress lingkungan,
kadar kadar mg hijauan kurang (muda), perubahan
pakan kering ke hijauan muda.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Grass tetany
• Gejala klinis
• Akut. Bersifat fatal, kematian mendadak tanpa
gejala terutama pada sapi yg dikandang.Mulut
dan hidung berbuih. Lantai kandang akibat
merejan sebelum mati.
• Hewan menunjukkan gejala syaraf, jalan kaku,
gallop, melenguh keras sebelum rebah dan tidak
bisa bangkit lagi. Tidak respon terhadap
rangsangan (sinar, suara, sentuhan), kejang,
tetany, menendang. Nistagmus.
• Subakut. Gejala lebih ringan, tidak mampu
mengerakkan kaki 3-4 hari
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Grass tetany
• Pengobatan, pengendalian, pencegahan
• Injeksi 1,6-2,7 g mg boroglukonas, garam klorid
atau hipofosfit. Kombinasikan dg kalsium.
• 0,04 ml/menit/kg 25% larutan mg (0,025 g/ml)
• Oral magnesium untuk pencegahan.
• Pencegahan : sapi berisiko (pakan hay atau
hijauan muda stress lingkungan, produksi
tinggi). Daerah intensif pemupukan (PK).

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Asetonemia
• Disebut juga ketosis klinis, yang umumnya
terjadi pada sapi perah. Ketosis terjadi
akibat ketidakseimbangan kebutuhan
karbohidrat atau sumber energi.
• Ada dua macam ketosis yaitu ketosis
primer dan sekunder. Ketosis sekunder
biasanya berkaitan dengan terjadinya
penyakit lain yang diderita hewan, karena
hewan biasanya tidak mau makan.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Asetonemia
• Gejala klinis
• Pada ketosis primer umumnya hewan
menunjukkan penurunan nafsu makan dan
produksi susu secara bertahap.
• Sapi akan kehilangan berat badan dan depresi.
Sapi lebih memilih hijauan untuk dimakan.
Feses umumnya kering dan keras.
• Umumnya nafas berbau keton. Hewan akan
pulih dengan sendirinya bila memperoleh pakan
baik yang cukup.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Asetonemia
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Berikan dextrose 50% sebanyak 500 ml
intravena. Berikan kortikosteroid
(dexamethasone 10 mg IM) untuk memberikan
efek glukoneogenesis atau anabolik steroid
(Trenbolone asetat 60-120 mg). Bila perlu
ditambahkan vitamin B12 dan Cobalt atau Asam
nikotinat pada pakan.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Pregnancy Toxemia
• Penyakit ini sering terjadi pada domba, meski
dapat ditemukan juga pada ruminansia besar
lain. Pada ruminansia kecil terutama domba
umumnya terjadi pada akhir kebuntingan,
menjelang partus. Faktor risikonya adalah
kebuntingan lanjut, kegemukan dan beranak
banyak (lebih dari satu). Kejadian ini biasanya
berkaitan dengan perubahan pakan mendadak
atau cuaca yang buruk dan bisa terjadi pada
satu hewan atau dalam sekelompok hewan.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Pregnancy toxemia
• Gejala klinis
• Gejala utama yang terlihat adalah gejala syaraf
seperti tremor, kejang, kebutaan, depresi,
inkoordinasi atau ataksia. Hewan mungkin
membenturkan kepala, berputar-putar atau
seperti merumput. Gejala lain yang mungkin
ditemukan adalah konstipasi dan nafas berbau
keton. Distokia mungkin juga terjadi pada saat
melahirkan. Pada akhirnya domba akan ambruk,
koma dan mati dalam 4-7 hari. Kematian terjadi
karena toksemia akibat kematian dan
dekomposisi fetus.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Pregnancy toxemia
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Berikan preparat sumber energi seperti dextrose secara
intravena atau propylene glycol secara peroral.
Kortikosteroid dapat diberikan untuk memberikan efek
glukoneogenesis. Hewan yang tertangani segera
diberikan pakan yang baik dan mudah cerna atau
palatable. Bila perlu, lakukan operasi sectio caesar
dengan segera untuk menyelamatkan induk dan anak
domba.
• Hindari kegemukan dan berikan pakan yang cukup pada
induk domba pada kebuntingan akhir. Hindari perubahan
pemberian pakan. Bila perlu sediakan pakan suplemen
seperti molases blok.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Fatty Cow Syndrome
• Pada sapi perah penyakit ini sering terjadi pada
pasca partus dan umumnya merupakan kaitan
dengan penyakit peripartus lain seperti metritis,
milk fever, ketosis, retensi plasenta. Sedangkan
pada sapi potong lebih sering terjadi pada akhir
kebuntingan. Faktor risikonya adalah sapi-sapi
kegemukan. Penyebab munculnya Fatty Cow
Syndrome adalah ketidakseimbangan
metabolsime karbohidrat.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Fatty Cow Syndrome
• Gejala
• Umumnya terjadi pada peternakan yang
intensif perah atau penggemukan. Sapi
yang menderita umumnya sapi yang
gemuk atau sangat gemuk. Hewan
tampak depresi dan anoreksia. Sering
juga diikuti ketosis sekunder yang berat.
Gejala pada sapi potong mirip dengan
pregnancy toxemia pada domba.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Fatty Cow Syndrome
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Lakukan pengobatan terhadap penyakit yang
menyebabkannya (milk fever, retensi plasenta,
metritis, dan lain-lain). Berikan pakan yang baik
dan mudah dicerna. Obat lain dapat diberikan
protamine-zinc insulin 200 IU IM tiap hari atau
niacin 6-12 gram/hewan/hari peroral 1-2 minggu
sebelum partus dan 90-100 hari pasca partus.
Pemberian kortikosteroid biasanya tidak
disarankan.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Retensi plasenta
• Disebut juga retensi sekundinae. Plasenta secara
normal akan lepas dari induk paling lama 1-12 jam
pasca melahirkan. Pengeluaran plasenta lebih dari
waktu tersebut adalah tidak normal. Pada sapi, retensi
plasenta bisa terjadi 4-8 hari atau lebih bila tidak ada
pertolongan.
• Penyebab : ada gangguan pelepasan dari karunkula
induk. Hal ini bisa disebabkan oleh keradangan atau
infeksi seperti pada kasus brucellosis, trichomniasis,
vibriosis atau infeksi bakterial lain yang menyebabkan
plasentitis atau radang plasenta. Faktor lain seperti
kelahiran prematur, kekurangan mineral atau vitamin.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Retensi plasenta
• Gejala klinis
• Gejala yang paling jelas adalah tampak adanya plasenta
yang masih menggantung yang keluar dari alat kelamin.
Kadang plasenta menggantung sampai lantai kandang,
bahkan dapat terinjak sapi yang lain. Kadang plasenta
tidak begitu panjang sehingga hanya tampak bila sapi
rebah, namun plasenta masuk ke dalam saluran kelamin
bila hewan berdiri. Kadang disertai bau busuk, akibat
pembusukan pada plasenta.
• Kesehatan secara umum terganggu, depresi, produksi
susu turun, respirasi cepat dan suhu tubuh meningkat.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Retensi plasenta
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Pertolongan terutama ditujukan untuk mengeluarkan
plasenta dari alat kelamin, bila perlu dilakukan secara
manual.
• Oksitosin 100 IU untuk ruminansia besar atau 30-50 IU
untuk ruminasia kecil akan membantu kontraksi uterus,
sehingga dapat menyebabkan keluarnya plasenta.
• Selanjutnya dilakukan pencucian uterus menggunakan
larutan desinfektan, rivanol 1% atau antiseptik lain.
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau metritis berikan
antibiotika. Penicillin 1 juta IU dikombinasi dengan
streptomisin 1 gram dalam 40 ml larutan dimasukkan
dalam uterus. Bisa juga menggunakan bolus
klortetrasiklin 500 mg (Aeromycin) intrauteri.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan urea
• Seringkali urea digunakan sebagai bahan untuk
amoniasi jerami. Sumber nitrogen non protein.
• Penyebab : urea yang diberikan terlalu banyak sehingga
sapi mengalami keracunan atau sapi seringkali minum
atau makan pupuk urea yang tidak disimpan dengan
baik oleh peternak.
• Urea tersebut di dalam rumen akan dimanfaatkan oleh
mikroba dan menghasilkan amonia. Di dalam tubuh
amonia adalah zat beracun dan menyebabkan kondisi
yang dikenal sebagai encephalopati hepatis dimana
hewan menunjukkan gejala syaraf atau kejang-kejang
karena gangguan sistem syaraf pusat akibat adanya
akumulasi amonia di dalam tubuh.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan urea
• Gejala klinis
• Hewan hipersalivasi dan berbuih, gigi
menggeretak karena adanya rasa sakit dan
tampak telinga dan wajahnya menegang.
Adanya nyeri abdomen disertai bloat.
• Selain itu hewan menunjukkan peningkatan
frekuensi respirasi dan berat. Hewan lebih
sering urinasi.
• Selanjutnya hewan kejang dan ambruk.
Seringkali hewan ditemui mati di dekat sumber
urea tersebut.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan urea
•
•

Pengobatan, penanggulangan dan pencegahan
Bila diketahui hewan menderita keracunan urea harus segera
diterapi, meskipun hasilnya tidak cukup memuaskan. Gunakan
sonde lambung untuk mengurangi bloat yang terjadi, sekaligus
untuk memberikan air dingin.
• Sapi dewasa : 45 liter diikuti beberapa liter asam asetat 6% atau
cuka. Pengenceran tersebut akan menurunkan suhu di dalam
rumen dan meningkatkan asiditas rumen sehingga mampu
mengurangi produksi amonia. Bila perlu ulangi dalam 24 jam.
• Berikan urea secara bertahap dalam jumlah yang sedikit (0,1
gram/kg BB) atau 35-40 gram untuk sapi 400 kg.
• Simpan dengan baik urea yang biasanya digunakan sebagai pupuk
agar tidak mudah dimakan sapi atau ruminansia kecil.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan lantana
• Lantana camara atau kembang telekan adalah tanaman
yang selalu hijau dan bertahan saat musim kemarau,
sementara tanaman lain mengering. Menarik hewan
untuk memakannya.
• Komponen-komponen beracun tanaman ini yaitu
Lantadene A (LA), Lantadene B (LB), Lantadene C (LC)
dan Lantadene D (LD). Di antara komponen tersebut LA
dan LB yang paling toksik.
• Pada daerah kering, keracunan Lantana sering
dilaporkan bahkan menjadi wabah. Di Indonesia bahkan
pernah dilaporkan terjadi wabah keracunan Lantana
pada sapi Bali di Kalawi, Donggala tahun 1980.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan lantana
• Gejala klinis
• Gejala awal adalah hewan akan mengalami gejala yang
disebut fotosensitisasi dermatitis. Hewan akan
mengalami kemerahan (eritema) pada kulit terutama
yang terkena sinar matahari. Kulit yang terkena
umumnya yang berambut tipis atau tidak berambut,
termasuk juga di sekitar mocong. Bila berlanjut maka
kulit tersebut akan nekrosis dan mengelupas.
• Gejala yang lain hewan akan menunjukkan perubahan
warna urine. Urine biasanya berwarna merah bahkan
coklat tua. Gejala-gejala tersebut sangat mirip dengan
penyakit Baliziekte.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan lantana
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Drenching dengan 2,5 kg karbon aktif dalam 20 liter
untuk sapi atau 500 gram dalam 4 liter untuk kambing
atau domba. Karbon aktif ini bertindak sebagai antidote
keracunan. Dosis yang kedua mungkin diperlukan dalam
24 jam setelah terapi pertama bila kesembuhan masih
belum tampak nyata.
• Bentonite dapat digunakan sebagai pengganti karbon
aktif, namun tidak cukup efektif sebagaimana karbon
aktif. Bila perlu lakukan terapi cairan. Antibiotika dan
sunscreen mungkin diperlukan untuk mengatasi
keruskan kulit.
• Bilamana tidak kunjung membaik ada kemungkinan
telah terjadi kerusakan renal.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan nitrit-nitrat
•
•

Keracunan nitrat atau nitrit mirip dengan keracunan urea.
Nitrat (NO3)sebetulnya bukan merupakan bahan toksik. Namun di
dalam tubuh, nitrat dicerna dan berubah menjadi nitrit (NO 2) oleh
mikroba rumen. Kemudian nitrit yang beredar di dalam darah akan
mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin.
• Hemoglobin yang juga berfungsi mengikat oksigen untuk memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan menjadi berkurang.
• Pada monogastrik nitrat akan dikonversi menjadi nitrit di dalam
usus, sehingga kecil kemungkinan untuk diabsorbsi dan
menimbulkan masalah.
• Sumber penularan biasanya dari tanaman (Astragalus) atau air
sumur yang dalam sehingga terjadi akumulasi nitrat terutama bila di
sekitarnya dilakukan pemupukan menggunakan pupuk nitrogen
yang berlebihan.

penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan nitrit-nitrat
• Gejala klinis
• Hewan akan menunjukkan gejala setelah 6 jam
memakan atau menelan bahan tersebut. Hewan
menunjukkan gejala anoksia berat (kekurangan oksigen)
seperti lemah, depresi, sianosis dan takikardia atau
denyut jantung meningkat. Hewan akan mati bila 6075% hemoglobin dioksidasi menjadi methemoglobin.
Biasanya ini berlangsung dalam 24 jam pasca hewan
memakan bahan tersebut.
• Sedangkan bila serangan bersifat kronis umumnya
terjadi abortus dan meningkatkan kebutuhan vitamin A
atau hewan menunjukkan gejala hipovitaminosis A.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan nitrit-nitrat
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Pada penderita dapat diberikan Methylene blue
1% yang dapat mereduksi methemoglobin
menjadi hemoglobin.
• Terapi tunggal 1-2 mg/kgBB intravena
memberikan hasil yang baik pada monogastrik.
• Sedangkan pada ruminansia butuh dosis hingga
lebih dari 20 mg/kgBB dan bila perlu diulangi
tiap 8 jam bila mengkonsumsi nitrat dalam
jumlah besar.
penyakit non infeksius - triakoso 2010

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
 
Metabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for PoultryMetabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for PoultryEmi Suhaemi
 
Manajemen kesehatan ternak kambing & domba
Manajemen kesehatan ternak kambing & dombaManajemen kesehatan ternak kambing & domba
Manajemen kesehatan ternak kambing & dombaRahardi Gautama
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
 
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Tata Naipospos
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Tata Naipospos
 
Penyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasisPenyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasisCahyadi P
 
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
 
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Tata Naipospos
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
 
Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Jajat Rohmana
 
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananEmi Suhaemi
 

Was ist angesagt? (20)

Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
 
Metabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for PoultryMetabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for Poultry
 
Nekropsi ayam
Nekropsi ayamNekropsi ayam
Nekropsi ayam
 
Penyakit Zoonosis Pada Ternak
Penyakit Zoonosis Pada TernakPenyakit Zoonosis Pada Ternak
Penyakit Zoonosis Pada Ternak
 
Manajemen kesehatan ternak kambing & domba
Manajemen kesehatan ternak kambing & dombaManajemen kesehatan ternak kambing & domba
Manajemen kesehatan ternak kambing & domba
 
Pembuatan silase
Pembuatan silasePembuatan silase
Pembuatan silase
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
 
jenis - jenis kuda
 jenis - jenis kuda jenis - jenis kuda
jenis - jenis kuda
 
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
 
Penyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasisPenyakit surra trypanosomiasis
Penyakit surra trypanosomiasis
 
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
 
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
 
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
 
Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2
 
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
 
Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis
 

Ähnlich wie Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso

Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptItangPurnama1
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptLukman Nurdiana
 
Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2
Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2
Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2Iedtha Miaw
 
Disco (disease Control) domba
Disco (disease Control) dombaDisco (disease Control) domba
Disco (disease Control) dombaJajat Rohmana
 
Penyakit gastritis.pptx
Penyakit gastritis.pptxPenyakit gastritis.pptx
Penyakit gastritis.pptxsodiqin diqin
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisEncepal Cere
 
Tugas kelainan pada organ ekskresi
Tugas kelainan pada organ ekskresiTugas kelainan pada organ ekskresi
Tugas kelainan pada organ ekskresiYasirecin Yasir
 
treatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptxtreatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptxDiniMardhiyani4
 
Penyakit yang menyertai kehamilan2
Penyakit yang menyertai kehamilan2Penyakit yang menyertai kehamilan2
Penyakit yang menyertai kehamilan2wiwik yuniarti
 
Gizi dan Diet Universitas Muhammadiyah
Gizi dan Diet Universitas MuhammadiyahGizi dan Diet Universitas Muhammadiyah
Gizi dan Diet Universitas MuhammadiyahRiska Widianingsih
 
diare dan konstipasi
diare dan konstipasidiare dan konstipasi
diare dan konstipasiEva Selvyana
 

Ähnlich wie Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso (20)

Patologi Nutrisi
Patologi NutrisiPatologi Nutrisi
Patologi Nutrisi
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.ppt
 
15 penyebab muntah
15 penyebab muntah15 penyebab muntah
15 penyebab muntah
 
Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2
Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2
Presentasi asuhan-neonatus-pptkel-2
 
Kesehatan ternak kambing
Kesehatan ternak kambingKesehatan ternak kambing
Kesehatan ternak kambing
 
Nacl, ngt, ameprozol, kasus resep
Nacl, ngt, ameprozol, kasus resepNacl, ngt, ameprozol, kasus resep
Nacl, ngt, ameprozol, kasus resep
 
DIARE_KRONIK.pptx
DIARE_KRONIK.pptxDIARE_KRONIK.pptx
DIARE_KRONIK.pptx
 
Diare Akut.pdf
Diare Akut.pdfDiare Akut.pdf
Diare Akut.pdf
 
Disco (disease Control) domba
Disco (disease Control) dombaDisco (disease Control) domba
Disco (disease Control) domba
 
Penyakit gastritis.pptx
Penyakit gastritis.pptxPenyakit gastritis.pptx
Penyakit gastritis.pptx
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Tugas kelainan pada organ ekskresi
Tugas kelainan pada organ ekskresiTugas kelainan pada organ ekskresi
Tugas kelainan pada organ ekskresi
 
treatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptxtreatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptx
 
Penyakit yang menyertai kehamilan2
Penyakit yang menyertai kehamilan2Penyakit yang menyertai kehamilan2
Penyakit yang menyertai kehamilan2
 
diare.pptx
diare.pptxdiare.pptx
diare.pptx
 
Gout
GoutGout
Gout
 
Gizi dan Diet Universitas Muhammadiyah
Gizi dan Diet Universitas MuhammadiyahGizi dan Diet Universitas Muhammadiyah
Gizi dan Diet Universitas Muhammadiyah
 
diare dan konstipasi
diare dan konstipasidiare dan konstipasi
diare dan konstipasi
 

Mehr von Nusdianto Triakoso

DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdfDRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdfNusdianto Triakoso
 
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - RuminantBlackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - RuminantNusdianto Triakoso
 
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Nusdianto Triakoso
 
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - TriakosoBody Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - TriakosoNusdianto Triakoso
 
Differential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal MedicineDifferential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal MedicineNusdianto Triakoso
 
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal MedicineDifferential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal MedicineNusdianto Triakoso
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Nusdianto Triakoso
 
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan PeternakanUndang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan PeternakanNusdianto Triakoso
 
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal MedicineDifferential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal MedicineNusdianto Triakoso
 
Differential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal MedicineDifferential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal MedicineNusdianto Triakoso
 
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoKucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoNusdianto Triakoso
 
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjingMeningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjingNusdianto Triakoso
 
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakosoDowner cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakosoNusdianto Triakoso
 
Menguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakosoMenguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakosoNusdianto Triakoso
 
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoAspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoNusdianto Triakoso
 
Nus body condition score cat dog 2009
Nus   body condition score cat dog 2009Nus   body condition score cat dog 2009
Nus body condition score cat dog 2009Nusdianto Triakoso
 

Mehr von Nusdianto Triakoso (20)

DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdfDRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
 
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - RuminantBlackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
 
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
 
Pembuatan UMB - Triakoso
Pembuatan UMB - TriakosoPembuatan UMB - Triakoso
Pembuatan UMB - Triakoso
 
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - TriakosoBody Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
 
Mudah Menulis Esai
Mudah Menulis EsaiMudah Menulis Esai
Mudah Menulis Esai
 
Differential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal MedicineDifferential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal Medicine
 
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal MedicineDifferential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
 
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan PeternakanUndang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
 
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal MedicineDifferential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
 
Differential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal MedicineDifferential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal Medicine
 
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoKucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
 
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjingMeningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
 
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakosoDowner cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
 
Menguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakosoMenguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakoso
 
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoAspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
 
Pembuatan UMB - triakoso
Pembuatan UMB - triakosoPembuatan UMB - triakoso
Pembuatan UMB - triakoso
 
Head Tilt - triakoso
Head Tilt - triakosoHead Tilt - triakoso
Head Tilt - triakoso
 
Nus body condition score cat dog 2009
Nus   body condition score cat dog 2009Nus   body condition score cat dog 2009
Nus body condition score cat dog 2009
 

Kürzlich hochgeladen

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso

  • 1. Nusdianto Triakoso triakoso.wordpress.com Penyakit Non Infeksius Pada Ternak Pengabdian Pada Masyarakat BEM Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 2. Asidosis Rumen • Grain overload, rumen engorgement, lactic acidosis, acid indigestion, toxic indigestion atau suddent death syndrome. • Kausa : pemberian sumber karbohidrat rendah serat (konsentrat) dalam jumlah besar. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 3. ↑ KH yang mudah difermentasi ↑ laju pertumbuhan (semua bakteri) ↓ pH < 5 ↑ VFA’s ↓ laju pertumbuhan (sebagian bakteri) ASIDOSIS RUMEN ↓ S. bovis ↑ Lactobacillus ↓ pH ↑ laju pertumbuhan S. bovis ↑ asam laktat ↓ pH Stasis fermentasi Absorbsi D/L asam laktat Asidosis Metabolik penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 4. Asidosis rumen • • • • • • • • Gejala klinis Ada tiga macam gejala : akut berat, subakut dan kronis. Pada serangan akut gejala akan muncul 12-36 jam setelah mengkonsumsi makanan. Gejalanya : tremor, lethargi, depresi, anoreksia dan ataksia. Hewan juga menunjukkan dehidrasi, daerah mata cekung. Gejala umum : distensi abdomen dan stasis rumen (rumen tidak berkontraksi). Suhu tubuh dapat meningkat cepat kemudian turun drastis. Denyut jantung meningkat dan cepat, hewan tampak bernafas dangkal dan cepat. Kadang hewan mengalami kebutaan. Dalam 24 jam hewan akan mengalami diare yang berbau kecut (masam) dan berlendir, berbuih berwarna coklat kekuningan atau keabuan. Hewan kemudian ambruk, koma dan mati. Subakut gejala mirip dengan akut berat hanya lebih ringan. Kronis akan disertai laminitis, pincang, abses liver, rumenitis kronis. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 5. Asidosis rumen • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Berikan 1gram/kg BB magnesium oksida atau magnesium hidroksida atau natrium bikarbonat peroral. • Terapi suportif yang bisa diberikan adalah pemberian thiamine, kalsium dan anti radang. • Hewan sebaiknya diajak exercise (bergerak/berjalan) agar isi perut segera bergerak di dalam saluran pencernaan. • Hindari pemberian pakan tinggi karbohidrat rendah serat dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 6. Indigesti sederhana • Indigesti adalah penyakit pada saluran pencernaan. Penyakit ini sering terjadi pada sapi terutama yang dikandangkan. • Penyebab utama biasanya adalah pakan yang terlalu tinggi kandungan seratnya. • Faktor risiko : perubahan pakan mendadak, kualitas pakan buruk, pemberian antibiotika jangka panjang atau kekurangan minum. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 7. Indigesti sederhana • Gejala klinis • Sapi tampak enggan makan bahkan tidak mau makan sama sekali. Namun adakalanya sapi makan terus. Hal ini karena tidak ada makanan yang masuk ke dalam ususnya dan diabsorbsi sehingga tubuh merasa lapar. • Palpasi atau tinjuan pada daerah flank (rumen) akan membekas seperti kita menekan tanah liat (sarat rumen). • Tanda-tanda vital normal, namun tidak ditemukan kontraksi rumen. Feses normal atau mengeras, seringkali jumlahnya menurun bahkan tidak ada masa feses di dalam saluran pencernaan. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 8. Indigesti sederhana • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Pemberian rumenotorik akan membantu meningkatkan kontraksi rumen. • Berikan pakan yang baik, rumput segar dan air. Pemberian viramin B akan membantu proses pencernaan mikrobial dan pergerakan rumen. • Bila mungkin berikan isi rumen hewan lain untuk membantu memperbaiki fermentasi mikroba di dalam rumen. • Pencegahan dilakukan dengan menghindari pemberian pakan yang terlalu tinggi serat. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 9. Milk fever • Penyakit ini umumnya terjadi pada sapi perah. Kalsium esensial untuk hematologi, kontraksi otot, metabolisme tulang • Kausa : kadar kalsium darah di bawah normal (<7 mg/dl). • Faktor risiko : produksi susu tinggi, tua, manajemen pakan masa kering. • Pada domba umumnya terjadi pada akhir kebutingan, sedang pada kambing terjadi sebelum partus sebagaimana pada domba atau pasca partus terutama pada kambing perah yang berproduksi tinggi. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 10. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 11. Milk fever • • Gejala klinis Stadium awal (stadium eksitasi) hewan tampak kaku, tidak bergerak. Anoreksia. Gejala ini umumnya tidak begitu tampak karena berlangsung sangat singkat. • Stadium dua (stadium sternal) hewan tidak mampu berdiri namun masih rebah sternal. Depresi, anoreksia, cuping hidung kering, suhu subnormal, ekstrimitas dingin. • Stadium tiga (stadium terminal) hewan rebah lateral, lethargi, takikardia (120/menit), pulsus tidak terdeteksi, bloat. Kesadaran mulai hilang, tidak responsif terhadap rangsangan, koma. • Gejala pada domba biasanya ambruk, paralisis. Namun kadang juga ditemukan tremor dan tetani. Rebah sternal sebagaimana terjadi pada sapi jarang ditemui pada domba. Gejala pada kambing mirip seperti pada domba. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 12. Milk fever • • • • • • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Kurangi bloat yang terjadi. Sapi sebaiknya diposisikan rebah sternal. Berikan preparat kalsium seperti kalsium glukonat 23% 500 ml intravena. Pemberian kalsium sebaiknya secara perlahan dan periksa denyut jantung secara teratur. Bila terapi berhasil, maka sapi biasanya akan eruktasi, urinasi, defekasi dan berusaha bangun atau berdiri. Biasanya dalam 30 menit setelah terapi hewan akan berdiri. Bila perlu pemberian kalsium diulangi dalam12 jam. Pada domba atau kambing dapat diberikan kalsium buroglukonat 23% sebanyak 50-500 ml. Pencegahan dengan memberikan diet rendah kalsium saat masa kering setidaknya seminggu sebelum partus. Pemberian vitamin D3 menjelang partus. Pemberian kalsium yang cukup saat laktasi. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 13. Downer Cow Syndrome • Sindroma ambruk pada sapi umumnya Downer Cow Syndrome (DCS) merupakan lanjutan dari milk fever. Bila dalam 24 jam meski diterapi kalsium, sapi tidak juga bisa berdiri dapat dikatagorikan menderita DCS. • Namun dapat juga DCS tidak berkaitan dengan kejadian milik fever. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 14. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 15. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 16. Downer Cow Syndrome • Gejala klinis • Hewan tidak menunjukkan gejala sakit, namun tidak bisa berdiri. Kadang tampak seperti merangkak atau terduduk (dog sitting position) karena tidak mampu berdiri. • Komplikasi terjadi bila terjadi trauma saat berusaha berdiri, terutama pada panggul. Hewan juga mengalami dekubitus, fraktur, kerusakan otot dan lain-lain. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 17. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 18. Downer Cow Syndrome • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Terapi penyebab utama penyakit bila mungkin. Pemberian tambahan sumber fosfat dapat membantu. Berikan alas yang empuk agar tidak terjadi dekubitus atau trauma pada bagian tubuh yang lain. • Pemberian analgesik (aspirin, phenylbutazone, flunixin meglumin) dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit pada otot. • Pencegahan dapat dilakukan dengan menempatkan pada kandang yang nyaman dan alas yang tebal untuk mencegah trauma saat melahirkan, usahakan cukup umur dan besarnya induk saat melahirkan serta cegah terjadinya milk fever. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 19. Grass tetany • Lactation tetany, hipomagnesia • Magnesium esensial dalam metabolisme tulang, syaraf dan muskulus. • Penyebab : kadar mg darah di bawah normal (<1,5mg/dl). Output dan input magnesium tidak seimbang. Kadar kalium rumen meningkat akibat defisiensi natrium (garam). • Absorbsi mg menurun bila intake kalium meningkat. • Predisposisi : produksi susu tinggi, stress lingkungan, kadar kadar mg hijauan kurang (muda), perubahan pakan kering ke hijauan muda. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 20. Grass tetany • Gejala klinis • Akut. Bersifat fatal, kematian mendadak tanpa gejala terutama pada sapi yg dikandang.Mulut dan hidung berbuih. Lantai kandang akibat merejan sebelum mati. • Hewan menunjukkan gejala syaraf, jalan kaku, gallop, melenguh keras sebelum rebah dan tidak bisa bangkit lagi. Tidak respon terhadap rangsangan (sinar, suara, sentuhan), kejang, tetany, menendang. Nistagmus. • Subakut. Gejala lebih ringan, tidak mampu mengerakkan kaki 3-4 hari penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 21. Grass tetany • Pengobatan, pengendalian, pencegahan • Injeksi 1,6-2,7 g mg boroglukonas, garam klorid atau hipofosfit. Kombinasikan dg kalsium. • 0,04 ml/menit/kg 25% larutan mg (0,025 g/ml) • Oral magnesium untuk pencegahan. • Pencegahan : sapi berisiko (pakan hay atau hijauan muda stress lingkungan, produksi tinggi). Daerah intensif pemupukan (PK). penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 22. Asetonemia • Disebut juga ketosis klinis, yang umumnya terjadi pada sapi perah. Ketosis terjadi akibat ketidakseimbangan kebutuhan karbohidrat atau sumber energi. • Ada dua macam ketosis yaitu ketosis primer dan sekunder. Ketosis sekunder biasanya berkaitan dengan terjadinya penyakit lain yang diderita hewan, karena hewan biasanya tidak mau makan. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 23. Asetonemia • Gejala klinis • Pada ketosis primer umumnya hewan menunjukkan penurunan nafsu makan dan produksi susu secara bertahap. • Sapi akan kehilangan berat badan dan depresi. Sapi lebih memilih hijauan untuk dimakan. Feses umumnya kering dan keras. • Umumnya nafas berbau keton. Hewan akan pulih dengan sendirinya bila memperoleh pakan baik yang cukup. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 24. Asetonemia • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Berikan dextrose 50% sebanyak 500 ml intravena. Berikan kortikosteroid (dexamethasone 10 mg IM) untuk memberikan efek glukoneogenesis atau anabolik steroid (Trenbolone asetat 60-120 mg). Bila perlu ditambahkan vitamin B12 dan Cobalt atau Asam nikotinat pada pakan. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 25. Pregnancy Toxemia • Penyakit ini sering terjadi pada domba, meski dapat ditemukan juga pada ruminansia besar lain. Pada ruminansia kecil terutama domba umumnya terjadi pada akhir kebuntingan, menjelang partus. Faktor risikonya adalah kebuntingan lanjut, kegemukan dan beranak banyak (lebih dari satu). Kejadian ini biasanya berkaitan dengan perubahan pakan mendadak atau cuaca yang buruk dan bisa terjadi pada satu hewan atau dalam sekelompok hewan. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 26. Pregnancy toxemia • Gejala klinis • Gejala utama yang terlihat adalah gejala syaraf seperti tremor, kejang, kebutaan, depresi, inkoordinasi atau ataksia. Hewan mungkin membenturkan kepala, berputar-putar atau seperti merumput. Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah konstipasi dan nafas berbau keton. Distokia mungkin juga terjadi pada saat melahirkan. Pada akhirnya domba akan ambruk, koma dan mati dalam 4-7 hari. Kematian terjadi karena toksemia akibat kematian dan dekomposisi fetus. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 27. Pregnancy toxemia • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Berikan preparat sumber energi seperti dextrose secara intravena atau propylene glycol secara peroral. Kortikosteroid dapat diberikan untuk memberikan efek glukoneogenesis. Hewan yang tertangani segera diberikan pakan yang baik dan mudah cerna atau palatable. Bila perlu, lakukan operasi sectio caesar dengan segera untuk menyelamatkan induk dan anak domba. • Hindari kegemukan dan berikan pakan yang cukup pada induk domba pada kebuntingan akhir. Hindari perubahan pemberian pakan. Bila perlu sediakan pakan suplemen seperti molases blok. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 28. Fatty Cow Syndrome • Pada sapi perah penyakit ini sering terjadi pada pasca partus dan umumnya merupakan kaitan dengan penyakit peripartus lain seperti metritis, milk fever, ketosis, retensi plasenta. Sedangkan pada sapi potong lebih sering terjadi pada akhir kebuntingan. Faktor risikonya adalah sapi-sapi kegemukan. Penyebab munculnya Fatty Cow Syndrome adalah ketidakseimbangan metabolsime karbohidrat. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 29. Fatty Cow Syndrome • Gejala • Umumnya terjadi pada peternakan yang intensif perah atau penggemukan. Sapi yang menderita umumnya sapi yang gemuk atau sangat gemuk. Hewan tampak depresi dan anoreksia. Sering juga diikuti ketosis sekunder yang berat. Gejala pada sapi potong mirip dengan pregnancy toxemia pada domba. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 30. Fatty Cow Syndrome • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Lakukan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya (milk fever, retensi plasenta, metritis, dan lain-lain). Berikan pakan yang baik dan mudah dicerna. Obat lain dapat diberikan protamine-zinc insulin 200 IU IM tiap hari atau niacin 6-12 gram/hewan/hari peroral 1-2 minggu sebelum partus dan 90-100 hari pasca partus. Pemberian kortikosteroid biasanya tidak disarankan. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 31. Retensi plasenta • Disebut juga retensi sekundinae. Plasenta secara normal akan lepas dari induk paling lama 1-12 jam pasca melahirkan. Pengeluaran plasenta lebih dari waktu tersebut adalah tidak normal. Pada sapi, retensi plasenta bisa terjadi 4-8 hari atau lebih bila tidak ada pertolongan. • Penyebab : ada gangguan pelepasan dari karunkula induk. Hal ini bisa disebabkan oleh keradangan atau infeksi seperti pada kasus brucellosis, trichomniasis, vibriosis atau infeksi bakterial lain yang menyebabkan plasentitis atau radang plasenta. Faktor lain seperti kelahiran prematur, kekurangan mineral atau vitamin. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 32. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 33. Retensi plasenta • Gejala klinis • Gejala yang paling jelas adalah tampak adanya plasenta yang masih menggantung yang keluar dari alat kelamin. Kadang plasenta menggantung sampai lantai kandang, bahkan dapat terinjak sapi yang lain. Kadang plasenta tidak begitu panjang sehingga hanya tampak bila sapi rebah, namun plasenta masuk ke dalam saluran kelamin bila hewan berdiri. Kadang disertai bau busuk, akibat pembusukan pada plasenta. • Kesehatan secara umum terganggu, depresi, produksi susu turun, respirasi cepat dan suhu tubuh meningkat. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 34. Retensi plasenta • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Pertolongan terutama ditujukan untuk mengeluarkan plasenta dari alat kelamin, bila perlu dilakukan secara manual. • Oksitosin 100 IU untuk ruminansia besar atau 30-50 IU untuk ruminasia kecil akan membantu kontraksi uterus, sehingga dapat menyebabkan keluarnya plasenta. • Selanjutnya dilakukan pencucian uterus menggunakan larutan desinfektan, rivanol 1% atau antiseptik lain. Untuk mencegah timbulnya infeksi atau metritis berikan antibiotika. Penicillin 1 juta IU dikombinasi dengan streptomisin 1 gram dalam 40 ml larutan dimasukkan dalam uterus. Bisa juga menggunakan bolus klortetrasiklin 500 mg (Aeromycin) intrauteri. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 35. Keracunan urea • Seringkali urea digunakan sebagai bahan untuk amoniasi jerami. Sumber nitrogen non protein. • Penyebab : urea yang diberikan terlalu banyak sehingga sapi mengalami keracunan atau sapi seringkali minum atau makan pupuk urea yang tidak disimpan dengan baik oleh peternak. • Urea tersebut di dalam rumen akan dimanfaatkan oleh mikroba dan menghasilkan amonia. Di dalam tubuh amonia adalah zat beracun dan menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai encephalopati hepatis dimana hewan menunjukkan gejala syaraf atau kejang-kejang karena gangguan sistem syaraf pusat akibat adanya akumulasi amonia di dalam tubuh. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 36. Keracunan urea • Gejala klinis • Hewan hipersalivasi dan berbuih, gigi menggeretak karena adanya rasa sakit dan tampak telinga dan wajahnya menegang. Adanya nyeri abdomen disertai bloat. • Selain itu hewan menunjukkan peningkatan frekuensi respirasi dan berat. Hewan lebih sering urinasi. • Selanjutnya hewan kejang dan ambruk. Seringkali hewan ditemui mati di dekat sumber urea tersebut. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 37. Keracunan urea • • Pengobatan, penanggulangan dan pencegahan Bila diketahui hewan menderita keracunan urea harus segera diterapi, meskipun hasilnya tidak cukup memuaskan. Gunakan sonde lambung untuk mengurangi bloat yang terjadi, sekaligus untuk memberikan air dingin. • Sapi dewasa : 45 liter diikuti beberapa liter asam asetat 6% atau cuka. Pengenceran tersebut akan menurunkan suhu di dalam rumen dan meningkatkan asiditas rumen sehingga mampu mengurangi produksi amonia. Bila perlu ulangi dalam 24 jam. • Berikan urea secara bertahap dalam jumlah yang sedikit (0,1 gram/kg BB) atau 35-40 gram untuk sapi 400 kg. • Simpan dengan baik urea yang biasanya digunakan sebagai pupuk agar tidak mudah dimakan sapi atau ruminansia kecil. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 38. Keracunan lantana • Lantana camara atau kembang telekan adalah tanaman yang selalu hijau dan bertahan saat musim kemarau, sementara tanaman lain mengering. Menarik hewan untuk memakannya. • Komponen-komponen beracun tanaman ini yaitu Lantadene A (LA), Lantadene B (LB), Lantadene C (LC) dan Lantadene D (LD). Di antara komponen tersebut LA dan LB yang paling toksik. • Pada daerah kering, keracunan Lantana sering dilaporkan bahkan menjadi wabah. Di Indonesia bahkan pernah dilaporkan terjadi wabah keracunan Lantana pada sapi Bali di Kalawi, Donggala tahun 1980. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 39. Keracunan lantana • Gejala klinis • Gejala awal adalah hewan akan mengalami gejala yang disebut fotosensitisasi dermatitis. Hewan akan mengalami kemerahan (eritema) pada kulit terutama yang terkena sinar matahari. Kulit yang terkena umumnya yang berambut tipis atau tidak berambut, termasuk juga di sekitar mocong. Bila berlanjut maka kulit tersebut akan nekrosis dan mengelupas. • Gejala yang lain hewan akan menunjukkan perubahan warna urine. Urine biasanya berwarna merah bahkan coklat tua. Gejala-gejala tersebut sangat mirip dengan penyakit Baliziekte. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 40. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 41. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 42. Keracunan lantana • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Drenching dengan 2,5 kg karbon aktif dalam 20 liter untuk sapi atau 500 gram dalam 4 liter untuk kambing atau domba. Karbon aktif ini bertindak sebagai antidote keracunan. Dosis yang kedua mungkin diperlukan dalam 24 jam setelah terapi pertama bila kesembuhan masih belum tampak nyata. • Bentonite dapat digunakan sebagai pengganti karbon aktif, namun tidak cukup efektif sebagaimana karbon aktif. Bila perlu lakukan terapi cairan. Antibiotika dan sunscreen mungkin diperlukan untuk mengatasi keruskan kulit. • Bilamana tidak kunjung membaik ada kemungkinan telah terjadi kerusakan renal. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 43. Keracunan nitrit-nitrat • • Keracunan nitrat atau nitrit mirip dengan keracunan urea. Nitrat (NO3)sebetulnya bukan merupakan bahan toksik. Namun di dalam tubuh, nitrat dicerna dan berubah menjadi nitrit (NO 2) oleh mikroba rumen. Kemudian nitrit yang beredar di dalam darah akan mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin. • Hemoglobin yang juga berfungsi mengikat oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan menjadi berkurang. • Pada monogastrik nitrat akan dikonversi menjadi nitrit di dalam usus, sehingga kecil kemungkinan untuk diabsorbsi dan menimbulkan masalah. • Sumber penularan biasanya dari tanaman (Astragalus) atau air sumur yang dalam sehingga terjadi akumulasi nitrat terutama bila di sekitarnya dilakukan pemupukan menggunakan pupuk nitrogen yang berlebihan. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 44. Keracunan nitrit-nitrat • Gejala klinis • Hewan akan menunjukkan gejala setelah 6 jam memakan atau menelan bahan tersebut. Hewan menunjukkan gejala anoksia berat (kekurangan oksigen) seperti lemah, depresi, sianosis dan takikardia atau denyut jantung meningkat. Hewan akan mati bila 6075% hemoglobin dioksidasi menjadi methemoglobin. Biasanya ini berlangsung dalam 24 jam pasca hewan memakan bahan tersebut. • Sedangkan bila serangan bersifat kronis umumnya terjadi abortus dan meningkatkan kebutuhan vitamin A atau hewan menunjukkan gejala hipovitaminosis A. penyakit non infeksius - triakoso 2010
  • 45. Keracunan nitrit-nitrat • Pengobatan, pengendalian dan pencegahan • Pada penderita dapat diberikan Methylene blue 1% yang dapat mereduksi methemoglobin menjadi hemoglobin. • Terapi tunggal 1-2 mg/kgBB intravena memberikan hasil yang baik pada monogastrik. • Sedangkan pada ruminansia butuh dosis hingga lebih dari 20 mg/kgBB dan bila perlu diulangi tiap 8 jam bila mengkonsumsi nitrat dalam jumlah besar. penyakit non infeksius - triakoso 2010