SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 29
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Human Development Issues in Global Context :



    HOW DO WE PERCEIVE NATURE OF HUMAN
    POTENTIALITIES AND ITS DEVELOPMENT?


   Konseling bagi Anak ”Berbakat”

                      Oleh
                 Yuyus Suherman

                                   yuyus@upi.edu
PENDAHULUAN

  Isu menarik berkaitan dengan layanan pendidikan
  bagi anak”berbakat” (Gifted and Talented Child) yang
  dalam bahasa uu disebut peserta didik yang memiliki
  potensi kecerdasan dan bakat istimewa/lebih populer
  dimasarakat dg cerdas istimewa dan bakat istimewa
  (CI/BI) adalah adanya beragam motivasi dan
  implementasinya.
  Dalam perspektif global, penyelenggaraan program
  akselerasi memberikan nilai positif, karena tidak
  dapat dipungkiri bahwa tantangan global dan
  persaingan antar bangsa dalam berbagai aspek
  kehidupan semakin nyata.
  Sehingga dengan penyelenggaraan program
  akselerasi diharapkan lahir SDM unggul yang dapat
  bersaing dalam lingkup nasional dan global.
Namun disisi lain program ini mengundang sorotan
kritis. Disinyalir telah menjadi program prestise
sekolah. Hal lain yang disorot adalah rendahnya
kecakapan sosial siswa, sehingga cenderung
menjadi asing dan tidak peduli lingkungan
Namun esensi persoalannya tidak sesederhana itu,
sebab ini terkait dengan bagaimana filosofi yang
melandasi pendidikan AB tersebut, dan bagaimana
kita memandang manusia secara utuh, termasuk
menempatkan potensi AB pada proporsi wajar sbg
individu unik dan bagian keberagaman di kelas.
Pemikiran ini menggiring pada persoalan menarik
bagaimana model conseling bagi anak berbakat
KEBERBAKATAN
 Merupakan konsep dinamis, berkembang dari konsep
     unidimensional ke multidimensional. Bervariasi
          tergantung pada nilai ideal zamannya.
 zaman Yunani keberbakatan dikaitkan dg kepandaian
    berpidato, zaman romawi dikaitkan dg kepandaian
                       berperang.

       Terman (1925) memberi perspektif lain
 dengan mengaitkan dengan kecerdasan (IQ). dimana
     mereka yg IQ 140 (Wechlers) diklaim sbg siswa
  berbakat.Tyler (1950) & Torrance (1965) lebih luas lagi
              menambah dengan kreativitas.

Perspektif lebih lengkap dikemukakan Renzulli (1979),
   menegaskan keberbakatan berkaitan dg kemampuan
  umum diatas rata-rata, komitmen tinggi terhdp tugas,
                   dan kreativitas tinggi.
Renzulli’s Conception of Giftedness




                         Above
                        Average
                         Ability




                  Task
               commitment          creativity




                                          Sumber Khatena,J, (1992)
siswa berbakat dinyatakan
sbg mereka yg oleh psikolog dan/atau guru
   diidentifikasi sbg peserta didik yg telah
  mencapai prestasi memuaskan, memiliki
   kemampuan intelektual untuk berfungsi
    pada taraf cerdas, kreatif yg memadai
      dan keterikatan terhadap tugas yg
       tergolong baik. DIKNAS (2003)
ANAK BERBAKAT DAN PENDIDIKANNYA

  AB merupakan aset nasional sekaligus modal dasar
  pembangunan bangsa. Ini hanya dapat digali dan
  dikembangkan secara efektif melalui strategi
  pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan
  terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang
  dengan memperhatikan pengembangan potensi
  peserta didik secara utuh dan optimal.
  Strategi pelayanan pendidikan yang dilaksanakan
  selama ini masih bersifat klasikal, yang memberikan
  perlakuan dan layanan pendidikan yang sama
  kepada semua peserta didik.
  Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan,
  kecerdasan, minat, bakat dan kreativitasnya.
Penelitian Depdikbud (1994) menunjukkan
sepertiga peserta didik yg digolongkan siswa
berbakat (gifted and talented) berprestasi
kurang (underachiever).
Munandar (1992) cukup banyak anak
berbakat yg prestasi di sekolahnya tidak
mencerminkan potensi intelektual mereka yg
menonjol.
Penyebabkanya adalah kondisi eksternal atau
lingkungan belajar kurang menunjang,
kurang menantang untuk mewujudkan
kemampuannya secara optimal.
PERKEMBANGAN DISINKRONI ANAK
BERBAKAT

        Perkembangan disingkoni (Dyssynchronie)
dikemukakan Jean-Charles Terrasier dari Perancis tahun
      1970. Pengertian disinkronitas perkembangan pd
    anak gifted ini diambil dari teori Kazimierz Dabrowski
     (1960) yaitu The Theory of Positive Dismtegration.
            Dalam teorinya Dabrowski menjelaskan
   perkembangan overexcitibility berbagai aspek tumbuh
         kembang individu gifted, yg meliputi aspek:
   psikomotor, sensual, intelektual, imajinasi, dan emosi
   (Webb dkk, 2005). Disinkronitas perkembangan dapat
      menyangkut perkembangan antar individu cerdas
   istimewa dengan sebayanya (eksternal disinkronitas),
      tapi juga dapat menyangkut perkembangan antar
      berbagai aspek tumbuh kembang anak itu sendiri
                    (internal disinkronitas).
PERKEMBANGAN CEPAT
 Perkembangan AB diyakini lebih cepat dari
               teman sebayanya.
Monks (Monks & Ypenburg, 1995) menyebut
   AB sbg anak yang mengalami lompatan
    perkembangan. Sebab menurutnya pd
  periode nol hingga 2,5 tahun, masih terlalu
   dini memberi label sbg AB, meskipun pd
   anak tersebut tdp beberapa gejala yang
  dpt menunjukan kelak anak tersebut akan
           berkembang menjadi AB
Faktor kepribadian populasi
ini juga perlu mendapatkan perhatian.
    Kepribadian anak berbakat banyak
dipengaruhi oleh perkembangannya yang
 khusus, seringkali mempunyai kemiripan
 dengan berbagai gangguan perilaku dan
  mental, yang bila tidak secara hati-hati
maka anak-anak kelompok ini dapat masuk
     ke dalam diagnosa lain yang tidak
         menguntungkan baginya
           (Webb,dkk, 2005).
karakteristik AB meskipun tidak
                 harus selalu semua ada,
         adalah perkembangannya mengalami
lompatan yg berakibat perkembangan intelektualnya jauh
   berada di atas usia kalendernya. Hal ini mengakibatkan
     adanya perbedaan antara psikis dan biologis yang
    berdampak pada masalah pedagogis. Karena itu usia
    kalender secara umum tidak dapat digunakan untuk
  populasi AB. AB sejak dini sudah mempunyai rasa ingin
      tahu sangat besar, mempunyai enerji luar biasa
   sehingga menyebabkan ia selalu melakukan observasi,
     eksplorasi, dan mempunyai jam tidur lebih sedikit.
persfeksinis dan keinginan mempelajari
   berbagai hal dari dasar, dapat membawanya
pada pemikiran jauh dan tidak biasa dipikirkan anak
   seusianya. Misalnya, balita sudah memikiirkan t
    kemanusiaan, bagaimana manusia datang dan
     hidup di bumi, kematian, dimana pemikiran
    sangat jauh itu dapat membawanya pada cara
  berpikir berkelanjutan dan dalam. Caraberpikir ini
   dapat memicu ke arah kecemasan dan keinginan
  bunuh diri, dan memerlukan bimbingan pemikiran
              dan pengarahan yang baik.
KONSELING BAGI ANAK
BERBAKAT
     Konseling AB baru mendapatkan sedikit perhatian.
 Padahal kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi,
   memilih, berjuang, meraih serta mempertahankan karier
     itu ditumbuhkan secara isi mengisi atau komplementer
        oleh konselor dan guru dalam setting pendidikan.
 Meskipun jika dicermati secara mendalam, pengembangan
   diri peserta didik secara utuh dan maksimal lebih banyak
       terkait dengan wilayah layanan guru, yaitu dengan
    pembentukan berbagai dampak pengiring yang relevan
          dalam rangka mewujudkan secara utuh sosok
    pembelajaran yang mendidik yang menggunakan materi
           kurikulum sebagai konteks kegiatan belajar,

  namun dalam setting pendidikan formal, kontribusi guru
     masih parsial sehingga perlu dilengkapi oleh konselor
         yang menyelenggarakan layanan di wilayah
                Bimbingan dan konseling.
Gb. 1.1 Peran Bimbingan dan Konseling dalam Perkembangan
  Optimum Anak Berbakat (Adaptasi dari Depdiknas, 2007)
Konselor berperan dalam bingkai layanan bimbingan
konseling yang memandirikan, dilakukan dalam wilayah
layanannya, maupun secara bahu-membahu dengan
guru dalam wilayah komplementer.
Pemikiran ini didasarkan atas kenyatan keberbakatan
ditemukan pada tingkat agak berbakat, berbakat, dan
sangat berbakat.
American Psychiatric Association (1980) melaporkan
tidak seorang pun menyarankan individu agak
terbelakang diberi pelajaran pada level sama dengan
yang sangat terbelakang.
Kontrasnya, dalam konteks anak berbakat, tingkat
keberbakatan ini diabaikan. Padahal analoginya sama,
masing-masing merefleksikan harapan pencapaian
jangka pendek dan jangka panjang berbeda.
Milgram (1991) mengemukakan ada dua faktor
yang mendorong kurangnya kesadaran akan
kemampuan anak berbakat; (1) tidak
diidentifikasi dan diremehkan di sekolah, (2)
diidentifikasi dan diperlakukan secara
berlebihan.
Hal ini juga terjadi karena banyak anak
berbakat yang potensinya tidak direfleksikan
dalam nilai IQ, sehingga mereka bernasib
seperti Einstein, Edison, dll, dinilai sebagai
anak gagal, padahal keduanya memiliki
kemampuan luar biasa dan cara belajar unik.
Seperti halnya
penyandang cacat fisik, terbelakang mental,
  gangguan pendengaran/penglihatan, yang
   perkembangannya berbeda dengan anak
   biasa, AB memiliki kebutuhan bimbingan
       konseling untuk mengoptimalkan
    potensinya, ditambah kebutuhan yang
   berakar dari kemampuan luar biasanya.
    Kemampuan luar biasa anak berbakat
          membutuhkan pendekatan
           konseling yang sesuai
 (Myers & Pace,1986 dalam Milgram,1991)
Milgram (1991) membagi kebutuhan AB akan
bimbingan konseling dalam katagori : kognitif-
akademik, pribadi-sosial, dan pengalaman.
Dalam kontreks kognitif-akademik, anak berbakat
memerlukan pengetahuan diri, peluang akademik dan
karir. Mereka membutuhkan informasi spesifik
mengenal kombinasi unik kemampuannya.
Dalam konteks pribadi sosial, anak berbakat
memerlukan konseling dalam lingkup pribadi-sosial
untuk menyadari kemampuan khususnya.
Adapun dalam konteks kebutuhan pengalaman, AB
membutuhkan pengalaman diluar sekolah, baik
dalam keluarga, masyarakat, dan berupa aktivitas di
waktu senggang.
Realisasi potensi kemampuan anak berbakat tergantung
interaksi antara peluang lingkungan dengan kemampuan
kognitif dan karaktersitik pribadi sosial.
Anak berbakat perlu memahami keberbakatannya secara
keseluruhan dalam bentuk model 4 x 4.
Model ini merefleksikan pemahaman dengan menyebut
tiga setting yang mempengaruhi keberbakatan.
Struktur model ini merupakan kerangka konseptual yang
mengorganisir apa yang diketahui tentang keberbakatan
agar bermanfaat bagi guru, konselor, dan orang tua
ketika memberikan konseling anak berbakat.
Dalam model 4 x 4 ini, keberbakatan merupakan
fenomena multidimensi, membandingkan dan
menekankan keberbakatan pada tingkatan berbeda.
Berdasarkan model tersebut AB dengan tingkat
kemampuan berbeda diharapkan menghasilkan prestasi
berbeda pula.
Hal ini mengarahkan pada perlunya penyesuaian ini dan
strategi konseling bagi AB, dan memfasilitasi perencanaan
spesifik menurut profil potensinya.
Dalam model 4 x 4, keberbakatan digambarkan dalam
empat kategori, dua kategori yang berhubungan dengan
aspek inteligensi dan dua kategori berhubungan dengan
aspek berpikir orisinal, dan empat tingkatan kemampuan
(sangat berbakat, berbakat, agak berbakat, dan tidak
berbakat).
Dua aspek lainnya, pertama dimensi lingkunga belajar anak
berbakat (rumah, sekolah, danmasyarakat). Kedua,
keberbakatan digambarkan tertanam dalam lingkaran
perbedaan individual berkaitan dengan usia , jenis kelamin,
status sosial ekonomi, kultur, dan kepribadian.
Model konseling yang mempertimbangkan Milgram: 4 x 4
structure of giftedness diharapkan membantu guru,
konselor, dan orang tua untuk memahami kebutuhan
konseling khusus bagi tiap-tiap anak berbakat berdasarkan
profit unik yang dimilikinya.
Diharapkan dengan model ini adanya tanggung-jawab atas
konseling bagi AB untuk bertindak sesuai dengan petunjuk
dari konselor.
Walaupun demikian, guru kelas reguler, guru kelas khusus,
dan orang tua semuanya memberikan konseling atau
menyediakan informasi dan saran bagi anak berbakat.
Orang yang berbeda yang berbagi tugas untuk memberikan
saran pada anak berbakat memiliki tujuan yang sama, yaitu
membantu anak berbakat untuk membuat keputusan yang
bijak.
PENUTUP
 Anak berbakat memiliki sikap perfectionist, karena itu
 mereka takut akan kegagalan, namun pada kasus
 perempuan berbakat terjadi sebaliknya mereka takut akan
 kesuksesan (Kaslow dan Schwartz, 1978).
  ”Takut Kegagalan” disebabkan oleh harapan diri sendiri
 yang besar dan faktor luar untuk berpenampilan sempurna
 dan ”Takut akan Kesuksesan” membahayakan prestasi
 anak-anak berbakat dikelas.
 Ketakutan akan resiko yang muncul karena kurangnya
 pengetahuan dan kecakapan, sehingga tidak mau
 memberanikan diri masuk ke lingkungan dan aktivitas baru.
 Jika tidak mencoba, tentunya ia tidak akan gagal. Jika tidak
 mencoba, tentunya ia akan kehilangan kesempatan untuk
 belajar, dan meraih prestasi, dan untuk aktualisasi diri
 (Whitmore, 1986).
Aspek lain yang harus diperhatikan adalah prestasi rendah
pada anak-anak berbakat. Hal ini terjadi karena kurangnya
motivasi mereka dalam berbagai bidang studi yang akan
menjadi masalah bagi guru dan orang tua.
Bagi anak berbakat, ”Penolakan kesempatan untuk ikut dalam
program akademik yang lebih menantang bisa menjadi pilihan
untuk menghindari konflik psikologis yang dialami murid-murid
pada kegiatan yang sama, (Whitemore, 1986).
Hal ini karena mereka berada dalam lingkungan kelas
tradisional secara eksklusif dan tidak mengambil semua
keuntungan dari semua kesempatan yang terbuka untuk
mereka. Mereka bisa dibilang ”malas” karena mereka belajar
untuk gagal, agar terhindar dari ketidaknyamanan dan akibat
buruk lainnya.
Bagi anak perempuan hukuman itu terpusat pada penolakan
sosial atau social rejection, khususnya pada usia pra-remaja
(Hollinger, dan Fleming, 1984).
AB harus di beri waktu berpikir
 dengan kreatif. Sering, kreativitas
 memerlukan waktu untuk pengeraman
          (Wallas, 1926). J

Jika AB diminta berpikir dengan kreatif,
     mereka memerlukan waktu untuk
  melakukannya dengan baik. Sementara
  masyarakat hari ini adalah masyarakat
  serba cepat, dan tergesa-gesa, makan
     makanan cepat, dan menghargai
                kecepatan.
Bagi anak berbakat
penting untuk menyadari ”bahwa salah
    itu wajar” dan menjadi berbakat
   bukan berarti dia harus sempurna
  setiap usaha dan setiap waktu yang
              mereka jalani
REFERENSI

 Clark, Barbara (1983) Growing Up Gifted, Secon. Ed. Ohio;
 Charles E.merrril Publishing Company
 Departemen Pendidikan Nasional ( 2007) Penataan Pendidikan
 Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalaa
 Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas
 Milgram, R.M. ( 1991) Counseling Gifted and Talented Children, A.
 Guide for Teacher, Counselors, and Parents, Norwood,N.J. Ablex
 Publishing Coorporation
 Sisk, Dorothy (1987) Kreative Teaching of the Gifted. USA:
 McGraw-Hill
 Miler, Alice ( 2005) The Drama of The Gifted Child : The Search for
 the True Self Drama Anak-anak kita. Anak Berbakat mencari
 Identitas. Penerjemah : Nikmah Sarjono. Jakarta: Alvabeta
 Semiawan, Conny (1996) Perspektif Pendidikan Anak Berbakat,
 Jakarta: Depdikbud
 Munandar, Utami ( 1995) Mengembangkan Kreativitas Anak
 Berbakat, Jakarta: Depdikbud
TERIMA KASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Cerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewaCerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewarenizadja
 
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)Misc_ChaAlhedrah
 
Keinginan dan keperluan asas kanak kanak
Keinginan dan keperluan asas kanak kanakKeinginan dan keperluan asas kanak kanak
Keinginan dan keperluan asas kanak kanakMuhammad Shariff Arifin
 
Topik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seniTopik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seniWany Hardy
 
Model dan teori perkembangan k2
Model dan teori perkembangan k2Model dan teori perkembangan k2
Model dan teori perkembangan k2inatunyusof
 
peran orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anakperan orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anakNova Ci Necis
 
8004852 perbezaan-individu
8004852 perbezaan-individu8004852 perbezaan-individu
8004852 perbezaan-individuFiqrie Shamsuri
 
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN
MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARANMEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARANTika Nafisah
 
keragaman siswa
keragaman siswakeragaman siswa
keragaman siswaNur IB
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemmasriyah91
 
Teori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piagetTeori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piagetFanera Jeffery
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2Muhammad Hamdani
 

Was ist angesagt? (20)

Buku saku psikologi anak berbakat
Buku saku psikologi anak berbakatBuku saku psikologi anak berbakat
Buku saku psikologi anak berbakat
 
Cerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewaCerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewa
 
Makalah pertemuan 9
Makalah pertemuan 9Makalah pertemuan 9
Makalah pertemuan 9
 
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
 
Keinginan dan keperluan asas kanak kanak
Keinginan dan keperluan asas kanak kanakKeinginan dan keperluan asas kanak kanak
Keinginan dan keperluan asas kanak kanak
 
Kecerdasan anak usia dini
Kecerdasan anak usia diniKecerdasan anak usia dini
Kecerdasan anak usia dini
 
Tugas kurikulim dan pembelajaran
Tugas kurikulim dan pembelajaranTugas kurikulim dan pembelajaran
Tugas kurikulim dan pembelajaran
 
Topik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seniTopik 2 kanak kanak dan seni
Topik 2 kanak kanak dan seni
 
Asignment perbezaan individu
Asignment perbezaan individuAsignment perbezaan individu
Asignment perbezaan individu
 
Model dan teori perkembangan k2
Model dan teori perkembangan k2Model dan teori perkembangan k2
Model dan teori perkembangan k2
 
peran orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anakperan orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anak
 
Tugas anak talented
Tugas anak talentedTugas anak talented
Tugas anak talented
 
8004852 perbezaan-individu
8004852 perbezaan-individu8004852 perbezaan-individu
8004852 perbezaan-individu
 
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN
MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARANMEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN
 
Tugasan 1 final
Tugasan 1 finalTugasan 1 final
Tugasan 1 final
 
keragaman siswa
keragaman siswakeragaman siswa
keragaman siswa
 
Jean piaget
Jean piagetJean piaget
Jean piaget
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
 
Teori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piagetTeori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piaget
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
 

Ähnlich wie Sesi,12,13 konseling anak berbakat

Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02
Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02
Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02Herney Aqilah Kay
 
Sosioemosi remaja
Sosioemosi remajaSosioemosi remaja
Sosioemosi remajaAwatif Atif
 
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paudHakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paudAndi Uli
 
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakPeran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakOldest Jump's
 
Dinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakat
Dinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakatDinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakat
Dinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakatNikmatunHasanah1
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Susilowati Boediono
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Susilowati Boediono
 
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...Indra Wijaya
 
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptPPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptAritonang Toba Muara
 
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaperbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaEmiey Mieysagie
 
perkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikperkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikacerputri
 
MINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAH
MINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAHMINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAH
MINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAHwirdha4
 
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarKanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarJenry Saiparudin
 
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniMakalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniAisyahTamara
 

Ähnlich wie Sesi,12,13 konseling anak berbakat (20)

Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02
Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02
Topik2kanak kanakdanseni-110913001619-phpapp02
 
4 a13dd01
4 a13dd014 a13dd01
4 a13dd01
 
Sosioemosi remaja
Sosioemosi remajaSosioemosi remaja
Sosioemosi remaja
 
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paudHakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
Hakikat pendidikan anak_usia_dini_paud
 
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakPeran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
 
1
11
1
 
Dinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakat
Dinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakatDinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakat
Dinamika perilaku manusia (perbedaan individual) bakat
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
 
BUKU SAKU 2.pptx
BUKU SAKU 2.pptxBUKU SAKU 2.pptx
BUKU SAKU 2.pptx
 
Perkembangan Sosio Emosi
Perkembangan Sosio EmosiPerkembangan Sosio Emosi
Perkembangan Sosio Emosi
 
makalah kelompok 8
makalah kelompok 8makalah kelompok 8
makalah kelompok 8
 
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
 
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.pptPPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
PPT-UEU-Pengantar-Ilmu-Pendidikan-Pertemuan-15.ppt
 
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaperbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
 
perkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikperkembangan peserta didik
perkembangan peserta didik
 
MINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAH
MINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAHMINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAH
MINAT DAN BAKAT ANAK PRA SEKOLAH
 
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarKanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
 
Hakekat Belajar Mengajar
Hakekat Belajar MengajarHakekat Belajar Mengajar
Hakekat Belajar Mengajar
 
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniMakalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
 

Kürzlich hochgeladen

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 

Kürzlich hochgeladen (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 

Sesi,12,13 konseling anak berbakat

  • 1. Human Development Issues in Global Context : HOW DO WE PERCEIVE NATURE OF HUMAN POTENTIALITIES AND ITS DEVELOPMENT? Konseling bagi Anak ”Berbakat” Oleh Yuyus Suherman yuyus@upi.edu
  • 2. PENDAHULUAN Isu menarik berkaitan dengan layanan pendidikan bagi anak”berbakat” (Gifted and Talented Child) yang dalam bahasa uu disebut peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa/lebih populer dimasarakat dg cerdas istimewa dan bakat istimewa (CI/BI) adalah adanya beragam motivasi dan implementasinya. Dalam perspektif global, penyelenggaraan program akselerasi memberikan nilai positif, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan global dan persaingan antar bangsa dalam berbagai aspek kehidupan semakin nyata. Sehingga dengan penyelenggaraan program akselerasi diharapkan lahir SDM unggul yang dapat bersaing dalam lingkup nasional dan global.
  • 3. Namun disisi lain program ini mengundang sorotan kritis. Disinyalir telah menjadi program prestise sekolah. Hal lain yang disorot adalah rendahnya kecakapan sosial siswa, sehingga cenderung menjadi asing dan tidak peduli lingkungan Namun esensi persoalannya tidak sesederhana itu, sebab ini terkait dengan bagaimana filosofi yang melandasi pendidikan AB tersebut, dan bagaimana kita memandang manusia secara utuh, termasuk menempatkan potensi AB pada proporsi wajar sbg individu unik dan bagian keberagaman di kelas. Pemikiran ini menggiring pada persoalan menarik bagaimana model conseling bagi anak berbakat
  • 4. KEBERBAKATAN Merupakan konsep dinamis, berkembang dari konsep unidimensional ke multidimensional. Bervariasi tergantung pada nilai ideal zamannya. zaman Yunani keberbakatan dikaitkan dg kepandaian berpidato, zaman romawi dikaitkan dg kepandaian berperang. Terman (1925) memberi perspektif lain dengan mengaitkan dengan kecerdasan (IQ). dimana mereka yg IQ 140 (Wechlers) diklaim sbg siswa berbakat.Tyler (1950) & Torrance (1965) lebih luas lagi menambah dengan kreativitas. Perspektif lebih lengkap dikemukakan Renzulli (1979), menegaskan keberbakatan berkaitan dg kemampuan umum diatas rata-rata, komitmen tinggi terhdp tugas, dan kreativitas tinggi.
  • 5. Renzulli’s Conception of Giftedness Above Average Ability Task commitment creativity Sumber Khatena,J, (1992)
  • 6. siswa berbakat dinyatakan sbg mereka yg oleh psikolog dan/atau guru diidentifikasi sbg peserta didik yg telah mencapai prestasi memuaskan, memiliki kemampuan intelektual untuk berfungsi pada taraf cerdas, kreatif yg memadai dan keterikatan terhadap tugas yg tergolong baik. DIKNAS (2003)
  • 7. ANAK BERBAKAT DAN PENDIDIKANNYA AB merupakan aset nasional sekaligus modal dasar pembangunan bangsa. Ini hanya dapat digali dan dikembangkan secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Strategi pelayanan pendidikan yang dilaksanakan selama ini masih bersifat klasikal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat dan kreativitasnya.
  • 8. Penelitian Depdikbud (1994) menunjukkan sepertiga peserta didik yg digolongkan siswa berbakat (gifted and talented) berprestasi kurang (underachiever). Munandar (1992) cukup banyak anak berbakat yg prestasi di sekolahnya tidak mencerminkan potensi intelektual mereka yg menonjol. Penyebabkanya adalah kondisi eksternal atau lingkungan belajar kurang menunjang, kurang menantang untuk mewujudkan kemampuannya secara optimal.
  • 9. PERKEMBANGAN DISINKRONI ANAK BERBAKAT Perkembangan disingkoni (Dyssynchronie) dikemukakan Jean-Charles Terrasier dari Perancis tahun 1970. Pengertian disinkronitas perkembangan pd anak gifted ini diambil dari teori Kazimierz Dabrowski (1960) yaitu The Theory of Positive Dismtegration. Dalam teorinya Dabrowski menjelaskan perkembangan overexcitibility berbagai aspek tumbuh kembang individu gifted, yg meliputi aspek: psikomotor, sensual, intelektual, imajinasi, dan emosi (Webb dkk, 2005). Disinkronitas perkembangan dapat menyangkut perkembangan antar individu cerdas istimewa dengan sebayanya (eksternal disinkronitas), tapi juga dapat menyangkut perkembangan antar berbagai aspek tumbuh kembang anak itu sendiri (internal disinkronitas).
  • 10. PERKEMBANGAN CEPAT Perkembangan AB diyakini lebih cepat dari teman sebayanya. Monks (Monks & Ypenburg, 1995) menyebut AB sbg anak yang mengalami lompatan perkembangan. Sebab menurutnya pd periode nol hingga 2,5 tahun, masih terlalu dini memberi label sbg AB, meskipun pd anak tersebut tdp beberapa gejala yang dpt menunjukan kelak anak tersebut akan berkembang menjadi AB
  • 11. Faktor kepribadian populasi ini juga perlu mendapatkan perhatian. Kepribadian anak berbakat banyak dipengaruhi oleh perkembangannya yang khusus, seringkali mempunyai kemiripan dengan berbagai gangguan perilaku dan mental, yang bila tidak secara hati-hati maka anak-anak kelompok ini dapat masuk ke dalam diagnosa lain yang tidak menguntungkan baginya (Webb,dkk, 2005).
  • 12. karakteristik AB meskipun tidak harus selalu semua ada, adalah perkembangannya mengalami lompatan yg berakibat perkembangan intelektualnya jauh berada di atas usia kalendernya. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan antara psikis dan biologis yang berdampak pada masalah pedagogis. Karena itu usia kalender secara umum tidak dapat digunakan untuk populasi AB. AB sejak dini sudah mempunyai rasa ingin tahu sangat besar, mempunyai enerji luar biasa sehingga menyebabkan ia selalu melakukan observasi, eksplorasi, dan mempunyai jam tidur lebih sedikit.
  • 13. persfeksinis dan keinginan mempelajari berbagai hal dari dasar, dapat membawanya pada pemikiran jauh dan tidak biasa dipikirkan anak seusianya. Misalnya, balita sudah memikiirkan t kemanusiaan, bagaimana manusia datang dan hidup di bumi, kematian, dimana pemikiran sangat jauh itu dapat membawanya pada cara berpikir berkelanjutan dan dalam. Caraberpikir ini dapat memicu ke arah kecemasan dan keinginan bunuh diri, dan memerlukan bimbingan pemikiran dan pengarahan yang baik.
  • 14. KONSELING BAGI ANAK BERBAKAT Konseling AB baru mendapatkan sedikit perhatian. Padahal kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang, meraih serta mempertahankan karier itu ditumbuhkan secara isi mengisi atau komplementer oleh konselor dan guru dalam setting pendidikan. Meskipun jika dicermati secara mendalam, pengembangan diri peserta didik secara utuh dan maksimal lebih banyak terkait dengan wilayah layanan guru, yaitu dengan pembentukan berbagai dampak pengiring yang relevan dalam rangka mewujudkan secara utuh sosok pembelajaran yang mendidik yang menggunakan materi kurikulum sebagai konteks kegiatan belajar, namun dalam setting pendidikan formal, kontribusi guru masih parsial sehingga perlu dilengkapi oleh konselor yang menyelenggarakan layanan di wilayah Bimbingan dan konseling.
  • 15. Gb. 1.1 Peran Bimbingan dan Konseling dalam Perkembangan Optimum Anak Berbakat (Adaptasi dari Depdiknas, 2007)
  • 16. Konselor berperan dalam bingkai layanan bimbingan konseling yang memandirikan, dilakukan dalam wilayah layanannya, maupun secara bahu-membahu dengan guru dalam wilayah komplementer. Pemikiran ini didasarkan atas kenyatan keberbakatan ditemukan pada tingkat agak berbakat, berbakat, dan sangat berbakat. American Psychiatric Association (1980) melaporkan tidak seorang pun menyarankan individu agak terbelakang diberi pelajaran pada level sama dengan yang sangat terbelakang. Kontrasnya, dalam konteks anak berbakat, tingkat keberbakatan ini diabaikan. Padahal analoginya sama, masing-masing merefleksikan harapan pencapaian jangka pendek dan jangka panjang berbeda.
  • 17. Milgram (1991) mengemukakan ada dua faktor yang mendorong kurangnya kesadaran akan kemampuan anak berbakat; (1) tidak diidentifikasi dan diremehkan di sekolah, (2) diidentifikasi dan diperlakukan secara berlebihan. Hal ini juga terjadi karena banyak anak berbakat yang potensinya tidak direfleksikan dalam nilai IQ, sehingga mereka bernasib seperti Einstein, Edison, dll, dinilai sebagai anak gagal, padahal keduanya memiliki kemampuan luar biasa dan cara belajar unik.
  • 18. Seperti halnya penyandang cacat fisik, terbelakang mental, gangguan pendengaran/penglihatan, yang perkembangannya berbeda dengan anak biasa, AB memiliki kebutuhan bimbingan konseling untuk mengoptimalkan potensinya, ditambah kebutuhan yang berakar dari kemampuan luar biasanya. Kemampuan luar biasa anak berbakat membutuhkan pendekatan konseling yang sesuai (Myers & Pace,1986 dalam Milgram,1991)
  • 19. Milgram (1991) membagi kebutuhan AB akan bimbingan konseling dalam katagori : kognitif- akademik, pribadi-sosial, dan pengalaman. Dalam kontreks kognitif-akademik, anak berbakat memerlukan pengetahuan diri, peluang akademik dan karir. Mereka membutuhkan informasi spesifik mengenal kombinasi unik kemampuannya. Dalam konteks pribadi sosial, anak berbakat memerlukan konseling dalam lingkup pribadi-sosial untuk menyadari kemampuan khususnya. Adapun dalam konteks kebutuhan pengalaman, AB membutuhkan pengalaman diluar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, dan berupa aktivitas di waktu senggang.
  • 20. Realisasi potensi kemampuan anak berbakat tergantung interaksi antara peluang lingkungan dengan kemampuan kognitif dan karaktersitik pribadi sosial. Anak berbakat perlu memahami keberbakatannya secara keseluruhan dalam bentuk model 4 x 4. Model ini merefleksikan pemahaman dengan menyebut tiga setting yang mempengaruhi keberbakatan. Struktur model ini merupakan kerangka konseptual yang mengorganisir apa yang diketahui tentang keberbakatan agar bermanfaat bagi guru, konselor, dan orang tua ketika memberikan konseling anak berbakat. Dalam model 4 x 4 ini, keberbakatan merupakan fenomena multidimensi, membandingkan dan menekankan keberbakatan pada tingkatan berbeda.
  • 21. Berdasarkan model tersebut AB dengan tingkat kemampuan berbeda diharapkan menghasilkan prestasi berbeda pula. Hal ini mengarahkan pada perlunya penyesuaian ini dan strategi konseling bagi AB, dan memfasilitasi perencanaan spesifik menurut profil potensinya. Dalam model 4 x 4, keberbakatan digambarkan dalam empat kategori, dua kategori yang berhubungan dengan aspek inteligensi dan dua kategori berhubungan dengan aspek berpikir orisinal, dan empat tingkatan kemampuan (sangat berbakat, berbakat, agak berbakat, dan tidak berbakat). Dua aspek lainnya, pertama dimensi lingkunga belajar anak berbakat (rumah, sekolah, danmasyarakat). Kedua, keberbakatan digambarkan tertanam dalam lingkaran perbedaan individual berkaitan dengan usia , jenis kelamin, status sosial ekonomi, kultur, dan kepribadian.
  • 22. Model konseling yang mempertimbangkan Milgram: 4 x 4 structure of giftedness diharapkan membantu guru, konselor, dan orang tua untuk memahami kebutuhan konseling khusus bagi tiap-tiap anak berbakat berdasarkan profit unik yang dimilikinya. Diharapkan dengan model ini adanya tanggung-jawab atas konseling bagi AB untuk bertindak sesuai dengan petunjuk dari konselor. Walaupun demikian, guru kelas reguler, guru kelas khusus, dan orang tua semuanya memberikan konseling atau menyediakan informasi dan saran bagi anak berbakat. Orang yang berbeda yang berbagi tugas untuk memberikan saran pada anak berbakat memiliki tujuan yang sama, yaitu membantu anak berbakat untuk membuat keputusan yang bijak.
  • 23.
  • 24. PENUTUP Anak berbakat memiliki sikap perfectionist, karena itu mereka takut akan kegagalan, namun pada kasus perempuan berbakat terjadi sebaliknya mereka takut akan kesuksesan (Kaslow dan Schwartz, 1978). ”Takut Kegagalan” disebabkan oleh harapan diri sendiri yang besar dan faktor luar untuk berpenampilan sempurna dan ”Takut akan Kesuksesan” membahayakan prestasi anak-anak berbakat dikelas. Ketakutan akan resiko yang muncul karena kurangnya pengetahuan dan kecakapan, sehingga tidak mau memberanikan diri masuk ke lingkungan dan aktivitas baru. Jika tidak mencoba, tentunya ia tidak akan gagal. Jika tidak mencoba, tentunya ia akan kehilangan kesempatan untuk belajar, dan meraih prestasi, dan untuk aktualisasi diri (Whitmore, 1986).
  • 25. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah prestasi rendah pada anak-anak berbakat. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi mereka dalam berbagai bidang studi yang akan menjadi masalah bagi guru dan orang tua. Bagi anak berbakat, ”Penolakan kesempatan untuk ikut dalam program akademik yang lebih menantang bisa menjadi pilihan untuk menghindari konflik psikologis yang dialami murid-murid pada kegiatan yang sama, (Whitemore, 1986). Hal ini karena mereka berada dalam lingkungan kelas tradisional secara eksklusif dan tidak mengambil semua keuntungan dari semua kesempatan yang terbuka untuk mereka. Mereka bisa dibilang ”malas” karena mereka belajar untuk gagal, agar terhindar dari ketidaknyamanan dan akibat buruk lainnya. Bagi anak perempuan hukuman itu terpusat pada penolakan sosial atau social rejection, khususnya pada usia pra-remaja (Hollinger, dan Fleming, 1984).
  • 26. AB harus di beri waktu berpikir dengan kreatif. Sering, kreativitas memerlukan waktu untuk pengeraman (Wallas, 1926). J Jika AB diminta berpikir dengan kreatif, mereka memerlukan waktu untuk melakukannya dengan baik. Sementara masyarakat hari ini adalah masyarakat serba cepat, dan tergesa-gesa, makan makanan cepat, dan menghargai kecepatan.
  • 27. Bagi anak berbakat penting untuk menyadari ”bahwa salah itu wajar” dan menjadi berbakat bukan berarti dia harus sempurna setiap usaha dan setiap waktu yang mereka jalani
  • 28. REFERENSI Clark, Barbara (1983) Growing Up Gifted, Secon. Ed. Ohio; Charles E.merrril Publishing Company Departemen Pendidikan Nasional ( 2007) Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalaa Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas Milgram, R.M. ( 1991) Counseling Gifted and Talented Children, A. Guide for Teacher, Counselors, and Parents, Norwood,N.J. Ablex Publishing Coorporation Sisk, Dorothy (1987) Kreative Teaching of the Gifted. USA: McGraw-Hill Miler, Alice ( 2005) The Drama of The Gifted Child : The Search for the True Self Drama Anak-anak kita. Anak Berbakat mencari Identitas. Penerjemah : Nikmah Sarjono. Jakarta: Alvabeta Semiawan, Conny (1996) Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta: Depdikbud Munandar, Utami ( 1995) Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Depdikbud