Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan moneter di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa tujuan kebijakan moneter Bank Indonesia adalah mencapai stabilitas nilai rupiah, kerangka kerja yang digunakan adalah inflation targeting framework, dan pentingnya koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk mencapai target inflasi.
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Kebijakan moneter
1. Kebijakan
Moneter
Cresensia Rara H. X Aksel-06
Dinda Widya H. X Aksel-08
M. Hamzah F. X Aksel-12
Putra Firman A. X Aksel-17
Tiyas Diah Ayu X Aksel-18
2. Pengertian
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah
melalui bank sentral untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka
mengendalikan perekonomian.
3. Tujuan
o Menjaga stabilitas ekonomi.
o Menjaga stabilitas harga.
o Meningkatkan kesempatan kerja.
o Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan
neraca pembayaran.
4. Macam-macam kebijakan moneter
Kebijakan pasar terbuka
Kebijakan pasar terbuka adalah kebijakan bank
sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga.
5.
6. Kebijakan diskonto
Kebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral
untuk menambah atau mengurangi jumlah uang
beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan
suku bunga bank.
7. Kebijakan cadangan kas
Kebijakan cadangan kas adalah kebijakan bank sentral
untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menaikkan atau mengurangi cadangan kas
minimum yang dimiliki bank-bank umum.
8. Kebijakan kredit selektif dan kredit longgar.
Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan bank sentral
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat syarat-syarat pemberian kredit. Bank sentral
memberlakukan kebijakan kredit selektif jika perekonomian
menunjukkan gejala-gejala inflasi.
Kebijakan kredit longgar adalah kebijakan bank sentral
untuk menambah jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat dengan cara-cara memperlonggar syarat-syarat
pemberian kredit. Bank sentral memberlakukan kebijakan
kredit longggar jika perekonomian menunjukkan gejala-
gejala deflasi.
9. Kebijakan devaluasi dan revaluasi.
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk
menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata
uang asing. Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan
memperbaiki neraca perdagangan dan neraca
pembayaran.
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral
menaikkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah)
terhadap mata uang asing
10. Sanering
Sanering adalah kebijakan bank sentral untuk
memotong nilai mata uang dalam negeri. Kebijakan
ini diberlakukan apabila terjadi hiperinflasi.
12. Dorongan moral.
Untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, bank
sentral dapat mengeluarkan pidato, pengumuman,
atau edaran kepada bank umum dan perilaku
moneter lain yang berupa larangan atau ajakan.
13. Tenggang waktu (lag) efek kebijakan
moneter
• Ada dua macam lag dalam kebijakan moneter, yaitu inside
lag dan outside lag. Yang dimaksud dengan
Inside lag adalah jarak waktu dari timbulnya permasalahan
di dalam perekonomian sampai dengan dimulainya tindakan
kebijakan untuk mengatasinya.
Recognition lag adalah jarak waktu mulai dari timbulnya
masalah sampai dengan saat para pembuat kebijakan
menyadari bahwa memang ada masalah.
Decision lag adalah jarak waktu antara saat diketahuinya
ada masalah dan saat diputuskannya suatu tindakan.
Action lag adalah jarak waktu antara saat keputusan
kebijakn diambil dan saat keputusan tersebut mulai
dilaksanakan.
Outside lag adalah jarak waktu antara saat mulai
dilaksanakannya langkah kebijakan dan saat timbulnya
akibat pada perekonomian.
14. Kerangka strategi kebijakan
moneter
Terdapat beberapa strategi dalam mencapai tujuan
kebijakan moneter:
Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate
Targeting)
Penargetan Besaran Moneter (Monetary
Targeting)
Penargetan Inflasi (Inflation Targeting)
Strategi Kebijakan Moneter tanpa jangkar
yang tegas (implicit but not explicit
anchor)
15. Penargetan Nilai Tukar (Exchange
Rate Targeting)
Strategi kebijakan moneter dengan penargetan nilai tukar
mendasarkan pada keyakinan bahwa nilai tukarlah yang
paling dominan pengaruhnya terhadap pencapaian
sasaran akhir kebijakan moneter
Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga alternatif yang
dapat ditempuh:
dengan menetapkan nilai mata uang domestik
terhadap harga komoditas tertentu yang diakui secara
internasional
dengan menetapkan nilai mata uang domestik
terhadap mata uang negara-negara besar yang
mempunyai laju inflasi yang rendah
dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik
terhadap mata uang negara tertentu ketika perubahan
nilai mata uang diperkenankan sejalan dengan
perbedaan laju inflasi diantara kedua negara.
16. Penargetan Besaran Moneter
(Monetary Targeting)
Penargetan besaran moneter dilakukan dengan
menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar
sebagai sasaran antara, serta kredit
Kelebihan utama dari penargetan besaran
moneter adalah dimungkinkannya kebijakan moneter
yang independen sehingga bank sentral dapat
memfokuskan pencapaian tujuan yang ditetapkan
17. Penargetan Inflasi (Inflation
Targeting)
Penargetan inflasi dilakukan dengan
mengumumkan kepada publik mengenai target
inflasi jangka menengah dan komitmen bank
sentral untuk mencapai stabilitas harga sebagai
tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter .
menargetkan inflasi sebagai jangkar
nominal, bank sentral dapat menjadi lebih kredibel
dan lebih fokus di dalam mencapai kestabilan
harga sebagai tujuan akhir.
18. Strategi Kebijakan Moneter tanpa
jangkar yang tegas (implicit but not
explicit anchor)
Dalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang
memuaskan , beberapa Negara lebih memilih strategi
kebijakan moneter tanpa mengungkapkan penargetan
secara tegas. Akan tetapi, bank sentral tetap
memberikan perhatian dan komitmen untuk mencapai
tujuan akhir kebijakan moneter.
19. Efektivitas kebijakan moneter
Pada umumnya efektivitas kebijakan ekonomi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Ada tidaknya tujuan yang saling bertentangan
Kemungkinan yang terjadi antara kebijakan mempunyai
tujuan bisa selaras atau searah, bisa bertentangan, bisa
tumpang tindih atau kembar. Jika yang terjadi tujuan
kebijakan-kebijakan tersebut searah maka sasaran aau
tujuan tersebut dapat dicapai.
20. 2. Tingkat monetarisasi masyarakat
Kebijakan moneter akan efektif bila masyarakat telah
menggunakan uang baik sebagai media pertukaran,
alat pengukur dan penyimpan kekayaan maupun
fungsi uang yang lain.
Di Indonesia masih banyak kegiatan transaksi
ekonomi yang tidak dilakukan lewat pasar atau tidak
menggunakan uang, misalnya : pembayaran
transaksi tenaga kerja dengan mengguanakan
barang atau hasil pertanian. Hal ini menyebabkan
kebijakan moneter yang berkaitan dengan M1 tidak
akan efektif bagi kelompok atau sector tersebut.
Semakin tinggi tingkat monetarisasi masyarakat
akan semakin efektif kebijakan moneter yang
diambil.
Tingkat monetarisasi masyarakat dapat ditingkatkan
melalui berbagai cara seperti dikenalkannya atau
dibukanya cabang-cabang bank dan digunakannya
uang sebagai alat pembayaran
21. 4. Pengaruh Lembaga Keuangan
Perilaku lembaga keuangan bank pada prinsipnya
dapat diawasi oleh Bank Sentral, akan tetapi perilaku
lembaga keuangan bukan bank tidak sepenuhnya
berada di bawah pengawasan Bank Sentral. Dengan
demikian adanya suatu kebijakan moneter belum
tentu berpengaruh terhadap kegiatan atau kebijakan
yang dijalankan oleh lembaga keuangan bukan bank.
22. 3. Faktor Kelambanan (Time Lag)
Salah satu keunggulan dari kebijakan moneter
dibandingkan dengan kebijakan fiscal adalah
kecepatan otoritas moneter dalam menetapkan
kebijakan tersebut.
Masalah kelambanan atau time lag ini sangat sering
dihadapi, karena memang tidak semua informasi
dapat dengan mudah diperoleh khususnya di negara-
negara berkembang. Adanya kelambatan dalam
mengantisipasi suatu gejolak ekonomi akan dapat
mengurangi efektivitas suatu kebijakan ekonomi.
23. 5. Harapan (Expectation) masyarakat
Secara teoritis khususnya dalam analisis
ekonomi dengan pendekatan harapan
nalar, kebijakan ekonomi akan efektiv bila
kebijakan tersebut merupakan suatu syok
(shock) bagi masyarakat. Dengan demikian bila
informasi dapat diperoleh dari perilaku otoritas
moneter dan perekonomian dapat diantisipasi
oleh masyarakat, maka kebijakan moneter
tidak efektiv.
Semakin rendah harapan atau ekspektasi
masyarakat terhadap keadaan ekonomi dan
perilaku pemerintah, maka semakin efektiv
kebijakan moneter yang dijalankan.
24. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi variabel target
Jika target yang ingin dicapai adalah
mengendalikan atau mengurangi jumlah
investasi swasta, untuk dapat merumuskan
kebijakan yang cocok perlu diamati faktor-
faktor atau variabel-variabel yang
mempengaruhi investasi. Kesalahan dalam
memilih atau menentukan variabel yang
mempengaruhi investasi akan mengurangi atau
menyebabkan tidak efektifnya suatu kebijakan
ekonomi.
26. Tujuan kebijakan moneter menurut
Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum
dalam UU no.3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
27. Kerangka kebijakan moneter di
Indonesia
Dalam kebijakan moneter, Bank Indonesia
menganut sebuah kerangka kerja yang dinamakan
Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja
ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah
sebelumnya menggunkan kebijakan moneter yang
menerapkan uang primer sebagai sasaran kebijakan
moneter. Dengan kerangka ini, Bank Indonesia
secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi
kepada publik dan kebijakan moneter dirahkan untuk
mencapai sasaran inflasi yang diterapkan oleh
pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran
inflasi, kebijakan moneter dilakukan secara forward
looking, artinya perubahan stance kebijakan
dilakukan melalui evaluasi apakah perkembangan
inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi
yang telah dicanangkan.
28. Alasan menggunakan ITF:
ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan
sasaran inflasi secara eksplisit masyarakat akan
memahami arah inflasi.
ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas
kebijakan moneter sesuai dengan mandat yang
diberikan kepada Bank Indonesia.
ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak
kebijakan pada inflasi yang memerlukan time lag.
Dalam kerangka ITF, Bank Indonesia mengumumkan
sasaran inflasi ke depan pada periode tertentu.
Secara reguler, Bank Indonesia menjelaskan kepada
publik mengenai kondisi inflasi dan pandangan ke
depan serta keputusan yang diambil.
29. Proses pengambilan keputusan
untuk penetapan kebijakan
moneter
Penetapan kebijakan moneter di Bank Indonesia
dilakukan dalam RDG. Rapat tersebut diadakan pada
minggu pertama setiap bulannya.
RDG dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya oleh lebih dari separuh anggota Dewan
Gubernur. Pengambilan keputusan RDG dilakukan
atas dasar musyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur
menetapkan keputusan akhir. Namun, apabila dalam
keadaaan darurat dan RDG tidak dapat dilaksanakan
karena jumlah anggota Dewan Gubernur yang hadir
tidak memenuhi ketentuan, maka Gubernur atau
sekurang-kurangnya 2 orang anggota Dewan
Gubernur dapat menetapkan kebijakan.
30. Koordinasi kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal
Laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor permintaan, tetapi juga oleh faktor
penawaran, maka agar pencapaian inflasi dapat
dilakukan dengan efektif, kerjasama dan koordinasi
antara BI dan pemerintah melalui kebijakan
makroekonomi yang terintegrasi sangat diperlukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, di tingkat
pengambilan kebijakan, BI dan pemerintah secara
rutin menggelar rapat koordinasi yang dipimpin oleh
presiden RI untuk memberikan pandangan terhadap
perkembangan makroekonomi dan moneter terkait
dengan pencapaian sasaran inflasi. Koordinasi
kebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam
dalam penyusunan bersama Asumsi Makro di APBN
yang dibahas bersama di DPR. Selain itu, pemerintah
juga berkoordinasi dengan BI dalam melakukan
pengelolaan uang negara.